Anda di halaman 1dari 15

PERENCANAAN PERMUKIMAN

KAMPUNG TEMATIK SEBAGAI SOLUSI MENGATASI PERMASALAHAN


PERMUKIMAN DI INDONESIA

Disusun oleh :
ADE OKTAVIA
41218110025

Dosen Mata Kuliah :


Ir. Joni Hardi, MT.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang Kampung Tematik Sebagai Solusi Mengatasi
Permasalahan Permukiman Di Indonesia. Makalah ini telah penulis susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu semua, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.

Jakarta, 13 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii

BAB I........................ ................................................................................................................1-2

BAB II………. .........................................................................................................................3-5

BAB III… .................................................................................................................................4-5

BAB IV…… ...........................................................................................................................7-10

BAB V…… ............................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 12

ii
`

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejarah permukiman dimulai dari elemen inti yang paling kecil yaitu rumah.
Pada masa pra sejarah rumah masih berupa goa dan pohon. Perkembangan
selanjutnya manusia mulai membuat hunian sendiri dengan memanfaatkan kulit
hewan dan kayu yang diberi rangka yang mudah dibongkar pasang. Pola hidup dari
pengumpul bahan makanan berkembang menjadi petani dan peternak.
Pada masa Yunani, bentuk bangunan rumah bertingkat mendominasi kota-kota
Romawi untuk memenuhi pertumbuhan penghuninya, seperti pembangunan
apartemen berlantai 6-7.
Pada masa abad pertengahan (medieval), perdagangan hasil pertanian
menciptakan kota-kota kecil yang memiliki benteng. Di akhir masa pertengahan
(abad 19) tercipta purwarupa rumah yang dipakai oleh keluarga tunggal yaitu rumah
deret.
Kaum bangsawan pada masa renaissance mulai membuat rumah satu fungsi
yang menjadi karakter rumah di masa modern dengan terpisahnya tempat kerja dan
rumah. Di masa industrialisasi, pertumbuhan daerah bisnis di tengah kota membuat
daerah perumahan tergeser ke luar kota.
Perumahan di masa modern merupakan produk dari perkembangan
permukiman pada masa sebelumnya, bentuk rumah seragam (rumah tunggal, rumah
deret, apartement), variasi fungsi rumah dan variasi lokasi rumah.
1.2. Sejarah dan Perkembangan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
Kebijakan Perumahan dan Permukiman Nasional di Indonesia pada masa
sebelum merdeka masih terbatas pada penyediaan perumahan untuk pegawai negeri,
rumah sewa dan perbaikan lingkungan dalam rangka kesehatan. Pola permukiman
di Indonesia diatur oleh pemerintah kolonial yang dibuat dengan pola teratur
mengikuti pola perumahan di Eropa. Pola permukiman untuk golongan rakyat
umumnya tidak teratur, buruk dan kurang fasilitas.
Pada tahun 1947, kebijakan yang dijalankan tahun 1945 mengalami
perkembangan dengan dibentuknya Kementrian Pekerjaan Umum dan Perhubungan

1
`

yang menangani perumahan pada tingkat “Balai Perumahan”.


Untuk penanganan pembangunan perkotaan di Jakarta dibangun kota Satelit
Kebayoran. Kota satelit kemudian berkembang dengan konsep Jabotabek dan
Jabodetabek. Hal ini adalah awal pesatnya perkembangan perumahan di kota Jakarta
dan menyebar ke kota lainnya.
Masalah perumahan dan permukiman di Indonesia pada saat ini oleh adanya
keadaan tempat tinggal serta lingkungan yang pada umumnya jauh dari memenuhi
syarat-syarat kehidupan keluarga yang layak.

2
`

BAB II
PENGERTIAN DASAR DAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN
PERMUKIMAN DI INDONESIA

Pesatnya perkembangan kota dan juga tuntutan akan pemenuhan kebutuhan


perumahan yang semakin meningkat dan bahkan menimbulkan beban masalah ketidak
terpenuhinya perumahan secara keseluruhan (backlog).

2.1. Pengertian
Rumah adalah kebutuhan dasar manusia berfungsi sebagai tempat atau wadah
aktivitas utama manusia, area privat manusia dan sebagai pelindung dari cuaca, panas,
dan lain-lain.
2.2.1. Menurut Doxiadis (1971).
Perumahan adalah ruang dengan fungsi dominan untuk tempat tinggal.
Sementara permukiman adalah ruang untuk hidup dan berkehidupan bagi
kelompok manusia.
2.2.2. Undang-Undang No. 4 / 1992.
Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga.
2.2.3. (Koesputranto, 1998).
Bangunan merupakan tempat berlindung dari pengaruh luar manusia, seperti
iklim, musuh, penyakit, dan sebagainya. Untuk dapat berfungsi secara fisiologis,
rumah haruslah dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang dibutuhkan seperti
listrik, air bersih, jendela, ventilasi, tempat pembuangan kotoran dan lain-lain.
2.2.4. Silas, 1993.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia setelah sandang dan
pangan di samping pendidikan dan kesehatan yang berfungsi sebagai tempat
pelindung dan pengaman manusia dari pengaruh dan gangguan alam atau cuaca
maupun makhluk lain.

2.2. Pranata Pembangunan Perumahan dan Permukiman


Mengingat fungsi rumah sebagai kebutuhan manusia yang mendasar, pemerintah
mengeluarkan peraturan perundang-undangan tentang perumahan dan permukiman
untuk memberikan arahan bagi pembangunan dalam sektor perumahan dan

3
`

pembangunan. Landasan hukum tersebut antara lain tertuang dalam UUD 1945 Pasal 27,
Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 Pasal 1, Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 dan
Undang-Undang No. 1 Tahun 2011.

2.3. Pengembangan Konsep Pembangunan


Konsep-konsep perumahan yang inovatif diperlukan untuk perumahan yang
berlokasi di kota besar dikarenakan jumlah penduduknya lebih banyak dan
pertumbuhannya lebih cepat sehingga kekumuhan cepat terjadi.

2.4. Program Pokok Pembangunan Perumahan dan Permukiman


Program pokok yang di laksanakan sesuai dengan Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) 1993, meliputi; Program Penyediaan Perumahan dan Permukiman, Program
Perbaikan Perumahan dan Permukiman, Program Penyehatan Lingkungan Permukiman,
Program Penyediaan dan Pengelolaan Sarana Air Bersih, Program Penataan Kota, dan
Program Penataaan Bangunan.

2.5. Pembangunan Perumahan dan Permukiman dalam Kaitannya dengan Penataan


Ruang
Tujuan pembangunan perumahan dan permukiman adalah menyelenggarakan
pembangunan perumahan dan permukiman yang mengacu pada suatu kerangka penataan
ruang wilayah sehingga dapat berlangsung tertib, terorganisasi dengan baik, berdaya
guna dan berhasil guna sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Kaitan antara pembangunan perumahan dan permukiman dengan penataan
ruang adalah sebagai berikut :
2.5.1. Rencana Tata Ruang Wilayah–sebagai hasil perencanaan tata ruang merupakan
landasan pembangunan sektoral. Dalam RUTR Kawasan Perkotaan diatur
alokasi untuk pemanfaatan ruang untuk berbagai penggunaan berdasarkan
prinsip-prinsip keadilan, keseimbangan, keserasian, keterbukaan, dan efisiensi
agar tercipta kualitas permukiman yang layak huni.
2.5.2. Untuk Kawasan Perkotaan, alokasi ruang untuk perumahan dan permukiman
merupakan yang terbesar dibandingkan dengan alokasi penggunaan lainnya.
Lingkup pembangunan perumahan dan permukiman senantiasa mencakup aspek
penataan ruang dan aspek penyediaan prasarana dan sarana lingkungan.
2.5.3. Dalam mendukung pelaksanaan UU No.22/ 1999 tentang Pemerintahan Daerah

4
`

serta mewujudkan visi dan misi pembangunan perumahan dan permukiman yang
tertuang dalam KSNPP (Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan
Permukiman), maka telah disiapkan Pedoman Penyusunan RP4D. RP4D pada
dasarnya merupakan alat operasional untuk mewujudkan kebijakan dan strategi
perumahan dan permukiman tersebut.

2.6. Pembangunan Kebijakan Perumahan di Indonesia


2.6.1. Kebijakan Zaman Kolonial ; Polotik Pemisahan Etnik, Kampoeng Verbeterings
Programme, Kawasan Dago dan Gempol di Bandung.
2.6.2. Kebijakan Zaman Paska Kemerdekaan ; Kongres Perumahan Rakyat Sehat,
Rencana Kota Satelit Kebayoran Baru.
2.6.3. Kebijakan Zaman Orde Baru ; Penyediaan perumahan oleh Perum Perumnas,
K/L dan BUMN / BUMD, P2BPK (Program Pembangunan Perumahan
Bertumpu pada Kelompok), Menjamurnya permukiman skala besar atau Kota
Baru/Kota Mandiri (TownShip Development), Berkembangnya gated
community(keamanan, exclusivism.
2.6.4. Kebijakan Saat Ini; Gerakan 1000 Tower, Hunian Berimbang,

5
`

BAB III
PERMASALAHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI INDONESIA

Menurut hasil sensus yang dilakukan pada tahun 1980, tercatat bahwa kira-kira 28
juta dari rumah yang ada, 5,8% merupakan rumah-rumah yang belum memenuhi syarat,
baik itu dari luasan rumah maupun kepadatan huniannya.
Pengembangan permukiman di perkotaan maupun pedesaan pada hakekatnya untuk
mewujudkan kondisi perkotaan dan pedesaan yang layak huni, nyaman damai, dan
sejahtera serta berkelanjutan.
Pengembangan permukiman meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar
perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, proses penyelenggaraan lahan,
pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.

3.1. Permasalahan Pembangunan Perumahan dan Permukiman


Permasalahan perumahan dan permukiman merupakan sebuah permasalahan
yang berlanjut dan bahkan terus meningkat. Secara sederhana permasalahan perumahan
dan permukiman adalah tidak sesuainya junlah hunian yang tersedia dibandingkan
dengan kebutuhan dan jumlah masyarakat yang akan menempatinya.
3.1.1. Kependudukan
3.1.2. Tata ruang dan Pengembangan Wilayah
3.1.3. Perencanaan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman yang masih belum
optimal
3.1.4. Pertanahan dan Prasarana
3.1.5. Pembiayaan
3.1.6. Teknologi, Industi Bahan Bangunan dan Industri Jasa Konstruksi
3.1.7. Kelembagaan
3.1.8. Peran serta Masyarakat
3.1.9. Peraturan Perundang-Undangan

6
`

BAB IV
KAMPUNG TEMATIK SEBAGAI SOLUSI

Kampung Tematik merupakan salah satu inovasi Pemerintah Kota Semarang dan
Malang untuk mengatasi permasalahan pemenuhan kebutuhan dasar utamanya pada
peningkatan kualitas lingkungan rumah tinggal warga miskin dan prasarana dasar
permukiman.

Salah satu pembangunan kampung tematik yang menuai keberhasilan dalam


penanggulangan permukiman kumuh terjadi di Semarang. Dilansir melalui Jawa Pos
(Pratono, 2017) bahwa Pemerintah Kota Semarang telah merampungkan pembangunan
133 Kampung Tematik di 16 kecamatan. Pemerintah Kota Semarang tidak hanya
menuai keberhasilan mengubah permukiman kumuh menjadi lebih tertata, tetapi juga
berhasil mendorong perubahan sosial dan peningkatan ekonomi di wilayah
perkampungan tersebut (Nursyahbani dan Pigawati, 2015). Kota Semarang hanya
menyisakan angka kemiskinan sebesar 4,85% (Sabaris, 2018).

Kampung Gunung Brintik


sumber; idntimes.com

Kampung Gunung Brintik


sumber; idntimes.com

7
`

Kampung Tematik merupakan titik sasaran dari sebagian wilayah Kelurahan yang
dilakukan perbaikan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
4.1. Mengubah lokasi kumuh menjadi tidak kumuh / peningkatan / perbaikan
kondisi lingkungan.
4.2. peningkatan penghijauan wilayah yang intensif.
4.3. pelibatan partisipasi masyarakat secara aktif .
4.4. mengangkat potensi sosial dan ekonomi masyarakat setempat ( pemberdayaan )

Perlibatan partisipasi masyarakat beserta lembaga-lembaga yang ada bertujun untuk


membangun trademark / karakteristik lingkungan melalui peningkatan / pengembangan
potensi-potensi lokal yang dimiliki di wilayah tersebut. Potensi tersebut dapat berupa;
4.1. usaha masyarakat yang dominan dan menjadi mata pencaharian pokok sebagian
besar warga di wilayah tersebut
4.2. karakter masyarakat yang mendidik ( budaya, tradisi, kearifan lokal )
4.3. masyarakat dan lingkungan yang sehat
4.4. Home industri ramah lingkungan
4.5. Kerajinan masyarakat.
4.6. Ciri khas setempat yang lebih kuat / tidak dimiliki kampung lain dan bisa
menjadi ikon wilayah.

Manfaat dan dampak Kampung Tematik :


4.1. Pemenuhan dan peningkatan sarana dan prasarana lingkungan (fasum dan fasos )
yang lebih baik, dan tertata
4.2. Pertumbuhan dan peningkatan ekonomi lokal yang berpotensi meningkatkan
pendapatan keluarga .
4.3. Mendukung trademark wilayah tersebut menjadi ikonik, dapat memberikan
pengaruh positif pada warga setempat seperti perubahan mindset dan perilaku
warga, keberdayaan masyarakat,
4.4. Diharapkan juga dapat memberikan pengaruh positif dan daya tarik (magnet)
bagi kampung-kampung lainnya di Kelurahan tersebut maupun Kelurahan
lainnya agar terpicu dan terpacu untuk mewujudkan tematik serupa.

8
`

4.5. Munculnya titik – titik kunjungan baru di setiap Kecamatan / Kelurahan yang
tidak semuanya tersentral di tingkat Kota ( terbangunnya sentra-sentra, rumah
galeri ) yang mendukung pengembangan potensi dan ikon Kota Semarang
4.6. Diharapkan dapat menggugah Para Pemberi CSR untuk mereplikasi Kampung
Tematik di Kampung / Kelurahan wilayah lain.

Beberapa contoh kampung tematik yang sudah diterapkan di Indonesia;


4.1. Kampung Jodipan, Malang.

Keunikan setiap kampung-kampung


tematik yang ada di Kota Malang membuat
para wisatawan pun berduyun-duyun datang,
baik dari dalam kota atau pun luar kota
datang untuk melihat keunikan kampung
tematik yang ada di Kota Malang.
Bahkan hingga wisatawan manca negara
pun berduyun-duyun datang melihat
kampungkampung tematik yang ada. Kini
kampungkampung kumuh yang telah
berubah menjadi kampung tematik telah
Kampung Jodipan, Sumber; idntimes.com
mendapatkan berbagai manfaat serta apresiasi bahkan salah satu kampung tematik yaitu
kampung warna-warni di Jodipan telah mandapat pengesahan dari pemerintah Kota
Malang. Hal ini justru berbanding terbaik dari kondisi kampung yang sebenarnya
illegal.
4.2. Kampung Wisata Kali Code, Yogyakarta.
Seorang arsitek sekaligus tokoh agama,
Romo YB Manguwijaya, adalah sosok di
balik tercetusnya warna-warni pelangi di
perkampungan Code. Lokasinya ada di
Kelurahan Kotabaru, Kecamatan
Gondokusuman, Yogyakarta, tepat di
Kampung Wisata Kali Code,
Sumber; idntimes.com selatan Jembatan Gondolayu.

9
`

Genteng rumah lama dan tembok usang


digantikan oleh warna-warna cerah dan
kontras yang membuatnya semakin indah.
Kini Kampung Code telah menjelma
sebagai destinasi wisata alternatif untuk
menikmati Yogyakarta dari sisi lain.
Kampung Wisata Kali Code,
4.3. Kampung Bekelir, Tangerang Sumber; idntimes.com

Tangerang tak mau ketinggalan


menciptakan lingkungan kampung yang
indah dan berwarna dengan nama
Kampung Bekelir. Bukan sekadar
mengecat tembok dan atap berwarna-
warni, kampung ini dipenuhi mural dan
grafiti 3D dengan desain yang sangat
keren, mulai dari tembok hingga
jalanannya.
Ada pula instalasi unik, seperti payung
pelangi, payung Shanghai, dan tanaman
Kampung Bekelir, Sumber; idntimes.com
gantung. Yang bikin salut, ide renovasi 300 rumah di perkampungan ini justru datang
dari inisiatif warga Kampung Babakan sendiri. Mereka kemudian didukung para
budayawan dan seniman asal Yogyakarta, Semarang, hingga Filipina.

4.4. Kampung Pelangi, Banjarbaru


Aliran sungai yang kotor serta perumahan
kumuh kini tak lagi terlihat di pinggir Sungai
Kemuning. Bangunan warna-warni, mural, dan
lukisan 3D yang ceria sudah menggantikan imej
suram di sana. Kampung Pelangi di Banjarbaru
diresmikan pada 2017 lalu, setelah pemerintah
daerah memberikan bantuan berupa cat untuk
renovasi rumah warga.

Kampung Pelangi,
Sumber; idntimes.com
10
`

BAB V

KESIMPULAN

Pengaruh pembangunan kampung tematik dalam upaya menanggulangi permasalahan


pembangunan wilayah perkotaan di Kota Malang memberikan dampak yang sangat
positif guna penanganan mengenai pembangunan wilayah Kota Malang. Hal tersebut
dapat dilihat dari bagaimana indikator keberhasilan dan dampak pada pemukiman tidak
layak yang tidak bisa disematkan lagi pada kampung-kampung tematik tersebut.
Berdasarkan pada penjelasan diatas dapat dilihat bahwa keadaan kampung yang
dulunya kumuh kemudian berubah menjadi sebuah kampung tematik dapat menajadi
sebauh terobosan dalam mengatasi permasalahan yang ada di kampung-kampung kumuh
yang mana dalam hal ini adalah pada bidang perekonomian masyarakat kecil.
Terserapnya pengangguran dengan berubahnya kampung kumuh menjadi kampung
tematik ini tentu memberikan dampak yg cukup baik bagi Kota itu sendiri.
Dampak berubahnya kampung kumuh yang enggan orang-orang untuk datang
berkunjung hanya dengan merubahnya menjadi kampung tematik memberikan dampak
yang luar biasa besar bukan hanya pada kondisi perkampungannya tapi juga pada
masyarakat yang tinggal didalamnya. Namun, hal tersebut tetap tidak menyingkirkan
resiko-resiko mendasar yang ditanggung oleh masyarakat yang tinggal didalamnya yaitu
bencana alam.

11
`

DAFTAR PUSTAKA
Hardi, Joni. Modul Perkuliahan Pengantar Perencanaan Permukiman. Jakarta: Pusat
Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercubuana.

Hardi, Joni. Modul Perkuliahan Perencanaan Permukiman. Jakarta: Pusat


Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercubuana.

http://gerbanghebat.semarangkota.go.id/home/hal-tematik/1

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1296/arsitektur-
lisa.pdf?sequence=1

12

Anda mungkin juga menyukai