MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan
yang dibimbing oleh Bapak Abdul Mu’id Aris Shofa
Oleh :
Muhammad Nur Iqbal Saifullah 180514627557
Ramadhan Wahyu Irianto 180514627553
Tiara Sari Pratiwi 180516628514
Pancali Sidinda Anjilo Putri 190332622503
Penulis
2
Daftar Isi
BAB I ........................................................................................................................................1
Pendahuluan .............................................................................................................................1
B. Tujuan .......................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
Pembahasan ..............................................................................................................................5
PENUTUP ..............................................................................................................................10
A. Kesimpulan ............................................................................................................10
B Saran........................................................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nasionalisme merupakan suatu kata yang muncul jika
membicarakan tentang sejarah kemerdekaan Indonesia. Bangsa Indonesia
merupakan sebuah bangsa yang muncul dari semangat rakyatnya yang
telah memperjuangkan kemerdekaan dari para penjajah. Keinginan untuk
hidup merdeka dan terbebas dari jajahan yang memunculkan semangat
antar ras, suku dan agama untuk saling bersatu sehingga membentuk
identitas nasional bangsa Indonesia.
Secara etimologis, identitas nasional merupakan penggabungan
dari dua kata, yaitu “identitas” dan “nasional”. Kata identitas berasal dari
bahasa inggris “identity” yang memiliki arti sebagai ciri, tanda atau jari
diri yang melekat pada seseorang atau kelompok. Kata nasional berasal
dari bahasa inggris “national” yang memiliki arti sebagai kebangsaan.
Menurut Kartodirdjo (2005), pentingnya identitas nasional dengan
menganalogikan pada orang yang kehilangan ingatan, analogi ini berlaku
pada perorangan, kelompok, keluarga, etnis, suku dan agama. Dari sudut
pandang Kartodirdjo, jika bangsa tanpa memiliki identitas nasional, maka
bangsa tidak akan memiliki akar untuk menghidupi aktivitas, vitalitas dan
kreatifitas bangsa itu sendiri.
Nasikun (2004) dengan menulis kembali pandangan beberapa ahli
ilmu kemasyarakatan bangsa asing yang menganggap semboyan
“Bhinneka Tunggal Ika” sesungguhnya masih lebih merupakan suatu cita-
cita yang harus diperjuangkan oleh segenap bangsa Indonesia daripada
sebagai kenyataan yang benar-benar hidup di dalam masyarakat. Oleh
karena itulah memahami kebudayaan Indonesia dari berbagai segi
merupakan sangat penting dalam rangka menemukan integrasi sebagai
unsur penting dalam usaha persatuan bangsa.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan unsur pembentukan identitas bangsa.
2. Jati diri bangsa dalam arus globalisasi : krisis identitas.
4
3. Menjadi Indonesia : kearifan nusantara sebagai modal pembentuk
identitas nasional.
4. Studi kasus.
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian dan unsur pembentuk identitas
bangsa.
2. Mendeskripsikan jati diri bangsa dalam arus globalisasi pada krisis
identitas.
3. Mendeskripsikan menjadi Indonesia pada kearifan nusantara
sebagai modal pembentukan identitas nasional.
4. Mendeskripsikan studi kasus identitas nasional yang ada di
Indonesia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
3. Bahasa yaitu salah satu kebudayaan bangsa yang menjadi sarana
komunikasi antar masyarakat Indonesia.
4. Budaya Nasional. Kebudayaan adalah suatu kegiatan atau
penciptaan batin manusia yang berisi nilai yang dijadikan sebagai
rujukan hidup.
5. Wilayah Nusantara yaitu wilayah Indonesia yang terdiri dari
banyaknya pulau-pulau yang terbentang di khatulistiwa.
6. Ideologi Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia.
Selanjutnya menurut Rahayu (2007), unsur-unsur identitas nasional
dirumuskan menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Identitas Fundamental yaitu Pancasila sebagai falsafah bangsa,
dasar negara dan ideologi negara.
2. Identitas Instrumental yaitu UUD 1945 dan tatanan perundang-
undangannya, bahasa Indonesia, lambang negara, bendera negara,
lagu kebangsaan Indonesia.
3. Identitas Alamiah yaitu ruang hidup bangsa sebagai negara
kepulauan yang pluralis dalam suku, bahasa, agama dan
kepercayaan.
B. Jati Diri Bangsa dalam Arus Globalisasi: Krisis Identitas
Globalisasi secara umum adalah sebuah gambaran tentang semakin
ketergantungan diantara sesama masyarakat dunia baik budaya maupun
ekonomi. Istilah globalisasi juga sering dihubungkan dengan sirkulasi
gagasan, bahasa, dan budaya populer yang melintasi batas negara.
Fenomena global ini acap kali disederhanakan oleh kalangan ahli sebagai
gejala kecenderungan dunia menuju sebuah perkampungan global (global
village) dimana interaksi manusia berlangsung tanpa halangan batas
geografis. Hal ini tentunya bagian tak terpisahkan dari kemajuan teknologi
informasi yang menyediakan fasilitas manusia modern untuk menjalin
komuniksasi secara murah dan mudah. Pada saat yang sama, isu-isu dunia
di bidang politik, ekonomi, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM)
dengan begitu cepat dapat memengaruhi situasi yang terjadi di suatu
negara (Ubaedillah, 2003).
7
Presiden Soekarno seringkali menegaskan wasiatnya bahwa tugas
berat bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan adalah mengutamakan
pelaksanaan nation and caracter building, bahkan Soekarno menghimbau,
jika pembangunan karakter ini tidak berhasil, bangsa Indonesia hanya
menjadi bangsa kuli. Identitas/kepribadian bangsa Indonesia yang selama
ini dikenal sebagai bangsa yang halus budinya, sopan dalam sikapnya,
santun dalam tindakanya, sangat toleran, memiliki solidaritas yang tinggi,
dan nasionalisme yang kuat serta mengakar. Semua itu lambat laun
semakin pudar akibat derasnya arus globalisasi dan kapitalisme yang
memberikan ajaran untuk individualis, materialis, bebas sebebas-bebasnya,
konsumtif, pragmatis, dan praktis (Erwin, 2012).
Moehtar Lubis dalam buku Manusia Indonesia menyebutkan
beberapa karakteristik manusia Indonesia di antaranya berkarakter hipokrit
(munafik), cenderung pada tahayul (irrasional), suka melempar tanggung
jawab pada orang lain, hedonis, dan artistik (mempunyai jiwa seni atau
estetis yang tinggi) dan lain-lain. Oleh karena itu, tantangan besar bagi
manusia Indonesia adalah pembagunan karakter yang berangkat dari
dalam, bahkan bisa menjadi auto-kritik terhadap diri kita sendiri, tentu
melalui beberapa kritik dari pemikir tentang Indonesia seperti Moehtar
Lubis; dalam proses menjadi dan menemukan kedirian bangsa tersebut kita
dituntut untuk terus berproses menjadi Indonesia dengan melihat faktor
kesejarahan-kritis serta berangkat dari kebudayaan. Tantangan-tantangan
besar lainnya berasal dari luar, di antaranya mengenai globalisasi dan
kebudayaan yang dibawanya.
Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat
antarnegara sangat longgar sehingga rentan sekali memengaruhi nilai-nilai
budaya bangsa, sehingga krisis akhlak dan moral bertambah akut dan
meluas. Memang disatu sisi, kita tidak patut untuk menutup diri dari
globalisasi dengan segala keuntungannya seperti dalam putaran ilmu,
teknologi dan informasi dunia, namun disisi lain kita harus
mempertahankan karakter kita sebagai masyarakat bangsa Indonesia.
Dalam menghadapi ancaman negatif globalisasi itu sudah semestinya
8
bangsa Indonesia mulai dari elit sampai ke rakyatnya untuk kembali
memposisikan dirinya kepada sifat aslinya, agar tidak gampang untuk
diintervensi oleh negara lain dan tidak dikatakan sebagai bangsa yang
tidak memiliki prinsip dan tersesat dalam arus lautan globalisasi (Erwin,
2012).
C. Menjadi Indonesia: Kearifan Nusantara Sebagai Modal Awal
Pembentukan Identitas Nasional
9
3. Pemikiran, sikap, dan tindakan sosial bermasyarakat, seperti
unggah-ungguh, sopan santun, dan udanegara.
10
3. Kurang mengembangkan konsesus diantara para anggota
masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
4. Secara relatif seringkali terjadi konflik diantara kelompok satu
dengan kelompok lainnya.
5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling
ketergantungan didalam bidang ekonomi.
6. Adanya dimensi politik oleh suatu kelompok diatas kelompok-
kelompok lainnya.
11
1. Ketahanan ideal (ketahanan sistem nilai).
2. Ketahanan struktural (ketahanan kelembagaan).
3. Ketahanan pisikal (ketahanan sistem budaya fisik).
4. Ketahanan mental (ketahanan sikap mental).
5. Ketahanan fungsional (ketahanan fungsi unsur-unsur kebudayaan).
6. Ketahanan sistemik (ketahanan totalitas sistem masyarakat).
7. Ketahanan prosesual (ketahanan menghadapi perubahan).
D. Studi Kasus
Identitas nasional dan jati diri suatu bangsa harus dijaga agar bangsa
tersebut tidak mudah luntur oleh bangsa lain dan menjadi bangsa yang bisa
mempertahankan identitasnya. Terkadang kita bingung mengenai apa
identitas nasional dan bagaimana bertindak sesuai dengan norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat. Jika setiap warga negara dapat menyadari
dan mengimplementasikan nilai-nilai indentitas nasional yang telah ada,
maka topik identitas nasional dapat menumbuhkan rasa nasionalisme yang
tinggi antara warga negara. Namun pada dewasa ini, identitas nasional di
Indonesia mulai memudar. Kurangnya rasa nasionalisme membuat
identitas nasional negara ini menjadi kacau atau lebih dikenal dengan
krisis identitas nasional.
Saat ini dapat kita lihat bahwa Indonesia telah mengalami krisis
identitas nasional. Banyaknya penduduk Indonesia yang telah melupakan
produk-produk dalam negeri yang merupakan salah satu basis dari
identitas nasional suatu bangsa. Contohnya makanan cepat saji yang
masuk ke Indonesia yang telah banyak mengubah pola hidup dari
masyarakat Indonesia, salah satunya yaitu melupakan makanan khas
12
bangsa Indonesia sendiri dan ada juga beberapa budaya dan produk dari
Indonesia yang telah diklaim oleh negara lain, berikut adalah daftarnya:
1. Kopi Gayo yang telah diklaim oleh perusahaan Multi Nasional
(MNC) Belanda.
2. Kopi Toraja yang telah diklaim oleh perusahaan Jepang.
3. Kesenian Reog Ponorogo yang telah diklaim oleh Malaysia.
4. Motif Batik Parang dari Yogyakarta yang telah diklaim oleh
Pemerintah Malaysia.
5. Kain Ulos yang telah diklaim oleh Malaysia.
6. Sambal Bajak dari Jawa Tengah yang telah diklaim oleh warga
negara Belanda.
7. Sambal Nanas dari Riau yang telah diklaim oleh warga negara
Belanda.
Dari kasus tersebut dapat diketahui bahwa identitas nasional bangsa
Indonesia telah mengalami kelunturan. Hal itu dapat ditunjukan dalam
masalah Indonesia dengan negara lain. Dalam kasus ini, kami
menyimpulkan bahwa rasa nasionalisme dan identitas bersama sebagai
warga Indonesia masih kurang. Hal ini memudahkan bangsa lain untuk
menghancurkan perekonomian bangsa Indonesia dengan berusaha merebut
produk-produk dalam negeri yang dapat menjatuhkan harga jual didaerah
tersebut. Jika perekonomian hancur maka perkembangan ekonomi
Indonesia akan jauh tertinggal dari negara-negara lain didunia. Belum lagi
bangsa Indonesia harus disibukan dengan banyaknya kasus-kasus korupsi
yang terjadi di Indonesia yang menghambat pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Menurut kami, sebenarnya ada banyak hal dalam mengatasi setiap
masalah, karena pada dasarnya tidak akan ada masalah tanpa jalan keluar.
Yang harus kita lakukan adalah berfikir dan mencari jalan keluar yang
terbaik tanpa adanya kerugian yang di ambil. Sebenarnya banyak cara
untuk mengatasi masalah Identitas Nasional yang ada di negara Indonesia,
Salah satunya adalah menerapkan dan membiasakan menggunakan produk
dalam negeri sebagai bukti cinta terhadap produk Indonesia.
13
Dari banyaknya kasus-kasus yang mengancam identitas nasional,
maka kita sebagai generasi muda harus bisa mempertahankan produk dan
budaya yang telah ada dan terus menjaga serta menyebarluaskan ke ranah
global. Kita harus menyadari bahwa kita sebagai warga negara Indonesia
memiliki berbagai jenis produk ataupun budaya yang harus dipertahankan
dan menjadi identitas bangsa Indonesia serta identitas dari daerah tersebut.
Disamping itu selain kita harus mempertahankan produk dan budaya asli
Indonesia kita juga dapat membuka peluang besar membuka usaha yang
dapat menunjang perekonomian bangsa ini.
14
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16