Anda di halaman 1dari 16

IDENTITAS NASIONAL

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan
yang dibimbing oleh Bapak Abdul Mu’id Aris Shofa

Oleh :
Muhammad Nur Iqbal Saifullah 180514627557
Ramadhan Wahyu Irianto 180514627553
Tiara Sari Pratiwi 180516628514
Pancali Sidinda Anjilo Putri 190332622503

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


Februari 2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat


rahmat dan karunianya, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Identitas Nasional. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dari Bapak Abdul Mu’id Aris Shofa selaku
pembimbing mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dari pembaca dan
juga penulis. Kami selaku pembuat makalah sebelumnya minta maaf
dikarenakan kami juga menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari
kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang sifatnya membangun, yang dapat membuat makalah ini
menjadi sempurna di masa yang akan datang.

Malang, 26 Februari 2020

Penulis

2
Daftar Isi

Daftar Isi ................................................................................. Error! Bookmark not defined.

Kata Pengantar ......................................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB I ........................................................................................................................................1

Pendahuluan .............................................................................................................................1

A. Latar Belakang .........................................................................................................4

B. Tujuan .......................................................................................................................4

BAB II.......................................................................................................................................5

Pembahasan ..............................................................................................................................5

A. Definisi Nanomaterial dan Sifat-sifat Nanomaterial ..................................................5

B. Nanomaterial Dalam Bidang Tekstil..........................................................................6

C. Pengaplikasian Nanomaterial Dalam Bidang Tekstil ................................................7

BAB III ...................................................................................................................................10

PENUTUP ..............................................................................................................................10

A. Kesimpulan ............................................................................................................10

B Saran........................................................................................................................10

Daftar Pustaka ........................................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nasionalisme merupakan suatu kata yang muncul jika
membicarakan tentang sejarah kemerdekaan Indonesia. Bangsa Indonesia
merupakan sebuah bangsa yang muncul dari semangat rakyatnya yang
telah memperjuangkan kemerdekaan dari para penjajah. Keinginan untuk
hidup merdeka dan terbebas dari jajahan yang memunculkan semangat
antar ras, suku dan agama untuk saling bersatu sehingga membentuk
identitas nasional bangsa Indonesia.
Secara etimologis, identitas nasional merupakan penggabungan
dari dua kata, yaitu “identitas” dan “nasional”. Kata identitas berasal dari
bahasa inggris “identity” yang memiliki arti sebagai ciri, tanda atau jari
diri yang melekat pada seseorang atau kelompok. Kata nasional berasal
dari bahasa inggris “national” yang memiliki arti sebagai kebangsaan.
Menurut Kartodirdjo (2005), pentingnya identitas nasional dengan
menganalogikan pada orang yang kehilangan ingatan, analogi ini berlaku
pada perorangan, kelompok, keluarga, etnis, suku dan agama. Dari sudut
pandang Kartodirdjo, jika bangsa tanpa memiliki identitas nasional, maka
bangsa tidak akan memiliki akar untuk menghidupi aktivitas, vitalitas dan
kreatifitas bangsa itu sendiri.
Nasikun (2004) dengan menulis kembali pandangan beberapa ahli
ilmu kemasyarakatan bangsa asing yang menganggap semboyan
“Bhinneka Tunggal Ika” sesungguhnya masih lebih merupakan suatu cita-
cita yang harus diperjuangkan oleh segenap bangsa Indonesia daripada
sebagai kenyataan yang benar-benar hidup di dalam masyarakat. Oleh
karena itulah memahami kebudayaan Indonesia dari berbagai segi
merupakan sangat penting dalam rangka menemukan integrasi sebagai
unsur penting dalam usaha persatuan bangsa.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan unsur pembentukan identitas bangsa.
2. Jati diri bangsa dalam arus globalisasi : krisis identitas.

4
3. Menjadi Indonesia : kearifan nusantara sebagai modal pembentuk
identitas nasional.
4. Studi kasus.
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian dan unsur pembentuk identitas
bangsa.
2. Mendeskripsikan jati diri bangsa dalam arus globalisasi pada krisis
identitas.
3. Mendeskripsikan menjadi Indonesia pada kearifan nusantara
sebagai modal pembentukan identitas nasional.
4. Mendeskripsikan studi kasus identitas nasional yang ada di
Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Unsur Pembentukan Identitas Bangsa


Identitas nasional berasal dari kata identity yang berarti ciri, tanda
atau jati diri yang melekat pada sesuatu yang membedakan dengan yang
lain dan kata nasional yang berarti kelompok lebih besar yang diikat oleh
kesamaan fisik seperti budaya, agama, dan bahasa dan kesamaan non fisik
seperti keinginan, cita-cita dan tujuan (Widodo, 2015). Pada hakikatnya
identitas nasional merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh
dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dengan suatu ciri khas
yang menjadikannya berbeda dengan bangsa lain (Monteiro, 2015).
Dengan demikian, identitas nasional memiliki arti jati diri yang bersumber
dari nilai-nilai budaya suatu bangsa sehingga identitas nasional memiliki
hubungan yang erat dengan kebudayaan nasional.
Identitas nasional bangsa Indonesia adalah identitas yang
bersumber dari nilai luhur Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Identitas tersebut menunjuk pada lambang, simbol atau identitas yang
bersifat nasional seperti bahasa Indonesia, bendera merah putih, lagu
Indonesia Raya, Garuda Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika. Guna
menjaga identitas nasional, maka rasa cinta tanah air dan integrasi nasional
menjadi satu hal yang penting.
Menurut Rahayu (2007), unsur-unsur pembentuk identitas
nasional, meliputi:
1. Suku bangsa yaitu kelompok sosial yang mempunyai sistem
interaksi, sistem norma, kontinuitas, dan rasa identitas yang
mempersatukan semua anggota dan memiliki sistem kepemimpinan
sendiri.
2. Agama yang tumbuh dan berkembang di Indonesia antara lain
adalah islam, kristen, katolik, hindu, budha dan kong hu cu.

6
3. Bahasa yaitu salah satu kebudayaan bangsa yang menjadi sarana
komunikasi antar masyarakat Indonesia.
4. Budaya Nasional. Kebudayaan adalah suatu kegiatan atau
penciptaan batin manusia yang berisi nilai yang dijadikan sebagai
rujukan hidup.
5. Wilayah Nusantara yaitu wilayah Indonesia yang terdiri dari
banyaknya pulau-pulau yang terbentang di khatulistiwa.
6. Ideologi Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia.
Selanjutnya menurut Rahayu (2007), unsur-unsur identitas nasional
dirumuskan menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Identitas Fundamental yaitu Pancasila sebagai falsafah bangsa,
dasar negara dan ideologi negara.
2. Identitas Instrumental yaitu UUD 1945 dan tatanan perundang-
undangannya, bahasa Indonesia, lambang negara, bendera negara,
lagu kebangsaan Indonesia.
3. Identitas Alamiah yaitu ruang hidup bangsa sebagai negara
kepulauan yang pluralis dalam suku, bahasa, agama dan
kepercayaan.
B. Jati Diri Bangsa dalam Arus Globalisasi: Krisis Identitas
Globalisasi secara umum adalah sebuah gambaran tentang semakin
ketergantungan diantara sesama masyarakat dunia baik budaya maupun
ekonomi. Istilah globalisasi juga sering dihubungkan dengan sirkulasi
gagasan, bahasa, dan budaya populer yang melintasi batas negara.
Fenomena global ini acap kali disederhanakan oleh kalangan ahli sebagai
gejala kecenderungan dunia menuju sebuah perkampungan global (global
village) dimana interaksi manusia berlangsung tanpa halangan batas
geografis. Hal ini tentunya bagian tak terpisahkan dari kemajuan teknologi
informasi yang menyediakan fasilitas manusia modern untuk menjalin
komuniksasi secara murah dan mudah. Pada saat yang sama, isu-isu dunia
di bidang politik, ekonomi, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM)
dengan begitu cepat dapat memengaruhi situasi yang terjadi di suatu
negara (Ubaedillah, 2003).

7
Presiden Soekarno seringkali menegaskan wasiatnya bahwa tugas
berat bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan adalah mengutamakan
pelaksanaan nation and caracter building, bahkan Soekarno menghimbau,
jika pembangunan karakter ini tidak berhasil, bangsa Indonesia hanya
menjadi bangsa kuli. Identitas/kepribadian bangsa Indonesia yang selama
ini dikenal sebagai bangsa yang halus budinya, sopan dalam sikapnya,
santun dalam tindakanya, sangat toleran, memiliki solidaritas yang tinggi,
dan nasionalisme yang kuat serta mengakar. Semua itu lambat laun
semakin pudar akibat derasnya arus globalisasi dan kapitalisme yang
memberikan ajaran untuk individualis, materialis, bebas sebebas-bebasnya,
konsumtif, pragmatis, dan praktis (Erwin, 2012).
Moehtar Lubis dalam buku Manusia Indonesia menyebutkan
beberapa karakteristik manusia Indonesia di antaranya berkarakter hipokrit
(munafik), cenderung pada tahayul (irrasional), suka melempar tanggung
jawab pada orang lain, hedonis, dan artistik (mempunyai jiwa seni atau
estetis yang tinggi) dan lain-lain. Oleh karena itu, tantangan besar bagi
manusia Indonesia adalah pembagunan karakter yang berangkat dari
dalam, bahkan bisa menjadi auto-kritik terhadap diri kita sendiri, tentu
melalui beberapa kritik dari pemikir tentang Indonesia seperti Moehtar
Lubis; dalam proses menjadi dan menemukan kedirian bangsa tersebut kita
dituntut untuk terus berproses menjadi Indonesia dengan melihat faktor
kesejarahan-kritis serta berangkat dari kebudayaan. Tantangan-tantangan
besar lainnya berasal dari luar, di antaranya mengenai globalisasi dan
kebudayaan yang dibawanya.
Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat
antarnegara sangat longgar sehingga rentan sekali memengaruhi nilai-nilai
budaya bangsa, sehingga krisis akhlak dan moral bertambah akut dan
meluas. Memang disatu sisi, kita tidak patut untuk menutup diri dari
globalisasi dengan segala keuntungannya seperti dalam putaran ilmu,
teknologi dan informasi dunia, namun disisi lain kita harus
mempertahankan karakter kita sebagai masyarakat bangsa Indonesia.
Dalam menghadapi ancaman negatif globalisasi itu sudah semestinya

8
bangsa Indonesia mulai dari elit sampai ke rakyatnya untuk kembali
memposisikan dirinya kepada sifat aslinya, agar tidak gampang untuk
diintervensi oleh negara lain dan tidak dikatakan sebagai bangsa yang
tidak memiliki prinsip dan tersesat dalam arus lautan globalisasi (Erwin,
2012).
C. Menjadi Indonesia: Kearifan Nusantara Sebagai Modal Awal
Pembentukan Identitas Nasional

Kearifan lokal sering juga dikonsepsikan sebagai kebijakan


setempat “local wisdom” atau pengetahuan setempat “local knowledge”
atau kecerdasan setempat “local genious” (Ulfah,2014). Kearifan lokal
dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh
anggota masyarakatnya (Sartini, 2004). Keraifan lokal merupakan salah
satu sumber untuk membentuk identitas nasional. Kearifan lokal dapat
dipandang sebagai identitas bangsa, terlebih dalam konteks Indonesia yang
memungkinkan kearifan lokal bertransformasi secara lintas budaya yang
pada akhirnya melahirkan nilai budaya nasional.

Menurut Wagiran (2012), definisi kearifan lokal diantaranya yaitu:

1. Kearifan lokal adalah sebuah pengalaman panjang, yang


diendapkan sebagai petunjuk perilaku seseorang.
2. Kearifan lokal tidak lepas dari lingkungan pemiliknya.
3. Kearifan lokal bersifat dinamis, lentur, terbuka, dan senantiasa
menyesuaikan dengan zamannya.

Menurut Wagiran (2012), kearifan lokal mencakup beberapa


substansi yaitu:

1. Pemikiran, sikap, tindakan berbahasa, berolah seni dan bersastra,


misalnya karya-karya sastra yang bernuansa filsafat dan niti
(wulang).
2. Pemikiran, sikap, dan tindakan dalam berbagai artefak budaya,
misalnya keris, candi, dekorasi, lukisan, dan sebagainya.

9
3. Pemikiran, sikap, dan tindakan sosial bermasyarakat, seperti
unggah-ungguh, sopan santun, dan udanegara.

Subtansi tersebut kemudian menjadi akar kebudayaan nasional yang


merupakan bagian dari identitas nasional. Sebagai bagian identitas
nasional maka kearifan lokal berfungsi dalam membangun kepribadian
bangsa berdasarkan nilai-nilai leluhur. Melestarikan nilai-nilai kearifan
lokal berarti menghayati dan melaksanakan gagasan-gagasan lokal daerah
setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik dan
tertanam serta diikuti oleh anggota. Hal ini bertujuan untuk memberikan
arah bagi perwujudan identitas nasional dan jati diri bangsa sesuai nilai-
nilai Pancasila dan untuk menciptakan kondidi yang kondusif dan
harmonis untuk merespon modernisasi secara produktif dan positif sesuai
nilai-nilai kebangsaan (Muchsin, 2015).

Di Indonesia, kearifan lokal adalah filosofi dan pandangan hidup


yang mewujud dalam berbagai bidang kehidupan (tata nilai sosial dan
ekonomi, arsitektur, kesehatan, tata lingkungan, dan sebagainya).
Indonesia sebagai negara bangsa yang multietnisdan multikultural
memang sejak awal berdirinya mengandung banyak masalah seperti
kesenjangan, ketidakadilan, kurangnya pemerataan pembangunan dan
minoritas yang terjadi mengakibatkan banyaknya konflik sosial diberbagai
wilayah di Indonesia. Struktur masyarakat Indonesia yang multi
dimensional merupakan suatu kendala untuk dapat terwujudnya konsep
integrasi secara horizontal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa karakteristik
yang dapat dikenali sebagai sifat dasar dari suatu masyarakat sebagaimana
yang telah dikemukakan oleh Van Den Berg, yaitu:

1. Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok yang seringkali


memiliki kebudayaan atau sub kebudayaan yang berbeda antara
satu sama lainnya.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-
lembaga yang bersifat non-komplementer.

10
3. Kurang mengembangkan konsesus diantara para anggota
masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
4. Secara relatif seringkali terjadi konflik diantara kelompok satu
dengan kelompok lainnya.
5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling
ketergantungan didalam bidang ekonomi.
6. Adanya dimensi politik oleh suatu kelompok diatas kelompok-
kelompok lainnya.

Ditengah munculnya kecenderungan kehidupan dunia yang makin


bergerak menuju globalisasi, maka wawasan lokal semakin terintegrasi
kedalam wawasan nasional dan global. Pada masyarakat Indonesia
wawasan kesatuan “Bhinneka Tunggal Ika” yang bermakna kesatuan
dalam keragaman dan semangat gotong royong diposisikan sebagai modal
budaya yang sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Modal budaya Indonesia terdiri dari kebudayaan-kebudayaan asli yang
tersebar dalam kehidupan masyarakat daerah di Indonesia yang
mencerminkan keberagaman, termasuk puncak-puncak kebudayaan
daerah yang terhitung sebagai kebudayaan bangsa.

Pancasila sebagai ideologi negara pada dasarnya telah


mengakomodasi kearifan lokal yang hidup di Nusantara (antara lain nilai
gotong royong sehingga salah satu sila Pancasila adalah “keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia”. Kearifan lokal dijamin dalam Pasal 28I
UUD 1945 yang menyatakan Identitas budaya dan hak masyarakat
tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.
Kemudian dalam Pasal 32 ayat (1) UUD 1945 dinyatakan “Negara
memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.”

Menurut Geriya (2000) bahwa ada sekurang-kurangnya tujuh


indikator terkait dengan kemampuan ketahanan modal budaya untuk dapat
tumbuh, yaitu:

11
1. Ketahanan ideal (ketahanan sistem nilai).
2. Ketahanan struktural (ketahanan kelembagaan).
3. Ketahanan pisikal (ketahanan sistem budaya fisik).
4. Ketahanan mental (ketahanan sikap mental).
5. Ketahanan fungsional (ketahanan fungsi unsur-unsur kebudayaan).
6. Ketahanan sistemik (ketahanan totalitas sistem masyarakat).
7. Ketahanan prosesual (ketahanan menghadapi perubahan).

Penting untuk disadari bahwa bangsa Indonesia mewarisi berbagai


kekayaan alam, kekayaan hayati dan kekayaan keanekaragaman
sosiokultural. Kekayaan tersebut merupakan modal dasar yang harus
dikelola untuk kesejahteraan masyarakat. Kearifan lokal sebagai modal
budaya Indonesia diharapkan mampu menumbuh kembangkan identitas
bangsa Indonesia menjadi referensi dalam mengembangkan wawasan
kebangsaan , membangun bobot kualitas manusia dan bangsa Indonesia.

D. Studi Kasus
Identitas nasional dan jati diri suatu bangsa harus dijaga agar bangsa
tersebut tidak mudah luntur oleh bangsa lain dan menjadi bangsa yang bisa
mempertahankan identitasnya. Terkadang kita bingung mengenai apa
identitas nasional dan bagaimana bertindak sesuai dengan norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat. Jika setiap warga negara dapat menyadari
dan mengimplementasikan nilai-nilai indentitas nasional yang telah ada,
maka topik identitas nasional dapat menumbuhkan rasa nasionalisme yang
tinggi antara warga negara. Namun pada dewasa ini, identitas nasional di
Indonesia mulai memudar. Kurangnya rasa nasionalisme membuat
identitas nasional negara ini menjadi kacau atau lebih dikenal dengan
krisis identitas nasional.
Saat ini dapat kita lihat bahwa Indonesia telah mengalami krisis
identitas nasional. Banyaknya penduduk Indonesia yang telah melupakan
produk-produk dalam negeri yang merupakan salah satu basis dari
identitas nasional suatu bangsa. Contohnya makanan cepat saji yang
masuk ke Indonesia yang telah banyak mengubah pola hidup dari
masyarakat Indonesia, salah satunya yaitu melupakan makanan khas

12
bangsa Indonesia sendiri dan ada juga beberapa budaya dan produk dari
Indonesia yang telah diklaim oleh negara lain, berikut adalah daftarnya:
1. Kopi Gayo yang telah diklaim oleh perusahaan Multi Nasional
(MNC) Belanda.
2. Kopi Toraja yang telah diklaim oleh perusahaan Jepang.
3. Kesenian Reog Ponorogo yang telah diklaim oleh Malaysia.
4. Motif Batik Parang dari Yogyakarta yang telah diklaim oleh
Pemerintah Malaysia.
5. Kain Ulos yang telah diklaim oleh Malaysia.
6. Sambal Bajak dari Jawa Tengah yang telah diklaim oleh warga
negara Belanda.
7. Sambal Nanas dari Riau yang telah diklaim oleh warga negara
Belanda.
Dari kasus tersebut dapat diketahui bahwa identitas nasional bangsa
Indonesia telah mengalami kelunturan. Hal itu dapat ditunjukan dalam
masalah Indonesia dengan negara lain. Dalam kasus ini, kami
menyimpulkan bahwa rasa nasionalisme dan identitas bersama sebagai
warga Indonesia masih kurang. Hal ini memudahkan bangsa lain untuk
menghancurkan perekonomian bangsa Indonesia dengan berusaha merebut
produk-produk dalam negeri yang dapat menjatuhkan harga jual didaerah
tersebut. Jika perekonomian hancur maka perkembangan ekonomi
Indonesia akan jauh tertinggal dari negara-negara lain didunia. Belum lagi
bangsa Indonesia harus disibukan dengan banyaknya kasus-kasus korupsi
yang terjadi di Indonesia yang menghambat pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Menurut kami, sebenarnya ada banyak hal dalam mengatasi setiap
masalah, karena pada dasarnya tidak akan ada masalah tanpa jalan keluar.
Yang harus kita lakukan adalah berfikir dan mencari jalan keluar yang
terbaik tanpa adanya kerugian yang di ambil. Sebenarnya banyak cara
untuk mengatasi masalah Identitas Nasional yang ada di negara Indonesia,
Salah satunya adalah menerapkan dan membiasakan menggunakan produk
dalam negeri sebagai bukti cinta terhadap produk Indonesia.

13
Dari banyaknya kasus-kasus yang mengancam identitas nasional,
maka kita sebagai generasi muda harus bisa mempertahankan produk dan
budaya yang telah ada dan terus menjaga serta menyebarluaskan ke ranah
global. Kita harus menyadari bahwa kita sebagai warga negara Indonesia
memiliki berbagai jenis produk ataupun budaya yang harus dipertahankan
dan menjadi identitas bangsa Indonesia serta identitas dari daerah tersebut.
Disamping itu selain kita harus mempertahankan produk dan budaya asli
Indonesia kita juga dapat membuka peluang besar membuka usaha yang
dapat menunjang perekonomian bangsa ini.

14
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

S. Kathirvelu, Dr. Louis D’Souza et al. 2008. A Comparative Study of


Multifunctional Finishing of Cotton and P/C Blended Fabrics Treated
With Titanium Dioxide/Zinc Oxide Nanoparticles. Indian Journal of
Science and Technology. Vol 1. Pp. 1-12

Subhranshu, Sekhar. Jeyaraman. 2010. Sonochemical Coating of Ag-TiO2


Nanoparticles on Textile Fabrics for Stain Repellency and SelfCleaning.
Journal of Minerals & Materials Characterization & Engineering. Vol. 9.
Pp. 519-525

J. K Patra. Gouda, S. 2013. Application of Nanotechnology in textile Engineering.


Journal of Engineering and Technology Research. Vol. 5

16

Anda mungkin juga menyukai