Anda di halaman 1dari 121

BAB I

PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2022

Dalam melaksanakan ketentuan Pasal 22 ayat (3) huruf h Peraturan


Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
perlu disusun Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah Tahun Anggaran 2022 yang mengacu pada :
a. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun Anggaran
2022;
b. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD)
Tahun Anggaran 2022;
c. Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) Tahun Anggaran 2022
Guna mereview kembali Prioritas dan sasaran pembangunan
Kabupaten Berau pada Bab I ini akan diuraikan secara singkat Prioritas dan
Sasaran Pembangunan Kabupaten Berau Tahun 2022 sebagai acuan SKPD
dalam menyusun program dan kegiatan sebelum masuk ke materi inti
Petunjuk Penyusunan RKA SKPD yang secara rinci akan diruaikan pada Bab
II dan Bab III.
Prioritas Pembangunan Daerah merupakan suatu tema atau agenda
pembangunan pemerintah daerah tahunan yang telah ditetapkan dan
merupakan benang merah/tonggak capaian menuju sasaran 5 (lima) tahunan
dalam RPJMD melalui rencana program pembangunan daerah tahunan.
Suatu prioritas pembangunan merupakan jawaban atas sasaran
pembangunan daerah dalam suatu pernyataan yang mengandung komponen
program prioritas atau gabungan program prioritas.
Suatu prioritas pembangunan daerah pada dasarnya berisi program-
program dan kegiatan unggulan SKPD yang memiliki skala prioritas paling
tinggi (output & outcome) bagi tercapainya target sasaran pembangunan
daerah tahun rencana. Dalam menentukan prioritas pembangunan, terlebih
dahulu dilakukan identifikasi permasalahan pembangunan daerah yang
bersifat internal maupun eksternal. Setelah diketahui faktor penyebab atau
pemicu secara internal maupun eksternal kemudian dapat disusun prioritas
dan sasaran pembangunan beserta program prioritas.
Tidak semua program prioritas dapat menjadi prioritas pembangunan
daerah, menyangkut keterbatasan anggaran dan identifikasi masalah. Suatu
prioritas pembangunan dimasa lalu yang telah berhasil dicapai, tidak lagi
diprioritaskan dimasa berikutnya, walau tetap harus dijaga
kesinambungannya (performance maintenance).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam suatu proses penyusunan
prioritas program dan kegiatan, yaitu dengan memperhatikan beberapa
kriteria, antara lain:

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 1


a) Korelasinya terhadap pencapaian prioritas dan sasaran pembangunan
nasional, seperti Standar Pelayanan Minimal, pengentasan kemiskinan,
penciptaan lapangan kerja.
b) Korelasinya terhadap pencapaian visi dan misi Kepala Daerah yang
dituangkan dalam RPJMD.
c) Korelasinya terhadap pengembangan sektor/bidang yang terkait
keunggulan kompetitif daerah.
d) Korelasinya terhadap isu strategis daerah.

Prioritas Pembangunan Kabupaten Berau Tahun 2022


Pembangunan daerah jangka menengah sudah memasuki babak baru
dimana periode pembangunan sudah berada pada tahapan terakhir dari
implementasi RPJPD Kabupaten Berau yakni RPJMD tahun 2021-2026. Pada
periode pembangunan tersebut, dirumuskan visi pembangunan “Mewujudkan
Berau Maju dan Sejahtera dengan Sumber Daya Manusia yang Handal untuk
Transformasi ekonomi dalam pengelolaan Sumber Daya Alam secara
berkelanjutan”. Visi yang mengarah pada pembangunan berkelanjutan
tersebut akan diupayakan dengan melaksanakan misi pembangunan. Misi
yang disusun untuk mencapai cita-cita kabupaten Berau lima tahun
mendatang adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas Sumber daya Manusia yang cerdas, sejahtera dan
berbudi luhur
2. Meningkatkan ekonomi masyarakat dengan optimalisasi sektor hilir
sumber daya alam dan pertanian dalam arti luas yang berbasis kerakyatan
dengan perluasan lapangan kerja dan pengembangan usaha berbasis
pariwisata dan kearifan lokal
3. Meningkatkan sarana dan prasarana publik yang berkualitas, adil dan
berwawasan lingkungan
4. Meningkatkan tata pemerintahan yang bersih, berwibawa, transparan dan
akuntabel.
Pada tahun 2022, diperkirakan efek pandemi Covid-19 berangsur hilang
dan kehidupan diharapkan kembali seperti semula. Pembangunan 2022 ini
merupakan langkah awal bagi Pemerintah Kabupaten Berau dalam
menjalankan rencana jangka menengah sehingga perlu dilakukan
pertimbangan yang mendalam untuk menentukan sasaran, prioritas, dan
program serta kegiatan, agar dalam pembangunan selanjutnya pemerintah
daerah mempunyai pijakan langkah yang lebih kuat dan mampu
menyelenggarakan pembangunan dengan optimal. Berdasarkan hal tersebut,
maka tema pembangunan Kabupaten Berau pada tahun 2022 adalah:
Pengembangan Ekonomi Kerakyatan dan Peningkatan Daya Saing Investasi
Indikator makro pembangunan merupakan indikator yang mengindikasikan
terkait keberhasilan pembangunan secara umum yang dapat diperbandingkan
secara nasional sesuai dengan Peraturan Presiden nomor 13 Tahun 2019
tentang Laporan dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Penetapan target indikator makro pembangunan Kabupaten Berau di tahun
2022 adalah sebagai berikut:
Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 2
Tabel 1.1
Indikator Makro Kabupaten Berau Tahun 2022
No Indikator Makro Realisasi Target 2022
2020

1 IPM 74,71 76,64

2 Angka Kemiskinan 5,19 4,50

3 Tingkat Pengangguran 5,08 4,38


Terbuka

4 LPE -3,35 4,92

5 PDRB Per Kapita 148.896 167,96

6 Indeks Gini 0,300 0,290

7 IKLH 78.53 79.53

8 Indeks Reformasi Birokrasi 53,25 50,00


(CC)

Dengan rumusan tema dan beberapa fokus pembangunan Kabupaten Berau


tahun 2022, memerhatikan fokus pembangunan merujuk pada dokumen
RPJMD Kabupaten Berau Tahun 2021-2026. Berikut dijabarkan keterkaitan
antara visi, misi, tujuan, sasaran dan target indikator dan target
pembangunan pada tahun 2022, yang ditampilkan pada tabel sebagai berikut:

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 3


Tabel 2.1
Sasaran dan target Pembangunan Kabupaten Berau dalam RPJMD pada
Tahun 2022
Visi: Mewujudkan Berau Maju dan Sejahtera dengan Sumber Daya Manusia
yang Handal Untuk Transformasi Ekonomi dalam Pengelolaan Sumber Daya
Alam secara Berkelanjutan
Realisas Target
Misi Tujuan/Sasaran Indikator i
2020 2022
Meningkatkan ekonomi masyarakat dengan optimalisasi sektor hilir
sumber daya alam dan pertanian dalam arti luas yang berbasis
kerakyatan dengan perluasan lapangan kerja dan pengembangan
usaha berbasis pariwisata dan kearifan lokal
Meningkatkan Laju Pertumbuhan -3,35 4,92
kualitas sektor Ekonomi
unggulan dalam
pertumbuhan
ekonomi daerah
Meningkatnya Laju Pertumbuhan -0,45 1,50
pemberdayaan Ekonomi Sektor
perekonomian Industri
kerakyatan Pengolahan
Laju Pertumbuhan 1,60 3,50
Ekonomi Sektor
Perdagangan
Meningkatnya Nilai Tukar Petani
kesejahteraan
petani melalui
penggunaan
teknologi tepat
guna
Meningkatnya Laju Pertumbuhan
tata kelola Ekonomi Sektor
destinasi wisata Pariwisata
daerah
Meningkatkan Tingkat 5,19 4,50
kualitas dan Kemiskinan
pemerataan
kesejahteraan
masyarakat
Meningkatkan PDRB per Kapita 148,89 167,96
pemerataan
pendapatan
masyarakat
Meningkatnya Indeks Gini 0,300 0,290
pemerataan
kapasitas
perekonomian

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 4


masyarakat

Meningkatnya Tingkat 5,08 4,38


produktivitas Pengangguran
angkatan kerja
Meningkatkan kualitas Sumber daya Manusia yang
cerdas, sejahtera dan berbudi luhur
Mewujudkan IPM 74,71 76,64
masyarakat yang
unggul dan berdaya
saing
Meningkatnya Angka Harapan 72,06 72,25
kualitas derajat Hidup
kesehatan
masyarakat
Meningkatnya Rata-rata Lama 9,52 9,75
kualitas Sekolah
pendidikan Harapan Lama 13,32 13,40
Sekolah
Terwujudnya Indeks 87,93 89,00
pemberdayaan Pembangunan (2019)
perempuan Gender
dalam
pembangunan
daerah
Meningkatkan sarana dan prasarana publik yang
berkualitas, adil dan berwawasan lingkungan
Menyediakan Indeks Kualitas
infrastruktur Infrastruktur
pembangunan yang
berkualitas
Meningkatnya Persentase rumah 97,97
kualitas tangga yang
perumahan menempati rumah
masyarakat layak huni
Meningkatnya Indeks Konektivitas
kelancaran Wilayah
aksesibilitas
perhubungan
Mempertahankan Indeks Kualitas 78.53 79.53
kualitas lingkungan Lingkungan Hidup
hidup
Menurunnya Emisi GRK 578.164 391.46
emisi GRK 6

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 5


Meningkatkan tata pemerintahan yang bersih,
berwibawa, transparan dan akuntabel

Meningkatkan Indeks Reformasi 55


46,48
kualitas pelaksanaan Birokrasi
Reformasi Birokrasi
Meningkatnya Nilai Akuntabilitas 62,86* 65
kapasitas dan Kinerja
akuntabilitas
kinerja
pemerintah
daerah
Meningkatnya Indeks Kepuasan 90,31 70
kualitas layanan Masyarakat
publik

Dengan mencermati dan memahami kondisi, permasalahan daerah dan


memedomani sasaran dan tema pembangunan Kabupaten Berau pada tahun
2022 yang diuraikan pada RPJMD Kabupaten Berau Tahun 2021-2026 maka
sasaran, prioritas pembangunan dan permasalahan dirumuskan sebagai
berikut:

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 6


Tabel 3.1
Permasalahan, Sasaran, dan Prioritas Pembangunan 5 Tahun
Kabupaten Berau Tahun 2022

Prioritas Pembangunan
Permasalahan Sasaran Kabupaten Berau 5
Tahun
Perekonomian Meningkatnya Pengembangan dan
didominasi oleh sektor pemberdayaan pemberdayaan usaha
primer (Pertambangan perekonomian ekonomi kerakyatan
dan Perkebunan) yang kerakyatan
sangat tergantung
pada permintaan
ekspor
Pertumbuhan ekonomi Meningkatnya
tidak berpengaruh kesejahteraan petani
secara signifikan melalui penggunaan
dalam penurunan teknologi tepat guna
kemiskinan,
khususnya petani
Belum optimalnya Meningkatnya tata Pengembangan
pengembangan kelola destinasi wisata infrastruktur penunjang
destinasi wisata daerah pariwisata daerah
daerah
Masih rendahnya Meningkatkan Peningkatan
PDRB perkapita pemerataan keberdayaan,
Kabupaten Berau pendapatan perlindungan dan
masyarakat rehabilitasi sosial
Semakin tingginya Meningkatnya
ketimpangan dan pemerataan kapasitas
kedalaman perekonomian
kemiskinan daerah masyarakat
Tingkat pengangguran Meningkatnya
akan semakin produktivitas angkatan
meningkat sejalan kerja
dengan pelambatan
ekonomi global
Masih rendahnya Meningkatnya kualitas Peningkatan kualitas
derajat kesehatan derajat kesehatan dan aksesibilitas
masyarakat, masyarakat pelayanan kesehatan
khususnya adanya secara merata
Pandemi COVID-19
Masih rendahnya Meningkatnya kualitas Peningkatan kualitas
kualitas pendidikan pendidikan dan aksesibilitas
pelayanan pendidikan

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 7


seluruh lapisan
masyarakat
Masih rendahnya Terwujudnya
partisipasi perempuan pemberdayaan
dalam pembangunan perempuan dalam
daerah pembangunan daerah
Belum optimalnya Meningkatnya kualitas Penyesuaian
pemerataan perumahan pembangunan
infrastruktur masyarakat infrastruktur sesuai
kelistrikan (khususnya RTRW Berau
listrik PLN)
Terbatasnya fasilitas
air minum/air bersih
Cakupan layanan Meningkatnya
telekomunikasi belum kelancaran
sepenuhnya aksesibilitas
menjangkau seluruh perhubungan
wilayah
Belum optimalnya
kualitas konektivitas
wilayah
Masih tingginya Meningkatnya Implementasi Reformasi
ketergantungan fiskal kapasitas dan Birokrasi di seluruh
pada dana akuntabilitas kinerja Perangkat Daerah
perimbangan pemerintah daerah
Belum optimalnya
koordinasi antar
perangkat daerah
Belum optimalnya
peran pemerintahan
kampung/desa
Belum optimalnya Meningkatnya kualitas
kualitas pelayanan layanan publik
publik untuk
masyarakat

Dengan mencermati dan memahami sasaran, permasalahan dan prioritas


pembangunan 5 tahun maka rumusan prioritas pembangunan Kabupaten
Berau Tahun 2022 diuraikan sebagai berikut :

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 8


Tabel 4.1
Sasaran, Prioritas Pembangunan 5 Tahun dan Prioritas Pembangunan
Kabupaten Berau Tahun 2022
Prioritas
Pembangunan
Sasaran Prioritas Pembangunan 5 Tahun
Kabupaten Berau
Tahun 2022
Meningkatnya Pengembangan dan Pemberdayaan dan
pemberdayaan pemberdayaan usaha ekonomi peningkatan
perekonomian kerakyatan produktivitas dan
kerakyatan nilai tambah
industri kerakyatan
dan usaha kecil
menengah
Meningkatnya
kesejahteraan
petani melalui
penggunaan
teknologi
tepat guna
Meningkatnya Pengembangan infrastruktur Perwujudan
tata kelola penunjang pariwisata daerah kemitraan antara
destinasi pemerintah dan
wisata daerah swasta
Meningkatkan Peningkatan keberdayaan, Peningkatan
pemerataan perlindungan dan rehabilitasi kualitas DTKS (Data
pendapatan sosial Terpadu
masyarakat Kesejahteraan
Sosial)
Meningkatnya
pemerataan
kapasitas
perekonomian
masyarakat
Meningkatnya Pemberdayaan
produktivitas masyarakat melalui
angkatan program padat
kerja karya
Meningkatnya Peningkatan kualitas dan Percepatan
kualitas aksesibilitas pelayanan pemulihan dan
derajat kesehatan secara merata penanganan
kesehatan Pandemi COVID-19
masyarakat
Meningkatnya Peningkatan kualitas dan Peningkatan
kualitas aksesibilitas pelayanan kualitas dan
pendidikan pendidikan seluruh lapisan pemerataan sarana

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 9


Terwujudnya masyarakat prasarana
pemberdayaan pelayanan
perempuan pendidikan
dalam
pembangunan
daerah
Meningkatnya Penyesuaian pembangunan Peningkatan sarana
kualitas infrastruktur sesuai RTRW Berau prasarana utilitas
perumahan daerah, khususnya
masyarakat kelistrikan dan air
minum
Meningkatnya Peningkatan
kelancaran pemerataan dan
aksesibilitas kualitas jaringan
perhubungan jalan
Meningkatnya Implementasi Reformasi Birokrasi Peningkatan
kapasitas dan di seluruh Perangkat Daerah kualitas kinerja
akuntabilitas SDM aparatur dari
kinerja sisi kompetensi dan
pemerintah penempatan kerja
daerah
Meningkatnya Penggunaan sistem
kualitas informasi dalam
layanan peningkatan
public kualitas pelayanan
publik

Pemerintah Kabupaten Berau dalam upaya mewujudkan prioritas


pembangunan di atas memiliki tantangan besar terutama dalam rangka
pemulihan ekonomi pasca adanya Pandemi Covid-19. Guna menghadapi
berbagai tantangan dan permasalahan pembangunan serta untuk
mempercepat terwujudnya sasaran pembangunan antara lain didorong
melalui inovasi daerah. Inovasi merupakan kunci untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, daya saing daerah, dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Inovasi menjadi salah satu tool dalam mengakselerasi
peningkatan daya saing. Setiap elemen negara yang meliputi pemerintah,
swasta, dan masyarakat sipil harus melakukan inovasi. Inovasi pada
lingkungan instansi pemerintah sangat penting karena dapat mengakselerasi
inovasi swasta dan masyarakat dalam meningkatkan pelayanan publik.
Beberapa hal hal yang menjadi alasan Pemerintah Kabupaten Berau
bertekad mengembangkan inovasi daerah antara lain inovasi merupakan
kebutuhan, tidak hanya bagi pemerintah daerah, tetapi juga bagi aparatur
pemerintah yang ingin sukses. Kedua, hanya pemerintah daerah yang
senantiasa berinovasi yang akan mampu bertahan (survive) dan mampu
bersaing. Ketiga, dengan berinovasi, pemerintah daerah dapat memenuhi
kebutuhan akan tuntutan pelayanan publik dan hasil pembangunan yang
senantiasa berkembang bersamaan dengan meningkatnya kesejahteraan
masyarakat.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 10


Inovasi daerah yang akan dilaksanakan Pemerintah Daerah Kabupaten
Berau pada Tahun 2022 secara lengkap yang dilaksanakan oleh masing-
masing OPD dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.1
Inovasi Daerah Kabupaten Berau Tahun 2022
NO INOVASI INSTANSI/OPD
Jamban Sehat Pesisir (JSP)
1 (Jamban Apung dengan metode Kecamatan Biatan
modifikasi Tripikon S)
Penataan ulang pelayanan peminjaman
2 Kecamatan Tabalar
barang milik daerah
3 Sistem Layanan Elektronik (SiLENI)
Kelurahan Tanjung
Sistem Informasi Perencanaan Dana RT
4 Redeb
(SIPAT)
5 Anjungan Dukcapil Mandiri (ADM) Disdukcapil

Pokok-Pokok Pikiran DPRD


Penelahaan Pokok-pokok pikiran DPRD Kabupaten Berau yang tertuang
pada Keputusan DPRD Kabupaten Berau tentang Pokok-Pokok Pikiran DPRD
Kabupaten Berau dilakukan dalam rangka memenuhi ranah fungsi DPRD
untuk melakukan pengawasan terhadap pemerintah daerah. Penelaahan
tersebut dimaksudkan untuk mengkaji kemungkinan pokok-pokok pikiran
DPRD Kabupaten Berau dijadikan sebagai masukan dalam perumusan
kebutuhan program dan kegiatan Tahun 2022 berdasarkan prioritas
pembangunan daerah.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 11


Pokok-pokok Pikiran DPRD Tahun 2022 Kabupaten Berau

Urusan Usulan Permasalahan Alamat


Perumahan Rakyat Peningkatan gang/jalan kawasan Jalanan Becek dan Gang Warna Jl. H. ISA III RT 17
dan Kawasan permukiman perkotaan di Kec. berlubang Kelurahan Karang Ambun, Kab.
Permukiman Tanjung Redeb Berau, Tanjung Redeb, Karang
Ambun
Perumahan Rakyat Rehab / Peningkatan drainase Lingkungan sering Banjr H. Isa III Gang Mardhatillah Blok 2
dan Kawasan tersier lingkungan kawasan jika Hujan RT 10, Kab. Berau, Tanjung Redeb,
Permukiman permukiman perkotaan di Kec. Karang Ambun
Tanjung Redeb
Perumahan Rakyat Peningkatan gang/jalan kawasan Jalan Becek dan Gang Mulia Dalam A RT 17, Kab.
dan Kawasan permukiman perkotaan di Kec. berlubang Berau, Tanjung Redeb, Gunung
Permukiman Tanjung Redeb Panjang
Perumahan Rakyat Pembangunan Drainase tersier normalisasi parit apabila Jl. H,ISA III Komplek Gang
dan Kawasan Lingkungan kawasan Permukiman hujan deras perumahan Sejahtera RT 17, Kab. Berau,
Permukiman Perkotaan di Kec. Tanjung Redeb banjir Tanjung Redeb, Karang Ambun
Perumahan Rakyat Peningkatan gang/jalan kawasan Lanjutan Jalan Becek dan Jl. Sejahtera 2 RT 15, Kab. Berau,
dan Kawasan permukiman perkotaan di Kec. Berlubang Tanjung Redeb, Gunung Panjang
Permukiman Tanjung Redeb
Perumahan Rakyat Rehab / Peningkatan drainase Jalan Becek Jl. Gunung Panjang Gang Mulia
dan Kawasan tersier lingkungan kawasan Dalam Jl Diponegoro RT 17, Kab.
Permukiman permukiman perkotaan di Kec. Berau, Tanjung Redeb, Gunung
Tanjung Redeb Panjang
Kelautan dan Pengadaan sarana budidaya bantuan alat pakan ikan Dasa Wisma sedap malam RT 17,
Perikanan kolam, bantuan pupuk dan dan kolam terpal Kab. Berau, Tanjung Redeb,

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 12


bantuan benih ikan kelompok dasawisma Gunung Panjang
sedap malam beserta
penunjangnya
Pekerjaan Umum dan Pembangunan Jalan Poros memperpendek jalur Ulingan - Tanjung Batu, Kab.
Penataan Ruang tempuh menuju tempat Berau, Pulau Derawan, Tanjung
wisata Pulau Derawan Batu
Pekerjaan Umum dan Peningkatan Jalan Permukiman Hujan Jalan Berlumpur Tasuk, Kab. Berau, Gunung Tabur,
Penataan Ruang Perdesaan dan Licin, Panas Jalan Tasuk
Berdebu
Pekerjaan Umum dan Pembangunan Jalan Poros Menghubungkan 1 Jalan Poros Birang Menuju RT 03
Penataan Ruang Kampung Yang Terpisah birang, Kab. Berau, Gunung Tabur,
Birang
Pekerjaan Umum dan Peningkatan Jalan Permukiman Jalan becek dan Jalan Pulau Sambit RT.30, Kab.
Penataan Ruang Perdesaan berlobang Berau, Tanjung Redeb, Tanjung
Redeb
Pendidikan Pembangunan Musholla SMP SMP 01 Tanjung Batu Tanjung Batu, Kab. Berau, Pulau
Belum ada Mushola Derawan, Tanjung Batu
Pekerjaan Umum dan Peningkatan Jalan Permukiman Menghubungkan Jl. Tower PT. Telkom Rt 12 - Poros
Penataan Ruang Perdesaan Kampung Makasang Birang, Kab. Berau, Gunung Tabur,
Paribau - Kampung Gunung Tabur
Birang
Kelautan dan Pengadaan mesin dongfeng Kelompok Nelayan Kampung Kasai, Kab. Berau, Pulau
Perikanan Sejahtera II kekurangan Derawan, Kasai
mesin Kapal / Perahu
Pekerjaan Umum dan Pembangunan turap / tanggul / Mencegah longsornya GG, Gg. Solata RT 10 Kelurahan
Penataan Ruang sheetpile Solata Gunung Panjang, Kab. Berau,
Tanjung Redeb, Gunung Panjang

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 13


Kelautan dan Pengadaan mesin dongfeng Kelompok Nelayan Putra Kampung Kasai, Kab. Berau, Pulau
Perikanan Paser membutuhkan Derawan, Kasai
mesin kapal 24PK
Kelautan dan Pengadaan mesin ketinting dan Kebutuhan Jaring / Kampung Kasai, Kab. Berau, Pulau
Perikanan pengadaan alat tangkap ramah Pukat Kelompok Nelayan Derawan, Kasai
lingkungan Sinar Laut
Tenaga Kerja Pelatihan Tata Boga Membantu ibu2 untuk Kel. Tanjung Redeb. Kel. Sungai
menambah penghasilan Bedungun. Kel. Gunung Panjang,
keluarga Kab. Berau, Tanjung Redeb, Sungai
Bedungun
Kelautan dan Pengadaan mesin ketinting dan Kelompok Nelayan Tanjung Batu, Kab. Berau, Pulau
Perikanan pengadaan alat tangkap ramah Antariksa Membutuhkan Derawan, Tanjung Batu
lingkungan Ketinting Honda 13HP
Kelautan dan Pengadaan mesin ketinting dan Kelompok Nelayan Suka Bohe Silian, Kab. Berau, Maratua,
Perikanan pengadaan alat tangkap ramah Maju membutuhkan Bohe Silian
lingkungan Jaring
Pekerjaan Umum dan Pembangunan turap / tanggul / Masyarakat Kampung Teluk Sulaiman, Kab. Berau, Biduk-
Penataan Ruang sheetpile Teluk Sulaiman Biduk, Teluk Sulaiman
membutuhkan Pemecah
Gelombang untuk
mengurangai Abrasi
Pantai
Pendidikan Perangkat Jaringan Masyarakat Teluk Teluk Sulaiman, Kab. Berau, Biduk-
Komputer/inranet/ internet Sulaiman Membutuhkan Biduk, Teluk Sulaiman
Jaringan Komunikasi
(Seluler)
Perumahan Rakyat Peningkatan gang/jalan kawasan Lanjutan proses Jl. Sultan Agung RT 6 Sungai
dan Kawasan permukiman perkotaan di Kec. pengerasan Bedungun, Kab. Berau, Tanjung

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 14


Permukiman Tanjung Redeb Redeb, Sungai Bedungun

Pangan Pengadaan Pupuk Masyarakat Pantai Pantai Harapan, Kab. Berau, Biduk-
Harapan membutuhkan Biduk, Pantai Harapan
bantuan Pupuk
Sekretariat Daerah Bantuan/Hibah Rumah Ibadah Masyarakat Bumi Jaya Bumi Jaya, Kab. Berau, Talisayan,
membutuhkan bantuan Bumi Jaya
dana pembangunan
Rumah Ibadah Gereja
Pertanian Jalan usaha tani - Swakelola Kelompok Tani Tanjung Tanjung Batu, Kab. Berau, Pulau
(Pertanian dan Peternakan) Batu membutuhkan Derawan, Tanjung Batu
bantuan jalan Tani
Tenaga Kerja Pelatihan operator alat berat Memberikan ketrampilan Kelurahan Tanjung Redeb, Kel.
pemuda putus sekolah Gunung Panjang, Kab. Berau,
Tanjung Redeb, Tanjung Redeb
Sekretariat Daerah Bantuan/Hibah Rumah Ibadah Bangunan lama sudah Jl.Sawi RT.17, Kab. Berau, Tanjung
tidak layak huni Redeb, Tanjung Redeb
Pendidikan Penambahan Ruang Kelas Tingkat Ruangan belajar tdk Jl. SM. Aminuddin, Kab. Berau,
SD mencukupi karena baru Tanjung Redeb, Bugis
selesai lantai 1
Pertanian Jalan usaha tani dan jalan Agar akses dalam Jalan sekunder 4 RT 1, Kab. Berau,
produksi (Swakelola) mengangkut hasil Sambaliung, Tanjung Perangat
pertanian menjidi lebih
mudah serta mendorong
taraf ekonomi petani
Perumahan Rakyat Rehab / Peningkatan drainase Air tidak mengalir Jl.Sawi RT.17, Kab. Berau, Tanjung
dan Kawasan tersier lingkungan kawasan Redeb, Tanjung Redeb
Permukiman permukiman perkotaan di Kec.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 15


Tanjung Redeb

Perumahan Rakyat Peningkatan gang/jalan kawasan Menyambung yg tersisa di Jp. Panjang Gg.Cengkeh, Kab.
dan Kawasan permukiman perkotaan di Kec. tengah Berau, Tanjung Redeb, Tanjung
Permukiman Tanjung Redeb Redeb
Kelautan dan Pengadaan mesin ketinting dan Kelompok Nelayan Teluk Semanting, Kab. Berau,
Perikanan pengadaan alat tangkap ramah Sumber Harapan Pulau Derawan, Teluk Semanting
lingkungan membutuhkan Jaring
Insang Milenium , Tali,
Pelampung
Perumahan Rakyat Peningkatan gang/jalan kawasan lanjutan semenisasi gang Jl Diponegoro I Gang Sejahtera 2,
dan Kawasan permukiman perkotaan di Kec. sejahtera 2 Kab. Berau, Tanjung Redeb,
Permukiman Tanjung Redeb Gunung Panjang
Kelautan dan Pengadaan mesin ketinting dan pengajuan dari kelompok Jln.Karang Ambun (RT 05 ), Kab.
Perikanan pengadaan alat tangkap ramah Nelayan Berau, Tanjung Redeb, Karang
lingkungan Ambun
Kelautan dan Pengadaan sarana budidaya Permintaan Nelayan karang ambon Rt 08, Kab. Berau,
Perikanan kolam, bantuan pupuk dan Terpal dan bibit ikan nila Tanjung Redeb, Karang Ambun
bantuan benih ikan
Pertanian Bantuan pengadaan alat permintaan hand tractors jln.karang ambun RT 12, Kab.
pertanian Berau, Tanjung Redeb, Karang
Ambun
Perumahan Rakyat Rehab / Peningkatan drainase sering terjadi banjir jln.Teuku Umar gg.setia RT.09, Kab.
dan Kawasan tersier lingkungan kawasan ketika hujan Berau, Tanjung Redeb, Karang
Permukiman permukiman perkotaan di Kec. Ambun
Tanjung Redeb
Perumahan Rakyat Peningkatan gang/jalan kawasan jika hujan Sering terjadi jln.padat karya gg.limau 2, Kab.
dan Kawasan permukiman perkotaan di Kec. banjir Berau, Tanjung Redeb, Gunung

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 16


Permukiman Tanjung Redeb Panjang

Pekerjaan Umum dan Pembangunan Jalan Poros Akses Menuju Ringrood Jalan Suka Maju Rt 3, Kab. Berau,
Penataan Ruang Tanjung Redeb, Gunung Panjang
Pekerjaan Umum dan Pembangunan turap / tanggul / permintaan usulan jln.perjuangan, Kab. Berau,
Penataan Ruang sheetpile masyarakat Tanjung Redeb, Gunung Panjang
Pekerjaan Umum dan Peningkatan Jalan Permukiman Ketika Hujan Jalan Licin, Jalan AT-Taubah RT 01, Kab.
Penataan Ruang Perdesaan Ketika Panas Jalan Berau, Tanjung Redeb, Gunung
Berdebu menggangu Panjang
kesehatan masyarakat
Pekerjaan Umum dan Pembangunan Jalan Poros Akses Menuju Air Terjun, RT 05 Kampung Sambakungan,
Penataan Ruang Akses Perkebunan dan Kab. Berau, Gunung Tabur,
Pertanian Sambakungan
Pertanian Jalan usaha tani - Swakelola sulit menjangkau hasil Jl. Garuda RT14, Kab. Berau,
(Pertanian dan Peternakan) pertanian Sambaliung, Sambaliung
Pekerjaan Umum dan Pembangunan Saluran Pembuang belum adanya saluran RT 06 SEI PLADU TEMBUS SEI
Penataan Ruang pembuang menyebabkan SIDU''''UNG, Kab. Berau, Teluk
kerusakan badan jalan l Bayur, Labanan Makarti
Pendidikan Pembangunan Pagar Kondisi sekolah belum SDN 003 TANJUNG PERANGAT,
Sekolah/Lanjutan Pemagaran SD memiliki pagas Kab. Berau, Sambaliung, Rantau
mengakibatkan sisiwa Panjang
keluar masuk area
sekolah dengan mudah
pada jam belajar
Pendidikan Pembangunan Mushola SD Sdn 003 belum memiliki SDN 003 TANJUNG PERANGAT,
mushola Kab. Berau, Sambaliung, Tanjung
Perangat
Pendidikan Rehab Ruang Kelas TK/PAUD Kondidi bangunan yang PAUD BAKULA BARAYAK, Kab.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 17


sudah tidak layak Berau, Tanjung Perangat
Kesehatan Pembangunan Puskesmas/Pustu masyarakat dikampung kampung usiran rt 10 kasai, Kab.
jalan usiran / kasai rt 10 Berau, Pulau Derawan, Kasai
mengeluhkan sangat
kesulitan untuk berobat
pada saat warga sakit
harus ke tanjung batu
atau merancang dengan
jarak tempuh yg sangat
jauh.
Kesehatan Pemagaran Puskesmas/Pustu Meninkatkan layanan TELUK SUMBANG, Kab. Berau,
kesehatan masyarakat Biduk-Biduk, Teluk Sumbang
dalam rangka
penanganan virus corona
Kesehatan Pemagaran Puskesmas/Pustu Meningkatkan layanan BIDUK - BIDUK, Kab. Berau,
kesehatan masyarakat Biduk-Biduk
dalam rangka
penanganan virus corona
Kesehatan Rehabilitasi dan Pemeliharaan Meningkatkan layanan BIATAN ULU, Kab. Berau, Biatan,
Puskesmas/Pustu kesehatan masyarakat Biatan Ulu
dalam rangka
penanganan virus corona
Pendidikan Rehab sedang Rumah Dinas Dalam rangka BIDK - BIDUK, Kab. Berau, Biduk-
Kepsek/Guru/Penjaga Sekolah SD kenyamanan dan Biduk, Biduk-Biduk
(Catatan ; lokasi khusus di keselamatan siswa
Kampung/perdesaan)
Pendidikan Pembangunan WC SMP Dalam rangka menjaga BATU PUTIH, Kab. Berau, Batu
kebersihan dan mencegah Putih

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 18


virus corona

Pekerjaan Umum dan Rehabilitasi Drainase Perkotaan Untuk mengurangi GANG TEPIAN INDAH 2 RT 01
Penataan Ruang tergenangnya air dan SAMBALIUNG, Kab. Berau,
menghindari banjir Sambaliung
Pekerjaan Umum dan Rehabilitasi Drainase Perkotaan Drainase jalan JALAN H.KAMARUDDIN RT 14
Penataan Ruang h.kamaruddin rt 14 SAMBALIUNGG, Kab. Berau,
sambaliung untuk Sambaliung, Sambaliung
mengurangi tergenangnya
air dan menghindari
banjir
Pekerjaan Umum dan Pembangunan Jalan Poros Lanjutan pembangunan JALAN GANG RAHMAT RT
Penataan Ruang dan pembuatan badan VIII/JALAN BULUNGAN
jalan gang rahmat rt KEL.GUNUNG TABUR, Kab. Berau,
viii/jalan bulungan Gunung Tabur, Gunung Tabur
Pekerjaan Umum dan Peningkatan Jalan Permukiman Semenisasi jalan JALAN H.MUIS MURAD RT 4
Penataan Ruang Perdesaan h.muismurad rt 4 biduk - BIDUK -BIDUK, Kab. Berau, Biduk-
biduk Biduk, Biduk-Biduk
Pekerjaan Umum dan Pembangunan turap / tanggul / Pembuatan turap (siring) RT 6 TANJUNG PEREPAT, Kab.
Penataan Ruang sheetpile rt 6 tanjung perepat Berau, Biduk-Biduk, Tanjung
untuk mengurangi abrasi Prepat
pantai
Sekretariat Daerah Bantuan/Hibah Rumah Ibadah lanjutan pembangunan rt 6 kampung talisayan, Kab.
masjid al-muhajirin Berau, Talisayan, Talisayan
kampung talisayan sudah
5 tahun tidak bisa
digunakan untuk ibadah
sholat berjamaah karna

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 19


selama ini pembangunan
hanya dari swadaya
masyarakat setempat.

Pendidikan Pembangunan Mushola SD Mushola belum ada SDN 001 Tanjung Redeb, Kab.
Berau, Tanjung Redeb, Sungai
Bedungun
Koperasi, Usaha Kecil Bantuan alat Permintaan peralatan RT. 02 Kampung Pulau Derawan
dan Menengah membuat kue karena Kabupaten Berau, Kab. Berau,
selama berdirinya Pulau Derawan, Pulau Derawan
kampung pulau derawan
belum ada perhatian
khusus untuk
meningkatkan atau
menunjang perekonomian
keluarga setempat
Perumahan Rakyat Bantuan Peningkatan kualitas banyak rumah yang tidak Gurimbang, Kab. Berau,
dan Kawasan rumah (BSPS) / Fasilitasi Rumah layak Sambaliung, Sambaliung, Seluruh
Permukiman Layak Huni ( di luar SK kawasan Kelurahan/Desa
kumuh)
Kesehatan Pembangunan Puskesmas/Pustu sangat dibutuhkan untuk Semurut / Pisang-Pisangan, Kab.
pelayanan kesehatan Berau, Tabalar, Semurut
Perhubungan Pembangunan / Rehab Dermaga Pembuatan dermaga di Jl. Bambu Kuning RT.01, Kab.
pendukung wisata / kampung sukan tengah Berau, Sambaliung, Sukan Tengah
perekonomian masyarakat
Pariwisata Pengadaan sarana dan prasarana Pengadaan boat/perahu Jl. MulawarmanI RT.I Kampung
pariwisata lengkap mesin Yamaha Batu-Batu, Kab. Berau, Gunung
tempel 15 PK pemandu Tabur, Gunung Tabur, Seluruh

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 20


wisata keperluan sarana Kelurahan/Desa, Kab. Berau,
pendukung pengemangan Gunung Tabur, Batu-Batu
ekonomi wisata mangrove
susur sungai dan habitat
bekatan kampung batu-
batu
Sekretariat Daerah Hibah Sarana Keagamaan untuk menanam Murjani II Jl. Swadaya RT.12 No.
kecintaan para ibu-ibu 273, Kab. Berau, Tanjung Redeb,
terhadap musik islami Karang Ambun
dan untuk meningkatkan
generasi penerus dalam
keterampilan musik
Rabana oleh karena itu
sangat membutuhkan
bantuan Alat musik
Rabana 1 Paket dan Baju
Seragam 60 Pasang
Untuk Ibu-Ibu Pengajian
Al-Mahyra.
Perhubungan Pembangunan / Rehab Dermaga Demaga yg ada sudah Jln Raja alam 1 RT 5, Kab. Berau,
pendukung wisata / tidak layak, dan Sambaliung, Sambaliung
perekonomian masyarakat membahayakan warga. di
butuhkan dermaga yg
layak dan juga berfungsi
menopang kawasan
wisata kuliner dan wisata
kota "Basuli" serta
jembatan mangrove.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 21


Pendidikan Pembangunan Pagar Pagar belum rampung labanan makarti, Kab. Berau, Teluk
Sekolah/Lanjutan Pemagaran SD Bayur, Labanan Makarti
Kelautan dan Sarana dan Prasarana BBI Ikan Renovasi plafon dan Balai benih ikan bedungun, Kab.
Perikanan hatcheri Berau, Tanjung Redeb, Sungai
Bedungun
Kelautan dan Sarana dan Prasarana BBI Ikan Kelengkapan mesin pakan Balai Benih ikan bedungun, Kab.
Perikanan ikan Berau, Tanjung Redeb, Sungai
Bedungun
Pertanian Bantuan kambing Bantuan Bibit Kambing Teluk Bayur, Kab. Berau, Teluk
ke kelompok Ladang Sari Bayur, Teluk Bayur
teluk Bayur
Perhubungan Penyediaan Lampu Penerangan jalan gelap dan Raan RT 13, Kab. Berau, Gunung Tabur,
Jalan Umum (PJU) Maluang
Pertanian Bantuan unggas Pengadaan bibit burung merancang ulu, Kab. Berau,
Puyuh Gunung Tabur, Merancang Ulu
Lingkungan Hidup Pembangunan/Penataan Sarana Pembangunan jalan dan Jln. Rijang RT 3, Kab. Berau,
Prasarana Pemakaman Umum pendopo makam sultan Sambaliung, Gurimbang
(Ket: Aset Pemkab) amiril mukminin

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 22


BAB II

PENGERTIAN DAN HAL HAL KHUSUS

A. Kebijakan Penyusunan RKA SKPD


Dalam penyusunan APBD sebagai dasar Pengelolaan Keuangan Daerah
sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah.
Kebijakan yang perlu mendapat perhatian Pemerintah dalam menyusun
APBD tahun 2022 terkait dengan pendapatan daerah, belanja daerah dan
pembiyaan daerah adalah sebagai berikut :

I.Pendapatan

Pendapatan Daerah dimaksud diuraikan sebagai berikut :


Pendapatan Daerah (PAD) terdiri atas :
(1) Pendapatan asli daerah
(2) Pendapatan Transfer; dan
(3) Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah.

Ketentuan terkait Pendapatan Asli Daerah mengacu pada pasal 30 sampai dengan
pasal 33 Peraturan pemerintah Nomor 12 tahun 2019.

a. Pendapatan Asli daerah terdiri atas :


1). Pajak daerah
2). Retribusi daerah
3). Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
4). Lain lain pendapatan asli daerah yang sah
b. Klasifikasi APBD menurut akun, kelompok, jenis, objek, rincian objek, sub
rincian obyek pendapatan asli daerah di kelola berdasarkan kewenangan
pengelolaan keuangan pada SKPD dan SKPKD.
c. Pajak Daerah dirinci menurut objek, rincian objek dan sub rincian objek.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pajak daerah diatur dengan Perda yang
berpedoman pada undang undang mengenai pajak daerah dan retribusi.
d. Retribusidirinci menurut objek, rincian objek dan sub rincian objek. Ketentuan
lebih lanjut mengenai pajak daerah diatur dengan Perda yang berpedoman pada
undang undang mengenai pajak daerah dan retribusi.
e. Hasil pengelolaan kekayaan daerah daerah yang dipisahkandirinci menurut
objek, rincian objek dan sub rincian objek. Hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah atas hasil penyertaan modal
daerah.
f. Lain lain pendapatan asli daerah yang sah Lain lain pendapatan yang sah
merupakan penerimaan daerah selain pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang dirinci berdasarkan
objek,dirinci objek, dan sub rincian objek sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan. Lain lain pendapatan asli daerah yang sah dapt dikelola
di SKPKD maupun SKPD.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 21


Lain lain pendapatan asli daerah yang sah terdiri atas :
1) Hasil penjualan BMD yang tidak dapat disahkan;
2) Hasil pemanfaatan BMD yang tidak dipisahkan;
3) Hasil kerjasama daerah;
4) Jasa giro;
5) Hasil pengelolaan dana bergulir;
6) Pendapatan bunga
7) Penerimaaan atas tuntutan ganti rugi keuangan daerah
8) Penerimaan komisi, potongan, atau bentuk lain sebagai akibat penjualan,
tukar menukar, hibah, asuransi, dan/atau pengadaan barang dan jasa
termasuk penerimaan atau panerimaan lain sebagai akibat penyimpanan
uang pada bank, penerimaan dari hasil pemanfaatan barang daerah atau
dari kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah
9) Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing
10) Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
11) Pendapatan denda pajak daerah
12) Pendapatan denda retribusi daerah
13) Pendapatan denda eksekusi atas pinjaman
14) Pendapatan dari pengembalian
15) Pendapatan dari BLUD dan
16) Pendapatan innya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
g. Pemerintah dilarang ;
1.melakukan pungutan atau yang disebut nama lainnya yang
dipersamakan dengan pungutan di luar yang diatur dalam undang-
undangan; dan
2.melakukan pungutanyang menyebabkan ekonomi biaya tinggi,
menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar
daerah,kegiatan impor/ekspor yangmerupakan program strategis
nasional.
h. Kepala daerah yang melakukan pemungutan atau yangdisebut nama lainy
dikenai sanksi administratif tidak dibayarkan hak hak keuangannya yang
diatur dalam ketentuan peraturan perundang undangan selama 6 (enam)
bulan.
i. Kepala daerah yang melakukan pemungutan dikenai sanksi administratif
sesuai dengan kententuan perundang undangan.
j. Hasil pemungutan atau yang disebut nama lainnya wajib disetorkan
seluruhnya ke kas negara.
Ketentuan terkait pendapatan transfer
Ketentuan pendapatan transfer mengacu pada pasal 34 sampai dengan
pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019, ketentuan terkait
pendapatan transfer meliputi:
a. Pendapatan transfer atas :
1) Transfer pemerintah Pusat;
2) Transfer antar daerah
b. Klasifikasi APBD menurut akun,kelompok, jenis, objek, rincian objek,
sub rincian objek pendapatan transfer dikelola berdasarkan kewenangan
pengelola keuangan pada SKPKD.
Bagian 1 : Transfer pemerintah pusat

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 22


Transfer pemerintah pusat terdiri atas dana perimbangan,
dana Insentif daerah, dana otonomi kusus, dana keistimewaan,
dan dana desa. Pengalokasian transfer pemerintah pusat
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi
umum dan dana alokasi kusus. DBH dan DAU merupakan
katergori dari dana transfer umum, sedangkan DAK merupakan
kategori dari dan khusus.
a. DBH terdiri atas bagi hasil pajak dan bagi hasil sumber day
alam;
b. DAU yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi;
c. Dana Transfer Khusus (Dak) bersumber dari APBN
dialokasikan padaPemerintah Daerahuntuk mendanai
kegiatan/sub kegiatan khusus yang merupakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
dan ditetapkan oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. DAK terdiri atas dana
alokasi khusus fisik dan dana alokasi khusus non fisik

Dana Dana Insentif Daerah (DID) bersumber dari APBN yang dialokasikan
kepada Pemerintah Daerah tertentu berdasarkan kriteria tertentu dengan
tujuan untuk memberikan penghargaan atas perbaikan dan/atau
pencapaian kinerja tertentu.
Dana otonomi khusus dialokasikan kepadaPemerintah Daerah yang
memiliki otonomi khusussesuai dengan ketentuan peraturan undang-
undangan.
Dana keistimewaan dialokasikan kepada daerah istimewa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan.
Dana Desa diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.

Bagian 2 : Transfer Antar Daerah


Transfer antar-daerah, terdiri atas:
a) Pendapatan bagi hasil
Pendapatan bagi hasil merupakan dana yang bersumber dari
pendapatan daerah yang dialokasikan kepada Pemerintah Daerah lain
berdasarkan angka persentase tertentu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
b) Pendapatan bantuan keuangan merupakan dana yang diterima dari
Pemerintah Daerah lainnya baik dalam rangka kerja sama daerah,
pemerataan peningkatan kemampuan keuangan, dan / atau tujuan
tertentu lainnya, dari pemerintah provinsi atau pemerintah
kabupaten/kota lainnya.
Bantuan keuangan terdiri atas ;
(1) bantuan keuangan umum yang merupakan dana yang terima dari
daerah lainnya dalam rangka kerjasama daerah atau pemerataan
peningkatan kemampuan keuangan

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 23


(2) bantuan keuangan khusus yang merupakan dana yang diterima
dari daerah lainnya untuk tujuan tertentu
(3). Ketentuan terkait Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Mengacu
pada pasal 46 sampai dengan pasal 48 Peraturan Pemerintah
Nomor 12 tahun 2019, ketentuan terkait
a. Lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri atas :
- Hibah;
- Dana darurat;
- Lain lain pendapatan seuai dengan ketentuanperaturan
perundang undangan.
b. Kalsifikasi APBD menurut akun, kelompok, jenis objek,
rincian objek, sub rincian objek pendapatan asli daerah di
kelola berdasarkan kewenangan pengelolaan keuangan SKPD
dan SKPKD
c. Hibah merupakan bantuan berupa uang, barang, dan /atau jasa
yang berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah lainnya,
masyarakat dan badan usaha daalm negeri atau luar negeri yang
tidak mengikat untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
d. Hibah termasuk sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat,
tidak berdasarkan perhitungan tertentu, dan tidak mempunyai
konsekwensi pengeluaran atau pengurangan kewajiban kepada
penerima maupun pemberi serta tidak menyebabkan ekonomi
baiya tinggi.
e. Hibah dari badan usaha luar negeri merupakan penerusan hibah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan
f. Dana darurat merupakan dana yang berasal dari APBN yang
diberikan kepada daerah pada tahap pasca bencana untuk
mendanai keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana
yang tidak mampu di tanggungi oleh daerah dengan
menggunakan sumber APBD sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan.
g. Lain lain pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan antara lain Pendapatn Hibah Dana Bos
dan pendapatan pengembalian hibah tahun sebelumnya.

II. Belanja Daerah


Berdasarkan pasal 49 sampai dengan pasal 54 Pemerintah
Nomor 12 tahun 2019, belanja daerah sebagai berikut :
a. Belanja daerah untuk mendanai pelaksanaan urusan merintah yang
menjadi kewenangan daerah.
b. Urusan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
terdiri atas urusan pemerintah wajib dan urusan pemerintah pilihan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
c. Urusan pemerintah wajib terdiri atas urusan pemerintahan wajib yang
terkait pelayanan dasar dan urusan pemerintahan wajib yang tidak
terkait pelayanan dasar
d. Urusan pemerintah pilihan sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 24


e. Belanja daerah dialokasikan dengan memprioritaskan pendanaan urusan
pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar dalam rangka pemenuhan
standar pelayanan minimal.
f. Belanja daerah untuk pendanaan urusan pemerintah wajib yang tidak
terkait dengan pelayanan dasar dialokasikan sesuai dengan kebutuhan
daerah.
g. Belanja daerah untuk pendanaan urusan pemerintah pilihan di
alokasikan sesuai dengan prioritas daerah dan potensi yang dimiliki
daerah.
h. Daerah wajib mengalokasikan belanja untuk pendanaan urusan
pemerintah daerah yang besarannya telah ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan antara lain besaran alokasi
belanja untuk fungsi pendidikan, amggaran kesehatan dan infratruktur.
i. Dalam hal daerah tidak memenuhi alokasi belanja, menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan melakukan
penundaan dan/atau pemotongan penyaluran dana transfer umum,
setelah berkoordinasi dengan menteri dan menteri teknis terkait.
j. Belanja daerah berpedoman pada standar harga satuan regional, analisis
standar belanja, dan/atau standar teknis sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan.
k. Standar harga satuan regional ditetapkan dengan Peraturan Presiden
l. Standar satuan harga regional digunakan sebagai pedoman dalam
menyusun standar hargan satuan pada masing masing daerah.
m. Penetapan standar harga satuan pada masing masing daerah dengan
memperhatikan tingkat kemahalan yang berlaku di suatu daerah.
n. Analisis standar belanja, standar teknis dan standar harga satuan
ditetapkan dengan Perkada.
o. Analisis standar belanja, standar harga satuan, dan/atau standar teknis
di gunakan untuk menyusun rencana kerja dan anggaran dalam
menyusun rancangan Perda tentang APBD.
p. Belanja daerah dirinci menurut urusan pemerintah daerah, organisasi,
program, kegiatan, sub kegiatan, jenis, objek, rincian objek dan sub
rincian objek belanja daerah.
q. Urusan pemerintah daerah di selaraskan dan dipadukan dengan belanja
negara yang diklasifikasikan menurut fungsi.
r. Belanja daerah menurut organisasi, di sesuiakan dengan susunan
organisasi yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang
undangan.
s. Belanja daerah menurut program, kegiatan, dan sub kegiatan
disesuaikan dengan urusan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota
berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan.

Berdasarkan pasal 55 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019


klasifikasi Belanja Daerah terdiri atas :

a. Belanja Operasi
Belanja operasi merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan
sehari-hari Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka pendek.
b. Belanja Modal

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 25


Belanja modal merupan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset
tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari 1(satu) periode
akuntansi.
c. Belanja Tidak Terduga
Belanja tidak terduga merupakan pengeluaran a n g g a r a n b e b a n
A P B D untuk keadaan darurat termasuk keperluan mendesak yang
tidak dapat diprediksi sebelumnya.
d. BelanjaTransfer
Belanja transfer merupakan pengeluaran uang dari Pemerintah Daerah
kepada Pemerintah Daerah lainnya dan/atau dari Pemerintah Daerah
kepada pemerintah desa.

Ketentuan terkait Belanja Operasi


Berdasarkan pasal 56 Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019, Belanja
operasi dirinci atas jenis :
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Bunga
d. Belanja Subsidi
e. Belanja hibah; dan
f. Belanja Bantuan Sosial

Mengacu pada pasal 57 sampai dengan pasal 63 Peraturan Pemerintah


Nomor 12 Tahun 2019, ketentuan terkait Belanja Operasi diatus sebagai
berikut :

a. Belanja Pegawai

i. Belanja pegawai digunakan untuk menganggarkan kompensasi yang


ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
ii. Kompensasi diberikan kepada Kepala Daerah/wakil Kepala Daerah,
pimpinan/anggota DPRD, dan Pegawai ASN.
a) Belanja pegawai bagi Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah
dianggarkan pada belanja SKPD Sekretariat Daerah;
b ) Belanja pegawai bagi Pimpinan dan Anggota DPRD
Dianggarkan pada belanja SKPD Sekretariat DPRD; dan
c) B e l a n j a Pegawai ASN dianggarkan pada belanja SKPD
bersangkutan.
iii. Belanja pegawai paling sedikit berupa gaji/uang representasi dan
tunjangan, tambahan penghasilan pegawai ASN, belanja penerimaan
lainnya pimpinan dan anggota DPRD serta kepala daerah, wakil
kepala daerah, honorarium, insentif pemungutan pajak daerah dan
retribusi daerah/jasa layanan lainnya dan honorarium yang
selanjutnya terkait belanja pegawai diuraikan dalam peraturan
perundangundangan.
iv. Pemerintah daerah dapat memberikan tambahan penghasilan kepada
pegawai ASN dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah
dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengna kententuan
peraturan perundang undangan.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 26


v. Pegawai ASN adalah profesi bagi pegawai negari sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah.
vi. Persetujuan DPRD dilakukan bersamaan dengan pembahaan KUA.
vii. Penentuan kriteria pemberian tambahan penghasilan dimaksud
didasarkan pada pertimbangan beban kerja, tempat bertugas,
kondisi kerja, kelangkaan profesi, prestasi kerja, dan/atau
pertimbangan objektif lainnya diuraikan sebagi berikut :
a. Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja di berikan
kepada pegawai ASN yang dibebani pekerjaan untuk
meyelesaikan tugas yang dinilai melampaui beban kerja normal.
b. Tambahan penghasilan berdasarkan tempat bertugas diberikan
kepada pegawai ASN yang dalam melaksanakan tugasnya berada
di daerah memiliki tingkat kesulitan tinggi dan daerah terpencil.
c. Tambahan penghasilan berdasarkan kondisi kerja yang dalam
melaksanakan tugasnya berada pada lingkungan kerja yang
memiliki resiko tinggi;
d. Tambahan penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi di
berikan pada ASN yang dalam mengemban tugas memiliki
ketrampilan khusus dan langka.
e. Tambahan penghasilan berdasarkan prestasi kerja kelangkaan di
berikan pada ASN yang memiliki prestasi kerja yang tinggi dan /
atau inovasi; dan
f. Tambahan penghasilan berdasarkan pertimbangan objektif
lainnya di berikan pada ASN sepanjang dimanatkan oleh
peraturan perundang undanganyang memiliki prestasi kerja
yang tinggi dan / atau inovasi; dan
viii. Pemberian tambahan penghasilan pada ASN daerah ditetapkan
dengan Perkada dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah
ix. Dalam hal belum adanya Peraturan Pemerintah, kepala Daerah dapat
memberikan tambahan penghasialan bagi pegawai ASN setelah
mendapat persetujuan dari Menteri.
x. Persetujuan Menteri ditetapkan setelah memperoleh pertimbngan
menteri ynang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan.
xi. Dalam hal pemerintah daerah menetapkan pemberian tambahan
penghasilan bagi ASN tidak sesuai dengan ketentuan, menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerinthan di bidang keuangan
melakukan penundaan dan/atau pemotongan dana transfer umum
atas usulan menteri.

b. Belanja Barang jasa


1. Belanja barang dan jasa digunakan untuk menganggarkan
pengadaan barang/jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua
belas) bulan, termasuk barang/jasa yang akan diserahkan atau
dijual kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain.
2. Pengadaan barang dan jasa dalam rangka melaksanakan program,
kegiatan dan sub kegiatan pemerintah daerah guna pencapaian
sasaran prioritas daerah yang tercantum dam RPJMD.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 27


3. Belanja barang dan jasa diuraikan dalam objek belanja barang,
belanja jasa , belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, dan
belanja uang dan /atau jasa untuk di serahkan pada pihak
ketiga/pihak lian/masyarakat.
4. Penggunaan dan penganggaran objek dari jenis belanja barang dan
jasa diuraikan sebagai berikut :
a. Belanja barang digunakan untuk menganggarkan pangadaan
barang berupa barang habis pakai, barang tak habis pakai dan
barang bekas pakai;
b. Belanja jasa digunakan untuk mengangarkan pengadaan jasa
yang nilai manfaatnya kurang dari 12 bulan antara lain berupa
jasa kantor, asuransi, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa
sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan
peralatan kantor, konsultansi, ketersediaan layanan, beasiswa
pendidikan PNS, kursus, pelatihan, sosialisasi, dan bimbingan
teknis PNS/PPPK, insentif pemungutan pajak daerah bagi
pegawai non PNS dan insentif pemungutan retribusi daerah bagi
pegawai non PNS.
c. Belanja pemeliharaan digunakan untuk menganggarkan belanja
pemeliharaan tanah, belanja pemeliharaan peralatan dan
mesin,belanja pemeliharaan gedung dan bangunan, belanja
pemeliharaan jalan,jaringan dan irigasi belanja pemeliharaan
aset tetap lainnya dan belanja perawatan kendaraan motor.
d. Belanja Perjalanan Dinas digunakan untuk menganggarkan
belanja perjalanan dinas dalam negeri dan belanja perjalanan
dinas luar negeri
e. Belanja Uang dan/atau Jasa untuk Diberikan kepada Pihak
Ketiga/Pihak Lain/Masyarakat digunakan untuk
menganggarkan Uang dan/atau Jasa untuk Diberikan kepada
Pihak Ketiga/Pihak Lain/Masyarakat.
5. Pemerintah daerah menganggarkan belanja barang da jasa dalam
APBD tahun anggaran berkenaan pada SKPD terkait.
6. Belanja barang dan jasa berupa pemberian uang yang diberika
kepada masyarakat/ Pihak Lain dianggarkan untuk pemberian uang
kepada ASN dan Non ASN, masyarakat dalam rangka mendukung
pencapaian target kinerja Kegiatan dan Sasaran Program yang
tercantum dalam RPJMD drngan memperhatikan kepatuta,
kewajaran, rasionalitas dan efektifitas.
7. Belanja barang dan jasa berupa pemberian uang yang diberikan
kepada masyarakat/ Pihak Lain diberikan dalam bentuk;
a. Pemberian hadiah yang bersifat perlombaan;
b. Penghargaan atas suatu prestasi;
c. Pemberian beasiswa kepada masyarakat;
d. Penanganan dampak sosial kemasyarakatan akibat penggunaan
tanah milik pemerintah daerah untuk pelaksanaan
pembangunan proyek strategis nasional dan non proyek startegis
nasional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
e. Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang penggunaannya sudah
ditentukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 28


f. Bantuan fasilitas premi asuransi pertanian; dan/atau
g. Belanja barang dan jasa berupa pemberian uang lainnya yang
diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

c. Belanja Bunga
1. Belanja bunga berupa belanja bunga utang pinjaman dan belanja
bungan utanhg obligasi. Pemerintah daerah yang memiliki kewajiban
pembayaran bunga utang dianggarkan pembayaran dalam APBD
tahun anggaran berkenaan.
2. Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga
utang yang tidak berasal pembayaran atas kewajiban pokok utang,
yang dianggarkan pembayarannya dalam APBD tahun anggaran
berkenaan.
3. Pembayaran dianggarkan pada SKPD yang melaksanakan fungsi
PPKD/SKPKD terkait.
4. Belanja bungan diuraikan menurut objek, rincian objek dan sub
rincian objek.

d. Belanja subsidi
1. Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan belanja subsidi
agar harga jual produksi atau jasa yang dihasilkan oleh badan usaha
milik negara, BUMD dan/atau badan usaha milik swasta sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sehingga dapat
terjangkau oleh masyarakat.
2. Badan usaha milik negaran, BUMD dan/atau badan usaha milik
swasta merupakan badan yang menghasilkan produk atau jasa
pelayanan publik antara lain dalam bentuk penugasan pelaksanaan
kewajiban pelayanan umum (publuc service obligation).
3. Badan usaha milik negaran, BUMD dan/atau badan usaha milik
swasta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagai penerima subsidi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu oleh kantor akuntan publik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Dalam hal ini terdapat kantor akuntan publik, pemeriksaan dengan
tujuan tertentu dapat dilaksanakan oleh lembaga lain yang
independen dan ditetapkan oleh kepala daerah.
5. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu merupakan pemeriksaan yang
bertujuan untuk memberikan kesimpulaln atas kelayakan
penganggaran pemberian subsidi.
6. Hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu menjadi dasar
perencanaan dan bahan pertimbangan untuk memberikan subsidi
tahun anggaran berikutnya.
7. Penerima subsidi sebagai objek pemeriksa bertanggung jawab secara
formal dan material atas penggunaan subsidi yang diteimanya, dan
wajib menyampaiakan laporan pertanggungjawaban kepada kepala
daerah.
8. Pemerintah daerah menganggarakan belanja subsidi dalam APBD
tahun anggaran berkenaan pada SPKD terkait.
9. Untuk pemberian subsidi kepada BUMD penyelenggara sitem
penyediaan air minum mengacu pada Petauran Menteri.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 29


10. Pemberian subsidi berupa bunga atau bagi hasil kepada usaha mikro
kecil dan menengah pada perorangan tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dengan tujuan terntentu.
11. Ketentuan lebih lanjut mengenani tata cara pemberian dan
pertanggung jawaban subsidi diatur dalam perkada sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

e. Belanja Hibah
1) Belanja hibah diberikan kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah lainnya, badan usaha milik negara, BUMD, dan/atau badan
dan lembaga, secara organisasi kemasyarakatan yang berbadan
hukum Indonesia, yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta secara
tidak terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali ditentukan lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Belanja hibah berupa uang, barang atau jasa dapat dianggarkan
dalam APBD sesua dengan kemampuan keuangan daerah setelah
memprioritaskan pemenuhan belanja urusan pemerintahan wajib dan
urusan nelanja urusan pemerintahan pilihan, kecuali ditentukan lain
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3) Pemberian hibah ditunjukan untuk menunjang pencapaian sasaran,
program, kegiatan, dan sub kegiatan pemerintah daerah sesuai
kepentingan Daerah dalam mendukung terselenggaranya fungsi
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakat dengan
memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat
untuk masyarakat.
4) Penganggaran belanja hibah dianggarakn pada SKPD terkait dan
dirinci menurut objek, rincian objek, dan sub rincian objek pada
program, kegiatan, dan sub kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi
perangkat daerah terkait. Untuk belanja hibah yang bukan
merupakan urusan dan kewenangan pemerintah daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangn-undangan yang bertujuan
untuk menunjang pencapaian sasaran program, kegiatan dan sub
kegiatan pemerintah daerah, dianggarkan pada perangkat daerah
yang melaksanakan urusan pemerintahan umum sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
5) Belanja hibah diberikan kepada:
a) Pemerintah pusat
(1) Hibah kepada pemerintah pusat diberikan kepada satuan
kerja dari kementerian/ lembaga pemerintah non-kementerian
yang wilayah kerjanya berada dalma daerah yang
bersangkutan.
(2) Hibah dari pemerintah daerah dilarang tumpang tindih
pendanaannya dengan anggaran pendapatan danbelanja
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undnagan.
(3) Unit kerja pada Kementerian Dalam Negeri yang membidangi
urusan pemerintahan di bidang Administrasi Kependudukan
dapat memperoleh Hibah dari pemenrintah daerah untuk
penyediaan blanko kartu tanda penduduk elektronik.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 30


(4) Penyediaan setiap keping blangko kartu tanda penduduk
elektronik tidak didanai dari 2 (dua) sumben dana yaitu Hibah
APBD maupun anggaran pendapatan dan belanja negara.
(5) Hibah kepada pemerintah pusat dimaksud hanya dapat
diberikan 1 (satu) kali dalam tahun berkenaan.
b) Pemerintah daerah lainnya
Hibah kepada pemerintah daerah lainnya diberikan kepada
daerah otonom baru hasil dari pemekaran dareah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c) BUMN;
Hibah kepada badan usaha milik negara diberikan untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
d) BUMD;
Hibah kepada badan usaha milik daerah diberikan dalam rangka
untuk meneruskan hibah yang diterima Pemerintah Daerah dari
Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Hibah kepada BUMD tidak dapat diberikan dalam
bentuk barang kecuali uang atau jasa.
e) Badan dan Lembaga, serta Organisasi Kemasyarakatan yang
Berbadan Hukum Indonesia
(1) Hibah kepada badan dam lembaga diberikan kepada badan
dan lembaga:
(a) Yang bersifat nirlaba, sukarela dan sosial yang dibentuk
bnedasarkan peraturan perundang-undangan.
(b) Yang bersifat nirlaba, sukarela dan sosial yang telah
memiliki surat keterangan terdaftar yang diterbitkan oleh
Menteri, gubernur atau bupati/wali kota; atau
(c) Yang bersifat nirlaba, sukarela bersifat sosial
kemasyarakatan bersifat kelompok masyarakat/ kesatuan
masyarakat hukum adat sepanjang masa hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat, dan keberadaannya
diakui oleh pemerintah pusat dan/atau Pemerintah
Daerah melalui pengesahan atau penetapan dari pimpinan
instansi vertikal atau kepala satuan kerja perangkat
daerah terkait sesuai dengan kewenangannya.
(d) Koperasi yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan memenuhi kriteria yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Hibah kepada organisasi kemasyarakat yang berbadan hukum
Indonesia diberikan kepada organisasi kemasyarakatan yang
berbadan hukum, yayasan ata organisasi kemasyarakatan
yang berbadan hukum perkumpulan, yang telah
mendapatakna pengesahan badan hukum dari kementerian
yang membidangi urusan hukum dan hak asasi manusia
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Hibah kepada badan dan lembaga dapat diberikan dengan
persyaratan paling sedikit:
(a) Memiliki kepengurusan di daerah domisili;

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 31


(b) Memiiki keterangan domisili dari lurah/kepala desa
setempat atau sebutan lainnya; dan
(c) Berkedudukan dalam wilayah administrasi Pemerintah
dan/atau badan dan Lembaga yang berkedudukan di luar
wilayah administrasi Pemerintah Daerah untuk menunjang
pencapaian sasaran program, kegiatan dan sub kegiatan
pemerintah daerah pemberi hibah.
(4) Hibah kepada organisasi kemasyarakatan dapat diberikan
denga persyaratan paling sedikit;
(a) Telah terdaftar pada kementerian yang membidangi
urusan hukum dan hak asasi manusia;
(b) Berkedudukan dalam wilayah administrasi Pemerintah
Daerah yang bersangkutan; dan
(c) Memiliki sekretariat tetap di daerah yang bersangkutan.
f) Partai Politik
Belanja hibah juga berupa pemberian bantuan keuangan kepada
partai politik yang mendapatkan kursi di DPRD provinsi dan
DPRD kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Besaran penganggaran belanja bantuan
keuangan kepada partai politik dimaksud sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

6) Belanja hibah memenuhi kriteria paling sedikit:


a) Peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;
b) Bersifat tidak wajib, tidak mengikat;
c) Tidak terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali:
1) Kepada pemerintah pusta dalam rangka mendukung
penyelenggaraan pemerintah daerah sepanjang tidak
tumpang tindih pendanannya dengan APBN sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan;
2) Badan dan lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3) Partai poltitik dan/atau;
4) Ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan;
d) Memberikan nilai manfaat bagi pemerintah daerah dalam
mendukung terselenggaranya fungsi pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan.
e) Memenuhi persyaratan penerima hibah.
7) Pemberian hibah didasarkan atas usulan tertulis yang disampaikan
kepada Kepala Daerah.
8) Penerima hibah bertanggung jawab secara formal dan material atas
penggunaan hibah yang diterimanya.
9) Tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penata usahaan,
pelaporan dan pertanggung jawaban serta monitoring dan evaluasi
hibah diatur lebih lanjut dengan peraturan kepala daerah.

f. Belanja Bantuan Sosial


1) Belanja bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan
pemberian bantuan berupa uang dan/atau barang kepada
individu, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang sifatnya

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 32


tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk
melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, kecuali
dalam keadaan tertentu dapat berkelanjutan.
2) Risiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang merupakan
dampak dari krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena
alam, atau bencana alam yang jika tidak diberikan belanja bantuan
sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi
wajar.
3) Keadaan ternetu dapat berkelanjutan diartikan bahwa bantuan
sosial dapat diberikan setiap tahun anggaran sampai penerima
bantuan telah lepas dari resiko sosial.
4) Belanja bantuan sosial dianggarkan dalam APBD sesuai dengan
kemampuan Keuangan Daerah setelah memprioritaskan
pemenuhan belanja Urusan Pemerintah Wajib dan urusan
Pemerintaha Pilihan, kecuali ditentukan lain sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
5) Anggota/kelompok masyarakat meliputi:
a) Individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang
mengalami resiko sosial; atau
b) Lembaga non pemerintahan bidang pendidikan, keagamaan,
dan bidang lain yang berperan untuk melindungi individu,
kelompok, dan/atau masyarakat yang mengalami keadaan
yang tidak stabil sebagai dampak risiko sosial.
6) Bantuan sosial berupa uang kepada individu, keluarga, kelompok
dan/atau masyarakat terdiri atas bantuan sosial kepada
individu, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang
direncanakan dan yang tidak dapat direncanakan sebelumnya.
7) Bantuan sosial berupa uang adalah uang yang diberikan secara
langsung kepada penerima seperti beasiswa bagi anak miskin,
yayasan pengelola yatim piatu, nelayan miskin, masyarakat lanjut
usia, terlantar, cacat berat dan tunjangan kesehatan putra putri
pahlawan yang tidak mampu.
8) Bantuan sosial berupa barang adalah barang yang diberikan secara
langusng kepada penerima seperti bantuan kendaraan operasional
untuk sekolah luar biasa swasta dan masyarakat tidak mampu,
bantuan perahu untuk nelayan miskin, bantuan
makanan/pakaian kepada yatim piatu/tuna sosial, ternak bagi
kelompok masyarakat kurang mampu.
9) Bantuan sosial yang direncakanan dialokasikan kepada individu,
keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sudah jelas nama,
alamat penerima dan besarannya pada saat penyusunan APBD.
10) Bantuan sosial yang direncanakan berdasarkan usulan dari calon
penerima dan/atau atas usulan kepala SKPD.
11) Penganggaran belanja bantuan sosial yang direncanakan
dianggarkan pada SKPD terkait dan dirinci menurut objek, rincian
objek, dan sub rincian objek pada program, kegiatan, dan sub
kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi perangkat daerah terkait.
12) Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya
dialokasikan untuk kebutuhan akibat risiko sosial yang tidak
dapat diperkirakan pada saat penyusunan APBD yang apabila

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 33


ditunda penangannya akan menmbulkan risiko sosial yang lebih
besar bagi indovidu dan/atau keluarga yang direncanakan.
13) Penganggaran bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya tidak melebihi pagu alokasi anggaran yang
direncakanakan.
14) Penganggaran bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya dianggarkan pada Belanja Tidak Terduga.
15) Usulan pemerintah atas bantuan sosial yang tidak dapat
direncanakan sebelum dilakukan oleh SKPD terkait.
16) Bantuan sosial menenuhi kriteria paling sedikit:
a) Selektif diartikan bahwa bantuan sosial hanya diberikan
kepada calon penerima yang ditujukan untuk melindungi dari
kemungkinan risiko sosial;
b) Memenuhi persyatratan penerima bantuan diartikan memiliki
identitas kependudukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c) Bersifat sementara dan tidak terus menerus, kecuali dalam
keadaan tertentu dalam berkelanjutan diartikan bahwa
pemberian bantuan sosial tidak wajib dan tidak harus
diberikan setiap tahun anggaran dan keadaan tertentu dapat
berkelanjutan diartikan bahwa bantuan sosial dapat diberikan
setiap tahun anggaran sampai penerima bantuan telah lepas
dari risiko sosial; dan
d) Sesuai tujuan penggunaan diartikan bahwa tujuan pemberian
bantuan sosial meliputi:
(1) Rehabilitas sosial
Ditujukan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial
agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
(2) Perlindungan sosial
Ditujukan untuk mencegah dan menangani resiko dari
guncangan dan kerentanan sosial seseorang keluarga,
kelompok masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat
sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.
(3) Pemberdayaan sosial
Ditujukan untuk menjadikan seseorang atau kelompok
masyarakat yang mengalami masalah spesial mempunyai
daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
(4) Jaminan sosial
Merupakan skema yang melembaga untuk menjamin
penerimaan bantuan agar dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidupnya yang layak.
(5) Penanggulangan kemiskinan
Merupakan kebijakan, program, kegiatan dan sub kegiatan
yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok
masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai
sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.
(6) Penanggulangan bencana
Merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk
rehabilitasi.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 34


17) Anggota/kelompok masyarakat menyampaikan usulan tertulis atas
bantuan sosial yang direncanakan kepada kepala daerah melalui
SKPD sesuai dengan urusan dan kewenangannya.
18) Penerima bantuan sosial bertanggungjawab secara formal dan
material atas penggunaan bantuan sosial yang diterimanya.
19) Tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan,
pelaporan dan pertanggung jawaban serta monitoring dan evaluasi
bantuan sosial diatur lebih lanjut dengan peraturan kepala daerah.

Ketentuan Terkait Belanja Modal


Mengacu pada Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019, ketentuan
terkait Belanja Modal diatur sebagai berikut:
a. Belanja modal digunakan untuk menganggarkan pengeluaran yang dilakukan
dalam rangka pengadaan aset tetap dan aset lainnya.
Pengadaan aset tetap memenuhi kriteria:
1) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
2) Digunakan dalam Kegiatan Pemerintah Daerah; dan
3) Batas minimal kapitalisasi aset.
Selain kriteria juga memuat kriteria lainnya yaitu:
1) Berwujud;
2) Biaya perolehan asat tetap dapat diukur secara andal;
3) Tidak diajukan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan
4) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
b. Dalam hal tidak memenuhi kreteria batas minimal kapitalisasi aset tetap
dianggarakan dalam belanja barang dan jasa. Batas minimal kapitalisasi aset
tetap diatur dalam Perkada.
c. Aset tetap dianggarkan belanja modal sebesar harga perolehan. Harga
perolehan merupakan harga beli atau bangunan aset ditambah seluruh belanja
yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset siap
digunakan.
d. Kelompok belanja modal dirinci atas jenis:
1) Belanja Tanah, digunakan untuk menganggarkan tanah yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional Pemerintah
Daerah dan dalam kondisi siap siap pakai.
2) Belanja Peralatan dan Mesin, digunakan untuk menganggarkan peralatan
dan mesin mencakup mesin dan kendaraan bermotor, alat elektronik,
inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa
manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.
3) Belanja gedung dan bangunan, digunakan untuk menganggarkan gedung
dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional Pemerintah
Daerah dan dalam kondisi siap pakai.
4) Belanja jalan, irigasi dan jaringan, digunakan untuk menganggarkan jalan,
irigasi, dan jaringan mencakup jalan irigasi, dan jaringan yang dibangun
oleh Pemerintah Daerah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh Pemerintah
Daerah dan dalam kondisi siap dipakai.
5) Belanja Aset tetap lainnya, digunakan untuk menganggarkan aset tetap
lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokan kedalam
kelompok aset tetap, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan
operasional Pemerintah Daerah dan dalam kondisi siap dipakai.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 35


6) Belanja Aset Lainnya, digunakan untuk menganggarkan aset tetap yang
tidak digunakan untuk keperluan operasional Pemerintah Daerah, tidak
memenuhi definis aset tetap, dan harus disajikan di pos aset lainnya sesuai
dengan nilai tercatatnya.

e. Belanja modal aset lainnya digunakan untuk menganggarkan aset tetap yang
tidak memenuhi kriteria aset tetap, dan harus disajikan di pos aset lainnya
sesuai dengan nilai tercatatanya. Aset lainnya berupa aset tidak berwujud
dengan kriteria:
1) Dapat diindetifikasi;
2) Tidak mempunyai wujud fisik;
3) Dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau
digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual;
4) Dapat dikendalikan oleh entitas; dan
5) Memiliki manfaat ekonomi masa depan.

Ketentuan Terkait Belanja Tidak terduga


Mengacu pada Pada Pasal 68 dan pasal 69 Peraturan Pemerintah Nomor 12
Tahun 2019, ketentuna terkait Belanja tidak terduga diatur sebagai berikut:

a. Belanja tidak terduga digunakan untuk menganggarkan pengeluaran untuk


keadaan darurat termasuk keperluan mendesak yang tidak dapat diprediksi
sebelumnya dan pengembalian atas kelebihan pembayaran atas penerimaan
daerah tahun-tahun sebelumnya serta untuk bantuan sosial yang tidak dapat
direncanakan sebelumnya.
b. Keperluan mendesak sesuia dengan karakteristik masing-masing pemerintah
daerah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undnagan.
c. Keadaan darurat meliputi:
1) Bencana alam, bencana non-alam, bencana sosial dan/atau kejadian luar
biasa;
2) Pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan dan/atau
3) Kerusakan sarana/prasarana yang dapat menganggu kegiatan pelayanan
publik.
Pengeluaran untuk mendanai keadaan darurat yang belum tersedia
anggarannya, diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA SKPD, kecuali
untuk kebutuhan tanggap darurat bencana, konflik sosial, dan/atau
kejaidan luar biasa. Belanja untuk kebutuhan tanggap darurat bencana,
konflik sosial, dan/atau kejadian luar biasa digunakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penggunaan belanja tidak terduga untuk kebutuhan tanggap darurat
bencana meliputi pencarian dan penyelamatan korban bencana,
pertolongan darurat, evakuasi korban bencana, kebutuhan air bersih dan
sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, dan penampungan serta
tempat hunian sementara/
Batas waktu penggunaan belanja tidak terduga adalah waktu status
keadaan darurat bencana yaitu dimulai saat tanggap darurat diterapkan
oleh kepala daerah sampai ketetapan tahap tanggap darurat selesai.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 36


d. Keperluan mendesak meliputi:
1) Kebutuhan daerah dalam rangka pelayanan dasar masyarakat yang
anggarannya belum tersedia dalam tahuhn anggaran berjalan;
2) Belanja daerah yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib;
a) Belanja daerah yang bersifat mengikat merupakan belanja yang
dibutuhkan secara terus menerus dan harus dialokasikan oleh
pemerintah daerah dengan jumlah yang cukup untuk keperluan setiap
bulan dalam tahun anggaran berkenaan, seperti:
(1) Belanja pegawai antara lain untuk pembayaran kekurangan gaji,
tunjangan, dan
(2) Belanja barang dan jasa antara lain untuk pembayaran telepon,
air, listrik, dan internet
b) Belanja daerah yang bersifat wajib merupaka belanja untuk terjaminnya
kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan masyarakat antara
lain pendidikan, kesehatan, melaksanakan kewajiban kepada pihak
ketiga, kewajiban pembayaran pokok pinjaman, bunga pinjaman yang
telah jatuh tempo, dan kewajiban lainnya sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
3) Pengeluaran daerah yang berada di luar kendali pemerintah daerah dan
tidak dapat diprediksikan sebelumnya, serta amanat peraturan perundang-
undangan; dan/atau
4) Pengeluaran daerah lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan
kerugian yang lebih besar bagi Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat.
Pengeluaran untuk mendanai keperluan mendesak yang belum tersedia
anggarannya dan/atau tidak cukup tersedia anggarannya, diformulasikan
terlebih dahulu dalam RKA SKPD dan/atau Perubahan DPA SKPD/
e. Kriteria keaadaan darurat mendesak ditetapkan dalam peraturan Daerah
tentang APBD tahun berkenaan.
f. Pengembalian atas kelebihan pembayaran atas penerimaan daerah tahun-
tahun sebelumnya untuk menganggarkan pengembalian atas kelebihan
pembayaran atas penerimaan daerah yang bersifat tidak berulang yang terjadi
pada tahun sebelumnya.
g. Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya diusulkan oleh
SKPD terkait dengan tata cara sebagai berikut:
1) Kepala SKPD mengajukan Rencana Kebutuhan Belanja (RKB) paling lama 1
(satu) hari kepada pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) selaku
bendahara umum daerah (BUD);
2) PPKD selaku BUD melakukan verifikasi dan mencairkan BTT kepada kepala
SKPD paling lama 1 (satu) hari terhitung sejak diterimanya RKB.
h. Belanja tidak terduga diuraikan menurut jenis, objek, rincian objek, dan sub
rincian objek dengan nama Belanja Tidak Terduga.
i. Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi untuk mendanai keadaan
darurat, pemerintah daerah menggunakan:
1) Dana dari hasil penjadwalan ulang capaian program, kegiatan dan sub
kegiatan lainnya serta pengeluaran Pembiayaan dalam tahun anggaran
berjalan; dan/atau
2) Memanfaatkan kas yang tersedia.
Penjadwalan ulang capaian program, kegiatan, dan sub kegiatan
diformulasikan terlebih dahulu dalam Perubahan DPA SKPD.
j. Tata cara penggunaan belanja tidak terduga untuk mendanai keadaaan
darurat dilakukan dengan tahapan:

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 37


1) Kepada daerah menetapkan status tanggap darurat untuk bencana alam,
bencana non-alam, bencana sosial termasuk konflik sosial, kejadian luar
biasa sesuai peraturan perundang-undangan;
2) Berdasarkan penetapan status kepala daerah dan/atau dokumen lain
sesuai peraturan perundang-undangan, kepala SKPD yang membutuhkan
sesuai dengan tugas dan fungsi mengajukan rencana kebutuhan belanja
kepada PPKD selaku BUD.
3) Berdasarkan rencana kebutuhan belanja, PPKD selaku BUD mencairkan
dana kebutuhan belanja kepada Kepala SKPD yang membutuhkan sesuai
tugas dan fungsi, paling lambat 1 (satu) hari kerja dihitung sejak
diterimanya rencana kebutuhan belanja.
k. Tata cara penggunaan belanja tidak terduga untuk mendanai keperluan
mendesak dilakukan melalui pergeseran anggaran dari belanja tidak terduga
kepada belanja SKPD/Unit SKPD yang membidangi, dengan tahapan:
1) Dalam hal anggaran belum tersedia, pengguna belanja tidak terduga
terlebih dahulu diformulasikan dalam RKA-SKPD yang membidangi
keuangan daerah;
2) Dalam hal anggaran belum tercukupi, penggunaan belanja tidak terduga
dilebih dahulu diformulasikan dalam Perubahan DPA-SKPD; dan
3) RKA-SKPD dan/atau Perubahan DPA-SKPD sebagaimana dimaskud dalam
huruf a dan huruf b menjadi dasar dalam melakukan perubahan Perkada
tentang penjabaran APBD untuk selanjutnya ditampung dalam Peraturan
Daerah tentang Perubahan APBD atau dituangkan dalam Laporan Realisasi
Anggaran bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan perubahan APBD
atau telah melakukan perubahan APBD.
l. Tata cara penggunaa belanja tidak terduga yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
diluar kedaan darurat dan keperluan mendesak dilakukan dengan tahapan;
1) Dalam hal anggaran belum tersedia, penggunaan belanja tidak terduga
terlebih dahulu diformulasikan dalam RKA-SKPD yangmembidangi
keuangan daerah;
2) Dalam hal anggaran belum tercukupi, penggunaan belanja tidak terduga
terlebih dahulu diformulasikan dalam Perubaha DPA_SKPD; dan
3) RKA-SKPD dan/atau Perubahan DPA-SKPD sebagaiaman dimaksud dalam
huruf a dan huruf b menjadi dasar dalam melakukan perubahan Perkada
tentang Penjabaran APBD untuk selanjutnya ditampung dalam Peraturan
Daerah tentang Perubahan APBD atau dituangkan dalam Laporan Realisasi
Anggaran bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD
atau telah melakukan perubaan APBD.
m. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penganggaran, pelaksanaan dan
penatausahaan, pertanggungjawaban dan perlaporan serta menotoring dan
evaluasi belanja tidak terduga ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

Ketentuan terkait belanja transfer


Berdasarkan pasal 56 atat (4) Peraturan pemerintah Nomor 12 tahun 2019,
kelompok belanja transfer dirinci atas jenis:
a. Belanja Bagi Hasil; dan
b. Belanja Bantuan Keuangan
Mengacu padal Pasal 66 dan pasal 67 Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun
2019, ketentuan terkait Belanja Transfer diatur sebagai berikut:

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 38


a. Belanja transfer diurutkan menurut jenis, onjek, rincian objek, dan sub
rincian objek.
b. Belanja transfer dianggarkan oleh SKPD yanhg membidangi keuangan
daerah.
c. Belanja bagi hasil
1) Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan bagi hasil yang
bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau
pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendpaatan
pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangn-undangan.
2) Belanja bagi hasil dianggarkan dalam APBD sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

d. Belanja Bantuan Keuangan


1) Belanja bantuan keuangan diberikan kepada Daerah lain dalam rangka
kerja sama daerah, pemerataan peningkatan kemampuan keuangan,
dan/atau tujuan tertentu lainnya.
2) Belanja bantuan keuangan dalam rangka tujuan tertentu lainnya guna
memberikan manfaat bagi pemberi dan.atau penerima bantua keuangan
3) Bantuan keuangan dapat dianggarkan sesuai kemampuan keuangan
Daerah Pemerintah Wajib dan urusan Pemerintah Pilihan serta alokasi
belanja yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan, kecuali
ditentukan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4) Bantuan keuangan terdiri atas:
a) Bantuan keuangan antar-Daerah provinsi;
b) Bantuan keuangan antar-Daerah kabupaten/kota;
c) Bantuan Keuangan Daerah provinsi ke Daerah kabupaten/kota di
wilayahnya dan/atau Daerah kabupaten/kota di luar wilayahnya;
d) Bantuan Keuangan Daerah kabupaten/kota ke Daerah provinsinya
dna/atau Daerah provinsi lainnya; dan/atau
e) Bantuan Keuangan Daerah serta provinsi atau kabupaten/kota
kepala desa.
5) Bantuan keuangan bersifat umum atau khusus.
a) Bantuan keuangan bersifat umum peruntukan dan pengelolaannya
diserahkan kepada pemerintah daerah dan/atau pemerintah desa
penerima bantuan.
b) Bantuan keuangan bersifat khusus peruntukannya ditetapkan oleh
pemerintah daerah pemberi bantuan dan pengelolaanya diserahkan
sepenuhnya kepada penerima bantuan.
c) Dalam hal pemerintah daerah dan/atau pemerintah desa sebagai
penerima bantuan keuangan khusus tidak menggunakan sesuai
peruntukan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah selaku
pemberi bantuan keuangan, pemerintah daerah dan/atau
pemerintah desa sebagai penerima bantuan keuangan khusus
wajib mengembalikan kepada pemerintah daerah pemberi
keuangan khusus.
d) Pemerintah daerah pemberi bantuan keuangan bersifat khusus
dapat mensyaratkan penyediaan dana pendamping dalam APBD
atau anggaran pendapatan dan belanja desa penerima bantuan.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 39


6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata cara penganggaran, pelaksana
dan penatausahaan, pertanggungjawaban dan pelaporan serta
monitoring dan evaluasi belanja bantuan keuangan ditetapkan dengan
peraturan kepala daerah.

III. Pembiayaan Daerah

1. Ketentuan Umum
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran berkenaan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Berdasarkan pasal 70 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2019, ketentuan dalam pembiayan daerah adalah sebagai
berikut:
a. Pembiayaan daerah terdiri atas:
1) Penerimaan pembiayaan; dan
2) Pengeluaran pembiayaan
b. Pembiayaan dirinci menurut urusan pemerintah daerah, organisasi,
jenis, objek, dan rincian objek pembiayaan daerah.
Terkait hal tersebut diatas, Peraturan Menteri ini mengatur beberapa
ketentuan sebagai berikut:
a. Pembiayaan daerah dirinci menurut urusan pemerintah daerah,
organisasi, akun, kelompok, jenis, objek, rincian objek, dan sub
rincian objek pembiayaan daerah
b. Klasifikasi APBD menurut akun, kelompok, jenis, onjek, rincian
objek, sub rincian objek Pembiayaamn daerah dikelola berdasarkan
kewenangan pengelolaan keuangan SKPD dan BLUD.
c. Pembiayaan neto digunakan untuk menggunakan surplus
anggaran atau menutup defisit anggaran.

2. Ketentuan Terkait Penerimaan Pembiyaan


Berdasarkan pasal 70 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019,
penerimaan Pembiayaa Daerah bersumber dari:
a. SiLPA;
b. Penciran Dana Cadangan;
c. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d. Penerima pinjaman Daerah;
e. Penerimaan kembali Penerima Pinjaman Daerah; dan/atau
f. Penerimaan Pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Mengacu pada pasal 71 sampai dengan Pasal 76 Peraturan Pemerintah
nomor 12 tahun 2019, Peraturan Menteri ini membuat ketentuan terkait
Penerimaan pembiayaan sebagai berikut:
a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) bersumber dari perlampauan
penerimaan PAD, pelampauan penerimaan pendapatan transfer,
pelampauan penerimaan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah,
pelamapauan penerimaan Pembiayan, penghematan belanja, kewajiban
kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan
dan/atau sisa dana akibat tidak tercapaianya capaian target Kinerja dan
sisa dana pengeluaran Pembiayaan.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 40


b. Pencairan Dana Cadangan
1) Pencairan Dana Cadangan digunaka untuk menganggarkan
pencairan Dana Cadangan dari rekening Dana Cadangan ke Rekening
Kas Umum Daerah dalam tahun anggaran berkenaan.
2) Jumlah Dana Cadangan sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah tentang pembentukan Dana Cadangan
bersangkutan.
3) Pencairan Dana Cadangan dalam 1 (satu) tahun anggaran menjadi
penerimaan Pembiayaan APBD dalam tahun anggaran berkenaan.
4) Dalam hal Dana Cadangan belum digunakan sesuai dengan
peruntukannya, dana tersebut dapat ditempatkan dalam portofolio
yang memberikan hasil tetap dengan risiko rendah.
5) Posisi Dana Cadangan dilaporkan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban APBD.
6) Penggunaan atas Dana Cadangan yang dicairkan dari rekening Dana
Cadangan ke Rekening Kas Umum Daerah dianggarkan dalam SKPD
pengguna Dan Cadangan bersangkutan, kecuali ditentukan lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7) Penerimaan hasil bunga/jasa giro/imbal; hasil/dividen/keuntungan
(capital gain) atas rekening dana cadangan dan/atau penempatan
dalam portofolio dicantumkan sebagai lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah.
c. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
1) Hasil penjualan kekayaandaerah yang dipisahkan dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Penerimaan atas hasil penjualan kekayaan daerah dicatat
berdasarkan bukti penerimaan yang sah.
3) Bukti penerimaan antara lain seperti dokumen lelang, akta jual beli,
nota kredit, dan dokumentasi sejenis lainnya.
d. Penerimaan pinjaman daerah;
1) Penerimaan pinjaman daerah didasarkan pada jumlah pinjaman yang
akan diterima dalam tahun anggaran berkenaan sesuai dengan yang
ditetapkan dalam perjanjian pinjaman bersangkutan.
2) Penerimaan pinjaman daerah digunakan untuk menganggarkan
penerimaan pinjaman daerah termasuk penerimaan atas penerbitan
obligasi daerah yang akan diterima pada tahun anggaran berkenaan.
3) Penerimaan pinjaman daerah bersumber dari:
a) Pemerintah pusat;
b) Pemerintah daerah lain;
c) Lembaga keuangan bank;
d) Lembaga keuangan bukan bank; dan/atau
e) Masyarakat
4) Penerimaan pinjaman daerah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
a. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah; Penerimaan
kembali pemberian pinjaman daerah digunakan untuk
menganggarkan penerimaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Penerimaan pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangn-undangan. Penerimaan pembiataan
lainnya digunakan untuk menganggarkan penerimaan

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 41


pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangn-undnagan.

Ketentuan Terkait Pengeluaran Pembiayaan Berdasarkan Pasal 70 ayat (4)


Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019, Pengeluaran Pembiayaan dapat
digunakan untuk:

a. Pembayaran cicilan pokok Utang yang jatuh tempo;


b. Penyertaan modal daerah;
c. Pembentukan Dana Cadangan;
d. Pemberian Pinjaman Daerah; dan/atau
e. Pengeluaran Pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Mengacu pada pasal 77 sampai dengan Pasal 82 Peraturan Pemerintah Nomor 12


Tahun 2019, Peraturan Menteri ini membuat ketentuan terkait Pengeluaran
Pembiayaan sebagai berikut:
a. Pembayaran Cicilan Pokok Utang yang Jatuh Tempo
1) Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo digunakan untuk
menganggarkan pembayaran pokok utang
2) Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo didasarkan pada jumlah
yang harus dibayarkan sesuai dengan perjanjian pinjaman dan
pelaksanannya merupakan prioritas utama dari seluruh kewajiban
pemerintah daerah yang harus diselesaikan dalam tahun anggaran
berkenaan berdasarkan perjanjian pinjaman.
3) Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo merupakan pembayaran
pokok pinjaman, bunga, dan kewajiban lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4) Pemerintah daerah wajib membayar cicilan pokok utang dan dianggarkan
dalam APBD setiap tahun sampai dengan berakhirnya kewajiban dimaksud
5) Dalam hal anggaran yang tersedia dalam APBD tidak mencukupi untuk
pembayaran cicilan pokok utang, kepala daerah dapat melakukan
pelampauan pembayaran mendahului perubahan atas setelah perubahan
APBD.
b. Penyertaan Modal Daerah
1) Pemerintah daerah dapat melakukan penyertaan modal pada badan usaha
milik daerah dan/atau badan usaha milik negara, badan usaha swasta
dan/atau koperasi
2) Penyertaan modal daerah bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
daerah, pertumbuhan perkembangan perekonomian daerah dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3) Penyertaan modal daerah untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial,
dan/atau manfaat lainnya.
4) Manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya meliputi:
a) Bunga dfan pertumbuhan nilai bagi badan usaha yang mendapatkan
penyertaan modal daerah;
b) Keuntungan sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu berdupa
deviden, bungan dan pertumbuhan nilai bagi badan usaha yang
mendapatkan penyertaan modal daerah;
c) Peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil penyertaan modal
sejulah tertentu dalam jangka waktu tertentu;

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 42


d) Peningkatan penerimaan daerah dalam jangka waktu tertentu berupa
deviden, bunga dan pertumbuhan nilai bagi bada usaha yang
mendapatkan penyertaan modal daerah;
e) Keuntungan sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu beruda
deviden, bunga dan pertumbuhan nilai bagi badan usaha yang
mendapatkan penyertaan modal daerah;
f) Peningkatan penyerapan tenaga kerja sejumlah tertentu dalam jangka
waktu tertentu sebagai akibat langsung dari penyertaan modal daerah;
g) Peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai akibat dari penyertaan
modal daerah;
5) Bentuk penyertaan modal daerah meliputi penyertaan modal berupa
investasi surat berharga dan/atau penyertaan modal berupa investasi
langsung.
6) Penyertaan modal berupa investasi surat berharga dilakukan dengan cara
pembelian saham dan atau pembelian surat utang.
7) Penyertaan modal berupa investasi langsung dilakukan dengan cara
penyertaan modal daerah dan/atau pemberian pinjaman.
8) Penyertaan modal berup[a investasi langsung dalam pemberian pinjaman
kepada masyarakat (dana bergulir), penyalurannya dilakukan melalui
lembaga keuangan bank bukan bank.
9) Penyertaan modal berupa investasi surat berharga dan investasi langsung
dilaksanakan berdasarkan hasil analisis oleh penasehat investasi untuk
mendapatkan nilai wajar.
10) Penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah
yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah diterapkan
dalam Peraturan Daerah mengenai penyertaan modal daerah bersangkutan.
11) Penyertaan modal dapat dilakukan pemerintah daerah walaupun APBD
tidak surplus sepanjang diamanatkan oleh peratuiran perundangt-
undangan, dalam hal ini antara lain telah ada Peraturan Daerah mengenai
penyertaan modal daerah bersangkutan.
12) Peraturan Daerah ditetapkan sebelum persetujuan bersama antara kepala
Daerah dan DPRD atas rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.
13) Pernertaan modal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
14) Pengelolaan penyertaan modal daerah meliputi perencanaan investasi
pelaksanaan investasi, penganggaran, pelaksanaan anggaran,
penatausahaan anggaran dan pertangungjawaban penyertaan modal
pemerintah daerah, divestasi, serta pembinaan dan pengawasan.
15) Pengelolaan penyertaan modal daerah sejalan dengan kebijakan
pengelolaan penyertaan modal investasi secara nasional.
16) Pengelolaan penyertaan modal daerah diatur oleh Perkada.
17) Pemenuhan penyertaan modal pada tahun sebelumnya tidak diterbitkan
Perauran Daerah tersendiri sepanjang jumalah anggaran penyertaan modal
tersebut tidak melebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah mengenai pernyataan modal bersangkutan.
18) Dalam hal pemerintah daerah akan menambah jumlah penyertaan modal
melebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah mengenai penyertaan modal, pemerintah daerah melakukan
perubaha Peraturan Daerah mengenai penyertaan modal yang
bersangkutan sesuai dengan ketentuan peratuan perundang-undangan.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 43


19) Penyertaan modal pemerintah dilaksanakan dengan berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang surat
berharga dan investasi langsung.
20) Dalam hal pemerintah daerah akan melaksanakan penyertaan modal,
pemerintah daerah terlbih dahulu menyusun perencanaan investasi
pemerintah daerah yang dituangkan dalam dokumentasi rencana kegiatan
investasi.
21) Dokumen rencana kegiatan investasi disiapkan oleh PPKD selaku pengelola
investasi untuk disetujui oleh kepala daerah.
22) Berdasarkan dokumen rencana kegiatan investasi, pemerintah daerah
menyusun analisi penyertaan modal/investasi pemerintah daerah sebelum
melakukan penyertaan modal.
23) Analisis penyertaan modal/investasi pemerintah daerah dilakukan oleh
penasehat investasi pemerintah daerah.
24) Penasihat investasi pemerintah daerah ditetapkan oleh kepala daerah.
25) Hasil analisis penyertaan modal/investasi pemerintah daerah berupa hasil
analisis penilaian kelayakan, analisis portofolio dan analisis risiko.

c. Pembentukan Dana Cadangan


1) Dana cadangan penggunaannya diprioritaskan untuk mendanai
kebutuhan pembangunan prasarana dan sarana daerah yang tidak
dapat dibebankan dalam 1 (satu) tahun anggaran
2) Dana cadangan dapat digunakan untuk mendanai kebutuhan lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangn-undangan.
3) Dana cadangan bersumber dari penyisihan atas penerimaan daerah
kecuali dari:
a) DAK;
b) Pinjaman daerah; dan
c) Penerimaan lain yang penggunaanya dibatasi untuk pengeluaran
tertentu berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
4) Dana cadangan ditempatkan dalam rekening tersendiri dan dikelola
oleh PPKD dan BUD.
5) Pembentukan dana cadangan ditetapkan dalam Peraturan Daerah
tentang pembentukan dana cadangan.
6) Pembentukan dana cadangan dianggarkan pada pengeluaran
pembiayaan dalam tahun anggaran yang berkenaan.
7) Peraturan Daerah tentang pembentukan dana cadangan sekurang-
kurangnya penetapan tujuan pembentukan dana cadangan, program,
kegiatan, dan sub kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan,
besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan
dan ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber dana cadangan,
dan tahun anggaran pelaksanaan daca cadangan.
8) Peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan ditetapkan
sebelum persetujuan bersama antara kepala daerah dan DPRD atas
rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.
d. Pemberian Pinjaman Daerah
1) Pemberian pinjaman daerah digunakan untuk menganggarkan
pemberian pinjaman daerah yang diberikan kepada pemerintah
pusat, pemerintahj daerah lainnya, BUMD, badan usaha milik
negara, koperasi, dan/atau masyarakat.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 44


2) Pemberian pinjaman daerah dilaksanakan setelah mendapat
persetujuan DPRD
3) Persetujuan DPRD menjadi bagian yang disepakati dalam KUA dan
PPAS
4) Ketentuan mengenai tata cara pemberian pinjaman daerah diatur
dalam Perkada sesuai dengan ketentuan Peraturan perundangang-
undangan.
e. Pengeluaran Pembiayaan Lainnya sesuai dengan ketentuan peaturan
perundang-undangan. Pengeluaran pembiayaan lainnya digunakan
untuk menganggarkan pengeluaran pembiayaan lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangn-undnangan.
4. ketentuan terkait Pembiayaan Neto
Berdasarkan Pasal 70 ayat (5) dan (6) Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun
2019, Pembiayaan neto:
a. Merupakan selisih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran
pembiayaan
b. Digunakan untuk menutup defisit anggaran.

Ketentuan Surplus Dan Defisit


Berdasarkan Pasal 83 sampai dengan Pasal 88 Peraturan Pemerintah Nomor
12 tahun 2019, ketentuan dalam surplus dan defisit APBD adalah sebagai
berikut:

1. Selisih antara Anggaran Pendapatan Daerah dengan Anggaran Belanja


Daerah mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit APBD
2. Suprlus APBD merupakan selisih lebih antara pendapatan daerah dan
belanja daerah
3. Defisit APBD merupakan selisih kurang antara pendapatan daerah dan
belanja daerah.
4. Dalam hal APBD diperkirakan suprlus, APBD dapat didanai dari penerimaan
Pembiayaan Daerah yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD
yang pelaksanaanya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5. Dalam hal APBD diperkirana defisit, APBD dapat didanai dari penerimaan
Pembiayan Daerah yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD
yang pelaksanaanya sesuai dengan ketentuan perturan perundang-
undangan.
6. Penggunaan surplus APBD diutamakan untuk:
a. Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo;
b. Penyertaan modal daerah;
c. Pembentukan Dana Cadangan;
d. Pemberian Pinjaman Daerah; dan/atau
e. Pengeluaran Pembiayaan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7. Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo merupakan pembayaran
pokok utang yang belum cukup tersedia aggaran dal am pengeluaran
pembiayaan sesuai dengan perjanjian.
8. Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi surplus APBD kepada Menteri
dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan setiap semester dalam tahun anggaran berkenaan.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 45


9. Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang keuangan
menetapkan batas maksimal jumlah kumulatif defisit APBD dan batas
maksimal defisit APBD masing-masing Daerah yang dibiayai dan Pinjama
Daerah setiap tahun anggaran.
10. Penetapan batas maksimum jumlah kumulatif defisit APBD dan batas
maksimal defisit APBD masing-masing daerah paling lambat bulan Agustus
untuk tahun anggaran berikutnya.
11. Pemerintah Daerah wajib melaporkan posisi defisit APBD kepada Menteri
dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan setiap semester dalam tahun anggaran berkenaan.
12. Pemerintah Daerah yang melanggar ketentuan dapat dikenai sanki
penundaan penyaluran Dana Transfer Umum.
13. Menteri melakukan pengendalian defisit APBD provinsi berdasarkan batas
maksimal jumlah kumulatif defisit APBD dan batas maksimal defisit APBD
masing-masing Daerah yang dibiayai Pinjaman Daerah yang ditetapkan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan.
14. Gubernur selaku wakil Pemerintah Pusat melakukan pengendalian defisit
APBD kabupaten/kota berdasarkan batas maksimal jumlah kumulatif defisit
APBD dan batas maksimal defisit APBD masing-masing Daerah yang dibiayai
Pinjaman Daerah yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintah di bidang keuangan.
15. Pengendalian dilakukan pada saat evaluasi terhadap rancangan Peraturan
Daerah tentang APBD.
16. Defisit APBD harus dapat ditutup dari Pembiayaan neto.
17. Pembiayaan netto merupaka selisih antara penerimaan Pembiayaan dengan
pengeluaran Pembiayaan.
Terkait hal tersebut di atas, Peraturan Menteri ini mengatur beberapa
ketentuan sebagai berikut:
1. Penerimaan pembiayaan daerah yang bersumber dari jenis SILPA tahun
sebelumnya dikecualikan yang penggunaannya dibatasi untuk
pengeluaran tertentu berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Dalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan untuk
menutup defisit tersebut yang diantaranya dapat bersumber dari:
a. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya;
b. Pencairan dana cadangan;
c. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d. Pinjaman daerah; dan
e. Penerimaan pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
3. Batas maksimal jumlah kumulatif deifsit APBD untuk setiap tahun
anggaran berpedoman pada penetapan batas maksimal defisit APBD
yang ditetapkan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang keuangan.
1. Posisi defisit AAPBD sebagai dasar penetapan besaran kumulatif
defisit APBD pada tahun berikutnya.
2. Pelanggaran terhadap ketentuan dapat dikenai sanksi penundaan
penyaluran dana transfer umum.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 46


Ketentuan SILPA

1. Pemerintah daerah menganggarkan Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) tahun


berkenaan bersaldo nihil.
2. Dalam hal perhitungan penyusunan rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD menghasilkan SILPA Tahun berjalan positif, Pemerintah Daerah harus
memanfaatkannya untuk penambahan program, kegiatan dan sub kegiatan
prioritas yang dibutuhkan, volume program, kegiatan, sub kegiatan yang telah
dianggarkan, dan/atau pengeluaran pembiayaan.
3. Dalam hal perhitungan penyusunan rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD menghasilkan SILPA Tahun Berjalan negatif, Pemerintah Daerah
melakukan pengurangan bahkan penghapusan pengeluaran pembiayaan yang
bukan merupakan kewajiban daerah, pengurangan program, kegiatan, dan
sub kegiatan yang kurang prioritas dan/atau pengurangan volume program,
kegiatan dan sub kegiatan.

B. Teknis Penyusunan APBD

1. Ketentuan Umum KUA dan PPAS


Penyusunan Rancangan APBD didasarkan prinsip:
a. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan urusan pemerintah yang
menjadi kewenangan daerah dan kemampuan pendapatan daerah;
b. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi;
c. Berpedoman pada RKPD, KUA, dan PPAS;
d. Tepat waktu, sesuia dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan;
e. Dilakukan secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertunggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan,
manfaat untuk masyarakat dan taat pada ketentuan peraturan
perundangn-undangan; dan
f. APBD merupakan dasar bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan
penerimaan dan pengeluaran daerah.

Kebijakan umum APBD (KUA) adalah dokumen yang memuat kebijakan


bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang
mendasarinya untuk 1 periode 1 (satu) tahun.

Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara PPAS adalah program prioritas


dan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada perangkat Daerah
untuk setiap program, kegiatan dan sub kegiatan sebagai acuan dalam
penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah.
Mengacu pada Pasal 89 sampai dengan pasa 92 Peraturan Pemerintah
Nomor 12 tahun 2019, Peraturan Menteri ini membuat ketentuan terkait
KUA dan PPAS sebagai berikut:
a. Kepala Daerah menyusun rancangan KUA dan racangan PPAS
berdasarkan RKPD dengan mengacu pada pedoman penyusunan APBD
b. Pedoman penyusunan APBD ditetapkan oleh Menteri setelah
berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional dan

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 47


menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan. Pedoman penyusunan APBD tersebut memuat antara lain:
1) Pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan
pemerintah dengan pemerintah daerah;
2) Prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan;
3) Teknis penyusunan APBD; dan
4) Hal-hal khusus lainnya.
c. Rancangan KUA memuat:
1) Kondisi ekonomi makro daerah;
2) Asumsi penyusunan APBD.
3) Kebijakan Pendapatan Daerah;
4) Kebijakan Belanja Daerah:
5) Kebijakan Pembiayaan Daerah; dan
6) Strategi pencapaian, yang memuat langkah-langkah konkrit dalam
mencapai target kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyususnan
APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, dan
kebijakan pembiayaan daerah.
d. Rancangan PPAS disusun dengan tahapan:
1) Menentukan skala prioritas pembangunan darah;
2) Menentukan prioritas program, kegiatan, dan sub kegiatan untuk
masing-masing urusan yang disinkronkan dengan prioritas dan
program nasional yang tercantum dalam rencana kerja pemerintah
pusat setiap tahun untuk pemerintah provinsi;
3) Menentuka prioritas program, kegiatan, dan sub kegiatan untuk
masing-masing urusan yang disinkronkan dengan prioritas dan
program nasional yang tercantum dalam rencana kerja pemerintah
pusat dan prioritas serta program provinsi yang tercantum dalam
rencana kerja pemerintah provinsi setiap tahun untuk pemerintah
kabupaten; kota; dan
4) Menyusun capaian kinerja, sasaran, dan plafon anggaran sementara
untuk masing-masing program, kegiatan, dan sub kegiatan.
e. Sub kegiatan dapat dianggarkan:
1) Untuk 1 (satu) tahun anggaran; atau
2) Lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dalam bentuk sub kegiatan tahun
jamak.
f. Sub kegiatan tahun jamak mengacu pada program yang tercantum
dalam RPJMD.
g. Sub kegiatan tahun jamak harus memenuhi kriteria paling sedikit;
1) Pekerjaan konstruksi atas pelaksaan sub kegiatan secara teknis
merupakan satu kesatuan untuk menghasilkan 1 (satu) keluaran
yang memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 12 (dua belas)
bulan dalam tahun anggaran bekenaan;
2) Pekerjaan atas pelaksanaan sub kegiatan yang menurut sifatnya
harus tetap berlangsung pada pergantian tahun anggaran; dan
3) Pekerjaan atas pelaksanaan sub kegiatan yang menurut sifatnya
harus tetap berlangsung pada pergantian tahun anggaran, antara
lain penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan perintis
laut/udara, makanan dan obat dirumah pelayanan perintis
laut/udara, makanan dan obat di rumah sakit, pelayanan
pembuangan sampah, dan pengadaan jasa pelayanan kebersihan
(cleaning service).

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 48


h. Penganggaran Kegiatan Tahun Jamak berdasarkan atas persetujuan
bersama antara Kepala Daerah dan DPRD, yang ditandatangani
bersamaan dengan penandatanganan KUA dan PPAS. Jangka waktu
penganggaran pelaksanaan Kegiatan Tahun Jamak tidak melampaui
akhir tahun masa jabatan Kepala Daerah berakhir, kecuali Kegiatan
Tahun Jaman dimaksud merupakan prioritas nasional dan/atau
kepentingan stategis nasional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
i. Penyususnan rancangan KUA dan PPAS menggunakan klasifikasi,
kodefikasi, dan nomenlaktur sesuai dengan ketentuan peraturan
peerundang-undangan mengenai klasifikasi, kodefikasi, dan
nomenlaktur perencanaan pembangunan dan keuangan daerah
pemutakhirannya.
j. Proses penyusunan rancangan KUA dan PPAS memuat informasi, aliran
data, serta penggunaan dan penyajian dokumen yang dilakukan secara
elektronik.

2. Ketentuan Terkait Kesepakatan KUA dan PPAS


Mengacu pada Pasal 90 sampai dengan Pasal 92 Pemerintah nomor 12
tahun 2019, Peraturan Menteri ini membuat ketentuan terkait KUA dan
PPAS sebagai berikut:

a. Kepala Daerah menyampaiakn rancangan KUA dan racangan PPAS


kepada DPRD paling lambat inggu kedua bulan Juli untuk dibahas dan
disepakati bersama antara Kepala Daerah dan DPRD
b. Kepala Daerah dapat mengajukan usulan penambahan kegiatan/sub
kegiatan baru dalam rancangan KUA dan rancangan PPAS yang tdak
terdapat dalam RKPD untuk disepakati bersama dengan DPRD dalam
pembahasan rancangan KUA dan rancangan PPAS.
c. Penambahan kegiatan/sub kegiatan baru tersebut sepanjang memenuhi
kriteria darurat atau mendesak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
d. Kesepakatan terhadap rancangan KUA dan rancangan PPAS
ditandatangani oleh kepala daerah dan pimpinan DPRD paling lambat
minggu kedua bulan Agustus.
e. KUA dan PPAS yang telah disepakati Kepala Daerah bersama DPRD
menjadi pedoman bagi perangkat daerah dalam menyusun RKA SKPD.
f. Tata cara pembahasan rancangan KUA dan rancangan PPAS dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
g. Persetujuan bersama paling sedikit memuat:
1) Nama kegiatan;
2) Jangka waktu pelaksanaan kegiatan;
3) Jumlah anggaran; dan
4) Alokasi anggaran per tahun.
h. Dalam hal Kepala Daerah berhalangan tetap atau berhalangan
sementara, Wakil Kepada Daerah bertugas untuk:
1) Menyampaikan rancangan KUA dan rancangan PPAS kepada DPRD;
dan
2) Menandatangani nota kesepakatan KUA dan nota kesepakatan PPAS
i. Dalam hal Kepala Daerah dan wakil kepala Daerah berhalangan tetap
atau sementara, pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 49


yang berwenang selaku pejabat/pejabat sementara/pelaksana tugas
kepala daerah bertugas untuk:
1) Menyampaiak rancangan KUA dan racangan PPAS kepada DPRD;
dan
2) Menandatangani nota kesepakatan KUA dan nota kesepakatan PPAS
j. Dalam hal seluruh pimpinan DPRD berhalangan tetap dan berhalangan
sementara dalam waktu yang bersamaan, pelaksana tugas pimpinan
DPRD bertugas untuk menandatangani nota kesepakatan KUA dan
PPAS.
k. Dalam hal Kepala Daerah dan DPRD tidak menyepakati bersama
rancangan KUA dan racangan PPAS, paling lama 6 (enam) minggu sejak
rancangan KUA dan rancangan PPAS disampaikan kepada DPRD, Kepaa
Daerah menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
kepada DPRD berdasarkan RKPD, racangan KUA, dan racangan PPAS
yang disusun Kepala Daerah dengan DPRD sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undagan.
3. Ketentuan Pelaksanaan
a. Kepala daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS
berdasarkan RKPD dengan mengacu pada pedoman penyusunan APBD
diuraikan sebagai berikut:
1) TAPD menyiapkan seluruh isi rancangan PPAS menggunakan data
dan informasi terkait kebijakan anggaran yang terdapat dalam
RKPD;
2) TAPD menyiapkan seluruh isi rancangan PPAS menggunakan data
dan informasi terkait program prioritas beserta indikator kinerja dan
indikasi pendanaan yang bersumber dari RKPD.
b. Kepala Daerah menyampaikan rancangan KUA dan rancangan PPAS
kepada DPRD.
c. Kepala Daerah dan DPRD melakukan pembahasan rancangan KUA dan
rancangan PPAS. Pembahasan tersebut mengacu pada muatan
rancangan KUA dan rancangan PPAS.
d. Kepala Daerah dan DPRD melakukan kesepakatan bersama berdasarkan
hasil pembahasan rancangan KUA dan rancangan PPAS
e. Kesepakatan terhadap rancangan-rancangan KUA dan rancangan PPAS
dituangkan dalam nota kesepakatan KUA dan nota kesepakatan PPAS
yang ditandatangani bersama antara kepala daerah dan pimpinan DPRD.
4. Dokumen Terkait
Ilustrasi Dokumen tahapan penyusunan KUA dan PPAS menyajikan
informasi yang bersifat dinamis sesuai dengan kebutuhan yang disajikan
setiap tahun dalam ketentuan peraturan perundang-undnagan mengenai
pedoman penyusunan APBD.
Ilustrasi dokumen pada tahapan penyusunan KUA dan PPAS antara lain
sebagai berikut:
a. Kebijakan umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA);
b. Prioritas dan Plafon Anggaran Semnetara (PPAS)
c. Nota kesepakatan KUA;
d. Nota kesepakatan PPAS;
e. Nota Kesepakatan Tahun Jamak;
f. Berita Acara Kesepakatan Penambahan Kegiatan/Sub Kegiatan.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 50


C. Hal Khusus Lainnya

Pemerintah Daerah dalam menyusun APBD Tahun Anggaran 2022, selain


memperhatikan kebijakan dan teknis penyusunan APBD, juga memperhatikan
hal khusus lainnya, antara lain sebagai berikut:
1. Dalam rangka peningkatan pelayanan bidang pendidikan, Pemerintah
Daerahsecara konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan
anggaran fungsi pendidikan paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
belanja daerah sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Alokasi anggaran fungsi pendidikan dimaksud disesuaikan dengan program
prioritas bidang Pendidikan yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2020.
2. Dalam rangka peningkatan bidang kesehatan, Pemerintah Daerah secara
konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran
kesehatan minimal 10% (sepuluh persen) dari total belanja APBD diluar
gaji sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Bagi daerah yang telah menetapkan lebih dari 10% (sepuluh persen) agar
tidak menurunkan jumlah alokasinya dan bagi daerah yang belum
mempunyai kemampuan agar dilaksanakan secarabertahap. Alokasi
anggaran kesehatan dimaksud di sesuaikan dengan program prioritas
bidang kesehatan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 40 Tahun 2020.
3. Penggunaan dana transfer umum yang terdiri dari DAU dan DBH yang
bersifat umum, diarahkan penggunaannya untuk belanja infrastruktur
daerah yang langsung terkait dengan percepatan pembangunan fasilitas
pelayanan publik dan ekonomi dalam rangka meningkatkankesempatan
kerja, mengurangi kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan penyediaan
layanan publik, yang besaran alokasinya berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan.
Besaran belanja Infrastruktur daerah dimaksud dihitung dari total belanja
moda ldan belanja pemeliharaan setelah dikurangi belanja modal dan
pemeliharaan untuk aparatur, seperti pembangunan dan/atau
pemeliharaan gedung pemerintahan yang mempunyai fungsi utama
pelayanan administratif dan kendaraan dinas.
Belanja infrastruktur daerah berupa belanja yang dilaksanakan untuk
menyelenggarakan tugas dan fungsi yang menghasilkan keluaran untuk
menunjang alokasi anggaran kesehatan, alokasi anggaran pendidikan, dan
alokasi anggaran lainnya yang langsung berkaitan dengan infrastruktur
yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2022.
Alokasi aggaran lainnya tersebut berupa belanja yang langsung terkait
dengan percepatan pembangunan fasilitas pelayanan publik dan ekonomi
untukmeningkatkan kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan, dan
mengurangi kesenjangan penyediaan pelayanan publik antar daerah
berupa:
5. Dalam rangka penerapan tatanan normal baru, produktif dan aman COVID-
19 khususnya untuk pemulihan di bidang ekonomi, Pemerintah Daerah
mengalokasikan anggaran yang memadai guna mendukung pemulihan
ekonomi tersebut di daerah.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 51


5. Pemerintah Daerah dalam pengadaan barang/jasa meng utamakan
penggunaan produksi dalam negeri guna memberikan kontribusi dalam
peningkatan penggunaan produk dalam negeri sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Berkenaan dengan ketentuan tersebut, dalam rangka menjamin
terlaksananya program pembangunan dan preservasi jalan untuk
meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jalan, Pemerintah Daerah
dalam pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan harus mengutamakan
aspal nasional berbasis aspal buton (aspal alam dari Pulau Buton) dalam
upaya peningkatan penggunaan aspal buton sebagai bahan tambah,
bahan substitusi, dan/atau bahan pengganti aspal minyaksesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Penganggaran Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu TandaPenduduk
dan Akta Catatan Sipil tidak diperkenankan untuk dianggarkan dalam
APBD Tahun Anggaran 2022 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang menegaskan bahwa pengurusan dan
penerbitan dokumen kependudukan tidak dipungut biaya.
Terhadap program,kegiatan dan sub kegiatan administrasi kependudukan
yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah dibebankan pada APBD
sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Adapun kewenangan Provinsi, meliputi:
a. koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi
pelaksanaanPendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
c. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan
AdministrasiKependudukan;
d. pemanfaatan dan penyajian Data Kependudukan berskala provinsi
berasal dari Data Kependudukan yang telah dikonsolidasikan dan
dibersihkan oleh Kementerian yang bertanggung jawab dalam urusan
pemerintahan dalam negeri;
e. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan
AdministrasiKependudukan; dan
f. penyusunan profil kependudukan provinsi. Kewenangan
Kabupaten/Kota, meliputi:
a. koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. pembentukanInstansiPelaksanayangtugasdanfungsinyadi bidang
Administrasi Kependudukan;
c. pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
d. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan
AdministrasiKependudukan;
e. pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di
bidangAdministrasi Kependudukan;
f. penugasan kepada desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan
Administrasi Kependudukanberdasarkan asastugas pembantuan;
g. pemanfaatan dan penyajian Data Kependudukan berskala
kabupaten/kota berasal dari Data Kependudukan yang telah
dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian yang
bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri;

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 52


h. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan; dan
i. penyusunan profil kependudukan kabupaten/kota.
Selanjutnya, Pemerintah Daerah dapat memberikan hibah untuk
penyediaan blanko kartu tanda penduduk elektronik kepada Unit
kerja pada Kementerian Dalam Negeri yang membidangi urusan
pemerintahan di bidang Administrasi Kependudukansesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah khususnya dibidang
administrasi kependudukan untuk lebih optimal dalam memberikan
pelayanan, bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme serta berkinerja baik
dalam mencapai target nasional yang telah ditentukan Pemerintah
sebagaimana telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan, PemerintahDaerah mengalokasikan anggaran dalam APBD yang
memadai bagi perangkat daerahpenyelenggarapelayanan publikurusan
administrasi kependudukan serta pemberian insentif tambahan atau
dengan sebutan lainnya kepada ASN perangkatdaerah penyelenggara
pelayanan publik urusanadministrasi kependudukansesuai
denganketentuan peraturan perundang- undangan.
8. Pendapatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik Pemerintah Daerah yang belum
menerapkan BLUD, dianggarkan pada akun Pendapatan, kelompok PAD,
jenis Lain-lain PAD Yang Sah, dan diuraikan ke dalam objek, rincian
objek dan sub rincian objek sesuai dengan kode rekening berkenaan
pada masing-masing FKTP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Berkaitan dengan itu, belanja yang bersumber dari dana kapitasi Jaminan
Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Milik
Pemerintah Daerah tersebut yang belum menerapkan BLUD mempedomani
Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan
Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional, Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Penggunaan Dana
KapitasiJaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan
dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Milik Pemerintah Daerah dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014.
Dalam hal dana kapitasi tidak digunakan seluruhnya pada tahun anggaran
sebelumnya, dana kapitasitersebut harus digunakan tahun
anggaranberikutnya dan penggunaannya tetap sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
9. Penggunaan dari pendapatan dana transfer yang sudah ditentukan
penggunaanya, mempedomani hal-hal sebagai berikut:
a. DBH-CHT diarahkan untuk meningkatkan kualitas bahan baku,
pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan
dibidang cukai dan/atau pemberantasan barang kena cukai palsu
(cukai illegal) sesuai dengan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, yang dijabarkan dengan keputusan gubernur.
b.Penggunaan DBH-Dana Reboisasi ditujukan untuk mendanai kegiatan
rehabilitasi hutan dan lahan, dan kegiatan pendukung dengan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 53


c. Pendapatan bonus produksi pengusahaan panas bumi sesuai dengan
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2016, diprioritaskan penggunaannya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar Wilayah Kerja Panas
Bumi (WKP)dan/atau Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTP).

10. Pemerintah Daerah menganggarkan pendapatan yang bersumber dari dana


transfer ke daerah yang penggunaannya sudah ditentukan dengan
petunjuk teknis sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal penganggaran dana transfer ke daerah dimaksud
penggunaannya tidak sesuai dengan petunjuk teknis tahun berkenaan,
Pemerintah Daerah melakukan penyesuaian atas penggunaan dana transfer
dimaksud dengan melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerah
tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2022 dan diberitahukan
kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Peraturan
Daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2022 atau ditampung
dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD
Tahun Anggaran 2022.
11.Penganggaran dan belanja DAK Fisik Tahun Anggaran 2022 berpedoman
kepada petunjuk teknis DAK Fisik atau petunjuk operasional yang
ditetapkan oleh masing-masing Kementerian/Lembaga terkait, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
12. Dalam rangka menjaga konsistensi terhadap penetapan target keluaran
kegiatan, rincian dan lokasi kegiatan, rincian pendanaan kegiatan, metode
pelaksanaan kegiatan dan kegiatan penunjang DAK Fisik dalam dokumen
Rencana Kegiatan (RK) DAK Fisik yang telah dibahas SKPD dan mendapat
persetujuan K/L pada Tahun Anggaran 2022 berdasarkan petunjuk
teknisdan/atau petunjuk operasional DAK Fisik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, Pemerintah Daerah menganggarkan APBD
Tahun Anggaran 2022 sesuai dengan penetapan RK DAK Fisik dimaksud.
Dalam hal penganggaran pagu alokasi DAK dalam APBD Tahun Anggaran
2022 tidak sesuai dengan pagu alokasi DAK berdasarkan RK yang telah
dibahas SKPD danmen dapat persetujuan dari K/L, Pemerintah Daerah
melakukan penyesuaian atas penetapan pagu alokasi berdasarkan RK
dimaksud dengan melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerah
tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2022 dan diberitahukan
kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Peraturan
Daerah tentang Perubahan APBDTahun Anggaran 2022 atau ditampung
dalam LRA bagi Pemerintah Daerahyang tidak melakukan perubahan APBD
Tahun Anggaran 2022.
13. Dalam rangka pelaksanaan DAK Fisik bidang Pendidikan, Perumahan
dan Permukiman, Sanitasi, Air Minum, Pertanian, Industri Kecil dan
Menengah (IKM) serta Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Daerah agar
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Bidang Pendidikan
Kegiatan peningkatan prasarana pendidikan pada provinsi,
kabupaten/kota dilaksanakan secara kontraktual oleh SKPD yang
menangani urusan pendidikan dengan quality assurance yang
melibatkan SKPD yang menangani urusan pekerjaan umum dan

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 54


perumahan rakyat, dianggarkan dalam program dan kegiatan pada SKPD
yang menangani urusan pendidikan, yaitu:
1) satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah
(Negeri) dianggarkan pada kelompok belanja modal, jenis belanja
modal dengan objek, rincian objek dan sub rincian objek; dan
2) satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat/swasta
dianggarkan pada kelompok belanja operasi, jenis belanja barang
dan jasadengan objek, rincian objek dan sub rincian objek.
b. Bidang Perumahan dan Permukiman
DAK Fisik Bidang Perumahan dan Permukiman Sub Bidang Rumah
Swadaya yang merupakan dana yang dialokasikan dari APBN untuk
membantu Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang sifatnya
stimulan guna mendorong dan meningkatkan keswadayaan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan perumahan swadaya layak huni melalui
peningkatan Pembangunan Baru Rumah Swadaya (PBRS) dan
Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya (PKRS) beserta prasarana,
sarana, dan utilitas umum yang merupakan prioritas nasional dan
menjadi urusan dan kewenangan Pemerintah Daerah. Penganggaran di
APBD sebagai berikut:
1) Kegiatan PBRS dan PKRS dianggarkan pada SKPD yang
menyelenggarakan urusan bidang perumahan dan permukiman
pada kelompok belanja operasi jenis belanja barang dan jasa, objek
belanja barang dan/atau jasa untuk diserahkan/dijual/diberikan
kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain, rincian objek belanja
pemberian uang yang diberikan kepada masyarakat/pihak
ketiga/pihak lain dan sub rincian objek belanja sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) Kegiatan Pembangunan Prasarana Jalan Lingkungan sebagai
insentif dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah yang
melaksanakan PBRS pada Kelompok Penerima Bantuan yang
berkinerja baik yang memenuhi persyaratan dan dilaksanakan
secara swakelola dengan pelaksana adalah kelompok masyarakat,
dianggarkan pada SKPD yang melaksanakan urusan perumahan
dalam kelompok belanja operasi, jenis belanja barang dan jasa,
objek belanja barang dan/atau jasa untuk
diserahkan/dijual/diberikan kepada masyarakat/pihak
ketiga/pihak lain,rincian objek belanja barangdan/atau jasa yang
diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain dan sub
rincian objek sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3) Dalam hal terjadi bencana alam, kerusuhan, kejadian luar biasa,
dan atau wabah penyakit menular sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan antara lain bencana alam, kegiatan
PBRS dianggarkan pada SKPD yang melaksanakan urusan
perumahan dalam bentuk program dan kegiatan yang diuraikan
dalam kelompok belanja operasi, jenis belanja barang dan jasa,
objek belanja barang dan/atau jasa untuk
diserahkan/dijual/diberikan kepada masyarakat/pihak
ketiga/pihak lain,rincian objek belanja pemberian uang yang
diberikan kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain dan sub

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 55


rincian objek belanja sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Bidang Sanitasi
Kegiatan pada bidang sanitasi yang dilakukan secara swakelola oleh
kelompok masyarakat dianggarkan pada SKPD yang menangani
sanitasi dalam kelompok belanja operasi, jenis belanja barang dan
jasa, objek belanja barang dan/atau jasa untuk
diserahkan/dijual/diberikan kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak
lain,rincian objek belanja pemberian uangyang diberikan kepada
masyarakat/pihak ketiga/pihak lain dan sub rincian objek belanja
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Bidang Air Minum
Kegiatan pada bidang air minum yang dilakukan secara
swakelola oleh kelompok masyarakat dianggarkan pada SKPD yang
menyelenggarakan urusan air minum dalam kelompok belanja operasi,
jenis belanja barang dan jasa, objek belanja barang dan/atau jasa
untuk diserahkan/dijual/diberikan kepada masyarakat/pihak
ketiga/pihak lain, rincianobjek belanja pemberian uangyangdiberikan
kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain dan sub rincian objek
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Bidang Pertanian
Kegiatan DAK Fisik bidang pertanian untuk kegiatan pembangunan
irigasi air tanah (dangkal/dalam), embung, dam parit,long storage, dan
pintu air dilaksanakan melalui metode swakelola padat karya (cash
for work) yang melibatkan partisipasi petani, kelompok
tani/gapoktan/P3A/GP3A, dianggarkan pada SKPD yang
menyelenggarakan urusan pertanian dalam kelompok belanja operasi,
jenis belanja barang dan jasa, objek belanja barang dan/atau jasa
untuk diserahkan/dijual/diberikan kepada masyarakat/pihak
ketiga/pihak lain, rincian objek belanja barang dan/atau jasa yang
diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain dan sub
rincian objeksesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Bidang Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Kegiatan DAK Fisik Bidang Industri Kecil dan Menengah (IKM), meliputi
kegiatan:
1) Pembangunan Sentra IKM; dan
2) Revitalisasi Sentra IKM.
Dalam hal kegiatan-kegiatan tersebut diatas menghasilkan barang/jasa
yang diserahkan langsungdan digunakan olehIKM di dalam Sentra IKM
termasuk revitalisasiruang/area produksi dan atau mesin/peralatan
sebagaimana amanat petunjuk teknis DAKF isik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan, dianggarkan pada SKPD
yang menyelenggarakan urusan Industri Kecil dan Menengah dalam
kelompok belanja operasi, jenis belanja barang dan jasa, objek belanja
barang dan/atau jasa untuk diserahkan/dijual/diberikan kepada
masyarakat/pihak ketiga/pihak lain, rincian objek belanja barang
dan/ataujasa yang diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak
lain dan sub rincian objek belanja sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
g. Bidang Kelautan dan Perikanan

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 56


Kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pemberdayaan usaha
nelayan skala kecil untuk pengadaan perahu/kapal penangkap ikan
berukuran 3-4 Gross Tonnage (GT) dan dibawah 3GT, alat penangkap
ikan ramah lingkungan serta alat bantu penangkapan ikan,
dianggarkan pada SKPD yang menyelenggarakan urusan kelautan dan
perikanan dalam kelompok belanja operasi,jenis belanja barang dan
jasa, objek belanja barang dan/atau jasa untuk
diserahkan/dijual/diberikan kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak
lain, rincian objek belanja barang dan/atau jasa yang diserahkan
kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain dan sub rincian objek
belanja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pemberdayaan usaha
pembudidaya ikan skala kecil untuk paket percontohan budidaya
udang sederhana, nila di kolam/tambak, budidaya ikan hias,
gurame, patin, ikan nila/udang galah dengan padi (minapadi), lele di
kolam, ikan komoditas lokal, polikultur udang, bandeng,rumput laut
serta kegiatan sejenisnya, dianggarkan pada SKPD yang
menyelenggarakan urusan Kelautan dan Perikanan dalam kelompok
belanja operasi, jenis belanja barang dan jasa, objek belanja barang
dan/atau jasa untuk diserahkan/dijual/diberikan kepada
masyarakat/pihak ketiga/pihak lain, rincian objek belanja barang
dan/atau jasa yang diserahkan kepada masyarakat/pihak
ketiga/pihak lain dan sub rincian objek belanja sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

14. Pemerintah Daerah dapat menggunakan paling banyak 5%(lima persen)


dari alokasi DAK Fisik untuk mendanai kegiatan penunjang yang
berhubungan langsung dengan kegiatan DAK Fisik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Kegiatan penunjang dimaksud, meliputi:
a. desain perencanaan untuk kegiatan kontraktual;
b. biaya tender;
c. honorarium fasilitator kegiatan DAK Fisik yang dilakukan swakelola;
d. penunjukan konsultan pengawas kegiatan kontraktual;
e. penyelenggaraan rapat koordinasi;
f. perjalanan dinas ke/dari lokasi kegiatan dalam rangka perencanaan
pengendalian dan pengawasan; dan
g. pelaksanaan reviu oleh inspektorat provinsi/kabupaten/kota, tidak
termasuk honorarium reviu.

Pelaksanaan reviu oleh inspektorat provinsi/kabupaten/kota sebagaimana


yang tercantum pada huruf g, dilakukan terhadap:
a. laporan realisasi penyerapan dana dan capaian keluaran
kegiatan DAK Fisik per jenis, per bidang tahun anggaran sebelumnya,
sebaga isyarat penyaluran tahap I, penyaluran secara sekaligus
dan/atau campuran;
b. laporan realisasi penyerapan dana dan capaian keluaran
kegiatan DAK Fisik per jenis, perbidang/subbidang sampai dengan tahap
I, sebagai syarat penyaluran tahap II dan/atau campuran;
c. laporan realisasi penyerapan dana dan capaian keluaran kegiatan
DAK Fisik perjenis, perbidang/subbidang sampai dengan tahap II,
sebagai syarat penyaluran tahap III dan/atau campuran.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 57


Tata cara penggunaan dana penunjang mempedomani Petunjuk
Operasional yang telah ditetapkan oleh masing-masing Kementerian
Negara/Lembaga teknis.
Pelaksanaan reviu tersebut dilakukan oleh inspektorat provinsi untuk
provinsi penerima DAK Fisik dan inspektorat kabupaten/kota untuk
kabupaten/kota penerima DAK Fisik.
Selanjutnya, laporanrealisasi penyerapan dana dan capaian output kegiatan
DAK Fisik per jenis, per bidang disampaikan oleh Kepala Daerah kepada
kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara selaku KPA melalui
aplikasi berbasis web Online Monitoring Sistem Perbendaharaan Anggaran
Negara (OMSPAN).

15. Dalam hal terdapat sisa DAK Fisik, Pemerintah Daerah


memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. DAK Fisikpada bidang/subbidang yang output kegiatannya
belumtercapai, yaitu:

1) untuk sisa DAK Fisik 1(satu) tahun anggaran sebelumnya,


digunakan dalam rangka pencapaian output dengan menggunakan
petunjuk teknis pada saat output kegiatannya belum tercapai, dan
dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2022 dengan melakukan
perubahan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD
Tahun Anggaran 2022 setelah dilaksanakannya audit oleh Badan
Pemeriksa KeuanganRepublik Indonesia (BPK-RI) dan diberitahukan
kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam
Peraturan Daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2022
atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak
melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2022; atau
2) untuk sisa DAK Fisik lebih dari 1(satu) tahun anggaran sebelumnya,
digunakan untuk mendanai kegiatan DAK Fisik pada
bidang/subbidang tertentu sesuai dengan kebutuhan daerah dengan
menggunakan petunjuk teknis tahun anggaran berjalan, dengan
mekanisme dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2022 atau
melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerahtentang Penjabaran
APBD Tahun Anggaran 2022 dan diberitahukan kepada pimpinan
DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Peraturan Daerah
tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2022 atau ditampung
dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan
perubahan APBD Tahun Anggaran 2022.

b. DAK Fisik pada bidang/ sub bidang yang output kegiatannya telah
tercapai, yaitu:
1) untuk sisa DAK Fisik 1(satu) tahun anggaran sebelumnya,
digunakan dalam rangka mendanai kegiatan DAK Fisikpada
bidang/sub bidang yang sama dan/atau tertentu sesuai dengan
kebutuhan daerah dengan menggunakanpetunjuk teknis tahun
anggaran berjalan, dengan melakukan perubahan Peraturan
Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD TahunAnggaran 2022
setelah dilaksanakannya audit oleh BPK-RI dan diberitahukan
kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 58


Peraturan Daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2022
atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak
melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2022; atau
2) untuk sisa DAK Fisik lebih dari 1 (satu) tahun anggaran
sebelumnya, digunakan dalam rangka mendanai kegiatan DAK
Fisik pada bidang/sub bidang yang sama dan/atau tertentu sesuai
dengan kebutuhan daerah dengan menggunakan petunjuk teknis
tahun anggaran berjalan, dengan mekanisme dianggarkan dalam
APBD Tahun Anggaran 2022 atau melakukan perubahan
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBDTahun
Anggaran 2022 dan diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk
selanjutnya dianggarkan dalam Peraturan Daerah tentang
perubahan APBD Tahun Anggaran 2022 atau ditampung dalam
LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan
APBD Tahun Anggaran 2022.

16. Penganggaran dan belanja DAK Non Fisik Tahun Anggaran 2022
berpedoman kepadapetunjuk teknis DAK Non Fisik yang ditetapkan oleh
masing-masing Kementerian/Lembaga terkait sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

17. Pemerintah Daerah wajib menganggarkan belanja daerah untuk program


dan kegiatan dalam rancangan APBD pada SKPD penerima DAK Nonfisik.
Dalam hal Pemerintah Daerah telah menganggarkan belanja daerah untuk
program/kegiatan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) penerima
DAK Nonfisik dalam rancangan Peraturan Daerah tentang APBD,namun
setelah terbitnya alokasi DAK Non fisik dalam informasi resmi mengenai
alokasi DAK Tahun Anggaran 2022 yang dipublikasikan melalui portal
Kementerian Keuangan dan/atau Peraturan Presiden mengenai rincian
APBN Tahun Anggaran 2022, Pemerintah Daerah tidak menganggarkan
program/kegiatandan/atau menganggarkan alokasi lebih kecil dari alokasi
DAK Nonfisik yang diterima dalam APBD, Pemerintah dapat melakukan
penundaan dan/atau penghentian penyaluran DAK Nonfisik tersebut
sampai dengan Pemerintah Daerah menganggarkan kembali
program/kegiatan dimaksud dengan cara melakukan perubahan Peraturan
Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2022 dan
diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan
dalam peraturan daerahtentang perubahan APBDTahun Anggaran
2022atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerahyang tidak
melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2022.

18.Ketentuan Pengaturan Pengelolaan Dana BOS yang bersumbe rdari APBN


yang merupakan bagian dari DAK Non fisik mempedomani Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2020.

19. Penganggaran bantuan biaya layanan pengolahan sampah dalam rangka


percepatan pembangunan instalasi pengolah sampah menjadi energi
listrik berbasis teknologi ramah lingkungan yang bersumber dari DAK Non
fisik sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan, dianggarkan ke dalam program dan kegiatan pada SKPD yang
menangani persampahan dalam jenis barang dan jasa, objek dan rincian

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 59


objek belanja jasa ketersediaan layanan (Availibility Payment ) infrastruktur
pengelolaan persampahan.

20. Pendapatan atas pengembalian DAK Nonfisik yang merupakan koreksi


pembayaran,dianggarkan pada jenisLain-lain PAD Yang Sah. Selanjutnya,
pendapatan dimaksud digunakan sesuai dengan sumber dananya dan
ketentuan penggunaannya,yaitu untuk pengeluaran yang didanai DAK
Nonfisik pada tahun dikembalikannya dana tersebut.

21. Dalam hal Pemerintah Daerah memiliki sisa DAK Non fisik,
dianggarkan kembali pada jenis DAK Non fisik yang sama dalam APBD
Tahun Anggaran 2022 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Selanjutnya,dalam hal Peraturan Daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2022 telah ditetapkan masih terdapatsisa DAK Nonfisik yang
merupakan bagian SiLPA, dianggarkan kembali pada jenis DAK Non fisik
yang sama dalam APBD Tahun Anggaran 2022 dengan melakukan
perubahan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Tahun
Anggaran 2022 dan diberitahukan kepada Pimpinan DPRD, untuk
selanjutnya dianggarkan dalam Peraturan Daerah tentang perubahan
APBD Tahun Anggaran 2022 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah
Daerahyang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2022.

22. Penerbitan obligasi daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.


Dalam hal obligasi daerah yang diterbitkan membutuhkan jaminan,
Peraturan Daerah mengenai penerbitan obligasi daerah harus memuat
ketentuan mengenai kegiatan yang dibiayai dari obligasi daerah beserta
barang milik daerah yang melekat dalam kegiatan tersebut yang akan
dijadikan jaminan.
Kepala Daerah wajib menyampaikan Peraturan Daerah mengenai
penerbitan obligasi daerah kepada otoritas dibidang pasar modal sebelum
pernyataan efektif obligasi daerah dengan tembusan kepada Menteri
Dalam Negeri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang keuangansesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

23. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, Pemerintah Daerah


dapat mengadakan kerjasama yang didasarkan pada pertimbangan
efisiensi dan efektifitas pelayanan publik serta saling menguntungkan.
Kerjasama dapat dilakukan oleh daerah dengan:
a. daerah lain;
b. pihak ketiga; dan/atau
c. lembaga atau Pemerintah Daerah diluar negeri sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pemerintah Daerah dapat menganggarkan program dankegiatanmelalui pola
kerjasama antar daerah dalam rangka penyelenggaraan pembangunan yang
melibatkan beberapa daerah untuk peningkatan pelayanan kepada
masyarakat secara lebih efektif dan efisien, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal Pemerintah Daerah membentuk badan kerjasama, masing-
masing Pemerintah Daerah menganggarkan dalam APBD dalam bentuk
belanja hibah kepada badan kerja sama dengan mempedomani peraturan
perundang-undangan.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 60


24. Dalam hal Pemerintah Daerah melakuka kerjasama dengan badan usaha
dalam penyediaan infrastruktur agar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Bagi Pemerintah Daerah yang menerapkan kebijakan Pembayaran


Ketersediaan Layanan (Availability Payment), agar menyediakan anggaran
pada setiap tahun anggaran selama jangka waktu yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.

25.Daerah dapat membentuk asosiasi untuk mendukung kerjasama antar


daerah, sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan, yang pendanaannya bersumber dari APBD.

26. Dalam rangka mendukung efektifitas pelaksanaan tugas Kantor Bersama


Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT), pemerintah provinsi
menganggarkan pendanaan untuk pembangunan, pengadaan, dan
pemeliharaan sarana dan prasarana Kantor Bersama SAMSAT dan
pendanaan lain yang timbul dalam rangka menjamin efektifitas, penguatan
koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pemantapan tugas-tugas
pelaksanaan SAMSAT baik di Pusat maupun di Provinsi dengan
terbentuknya Sekretariat Pembina SAMSAT tingkat Nasional dan tingkat
Provinsisesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya,guna meningkatkan penerimaan pajak daerah yang bersumber
dari pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan
bermotor,Pemerintah Daerah mengoptimalkan kegiatan pemungutan pajak
kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor dimaksud
dengan menggunakan tambahan dana berupa hibah yang bersumber dari
PT. Jasa Raharja (Persero).

27. Dalam rangka peningkatan tata laksana, kualitas, dan percepatan


pelayanan perizinan dan non perizinan, serta untuk mendukung
pencapaian target kemudahan berusaha
(EaseofDoingBussiness/EoDB), Pemerintah Daerah menganggarkan
pendanaan untuk : pembentukan/pembangunan, pengadaan,
pemeliharaan sarana dan prasarana pada Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) guna menjamin efektivitas,
penguatan koordinasi, pembinaan, peningkatan kapasitas SDM,dan
pemantapan tugas-tugas DPMPTSP sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

28. Penggunaan belanja tidak terduga untuk mendanai keadaan darurat dalam
rangka kebutuhan tanggap darurat bencana, penghentian konflik dan
rekonsiliasi pasca konflik, dan/atau kejadian luar biasa dilakukan dengan
pembebanan langsung kepada belanja tidak terduga.
Tata cara pelaksanaan, penatausahaan, dan pertanggungjawaban belanja
kebutuhan tanggap darurat bencana, penghentian konflik dan rekonsiliasi
pasca konflik,dan/atau kejadian luar biasa dimaksud, dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 61


a. Kepala Daerah menetapkan status tanggap darurat untuk bencana alam,
bencana non-alam, bencana social termasuk konflik sosial, kejadian luar
biasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. berdasarkan penetapan status Kepala Daerah atau surat keterangan
pejabat berwenang/instansi terkait sebagaimana dimaksud pada
huruf a, kepala SKPD yang membidangi mengajukan Rencana
Kebutuhan Belanja (RKB) kepada PPKD selaku BUD;
c. berdasarkan RKB sebagaimana dimaksud pada huruf b, PPKD selaku
BUD mencairkan dana kebutuhan belanja kepada kepala SKPD yang
membidangi, paling lambat 1 (satu) hari kerja terhitung sejak
diterimanya RKB;
d. pencairan dana kebutuhan belanja sebagaimana dimaksud pada huruf c,
dilakukan melalui mekanisme TU kepada Bendahara Pengeluaran SKPD
atau Bendahara Pengeluaran Pembantu Unit SKPD;
e. penggunaan dana kebutuhan belanja sebagaimana dimaksud pada huruf
c, dicatat pada Buku Kas Umum tersendiri oleh Bendahara Pengeluaran
SKPD atau Bendahara Pengeluaran Pembantu Unit SKPD;
f. kepala SKPD sebagaimana dimaksud pada huruf b,bertanggung jawab
secara fisik dan keuangan terhadap penggunaan dana kebutuhan
belanja dimaksud yang dikelolanya yang dibuktikan dengan penanda
tanganan Surat Pertanggung jawaban Mutlak; dan
g. pertanggung jawaban atas penggunaan dana kebutuhan belanja
dimaksud disampaikan oleh kepala SKPD sebagaimana
dimaksud pada huruf f kepada PPKD dengan melampirkan bukti-
bukti pengeluaran yang sah dan lengkap serta Surat
Pertanggungjawaban Mutlak atas penggunaan belanja.
Penyediaan anggaran tersebut dapat dilaksanakan dengan melakukan
perubahan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Tahun
Anggaran 2022 dan dilaporkan kepada pimpinan DPRD, untuk
selanjutnya dianggarkan dalamPeraturan Daerah tentang Perubahan
APBD Tahun Anggaran 2022 atau ditampung dalam LRA bagiPemerintah
Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2022.

29. Penggunaan belanja tidak terduga untuk mendanai keperluan mendesak


dan keadaan darurat di luar kebutuhan tanggap darurat
bencana,penghentian konflik dan rekonsiliasi pasca konflik, dan/atau
kejadian luar biasa dilakukan dengan pergeseran anggaran dari
belanja tidak terduga.
Tata cara pelaksanaan, penatausahaan, dan pertanggung jawaban belanja
tidak terduga tersebut dengan tahapan sebagai berikut:
a. dalam hal belum tersedia anggarannya, penggunaan belanja tidak
terduga diformulasikan dalam RKA-SKPD yang membidangi;
b. dalam hal belum cukup tersedia anggarannya,penggunaan belanja tidak
terduga diformulasikan dalam Perubahan DPA- SKPD.
c. RKA-SKPD dan/atau Perubahan DPA-SKPD sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b menjadi dasar dalam melakukan perubahan
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD dan dilaporkan
kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam
Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD atau dituangkan dalam
Laporan Realisasi Anggaran bagi Pemerintah Daerah yang tidak
melakukan perubahan APBD atau telah melakukan perubahan APBD.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 62


30. Penyediaan anggaran untuk penanggulangan keadaan darurat bencana
alam/non alam, bencana sosial, dan/atau pemberian bantuan kepada
daerah lain dalam rangka penanggulangan bencana alam/non alam
dan/atau bencana sosial, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Penyediaan anggaran antara lain mobilisasi tenaga medis dan obat-


obatan, penyediaan logistik/sandang dan pangan diformulasikan ke
dalam RKA-SKPD yang secara fungsional terkait dengan pelaksanaan
kegiatan dimaksud; dan
b. Penyediaan anggaran untuk bantuan keuangan yanga kan disalurkan
kepada provinsi/kabupaten/kota yang dilanda bencana alam/non
alam, bencana sosial dianggarkan pada belanjabantuan keuangan.
Penyediaan anggaran sebagaimana tersebut pada huruf a dan huruf b
dapat dilaksanakan dengan melakukan perubahan Peraturan Kepala
Daerah tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2022 dan dilaporkan
kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam
Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2022
atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak
melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2022.

31.Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran pra bencana dan pasca


bencana yang meliputi bencana alam/non alam dan bencana social dengan
berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, dan Peraturan Pemerintah
Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaandan Pengelolaan Bantuan
Bencana.
Berkaitan dengan itu, Pemerintah Daerah menyediakan alokasi anggaran
secara memadai untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana pada
tahap pra bencana yang selanjutnya diuraikan antara lain:
a. perencanaan dan penyusunan standar teknis penanggulangan bencana;
b. pengurangan risiko dan pencegahan bencana;
c. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
d. kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana;
e. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana.

32. Penggunaan belanja tidak terduga dalam rangka antisipasi, penanganan


dan dampak pandemi atau wabah penyakit tertentu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya,dalam rangka antisipasi, penanganan dan dampak pandemi
atau wabah penyakit tertentu, Pemerintah Daerah memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Tata carapenggunaan belanja tidak terduga dalam rangka penanganan
pandemi atau wabah penyakit tertentu, yaitu:
1) kepala SKPD yang secara fungsional terkait dengan antisipasi dan
penanganan pandemic atau wabah penyakit tertentu, mengajukan
RKB untuk mengantisipasi dan menangani pandemic atau wabah
penyakit tertentu, palinglama1 (satu) hari kepada PPKD selaku BUD;
2) PPKD selaku BUD melakukan verifikasi dan mencairkan BTT
kepada kepala SKPD yang secara fungsional terkait penanganan

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 63


pandemi atau wabah penyakit tertentu, paling lama 1 (satu) hari
terhitung sejak diterimanya RKB;
3) kepala SKPD yang secara fungsional terkait, dapat membuka
rekening untuk menampung pencairan sebagaimana
dimaksud dalam angka 2) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
4) pencairan dana penanganan pandemic atau wabah penyakit
tertentu dilakukan dengan mekanisme LS atau TU sesuai dengan
system dan prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah yang diatur
dalam Peraturan Kepala Daerah;
5) pencairan sebagaimana dimaksud dalam angka 3 diserahkan
kepada bendahara pengeluaran perangkat daerah yang mengajukan
RKB;
6) penggunaan dana dicatat pada buku kas umum tersendiri oleh
Bendahara Pengeluaran SKPD yang mengajukan RKB;
7) kepala SKPD yang mengajukan RKB, bertanggungjawab secara
formal dan material terhadap belanja penanganan pandemi atau
wabah penyakit tertentu yang dikelolanya;
8) pertanggung jawaban atas penggunaan dana penanganan pandemi
atau wabah penyakit tertentu, disampaikan oleh kepala SKPD yang
mengajukan RKB, kepada PPKD dengan melampirkan rekapitulasi
penggunaan belanja dan surat pernyataantanggung jawab belanja
sedangkan bukti pengeluaran yang sah dan lengkap tetap berada di
SKPD;
9) berdasarkan rekapitulasi penggunaan belanja, PPKD
menyusun masing-masing pos laporan keuangan yang
diungkapkan secara memadai pada CaLK; dan
10) dalam hal terdapat usulan RKB baru sesuai dengan rencana
penanganan pandemi atau wabah penyakit tertentu oleh SKPD
terkait dapat diajukan kembali tanpa menunggu
pertanggungjawaban RKB sebelumnya selesai.

b. Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi,Pemerintah Daerah


melakukan penjadwalan ulang capaian program, kegiatan dan sub
kegiatan untuk pengutamaan penggunaan alokasi anggaran kegiatan
tertentu (refocusing) dan/atau perubahan alokasi anggaran serta
memanfaatkan uang kas yang tersedia melalui perubahan Peraturan
Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD, dan dilaporkan kepada
Pimpinan DPRD.Hasil alokasi anggaran penjadwalan ulang capaian
program, kegiatan dan sub kegiatan dimaksud dialihkan ke belanja
tidak terduga.

c. Percepatan penyesuaian APBD tahun anggaran berkenaan dalam


rangka penangananpandemi atau wabah penyakit tertentu, serta
pengamanan daya beli masyarakat dan perekonomian nasional
mempedomani ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenaipenanganan pandemiatau wabah penyakit tertentu dimaksud.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 64


33. Pendapatan hibah termasuk sumbangan dari masyarakat atau pihak
ketiga/sejenis yang diterimaoleh Pemerintah Daerah untuk penanganan
pandemi atau wabah penyakit tertentu, agar memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Pemerintah Daerahdapat menerima hibah termasuk sumbangan dari
masyarakat atau pihak lain/sejenis, berupa uang,barang, dan/atau jasa
yang berasal dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, masyarakat, dan
badan usaha dalam negeri atau luar negeri yang tidak mengikat
untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Sumbangan dari masyarakat atau pihak ketiga/sejenis dalam bentuk
uang/barang yang bersumber dari dalam negeri merupakan
penerimaan daerah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) tidak dimaksudkan untuk dibayarkan kembali kepada Pemberi
Hibah termasuk sumbangan;
2) tidak disertai ikatan politik, serta tidak memiliki muatan yang dapat
mengganggu stabilitas keamanan negara/daerah; dan
c. Pendapatan atas penerimaan dana yang bersumber dari masyarakat
atau pihak ketiga/sejenis dalam bentuk uang/barang dapat
digunakan langsung oleh SKPD yang secara fungsional menangani
pandemic atau wabah penyakit tertentu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Penggunaan langsung sumbangan
penerimaan dana yang bersumber darimasyarakat atau pihak
ketiga/sejenis dalam bentuk uang, dilakukan tanpa terlebih dahulu
disetor ke RKUD dan secara analogis diterapkan pada belanja daerah.
Penggunaan langsung sumbangan penerimaan dana yang bersumber
dari masyarakat atau pihak ketiga/sejenis dalam bentuk barang,
digunakan langsung oleh perangkat daerahyang secara fungsional
menangani pandemi atau wabah penyakit tertentu.

34. Dalam rangka penerapan tatanan normal baru, produktif dan aman COVID-
19 di berbagai aspek kehidupan, baik aspek pemerintahan, kesehatan,
sosial dan ekonomi, Pemerintah Daerah dalam APBD Tahun Anggaran 2022
untuk melakukan langkah-langkah antara lain sebagai berikut:
a. pelaksanaan scenario the new normal dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah dengan memperhatikan protocol COVID-19.
b. peningkatan pelayanan dasar kepada masyarakat diberbagai aspek
kehidupan, baik aspek pemerintahan, kesehatan, sosial dan ekonomi
antara lain sebagai berikut:
1) pemanfaatan teknologi informasi dalam pemungutan pajak dan
retribusi;
2) pengembangan luasan cakupan pelayanan kepada masyarakat
seperti perluwasan tempat pariwisata, pelayanan persampahan;
3) pembangunan infrastruktur yang menyangkut pelayanan dasar.
4) pemulihan ekonomi, antara lain sebagai berikut:
a) penguatan alokasi dana subsidi dan/atau penyertaan modal;
b) menjaga stabilitas harga barang yang dibutuhkan
masyarakat;

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 65


c) penyediaan bantuan bagi UMKM melalui pembukaan akses
terhadap lembaga keuangan;
d) promosi investasi domestik maupun internasional;
e) peningkatan perekonomian daerah disektor pariwisata
terdampak COVID-19, melalui pelaksanaan kembali rapat-
rapat kantor,forum group discussion, seminar, dan sejenisnya di
hotel atau tempat pertemuan sejenis, dengan tetap
memperhatikan protokol pencegahan COVID-19.
f) pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan atas
pokok pajak dan/atau retribusi termasuk sanksi, antara lain
sebagai berikut:
(1) Pajak kendaraan bermotor terkait moda transportasi
angkutan darat untuk mengoptimalkan pelayanan kepada
masyarakat dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor untuk
sektor perindustrian dan penjualan kendaraan bermotor;
(2) Pajak kendaraan bermotor untuk sektor angkutan umum;
(3) Pajak bumi bangunan untuk sektor pendidikan, pelaku
usaha perhotelan, restoran, dan hiburan, serta balai
konservasi;
(4) Pajak reklame untuk pelaku usaha perhotelan, restoran, dan
hiburan;
(5) Pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan untuk sektor
industri perhotelan, restoran, dan hiburan;
(6) Retribusi pelayanan pasar untuk para pedagang;
(7) Retribusi pelayanan persampahan/kebersiahan untuk
penduduk kurang mampu;
(8) Perpanjangan pemenuhan kewajiban pembayaran pajak
daerah.

35. Program dan kegiatan yang dibiayai dari dana transfer yang sudah jelas
peruntukannya, Dana Darurat yang diterima daerah pada tahap pasca
bencana, bantuan keuangan yang bersifat khusus yang belum cukup
tersedia dan/atau belum dianggarkan, dapat dilaksanakan mendahului
penetapan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD dengan cara:
a. menetapkan Peraturan Kepala Daerah tentang Perubahan
Penjabaran APBD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Peraturan
Daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2022; atau
b. ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan
perubahan APBD Tahun Anggaran 2022.

36. Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas sekretariat fraksi DPRD


disediakan sarana, anggaran dan tenaga ahli sesuai dengan kebutuhan dan
memperhatikan kemampuan APBD. Penyediaan sarana meliputi ruang
kantor pada sekretariat DPRD, kelengkapan kantor, tidak termasuk sarana
mobilitas, sedangkan penyediaan anggaran untuk sekretariat fraksi
meliputi kebutuhan belanja untuk alat tulis kantor dan makan minum bagi
rapat fraksi yang diselenggarakan di lingkungan kantor sekretariat
fraksi, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 66


37. Dalam rangka pemberian tunjangan kesejahteraan bagi Pimpinan dan
Anggota DPRD, disediakan rumah jabatan/rumah dinas bagi Pimpinan dan
Anggota DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal suami dan/atau istri yang menduduki jabatan sebagai
Pimpinan dan/atau Anggota DPRD pada DPRD yang sama, hanya diberikan
salah satu tunjangan perumahan.
Selanjutnya, dalam rangka pemberian tunjangan kesejahteraan bagi
Pimpinan DPRD disediakan kendaraan dinas jabatan dan bagi Anggota
DPRD dapat disediakan tunjangan transportasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, Kepala Daerah


dan Wakil Kepala Daerah disediakan masing-masing rumah jabatan beserta
perlengkapan dan biaya pemeliharaan. Dalam hal Pemerintah Daerah
belum menyediakan rumah jabatan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah,
Pemerintah Daerah dapat menyediakan anggaran sewa rumah jabatan.
Besaran sewa memperhatikan nilai wajar standar rumah jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

38. Dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, ditegaskan bahwa


Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah
system yang diterapkan oleh unit pelaksana teknis dinas/badan daerah
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai
fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan sebagai pengecualian dari
ketentuan pengelolaan daerah pada umumnya. Fleksibilitas tersebut diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah dengan berpedoman
pada peraturan perundang-undangan. Spesifikasi teknis dibidang layanan
umum tersebut, berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:
a. penyediaan barang dan/atau jasa layanan;
b. pengelolaan dana khusus untuk meningkatkan ekonomi dan/atau
layanan kepada masyarakat; dan/atau
c. pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan
meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan umum. Dalam
penerapan BLUD, Pemerintah Daerah memperhatikan antara lain hal-
hal sebagai berikut:
a. Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan umum kepada
masyarakat, Pemerintah Daerah segera melakukan evaluasi kepada
Perangkat Daerah yang memiliki spesifikasi teknis layanan umum
atau tugas dan fungsinya bersifat operasional dalam
menyelenggarakan layanan umum kepada masyarakat untuk
menerapkan BLUD.
b. Khusus bagi pelayanan kesehatan antara lain Rumah Sakit Daerah
(RSD), Puskesmas (FKTP) dan Balai Kesehatan Masyarakat yang
belum menerapkan BLUD, Pemerintah Daerah segera melakukan
langkah-langkah untuk mempercepat penerapan BLUD pada
pelayanan kesehatan tersebut.Hal ini sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. untuk penerapan BLUD pada puskesmas (FKTP) sebagaimana
dimaksud pada huruf b, sesuai dengan:

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 67


1) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 445/9873/SJ
tanggal 26 September 2019 tentang Modul Penyusunan
Dokumen Administratif Penerapan BLUD Puskesmas;
2) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 445/9874/SJ
tanggal 26 September 2019 tentang Modul Penyusunan
Dokumen Administratif Penerapan BLUD Puskesmas.
Bagi Perangkat Daerah yang telah menerapkan BLUD, agar:
a. Pendapatan BLUD (Non APBD) dikelola langsung untuk
membiayai pengeluaran BLUD sesuai RBA.
b. Pendapatan BLUD dalam RBA dikonsolidasikan ke dalam APBD
dalam jenis pendapatan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang
Sah.
c. Belanja BLUD yang sumber dananya berasa ldari pendapatan
BLUD (Non APBD), dan sisa lebih perhitungan anggaran (SILPA)
BLUD, diintegrasikan/dikonsolidasikan kedalam RKA SKPD
pada akun belanja daerah yang selanjutnya ,dirincidalam1
(satu) program, 1 (satu) kegiatan, 1 (satu)sub kegiatandan jenis
belanja.
d. Belanja BLUD sebagaimana huruf c, dialokasikan untuk
membiayai program penunjang urusan Pemerintah Daerah,
kegiatan peningkatan pelayanan BLUD,sub kegiatan pelayanan
dan pendukung pelayanan BLUD.
e. Pembiayaan BLUD diintegrasikan/dikonsolidasikan
dalam akun pembiayaan pada SKPD selaku SKPKD.
f. Tahapa dan jadwal proses penyusunan dan penetapan RBA
mengikuti tahapan dan jadwal proses penyusunan dan
penetapan APBD.
g. Dalam pelaksanaan anggaran, pemimpin menyusun dan
menanda tangani laporan pendapatan, belanja dan pembiayaan
BLUD secara berkala kepada PPKD, sebagai berikut:
1) Untuk BLUD UPTD/B, pemimpin menyusun dan menanda
tangani laporan pendapatan, belanja dan pembiayaan
dengan melampirkan SPTJuntuk disampaikan kepada
Kepala SKPD. Berdasarkan laporan dan SPTJ tersebut,
kepala SKPD menerbitkan SP3BP, PPKD melakukan
pengesahan dengan menerbitkan SP2BP.
2) Untuk BLUDRSD (UPT Khusus yang diberikan otonom
keuangan), pemimpin menyusun dan menandatangani
laporan pendapatan,b elanja dan pembiayaan dengan
melampirkan SPTJ, dan menandatangani SP3BP.
Berdasarkan SP3BP, PPKD melakukan pengesahan dengan
menerbitkan SP2BP.
h. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan BLUD
berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Laporan
keuangan BLUD diaudit oleh pemeriksa eksternal pemerintah
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan(BPK) yang
berlaku efektif untuk pemeriksaan laporan keuangan Tahun
Anggaran 2020.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 68


i. Dalam hal BLUD yang telah tetapkan dengan status BLUD
bertahap dan Peraturan Kepala Daerah yang mengatur mengenai
BLUD yang telah diundangkan sebelum berlakunya Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018,wajib
menyesuaikan paling lama 2 (dua) tahun setelah Peraturan
Menteri Dalam Negeri 79 Tahun 2018 diundangkan.
j. Penilaian dan penerapan BLUD:
1) Untuk UPTD/B Daerah Provinsi sesuai dengan Surat Edaran
Menteri Dalam Negeri Nomor 981/1010/SJ tanggal 6
Pebruari 2019 tentang Modul Penilaian dan PenetapanBLUD,
dan
2) Untuk UPTD/B Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 981/1011/SJ
tanggal 6Pebruari 2019 tentang Modul Penilaian dan
Penetapan BLUD.

39. Dalam rangka implementasi kebijakan di bidang Pengelolaan Keuangan


Daerah sebagai tindak lanjut ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor
12 Tahun 2019, Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran dalam
APBD Tahun Anggaran 2021 untuk mendanai kegiatan antara lain
koordinasi, supervisi, pendidikan dan pelatihan/peningkatan kapasitas
SDM, bimbingan teknis, seminar atau sejenisnya dan penyusunan regulasi
yang diamanatkan dalam peraturan pemerintah dimaksud serta kegiatan
lain termasuk peningkatan kapasitas pengelola Dana BOS guna efektifitas
pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah tersebut.

40. Dalam rangka meningkatkan literasi dan inklusi keuangan,selain


memberdayakan lembaga keuangan BUMD (bank pembangunan daerah dan
bank perkreditan rakyat milik Pemerintah Daerah), Pemerintah Daerah
dapat melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan yang terhimpun
dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) seperti Bank Rakyat
Indonesia (BRI) melalui pemanfaatan infrastruktur perbankan dalam
Pengelolaan Keuangan Daerah.

41. Dalam rangka pelaksanaan kebijakan pemerintah untuk


menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), Pemerintah Daerah dapat
menyediakan alokasi anggaran dalam APBD, seperti:
a. sosialisasi pelaksanaan program KUR kepada PemerintahDaerah;
b. monitoring dan evaluasi KUR di daerah;
c. pembinaan pelaksanaan program KUR olehPemerintah Daerah;
d. pembinaan terkait KUR klaster yang mengimplementasikan program
One Village One Product(OVOP); sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Selanjutnya, Pemerintah Daerah juga
menyediakan alokasi anggaran untuk keperluan pengembangan dan
pendampingan usaha penerima KUR dalam APBD.

42. Dalam rangka penguatan kapasitas daerah dan mengintegrasikan teknologi


informasi guna meningkatkan efisiensi, kesejahteraan masyarakat dan
perbaikan pelayanan publik, Pemerintah Daerah dapat menyediakan alokasi
anggaran dalam APBD untuk penggunaan teknologi informasi dan
penyusunan Rencana Induk Teknologi Informasi dan Komunikasi (RITIK)

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 69


bagi daerah yang belum memiliki RITIK sesuai denganketentuan peraturan
perundang- undangan.

43. Dalam rangka percepatan dan perluasan Elektronifikasi Transaksi


Pemerintah Daerah (ETP), Pemerintah Daerah agar mengambil langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Melakukan pengumpulandata dan informasi perkembangan transaksi
pendapatan dan belanjaPemerintah Daerah, baik yang dilakukan secara
tunai maupun non tunai;
b. Melakukan analisis dan identifikasi hambatan dan permasalahan
terkait ETP;
c. Menyusun road map tahapan pelaksanaan ETP yang dituangkan dalam
Peraturan Kepala Daerah atau Keputusan Kepala Daerah;
d. Menyusun model bisnis dalam rangka percepatan dan perluasan ETP;

e. Mengupayakan akses telekomonikasi dan informasi melalui kerjasama


dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika; dan
f. Menyelenggarakan infrastruktur Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik (SPBE) Nasional sesuai:
1) tahapan dalam road map ETP;
2) business model percepatan dan perluasan ETP; dan
3) melalui kerjasama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia d
daerah, Kantor Otoritas Jasa Keuangan di daerah, Perbankan dan
Lembaga Keuangan Non Bank, untuk penyediaan produk/layanan
keuangan non tunai sekaligus memperluas akses
masyarakat terhadap instrumen dan kanal pembayaran non tunai.
g. Menyediakan layanan pengaduan konsumen untuk memberikan
keyakinan dan kepercayaan serta rasa aman bagi masayakat dalam
bertransaksi non tunai dengan Pemerintah Daerah.
h. Membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat,apparat
Pemerintah Daerah dan pihak terkait mengenai transaksi non tunai
serta peningkatan kompetensi pengelola keuangan daerah.
i. Melakukan monitoring dan evaluasi atas implementasi ETP, secara
manual maupun elektronik dilaksanakan oleh badan yang
membidangi keuangan daerah dan/atau pendapatan daerah.
j. Melakukan pengawasan pendapatan dan belanja daerah, secara manual
maupun elektronik dilaksanakan oleh Inpektorat.

44. Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran pendidikan dan pelatihan


dalam rangka pengembangan kompetensi penyelenggara Pemerintah
Daerahdalam APBD Tahun Anggaran 2021, untuk:
a. Pemenuhan kompetensi pemerintahan pegawai ASN melalui Pendidikan
dan Pelatihan Kepemimpinan Pemerintahan Dalam Negeri (Diklatpim
Pemdagri) yang menduduki jabatan kepala Perangkat Daerah, jabatan
administrator dan jabatan pengawas serta digunakan untuk pendidikan
dan pelatihan kepemimpinan (Diklatpim) tingkatII, III dan IV yang
terintegrasi dengan Diklatpim Pemdagri, sebagaimana amanat ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional substantif
pemerintahan dalam negeri sebagaimana amanat ketentuan peraturan
perundang-undangan, termasuk pendidikan dan pelatihan

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 70


pembentukan (pendidikan dasar) dan penjenjangan Pejabat Pengawas
Urusan Pemerintahan Daerah (P2UPD), diklat teknis Dukcapil, diklat
teknisPemadam Kebakaran,barang dan jasa, dan lain-lain.
c. Penyelenggaraan ujikompetensi pemerintahan dalam rangkasertifikasi
kompetensi pemerintahan sebagaimana diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Berkaitan dengan itu,Pemerintah Daerah harus mengalokasikan
anggaran untuk pendidikan dan pelatihan bagi ASN dalam rangka
pengembangan kompetensi penyelenggara Pemerintah Daerah
dimaksud, paling sedikit 0,34% (nol koma tiga puluh empat persen) dari
total belanja daerah bagi pemerintah provinsi dan paling sediki t0,16%
(nol koma enam belas persen) dari total belanja daerah bagi pemerintah
kabupaten/kota, yang dianggarkan pada SKPD yang secara fungsional
menangani pengembangan sumber daya manusia, yaitu Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) atau Badan
Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM)
Provinsi/Kabupaten/Kota atau sebutan lain. Dalam hal besaran alokasi
anggaran dalam APBD tahun sebelumnya untuk pendidikan dan
pelatihan bagi ASN yang telah melebihi 0,34% (nol koma tiga puluh
empat persen) dari total belanja daerah bagi pemerintah provinsi dan
yang telah melebihi 0,16% (nol koma enam belaspersen) dari total
belanja daerah bagi pemerintah kabupaten/kota,Pemerintah Daerah
tidak diperkenankan mengurangi besaran persentase alokasi anggaran
pendidikan dan pelatihan dimaksud. Selanjutnya, orientasi dan
pendalaman tugas anggota DPRDsesuai denganketentuan peraturan
perundang- undangan.

45. Pemerintah Daerah menyediakan anggaran pembinaan Ideologi Pancasila


dan Wawasan Kebangsaan bagi Pimpinan dan Anggota DPRD dalam APBD
yang diformulasikan ke dalam program dan kegiatan berkenaan pada
Sekretariat DPRD.

46. Dalam rangka meningkatkan pembinaan dan pengembangan olah raga


didaerah, Pemerintah Daerah dapat menyediakan anggaran dalam APBD
yang dijabarkan dalam bentuk program, kegiatan dan sub kegiatan pada
Organisasi Perangkat Daerah yang secara fungsional terkait dengan tugas
dan fungsi pembinaan olahraga dan/atau dalam bentuk hibah kepada
badan/lembaga di bidang keolahragaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan. Untuk pendanaan organisasi cabang
olah raga professional tidak dianggarkan dalam APBD karena menjadi
tanggungjawab induk organisasi cabang olahraga dan/atau organisasi
olahraga professional yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, bahwa pembinaan dan pengembangan
olahraga profesional dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga
dan/atau organisasi olahraga profesional. Selanjutnya, cabang olahraga
profesional adalah olahraga yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan
dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas kemahiran
berolahraga.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 71


47. Dalam hal Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban kepada pihak ketiga
terkait dengan:
a. pekerjaan yang telah selesai pada tahun anggaran sebelumnya;
b. akibat pemberian kesempatan kepada penyedia barang/jasa
menyelesaikan pekerjaan sehingga melampaui Tahun Anggaran 2022
sesuai dengan peraturan perundang-undangan; atau
c. akibat putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap (inkracht), harus dianggarkan kembali pada akun belanja dalam
APBD Tahun Anggaran 2022 sesuai dengan kode rekening berkenaan.
Tata cara penganggaran dimaksud dengan melakukan perubahan
Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD Tahun
Anggaran 2022 dan diberitahukan kepada Pimpinan DPRD, untuk
selanjutnya dituangkan dalam Peraturan Daerah tentang perubahan
APBD Tahun Anggaran 2022 atau ditampung dalam LRA bagi
Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2022, atau setelah perubahan APBD.

48.Pemerintah Daerah dapat menganggarkan sub kegiatan untuk:


a. 1 (satu) tahun anggaran; atau
b. lebih dari 1(satu) tahun anggaran dalam bentuk sub kegiatan Tahun
Jamak. Sub kegiatan Tahun Jamak harus memenuhi kriteria paling
sedikit:
a. pekerjaan konstruksi atas pelaksanaan sub kegiatan yang secara
teknis merupakan satu kesatuan untuk menghasilkan 1 (satu)
Keluaran yang memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 12 (dua
belas) bulan; atau
b. pekerjaan atas pelaksanaan sub kegiatan yang menurut sifatnya
harus tetap berlangsung pada pergantian tahun anggaran.
Penganggaran sub kegiatan Tahun Jamak berdasarkan atas persetujuan
Kepala Daerah bersama DPRD dan ditanda tangani bersamaan dengan
penanda tanganan KUA dan PPAS.
Persetujuan bersama paling sedikit memuat:
a. nama sub kegiatan;
b. jangka waktu pelaksanaan sub kegiatan;
c. jumlah anggaran; dan
d. alokasi anggaran per tahun.
Jangka waktu penganggaran pelaksanaan sub kegiatan Tahun Jamak tidak
melampaui akhir tahun masa jabatan Kepala Daerah berakhir, kecuali sub
kegiatan Tahun Jamak dimaksud merupakan prioritas nasional dan/atau
kepentingan strategis nasional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

49. Dalam rangka melaksanakan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan


aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi sebagai bentuk
penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan/atau
kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau masyarakat,
Pemerintah Daerah menyediakan alokasi anggaran untuk keprotokolan
dalam APBD Tahun Anggaran 2021sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 72


50. Dalam rangka mendukung tugas dan fungsi Staf Ahli Kepala Daerah,
Pemerintah Daerah menyediakan dukungan berupa anggaran, sarana dan
prasarana kerja dengan memperhatikan standarisasi yang ditetapkansesuai
dengan kemampuan keuangan daerah sebagaimana maksud dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.

51. Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan anggaran


penyelenggaraan Bantuan Hukum dalam APBD Tahun Anggaran 2022
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

52. Dalam rangka mendukung implementasi ketentuan peraturan


perundang-undangan terkait Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan
Pornografi, Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran dalam bentuk
program dan kegiatan terkaitdengan pembangunan ketahanan keluarga dan
gugus tugas pencegahan serta penanganan pornografi.

53. Dalam rangka efektifitas pengawasan dan pengendalian penyerapan


anggaran daerah, Pemerintah Daerah menganggarkan kegiatan yang
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Tim Evaluasi Pengawasan
Realisasi Anggaran (TEPRA) sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan. Selanjutnya, guna mendukung
keterbukaan informasi public sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, Pemerintah Daerah menyampaikan data penyerapan
realisasi belanja setiap bulannya melalui aplikasi Sistem Monitoring dan
Evaluasi Pengawasan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (SISMONTEPRA).

54. Dalam rangka revitalisasi dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada


masyarakat khususnya terkait dengan pelayanan Kantor Urusan Agama
(KUA) di daerah, Pemerintah Daerah dapat menghibahkan tanah milik
Pemerintah Daerah yang telah digunakan untuk meningkatkan kualitas
layanan keagamaan kepada masyarakatseperti pelayanan Kantor Urusan
Agama (KUA), Pusat Layanan Haji dan Umrah Terpadu (PLHUT), Asrama
Haji, Pusat Pengembangan Keagamaan, Pos Observasi Bulan(POB), dan
pembangunan rumah ibadah kepada Kementerian Agama dengan tetap
memedomani ketentuan peraturan perundang-undangan.

55. Pemerintah Daerah dapat menyediakan alokasi anggaran dalam APBD


Tahun Anggaran 2022, antara lain untuk:
a. Palang Merah Indonesia (PMI) dalam bentuk program, kegiatan dan
subkegiatan pada SKPD terkait tugas dan fungsi dan/atau belanj ahibah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
b. Madrasah, pendidikan diniyah, dan pondok pesantren (pendidikan islam)
dan pendidikan nonislam di bawah binaan Kementerian Agama sebagai
bagian integral pendidikan nasional dan pengembangan budaya
keagamaan dalam rangka peningkatan akses, mutu, daya
saing, dan relevansi sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan, dalam bentuk belanja hibah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Pendidikan Tinggi dalam bentuk belanja hibah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 73


d. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dalam bentuk belanja
hibahsesuai denganketentuan peraturan perundang- undangan;
e. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) provinsi dan BAZNAS
kabupaten/kota dalam bentuk belanja hibah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
f. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dalam bentuk program, kegiatan dan
sub kegiatan pada SKPDterkait tugas dan fungsi dan/atau belanja hibah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) dalam bentuk belanja hibah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dalam bentuk program,
kegiatan dan sub kegiatan pada SKPD terkait tugas dan fungsi
dan/atau belanja hibah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

56. Dalam rangka keterbukaan informasi public sebagai upaya untuk


mengembangkan masyarakat informasi serta sarana dalam mengoptimalkan
pengawasan publik, Pemerintah Daerah menyediakan alokasi anggaran
dalam APBD Tahun Anggaran 2022 untuk Komisi Informasi Provinsi
dan/atau Komisi Informasi Kabupaten/Kota sebagaimana diamanatkan
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, antara lain:
a. Layanan penyelesaian sengketa informasi;
b. Monitoring kepatuhan badan publik terhadap pelaksanaan Undang-
Undang mengenai Komisi Informasi Publik;
c. Sosialisasi Keterbukaan Informasi Publik kepada masyarakat dan Badan
Publik; dan
d. Layanan Administrasi dan Dukungan Teknis Tugas dan Fungsi Komisi
Informasi.

57. Dalam rangka penguatan pelaksanaan tugas Komisi Perlindungan Anak


lndonesia (KPAI) berdasarkan Pasal 74 Undang-Undang Nomor35 Tahun
2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, yaitu:
a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perlindungan dan
pemenuhan Hak Anak;
b. Memberikan masukan dan usulan dalam perumusan kebijakan tentang
penyelenggaraan Perlindungan Anak;
c. Mengumpulkan data dan informasi mengenai Perlindungan Anak;
d. Menerima dan melakukan penelaahan atas pengaduan
Masyarakat mengenai pelanggaran Hak Anak;
e. Melakukan mediasi atas sengketa pelanggaran Hak Anak;
f. Melakukan kerjasama dengan lembaga yang dibentuk Maslarakat di
bidana Perlindungan Anak; dan
g. Memberikan laporan kepada pihak berwaiib tentang adanya dugaan
pelanggaran Undang-Undang ini.
Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran guna mendukung
pelaksanaan tugas dimaksud di daerah dalam APBD sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

58. Dalam rangka penguatan Pembinaan dan Pengawasan Inspektorat Daerah,


sebagai pelaksanaanketentuan peraturan perundang- undangan,

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 74


Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran pengawasan sesuai
dengan kewenangannya ke dalam APBD untuk mendanai program, kegiatan
dan sub kegiatan pembinaan dan pengawasan, meliputi:
a. Kegiatan pengawasan, yaitu:
1) Kinerja rutin pengawasan, meliputi: reviu RPJMD, reviu RKPD, reviu
RKA-SKPD, reviu LKPD, reviu laporan kinerja, reviu penyerapan
anggaran, reviu penyerapan pengadaan barang dan jasa, reviu
realisasi penyerapan dana dan capaian output kegiatan DAK-Fisik,
pemeriksaan serentak kas opname, pemeriksaan pajak pusat dan
PNBP, evaluasi SPIP, evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah, monitoring dan evaluasi TLHP BPK danTLHP APIP;
2) Pengawasan prioritas nasional meliputi: monitoring dan evaluasi
Dana Desa, dan BOS, evaluasi perencanaan dan penganggaran
responsive gender, operasionalisasi sapu bersih pungutan liar,
tindak lanjut perjanjian kerjasama APIP dan APH dalam
penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi korupsi;
3) Pengawalan reformasi birokrasi, meliputi: penilaian mandiri
reformasi birokrasi, penanganan pengaduan masyarakat terhadap
perangkat daerah, penanganan pengaduan masyarakat terhadap
bupati/wali kota untuk Inspektorat Provinsi dan terhadap
pemerintahan desa untuk Inspektorat Kabupaten/Kota dan evaluasi
pelayanan publik;dan
4) Penegakan integritas, meliputi: penanganan laporan
gratifikasi,monitoring dan evaluasi aksi pencegahan korupsi,
verifikasi pelaporan rencana aksi daerah pencegahan dan
pemberantasn korupsi, verifikasi LHKPN/LHKASN, penilaian
internal zona integritas, penanganan banturan kepentingan, survey
penegakan integritas dan penanganan Whistle Blower System.
b. Kegiatan Non Pengawasan, seperti: pendidikan professional
berkelanjutan melalui pendidikan dan pelatihan serta bimbingan teknis
minimal 120 jam/tahun per APIP.
c. Sarana dan prasarana pengawasan, seperti: laptop, alat pengukur
beton dan lain-lain.
d. Kegiatan reviu DAK Fisik yang bersumber dari alokasi 5% (lima persen)
alokasi danapenunjang DAK Fisik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Selanjutnya, dalam rangka mendukung peningkatan integritas bagi


penyelenggara Pemerintah Daerah guna mewujudkan pemerintahan yang
bersih dan akuntabel, Pemerintah Daerah menganggarkan kegiatan untuk
pelaksanaan survei penilaian integritas dalam APBD sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berkaitan dengan itu, untuk mendanai program, kegiatan dan sub kegiatan
pengawasan dimaksud, Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran yang
ditetapkan berdasarkan besaran dari total belanja daerah, dengan
klasifikasi sebagai berikut:

a. Pemerintah provinsi:
1) sampai dengan Rp. 4.000.000.000.000,00 (empat triliun rupiah)
paling sedikit sebesar 0,90% (nol koma sembilan puluh persen) dari
total belanja daerah;

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 75


2) diatas Rp 4.000.000.000.000,00 (empat triliun rupiah) sampai
dengan Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah) paling
sedikit sebesar 0,60% (nol koma enam puluh persen) dari total
belanja daerah dan diatas Rp36.000.000.000,00 (tiga puluh enam
miliar rupiah); dan
3) diatas Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah) paling
sedikit sebesar 0,30% (nol koma tiga puluh persen) dari total belanja
daerah dan diatas Rp.60.000.000.000,00 (enam puluh miliar).
b. Pemerintah kabupaten/kota:
1) sampai dengan Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah) paling
sedikit sebesar 1,00% (satu persen) dari total belanja daerah;
2) diatas Rp1.000.000.000.000,00 satu triliun rupiah) sampai dengan
Rp2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah) paling sedikit sebesar
0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen) dari total belanja daerah
dan diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah); dan
3) diatas Rp 2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah) paling sedikit
sebesar 0,50% (nol koma lima puluh persen) dari total belanja
daerah dan diatas Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
Dalam hal besaran alokasi anggaran dalam APBD tahun
sebelumnya telah melebihi perhitungan tersebut diatas,
pengalokasian anggaran program dan kegiatan pembinaan dan
pengawasan Tahun Anggaran 2022 Pemerintah Daerah tidak
diperkenankan mengurangi besaran persentase alokasi anggaran
dimaksud.

59. Pemerintah kabupaten/kota menganggarkan biaya pemilihan Kepala


Desa dalam APBD Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2021 untuk
pengadaan surat suara, kotak suara, kelengkapan peralatan lainnya,
honorarium panitia, dan biaya pelantikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

60. Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang memiliki desa,


menganggarkan program dan kegiatan pembinaan dan pengawasan
pemerintahan desa dalam APBD sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam rangka memenuhi akuntabilitas dan transparansi pengelolaan
keuangan desa, pemerintah kabupaten/kota wajib melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan keuangan desa pada
pemerintah desa di wilayahnya sesuai denganketentuan peraturan
perundang-undangan. Adapun kegiatan pembinaan dan pengawasan
dimaksud, yaitu:
a. Penyusunan Regulasi, antara lain penetapan dan penegasan batas desa;
kewenangan desa; pemilihan kepala desa; perangkat desa; pengelolaan
keuangan desa; tata cara pembagian dan penetapan rincian dana desa;
alokasi dana desa; dan pengadaan barang/jasa di desa;
b. Peningkatan kapasitas aparatur pemerimtahan desa, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan lembaga kemasyarakatan desa,
seperti:

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 76


1) Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa untuk
memperkuat desa dalam mengatur dan mengurus desa serta
pengintegrasian perencanaan desa dengan kabupaten/kota;
2) Administrasi pemerintahan desa untuk mewujudkan tata kelola desa
secara tertib;
3) Pengelolaan keuangan desa untuk memastikan
terlaksananya APB Desa secara transparan, akuntabel, partisipatif,
tertib dan disiplin anggaran;
4) Pengelolaan asset desa untuk kejelasan pencatatan asset dan
pemanfaatannya;
5) Penguatan kelembagaan dan kapasitas BPD sebagai upaya untuk
meweujudkan tata kelola pemerintahan desa yang baik serta
penguatan peran pengawasan di desa; dan
6) Pelaksanaan evaluasi tingkat perkembangan pemerintahan desa
sebagai dasar dalam penataan desa dan acuan dalam melaksanakan
kebijakan penyelenggaraan pemerintahan desa.
c. Pelaksanaan SPM desa;
d. Penyediaan biaya operasional aparatur kecamatan dalam rangka
pelaksanaan tugas pembinaan dan pengawasan pemerintahan desa;
e. Pelaksanaan pengawalan dana desa;
f. Penguatan peran inspektorat daerah dalam pengawasan
penyelenggaraan tata kelola desa;
g. Fasilitasi penyelenggaraan ketenteraman, ketertiban dan
perlindungan masyarakat;
h. Fasilitasi kerja sama desa;
i. Fasilitasi pembangunan kawasan perdesaan;
j. Fasilitasi pembentukan dan pendayagunaan lembaga
kemasyarakatan dan lembaga adat desa;
k. Pembinaan dan pengawasan terhadap penetapan dan keberlanjutan
BUM Desa dan BUM Desa bersama.
Dalam kaitan itu, Pemerintah Desa harus menyusun Laporan Pertanggung
jawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun Anggaran 2020 yang
disampaikan kepadabupati/wali kotadan disusunsesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Selanjutnya,Pemerintah Daerah
menyusun Laporan dimaksud dalam bentuk ikhtisar yang dilampirkan
dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

61.Dalam rangka mewujudkan dana desa yang efektif, efisien dan akuntabel
serta terjalinnya sinergitas kerjasama di bidang pencegahan,
pengawasan, dan penanganan permasalahan dana desa guna
mendorong percepatan pembangunan di desa, Pemerintah Daerah
mengalokasikan dan/atau mensinergikan anggaran untuk pembentukan
dan operasional Sekretariat Bersama yang dibentuk di tingkat Provinsi

dan Kabupaten/Kota sesuai dengan Perjanjian Kerjasama antara


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
dengan Kementerian Dalam Negeri dan Kepolisian Negara RI sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 77


62. Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang memiliki desa,
menganggarkan kegiatan dalam APBDuntukmendukung Pembangunan
Kawasan Perdesaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, meliputi:
a. Penggunaan dan pemanfaatan wilayah Desa dalam rangka penetapan
kawasan pembangunan sesuai dengan tata ruang Kabupaten/Kota;
b. Pelayanan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat perdesaan;
c. Pembangunan infrastruktur, peningkatan ekonomi perdesaan dan
pengembangan teknologi tepat guna;
d. Pemberdayaan masyarakat desa untuk meningkatkan akses terhadap
pelayanan dan kegiatan ekonomi; dan
e. Pembangunan Kawasan Perdesaan melalui SKPD yang memiliki tugas
dan fungsi terkait dengan mengikut sertakan masyarakat Desa.
Selanjutnya, pembangunan infrastruktur kawasan perdesaan tersebut
sesuai dengan kewenangan lokal berskala desa antara lain perpustakaan
desa, tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum,
saluran irigasi,sanitasi lingkungan, pos pelayanan terpadu, sanggar seni
dan belajar, embung desa, serta jalan desa.

63. Dalam rangka melaksanakan amanat ketentuan peraturan


perundang-undangan terkait Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana
Kelurahan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan, Pemerintah Daerah
menganggarkan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kelurahan
dan pemberdayaan masyarakat dikelurahan sebagai berikut:
a. Bagi daerah kota yang tidak memiliki desa mengalokasikan paling sediki
5% (lima persen) dari APBD setelah dikurangi dana alokasi khusus.
APBD dihitung dari pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Bagi daerah kabupaten/kota yang memiliki kelurahan dan kota yang
memiliki desa mengalokasikan paling sedikit sebesar dana desa
terendah yang diterima oleh desa di kabupaten/kota.
Besaran alokasi yang tercantum pada huruf a dan huruf b ditambah dengan
alokasi DAU Tambahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dukungan alokasi anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas Camat dalam
hal pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa dan
kelurahan sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.

64. Dalam rangka optimalisasi pembinaan dan pengawasan BUMD


provinsi/kabupaten/kota dengan mengikut sertakan stakeholder
lainnya sebagai bagian dari penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,
Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan anggaran pembinaan BUMD,
seperti peningkatan kapasitas sumber daya manusia, penelaahan
rancangan rencana bisnis, monitoring dan evaluasi, seleksi calonanggota
dewan/komisaris dan calon anggota direksi BUMD.

65. Dalam rangka menyusun rencana kebutuhan barang milik daerah yang
merupakansalah satu dasar bagi satuan kerja perangkat daerah dalam
pengusulan penyediaan anggaran untuk kebutuhan baru (new initiative)
dan angka dasar(baseline)serta penyusunan RKA-SKPD sesuai dengan

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 78


ketentuan peraturan perundang- undangan, Pemerintah Daerah dapat
mengalokasikan anggaran dalam program, kegiatan dan sub kegiatan yang
terkait guna efektifitas penyusunan rencana kebutuhan barang milik
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

66. Dalam rangka penangangan dampak social kemasyarakatan terkait


penyediaan tanah untuk pembangunan nasional dilingkungan Pemerintah
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan,
Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran dalam APBD Tahun
Anggaran 2022 untuk mendanai kegiatan penyusunan dokumen rencana
penangaanan dampak sosial kemasyarakatan, pelaksanaan tugas Tim
Terpadu penanganan dampak sosial kemasyarakatan dan pembayaran
santunan bagi masyarakat.

67. Dalam rangka mendukung program pemerintah mengenai Strategi Nasional


Keuangan Inklusif (SNKI) antara lain:
a. peningkatan literasi keuangan dan perlindungan konsumen;
b. peningkatan rekening dan penggunaan produk keuangan formal;
c. optimalisasi PTSL;dan
d. optimalisasiagenbank dan titik layanan non bank, peningkatan layanan
keuangan digital dan transaksi non tunai, serta penguatan monev
inklusif.
Pemerintah Daerah dapat menyediakan alokasi anggaran untuk
pembentukan dan mendukung pelaksanaan kerja Tim Percepatan Akses
Keuangan Daerah (TPAKD) guna mencapai target indeks inklusif keuangan
menjadi 90% (sembilan puluh persen) pada akhir tahun 2024.

68. Dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian di daerah dan mengatasi


permasalahan ekonomi sektor riil serta menjaga stabilitas harga barang
dan jasa yang terjangkau oleh masyarakat, Pemerintah Daerah
menyediakan anggaran untuk:
a. mendukung tugas Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), Pemerintah
Daerah menyediakan alokasi anggaran dalamAPBD Tahun Anggaran
2022 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
b. pengendalian harga barang dan jasa yang menjadi kebutuhan
masyarakat, seperti penyediaan 9 (sembilan) bahan pokok, melalui
belanja tidak terduga yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.

69. Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk aparatur
dan masyarakat didesa, Pemerintah Daerah menyediakan alokasi anggaran
untuk pengembangan literasi, termasuk penggunaan literasi digital
guna peningkatan kualitas membaca dan menulissesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

70. Dalam rangka menjamin pemenuhan kebutuhan ASN atas tempat tinggal
yang layak dan terjangkau, Pemerintah Daerah dan ASN membayarkan
simpanan peserta Tabungan Perumahan Rakyat kepada Badan Pengelola
Tabungan Perumahan Rakyat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 79


71. Dalam rangka memajukan perpustakaan guna mencerdaskan kehidupan
bangsa, memajukan kebudayaan nasional, perpustakaan sebagai wahana
pelestarian kekayaan budaya bangsa,Pemerintah Daerah menyediakan
alokasi anggaran dalam APBD untuk:
a. Pengembangan perpustakaan sesuai dengan Standar koleksi
perpustakaan, Standar sarana dan prasarana, Standar
pelayanan perpustakaan, Standar tenaga perpustakaan,Standar
penyelenggaraan, dan Standar pengelolaan perpustakaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Pembudayaan gemar membaca pada satuan Pendidikan keluarga


dan masyarakat melalui promosi, sosialisasi, pameran, penghargaan,
kajian, koordinasi dalam pembudayaan gemar membaca sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; dan
c. Pelestarian dan pengembangan warisan dokumenter budaya bangsa
baik tercetak maupun elektronik melalui penghimpunan dan
pengelolaan karya cetak dan karyarekam, preservasi bahan
perpustakaan, penerbitan katalog induk dan biografi daerah,
pengembangan koleksi budaya etnis nusantara dan pendaftaran,
pengelolaan serta pemberian penghargaan naskah kuno sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

72. Dalam rangka penyelamatan dan pelestarian Arsip Negara, Pemerintah


Daerah menyediakan alokasi anggaran dalam APBD untuk:
a. identifikasi Arsip Negara yang tercipta, pemberkasan arsip aktif, penataan
arsip inaktif, penyusunan daftar arsip aktif dan penyusutan arsip yang
merupakan kewajiban seluruh perangkat daerah;
b. penilaian dan akuisisi arsip statis, pengolahan arsip statis,
preservasi arsip statis dana kesarsip statis yang merupakan kewajiban
perangkat daerah yang membidangi urusan kearsipan; dan
c. pemberdayaan kapasitas unit kearsipan dan lembaga kearsipan daerah
untuk penetapan kebijakan, pembinaan dan pengawasan kearsipan.

73. Dalam rangka mendanai urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan


dasar yang ditetapkan dengan SPM sebagaimana diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan terkait Standar Pelayanan Minimal,
Pemerintah Daerah dalam APBD Tahun Anggaran 2022 mempedomani
antara lain:
a. Urusan Pendidikan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 32 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan
Minimal Pendidikan;
b. Urusan Kesehatansesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4
Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar
Pada SPM Bidang Kesehatan;
c. Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sesuai dengan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor29/PRT/M/2018
tentang Standar Teknis SPM Pekerjaan Umum dan Perumahan;
d. Urusan Sosial sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun
2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Sosialdi Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; dan

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 80


e. Urusan Pemerintahan Bidang Ketenteraman dan Ketertiban Umum
Serta Perlindungan Masyarakat:

1) Bidang Urusan Bencana sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam


Negeri Nomor 101 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan
Dasar pada Standar Pelayanan Minimal bidang Urusan Bencana
Daerah Kab/Kota;
2) Bidang Urusan Kebakaran sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 114 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan
Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal bidang Urusan Kebakaran
Daerah Kabupaten/Kota; dan
3) Bidang Urusan Ketentraman dan Ketertiban Umum sesuai dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 121 Tahun 2018 tentang
Standar Teknis Mutu Pelayanan Dasar bidang Urusan Ketentraman
dan Ketertiban Umum di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

74. Dalam rangka meningkatkan kualitas dan mendorong kebijakan inovasi


daerah, Pemerintah Daerah menyediakan alokasi anggaran dalam APBD
yang dianggarkan pada perangkat daerah yang secara fungsional
menangani penelitian dan pengembangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

75. Dalam rangka mendorong percepatan pelaksanaan reformasi birokrasi di


lingkungan Pemerintah Daerah dan pelaksanaan Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025, Pemerintah Daerah menyediakan alokasi anggaran
untuk:
a. Sosialisasi dan internalisasi 8 (delapan) Area Perubahan Reformasi
Birokrasi, meliputi Manajamen Perubahan, Penataan dan Penguatan
Peraturan Perundang-Undangan, Penataan dan Penguatan Organisasi,
Penguatan Tata laksana, Penataan Sistem Manajemen SDM, Penguatan
Akuntabilitas, Penguatan Pengawasan, dan Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik, secara masif dan berkelanjutan bagi seluruh ASN
daerah;
b. Implementasi Reformasi Birokrasi Substantial, antara lain melalui:
1) Peningkatan kualitas dokumen perencanaan;
2) Peningkatankualitaspelaksanaanreformasibirokrasidan akuntablitas
kinerja;
3) Penerapan pengelolaan dan pelaporan keuangan yang baik;
4) Penerapan pengelolaan dan penatausahaan aset yang baik;
5) Pelaksanaan evaluasi dan deregulasi peraturan
perundangan-undangan;
6) Pelaksanaan evaluasi dan penataan organisasi;
7) Penerapan SPBE;
8) Penerapan sistem pelaporan kinerja elektronik;
9) Peningkatan keterbukaan informasi publik;
10) Percepatan implementasi sistem merit guna penguatan
talent pool dan talent management ASN;
11) Mendorong peningkatan pendidikan dan pelatihan ASN guna
pemenuhan hak pengembangan kapasitas ASN;
12) Peningkatan kualitas maturitas APIP atau Internal Audit Capability
Model;

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 81


13) Peningkatan dan penguatan maturitas Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah(SPIP);
14) Pembangunan zona integritas menuju wilayah bebas korupsi dan
wilayah birokrasi bersih dan melayani, sebagai sarana percontohan
bagi perangkat daerah;
15) Peningkatan kepatuhan atas pelaporan LHKPN/LHKASN;
16) Pembangunan dan penerapan pengawasan melalui Whistle Blowing
System, pengendalian gratifikasi, konflik kepentingan dan survei
integritas; dan
17) Pelaksanaan kebijakan evaluasi pelayanan publik guna peningkatan
kualitas pelayanan kepada masyarakat.
c. Monitoring, evaluasi dan pelaporan perkembangan pelaksanaan
reformasi birokrasi secara berkala.

76. Dalam rangka keselarasan, keserasian, dan keterpaduan guna mendukung


penyelenggaraan transmigrasi sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan
Presiden Nomor 50 Tahun 2018 tentang Koordinasi dan Integrasi
Penyelenggaran Transmigrasi, Pemerintah Daerah menyediakan alokasi
anggaran untuk:
a. Pembentukan Tim Koordinasi dan Integrasi Penyelenggaraan
Transmigrasi Tingkat Provinsi dan Kab/Kota;
b. P elaksanaan reforma siagraria untuk mempercepat penyelesaian
masalah transmigrasi;
c. Penyiapan data untuk penyusunan dokumen perencanaan Kawasan
Transmigrasi;
d. Penguatan kapasitas bagi calon transmigran;
e. Pembangunan kawasan transmigrasi di daerah;dan
f. Pemberian bantuan bagi warga yang berada didaerah tujuan
transmigrasi, dengan tetap mempedomani ketentuan peraturan
perundang-undangan.

77. Pemerintah Daerah mensinergikan program dan kegiatan dalam


penyusunan APBD Tahun Anggaran 2022 dengan kebijakan
pemerintah, antara lain:

a. Pencapaian SDG’s, seperti: penanggulangan stunting, kesetaraan gender,


penanggulangan HIV/AIDS, dan tuberculosis (TBC), malaria,
penanggulangan kemiskinan, dan akses penyandang masalah
kesejahteraan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, dengan uraian sebagai berikut:
1) Upaya percepatan penanggulangan stunting sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) Upaya percepatan pengarusutamaan gender melalui
perencanaan dan penganggaran responsif gender sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3) Pengendalian dan pemberantasan malaria sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
4) Peningkatan pelaksanaan program penanggulangan AIDS dan
tuberculosis (TBC) yang lebih intensif, menyeluruh, terpadu dan
terkoordinasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 82


b. Dalam rangka peningkatan kualitas layanan dan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial, Pemerintah Daerah wajib
menganggarkan pendanaan untuk pendataan dan pemutakhiran data
fakirmiskin dan orang tidak mampu dalam APBD dan mengirimkan
hasil pendataan dan pemutakhiran data tersebut kementeri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial melalui
aplikasi Sistem Informasi Kesejahteraan Social Next Generation (SIKS-
NG) dengan mempedomani ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pengintegrasian penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan
Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu
Indonesia Sehat (KIS) dalam rangka mencapai UHC sesuai dengan
target nasional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
d. Peningkatan kualitas hidup keluarga miskin dan rentan melalui
peningkatan aksesbilitas terhadap layanan kesehatan, pendidikan dan
kesejahteraan social sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
e. Penurunan Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate) guna
mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas
dalam rangka meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui
peningkatan akses dan kualitas pelayanan keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi, peningkatan ketahanan keluarga termasuk
ketahanan remaja serta pengendalian penduduk, dalam
pembentukan dan pengembangan Kampung Keluarga Berencana (KB)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. Pelaksanaan Program Kartu Prakerja dalam bentuk:
1) sosialisasi pelaksanaan Program Kartu Prakerja;
2) penyediaan data lembaga Pelatihan yang berkualitas di masing-
masing daerah;
3) penyediaan data kebutuhan tenaga kerja oleh industry didaerah;
dan
4) fasilitasi pendaftaran peserta dan pemilihan jenis pelatihan pada
Program Kartu Prakerja.
Selain bentuk dukungan dimaksud, Pemerintah Daerah dapat
memberikan dukungan:
1) sistem berbagi biaya pendanaan Program Kartu Prakerja;dan/atau
2) pendampingan kepada penerima manfaat Program Kartu Prakerja
dan usaha kecil menengah, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
g. Penyelenggaraan program penanggulangan Tuberkulosis(TBC) secara
berkesinambungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
h. Rehabilitasi dan perlindungan social bagi para lanjut usia
sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan;
i. Pencegahan dan pemberantasan pungutan liar di sektor pelayanan
publik dan mendukung terwujudnya “Clean Government”,untuk
menunjang kinerja UPP Provinsi dan UPP Kabupaten/Kota;
j. Penyelenggaraan program Tentara Manunggal Membangun
Desa(TMMD) pada SKPDterkait;

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 83


k. Pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Penggerak Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) provinsi/kabupaten/kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
l. Penerbitan Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Dana Investasi Real Estate
Indonesia (DIRE) dan pembangunan perumahan untuk Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR),Pemerintah Daerah memberikan
percepatan pelayanan perizinan dan insentiffiskal berupa
pengurangan, keringanan dan/atau pembebasan pajak BPHTBsesuai
dengan kemampuan keuangan daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
m. Pelaksanaan bidang hubungan masyarakat, memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Pengelolaan kerjasama dengan media cetak, media online, televisi
dan radio;
2) Pengembangan teknologi dalam pengelolaan media sosial;
3) Peningkatan kompetensi sumber daya aparatur bidang
hubungan masyarakat dan pengelolamedia sosial melalui
pelatihan, bimbingan teknis maupun workshop;
4) Penyediaan sarana dan prasarana bidang hubungan
masyarakat dan media sosial; dan
5) Pembinaan, koordinasidan konsolidasi bidang hubungan
masyarakat termasuk pengembangan forum-forum
kehumasan Pemerintah Daerah; sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
n. Pelaksanaan urusan kesatuan bangsa dan politik oleh Pemerintah
Daerah dianggarkan pada SKPD yang melaksanakan urusan kesatuan
bangsa dan politik,meliputi bidang-bidang sebagai berikut:
1) Bidang Pembinaan dan Pemberdayaan Organisasi
Kemasyarakatan.
Berkenaan dengan penataan dan pemberdayaan organisasi
kemasyarakatandi Indonesia, Pemerintah Daerah menyediakan
dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan urusan Kesbangpol
bidang Organisasi Kemasyarakatan antara lain penyiapan
fasilitas pelayanan pendaftaran organisasi kemasyarakatan dan
pengelolaan Sistem Informasi Organisasi Kemasyarakatan
(SIORMAS), Pembentukan Tim Terpadu Pengawasan Organisasi
Kemasyarakatan, kerja sama Pemerintah Daerah dengan
Organisasi Kemasyarakatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Bidang Fasilitasi Politik Dalam Negeri.
a) Pelaksanaan Penyelenggaraan pemantauan, pelaporan dan
evaluasi perkembanganpolitik di daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b) Peningkatan Kapasitas dan kelembagaan Partai Politik dalam
rangka mewujudkan tata kelola bantuan keuangan partai
politik yang transparan dan akuntabel bagi partai politik
penerima bantuan keuangan di tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kotasesuai denganketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
c) Pencapaian target Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) melalui
optimalisasi peran dan fungsi pokja pengembangan

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 84


demokrasi provinsi dalam meningkatkan capaian IDI di
tingkat Provinsi dengan prioritas meningkatkan kegiatan-
kegiatan yang mendukung capaian IDI di tingkat nasional,
antara lain operasional untuk pokja IDIpemerintahprovinsi dan
peningkatan pelayanan publik melalui keterbukaan
informasi/transparansi pengelolaan APBD.
3) Bidang Fasilitasi Ketahanan Ekonomi, Sosial dan Budaya.
a) Penanganan gangguan penyakit masyarakat khususnya
pemberantasan dan pencegahan penyalahgunaan
narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b) PelaksanaankegiatanRevitalisasiFungsidanPeran Anjungan
Daerah di TMII melalui: (1) Promosi budaya; (2)
Pagelaransenidanbudaya; (3)Pameranproduk unggulan ekonomi
daerah; (4) Seminar dan lokakarya, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
c) Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) pada
perangkat daerah terkait sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4) Bidang Fasilitasi Kewaspadaan Nasional
a) Penanganan konflik sosial sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b) Penanganan potensi ancaman, hambatan dan gangguan di
daerah melalui deteksi dini dan cegah dini melalui
pembentukan TimKewas padaan Dini dan Pemberdayaan
Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) dengan temu
cepat dan lapor cepat permasalahan/gangguan melalui pusat
komunikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
c) Peningkatan kemampuan kelembagaan dalam rangka
penyelenggaraan Forum Persaudaraan Masyarakat Melanesia
Indonesia (FPMMI)sesuai denganketentuan peraturan
perundang-undangan;
d) Penguatan pengawasan orang asing, organisasi
masyarakat asing, lembaga asing dan tenaga kerja asing sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
e) Penanganan Pengungsi Luar Negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
f) Peningkatan efektifitas FORKOPIMDA Kabupaten,
FORKOPIMDAKota, dan Forum Koordinasi Pimpinan di
Kecamatan sebagai pelaksanaan urusan pemerintahan umum
yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala
pemerintahan dan dilaksanakan oleh gubernur,
bupati/wali kota, dan camat di wilayah kerja masing- masing.
5) Bidang Bina Ideologi, Karakter dan Wawasan Kebangsaan
a) Revitalisasi danaktualisasi nilai-nilai Pancasila dan pendidikan
wawasan kebangsaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b) Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 85


c) Penyelenggaraan peningkatanKesadaran Bela Negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
d) Melaksanakan 5 (lima) program yang meliputi Gerakan Indonesia
Melayani, Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan Indonesia Tertib,
Gerakan Indonesia Mandiri, dan Gerakan Indonesia
Bersatu melalui kegiatan Penyelenggaraan Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM) dan Pembentukan Gugus
Tugas Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) di Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
e) Melaksanakan Penguatan Pendidikan Karakter didaerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
o. Dalam pelaksanaan Otonomi Daerah, Pemerintah Daerah
mendukung hal-hal sebagai berikut:
1) Dalam rangka pengendalian dan penataan perangkat daerah serta
pengendalian mutasi ASN daerah guna menjamin efisiensi,
efektifitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam manajemen
PNS pada perangkatdaerah memerlukan pemutakhiran datadan
informasisecara kontinyu, bersifat real time, terkoneksi dan
terintegrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, Pemerintah Daerahperlu mengalokasikan anggaran
antara lain untuk:
a) Pembinaan penataan perangkat daerah meliputi struktur
organisasi, budaya organisasi, dan inovasiorganisasi;
b) Pengendalian penataan perangkat daerah dalambentuk
pemantauan, pendampingan, dan evaluasi; dan
c) Pengembangan sistem informasi pembinaan dan
pengendalian penataan perangkat daerah didayagunakan
sebagai sarana komunikasi data dan informasi
komprehensif konektivitas.
2) Dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses
penyusunan Peraturan Daerah, Pemerintah Daerah
mengalokasikan anggaran untuk penyediaan portal e-legislasi
sehingga dapat diakses oleh masyarakat;dan
3) Dalam rangka penyusunan Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (LPPD), Pemerintah Daerah memberikan
dukungan anggaran dalam APBD sebagaimana diamanatkan dalam
ketentuan peraturan perundang- undangan;
p. Dukungan pembangunan kemampuan pertahanan negara di daerah
guna meningkatkan kualitas kebijakan dan program penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah guna, antara lain:
1) Sinkronisasi kebijakan pembangunan pengamanan wilayah
perbatasan dan Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) dengan kebijakan
pembangunan di daerah;
2) Kebijakan pertahanan Negara dalam hal penataan wilayah
pertahanan negara, melalui dukungan penyediaan lahan untuk
pembangunan dan pengembangan wilayah pertahanan;
3) Kebijakan pembangunan kelembagaan (restrukturisasi), melalui
dukungan Pemerintah Daerah terhadap urgensi pembentukan
instansi vertical Kementerian Pertahanan di daerah; dan

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 86


4) Kebijakan Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN), melalui
optimalisasi peran Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan
PKBN di daerah dalamrangka mewujudkan pertahanan rakyat
semesta.
q. Peningkatan akselerasi penguasaan, pemanfaatan, dan kemajuan
Ilmu Pengetahuandan Teknologi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
r. Pemberian tunjangan PNSD yang bertugas pada unit kerja yang
mempunyai tugas dan fungsi terkait sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
s. Penerapan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-KTP) berbasis NIK
secara Nasional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
t. Dukungan peningkatan kualitas pelayanan dokumen
kependudukan, meliputi KK, KTP-el, Akta Kelahiran, Akta
Perkawinan, Akta Kematian, dan Surat Keterangan Pindah,yang
diselesaikan paling sedikit dalam waktu 1 (satu) jam dan paling lama 24
(dua puluh empat) jam sejak persyaratan dinyatakan lengkap oleh
petugas pelayanan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan;
u. Peningkatan fasilitasi pengaduan masyarakat dan
pengembangan akses informasi secara transparan, cepat, tepat dan
sederhana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
v. Peningkatan daya saing nasional dalam pelaksanaan Masyarakat
Ekonomi ASEAN dalam rangka menghadapi masyarakat ekonomi
ASEAN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
w. Penyelarasan dan penguatan kebijakan pelaksanaan program padat
karya tunai di desa untuk pembangunan, sebagai pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
x. Peningkatan nilai tukar petani, pemberdayaan UKM maupun
pengendalian inflasi daerah, guna melaksanakan urusan Pemerintah
Daerah di bidang sistemresi gudang sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan;
y. Memberikan kesempatan bagi Usaha Mikro,Kecil dan Menengah untuk
ikut serta dalam proses pengadaan barang dan jasa Pemerintah Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
z. Pemulangan dan pemberdayaan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah
(TKIB) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

aa. Peningkatan pencegahan dan penanganan tindak kekerasan terhadap


perempuan, termasuk tindak pidana perdagangan orang, melalui gugus
tugas Pencegahandan PenangananTindak Pidana perdagangan
Orang(PPTPPO)ProvinsiKabupaten/Kota sebagaimana diamanatkan
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan;
ab. Penciptaan calon TKI yang kompeten sesuai dengan job order yang
akan dijalankan, serta sebagai upaya pencegahan terjadinya
praktek-praktek perdagangan manusia, Pemerintah Daerah agar
melakukan sosialisasi dan advokasi kepada masyarakat luas sampai
ditingkat desa secara terpadu dan berkelanjutan,menciptakan
pemahaman masyarakat untuk memahami cara dan mekanisme

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 87


menjadi tenaga kerja diluar negeri secara legal dan aman, membentuk
layanan tata kelola bagi calon TKI secara terpadu dan transparan,
mengintensifkan sidak dan operasi secara berkala di wilayah perbatasan
terutama dijalur tidak resmi terhadap orang yang akan pergi keluar
negeri yang diindikasikan secara non procedural(ilegal);
ac. Pelaksanaan eventnasional yang diselenggarakan setiap tahun, seperti
kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur’an
(STQ) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
ad. Tugas pembakuan nama unsur rupabumi (toponimi) danpenegasan
batas daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
ae. Percepatan pelaksanaan kebijakan Satu Peta melalui Penetapan dan
Penegasan Batas Desa, Pemerintah Daerah memprioritaskan
kebijakan Satu Peta dimaksud sebagaimana diamanatkan dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan;
af. Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan evaluasi
perkembangan desa dan kelurahan serta pelaksanaan
pengumpulan, pengolahan, analisis,interpretasidan publikasi serta
pendayagunaan data profil desa dan kelurahan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
ag. Pengelolaan batas wilayah Negara danp embangunan kawasan
perbatasan bagi provinsidan kabupaten yang berbatasan dengan
negara tetangga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
ah. Pengembangan pulau-pulau terkecil dan terluar dengan program
prioritas: (1) Pengembangan sarana dan prasarana di pulau kecil dan
terluar;(2) Peningkatan konektivitas dan akses dipulau terkecil dan
terluar;(3) Budi daya dan peningkatan nilai tambah hasil laut,ikan dan
lainnya;(4)Pengembangan produk unggulan dipulau keci ldan
terluar;(5)Peningkatan pemasaran hasil pengolahan dan budi daya
produk unggulan;
ai. Percepatan pembangunan infrastruktur pada daerah perbatasan dengan
memprioritaskan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur
berdasarkan kewenangan masing-masing tingkatan Pemerintahan
Daerahsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
aj. Pendanaan Program Pembangunan Kawasan Perbatasan Negara dalam
rangka Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat dan memperkuat
Ketahanan Pangan, serta Program Peningkatan Konektifitas melalui
Pembangunan Infrastruktur Kewenangan Provinsimaupun
Kabupaten/Kota untuk mewujudkan pusat- pusat pertumbuhan
di kawasan perbatasan negara yang berkoordinasi dengan BPPD
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
ak. Pembangunan kawasan perbatasan yang holistik,terintegrasi, dengan
fokus potensi unggulan dalam konsep pengembangan wilayah yang
terintegrasi,Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang berada
dikawasan perbatasan negara harus memperhatikan/menjadikan dasar
atau acuan pada rencana induk Pengelolaan Perbatasan Negara Tahun
2020-2024.
al. Percepatan pembangunan daerah tertinggal, Pemerintah Daerah yang
termasuk kategori daerah tertinggal untuk memfokuskan penanganan
program dan kegiatan berdasarkan kriteria perekonomian
masyarakat, sumber daya manusia, saranadan prasarana, kemampuan

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 88


keuangan daerah, aksesibilitas, dan karakteristik daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
am. Percepatan pembangunan daerah tertinggal dan mengurangi
kesenjangan antar daerah pada kabupaten daerah tertinggal, meliputi:
penyusunan Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal, penyusunan dokumen Rencana Aksi Daerah (RAD)
pemerintah kabupaten dalam percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal, pelaksanaan reviu dokumen RAD pemerintah kabupaten
dalam percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, penyusunan
Laporan Monitoring dan Evaluasi Program RAD pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten dalam rangka percepatan pembangunan daerah
tertinggal,sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
an. Pelaksanaan urusan transmigrasi, Pemerintah Daerah perlu
mendukung hal-hal sebagai berikut:

1) Perencanaan dan Penyiapan Kawasan Transmigrasi, antara lain:


a) Sinkronisasi rencana kawasan transmigrasi;
b) Pencadangan tanah di kawasan transmigrasi;
c) Pengerahan dan fasilitasi perpindahan serta penempatan
transmigrasi untuk memenuhi kebutuhan SDM;
d) Penyediaan Prasarana, sarana dan Utilitas Satuan
Permukiman di kawasan transmigrasi;dan
e) Koordinasi antar provinsi dan koordinasi antar
kabupaten/kota.
2) Pengembangan Kawasan Transmigrasi,antara lain:
a) Peningkatan kerjasama antar wilayah, antar pelaku dan antar
sektor dalam rangka pengembangan kawasan transmigrasi skala
provinsi dan kabupaten/kota;
b) Pengembangan social budaya transmigrasi di astuan
permukiman pada tahap pemantapan;
c) Pengembangan prasarana dan sarana sosial,budaya dan
ekonomi di satuan permukiman pada tahap pemantapan; dan
d) Evaluasi perkembangan satuan permukiman pada tahap
pemantapan dan kawasan transmigrasi;

ao. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia, kelembagaan, sarana dan


prasarana dalam rangka pembinaan teknis operasional ketenteraman,
ketertiban umum, penegakan Peraturan Daerah serta perlindungan
masyarakat termasuk mitigasi bencana,pencegahan kebakaran
berdasarkan kewenangan masing-masing tingkatan Pemerintahan
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
ap.Peningkatan kinerja daerah dalam pencegahan dan
penanggulangan kebakaran, yang diprioritaskan untuk:

1) Pengadaan Sarana Prasarana Pemadam Kebakaran


danPenyelamatan;
2) Pengadaan alat pelindung diri Petugas Pemadam
Penyelamatan;
3) Pelatihan Petugas Kebakaran dan Penyelamatan;
4) sosialisasi Kebijakan, pemetaan, dan pemutakhiran daerah rawan
kebakaran;

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 89


5) Pengelolaan Data dan Informasi kebakaran; dan
6) Implementasi jabatan fungsional pemadam kebakaran tingkat
ketrampilan dan keahlian di kabupaten/Kota; sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
aq. Pemerintah Daerah harus mengalokasikan anggaran dalam APBDTahun
Anggaran 2022 secara memadai untuk pelaksanaan urusan
Ketentraman, Ketertiban Umumdan Perlindungan Masyarakat
(trantibumlinmas) sebagai urusan wajibpelayanan dasar, Pemerintah
Daerah perlu mendukung antara lain hal-hal sebagai berikut:

1) pengadaan sarana prasarana dan kelengkapan serta peralatan


operasional Satpol PP,
2) deteksi dini dan penanganan gangguan trantibum,
3) sosialisasi kebijakan dan pemetaan daerah rawan trantibum,
pengelolaan data dan informasi Satpol PP,
4) tim penilai angka kredit tingkat provinsi dan
kabupaten/kota,
5) sekretariat jabatan fungsional Polisi Pamong Praja,
6) pendidikan dan pelatihan dasar Satpol PP;sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, diklat teknis dan diklat fungsional
Pol PP dan PPNS, uji kompetensi bagi aparat Satuan Polisi
Pamong Praja dalam rangka percepatan proses inpasing
jabatanfungsional, pemetaan kebutuhan PPNS, peningkatan jumlah
PPNS, pembentukan sekretariat PPNS, pelaksanaan
penegakanPeraturan Daerah secara pro yustisia, dan/atau
pemberkasan sampai dengan P.21. Untuk itu, Pemerintah Daerah
harus menjamin tercapainya output dan outcome dari program dan
kegiatan dalam pelaksanaan urusan trantibum linmas sebagai
urusan wajib pelayanan dasar.
Selanjutnya,Pemerintah Daerah juga perlu mendukung antara lain
hal-hal sebagai berikut: pengadaan sarana prasaranadan
kelengkapan serta peralatan operasional Satpol PP, deteksi dini dan
penanganan gangguan trantibum, sosialisasi kebijakan dan
pemetaan daerah rawan trantibum, pengelolaan data dan informasi
Satpol PP, tim penilai angka kredit tingkat provinsi, kabupaten/kota,
sekretariat jabatan fungsional Polisi Pamong Praja, Diklat Dasar
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,diklat
teknis dan diklat fungsional Pol PP dan PPNS, uji kompetensi bagi
aparat Satuan Polisi Pamong Praja dalam rangka percepatan proses
inpasing jabatan fungsional, pemetaan kebutuhan PPNS,
peningkatan jumlah PPNS,pembentukan secretariat ,
pelaksanaanpenegakan Peraturan Daerah secara pro yustisia,
dan/atau pemberkasan sampai dengan P.21;
ar. Pengawasan terhadap produksi/pengadaan, peredaran/ distribusi
dan penggunaan pupuk dan pestisida secara terpadu atau terkoordinasi
antar instansi terkait di bidang pupuk dan pestisida baik ditingkat
pusat, provinsi maupun kabupaten/kota yang dilakukan oleh
Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KPPP), antara lain:
1) Koordinasi dan evaluasi tingkat provinsi/kabupaten/kota;
2) Pemantauan dan evaluasi KPPP;
3) Pengambilan/pembelian sampel pupuk dan pestisida; dan

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 90


4) Pengujian/analisa sampel pupuk dan pestisida.

as. Penyusunan rencana aksi kelapa sawit berkelanjutan sebagai upaya


pencapaian target pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan sesuai
amanat Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi
Nasional 2019-2024.
at. Penyediaan cadangan pangan Pemerintah Daerah dalam rangka
pencapaian target ketahanan pangan nasional dan daerah sesuai
amanat Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang
Ketahanan Pangandan Gizi, dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
11/PERMENTAN/KN.130/4/2018 tentang Penetapan Jumlah
Cadangan Beras Pemerintah Daerah.
au. Pencapaian prioritas pembangunan nasional bidang ketahanan energi
sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan, antara lain untuk:
1) penyusunan Rencana Umum Energi Daerah Provinsi (RUED- P);
2) penyusunan Rencana Umum Ketenaga listrikan Daerah Provinsi
(RUKD-P);
3) Percepatan peningkatan rasio elektrifikasi dan layanan BBM satu
harga, melalui:
a) pemanfaatan potensi energi setempat, pembangunan
infrastruktur ketenaga listrikan, percepatan peningkatan rasio
elektrifikasi serta penguatan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan;
b) pengawasan pelaksanaan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik (RUPTL) oleh pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik (IUPTL) dan pengawasan penerapan tarif tenaga listrik
oleh pemegang IUPTL;
c) pengawasan pelaksanaan kebijakan subsidi listrik, penyediaan
Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) bagi masyarakat
yang belum mendapatkan akses listrik dan BBM satu harga bagi
masyarakat terpencil;
4) penyediaan data base perijinan dan asset dibidang ESDM;dan
5) pemeliharaan dan operasional aset-aset di bidang ESDM.

av. Memajukan kebudayaan Indonesia di tengah-tengah peradaban dunia


dan menjadikan kebudayaan sebagai investasi untuk membangun masa
depan dan peradaban bangsa demi terwujudnya tujuan nasional,
yaitu:
1) upaya pemajuan objek kebudayaan Indonesia melalui
perlindungan,pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan
sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan;
2) upaya pelestarian cagar budaya melalui perlindungan,
pengembangan danpemanfaatan sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3) upaya pengelolaan museum melalui perlindungan,
pengembangan dan pemanfaatan koleksi melalui kebijakan
pengaturan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
untuk kesejahteraan masyarakat sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 91


aw. Peningkatan level maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
dan level kapabilitas APIP sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
ax. Peningkatan kualitas rumah/rehabilitasi rumah tidak layak huni untuk
masyarakat miskin berpenghasilan rendah.

D. Lain Lain

1. Pelaksanaan asistensi RKA – SKPD dilakukan secara terpadu oleh TAPD sesuai
dengan jadwal yang ditentukan oleh TAPD, dengan Tim Asistensi terdiri dari :

a. Unsur Baplitbang dengan Tugas :


- Menyesuaikan Nama Program/ Kegiatan / Sub Kegiatan / Lokasi Sub
Kegiatan dan Pagu Sub Kegiatan dengan Renstra dan PPAS;
- Mengoreksi dan mengarahkan kesesuaian Indikator dan Tolok Ukur
Kinerja terhadap Program / Kegiatan / Sub Kegiatan berdasarkan
Renstra Peranglat Daerah;
- Mengoreksi dan mengarahkan kesesuaian uraian/ volume/ satuan
terhadap output sub kegiatan;
b. Unsur BPKAD dengan Tugas :
- Mengoreksi dan mengarahkan Kode Rekening Program/ Kegiatan/Sub
Kegiatan dan Kode Rekening Belanja;
- Mengoreksi dan mengarahkan pos belanja (Belanja Pegawai, Belanja
Barang dan Jasa dan Belanja Modal;
- Mengoreksi kesesuaian rencana kebutuhan dan rencana anggaran
dengan standar satuan harga yang berlaku;
- Mengarahkan rencana penarikan dana per Triwulan pada setiap
kegiatan.
c. Unsur Bagian Pembangunan dengan Tugas :
- Mengarahkan SKPD terhadap kebijakan Kepala Daerah dikaitkan
dengan hasil evaluasi tahun sebelumnya
d. Unsur Bagian Unit Layanan Pengadaan dengan Tugas :
- Mengarahkan SKPD terhadap proses pengadaan.

2. Dalam merencanakan alokasi belanja untuk setiap kegiatan berpedoman


kepada standarisasi pengadaan barang dan jasa Tahun Anggaran 2022 yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah, dan standarisasi lainnya yang dapat
dipertanggung jawabkan.z
3. Pengeluaran untuk pengadaan barang yang akan/diserahkan kepada pihak
ketiga/masyarakat/pemerintah kota/pemerintah kabupaten/pemerintah pusat
pada tahun anggaran berkenaan dimasukkan pada Belanja Barang dan Jasa
dengan mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Bupati
Berau Nomor 55 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pemberian Hibah dan Bantuan
Sosial Pemerintah Kabupaten Berau.
4. Pengeluaran untuk pengadaan barang berupa peralatan dan mesin, serta
peralatan olah raga, yang harga satuannya (per unit) kurang dari Rp. 500.000,-
(lima ratus ribu rupiah) dimasukkan pada Belanja Barang dan Jasa sesuai
dengan kebijakan akuntansi Pemerintah Kabupaten Berau.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 92


5. Pengeluaran untuk pengadaan barang berupa peralatan dan mesin, serta
peralatan olah raga, yang harga satuannya (per unit) sama dengan/diatas Rp.
500.000,- (lima ratus ribu rupiah) dimasukkan pada Belanja Modal sesuai
dengan kebijakan akuntansi Pemerintah Kabupaten Berau.
6. Pada saat asistensi harus membawa data pendukung sebagai berikut:
a. Daftar jumlah pegawai sesuai Golongan/Eselon;
b. Daftar jumlah pegawai non PNS beserta absensinya ;
c. Data inventaris barang pada SKPD tahun ternis Pengelolaan Keuangan
Daerahakhir;
d. Data hasil penelaahan Rencana Kebutuhan Barang milik Daerah
(RKBMD) pengadaan dan pemeliharaan.
e. Data pendukung teknis lainnya.
7. Penganggaran belanja modal tidak hanya sebesar harga beli/bangun asset
tetap, tetapi harus ditambah seluruh belanja yang terkait dengan
pengadaan/pembangunan asset tetap tersebut sampai siap digunakan.
Contoh :
Belanja Modal Jalan
Belanja Modal Jalan Kabupaten
- Perencanaan
- Konstruksi
- Pengawasan
8. Khusus untuk kegiatan perencanaan/study yang outputnya adalah hasil
penelitian/pekerjaan berupa buku laporan atau desain (masterplan) maka dana
dialokasikan pada belanja modal.
9. Belanja modal dengan kriteria : masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas)
10. bulan, merupakan obyek pemeliharaan dan jumlah nilai rupiahnya sesuai
dengan kebijakan akuntansi.
11. Pengadaan software dan hardware dalam rangka pengembangan system
informasi manajemen dianggarkan pada belanja modal.
12. Honorarium Penanggungjawab Pengelola Keuangan maksimal 12 OB,
pengalokasian Honorarium pengelola tersebut tidak harus 12 bulan namun
disesuaikan dengan volume/beban sub kegiatan.
13. Dalam hal PA melimpahkan sebagian kewenangannya kepada KPA, kepala
daerah menetapkan bendahara penerimaan pembantu dan bendahara
pengeluaran pembantu pada unit kerja terkait. Dapat diartikan jika pada setiap
Bidang/Bagian terdapat KPA maka dapat ditunjuk 1 orang Bendahara
Pengeluaran Pembantu.
14. Untuk penanggung jawab pengelola sub kegiatan dengan ketentuan sebagai
berikut :
- Bila dalam 1 KPA hanya terdapat 1 (satu) sub kegiatan maka dapat ditunjuk
1 (satu) orang staf pengelola untuk mengelola sub kegiatan tersebut.
- Bila dalam 1 KPA terdapat 2 (dua) sub kegiatan, dapat ditunjuk 1
(satu) atau 2 (dua) orang staf pengelola sub kegiatan tersebut.
- Bila dalam 1 KPA terdapat 3 (tiga) sub kegiatan, dapat ditunjuk 2 (dua)
orang staf pengelola, dimana 1 (satu) orang staf pengelola mengelola
sub kegiatan dengan nilai terbesar dalam KPA dan 1 (satu) orang staf
pengelola lagi mengelola 2 (dua) sub kegiatan lainya
- Demikian seterusnya dengan tetap memperhatikan kemampuan
keuangan daerah serta azas kepatutan dan kewajaran.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 93


- Bila dalam 1 (satu) sub kegiatan terdapat beberapa paket pekerjaan
konstruksi, maka dapat menunjuk 1 (satu) orang atau lebih PPTK dan
staf pengelola sesuai dengan beban pekerjaan dan resiko pekerjaann.

15. Honor Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerima, Pejabat Penatausahaan


Keuangan (PPK) SKPD, Staf PPK SKPD, Bendahara Pengeluaran Pembantu dan
Bendahara Penerima Pembantu berdasarkan nilai pagu Murni.
Kecuali untuk paket pekerjaan yang bersumber dana dari DAK Fisik dan
Bantuan Keuangan Propinsi bila diadministrasikan pada Pergeseran Perkada
maka besaran honor mengikuti pagu paket berkenaan dengan memperhatikan
azas kepatutan dan kewajaran serta kemampuan keuangan daerah.
16. Honor Bendahara Penerima, Bendahara Penerima Pembantu berdasarkan target
penerimaan SKPD.
17. Honor Penanggung Jawab Pengelola Keuangan lainnya seperti KPA/PPK dan
lain-lain, tetap berada pada masing - masing program/kegiatan/sub kegiatan
urusan wajib/ pilihan dengan perhitungan berdasarkan pagu anggaran
kegiatan/sub kegiatan yang dikelola pada anggaran murni tahun 2022.
a. Untuk kegiatan dana DBH DR Honor Penanggung Jawab Pengelola Keuangan
lainnya seperti KPA/PPK dan lain-lain, tetap berada pada masing masing
program/kegiatan/sub kegiatan urusan wajib/ pilihan dengan perhitungan
berdasarkan pagu anggaran kegiat an/sub kegiatan yang rencana akan di
realisasikan pada tahun berkenaan.
b. Bila terjadi refocusing anggaran Honor Penanggung Jawab Pengelola
Keuangan lainnya seperti KPA/PPK dan lain-lain, tetap berada pada masing -
masing program/kegiatan/sub kegiatan urusan wajib/ pilihan dengan
perhitungan berdasarkan pagu anggaran kegiatan/sub kegiatan yang
dikelola
18. Penanggung Jawab pengelola (KPA/PPK, PPTK, staf pengelola) kegiatan/sub
kegiatan, apabila mengelola 2 kegiatan/sub kegiatan atau lebih maka hanya
dapat menerima honor maksimal dari 5 (lima) kegiatan/sub kegiatan yang
dikelola dengan tetap memperhatikan kemampuan keuangan daerah serta azas
kepatutan dan kewajaran.
a. PPTK adalah pejabat yang bertanggung jawab dalam lingkup 1 (satu) sub
kegiatan atau beberapa paket pekerjaan konstruksi dalam 1 (satu) sub
kegiatan.
b. PPTK lebih dari 1 (satu) orang dalam sub kegiatan maka honorarium
dibayarkan berdasarkan paket pekerjaan konstruksi yang dikelola (khusus
untuk paket pekerjaan konstruksi di SKPD PUPR dan Perkim)
c. Bila dalam 1 sub kegiatan terdapat beberapa paket pekerjaan fisik, maka
dapat diangkat PPK/PPTK pengelola kegiatan lebih dari satu orang sesuai
dengan beban kerja berdasarkan kebutuhan dan kewajaran diberikan honor
maksimal 5.
19. Honor Staf Pengelola Teknis pengawas lapangan, dibayarkan berdasarkan paket
pekerjaan yang diawasi.
20. Pejabat Pengguna Anggaran dalam melaksanakan tugas-tugas sebagaimana di
maksud dalam Pasal 11 ayat 1 (PP Nomor 12 Tahun 2019) dapat melimpahkan
sebagian kewenangan kepada kepala unit kerja SKPD selaku kuasa Pengguna
Anggaran.
21. Pemerintah Daerah dapat menganggarkan sub kegiatan untuk:
a. 1 (satu) tahun anggaran; atau
b. lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dalam bentuk sub kegiatan Tahun
Jamak.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 94


Sub kegiatan Tahun Jamak harus memenuhi kriteria paling sedikit:
a. pekerjaan konstruksi atas pelaksanaan sub kegiatan yang secara
teknis merupakan satu kesatuan untuk menghasilkan 1 (satu) Keluaran
yang memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 12 (dua belas) bulan; atau
b. pekerjaan atas pelaksanaan sub kegiatan yang menurut sifatnya harus
tetap berlangsung pada pergantian tahun anggaran. Penganggaran sub
kegiatan Tahun Jamak berdasarkan atas persetujuan Kepala Daerah
bersama DPRD dan ditandatangani bersamaan dengan penandatanganan
KUA dan PPAS.
Persetujuan bersama paling sedikit memuat:
a. nama sub kegiatan;
b. jangka waktu pelaksanaan sub kegiatan;
c. jumlah anggaran; dan
d. alokasi anggaran per tahun.
Jangka waktu penganggaran pelaksanaan sub kegiatan Tahun Jamak
tidak melampaui akhir tahun masa jabatan Kepala Daerah berakhir,
kecuali sub kegiatan Tahun Jamak dimaksud merupakan prioritas
nasional dan/atau kepentingan strategis nasional sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
22. Kegiatan yang melibatkan masyarakat (seperti siswa, kelompok tani, kader
posyandu dll) yang kegiatannya akan melaksanakan perjalanan (baik dalam
Kabupaten maupun luar Kabupaten), maka biaya dialokasikan pada kode
belanja perjalanan dinas.
23. Sebelum RKA diasistensi sudah ditandatangani / paraf oleh Pengguna Anggaran
atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
24. RKA yang diasistensi pada kolom indikator & tolok ukur kinerja belanja sudah
diisi sesuai dengan Renstra dan Renja SKPD yang bersangkutan, tolok ukur
kinerja disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah.
25. Perjalanan Dinas Dalam Daerah adalah perjalanan dinas yang dilaksanakan
khusus didalam wilayah Kabupaten Berau.
26. Perjalanan Dinas Luar Daerah adalah perjalanan dinas yang dilaksanakan diluar
Kabupaten Berau.
27. Belanja Hibah dalam Bentuk Barang agar SKPD wajib melampirkan Daftar
Penerima Hibah
28. Didalam penyusunan RKA-SKPD, masing-masing SKPD harus menetapkan
kinerja utamanya dari program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dan
menetapkan skala prioritas dari program dan kegiatannya, agar dapat
mengoptimalkan anggarannya dalam pengelolaan keuangan daerah.
29. Pemeliharaan gedung / bangunan / jalan / jaringan Rp. 20 Juta keatas
dianggarkan sebagai Belanja Modal, jika memenuhi kriteria :
a. Meningkatkan efisiensi
b. Menambah kinerja
c. Menambah kapasitas produksi / volume
d. Menambah fungsi
30. Pembangunan gedung dan bangunan yang biayanya dibawah Rp. 10.000.000,-
(Sepuluh juta rupiah) dialokasikan pada belanja barang dan jasa.
31. Pembangunan gedung dan bangunan lainnya sama atau diatas nilai dari Rp.
10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah) dan merubah / meningkatkan kapasitas /
menambah struktur dialokasikan pada belanja modal.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 95


32. Pembangunan konstruksi jalan / jaringan sama dengan atau diatas Rp.
20.000.000,- dialokasikan pada belanja modal.
33. Biaya yang dapat didistribusikan secara langsung kedalam aset tetap adalah
biaya sertifikat, pematangan, pengukuran, biaya pembongkaran bangunan,
biaya pengurusan IMB dan Pajak-Pajak.
34. Tidak termasuk dalam pengertian pengeluaran belanja modal yang
mempepanjang masa manfaat atau memberi manfaat ekonomi dimasa datang
dalam bentuk peningkatan kapasitas / volume, peningkatan efisiensi,
peningkatan mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja adalah
pengeluaran :
a. Pemeliharaan / perbaikan / penambahan yang merupakan pemeliharaan
rutin / berkala / terjadwal, atau
b. Yang dimaksudkan hanya untuk mempertahankan aset tetap tersebut agar
berfungsi baik / normal, atau
c. Hanya sekedar untuk memperindah atau mempercantik suatu aset tetap.
35. Kegiatan yang bersifat rutin berada dibawah sekretaris SKPD dapat ditunjuk 1
KPA dan PPTK untuk setiap Pejabat struktural dibawah sekretaris SKPD sebagai
penanggungjawab pengelola kegiatan dan berada pada salah satu program keg.
Ex rutin yang bersangkutan dengan perhitungan berdasarkan pagu anggaran
kegiatan yang dikelola pada anggaran murni.
36. Dalam hal penatausahaan keuangan dan aset pada Unit Kerja Kelurahan
terdapat :
a. Kuasa Pengguna Anggaran
b. Bendahara Pengeluaran Pembantu
c. PPTK
d. Pengurus Barang Pembantu
37. Belanja sewa sarana mobilitas darat ditiadakan, diganti atau dikonversi dengan
pengadaan BBM terkecuali untuk :
a. Dinas Pendidikan : sewa mobilitas darat khususnya untuk menunjang
pelaksanaan ujian ke sekolah-sekolah.
b. Dinas Kesehatan : sewa mobilitas darat khususnya untuk distribusi
barang/alat kesehatan ke wilayah puskesmas dan jaringannya.
c. Dinas Sosial : sewa mobilitas darat khususnya untuk distribusi beras
raskin.
d. Sekretariat DPRD : sewa mobilitas darat khususnya untuk kegiatan reses
DPRD ke wilayah kecamatan.
e. Setda : Kesra (MTQ)
f. Dinas Pariwisata : Pameran
g. DPMPTSP : Pameran
h. Diskoperindag : Kegiatan Pasar Murah
i. Kegiatan distribusi logistik bencana alam atau non alam
j. Dinas Pertanahan:
Kegiatan Pendataan dan Pemetaan Tanah
Kegiatan Sertifikasi Tanah Pemerintah Daerah
Kegiatan Inventarisasi Tanah-Tanah Pemerintah Daerah
Kegiatan terkait batas wilayah kampung/Kabupaten
38. Rencana pengadaan barang perlengkapan dan peralatan kantor mengacu pada
Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) Pengadaan dan
Pemeliharaan.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 96


BAB III
PETUNJUK PENGISIAN FORMAT RKA SKPD

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA …
RENCANA KERJA ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

(RKA-SKPD)

TAHUN ANGGARAN…

URUSAN PEMERINTAHAN : x ……………….

: x.xx ……………….
BIDANG URUSAN
: x.xx.xx ……………….
ORGANISASI

Pengguna Anggaran :
a. Nama : ………………
b. NIP : ………………
c. Jabatan : ………………

Kode Nama Formulir


RKA-PENDAPATAN SKPD Rincian Anggaran Pendapatan SKPD
RKA-BELANJA SKPD Rincian Anggaran Belanja SKPD

RKA REKAPITULASI *)
Ringkasan APBD
Rekapitulasi Belanja per urusan
Rekapitulasi Belanja per urusan dan program
Rekapitulasi Belanja per urusan, program dan kegiatan
Rekapitulasi Belanja per Jenis Belanja
RKA-PEMBIAYAAN SKPD Rincian Anggaran Pembiayaan Daerah SKPD

Disetujui oleh, Disiapkan oleh, Sub


Pengguna Anggaran Bagian Program

Nama Nama
NIP: ………. NIP: ……….

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 97


Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 89
Cara Pengisian Formulir RKA – SKPD

Formulir RKA - SKPD merupakan formulir ringkasan anggaran satuan


kerja perangkat daerah yang sumber datanya berasal dari peringkasan
jumlah pendapatan menurut kelompok dan jenis yang diisi dalam formulir
RKA - PENDAPATAN SKPD, jumlah belanja menurut kelompok dan jenis
belanja yang diisi dalam formulir RKA - RINCIAN BELANJA SKPD.

a. Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama


provinsi/kabupaten/kota.
b. Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.
c. Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama
satuan kerja perangkat daerah.
d. Kolom 1, diisi dengan nomor kode rekening pendapatan/nomor kode
rekening belanja.
Pengisian kode rekening dimaksud secara berurutan dimulai dari
kode rekening akun pendapatan/belanja, diikuti dengan masing-
masing kode rekening kelompok pendapatan/belanja dan diakhiri
dengan kode rekening jenis pendapatan/belanja.
e. Kolom 2, diisi dengan uraian pendapatan/belanja.
1) Pencantuman pendapatan diawali dengan uraian pendapatan,
selanjutnya diikuti dengan uraian kelompok dan setiap uraian
kelompok diikuti dengan uraian jenis pendapatan yang dipungut
atau diterima oleh satuan kerja perangkat daerah sebagaimana
dianggarkan dalam formulir RKA - PENDAPATAN SKPD.
2) Untuk belanja diawali dengan pencantuman uraian belanja,
selanjutnya uraian belanja dikelompokkan ke dalam belanja
operasi, belanja modal, belanja tidak terduga dan belanja transfer.
Dalam kelompok belanja operasi, belanja modal, belanja tidak
terduga dan belanja transfer, diuraikan jenis-jenis belanja sesuai
dengan yang tercantum dalam formulir RKA - BELANJA SKPD.
f. Kolom 3 diisi dengan jumlah menurut kelompok, menurut jenis
pendapatan dan jenis belanja. Jumlah dimaksud
merupakan penjumlahan dari jumlah yang tercantum dari
formulir RKA - PENDAPATAN SKPD, formulir RKA - BELANJA SKPD.
g. Surplus diisi apabila jumlah anggaran pendapatan diperkirakan lebih
besar dari jumlah anggaran belanja.
h. Defisit diisi apabila jumlah anggaran pendapatan diperkirakan lebih
kecil dari jumlah anggaran belanja, dan ditulis dalam tanda kurung.
i. Khusus formulir RKA - SKPD selaku SKPKD sebagaimana
diterangkan di atas, pada kolom 3 diisi dengan jumlah menurut
kelompok, menurut jenis penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan.
Pada kolom 2 diisi dengan uraian pembiayaan neto untuk
menerangkan selisih antara jumlah penerimaan pembiayaan dengan
jumlah pengeluaran pembiayaan yang tercantum dalam kolom 3.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 90


Pencantuman mengenai ringkasan pembiayaan pada formulir RKA-
SKPD sama dengan yang diuraikan dalam formulir RKA-PENERIMAAN
PEMBIAYAAN SKPD dan formulir RKA-PENGELUARAN
PEMBIAYAAN SKPD.

j. Nama ibukota, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan formulir


RKA - SKPD, dengan mencantumkan nama jabatan Kepala SKPD.
k. Formulir RKA - SKPD ditandatangani oleh Kepala SKPD dengan
mencantumkan nama lengkap dan nomor induk pegawai.
l. Formulir RKA - SKPD dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
m. Apabila formulir RKA - SKPD lebih dari satu halaman, maka pada
halaman–halaman berikutnya cukup diisi mulai dari ringkasan
anggaran pendapatan dan belanja satuan kerja perangkat daerah
serta pengisian nama ibukota, bulan, tahun, nama jabatan,
tandatangan Kepala SKPD ditempatkan pada halaman terakhir dan
setiap halaman diberi nomor urut halaman.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 91


Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 92
Cara Pengisian Formulir RKA - PENDAPATAN SKPD

Formulir RKA - PENDAPATAN SKPD sebagai formulir untuk menyusun


rencana pendapatan satuan kerja perangkat daerah dalam tahun
anggaran yang direncanakan. Oleh karena itu nomor kode rekening dan
uraian nama kelompok, jenis, objek, rincian objek dan sub rincian objek
pendapatan yang dicantumkan dalam formulir RKA - PENDAPATAN
SKPD disesuaikan dengan pendapatan tertentu yang akan dipungut dari
pelaksanaan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah
sebagaimanana ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Untuk memenuhi azas tranparansi dan prinsip anggaran
berdasarkan rencana pendapatan yang dianggarkan, pengisian rincian
penghitungan tidak diperkenankan mencantumkan satuan ukuran yang
tidak terukur, seperti paket, pm, up, lumpsum.

a. Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama


provinsi/kabupaten/kota.
b. Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang
direncanakan.
c. Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama
satuan kerja perangkat daerah.
d. Kolom 1 (kode rekening) diisi dengan kode rekening akun,
kelompok, jenis, objek, rincian objek dan sub rincian objek
pendapatan satuan kerja perangkat daerah.
e. Kolom 2 (uraian) diisi dengan uraian nama akun, kelompok,
jenis, objek, rincian objek dan sub rincian objek Pendapatan.
f. Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah target dari sub rincian
objek pendapatan yang direncanakan, seperti jumlah kendaraan
bermotor, jumlah liter bahan bakar kendaraan bermotor,
jumlah tingkat hunian hotel, jumlah pengunjung restoran,
jumlah kepala keluarga, jumlah pasien, jumlah pengunjung,
jumlah kendaraan yang memanfaatkan lahan parkir,
jumlah bibit perikanan/pertanian/peternakan/
kehutanan/perkebunan, jumlah limbah yang diuji, jumlah
kios/los/kakilima, jumlah pemakaian/penggunaan sarana
olahraga/gedung/gudang/lahan milik pemda, jumlah unit
barang bekas milik pemerintah daerah yang dijual, jumlah
uang yang ditempatkan pada bank tertentu dalam bentuk
tabungan atau giro, jumlah modal yang disertakan atau
diinvestasikan.
g. Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target sub
rincian objek yang direncananakan seperti unit,
waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas,
ukuran isi dan sebagainya.
h. Kolom 5 (tarif/harga) diisi dengan tarif pajak/retribusi atau
harga/nilai satuan lainnya dapat berupa besarnya tingkat
suku bunga, persentase bagian laba, atau harga atas penjualan

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 93


barang milik daerah yang tidak dipisahkan.
i. Kolom 6 (jumlah) diisi dengan jumlah pendapatan yang
direncanakan menurut kelompok, jenis, objek, rincian objek dan
sub rincian objek pendapatan. Jumlah pendapatan dari setiap sub
rincian objek yang dianggarkan merupakan hasil perkalian kolom 3
dengan kolom 5.

j. Formulir RKA - PENDAPATAN SKPD merupakan input data


untuk menyusun formulir RKA - SKPD.
k. Nama ibukota, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan formulir
RKA -PENDAPATAN SKPD, dengan mencantumkan nama jabatan
Kepala SKPD.
l. Formulir RKA - PENDAPATAN SKPD ditandatangani oleh
Kepala SKPD dengan mencantumkan nama lengkap dan
nomor induk pegawai.
m. Keterangan diisi dengan tanggal pembahasan formulir RKA
- PENDAPATAN SKPD oleh tim anggaran pemerintah daerah.
Apabila terdapat catatan dari hasil pembahasan oleh tim
anggaran pemerintah daerah untuk mendapatkan perhatian Kepala
SKPD dicantumkan dalam baris catatan hasil pembahasan.
n. Seluruh anggota tim anggaran pemerintah daerah menandatangani
formulir RKA - PENDAPATAN SKPD yang telah dibahas
yang dilengkapi dengan nama, NIP dan jabatan.
o. Formulir RKA - PENDAPATAN SKPD dapat diperbanyak
sesuai dengan kebutuhan.
p. Apabila formulir RKA - PENDAPATAN SKPD lebih dari satu
halaman, maka pada halaman–halaman berikutnya cukup diisi
mulai dari rincian anggaran pendapatan satuan kerja perangkat
daerah serta pengisian nama ibukota, bulan, tahun, nama
jabatan, tandatangan Kepala SKPD ditempatkan pada halaman
terakhir dan setiap halaman diberi nomor urut halaman.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 94


Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 95
Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 96
Cara Pengisian Formulir RKA - BELANJA SKPD
Formulir RKA - BELANJA SKPD merupakan formulir rekapitulasi dari
seluruh program dan kegiatan satuan kerja perangkat daerah yang
dikutip dari setiap formulir RKA – RINCIAN BELANJA SKPD
(Rincian Anggaran Belanja menurut Program, Kegiatan dan Sub
Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah).

a. Provinsi/kabupaten/kota diisi dengannama


provinsi/kabupaten/kota.
b. Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.
c. Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan
nama satuan kerja perangkat daerah.
d. Kolom 1 (kode urusan) diisi dengan nomor kode urusan
pemerintahan.
e. Kolom 2 (kode sub urusan) diisi dengan nomor kode bidang
urusan pemerintahan.
f. Kolom 3 (kode program) diisi dengan nomor kode program.
g. Kolom 4 (kode kegiatan) diisi dengan nomor kode kegiatan.
h. Kolom 5 (kode sub kegiatan) diisi dengan nomor kode sub
kegiatan.
i. Untuk nomor kode program, kegiatan dan sub kegiatan pada
huruf f, g dan h tersebut di atas disesuaikan dengan kebutuhan
daerah.
j. Kolom 6 (uraian) diisi dengan uraian nama urusan
pemerintahan, nama sub urusan, nama program dan
nama kegiatan yang selanjutnya diikuti dengan penjabaran
uraian sub kegiatan untuk mendukung terlaksananya program
dan kegiatan dimaksud.
k. Kolom 7 (sumber dana) diisi dengan sumber dana dari
masing- masing program dan sumber dana dari masing-
masing kegiatan serta sumber dana dari masing-masing sub
kegiatan.
l. Kolom 8 (lokasi kegiatan) diisi dengan nama lokasi atau
tempat setiap kegiatan dilaksanakan. Lokasi atau tempat
dimaksud dapat berupa nama desa/kelurahan atau kecamatan.
m. Kolom 9 (jumlah T-1) diisi dengan jumlah menurut program,
kegiatan dan sub kegiatan yang telah dilaksanakan 1
tahun sebelumnya dari tahun yang direncanakan. Kolom ini diisi
apabila program, kegiatan dan sub kegiatan tersebut diselesaikan
lebih dari satu tahun. Dalam hal program, kegiatan dan sub
kegiatan tersebut dalam tahun yang direncanakan merupakan
tahun pertama maka kolom 9 tidak perlu diisi.
n. Kolom 10 (belanja operasi) diisi dengan jumlah belanja operasi
per program, per kegiatan dan per sub kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam tahun yang direncanakan. Jumlah belanja
operasi per program merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 97


belanja operasi per kegiatan yang termasuk dalam program
dimaksud. Selanjutnya, jumlah belanja operasi per kegiatan
merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah belanja operasi
per sub kegiatan yang termasuk dalam kegiatan dimaksud,
sedangkan untuk jumlah belanja operasi setiap sub kegiatan
merupakan jumlah belanja operasi untuk mendukung
pelaksanaan masing-masing sub kegiatan.
o. Kolom 11 (belanja modal) diisi dengan jumlah belanja modal
per program, per kegiatan dan sub kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam tahun yang direncanakan. Jumlah belanja
modal per program merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah
belanja modal per kegiatan yang termasuk dalam program
dimaksud. Selanjutnya, jumlah belanja modal per kegiatan
merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah belanja modal per
sub kegiatan yang termasuk dalam kegiatan dimaksud, sedangkan
untuk jumlah belanja modal setiap sub kegiatan merupakan
jumlah belanja modal untuk mendukung pelaksanaan masing-
masing sub kegiatan.
p. Kolom 12 (belanja tidak terduga) diisi dengan jumlah belanja tidak
terduga per program, per kegiatan dan sub kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam tahun yang direncanakan. Jumlah belanja
tidak terduga per program merupakan penjumlahan dari seluruh
jumlah belanja tidak terduga per kegiatan yang termasuk
dalam program dimaksud. Selanjutnya, jumlah belanja tidak
terduga per kegiatan merupakan penjumlahan dari seluruh
jumlah belanja tidak terduga per sub kegiatan yang termasuk
dalam kegiatan dimaksud, sedangkan untuk jumlah belanja tidak
terduga setiap sub kegiatan merupakan jumlah belanja tidak
terduga untuk mendukung pelaksanaan masing-masing sub
kegiatan.
q. Kolom 13 (belanja transfer) diisi dengan jumlah belanja transfer
per program, per kegiatan dan sub kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam tahun yang direncanakan. Jumlah belanja
transfer per program merupakan penjumlahan dari seluruh
jumlah belanja transfer per kegiatan yang termasuk dalam
program dimaksud. Selanjutnya, jumlah belanja transfer
per kegiatan merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah belanja
transfer per sub kegiatan yang termasuk dalam kegiatan
dimaksud, sedangkan untuk jumlah belanja transfer setiap sub
kegiatan merupakan jumlah belanja transfer untuk mendukung
pelaksanaan masing-masing sub kegiatan.
r. Kolom 14 (Jumlah T) diisi dengan jumlah menurut program,
kegiatan dan sub kegiatan yang akan dilaksanakan
dalam tahun yang direncanakan Jumlah program merupakan
penjumlahan dari seluruh jumlah kegiatan yang termasuk dalam
program dimaksud. Selanjutnya, jumlah kegiatan merupakan

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 98


penjumlahan dari seluruh jumlah sub kegiatan yang termasuk
dalam kegiatan dimaksud, sedangkan untuk jumlah setiap sub
kegiatan merupakan penjumlahan dari seluruh kelompok belanja
untuk mendukung pelaksanaan masing-masing sub kegiatan.
s. Kolom 15 (jumlah T+1) diisi dengan jumlah menurut
program, kegiatan dan sub kegiatan yang akan
dilaksanakan 1 tahun berikutnya dari tahun yang
direncanakan. Kolom ini diisi apabila program, kegiatan dan sub
kegiatan tersebut diselesaikan lebih dari satu tahun. Dalam hal
program, kegiatan dan sub kegiatan tersebut dalam tahun yang
direncanakan merupakan tahun terakhir maka kolom 15 tidak
perlu diisi.
t. Baris jumlah pada kolom 9,10,11,12,13,14 dan kolom 15
diisi dengan penjumlahan dari seluruh jumlah program yang
tercantum dalam kolom 9,10,11,12,13,14 dan kolom 15.
u. Nama ibukota, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan
formulir RKA - BELANJA SKPD, dengan mencantumkan nama
jabatan Kepala SKPD.
v. Formulir RKA - BELANJA SKPD ditandatangani oleh Kepala
SKPD dengan mencantumkan nama lengkap dan nomor induk
pegawai.
w. Formulir RKA - BELANJA SKPD dapat diperbanyak sesuai
dengan kebutuhan.
x. Apabila formulir RKA - BELANJA SKPD lebih dari satu
halaman, maka pada halaman–halaman berikutnya cukup
diisi mulai dari rekapitulasi anggaran belanja berdasarkan
program dan kegiatan serta pengisian nama ibukota, bulan,
tahun, nama jabatan, tandatangan Kepala SKPD ditempatkan
pada halaman terakhir dan setiap halaman diberi nomor urut
halaman

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 99


Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 100
Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 101
Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 102
Cara Pengisian Formulir RKA – RINCIAN BELANJA SKPD

Formulir RKA - RINCIAN BELANJA SKPD digunakan untuk merencanakan


belanja dari setiap sub kegiatan dalam sebuah kegiatan yang diprogramkan.
Dengan demikian apabila dalam 1 (satu) program terdapat 1 (satu) atau
lebih kegiatan maka setiap kegiatan yang teridiri dari 1 (satu) atau lebih sub
kegiatan, dituangkan dalam formulir RKA - RINCIAN BELANJA SKPD
masing-masing. Pengisian Objek belanja agar mempedomani Peraturan
Menteri Dalam Negeri mengenai Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur
Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah. Untuk memenuhi azas
tranparansi dan prinsip anggaran berdasarkan prestasi kerja, pengisian
rincian penghitungan tidak diperkenankan mencantumkan satuan ukuran
yang tidak terukur, seperti paket, pm, up, lumpsum.
a. Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama
provinsi/kabupaten/kota.
b. Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.
c. Baris kolom Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan
pemerintahan dan nama urusan pemerintahan daerah yang
dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.
d. Baris kolom Bidang Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode
bidang urusan pemerintahan dan nama bidang urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi SKPD.
e. Baris kolom Program diisi dengan nomor kode program dan nama
program dari kegiatan dan sub kegiatan yang berkenaan. Program
merupakan bentuk instrumen kebijakan yang berisi 1 (satu) atau lebih
Kegiatan yang dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah atau
masyarakat yang dikoordinasikan oleh Pemerintah Daerah untuk
mencapai sasaran dan tujuan pembangunan Daerah.
f. Baris kolom Sasaran program (impact) diisi dengan penjelasan dari
sasaran program yang diharapkan. Sasaran Program (impact)
merupakan kondisi yang ingin diubah berupa hasil
pembangunan/layanan yang diperoleh dari pencapaian hasil
(outcome) beberapa program.
g. Baris kolom Capaian program (outcome) diisi dengan penjelasan dari
capaian program yang diharapkan. Capaian Program (outcome)
merupakan keadaan yang ingin dicapai atau dipertahankan pada
penerima manfaat dalam periode waktu tertentu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran dari beberapa kegiatan dalam satu program.
h. Baris kolom Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan
nama satuan kerja perangkat daerah.
i. Baris kolom Kegiatan diisi dengan nomor kode kegiatan dan nama
kegiatan dari sub kegiatan yang berkenaan. Kegiatan merupakan bagian
dari program yang dilaksanakan oleh 1 (satu) atau beberapa satuan
kerja perangkat daerah sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur
pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan
sumber daya baik yang berupa personil atau sumber daya manusia,
barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 103


dari beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut, sebagai masukan
untuk menghasilkan keluaran dalam bentuk barang/jasa.
j. Baris kolom Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah
dan nama satuan kerja perangkat daerah.
k. Baris kolom Unit Organisasi diisikan dengan nomor kode unit perangkat
daerah dan nama unit satuan kerja perangkat daerah.
l. Baris kolom Alokasi Tahun T-1 diisikan dengan alokasi anggaran
kegiatan yang telah dilaksanakan 1 tahun sebelumnya dari tahun yang
direncanakan. Alokasi Tahun T-1 ini diisi apabila kegiatan tersebut
diselesaikan lebih dari satu tahun. Dalam hal kegiatan tersebut dalam
tahun yang direncanakan merupakan tahun pertama maka Alokasi
Tahun T-1 tidak perlu diisi.
m. Baris kolom Alokasi Tahun T diisikan dengan alokasi anggaran
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun yang direncanakan.
n. Baris kolom Alokasi Tahun T+1 diisikan dengan alokasi anggaran
kegiatan yang akan dilaksanakan 1 tahun berikutnya dari tahun
yang direncanakan. Alokasi Tahun T+1 ini diisi apabila kegiatan
tersebut diselesaikan lebih dari satu tahun. Dalam hal kegiatan tersebut
dalam tahun yang direncanakan merupakan tahun terakhir maka
Alokasi Tahun T+1 tidak perlu diisi.
o. Indikator dan tolok ukur kinerja kegiatan:
1. Kolom tolok ukur kinerja diisi dengan tolok ukur kinerja dari
setiap masukan dapat berupa jumlah dana, jumlah SDM, jumlah
jam kerja, jumlah peralatan/teknologi yang dibutuhkan untuk
menghasilkan keluaran dalam tahun anggaran yang
direncanakan. Tolok ukur kinerja dari setiap keluaran diisi
dengan jumlah keluaran yang akan dihasilkan dalam tahun
anggaran yang direncanakan. Tolok ukur kinerja hasil
diisi dengan manfaat yang akan diterima pada masa yang akan
datang.
2. Kolom target kinerja diisi dengan tingkat prestasi kerja yang dapat
diukur pencapaiannya atas capaian program, masukan, keluaran
dan hasil yang ditetapkan dalam kolom tolok ukur kinerja.

Contoh 1.
Program :
Kegiatan :
Tolok ukur kinerja utama untuk capaian kegiatan: ….
Tolok ukur kinerja penunjang untuk capaian kegiatan: ...

Contoh 2.
p. Baris kolom Kelompok sasaran kegiatan diisi dengan penjelasan terhadap
karakteristik kelompok sasaran seperti status ekonomi dan gender.
Contoh 1 :
Contoh 2 :
q. Baris kolom Sub kegiatan diisi dengan nomor kode sub kegiatan dan
nama sub kegiatan yang akan dilaksanakan. Sub Kegiatan

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 104


merupakan bentuk aktivitas kegiatan dalam pelaksanaan
kewenangan daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
r. Baris kolom Sumber dana diisikan dengan jenis sumber dana untuk
mendanai pelaksanaan sub kegiatan yang direncanakan dengan
mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri mengenai Klasifikasi,
Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah.
s. Baris kolom Lokasi diisikan diisi dengan nama lokasi atau tempat
setiap sub kegiatan dilaksanakan. Lokasi atau tempat dimaksud dapat
berupa nama desa/kelurahan atau kecamatan.
t. Baris kolom Sub keluaran diisikan barang atau jasa yang dihasilkan
oleh sub kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian
sasaran dan tujuan kegiatan serta program dan kebijakan.
u. Baris kolom Waktu pelaksanaan diisikan dengan waktu pelaksanaan
dari sub kegiatan yang akan dimulai dari kapan sampai dengan
selesainya sub kegiatan tersebut.
v. Baris kolom Keterangan diisi dengan, antara lain:
1) kode 1: menunjang pendidikan;
2) kode 2: menunjang kesehatan;
3) kode 3: infrastruktur;
4) kode 4: prioritas nasional bagi Provinsi dan Kabupaten/Kota;
5) kode 5: prioritas daerah bagi Kabupaten/Kota.
w. Kolom 1 (kode rekening) diisi dengan nomor kode rekening kelompok,
jenis, objek, rincian objek dan sub rincian objek belanja.
x. Kolom 2 (uraian) diisi dengan uraian nama kelompok, jenis, objek,
rincian objek dan sub rincian objek belanja.
y. Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah satuan dapat berupa jumlah
orang/pegawai dan barang.
z. Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian objek
yang direncananakan seperti unit, waktu/jam/hari/bulan/ tahun,
ukuran berat, ukuran luas, ukuran isi dan sebagainya.
aa. Kolom 5 (harga satuan) diisi dengan harga satuan dapat berupa tarif,
harga, tingkat suku bunga, nilai kurs.
bb. Kolom 6 (jumlah) diisi dengan jumlah perkalian antara volume
dengan harga satuan.
Setiap jumlah uraian sub rincian objek dijumlahkan menjadi jumlah sub
rincian objek belanja. Setiap jumlah sub rincian objek pada masing-
masing rincian objek belanja selanjutnya dijumlahkan menjadi rincian
objek belanja berkenaan. Setiap jumlah rincian objek pada masing-
masing objek belanja selanjutnya dijumlahkan menjadi objek belanja
berkenaan. Setiap objek belanja pada masing-masing jenis belanja
kemudian dijumlahkan menjadi jumlah jenis belanja. Penjumlahan dari
seluruh jenis belanja merupakan jumlah kelompok belanja yang
dituangkan dalam formulir RKA - BELANJA SKPD.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 105


cc. Baris kolom jumlah anggaran sub kegiatan merupakan penjumlahan
dari seluruh kelompok belanja yang tercantum dalam angka 28.
dd. Formulir RKA - RINCIAN BELANJA SKPD dapat diperbanyak sesuai
dengan kebutuhan.
ee. Apabila Formulir RKA - RINCIAN BELANJA SKPD lebih dari satu
halaman, maka pada halaman–halaman berikutnya cukup diisi
mulai dari rincian belanja kegiatan per sub kegiatan satuan kerja
perangkat daerah dan setiap halaman diberi nomor urut halaman.
ff. Tanggal, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan RKA - RINCIAN
BELANJA SKPD.
gg. Formulir RKA - RINCIAN BELANJA SKPD ditandatangani oleh Kepala
SKPD dengan mencantumkan nama lengkap dan NIP yang
bersangkutan.
hh Keterangan diisi dengan tanggal pembahasan formulir RKA -
RINCIAN BELANJA SKPD oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah.
Apabila terdapat catatan dari hasil pembahasan oleh tim anggaran
pemerintah daerah untuk mendapatkan perhatian Kepala SKPD
dicantumkan dalam baris catatan hasil pembahasan.
ii. Seluruh anggota tim anggaran pemeintah daerah menandatangani
formulir RKA - RINCIAN BELANJA SKPD yang telah dibahas yang
dilengkapi dengan nama, NIP dan jabatan.
jj. Apabila formulir RKA - RINCIAN BELANJA SKPD lebih dari satu
halaman maka tanggal, bulan dan tahun pembuatan, kolom tanda
tangan dan nama lengkap Kepala SKPD, serta keterangan, tanggal
pembahasan, catatan hasil pembahasan, nama, NIP, Jabatan dan tanda
tangan Tim Anggaran Pemerintah Daerah ditempatkan pada halaman
terakhir.
kk. Selanjutnya setiap lembar RKA - RINCIAN BELANJA SKPD yang telah
dibahas diparaf oleh setiap anggota Tim Anggaran Pemerintah
Daerah.
ll. Formulir RKA - RINCIAN BELANJA SKPD merupakan input data
untuk menyusun formulir RKA - SKPD dan RKA – BELANJA SKPD.

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 106


Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 107
Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 108
Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 109
BAB IV

PENUTUP

Demikian pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja


Perangkat Daerah (RKA-SKPD) Pemerintah Kabupaten Berau Tahun Anggaran 2022
untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BUPATI BERAU

Hj.SRI JUNIARSIH MAS, MPd

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2022 110

Anda mungkin juga menyukai