Anda di halaman 1dari 62

KERANGKA ACUAN KERJA

( KAK )

PENYUSUNAN
RENCANA SATUAN KAWASAN PERMUKIMAN (RSKP) SELAUT
KABUPATEN SIMEULUE

TAHUN ANGGARAN 2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perumahan dan Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam
rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Permasalahan yang dihadapi
sesungguhnya tidak terlepas dari aspek yang berkembang dalam dinamika kehidupan
masyarakat maupun kebijakan pemerintah dalam mengelola persoalan yang ada. Dalam
mengatasi permasalahan perumahan dan permukiman, setiap prosesnya dilaksanakan
secara bertahap yakni melalui tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan,
pemeliharaan, dan pengembangan.

Pembangunan perumahan dan permukiman merupakan kegiatan yang bersifat multi


sektor, Hasilnya langsung menyentuh salah satu kebutuhan dasar masyarakat , juga
pendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Sejak awal, pembangunan perumahan dan
permukiman di Indonesia telah diselenggarakan berdasarkan prinsip :

a. Pemenuhan kebutuhan akan rumah layak merupakan tugas dan tanggung jawab
masyarakat sendiri.
b. Pemerintah mendukung melalui penciptaan iklim yang memungkinkan masyarakat
mandiri dalam mencukupi kebutuhannya akan rumah layak. Dukungan diberikan
melalui penyediaan prasarana dan sarana, perbaikan lingkungan permukiman,
peraturan, perundangan yang bersifat memayungi, layanan kemudahan dalam
perijinan bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dll.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dilaksanakannya kegiatan ini adalah :

a. Menyusun RSKP sebagai pedoman dan skenario pemerintah daerah dalam


menyelenggarakan kegiatan di bidang perumahan dan permukiman.
b. RSKP sebagai suatu alat untuk mewujudkan keterpaduan prasarana dan sarana
untuk mendukung kebijakan pengembangan kawasan perumahan dan
permukiman.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan kegiatan ini yaitu
untuk melakukan proses penyusunan RSKP, termasuk identifikasi penataan

2
keterpaduan prasarana dan sarana di bidang perumahan dan permukiman
sebagai suatu dokumen yang mengikat pihak-pihak terkait.

C. SASARAN :
Sasaran yang ingin dicapai dengan Penyusunan RSKP Kabupaten Simeulue ini adalah:
- Terdokumentasikannya data dan informasi kinerja pihak-pihak terkait dalam
proses penyusunan, penggunaan serta pemantauan RSKP, serta persoalan-
persoalan yang menyangkut pelaksanaan teknis penyusunan RSKP dan
keterpaduan prasarana kawasan di bidang perumahan dan permukiman di daerah.
- Tersusunnya analisis masalah-masalah yang memerlukan penguatan agar praktek
penyusunan RSKP.
- Tersusunnya dokumen yang dilengkapi dengan rekomendasi dan masukan teknis
dalam rangka pelaksanaan kebijakan teknis penyusunan RSKP.
- Terakomodasikannya seluruh kebutuhan akan perumahan dah permukiman yang
dijamin oleh kepastian hukum, terutama bagi kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah.

D. LOKASI KEGIATAN
Kegiatan Penyusunan Rencana Satuan Kawasan Permukiman (RSKP) Pembangunan
Kawasan Permukiman ini secara administratif berada di Kabupaten Simeulue yaitu :
1. Kawasan Kecamatan Alafan Kab. Simeulue Provinsi Aceh
2. Kawasan Kecamatan Simeulue Cut Kab. Simeulue Provinsi Aceh
3. Kawasan Kecamatan Salang Kab. Simeulue Provinsi Aceh
4. Kawasan Kecamatan Simeulue Barat Kab. Simeulue Provinsi Aceh
a. Output :
Dokumen RSKP yang dapat digunakan sebagai bahan penilaian dan penetapan Rencana
Satuan Kawasan Permukiman.
b. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup wilayah kerja meliputi satu atau beberapa kecamatan yang
diindikasikan berpotensi sebagai kawasan permukiman, pada lingkup kabupaten
yang telah ditentukan.
2. Kerangka Acuan ini memuat ketentuan umum muatan RSKP, ketentuan teknis
muatan RSKP, dan prosedur penyusunan RSKP.

3
1. Pengertian Rumah

Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, rumah adalah bangunan
yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.

Menurut John F.C Turner, 1972, dalam bukunya Freedom To Build mengatakan, “Rumah
adalah bagian yang utuh dari permukiman, dan bukan hasil fisik sekali jadi semata, melainkan
merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi
penghuninya dalam suatu kurun waktu. Yang terpenting dan rumah adalah dampak terhadap
penghuni, bukan wujud atau standar fisiknya. Selanjutnya dikatakan bahwa interaksi antara
rumah dan penghuni adalah apa yang diberikan rumah kepada penghuni serta apa yang
dilakukan penghuni terhadap rumah”.

Menurut Siswono Yudohusodo (Rumah Untuk Seluruh Rakyat, 1991: 432), rumah adalah
bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
Jadi, selain berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan untuk berlindung
dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, rumah merupakan tempat awal
pengembangan kehidupan.

Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman menyebutkan


bahwa rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping pangan, sandang,
pendidikan dan kesehatan. Selain berfungsi sebagai pelindung terhadap gangguan alam/cuaca
dan makhluk lainnya, rumah juga memiliki peran sosial budaya sebagai pusat pendidikan
keluarga, persemaian budaya dan nilai kehidupan, penyiapan generasi muda, dan sebagai
manifestasi jati diri. Dalam kerangka hubungan ekologis antara manusia dan lingkungannya
maka terlihat jelas bahwa kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang sangat
dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan permukimannya. (Sumber: Kebijakan dan Strategi
Nasional Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman dan Prasarana Permukiman )

2. Pengertian Perumahan

Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, perumahan berada dan
merupakan bagian dari permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana
dan sarana lingkungan (pasal 1 ayat 2).

Pembangunan perumahan diyakini juga mampu mendorong lebih dari seratus macam kegiatan
industri yang berkaitan dengan bidang perumahan dan permukiman (Sumber: Kebijakan dan

4
Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman dan Prasarana
Permukiman )

3. Pengertian Permukiman

Menurut Undang-Undang No 4 Tahun 1992 Pasal 3, Permukiman adalah bagian dari


lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Satuan lingkungan
permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan
tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur (pasal 1 ayat 3).

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 menyebutkan bahwa penataan perumahan dan
permukiman berlandaskan asas manfaat, adil dan merata, kebersamaan dan kekeluargaan,
kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian lingkungan hidup.

Jadi, pemukiman adalah suatu wilayah atau area yang ditempati oleh seseorang atau
kelompok manusia. Pemukiman memiliki kaitan yang cukup erat dengan kondisi alam dan
sosial kemasyarakatan sekitar.

4. Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman

Dalam Pasal I menyebutkan bahwa rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat
tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga; Perumahan adalah kelompok rumah yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan; sedangkan Permukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Satuan lingkungan permukiman adalah
kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang,
prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur;

Asas dari penataan perumahan dan permukiman berlandaskan pada asas manfaat, adil
dan merata, kebersamaan dan kekeluargaan, kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan,
dan kelestarian lingkungan hidup (Bab II Pasal 3). Sedangkan dalam Pasal 4 menyebutkan
bahwa penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk:

i. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam
rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;

5
ii. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi, dan teratur;
iii. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional;
iv. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial , budaya, dan bidang-bidang lain.

Pemenuhan kebutuhan permukiman diwujudkan melalui pembangunan kawasan


permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan
yang bertahap (Bab IV Pasal 18). Pembangunan kawasan permukiman tersebut ditujukan
untuk menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan
permukiman dan mengintegrasikan secara terpadu dan meningkatkan kualitas lingkungan
perumahan yang telah ada di dalam atau di sekitarnya, yang dihubungkan oleh jaringan
transportasi sesuai dengan kebutuhan dengan kawasan lain yang memberikan berbagai
pelayanan dan kesempatan kerja.

Pembangunan perumahan dan permukiman diselenggarakan berdasarkan rencana tata


ruang wilayah perkotaan dan rencana tata ruang wilayah bukan perkotaan yang menyeluruh
dan terpadu yang ditetapkan olch pemerintah daerah dengan mepertimbangkan berbagai aspck
yang terkait serta rencana, program, dan prioritas pembangunan perumahan dan permukiman.

5. Fungsi Rumah

Menurut Turner (1972:164-167), terdapat tiga fungsi yang terkandung dalam rumah:

1. Rumah sebagai penunjang identitas keluarga, yang diwujudkan dalam kualitas hunian
atau perlindungan yang diberian rumah. Kebutuhan tempat tinggal dimaksudkan agar
penghuni mempunyai tempat tinggal atau berteduh secukupnya untuk melindungi
keluarga dari iklim setempat.
2. Rumah sebagai penunjang kesempatan keluarga untuk berkembang dalam kehidupan
sosial, budaya, dan ekonomi atau fungsi pengembangan keluarga. Fungsi ini diwudkan
dalam lokasi tempat rumah itu didirikan. Kebutuhan berupa akses ini diterjemahkan
dalam pemenuhan kebutuhan sosial dan kemudahan ke tempat kerja guna
mendapatkan sumber penghasilan.
Rumah sebagai penunjang rasa aman dalam arti terjaminnya kehidupan keluarga di
masa depan setelah mendapatkan rumah, jaminan keamanan lingkungan perumahan
yang ditempati serta jaminan keamanan berupa kepemilikan rumah dan lahan.

6
Rumah sebagai kebutuhan dasar manusia, perwujudannya bervariasi menurut siapa penghuni
atau pemiliknya. Berdasarkan hierarchy of need (Maslow, 1954:10), kebutuhan akan rumah
dapat didekati sebagai:

1. Physiological needs (kebutuhan akan makan dan minum), merupakan kebutuhan


biologis yang hampir sama untuk setiap orang, yang juga merupakan kebuthan terpenting
selain rumah, sandang, dan pangan juga termasuk dalam tahap ini.

2. Safety or security needs (kebutuhan akan keamanan),merupakan tempat berlindung bagi


penghuni dari gangguan manusia dan lingkungan yang tidak diinginkan.

3. Social or afiliation needs (kebutuhan berinteraksi), sebagai tempat untuk berinteraksi


dengan keluarga dan teman.

4. Self actualiztion needs (kebutuhan akan ekspresi diri), rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal, tetapi menjadi tempat untuk mengaktualisasikan diri.

6. Lingkungan Perumahan

Lingkungan permukiman merupakan suatu sistem yang terdiri dari lima elemen, yaitu (K.
Basset dan John R. Short, 1980, dalam Kurniasih) :

1. Nature (unsur alami), mencakup sumber-sumber daya alam seperti topografi,


hidrologi, tanah, iklim, maupun unsur hayati yaitu vegetasi dan fauna.
2. Man (manusia sebagai individu), mencakup segala kebutuhan pribadinya seperti
biologis, emosional, nilai-nilai moral, perasaan, dan perepsinya.
3. Society (masyarakat), adanya manusia sebagai kelompok masyarakat.
4. Shells (tempat), dimana mansia sebagai individu maupun kelompok melangsungkan
kegiatan atau melaksanakan kehidupan.
5. Network (jaringan), merupakan sistem alami maupun buatan manusia, yang
menunjang berfungsinya lingkungan permukiman tersebut seperti jalan, air bersih,
listrik, dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka pada dasarya suatu permukiman terdiri dari isi
(contents) yaitu manusia, baik secara individual maupun dalam masyarakat dan wadah yaitu
lingkungan fisik permukiman lingkungan fisik permukiman yang merupakan wadah bagi
kehidupan manusia dan merupakan pengejawantahan dari tata nilai, sistem sosial, dan budaya
masyarakat yang membentuk suatu komunitas sebagai bagian dari lingkungan permukiman
tersebut.

7
7. Perumahan Pinggiran Desa

Menurut Silas (1993) dalam Razziati (1999:15) mengatakan bahwa desa pinggiran di
Surabaya yang berlokasi dalam jangkauan peluang kerja, dibandingkan dengan di kampung,
biaya penyediaan rumah di desa lebih murah. Bermacam bentuk pembiayaan dengan berbagai
cara pembayaran, selain aspek positif dari peluang bangunan. Desa-desa tersebut tersebar
dalam kisaran 100 Ha – 400 Ha, dengan penduduk antara 100 – 4000 orang atau 250 – 800
rumahtangga per desa. Kurang lebih sekitar 1/5 dari luas tanah digunakan untuk perumahan
dengan kepadatan sekitar 150 orang/Ha, dimana 4/5 luas tanahnya untuk lahan pertanian.

Di desa pinggiran kota, rumah atau ruang kamarnya dapat dijual atau disewakan serta
dikontrakkan dengan perjanjian yang fleksibel, dan separoh (jauh lebih murah) dari harga di
kampung kota. Penjualan tanah untuk bangunan tidak umum pada waktu itu (sebelum tahun
1970-an). Sampai awal tahun 1970-an, kebanyakan desa pinggiran di Surabaya memiliki
tingkat pertumbuhan yang rendah. Tetapi sejak mengacu pada kebijakan pembangunan kota,
para pengembang menjadi tertarik pada desa serta potensinya. Banyak pembangunan proyek
real estate dekat desa dan mempengaruhi harga tanah di desa tersebut. Dalam kurun waktu
akhir 1970-an, harga tanah untuk kepentingan pembangunan formal melonjak 100% - 150%.
Meskipun harga tanah sudah naik, pada perumahan untuk golongan pendapatan rendah,
kenaikan harganya masih berkisar 20% - 50% dibanding tahun sebelumnya.

Berdasarkan Razziati (1999), masuknya industri besar ke sebuah desa akan berpengaruh
terhadap perkembangan hunian di desa tersebut melalui transformasi sosial ekonomi. Bila
dibandingkan dengan Kota Surabaya, maka Desa Cangringmalang sebagai desa pinggiran
mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan pada kurun waktu tahun 1970-an. Harga
tanah pun masih rendah seperti sebelum desa pinggiran Surabaya tersebut berkembang pesat.
Yang membedakan antara desa-desa tersebut adalah penyediaan sarana dan prasarana serta
fasilitas lain.

8. Persyaratan Permukiman

Dalam penentuan lokasi suatu permukiman, perlu adanya suatu kriteria atau persyaratan untuk
menjadikan suatu lokasi sebagai lokasi permukiman. Kriteria tersebut antara lain:

1. Tersedianya lahan yang cukup bagi pembangunan lingkungan dan dilengkapi dengan
prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial.

8
2. Bebas dari pencemaran air, pencemaran udara dan kebisingan, baik yang berasal dari
sumber daya buatan atau dari sumber daya alam (gas beracun, sumber air beracun,
dsb).
3. Terjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi pembinaan
individu dan masyarakat penghuni.
4. Kondisi tanahnya bebas banjir dan memiliki kemiringan tanah 0-15 %, sehingga dapat
dibuat sistem saluran air hujan (drainase) yang baik serta memiliki daya dukung yang
memungkinkan untuk dibangun perumahan.
5. Adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni terhadap tanah dan bangunan
diatasnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu :
- Lokasinya harus strategis dan tidak terganggu oleh kegiatan lainnya.
- Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan, seperti pelayanan kesehatan,
perdagangan, dan pendidikan.
- Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan
tidak sampai menimbulkan genangan air.
- Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk
disalurkan ke masing-masing rumah.
- Dilengkapi dengan fasilitas pembuangan air kotor, yang dapat dibuat dengan sistem
individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik komunal.
- Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar
lingkungan permukiman tetap nyaman.
- Dilengkapi dengan fasilitas umum, seperti taman bermain untuk anak, lapangan atau
taman, tempat beribadah, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala besarnya
permukiman tersebut.
- Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.

(Sumber : “Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun”


Departemen PU)

Hal yang sama mengenai persyaratan lokasi permukiman juga dijelaskan dalam Joseph De
Chiara dalam Standar Perencanaan Tapak, 1994, dimana yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan perumahan tapak untuk perumahan apabila ingin dicapai pembangunan dan
pemeliharaan yang sehat, antara lain:

9
A. Sifat Khas Fisis Tapak yang Penting

1. Kondisi tanah dan bawah tanah.

Kondisi bawah tanah dan harus sesuai dengan untuk pekerjaan galian dan persiapan,
peletakan jaringan utilitas serta pelandaian dan penanaman, memberikan daya dukung yang
baik untuk penghematan konstruksi bangunan yang akan dibangun. Untuk menghemat
konstruksi, sebaiknya lapisan bawa tanah tidak mengandung batuan keras atau rintangan lain
untk efisiensi galian utilitas pondasi atau kolong bangunan.

2. Air tanah dan drainase

Muka air tanah yang relatif rendah untuk untuk melingdungi bangunan dari genangan pada
kolong bangunan dan gangguan air selokan, tidak adanya rawa, dan kelandaian lereng yang
cukup memungkinkan penyaluran curah hujan permukaan normal dan kelancaran aliran air
selokan.

3. Keterbebasan dari banjir permukaan

Daerah pembangunan harus terbebas dari bahaya banjir permukaan yang disebabkan oleh
sungai, danau atau air pasang.

4. Kesesuaian penapakan bangunan yang akan direncanakan

Lahan tidak boleh terlalu curam demi kebaikan kelandaian dalam kaitannya dengan kostruksi
hunian. Tapak bangunan tidak boleh mempunyai ketinggian melebihi kemampuan jangkuan
air untuk keperluan rumah tangga dan penangulangan kebakaran.

5. Kesesuaian untuk akses dan sirkulasi

Topografi harus memungkinkan pencapaian yang baik oleh kendaraan maupun pejalan kaki,
ke dan di dalam tapak. Topografi juga harus memungkinkan pelandaian yang sesuai dengan
standar yang ada.

6. Kesesuaian untuk pembangunan ruang terbuka

Lahan untuk halaman pribadi, tempat bermain dan taman lingkungan harus memungkinkan
pelandaian dan pembangunan yang sesuai dengan spesifikasi.

7. Keterbatasan dari bahaya kecelakaan topografi

Daerah yang akan dibangun hendaknya bebas dari kondisi topografi yang dapat menyebabkan
kecelakaan, seperti galian, lubang yang menganga, dan garis pantai yang berbahaya.

10
B. Ketersediaan Pelayanan Saniter dan Perlindungan

1. Persediaan air dan pembuangan air selokan saniter

Sistem persediaan air dan pembuangan harus dipandang sebagai pelayanan saniter jangka
panjang dan bukan hanya sekedar instalasi fisis. Penyetujuan dini dari pihak berwenang
dibidang kesehatan merupakan prasyarat untuk pembuatan fasilitas pembuangan air kotor
pada tapak dan untuk usulan pengembangan jaringan air maupun selokan yang akan melayani
tapak tersebut.

2. Pembuangan sampah

Apabila pelayanan sampah kota dapat diadakan, maka pemilihan tapak yang menyangkut hal
ini tidak akan menemui masala. Tetapi kebutuhan fasilitas pengolahan sampah pada tapak
atau di sekitas tapak untuk penguburan, pembakaran dan proses kimiawi memerlukan upaya
penelaahan untuk pengalaman. Masalah yang utama adalah pemisahan lahan untuk
pembuangan, penghindaran bau-bauan yang disebar oleh angin serta penggunaan metode
pembuangan untuk mencegah bersarangnya tikus dan pembiakan serangga.

3. Listrik, bahan bakar dan komunikasi

Listrik sangat penting untuk setiap rumah, tetapi karena pelayanan listrik biasanya dapat
diperluas untuk suatu pembangunan dan dapat dibangkitkan apabila diperlukan maka listrik
jarang menimbulkanmaslah dalam pemilihan tapak. Gas tidak dianggap sebagai utilitas yang
penting. Apabila keperluan gas berada di luar jangkauan jaringan pelayanan, maka tabung gas
bertekanan tinggi yang mudah diangkut dapat digunakan. Pelayanan telepon, seperti listrik
dapat diperluas untuk tapak yang memerlukannya.

4. Pengamanan oleh polisi dan penyelamat kebakaran

Kelayakan perlindungan oleh polisi tidak begitu terpengaruh oleh lokasi, tetapi seperti halnya
perlindungan terhadap kebakaran, apabila letak tempatnya terisolir maka segi pembiayaan
harus diperhitungkan.

C. Keterbatasan Dari Bahaya dan Gangguan Setempat

1. Bahaya kecelakaan

Bahaya utama kecelakaan utama adalah tabarakan dengan kendaraan bermotor lainnya,
bahaya api dan ledakan, jatuh, dan tenggelam. Penyebab tabrakan adalah lalu lintas jalan dan
jalan kereta api serta musibah pendaratan pesawat terbang di dekat jalur pendaratan.

11
2. Kebisingan dan getaran

Kebisingan yang berlebihan, kadang-kadang disertai getaran biasanya dihasilkan oleh jalan
kereta api, bandar udara, lalu lintas, industri berat, peluit kapal, dan sebagainya. Perumahan
tidak boleh terletak pada tapak yang terus menerus dilanda kebisingan yang tidak terkendali,
terutama di malam hari.

3. Bau-bauan, asap dan debu

Sumber bau-bauan yang tidak sedap biasanya adalah:

a. Pabrik, industri, terutama rumah potong hewan, penyamakan kulit dan pabrik yang
menghasilkan produk dari binatang; industri karet, kimia dan pupuk, pewarnaan atau
pencucian tekstil; pabrik kertas, sabun dan cat; dan pabrik gas.
b. Tempat pembuangan sampah, terutama apabila proses pemusnahan melibatkan
pembakaran.
c. Sungai yang dikotori air selokan, atau instalasi pengolahan tinja yang tidak berjalan
dengan sempurna.
d. Peternakan, terutama babi dan kambing, terutama apabila dipelihara secara berdesak-
desakan dan dalam keadaan kotor.
e. Asap lalu lintas kendaraan bermotor dan kereta api dengan bahan bakar batubara.
Sumber asap dan debu yang sering dijumpai adalah industri, jalur kereta api, tempat
pembuangan dan kebakaran sampah. Debu juga berasal dari lahan terbuka seperti
lahan kosong, perkebunan yang tidak ditanami, tempat rekreasi yang tak terurus dan
daerah berdebu yang luas.

(Dirangkum dari: Joseph De Chiara; Lee E. Koppelman. Standar Perencanaan Tapak. 1994.
Hal: 91-95)

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Permukiman

Keberadaan suatu permukiman dapat mempengaruhi berkembangnya suatu wilayah, dan


sebaliknya kegiatan pembangunan dalam suatu wilayah dapat mempengaruhi berkembangnya
permukiman. Permukiman berkaitan secara langsung dengan kehidupan dan harkat hidup
manusia, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan permukiman cukup banyak, antara
lain faktor geografis, faktor kependudukan, faktor kelembagaan, faktor swadaya dan peran
serta masyarakat, faktor keterjangkauan daya beli, faktor pertanahan, faktor ekonomi dan

12
moneter. Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pembangunan perumahan adalah
disebabkan oleh perubahan nilai-nilai budaya masyarakat.

(Sumber: “Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, Nomor 12.April 1994)

Sedangkan menurut Siswono, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
permukiman yang dapat dilihat dari 9 aspek, antara lain: letak geografis, kependudukan,
sarana dan prasarana, ekonomi dan keterjangkauan daya beli, sosial budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi, kelembagaan, dan peran serta masyarakat

(Sumber : Siswono, dkk)

1. Faktor geografi

Letak geografis suatu permukiman sangat menentukan keberhasilan pembangunan suatu


kawasan. Permukiman yang letaknya terpencil dan sulit dijangkau akan sangat lambat untuk
berkembang. Topografi suatu kawasan juga berpengaruh, jika topografi kawasan tersebut
tidak datar maka akan sulit bagi daerah tersebut untuk berkembang. Lingkungan alam dapat
mempengaruhi kondisi permukiman, sehingga menambah kenyamanan penghuni
permukiman.

2. Faktor Kependudukan

Perkembangan penduduk yang tinggi, merupakan permasalahan yang memberikan pengaruh


yang sangat besar terhadap pembangunan permukiman. Jumlah penduduk yang besar
merupakan sumber daya dan potensi bagi pembangunan, apabila dapat diarahkan menjadi
manusia pembangunan yang efektif dan efisien. Tetapi sebaliknya, jumlah penduduk yang
besar itu akan merupakan beban dan dapat menimbulkan permasalahan bila tidak diarahkan
dengan baik. Disamping itu, penyebaran penduduk secara demografis yang tidak merata,
merupakan permasalahan lain berpengaruh terhadap pembangunan perumahan.

3. Faktor Kelembagaan

Faktor lain yang berpengaruh terhadap pembangunan perumahan adalah perangkat


kelembagaan yang berfungsi sebagai pemegang kebijaksanaan, pembinaan, dan pelaksanaan
baik sektor pemerintah maupun sektor swasta, baik di pusat maupun di daerah. Secara
keseluruhan perangkat kelembagaan tersebut belum merupakan suatu sistem terpadu. Menurut
UU No. 5 Tahun 1979, Pemda memegang peranan dan mempunyai posisi strategis dalam
pelaksanaan pembangunan perumahan. Namun unsur-unsur perumahan di Tingkat Daerah
yang melaksanakan program khusus untuk koordinasi, baik dalam koordinasi vertikal maupun

13
horisontal dalam pembangunan perumahan, masih perlu dimantapkan dalam mempersiapkan
aparaturnya.

Termasuk didalamnya adalah kebijaksanaan yang mengatur kawasan permukiman,


keberadaan lembaga-lembaga desa, misalnya LKMD, Karang Taruna, Kelompok wanita dan
sebagainya.

4. Faktor Swadaya dan Peran Serta Masyarakat

Dalam rangka membantu golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, menengah, tidak
tetap, perlu dikembangkan pembangunan perumahan secara swadaya masyarakat yang
dilakukan oleh berbagai organisasi non-pemerintah. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa
masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap serta amat rendah dan tidak berkemampuan
tersebut mampu membangun rumahnya sendiri dengan proses bertahap, yakni mula-mula
dengan bahan bangunan bekas atau sederhana, kemudian lambat laun diperbaiki dengan
bangunan permanen bahkan ada pula beberapa rumah yang sudah bertingkat. Faktor swadaya
dan peran serta masyarakat atau aspek sosial tersebut juga meliputi kehidupan sosial
masyarakat, kehidupan bertetangga, gotong royong dan pekerjaan bersama lainnya.

5. Sosial dan Budaya

Faktor sosial budaya merupakan faktor internal yang mempengaruhi perkembangan


permukiman. Sikap dan pandangan seseorang terhadap rumahnya, adat istiadat suatu daerah,
kehidupan bertetangga, dan proses modernisasi merupakan faktor-faktor sosial budaya.
Rumah tidak hanya sebagai tempat berteduh dan berlindung terhadap bahaya dari luar, tetapi
berkembang menjadi sarana yang dapat menunjukkan citra dan jati diri penghuninya.

6. Ekonomi dan Keterjangkauan Daya Beli

Aspek ekonomi meliputi yang berkaitan dengan mata pencaharian. Tingkat perekonomian
suatu daerah yang tinggi dapat meningkatkan perkembangan permukiman. Tingkat
perekonomian suatu daerah akan mempengaruhi tingkat pendapatan seseorang. Makin tinggi
pendapatan sesorang, maka makin tinggi pula kemampuan orang tersebut dalam memiliki
rumah. Hal ini akan meningkatkan perkembangan permukiman di suatu daerah.
Keterjangkauan daya beli masyarakat terhadap suatu rumah akan mempengaruhi
perkembangan permukiman. Semakin murah harga suatu rumah di daerah tertentu, semakin
banyak pula orang yang membeli rumah, maka semakin berkembanglah permukiman yang
ada.

14
7. Sarana dan Prasarana

Kelengkapan sarana dan prasarana dari suatu perumahan dan permukiman dapat
mempengaruhi perkembangan permukiman di suatu wilayah. Dengan adanya sarana dan
prasarana yang memadai dapat memudahkan penduduknya untuk beraktivitas sehari-hari.
Semakin lengkap sarana dan prasarana yang tersedia maka semakin banyak pula orang yang
berkeinginan bertempat tinggal di daerah tersebut.

8. Pertanahan

Kenaikan harga lahan sebagai akibat penyediaan kelangkaan lahan untuk permukiman,
menyebabkan timbulnya slum dan squatter.

9. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat meningkatkan perkembangan


perumahan dan permukiman. Dengan diciptakannya teknologi-teknologi baru dalam bidang
jasa konstruksi dan bahan bangunan maka membuat pembangunan suatu rumah akan semakin
cepat dan dapat menghemat waktu. Sehingga semakin banyak pula orang-orang yang ingin
membangun rumahnya. Hal ini akan meningkatkan perkembangan permukiman.

Amos Rapoport (1983) juga menyatakan bahwa permukiman dapat dilihat sebagai suatu
bentang lahan budaya (cultural landscape feature) terutama permukiman tradisional yang
wujud fisiknya sangat besar kaitannya dengan budaya, dimana ciri-cirinya adalah:

1. Di dalamnya terdapat hubungan/kaitan antara berbagai elemen dan juga sifat dan
elemen-elemen tersebut, termasuk antara lingkungan binaan dengan lingkungan alami.

2. Mempunyai ciri dan karakteristik yang khas, umumnya mengandung budaya yang
spesifik.

3. Tidak dirancang oleh seorang perancang. Perancangan merupakan suatu konsep yang
lebih luas yang merupakan perwujudan dan keputusan-keputusan dan pilihan-pilihan
manusia, sebuah pilihan diantara berbagai alternatif yang memungkinkan.

4. Terdapat sifat-sifat spesifik dan pilihan-pilihan tersebut yaitu didasarkan atas hukum
yang berlaku, merefleksikan budaya pada kelompoknya.

5. Merupakan sistem pilihan dan gaya hidup, meliputi pilihan-pilihan bagaimana


menentukan material, waktu dan sumber-sumber simbolik.

15
6. Bentang budaya misalnya permukiman adalah merupakan sebuah produk dan sistem
pilihan tersebut.

7. Konservasi-preservasi dan bentang budaya yang merupakan suatu tingkatan dan kualitas
lingkungan. Konservasi dan prisip-prinsip dalam bentang budaya tradisional dapat
diterapkan dalam rancangan yang baru.

8. Kualitas lingkungan, yang menyangkut persepsi (terkait dengan psikologikal, sosio


kultur) dan standar (terkait dengan studi fisik dan lingkungan).

16
BAB II KETENTUAN UMUM
MUATAN
RENCANA SATUAN KAWASAN PERMUKIMAN/RSKP

2.1. Kedudukan RSKP


Dalam sistem perencanaan tata ruang dan sistem perencanaan pembangunan nasional,
kedudukan RSKP.

PERDA BG &
Perda2

RSKP merupakan rencana rinci tata ruang sebagai penjabaran yang disusun sesuai
dengan tujuan penetapan masing-masing Provinsi dan Kabupaten Muatan RSKP dan
berisi aturan terkait dengan hal-hal spesifik tentang permukiman. Kepentingan Rencana
Kawasan Strategis Nasional, Provinsi dan Kabupaten merupakan dasar pertimbangan
utama dalam penyusunan dan penetapan RSKP. RSKP juga menjadi acuan teknis bagi
penyelenggaraan penataan ruang SKP, KPB dan SP.

2.2. Fungsi dan Manfaat RSKP


a. Fungsi
Fungsi RSKP yaitu sebagai:
1) Alat koordinasi dalam penyelenggaraan penataan pada Rencana Satuan Kawasan
Permukiman yang diselenggarakan oleh seluruh pemangku kepentingan;

17
2) acuan dalam sinkronisasi program Pemerintah dengan pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota, serta swasta dan masyarakat dalam rangka pelaksanaan
pembangunan untuk mewujudkan Kawasan Permukiman Baru dan layak huni;
3) dasar pengendalian pemanfaatan kawasan permukiman, termasuk acuan
penentuan ketentuan perizinan pemanfaatan dalam kawasan permukiman dapat
dijadikan dasar penerbitan perizinan sepanjang skala informasi RSKP setara
dengan kedalaman Kabupaten yang seharusnya menjadi dasar perizinan dalam
hal peraturan daerah (perda) tentang RDTR Kabupaten belum berlaku.
b. Manfaat
Manfaat RSKP yaitu untuk :
1) mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam lingkup Kabupaten;
2) mewujudkan keserasian pembangunan kawasan permukiman dengan kawasan
strategis provinsi dan kabupaten dimana kawasan permukiman berada; dan
3) menjamin terwujudnya pola pemanfaatan kawasan permukiman yang
berkualitas.
2.3. Isu Strategis RSKP
Isu strategis RSKP merupakan hal-hal yang menjadi kepentingan nasional, provinsi dan
Kabupaten sehingga kawasan tersebut perlu ditetapkan sebagai Kawasan Permukiman.
Isu Strategis Kawasan Permukiman ditinjau berdasarkan sudut kepentingan strategis
yaitu :
1) pertahanan dan keamanan,
2) pertumbuhan ekonomi,
3) sosial dan budaya,
4) pendayagunaan sumber daya alam (SDA), dan
5) fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Proses merumuskan isu strategis kawasan permukiman dapat dilakukan melalui


pendekatan top down dan/atau bottom up.
Isu strategis RSKP dapat berasal dari cara pandang pemerintah terhadap potensi
maupun permasalahan di daerah yang dianggap memiliki nilai strategis (pendekatan top
down), dan/atau berdasarkan permasalahan yang diusulkan oleh daerah yang menjadi
kewenangan pemerintah untuk diangkat menjadi isu strategis (pendekatan bottom up).
Isu strategis RSKP tersebut dapat dikategorikan pada isu Kabupaten Tipologi Kawasan
Perdesaan, antara lain meliputi :

18
a) Dapat berbentuk kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten
atau mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten pada satu atau lebih wilayah
provinsi.
b) Potensi kawasan produksi pertanian;
c) Sistem jaringan prasarana pendukung kegiatan pertanian;
d) Aglomerasi penduduk yang bermata pencaharian petani,nelayan, penambang
rakyat, atau pengrajin kecil;
e) Kegiatan utama pertanian dan pengelolaan sumber daya alam termasuk perikanan
tangkap;
f) Tempat permukiman perdesaan termasuk kawasan permukiman, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi;
g) Kerapatan sistem permukiman dan penduduk yang rendah; dan
h) Bentang alam berciri pola ruang pertanian dan lingkungan alami.

2.4. Ketentuan Umum Penentuan Muatan RSKP


Ketentuan umum penentuan muatan RSKP memberikan informasi mengenai kerangka
pikir penentuan muatan RSKP sesuai dengan tipologi RSKP, meliputi:
a. Bentuk
Penentuan bentuk RSKP didasarkan pada basis kawasan dan basis objek strategis.
RSKP berbasis kawasan merupakan RSKP yang dicirikan oleh keberadaan wilayah
yang direncanakan relatif luas dalam satu kesatuan kawasan fungsional, dapat
meliputi satu atau lebih wilayah administrasi Kecamatan atau bahkan satu atau
lebih wilayah administrasi Kabupaten.
RSKP berbasis objek strategis merupakan RSKP yang dicirikan oleh keberadaan
objek strategis berkaitan dengan fungsi strategis objek yang ditetapkan sebagai
Kawasan Permukiman.
b. Delineasi RSKP
Penentuan delineasi RSKP dilakukan sesuai dengan tipologi RSKP dilakukan
dengan pertimbangan:
1. Kondisi daya dukung fisik dasar;
2. Interaksi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat;
3. Potensi perekonomian kawasan; dan
4. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
c. Fokus Penanganan

19
Penentuan fokus penanganan RSKP dilakukan dengan mempertimbangkan upaya
yang perlu diprioritaskan untuk mewujudkan fungsi kawasan berdasarkan nilai dan
isu strategis kawasan sesuai dengan tipologi RSKP.
d. Skala Peta
Penentuan skala peta RSKP disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan
dalam proses perencanaan RSKP dan penggunaan RSKP, serta kebutuhan
muatan materi yang akan diatur di dalam RSKP yaitu dicetak pada kerta A1
dengan skala menyesuaikan, dan dibuat berdasarkan sumber informasi peta /
citra satelit berkedalaman informasi minimal 1 : 25.000.
e. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Kawasan Permukiman
Penentuan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang kawasan permukiman
dilakukan dengan mempertimbangkan isu strategis dan fokus penanganan RSKP.
f. Konsep Pengembangan
Penentuan konsep pengembangan kawasan permukiman dalam rangka pencapaian
tujuan RSKP.
g. Arahan Pemanfaatan Kawasan Permukiman
Penentuan arahan pemanfaatan Kawasan Permukiman dilakukan dengan
mempertimbangkan perwujudan konsep pengembangan Kawasan permukiman
yang dilaksanakan melalui penyusunan indikasi program utama 5 (lima) tahunan
sampai akhir tahun perencanaan (yang tahapan waktu pelaksanaannya disesuaikan
dengan tahapan waktu pelaksanaan RTRW Kabupaten) beserta indikasi sumber
pembiayaan.
h. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Kawasan Permukiman
Penentuan arahan pengendalian pemanfaatan Kawasan Permukiman dilakukan
dengan mempertimbangkan upaya yang diperlukan agar pemanfaatan kawasan
dilaksanakan sesuai dengan RSKP.
i. Pengelolaan
Penentuan pengelolaan Kawasan Permukiman dilakukan dengan memperhatikan
kebutuhan penanganan kawasan sesuai dengan tipologi RSKP. Penentuan muatan
RSKP dapat dilihat pada

20
BAB III KETENTUAN TEKNIS
MUATAN
RENCANA SATUAN KAWASAN PERMUKIMAN (RSKP)

3.1. Delineasi RSKP


Delineasi merupakan batas yang ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang
digunakan sebagai batas Rencana Kawasan Permukiman (RSKP). Kriteria tertentu yang
dimaksud disesuaikan dengan tipologi RSKP.
Delineasi RSKP mencakup kawasan yang mempunyai kawasan inti dan kawasan
penyangga atau yang tidak mempunyai kawasan inti dan kawasan penyangga yang
penetapannya didasarkan pada ketentuan peraturan.
Pertimbangan dalam penentuan delineasi RSKP mengacu kepada tipologi kawasan
pedesaan yang ditetapkan oleh RTR KS, mencakup:
a. Intreraksi sosial budaya masyarakat
b. Daya dukung fisik lingkungan, ekologis dan sumber daya air
c. Sebaran fasilitas perekonomian kawasan
d. Ketentuan peraturan perundang-undangan

3.2. Fokus Penanganan


Fokus penanganan merupakan muatan pokok yang menjadi tujuan utama penanganan
yang menjadi pertimbangan utama dalam perumusan muatan Rencana Satuan Kawasan
Permukiman (RSKP).
Penetapan fokus penanganan dimaksudkan sebagai upaya untuk mengatur hal-hal
penting yang perlu ditangani RSKP.
3.3. Skala Peta
Penetapan skala peta RSKP dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan informasi
yang diperlukan dalam proses perencanaan kawasan, serta mempertimbangkan luasan
geografis yang dinilai strategis. Peta dicetak pada kertas dengan ukuran A1 dan dibuat
berdasarkan sumber informasi peta yang memiliki informasi spasial 1 : 25.000.
atau/citra satelit resolusi menengah.
3.4. Muatan RSKP
Muatan yang diatur dalam RSKP dirumuskan dengan mempertimbangkan :
a. Posisi geografis kawasan terhadap pusat-pusat pertumbuhan di sekitar kawasan;
b. Kondisi lingkungan nonterbangun, terbangun, dan kegiatan di sekitar kawasan;

21
c. Daya dukung fisik dasar terkait dengan potensi bencana yang mengancam kawasan;
d. Kondisi sosisl ekonomi masyarakat;
e. Kondisi sistem jaringan prasarana pendukung kawasan;
f. Aspek budaya
3.4. 1. Muatan pengaturan tujuan, kebijakan, dan strategi adalah sebagai berikut;
a. Tujuan :
Aspek tujuan difokuskan pada perwujudan kawasan perdesaan dalam batas
area tertentu melalui dukungan jaringan prasarana yang memadai
b. Kebijakan :
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan.
Perumusan kebijakan difokuskan pada :
1. Kebijakan penetapan kegiatan;
2. Kebijakan ketenagakerjaan dan penyediaan permukiman;
3. Kebijakan penetapan aksesibilitas kawasan;
4. Kebijakan penetapan standar pelayanan minimum sarana dan prasarana
pendukung;
5. Kebijakan perlindungan kawasan (termasuk didalamnya RTH kawasan).
c. Strategi :
Perumusan strategi terkait kebijakan penetapan jenis kegiatan yang akan
dikembangkan pada kawasan permukiman, meliputi :
1. Menetapkan jenis kegiatan ekonomi yang memiliki keterkaitan bahan baku
atau potensi ke pasar lokal, regional dan internasional;
2. Perumusan strategi terkait kebijakan penataan kawasan dan penyediaan
permukiman;
3. Perumusan strategi terkait kebijakan dukungan sistem jaringan prasarana
utama kawasan meliputi penetapan standar pelayanan minimum pelayanan
sistem jaringan transportasi
4. Perumusan strategi terkait kebijakan penetapan standar pelayanan
minimum sarana dan prasarana pendukung kawasan termasuk hunian
khusus, meliputi:
- Penyediaan permukiman;
- Penyediaan sistem transportasi;
- Penyediaan sistem jaringan energi;
- Penyediaan sistem jaringan telekomunikasi;

22
- Penyediaan sistem jaringan sumber daya air;
- Penyediaan sistem penyediaan air minum;
- Penyediaan sistem jaringan air limbah.
5. Perumusan strategi terkait kebijakan perlindungan kawasan (termasuk
didalamnya RTH kawasan) meliputi : Pengaturan ruang sekitar kawasan
mempertimbangkan dampak keberadaan terhadap kawasan sekitar
sekaligus perlindungan kawasan dari kegiatan disekitar kawasan yang
berpotensi mengganggu.
3.4. 2. Arahan Rencana Struktur dan Pemanfaatan Kawasan Permukiman
Arahan rencana struktur dan pemanfaatan kawasan permukiman mencakup:
a. Mewujudkan permukiman di kawasan permukiman yang berfungsi sebagai
tempat tinggal, tempat berusaha, dan tempat bekerja.
b. mewujudkan persebaran penduduk di kawasan permukiman yang serasi dan
seimbang dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan; dan
c. menyediakan prasarana dan sarana dasar kawasan permukiman.
3.4. 3. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Kawasan
Arahan pengendalian pemanfaatan kawasan, mencakup:
a. Arahan pembangunan SKP;
b. Arahan pembangunan SP;
c. Arahan pembangunan KPB; dan
d. Arahan pembangunan jaringan prasarana dan sarana dasar Kawasan
Permukiman.
3.4. 4. Pengelolaan RSKP
Ketentuan terkait dengan pengelolaan RSKP disusun dengan memperhatikan:
a. Kelembagaan yang telah diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
b. Keterkaitan RSKP dengan kewenangan Pemerintah pusat;
c. Keterkaitan RSKP dengan kewenangan pemerintah daerah (propinsi /
kabupaten); dan
d. Pemangku kepentingan lainnya.
3.5 Format Penyajian
Konsep RSKP disajikan dalam dokumen sebagai berikut:
1. Buku data dan analisis yang dilengkapi dengan peta-peta;
2. Buku rencana yang disajikan dalam format A4; dan

23
Album peta yang disajikan dengan skala minimal dalam format A1 yang dilengkapi dengan
peta digital yang disusun sesuai dengan ketentuan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.

24
BAB IV PROSEDUR
PENYUSUNAN
DOKUMEN RENCANA SATUAN KAWASAN PERMUKIMAN (RSKP)

4.1. Proses Penyusunan RSKP


4.1.1. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi
a. Kegiatan Pengumpulan Data dan Informasi
Untuk keperluan pengenalan karakteristik kawasan dan penyusunan rencana
kawasan permukiman, dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dapat meliputi:
1. Penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui temu wicara,
wawancara orang per-orang, Focus Group Discussion, dan lain sebagainya;
2. Penjaringan informasi kebijakan pembangunan dilakukan dengan melakukan
wawancara di instansi tingkat kabupaten, dan
3. Pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah secara langsung melalui
kunjungan beberapa bagian wilayah terpilih di kawasan permukiman.
Data sekunder yang harus dikumpulkan sekurang-kurangnya meliputi:
1. Peta-peta, meliputi:
a) Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) atau peta topografi skala 1 : 50.000, yang
diproduksi oleh instansi yang berwenang berupa file digital atau cetak;
b) Citra satelit untuk memperbaharui (update) peta dasar dan membuat peta
tutupan lahan; Citra satelit yang digunakan adalah citra satelit resolusi
menengah yaitu resolusi 10 m – 20 m, dengan waktu pengambilan gambar
maksimal 5 tahun.
c) Peta batas wilayah administrasi;
d) Peta kawasan hutan dan perairan;
e) Peta-peta masukan untuk analisis kebencanaan; dan
f) Peta-peta masukan untuk identifikasi potensi sumber daya alam.
g) Peta-peta jaringan jalan
2. Data dan informasi, meliputi:
a. Data kebijakan penataan ruang (RTRW provinsi, RTRW kabupaten/kota, dan
rencana rincinya) serta kebijakan sektoral terkait;
b. Data kondisi fisik lingkungan dan SDA, meliputi:
– Iklim dari stasiun klimatologi terdekat minimal 10 tahun

25
– Tanah yang telah diklasifikasikan hingga tingkat Great Group menurut
USDA
– Hidrologi dan Geologi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi Nasional
Bandung
c. Data penggunaan lahan (Hasil interpretasi citra satelit, dan dilakukan
pengecekan lapangan terpilih);
d. Data tentang kependudukan (minimal data pada tingkat kecamatan minimal 5
tahun), meliputi; jumlah penduduk berdasarkan:
– Jenis kelamin
– Usia/umur
– jenis pekerjaan
e. Data tentang prasarana dan sarana kawasan, meliputi:
sistem jaringan transportasi, Jaringan telekomunikasi, jaringan air bersih,
jaringan listrik, pengembangan permukiman dan pengelolaan persampahan,
pendidikan dan kesehatan serta perdagangan.
f. Data tentang pertumbuhan ekonomi kawasan, meliputi:
– Produksi masing-masing sub sektor berdasarkan PDRB Kabupaten/Kota
– PDRB kabupaten/kota dan Propinsi minimal meliputi 22 sub sektor selama
5 tahun.
g. Data tentang kemampuan keuangan pembangunan daerah diperoleh dari data
APBD 5 tahun terakhir;
h. Data dan informasi tentang kelembagaan pembangunan daerah;
i. Data dan informasi tentang kebijakan penataan ruang terkait (RTRW
kabupaten yang masih berlaku, RTRW provinsi, RTRW Nasional dan RTR
pulau terkait);
j. Data dan informasi tentang kebijakan pembangunan sektoral, terutama yang
merupakan kebijakan pemerintah pusat; dan
k. Peraturan perundang undangan terkait.
Tingkat akurasi data, sumber penyedia data, kewenangan sumber atau instansi
penyedia data, tingkat kesalahan, variabel ketidakpastian, serta variabel-variabel
lainnya yang mungkin ada, perlu diperhatikan dalam pengumpulan data. Data
dalam bentuk data statistik dan peta, serta informasi yang dikumpulkan berupa
data tahunan (time series) minimal 5 (lima) tahun terakhir dengan kedalaman data
setingkat kelurahan/desa. Dengan data berdasarkan kurun waktu tersebut

26
diharapkan dapat memberikan gambaran perubahan apa yang terjadi pada kawasan
permukiman.
b. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data dan Informasi
Hasil kegiatan pengumpulan data dan informasi dihimpun dalam buku data dan
analisis.
4.1.2. Tahap Pengolahan dan Analisa Data
a. Analisis Kebijakan Pembangunan Kawasan Permukiman
1. Tujuan dan Manfaat
Pekerjaan analisis dimaksudkan untuk mengkaji daya dukung dan daya tampung
lahan lokasi perencanaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber
daya alam yang memiliki keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan dengan
pusat pertumbuhan dalam satu kesatuan sistem pengembangan.
2. Prinsip Dasar
Metode yang dapat digunakan dalam analisis potensi dan masalah kawasan
perencanaan adalah dengan menggunakan prinsip analisis SWOT:
1. Potensi/kekuatan; kekuatan yang dimiliki oleh indikator perkembangan kawasan
perencanaan untuk tumbuh dan berkembang, sehingga diperlukan suatu
kebijakan dan strategi peningkatan/penambahan nilai (value added) dari
indikator tersebut;
2. Kelemahan/Permasalahan; kelemahan atau kekurangan yang dimiliki oleh
kawasan perencanaan sehingga menghambat kawasan perencanaan untuk
tumbuh dan berkembang;
3. Kesempatan/peluang yang lebih luas yang memberikan dampak tumbuh dan
berkembangnya kawasan perencanaan seperti meningkatnya ekonomi makro,
investasi yang tumbuh cepat, terbuka akses kawasan dengan luar, sehingga
diperlukan kebijakan dan strategi penguatan akses dan kemudahan-kemudahan
bagi pengembangan kawasan;
4. Ancaman; indikator eksternal yang dapat menghambat tumbuh dan
berkembangnya kawasan perencanaan, sehingga diperlukan kebijakan dan
strategi penguatan koordinasi, kerjasama, dan sikronisasi pembangunan.
Setiap komponen atau variabel SWOT harus terukur secara kuantitatif, bila kualitatif
dapat menunjukan faktor keterkaitan antara data dan kecenderungannya.

27
b. Analisis Struktur dan Pemanfaatan Kawasan Permukiman
Analisis struktur dan pemanfaatan kawasan dilakukan dengan mengamati dan
mengkaji struktur dan pemanfaatan kawasan, baik pada masa sekarang, masa lalu,
maupun kecenderungannya di masa depan, akan tetapi dalam lingkup internal
wilayah. Penentuan orde kota, skala wilayah pelayanan, dan penstrukturan wilayah
agar lebih efektif dan efisien merupakan kesimpulan yang didapat dari hasil analisis
aspek ini.
1. Prinsip analisis
a. Ketentuan analisis struktur kawasan perencanaan mengikuti kebijakan yang telah
digariskan oleh RTRWN, RTRWP, dan RTRW;
b. Kedudukan dan skala dari sistem pergerakan, pemusatan kegiatan, dan peruntukan
lahan;
c. Arah perkembangan pembangunan kawasan;
d. Memperhatikan karakteristik dan daya-dukung fisik lingkungan serta dikaitkan
dengan tingkat kerawanan terhadap bencana.
2. Analisis fungsi ruang meliputi:
a. Tujuan, membentuk pola kawasan yang terstruktur dalam peran dan fungsi
bagian-bagian kawasan, yang memperlihatkan konsentrasi dan skala kegiatan
binaan manusia dan alami.
b. Komponen analisis;
 Perkembangan pembangunan, merupakan kebijakan rencana pembangunan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah maupun swasta;
 Pusat-pusat kegiatan, dengan melakukan kajian terhadap pemusatan kegiatan
yang ada atau direncanakan oleh rencana diatasnya;
 Kesesuaian dan daya dukung lahan, sebagai daya tampung dan daya hambat
ruang kawasan dalam berkembang;
 Pembagian fungsi ruang pengembangan, merupakan struktur kawasan yang
dibagi dalam fungsi dan peran bagian-bagian kawasan.
c. Analisis Sumberdaya dan Kemampuan Lahan
Analisis fisik dasar dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai daya
dukung lingkungan fisik. Informasi ini diperlukan di dalam merumuskan dan
menempatkan zonasi ruang di wilayah perencanaan seperti kawasan lindung dan
kawasan budidaya, hutan lindung, hutan produksi dll.

28
Aspek fisik dasar yang dijadikan sebagai input di dalam analisis adalah topografi
wilayah, jenis tanah, iklim, hidrologi, geologi, pola arus. Selain itu di dalam tahap
analisis juga dipertimbangkan aspek ketersediaan SDA dan Pola Ruang yang ada
(existing).

GAMBAR 4.1
ALUR ANALISIS ASPEK FISIK DASAR

Karateristik Fisik Dasar Yaitu: Ketersediaan SDA: Jenis Dan Jumlah


Topografi, Jenis Tanah, Iklim Dll

Analisis Kesesuaian Lahan Analisis Ketersediaan Dan Pola


Sebaran

Analisis Ketersediaan Dan Pola Potensi Pengembangan


Sebaran

Informasi Mengenai Daya Dukung Lingkungan


Untuk Berbagai Kebutuhan Pengembangan Wilayah

29
GAMBAR 4.2
SKEMA ANALISIS KESESUAIAN LAHAN

Analisis evaluasi lahan dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kesesuaian,
tingkat kemampuan, dan tingkat ketersediaan lahan untuk kawasan lindung dan budidaya.
Teknik analisis yang dipergunakan di dalam evaluasi lahan ini adalah teknik scoring dan
teknik overlay peta yang didasarkan kepada kriteria penetapan kawasan lindung dan
budidaya. Nilai akhir dari kesesuaian lahan diperoleh dengan operasi matematis scoring dan
overlay peta tersebut.

30
Kriteria-kriteria yang menjadi model persyaratan penggunaan lahan bagi jenis
penggunaan lahan yang dipertimbangkan melalui metoda pohon keputusan. Pohon
keputusan ini terdiri dari seperangkat persyaratan penggunaan lahan dengan
masing-masing karakteristik-karakteristik pencirinya, di mana satu sama lain
(karakteristik pendiri) saling berpengaruh terhadap potensi lahan bagi jenis
penggunaan lahan yang dipertimbangkan.
Secara umum untuk menilai kelas kesesuaian lahan agregat (satuan lahan)
ditentukan berdasarkan faktor pembatas yang paling berat (maximum limiting
factors, FAO, 1976). Evaluasi dilakukan pada satuan lahan (skala 1 : 25.000)
sesuai dengan ketersediaan data. Masing-masing satuan lahan di wilayah studi
terdiri dari campuran dua jenis tanah atau lebih. Batasan antara dua jenis tanah
atau lebih ini tidak dapat didelineasi pada peta yang digunakan, sehingga perlu
dilakukan kajian survey pemetaan tanah lebih lanjut pada tingkat kedetilan yang
lebih tinggi. Jenis penggunaan lahan yang dipertimbangkan berdasarkan
pengelompokkan jenis komoditas yang mempunyai kemiripan (similar land use
requirements).
Stratifikasi hasil evaluasi lahan disesuaikan dengan kedalaman data yang tersedia
yaitu pada tingkat subkelas dengan disertai pencantuman faktor pembatas masing-
masing kelas :
1) Sesuai (S)
2) Sesuai bersyarat (CS)
3) Tidak sesuai (N)
Kualitas lahan yang menjadi faktor pembatas kesesuaian diantaranya sebagai
berikut :
1) Hidrologi (h) 5) Tipe Iklim (i)
2) Elevasi (k) 6) Media perakaran (r)
3) Terrain (s) 7) Temperatur Udara (t)
4) Ketersediaan air (w) 8) Toksisitas (x)
Setiap faktor pembatas tersebut ditentukan oleh karakteristik-karakteristik penciri masing-
masing kualitas lahan dan signifikan menjadi pembatas dalam pengembangan jenis
penggunaan lahan yang dipertimbangkan.

d. Analisis Pengembangan Ekonomi Kawasan Permukiman


1. Analisis Sektor dan Komoditas Unggulan

31
Analisis sektor dan komoditas unggulan diperlukan untuk mengetahui
sumbangan/kontribusi sektor dan komoditas terhadap PDRB pada Rencana Satuan
Kawasan Permukiman (RSKP). Sektor yang memberikan sumbangan relatif yang
cukup besar terhadap PDRB di suatu kawasan sehingga sektor tersebut dikatakan
sebagai sektor basis (dominan).
Variabel yang dapat digunakan sebagai indikator keunggulan suatu sektor
diantaranya: penyerapan tenaga kerja masing-masing sektor, luas usaha dan
produktivitas masing-masing sektor, serta kontribusi tiap-tiap sektor terhadap
PDRB di RSKP.
Sektor unggulan dapat pula diartikan sebagai sektor yang dapat menggerakkan
pertumbuhan ekonomi wilayah sekitar yang ditunjukkan dengan parameter-
parameter, seperti:
1) Sumbangan sektor perekonomian terhadap perekonomian wilayah yang cukup
tinggi,
2) Komoditas yang mempunyai multiplier effect yang cukup tinggi,
3) Komoditas dengan kandungan deposit yang melimpah,
4) Memiliki potensi value added yang cukup baik.
Untuk mengidentifikasi sektor dan komoditas unggulan dapat digunakan beberapa
analisis, diantaranya: Analisis Location Quotient (LQ), Shift Share, dan Input
Output (IO). Untuk menentukan sektor atau komoditas unggulan dapat
menggunakan salah satu analisis tersebut.

2. Analisis Potensi dan Peluang Pengembangan Komoditas Unggulan


Rencana Satuan Kawasan Permukima (RSKP) memiliki potensi perkonomian
yang besar dan membutuhkan adanya dukungan dari seluruh pihak agar potensi
pekonomian dapat berjalan lancar. Hal ini mengakibatkan bahwa potensi
perekonomian suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dalam masa
kini maupun masa depan. Salah satu daerah yang potensinya dipengaruhi oleh
berbagai keadaan yang berkembang adalah perekonomian daerah tersebut yang
secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh fenomena-fenomena
yang berkembang saat ini dan yang akan datang, baik pada tatanan perkembangan
lingkungan eksternal maupun internal. Perkembangan lingkungan eksternal
perekonomian RSKP sangat dipengaruhi oleh kebijakan perekonomian regional
dan nasional.

32
Lingkungan internal dapat digambarkan melalui besarnya potensi pengembangan
komoditas unggulan di RSKP, sedangkan lingkungan eksternal digambarkan
melalui peluang-peluang pengembangan komoditas unggulan di RSKP. Untuk
menilai besarnya potensi dan peluang komoditas unggulan di RSKP dapat
digunakan beberapa metode, diantaranya dengan menggunakan Analisis Matriks
SWOT, Matriks QSP (Quantitative Strategy Planning), dan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP).

3. Analisis Sistem Pemasaran


Setiap daerah/kawasan harus mampu memenuhi kebutuhan penduduknya. Oleh
karena itu, setiap daerah/kawasan perlu memiliki sistem pemasaran produk yang
telah dihasilkan. Pemasaran merupakan upaya untuk mempromosikan,
menginformasikan dan menawarkan kepada konsumen mengenai sebuah produk
usaha atau layanan jasa yang dikelola oleh sebuah usaha sebagai upaya untuk
meningkatkan angka penjualan dari produk yang dihasilkan. Analisis sistem
pemasaran penting dilakukan untuk mengembangkan suatu komoditas unggulan
di kawasan permukiman. Peranan pemasaran dalam pengembangan komoditas
unggulan di kawasan permukiman, antara lain:
a. Pemasaran untuk mempromosikan komoditas unggulan kepada masyarakat
sekitar kawasan permukiman.
b. Menjelaskan fungsi, manfaat dan keunggulan sebuah komoditas unggulan di
kawasan permukiman.
Efektivitas dan keberhasilan dari sistem pemasaran dalam arti luas harus
dievaluasi dalam hubungannya dengan tujuan masyarakat di kawasan
permukiman tersebut. Pemasaran yang efektif berarti mendistribusikan barang dan
jasa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen di kawasan permukiman.
Pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai keefektifan suatu sistem
pemasaran produk unggulan di kawasan permukiman, yaitu: pembelian,
penjualan, pengangkutan, penyimpanan, pembuatan standar dan pengelompokkan,
keuangan, pengambilan risiko dan informasi pasar.

4. Analisis Studi Kelayakan Komoditas Unggulan


Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu
keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu kegiatan yang direncanakan

33
dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang saling berkaitan yang secara
bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu
penanaman investasi tertentu dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada
setiap tahap dalam perencanaan proyek dan siklus pelaksanaannya.
Aspek-aspek analisis kelayakan meliputi aspek teknis, aspek manajerial dan
administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial, dan aspek
ekonomis. Jadi kelayakan suatu komoditas unggulan pada Rencana Satuan
Kawasan Permukiman (RSKP) sangat ditentukan oleh aspek-aspek tersebut.
a. Aspek Teknis
Aspek teknis yaitu analisa yang berkaitan dengan input dan output suatu
komoditas unggulan berupa barang dan jasa. Aspek teknis memiliki pengaruh
yang besar terhadap kelancaran jalannya kegiatan pengembangan usaha
komoditas unggulan di RSKP. Evaluasi ini mempelajari kebutuhan teknis
usaha, seperti karakteristik produk yang diusahakan, lokasi dimana usaha akan
didirikan dan sarana pendukungnya, serta layout bangunan yang dipilih.
b. Aspek Institusional-Organisasi-Manajemen
Mempertimbangkan pola sosial, budaya dan lembaga yang akan dilayani oleh
proyek, struktur kelembagaan disesuaikan dengan negara atau daerah.
Pekerjaan-pekerjaan apa yang diperlukan untuk menjalankan operasi tersebut,
persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk bisa menjalankan pekerjaan-
pekerjaan tersebut dan juga struktur organisasi yang akan dipergunakan dalam
suatu pengembangan usaha komoditas unggulan di RSKP.
c. Aspek Sosial
Aspek sosial mempertimbangkan pola dan kebiasaan-kebiasaan baru yang
lebih luas dari investasi yang diusulkan. Pengembangan komoditas unggulan
harus tanggap pada keadaan sosial dan dampak lingkungan yang merugikan.
Pertimbangan mengenai aspek sosial dalam komoditas unggulan di RSKP
penting untuk kelangsungan usaha, dikarenakan tidak ada usaha yang bertahan
lama jika tidak ramah terhadap lingkungan.
d. Aspek Finansial
Aspek-aspek finansial dari persiapan dan analisis komoditas unggulan
menerapkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu komoditas unggulan yang
diusulkan terhadap para peserta yang tergabung didalamnya. Tujuan utama
analisis finansial terhadap usahatani adalah untuk menentukan berapa banyak

34
keluarga produsen komoditas unggulan yang menggantungkan kehidupan
mereka kepada usaha dari komoditas unggulan tersebut, untuk membuat
proyeksi mengenai anggaran yang akan mengestimasi penerimaan dan
pengeluaran pada masa akan datang setiap tahun.
e. Aspek Ekonomi
Aspek-aspek ekonomi persiapan dan analisis proyek membutuhkan
pengetahuan mengenai komoditas unggulan apa yang diusulkan akan
memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomi secara
keseluruhan. Sudut pandangan yang diambil dalam analisis ekonomi adalah
masyarakat secara keseluruhan. Pelaksanaan analisis ekonomi dari suatu
komoditas unggulan dapat menggunakan metode-metode atau kriteria-kriteria
penilaian investasi tersebut di atas. Melalui metode-metode ini dapat diketahui
apakah suatu komoditas unggulan untuk dilaksanakan dilihat dari aspek
profitabilitas komersialnya di RSKP. Beberapa kriteria dalam menilai
kelayakan komoditas unggulan yang paling umum digunakan adalah Terdapat
beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kelayakan dari suatu
komoditas unggulan di RSKP, yaitu: Net Present Value (NPV), Internal Rate
Of Return (IRR), Net/Gross Benefit Cost Ratio(B/C), Profitability Ratio (PV
IK), Least Cost Method, dan Pay Back Period.

e. Analisis Sosial dan Kependudukan


1. Analisis Sosial
Dalam upaya untuk mencapai pemanfaatan sumberdaya alam secara
berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, perlu dilakukan
analisis aspek sosial dan pendudukan suatu Rencana Satuan Kawasan
Permukiman (RSKP). Analisis sosial dan kependudukan pada hakekatnya
adalah suatu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam
mengembangkan kawasan untuk mencapai pemanfaatan sumberdaya alam
secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pada
hakekatnya pengukuran indikator sosial kependudukan tidak berdiri sendiri
melainkan terkait erat dengan kegiatan lainnya, yaitu aspek ekonomi dan
kelembagaan. Seringkali sulit untuk menemukan indikator yang sederhana dan
hanya mengukur satu aspek saja karena keberhasilan pengembangan suatu
kawasan sangat ditentukan oleh kinerja sektoral dan berbagai pelaku utama

35
pembangunan (stakeholders) seperti pemerintah, swasta dan masyarakat
sendiri. Analisis sosial dapat diperoleh melalui hasil pengukuran beberapa
indikator sosial (urban social indicator) yaitu berupa kualitas sumberdaya
manusia.
Salah satu indikator yang dipakai pada pedoman ini adalah „indikator komposit
objektif‟ yaitu indikator tunggal yang merupakan gabungan dari beberapa
indikator kesejahteraan rakyat dari berbagai data sensus dan survei. Indikator
komposit dipakai untuk membandingkan tingkat indikator tertentu atau tingkat
kesejahteraan rakyat antar daerah di kawasan. Indikator komposit objektif
yang digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human
Development Index (HDI) yang merupakan gabungan dari tiga indikator
tunggal yaitu angka harapan hidup (life expectancy), angka melek huruf (adult
literacy rate) dan rata-rata lamanya pendidikan yang diperoleh (mean years of
schooling). Analisis sosial dapat digunakan antara lain dengan analisis
deskriptif kuantitatif.
2. Analisis Kependudukan
Melakukan analisis potensi kependudukan di RSKP. Analisis kependudukan
dilakukan untuk memperoleh gambaran potensi penduduk, sebagai acuan
dalam menentukan kebijakan penyebaran penduduk, dan untuk mendapatkan
gambaran situasi dan kondisi objektif dari perencanaan
pengembangan/pemberdayaan masyarakat. Analisis Kependudukan dapat
diperoleh melalui hasil pengukuran beberapa indikator sosial (urban social
indicator) misalnya: jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, dan kepadatan
permukiman. Analisis kependudukan dapat digunakan antara lain dengan
analisis deskriptif kuantitatif dan analisis regresi.

f. Analisis Prasarana dan Sarana


Analisis kebutuhan prasarana dan sarana dilakukan untuk mengetahui jenis dan
tingkat kebutuhan prasarana dan sarana berdasarkan pekembangan kawasan.
Penilaian atas kondisi prasarana dan sarana ini dilakukan berdasarkan fungsi dan
tingkat pelayanan dari sarana yang bersangkutan. Prasarana dan sarana yang
dimaksudkan di sini adalah prasarana dan sarana transportasi, fasilitas umum dan
utilitas. Seluruh kebutuhan sarana dan prasarana ini disesuaikan dengan
kebutuhan perkembangan wilayah untuk masa 10 tahun ke depan sesuai dengan

36
hasil proyeksi pada aspek demografi. Alur analisis sarana dan prasarana dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
Pada dasarnya analisis kebutuhan prasarana dan sarana akan terkait erat dengan
beberapa hal yaitu jumlah penduduk dan hasil proyeksi yang nantinya akan
dirumuskan berdasarkan standar jumlah minimal fasilitas yang dimaksud, dan
standard kebutuhan ruang untuk masing-masing standard.

GAMBAR 4.3
ALUR ANALISIS SARANA DAN PRASARANA WILAYAH

Proyeksi Jumlah
Penduduk 15 tahun ke depan

Kebutuhan Fasilitas: Standar


Transportasi, Air Bersih, Kebutuhan Ruang
Jaringan Listrik, Perencanaan
Jaringan Telekomunikasi Penyediaan
Persampahan Permukiman Prasarana

Rencana Sistem Jaringan Dan


Prasarana: Transportasi, Jaringan
Telekomunikasi, Jaringan Air
Bersih, Jaringan Listrik,
Pengembangan Permukiman Dan
Pengelolaan Persampahan

g. Analisis Transportasi
Transportasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari sarana/prasarana dan sistem
pelayanan yang memungkinkan adanya pergerakan ke seluruh wilayah. Tujuan adanya
transportasi adalah :
1) Terakomodasinya mobilitas penduduk
2) Dimungkinkan adanya pergerakan barang
3) Dimungkinkannya akses ke seluruh wilayah

37
4) Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara
penumpang/barang, sarana dan prasarana yang berinteraksi dalam suatu operasi yang
tercakup dalam suatu tatanan, baik secara alami maupun buatan/rekayasa.
Analisis sistem prasarana transportasi yang meliputi transportasi darat, air, dan
udara dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai :
 Keterkaitan fungsional dan ekonomi antar kota, antar kawasan baik dalam
wilayah maupun antar wilayah kabupaten, dengan melihat pengumpul hasil
produksi, pusat kegiatan transportasi, dan pusat distribusi barang dan jasa;
 Kecenderungan perkembangan prasarana transportasi yang ada;
 Aksesibilitas lokasi-lokasi kegiatan di wilayah kabupaten.
Muatan Analisis Transportasi terdiri dari :
 Analisis Pola Pergerakan (pola pergerakan angkutan penumpang dan barang)
 Analisis Sistem Transportasi meliputi : jaringan jalan, hirarki jalan dan
jaringan non jalan.
 Analisis Sarana dan Prasarana Transportasi meliputi : kondisi jalan dan
kebutuhan pengembangan.
4.1.3. Tahap Perumusan Konsepsi Rencana
a. Tujuan, Sasaran dan Konsep Perwujudan RSKP
Rencana perwujudan Kawasan Permukiman digunakan sebagai dasar dalam menentukan
peruntukan tanah bagi :
a. Pembangunan SP baru
b. Pembangunan pemukiman baru sebagai bagiandari SP Pugar
c. Pembangunan prasarana dan sarana kawasan permukiman
d. Pengembangan investasi
e. Pemugaran pemukiman penduduk setempat sebagai bagian dari SP pugar dan/atau
f. SP tempatan
b. Luasan RSKP
Kawasan Permukiman mencakup kawasan yang mempunyai Kawasan Inti dan Kawasan
Penyangga didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau ketentuan
teknis sektoral.
Pertimbangan dalam penentuan luas dalam RSKP mengacu kepada tipologi kawasan
pedesaan, mencakup:
 Intreraksi sosial budaya masyarakat

38
 Daya dukung fisik lingkungan , ekologis dan sumber daya air
 Sebaran fasilitas perekonomian kawasn
 Ketentuan peraturan perundang-undangan
 Satuan pemukiman dalam SKP dapat berupa SP baru, SP Pugar dan SP Tempatan.
Salah satu SP akan berfungsi sebagai Pusat SKP disebut Desa Utama.
c. Rencana Struktur dan Pemanfaatan Kawasan Permukiman
Rencana Satuan Kawasan Permukiman (RSKP) adalah rencana struktur ruang dan pola
ruang kawasan permukiman sebagai dasar perencanaan perwujudan kawasan
permukiman.
1. Arahan rencana perwujudan kawasan permukiman
Rencana perwujudan kawasan permukiman merupakan rencana pelaksanaan kegiatan
pembangunan dan pengembangan untuk mewujudkan kawasan permukiman menjadi
satu kesatuan sistem pengembangan ekonomi wilayah. Rencana perwujudan kawasan
permukiman meliputi:
a. Rencana pembangunan SKP;
b. Rencana pembangunan KPB;
c. Rencana pembangunan SP;
d. Rencana pembangunan pusat SKP; dan
e. Rencana pembangunan prasarana dan sarana.
f. Rencana pengembangan masyarakat permukiman dan kawasan permukiman.
2. Arahan rencana pembangunan prasarana dan sarana
Rencana pembangunan prasarana dan sarana merupakan rencana teknik detail
prasarana dan sarana. Rencana teknik detail prasarana dan sarana mencakup :
a. prasarana dan sarana SP;
b. prasarana dan sarana pusat SKP;
c. prasarana dan sarana KPB; dan
d. prasarana intra dan antar-kawasan.
3. Rencana Sistem Transportasi
a. Rencana sistem jaringan jalan (hirarki dan kelas jalan);
b. Rencana peningkatan aksessibilitas dalam hal ini pengembangan jaringan jalan;
c. Rencana pengembangan simpul jaringan transportasi.
4. Rencana Penataan Persebaran Penduduk
Rencana Penataan Persebaran Penduduk didasarkan kepada hasil analisis struktur
dan pemanfaatan kawasan permukiman serta analisis sumberdaya, kemampuan lahan
dan daya dukung lahan.

39
5. Rencana Pola Pengembangan Usaha Pokok
Rencana Pola Pengembangan Usaha Pokok, di dasarkan kepada hasil analisis sektor
unggulan yang diarahkan untuk mempercepat keterkaitan fungsional intra kawasan
dan antarkawasan serta mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara konsisten guna
mendukung pengembangan komoditas unggulan dengan pendekatan agroindustri dan
agribisnis.
6. Indikasi Program
Tujuan Penyusunan Indikasi Program adalah untuk penanganan prasarana
lingkungan yang akan dilaksanakan dalam kawasan, baik kebutuhan akan konservasi,
pengembangan baru pemugaran atau penanganan khusus dengan kriteria sebagai
berikut :
1) Program yang dikelola pemerintah, kegiatan yang menyangkut pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya manusia.
2) Program yang dikerjasamakan, kegiatan yang menyangkut pengelolaan fasilitas
publik.
3) Program yang dipihak ketigakan/swasta, kegiatan yang bersifat mencari
keuntungan, khususnya bagi pemerintah daerah adalah berkonstribusi kepada
APBD.
4) Sistem pembiayaan : APBD Kabupaten, APBD Propinsi, dan APBN.
5) Program yang dipihak ketigakan/swasta, kegiatan yang bersifat mencari
keuntungan, khususnya bagi pemerintah daerah adalah berkonstribusi kepada
APBD.
6) Sistem pembiayaan :
a) APBD Kabupaten, APBD Propinsi, dan APBN.
b) BOT (Build, Operate and Transfer), artinya dibangun swasta, dioperasikan
swasta dan pada suatu saat diserahkan kepada pemerintah.
c) BOO (Build, Own, Operate), yaitu suatu cara penyertaan swasta.
d) Modifikasi.

4.2. LOKASI KEGIATAN


Kegiatan penyusunan rencana kawasan permukiman dilakukan untuk lokasi sbb :
1. Kawasan Kecamatan Simeulue Barat Kab. Simeulue Provinsi Aceh.

40
4.3. PRODUK LAPORAN
Keluaran hasil kegiatan penyusunan rencana kawasan permukiman terdiri dari:
1. Laporan Pendahuluan, 1 eksemplar.
Laporan Pendahuluan disusun dan dipresentasikan di Pusat sebelum pelaksana
pekerjaan lapangan, laporan pendahuluan menginformasikan data sekunder maupun
primer yang akan didapat dari lapangan, metodologi pelaksanaan, menampilkan
rencana kerja serta perangkat survei yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan
dilapangan sesuai dengan tupoksi masing-masing tim.
2. Laporan Bulanan, 7 eksemplar
Laporan Bulanan merupakan data dan analisis para tenaga ahli, hasil “desk study”,
dan konsep RSKP setiap bulannya.
3. Laporan Draf Akhir, 7 eksemplar
Laporan Draf Akhir merupakan analisa dari data-data dan peta yang telah didapat
yang hasilnya dipresentasikan di Pusat sebelum laporan akhir diserahkan.
4. Laporan Akhir
A. Buku data dan analisis adalah laporan antara yang telah diperbaiki, yang
dilengkapi dengan data-data lapangan dan peta analisa.
B. Buku rencana yang disajikan dalam format A4 dan merupakan laporan hasil
akhir setelah laporan Draf Akhir disempurnakan yang berisikan unsur-unsurnya
antara lain meliputi :
- Tujuan, kebijakan dan strategi pengembangan kawasan permukiman.
- Luasan kawasan permukiman.
- Gambaran tentang kondisi kawasan permukiman yang akan diwujudkan.
- Arahan Rencana Struktur Kawasan Permukiman.
- Arahan Rencana Pemanfaatan Kawasan Permukiman.
- Arahan penataan persebaran penduduk dan kebutuhan SDM.
- Arahan pengembangan pola usaha pokok dan sistem usaha.
- Arahan jenis permukiman yang akan dilaksanakan.
- Kerangka jadwal pelaksanaan pembangunan kawasan permukiman.
- Ketentuan pengendalian lingkungan dan pemanfaatan ruang kawasan
permukiman.

41
C. Album Peta :
Ada 6 macam peta tematik yang harus disajikan diantaranya :
1. Peta Struktur Kawasan Permukiman
Peta ini menunjukan deliniasi kawasan terpilih beserta arahan masing-
masing Pusat Pertumbuhan Ekonomi (PPE), dicetak dua kali :
a. Dicetak dengan kertas A1, skala menyesuaikan dan
b. Dicetak dengan skala 1 : 25.000 kertas menyesuaikan
Pada peta ini diberi penjelasan mengenai:
- Nama kawasan dan pembagian SKP termasuk KPB (Kawasan
Perkotaan Baru).
- Pusat masing-masing SKP termasuk pusat KPB.
- Jumlah dan batas desa yang ada dalam kawasan permukiman.
Daya tampung kawasan.

2. Peta Pemanfaatan kawasan permukiman


Peta ini menunjukan deliniasi pola penggunaan ruang terpilih beserta
arahan masing-masing penggunaannya beserta luasannya dicetak dua kali .

a. Dicetak dengan kerta A1, skala menyesuaikan dan


b. Dicetak dengan skala 1 : 25.000 kertas menyesuaikan

Pada peta ini diberi penjelasan mengenai:


- Posisi dan Luas kawasan perkotaan baru;
- Posisi dan luas areal terekomendasi untuk pengembangan
permukiman;
- Posisi dan luas areal lahan untuk penggunaan perdagangan dan jasa,
permukiman, pertanian, lindung, dan lainnya.
- Posisi dan luas perijinan peruntukan ruang yang sudah ada (ijin
perkebunan,pertambangan).

3. Peta Jaringan Jalan dan Transportasi


Peta jaringan jalan dan transportasi ini memuat tentang semua jenis jalan,
baik dilihat dari kewenangan dan fungsinya, termasuk rencana jalan. Peta
jaringan jalan dan transportasi ini juga memuat kondisi jaringan jalan dan
transportasi di kawasan permukiman, termasuk jalan eksisting dan rencana
yang akan dikembangkan untuk menghubungkan antar SKP.

42
4. Peta Indikasi Potensi Kawasan permukiman
Peta potensi kawasan permukiman ini memuat deliniasi-deliniasi potensi
disetiap SKP beserta luasannya. Deliniasi potensi ini harus diluar dari
kawasan hutan, konsesi dan berkelerengan diatas ≥ 16 %.
5. Peta Deliniasi Kawasan Permukiman
Peta Deliniasi kawasan permukiman ini menampilkan deliniasi kawasan
permukiman yang terpilih yang terbagi dalam SKP (minimal 3 SKP).
Dalam peta deliniasi ini harus tegas memuat dasar-dasar yang digunakan
untuk batas deliniasi. Peta deliniasi kawasan permukiman ini harus
menampilakn luasan, desa dan kecamatan yang masuk dalam deliniasi.
6. Peta Kawasan Strategis
Berisi lokasi kawasan-kawasan strategis yang ada berdasar RTRW
Kabupaten dan lokasi kawasan permukiman yang diusulkan.
D. Ringkasan eksekutif
Menginformasikan tentang legalitas kawasan, pencapaian lokasi, letak
geografis, batas dan luas kawasan, Jumlah SKP, potensi SP dan daya tampung.
Selain itu juga disampaikan perencanaan SDM, Saspras, SAB dan komoditas
unggulan beserta perencanaan agribisnisnya.
E. Softcopy laporan dan peta
Berupa compact disc (CD) yang berisi tentang isi laporan pendahuluan, laporan
antara, draft laporan akhir, dan laporan akhir termasuk data album peta yang
dilengkapi source data spasial (bentuk SHP).

4.4. PERSONIL TENAGA AHLI

Kegiatan ini dilakukan oleh pihak ketiga (konsultan) dan harus menyediakan tenaga ahli
dan tenaga pendukung dipimpin oleh Team Leader yang bertugas mengkoordinasikan
dan mengelola kegiatan, agar kegiatan ini dapat diselesaikan pada waktu yang telah
ditentukan dan sesuai dengan KAK maupun arahan pemberi kerja ataupun pendamping
teknis.

Kebutuhan Tenaga Ahli Dan Tenaga Pendukung Agar menghasilkan produk yang
optimal, pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan tenaga ahli dan tenaga pendukung yang
berpengalaman dan memiliki keahlian.

43
Team Leader harus mempunyai kualifikasi pendidikan S1 Planologi dan berpengalaman
profesional dibidangnya minimal 5 tahun, dan akan bekerja secara penuh mulai
ditandatangani kontrak kerja sampai berakhirnya kegiatan. Uraian kualifikasi dan tugas
masing – masing tenaga ahli dapat diuraikan seperti pada tabel dibawah ini

Daftar Personil inti:

Unsur Teknis
Sub Unsur Teknis
Personil Inti

1. Team Leader (1 Org) (nama lengkap)


1 copy Ijazah S1 Teknik Sipil
pengalaman 5 th dalam Pekerjaan sejenis di dalamnya meliputi
2
pekerjaan tata ruang wilayah dan kota

menyampaikan copy SKA Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota, yang


3
masih berlaku, minimal Ahli Muda
4 menyampaikan copy KTP yang masih berlaku
5 menyampaikan copy NPWP
2. Ahli Hidrologi (1 Org)
1 copy Ijazah S1 Teknik Sipil
2 pengalaman 5 th dalam Pekerjaan sejenis.
menyampaikan copy SKA Ahli Teknik Sumberdaya Air yang masih
3
berlaku.
4 copy KTP yang masih berlaku
3. Ahli Geodesi (1 Org)
1 copy Ijazah S1 Teknik Geodesi
2 pengalaman 5 th dalam Pekerjaan konstruksi

3 menyampaikan SKA Ahli Teknik Geodesi yang masih berlaku

4 menyampaikan copy KTP yang masih berlaku


4. Ahli Planologi (1 Org)
1 copy Ijazah S1 Planologi
2 pengalaman 5 th dalam Pekerjaan sejenis.

menyampaikan copy SKA Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota yang


3
masih berlaku
4 menyampaikan copy KTP yang masih berlaku
5. Ahli Ekonomi Pembangunan (1 Org)
1 copy Ijazah S2 Ekonomi

2 pengalaman 5 th dalam Pekerjaan sejenis.

44
3 menyampaikan copy KTP yang masih berlaku
6. Ahli Sosiologi (1Org)
1 copy Ijazah S1 Sosiologi
2 pengalaman 5 th dalam Pekerjaan sejenis

3 menyampaikan copy KTP yang masih berlaku


7. Drafter/ Juru Gambar Arsitektur (1 Org)
1 copy Ijazah S1 Teknik Arsitektur
2 pengalaman 3 th sebagai juru gambar/drafter
menyampaikan copy SKT juru gambar/Drafmen-arsitektur yang masih
3
berlaku
4 menyampaikan copy KTP yang masih berlaku
8. Teknisi Surveyor Pemetaan (3 Org)
1 copy Ijazah DIII/S1 Teknik Sipil
2 pengalaman 5 th sebagai teknisi surveyor pemetaan
menyampaikan copy SKT uru Ukur / Teknisi Survey Pemetaan yang
3
masih berlaku
4 menyampaikan copy KTP yang masih berlaku
9. Operator Komputer (1 Org)
1 copy Ijazah SMK Teknik/S1

2 pengalaman 3 th untuk SMK sebagai Operator Komputer

3 copy KTP yang masih berlaku


10. Tenaga Administrasi (1 Org)
1 copy Ijazah S1 Ijazah Ekonomi
2 pengalaman 3 th sebagai Tenaga Administrasi
3 copy KTP yang masih berlaku
11. Office Boy (1 Org)
1 copy Ijazah SMK /SMU
2 pengalaman 3 th sebagai Office Boy
3 copy KTP yang masih berlaku

45
1. Koordinator Tim/Team Leader

Seorang ahli perencanaan wilayah mempunyai tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan bidang pekerjaannya sekaligus sebagai ketua tim, adapun tugasnya sebagai
berikut :

- Memberikan petunjuk kepada tim, dalam melaksanakan pekerjaan pengawasan


teknis segera setelah kontrak fisik ditandatangani.
- Memberikan petunjuk kepada tim dalam melaksanakan pekerjaan, untuk
menyiapkan rekomendasi secara terinci atas usulan desain, termasuk data
pendukung yang diperlukan.
- Menjamin bahwa semua isi dari kerangka acuan pekerjaan ini akan dipenuhi
dengan baik yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
- Bekerjasama dengan pihak pemberi tugas sehubungan dengan pekerjaan.
- Membantu dan memberikan petunjuk kepada tim di lapangan dalam mencari
pemecahan-pemecahan atas permasalahan yang timbul baik sehubungan
dengan teknis maupun permasalahan kontrak.
- Malakukan analisis Arahan dan Rencana struktur Ruang Wialayh Kawasan
Transmigrasi.
- Melakukan analisis terhadap Rencana Pola Ruang Kawasan dan Rencana
Kawasan Strategis.
- Tinjauan terhadap kawasan sector-sektor unggulan.
- Tinjauan terhadap kawasan-kawasan potensial untuk kawasan investasi.
- Merumuskan hasil studi ini kedalam peta untuk mendukung pengembangan
Kawasan Transmigrasi.
- Melakukan analisis rencana teknis yang ada untuk disesuaikan dengan
karakteristik daerah setempat.
- Mengkaji potensi dan kendala pengembangan wilayah berdasarkan aspek-
aspek yang terkait.
- Melakukan analisis kedudukan wilayah studi dalam konstelasi nasional
maupun regional (provinsi) dan kabupaten.
- Mengidentifikasi sektor ekonomi unggulan yang dapat didorong
perkembangannya dalam rangka meningkatkan perkembangan ekonomi
seluruh wilayah.
- Merumuskan skenario pengembangan wilayah.

46
- Merumuskan tujuan dan sasaran pengembangan wilayah jangka menengah dan
jangka panjang
- Melakukan kajian terhadap kebijakan pengadaan prasarana permukiman
wilayah.
- Mengkoordinasikan perumusan program-program pembangun-an jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang dalam rangka pengembangan
kawasan transmigrasi yang tertuang dalam indikasi program.

2. Ahli Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku hujan terutama meliputi periode
ulang curah hujan karena berkaitan dengan perhitungan banjir serta rencana untuk
setiap bangunan teknik sipil antara lain bendung, bendungan dan jembatan.
Tenaga ahli hidrologi / hidraulik dalam hal ini mampu merencanakan dan
melaksanakan semua kegiatan yang mencakup pelaksanaan pengumpulan data
hidrologi. Pengolahan dan analisis data hidrologi, dan perhitungan-perhitungan
hidrologi untuk perencanaan bentuk dan dimensi bangunan hidrologi yang dihasilkan
adalah benar, akurat, siap digunakan dan dapat memberikan masukan yang rinci
mengenai curah hujan dan pola aliran air permukaan.
Dapat Melakukan pengumpulan data sekunder dan melakukan review atas
hasil analisis terdahulu.
Dapat Melaksanakan collecting data sekunder seperti: Data Hujan,
Klimatologi, Peta Das dan lain-lain yang berkaitan dengan analisis
hidrologi.
Dapat Melakukan kegiatan kompilasi data dan melakukan anaisis water
balance.
Dapat Menyiapkan laporan hasil analisis hidrologi beserta rekomendasi
yang diperlukan team desain.
Dapat Melakukan diskusi dengan instansi terkait dalam perumusan hasil
analisis.
Dapat Melakukan analisis data curah hujan, Dedit Racangan, data
klimatologi serta data-data peunjang lainnya yang berkaitan dengan
desain.
Dapat Menyiapkan laporan hidrologi.
Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan analisis hidrologi.

47
3. Ahli Geodesi
Geodesi mempelajari tentang pengukuran dan perepresentasian dari Bumi dan benda-
benda langit lainnya, termasuk medan gaya beratnya masing-masing, dalam ruang
tiga dimensi yang berubah dengan waktu. Berikut adalah beberapa tugas dan
tanggung jawab Tenaga Ahli Geodesi diantaranya adalah :
Klasifikasi Ahli Geodesi Terbagi Menjadi 3 Bagian

a. Ahli Geodesi Muda


Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab Tenaga Ahli Geodesi Muda adalah sebagai
berikut :
Menerapkan Ketentuan UUJK, K3, Lingkungan dan Kode Etik Profesi
Menyusun pekerjaan persiapan
Melaksanakan survey awal
Mengitung sumber daya dan teknologi
Menyusun rencana kerja pekerjaan geodesi
Melaksanakan pekerjaan geodesi
Menyusun laporan hasil pekerjaan geodesi
Melaksanakan komunikasi dengan pihak lain

b. Ahli Geodesi Madya


Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab Tenaga Ahli Geodesi Madya adalah
sebagai berikut :
Menerapkan Ketentuan UUJK, K3, Lingkungan dan Kode Etik Profesi
Menganalisis pekerjaan persiapan geodesi
Merencanakan pekerjaan survey awal
Mengevaluasi dan menetapkan sumber daya dan teknologi yang sesuai
dengan tingkat kesulitan
Mengevaluasi rencana kerja pekerjaan geodesi
Mengelola pelaksanaan pekerjaan geodesi
Melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan geodesi
Menyusun laporan hasil pekerjaan geodesi
Mengelola komunikasi ditempat kerja dengan pihak lain

48
c. Ahli Geodesi Utama
Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab Tenaga Ahli Geodesi Utama adalah
sebagai berikut :
Menerapkan Ketentuan UUJK, K3, Lingkungan dan Kode Etik Profesi
Mengelola pekerjaan persiapan geodesi
Mengelola perencanaan pekerjaan survey awal
Mengevaluasi dan menetapkan sumber daya dan teknologi yang sesuai
dengan tingkat kesulitan
Mengelola rencana kerja pekerjaan geodesi
Mengelola pelaksanaan pekerjaan geodesi
Pengawasan pelaksanaan pekerjaan geodesi
Menyusun laporan hasil pekerjaan geodesi
Menyusun rencana komunikasi dengan pihak lain

4. Ahli Planologi.
Ahli Perumahan Dan Permukiman 1 (satu) Orang Ahli Perumahan Dan Permukiman
disyaratkan seorang Sarjana Teknik Strata Satu (S1) Jurusan Teknik
Planologi/Perencanaan Wilayah Dan Kota lulusan universitas negeri atau universitas
swasta yang telah disamakan berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan di bidang
perencanaan dan/atau perancangan tata ruang dan permukiman sekurangkurangnya
8 (delapan) tahun.
Dalam hal ini, Planologi atau Perencanaan Wilayah atau Kota adalah suatu program
yang merencana suatu wilayah dan kota. Dalam merencanakan suatu Wilaya ada
beberapa hal yang harus di pertimbangkan, diantaranya kondisi ekonomi, sosial,
budaya suatu wilayah.

Hasil dari Perencanaan Kota dan Wilayah tentunya ada berbagai tingkatan, yaitu :
1. Rencana Tata Ruang Nasional.
2. Rencana Tata Ruang Propinsi.
3. Rencana Tata Ruang Kota dan Wilayah. (RTRW)
4. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

49
Dalam melaksanakan Perencanaan suatu Wilayah dan Kota harus berjalan sesuai
dengan undang-undang yang sedang berlaku. Untuk dapat lebih jelasnya di bawah ini
adalah Undang-Undang Tata Ruang Kota yang terbaru yaitu :
UU no.26 tahun 2007
Berikutnya kompetensi umum yang harus dimiliki oleh bidang Planologi adalah :
 Memahami yang dimaksud dengan Perencanaan Wilayah dan Kota
 Memahami bahwa masa depan dapat berorientasi utopian dan visionary, tetapi
juga mengerti bahwa rencana adalah suatu produk yang harus dilaksanakan.
 Mampu menghasilkan produk yang berorientasi preskriptif, yaitu kemampuan
membuat intervensi bagi peningkatan kesejahteraan di masa depan.
 Memegang nilai-nilai kemanusiaan (humanity), membela kepentingan umum
(public interest), dan berlaku adil (justice) dan setara (equity).

Tugas Dan Tanggung Jawab Tenaga Ahli Planologi meliputi:


 Terlibat dalam pengumpulan data tentang berbagai kebijakan pembangunan dan
peraturan perundang-undangan;
 Melakukan observasi lapangan;
 Melakukan analisis pola pemanfaatan ruang;
 Melakukan analisis struktur ruang;
 Melakukan analisis pusat-sub pusat (hirarki) pelayanan.

5. Ahli Ekonomi Pembangunan.


Tenaga Ahli Ekonomi Perkotaan 1 (satu) Orang Ahli Ekonomi Perkotaan disyaratkan
seorang Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Ekonomi lulusan universitas negeri atau
universitas swasta yang telah disamakan berpengalaman dalam pelaksanaan
pekerjaan di bidang perencanaan ekonomi kawasan perumahan dan permukiman
dalam tata ruang sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
Perencana wilayah paling tidak harus menguasai berbagai bidang ilmu di bawah ini :
Dasar ekonomi regional dan ekonomi pembangunan agar dapat lebih mengetahui
mengenai segala prinsip dasar manusia dalam upaya memenuhi segala
kebutuhannya, khususnya yang berhubungan dengan ruang. Beberapa hal yang perlu
untuk dipelajari misalnya : Kebijakan umum pembangunan ekonomi, akun regional,
nilai tambah, teori-teori yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi regional

50
seperti Teori Basis Ekonomi, Teori Ekonomi Klasik, Teori Harrod-Domar, Teori
NeoKlasik, Analisis input-output regional dan Ekonomi Interregional.

Teori Lokasi, yaitu pemahaman mengenai segala hal yang berkaitan dengan lokasi
terutama mengenai bagaimana jarak dapat mempengaruhi tingkah laku manusia.
Ilmu yang perlu dipelajari misalnya yang berhubungan dengan kesesuaian lahan,
potensi lahan maupun daya dukung lahan.
Teknik analisis yang penting digunakan dalam upaya mencari tahu potensi serta
struktur ekonomi suatu wilayah. Misalnya analisis Shif-Share, analisis Location
Quotiens (LQ), teknik perhitungan serta proyeksi PDRB.

Metode-metode yang berkaitan dengan perencanaan wilayah. Biasanya sudah banyak


metode perencanaan wilayah yang telah dijadikan suatu pedoman yang baku oleh
pemerintah setempat atau dapat menggunakan metode lainnya yang merupakan hasil
kreativitas serta inovasi tiap pihak yang dianggap baik dan dapat juga diterima oleh
khalayak.

Berbagai macam alat analisis yang berkaitan dengan perencanaan wilayah seperti
model gravitasi, proyeksi penduduk, analisis statistik, pembobotan skala prioritas
serta berbagai metode penghitungan lainnya.

Tidak kalah penting juga ilmu pengetahuan yang mendukung terutama dalam bidang
ekonomi misalnya analisis biaya manfaat, teori investasi publik, evaluasi program
serta evaluasi proyek.

Memahami hal-hal yang berkaitan dengan Kelembagaan dalam suatu daerah,


misalnya mengetahui tiap bidang yang diurusi oleh masing-masing lembaga, jenis
kegiatan dan lembaga yang menanganinya.
 Mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan keuangan daerah.
 Mengetahui mengenai karakteristik masyarakat setempat.
 Serta berbagai topik lainnya yang membahas secara khusus segala sesuatu yang
berkaitan dengan tata ruang.

51
Tugas Dan Tanggung Jawab Tenaga Ahli Ekonomi meliputi:
 Melakukan kajian terhadap konsep-konsep peningkatan ekonomi wilayah yang
relevan.
 Melakukan analisis terhadap potensi pemanfaatan sumberdaya perekonomian
yang terkait erat dengan kesehatan masyarakat.
 Memberikan masukan dalam penyiapan konsep dasar perancangan serta
perencanaan ekonomi perkotaan.
 Bersam dengan Team Leader dalam penyusunan laporan dan diskusi.

6. Ahli Sosiologi
Dalam sosiologi pembangunan terdapat beberapa tahapan antara lain :
a. Perencanan
Pada tahap ini faktor yang harus diperhatikan adalah apa yang menjadi
kebutuhan sosial. Seperti :
 Pusat perhatian sosial.
 Stratifikasi sosial.
 Pusat kekuasaan.
 Sistem dan saluran komunikasi sosial

b. Pelaksanaan
Dalam proses pelaksanaan yang harus dilihat adalah kekuatan sosial dalam
masyarakat serta proses perubahannya.

d. Evaluasi
Dalam tahap evaluasi yang harus dilakukan adalah analisis atau penilaian
terhadap dampak sosial dari pembangunan tersebut. Dalam setiap pembangunan
dilakukan prosedur yang sedemikian rupa agar setiap pembangunan berjalan
sesuai dengan perkembangan sosial yang terjadi di dalam masyarakat.

e. Manfaat
Sosiologi merupakan ilmu terapan dan ilmu murni.Dalam hal ini tentunya peran
ilmu sosiologi amat dibutuhkan terutama di bidang pembangunan dan
kepentingan masyarakat. Manfaat sosiologi dalam masyarakat antara lain:

52
f. Pembangunan
Sosiologi berguna untuk memberikan data sosial yang diperlukan dalam tahap
perencanaan pembangunan maupun pelaksanaan pembangunan.Pada tahap
perencanaan,yang harus diperhatikan yaitu apa yang menjadi kebutuhan
sosial.Pada tahap pelaksanaan yang harus diperhatikan yaitu kekuatan sosial
dalam masyarakat serta proses perubahan social.Sementara itu pada tahap
penilaian pembangunan,yang harus dilakukan adalah analisis terhadap efek atau
dampak dari sosial pembangunan itu. Berikut adalah program yang harus
dilakukan :
1. Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
Pembangunan ekonomi kerakyatan pada intinya adalah mengelola seluruh
potensi ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak dengan
menerapkan asas ekonomi kerakyatan.

2. Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam proses
pembangunan. Semakin tinggi sumber daya manusia maka semakin
mendorong kemajuan suatu negara. Saat ini, peranan SDM lebih menonjol
dibandingkan dengan modal fisik dalam proses pembangunan ekonomi.

3. Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan ifrastruktur mampu mendukung prioritas pembangunan
lainnya, khususnya pengembangan ekonomi kerakyatan dan peningkatan
kualitas SDM.

4. Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata daerah diarahkan pada upaya pelestarian nilai-
nilai luhur warisan budaya lokal sebagai pendukung obyek wisata daerah.
Selain dibidang pembangunan dan kepentingan masyarakat, sosiologi juga
berguna dalam bidang penelitian. Manfaat sosiologi dalam bidang penelitian
antara lain :

53
g. Perencanaan
Sosiologi berguna untuk memberikan suatu perencanaan atau pemecahan
masalah sosial yang baik.Di Negara yang sedang membangun,peran ilmu
sosiologi sangat penting.Dari data yang dihasilkan oleh para sosiolog,para
pengambil keputusan dapat menyusun rencana dan tahap penyelsaiannya.
Contohnya,cara pencegahan kenakalan remaja dan cara meningkatakan
kembali rasa solidaritas antarwarga yang semakin pudar.

h. Uraian Tugas Ahli Planologi


Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab Tenaga Ahli Teknik Perencanaan Wilayah
dan Kota Utama adalah sebagai berikut :
1. Menerapkan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata
Ruang Wilayah dan Kota.
2. Mengevaluasi pekerjaan persiapan rencana wilayah dan kota.
3. Mengevaluai pelaksanaan pekerjaan survey dan pengumpulan data.
4. Menyusun hasil survey dan data pendukung
5. Mengevaluasi hasil kompilasi dan pengolahan data
6. Merancang masterplan rencana wilayah dan kota.

7. Ahli Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota


Seseorang yang berfrofesi sebagai tenaga ahli ini harus dapat memahami tentang
prosedur perencanaan wilayah dan kota serta menganalisa masterplan rencana
wilayah dan kota. Berikut adalah beberapa tugas dan tanggung jawab Tenaga Ahli
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota diantaranya adalah :
Klasifikasi Ahli Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Terbagi Menjadi 3 Bagian
a. Ahli Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Muda
Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab Tenaga Ahli Teknik Perencanaan Wilayah
dan Kota Muda adalah sebagai berikut :
Melaksanakan SMK3 dan Lingkungan
Menerapkan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata
Ruang Wilayah dan Kota
Melaksanakan pekerjaan persiapan rencana wilayah dan kota
Melaksanakan pekerjaan survey dan pengumpulan data
Menyusun hasil survey dan data pendukung

54
Mengevaluasi hasil kompilasi dan pengolahan data
Menyusun analisa desain masterplan rencana wilayah dan kota
Menyusun masterplan rencana wilayah dan kota.

b. Ahli Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Madya


Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab Tenaga Ahli Teknik Perencanaan
Wilayah dan Kota Madya adalah sebagai berikut :
Melaksanakan SMK3 dan Lingkungan
Menerapkan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata
Ruang Wilayah dan Kota
Mengelola pekerjaan persiapan rencana wilayah dan kota
Memonitor pelaksanaan pekerjaan survey dan pengumpulan data
Menyusun hasil survey dan data pendukung
Mengevaluasi hasil kompilasi dan pengolahan data
Menyusun analisa desain masterplan rencana wilayah dan kota
Merancang masterplan rencana wilayah dan kota

c. Ahli Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Utama


Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab Tenaga Ahli Teknik Perencanaan Wilayah
dan Kota Utama adalah sebagai berikut :
Melaksanakan SMK3 dan Lingkungan
Menerapkan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata
Ruang Wilayah dan Kota
Mengevaluasi pekerjaan persiapan rencana wilayah dan kota
Mengevaluai pelaksanaan pekerjaan survey dan pengumpulan data
Menyusun hasil survey dan data pendukung
Mengevaluasi hasil kompilasi dan pengolahan data
Merancang masterplan rencana wilayah dan kota.

5. Teknisi Surveyor Pemetaan


Teknisi/Surveyor Pengukuran Dan Pemetaan Situasi (Teristris) adalah mampu
melakukan pengukuran kerangka horizontal (poligon), Kerangka Vertikal
Pengukuran Detail, Mengelola data ukuran, membuat peta situasi lengkap
dengan kontur, menyusun laporan kegiatan pengukuran dan pemetaan situasi.

55
Uraian Tugas Teknisi/Surveyor Pengukuran Dan Pemetaan
Menerima tugas pengukuran dan pemetaan situasi secara teoristis
Melakukan orientasi lapangan
Menyiapkan alat ukur dan alat pemetaan
Menyiapkan buku ukur, bahan dan alat untuk pembuatan bench mark seta
patok lapangan
Mengukur kerangka horizontal dan vertikal
Mengukur detail situasi
Menghitung koordinat dan tinggi patok-patok ukur (Bench Mark)
kerangka horisontal dan vertical
Memetakan Kerangka Horisontal –vertikal sesuai skala Peta
Menghitung data ukuran situasi
Menyempurnakan buku ukur (Pembuatan sketsa lapangan)
Menggambar peta situasi, sesuai skala peta
Menyusun Laporan

6. Draftman / Juru Gambar


Melaksanakan pekerjaan penggambaran agar dapat digunakan untuk proses
peancangan / dokumentasi / teknis pelasanaan sesuai dengan spesifikasi teknis /
petunjuk arsitek atau atasan langsung.
Gambaran umum Tugas Juru Gambar Arsitektur (Architecture Droughtsman)
Membantu Tugas Arsitek dalam menyiapkan gambar rancangan dan
gambar kerja
Membuat gambar rancangan dan gambar kerja arsitektur sesuai dengan
persyaratan dan spesifikasi teknis
Melakukan Penggambaran Secara Manual dan Komputer

Juru Gambar Arsitektur Bertugas Melakukan pekerjaan teknik pada tahap


perancangan pekerjaan detail/finishing bangunan gedung dan pelaksanaan
konstruksi sesuai dengan target waktu, mutu, anggaran biaya, spesifikasi teknis
dan sketsa serta arahan arsitek.
Uraian Tugas Juru Gambar Arsitektur (Architecture Droughtsman)

56
Mendiagnosa Gambar Sketsa/Draft
Mempelajari Gambar Skesa/Draft
Menyesuaikan Dengan Spesifikasi Teknis\
Mengedintifikasikan Keterangan Sketsa yang tidak jelas
Memperbaiki Gambar

Mengedintifikasi Bahan Dan alat Yang diperlukan


Menetapkan Ukuran, Jenis kertas dan setting gambar yang diperlukan
Menghitung Jumlah Gambar yang akan dikejakan
Menyusun daftar peralatan gambar, perangkat keras dan perangkat lunak
yang diperlukan
Memberikan daftar bahan dan alat yang dibutuhkan pada atasan langsung

Membuat Jadwal Kerja


Memperkirakan Jumlah Waktu untuk tiap gambar
Memperkirakan alokasi waktu penyelesaian pelaksanaan penggambaran
Memberikan jadwal kerja kepada atasan

Melakukan Penggambaran
Menyapkan Bahan dan peralatan yang akan digunakan
Melakukan Koordinasi dengan Arsitek
Melakukan penggambaran
Melaukan tindakan perawatan terhadap peralatan yang digunakan
Mencatat dan melaporkan hasil penggambaran.

Menyimpan / merapihkan gambar dan peralatan yang sudah selesai


digunakan
Menyimpan Gambar File Ditempat yang telah ditentukan
Mengumpulkan peralatan yang digunakan
Menyimpan kembali peralatan, bahan yang belum dipakai dan sisa bahan
ditempat semula
Membersihkan dan merapikan area pekerjaan.

57
Membuat Laporan Hasil Penggambaran
Menyiapkan Barang-Barang Laporan
Mengisi Barang-Barang sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan
Membuat catatan yang diperlukan dalam Barang-Barang
Menyerahkan Laporan Kepada Atasan Langsung.

7. Operator Komputer
Keamanan (Security)
1. Melindungi Komputer dalam jaringan dan pastikan data harus terproteksi
dari pihak yang tidak berhak.
2. Dapat mencegah pelanggaran keamanan dari suatu percobaan atau niat
jahat.

Manajemen User (User Administration)


1. Administrator server dapat memberikan akses kepada Jaringan. Seperti
2. Membuat User Account
3. Mengurus User Account
4. Menghapus User Account
Hak Administrator diatas, didasarkan atas professional pekerjaan. Sesuai
dengan ketentuan dan aturan yang berlaku.

Mengatasi / menangani Masalah (Troubleshooting)


1. Dapat Mengatasi dengan cepat segala permasalahan yang terjadi dalam
jaringan
2. Mampu Menjaga aktivitas jaringan setiap harinya,
3. Bertanggung jawab agar jaringan tetap berjalan dengan baik.

Melakukan Upgrades
1. Melakukan perbaikan dan peningkatan seiring dengan perkembangan
Teknologi yang terjadi
2. Selalu Memcoba untuk mengadaptasi teknologi terbaru dengan tidak
menggangu aktivitas yang sedang berjalan

58
Membuat Data Cadangan (Backups)
1. Melakukan Backup data pada file server jaringan.
2. Mengantisipasi terhadap kejadian yang diluar dugaan

8. Administrasi
Memimpin semua aktifitas dalam bidang Administrasi, Keuangan dan
Umum
Mencatat dan menata semua karyawan yang di Proyek
Membantu Kepala Proyek untuk mencatat transaksi keuangan di Proyek.
Membantu Kepala Proyek untuk mencatat dan menyimpan surat keluar
dan masuk di Proyek.
Bertanggung jawab penuh semua aktifitas Administrasi, Keuangan dan
Umum.
Bertanggung jawab penuh kelangsungan sernua aktifitas karyawan di
Proyek.
Bertangung jawab penuh terhadap bukti dan pencatatan transaksi
keuangan di Proyek.
Memberikan masukan kepada, Kepala Proyek tentang kondisi keungan di
Proyek.

7.5. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

Untuk melaksanakan kegiatan ini perlu peralatan dan perlengkapan seperti ; Peta RBI
Skala 1:50.000, Peta Land System, Dokumen RTRWK, Kabupaten dan Kecamatan
Dalam Angka, Citra Satelit Resolusi Menengah dan GPS (Global Possitioning System).
Theodelit dan Alat Ukur Tanah.

7.6. UJI LAB TANAH DAN UJI LAB AIR

Uji Laboratorium dapat dilakukan di Wilayah Sumatera antara lain di beberapa LAB
Universitas yang ada, sifat fisik tanah dapat dipelajari dari hasil uji laboratorium pada
contoh-contoh tanah yang diambil dari pengeboran atau sample yang langsung diambil
dari lapangan. Hasil-hasil pengujian yang diperoleh dapat digunakan untuk menghitung
kapasitas dukung dan penurunan. Kecuali itu, data laboratorium dapat pula memberikan

59
informasi mengenai besarnya debit air yang mengalir ke dalam lubang galian fondasi,
perilaku tanah dalam mengalami tekanan, dan kemungkinan penanggulangan air pada
penggalian tanah fondasi.

dikarenakan kondisi lapisan tanah di lapangan bervariasi. Karena itu, jumlah contoh
tanah yang terlalu sedikit akan memberikan analisis data yang hasilnya meragukan.
Secara umum, pengujian di laboratorium yang sering dilakukan antara lain:

a. PENGUJIAN DARI PENGAMATAN LANGSUNG


Pengujian ini dilakukan untuk mencatat warna, bau, konsistensi dari contoh tanah
terganggu dan tak terganggu yang diperoleh dari lapangan.

b. KADAR AIR
Pemeriksaan kadar air di lapangan dilakukan pada contoh tanah tak terganggu yang
dikirim ke laboratorium. Dengan membandingkan hasil-hasilnya dengan hasil yang
diperoleh dari uji batas plastis dan batas cair, dapat disusun program uji kuat geser
tanah. Selain itu, karena umumnya tanah lunak berkadar air tinggi, pemeriksaan
kadar air berguna untuk meyakinkan kondisi tanah lunak tersebut. Pemeriksaan
kadar air, biasanya merupakan bagian dari uji kuat geser tanah.

c. BATAS PLASTIS DAN BATAS AIR


Pengujian ini dilakukan pada tanah kohesif untuk maksud klasifikasi dan untuk
estimasi sifat-sifat teknisnya. Grafik plastisitas dari casagrande dapat digunakan
untuk memperkirakan kompresibilitas tanah-tanah lempung dan lanau. Dalam
menggunakan grafik plastisitas, perlu diketahui apakah tanah berupa tanah organik
atau anorganik, yang biasanya dapat diketahui dari warnanya yang gelap dan
baunya seperti tanaman yang busuk bila tanahnya organik. Bila terdapat keragu-
raguan mengenai tanah organik ini, uji batas cair dilakukan pada contoh tanah yang
telah dipanaskan dalam oven. Jika setelah pengeringan, nilai batas cair tereduksi
sampai 30% atau lebih, maka tanah adalah tanah organik.

d. UJI TEKAN BEBAS


Pengujian ini berguna untuk menentukan kuat geser tak terdrainasi pada tanah
lempung jenuh yang tidak mengandung butiran kasar, yang akan digunakan dalam
hitungan kapasitas dukung.

60
e. UJI GESER KIPAS
Uji geser kipas lebih banyak dilakukan di lapangan daripada di laboratorium.
Namun, uji geser kipas di laboratorium sangat berguna bila tanah sangat sensitif
dan lunak yang menyulitkan dalam pemasangan contoh tanah pada waktu
dilakukan uji tekan-bebas.

f. UJI KONSOLIDASI
Pengujian ini hanya dilakukan untuk jenis tanah berbutir halus seperti lempung dan
lanau dan digunakan untuk mengukur besarnya penurunan konsolidasi dan
kecepatan penurunan. Pengujian dilakukan pada alat oedometer atau
konsolidometer. Dari nilai koefisien konsolidasi (Cv) yang dihasilkan, dapat
ditentukan kecepatan penurunan bangunannya. Data hubungan beban dan
penurunan diperoleh dari penggambaran grafik tekanan terhadap angka pori. Dari
sini, dapat diperoleh koefisien perubahan volume (mv) atau indeks pemampatan
(Cc), yang selanjutnya digunakan untuk menghitung estimasi penurunan akibat
beban bangunan.

g. UJI PERMEABILITAS
Uji permeabilitas dilakukan pada contoh tanah tak terganggu. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui banyaknya air yang harus dipompa pada penggalian tanah
fondasi dan kebutuhan lainnya.

7.7. BIAYA PELAKSANAAN

Biaya pelaksanaan pekerjaan penyusunan RSKP sebesar Rp. . . . . sebagaimana RAB


terlampir.

61
7.8. JADWAL PELAKSANAAN

Jangka waktu pelaksanaan Perencanaan Penyusunan Rencana Satuan Kawasan


Permukiman (RSKP) selama 5 (lima) bulan. Mulai dari tahap Persiapan, pelaksanaan,
analisis data sampai pelaporan.

Waktu (Bulan)
No. Kegiatan
I II III IV
1 Persiapan Tim
Penyusunan Laporan Pendahuluan dan Ekspose
2
pendahuluan
3 Survey Lapangan
4 Ekspose Hasil Lapangan di Kabupaten
5 Pengolahan Data
6 Analisa data
Penyusunan Laporan Draft Akhir dan Ekspose Draft
7
Akhir di pusat
8 Penyusunan laporan akhir

BAB V PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan Kerja kegiatan Penyusunan Rencana Satuan Kawasan
Permukiman ini dibuat untuk digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan.

..........................., ................., 2016


Penawar
PT/CV. .............................

NAMA
JABATAN

62

Anda mungkin juga menyukai