Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MKP II SISTEM BANGUNAN PINTAR


“SOLAR SHADING SYSTEMS: DESIGN, PERFORMANCE, AND INTEGRATED PHOTOVOLTAICS”

DOSEN KOORDINATOR :

AVE HARYSAKTI, ST., MT


NIP. 19731001 200201 1 001

OLEH :

YULIA RAHMA DANI DBB 117 001


AYU INTAN PERMATA SARI DBB 117 00
MARTHA LUMBAN GAOL DBB 117 032
OKBRY WIJAYA DBB 117 03

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi. Terima kasih

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………i


KATA PENGANTAR ………………………….……………………………… 2
DAFTAR ISI …………………………………….…………………….……….. 3

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………..……….. 4

1.1 Latar Belakang ………………………………………………….. 4


1.2 Tujuan Penulisan ………………………………..……………..... 5
1.3 Rumusan Masalah............................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan ……………………………..……………..…..5

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………. 6


2.1 Perumahan dan Permukiman di Jerman.......................................6
2.2 Proses Perencanaan.......................................................................7
2.3 Proses Pengelolaan........................................................................7
2.4 Asosiasi Perumahan Sewa.............................................................8
2.5 Proses Pelaksanaan........................................................................8
2.6 Rumah Sewa Fuggerei...................................................................9
2.6.1 Syarat Menyewa di Perumahan Fuggerei...................................9
2.6.2 Bagian Eksterior.........................................................................9
2.6.3 Bagian Interior..........................................................................10
2.6.4 Sejarah Perumahan Fuggerei ...................................................10
2.7 Keberhasilan Penerapan Rumah Sewa........................................10

BAB III PENUTUP ………………………………………………….…………..13


3.1 Kesimpulan……………………………………………...……...13
3.2 Saran……………………………………………………..…..…13

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
menyangkut kelayakan dan taraf kesejahteraan hidup masyarakat. Rumah bukan hanya
berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian, lebih dari itu rumah juga mempunyai
fungsi strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikan keluarga, persesuaian budaya
dan peningkatan kualitas generasi mendatang.Dengan demikian pengembangan
perumahan dan pemukiman tidak dilandasi hanya untuk pembangunan fisik saja
melainkan harus dikaitkan dengan dimensi sosial, ekonomi dan budaya yang mendukung
kehidupan.
Rumah atau tempat tinggal manusia dari zaman ke zaman mengalami
perkembangan. Pada zaman purba manusia betempat tinggal di gua-gua kemudian
berkembang dengan mendirikan rumah tempat tinggal di bawah pohon. Sampai dengan
abad modern ini manusia sudah membangun rumah. Sejak zaman dahulu pula manusia
telah mencoba mendesain rumahnya dengan ide mereka masing-masing yang dengan
sendirinya berdasarkan kebudayaan masyarakat setempat dan membangun rumah
mereka dengan bahan yang ada.
Rumah yang sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar
namun rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni.
Rumah sehat adalah kondisi fisik , kimia, biologi, didalam rumah dan perumahan
sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan
yang optimal.

4
1.2 Rumusan Masalah

Asas dari penataan perumahan dan permukiman berlandaskan pada asas manfaat, adil
dan merata, kebersamaan dan kekeluargaan, kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan,
dan kelestarian lingkungan hidup (Bab II Pasal 3). Sedangkan dalam Pasal 4 menyebutkan
bahwa penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk:

 Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam
rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;
 Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi, dan teratur;
 Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional;
 Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial , budaya, dan bidang-bidang lain.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan utama dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
melakukan analisa terhadap suatu perumahan berdasarkan fasilitas dan data yang
terdapat pada perumahan tersebut.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari analisa terhadap suatu perumahan ini adalah memiliki kompetensi
dasar dalam hal perencanaan perumahan tahap awal agar dapat diaplikasikan
dimasyarakat dalam ruang lingkup yang sederhana.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI JERMAN

Saat Jerman menyerah tanpa syarat pada Mei 1945, 20% stok perumahan
berubah menjadi reruntuhan. 2.25 juta rumah hancur dan dua juta rumah lainnya
mengalami kerusakan. Sebuah sensus pada tahun 1946 menunjukkan sebanyak 5.5
juta unit rumah dibutuhkan di kawasan yang saat ini disebut Jerman Barat. Tidak
hanya masalah perumahan yang mengalami keterpurukan. Perekonomian Jerman pada
saat itu juga mengalami ketidakberdayaan akibat pemasukan yang nihil dan mata
uang yang hampir tidak ada harganya. Ketegangan politik setelah berakhirnya perang
menimbulkan kekhawatiran akan kembali radikalnya khalayak, hingga ketakutan akan
kembalinya fasisme, ataupun ancaman komunisme di tengah tingginya tingkat
ketunakaryaan. Eberhard Wildermuth, Menteri Perumahan Jerman Barat pertama
yang sebelumnya bertugas di Angkatan Bersenjata Jerman (Wehrmacht) di era 1921 –
1945 menyatakan jumlah pemilih komunis di negara-negara Eropa berbanding
terbalik dengan ketersediaan unit rumah per seribu jumlah penduduk. Program
perumahan yang digiatkan oleh menteri perumahan Jerman dapat membawa orang-
orang kembali bekerja sekaligus mengurangi masalah kekurangan rumah yang sedang
melanda. Didorong oleh situasi politik saat itu dan juga oleh tingginya kebutuhan
akan rumah/perumahan, Jerman Barat merancang kebijakan perumahan agar sedapat
mungkin memberi keuntungan sebesar-besarnya untuk rakyat.

6
2.2 PROSES PERENCANAAN
Setelah Jerman Barat berdiri pada tahun 1949, pemerintah memberikan tekanan
melalui peraturan perumahan yang pertama. Perumahan menjadi hal yang
diperhatikan pemerintah Jerman sesuai dengan Prinsip Negara Sosial
(Sozialstaatsprinzip) pasal 20 sekte 1. Hukum dasar, bahwa negara wajib memastikan
penyediaan perumahan yang memadai bagai penduduk. Peraturan ditujukan untuk
meningkatkan pembangunan rumah agar ukuran dan biaya sewa dapat sesuai dan
terjangkau masyarakat banyak. Kebijakan perumahan yang pertama ini memberikan
hasil yang sangat memuaskan. Berkat kombinasi subsidi langsung dan pengecualian
pajak untuk semua pihak, baik sektor publik, sektor nirlaba (non-profit), maupun
sektor swasta, pembangunan rumah di Jerman terjadi dimana-mana. Pada tahun 1956
Jerman Barat berhasil memangkas jumlah kekurangan perumahan sebanyak lima
puluh persen, dan pada tahun 1962 kekurangan berhasil ditekan hingga 658,000 unit.
Namun sebagian besar unit rumah baru tersebut harus disewakan karena sedikitnya
permintaan untuk membeli. Pada saat itu pegadaian Jerman masih sangat lemah dan
persyaratan uang muka yang besar diharuskan oleh pihak bank kepada para peminjam
menjadi penyebab kelangkaan pembeli potensial. Sistem perumahan Jerman yang
dibuat adalah sistem berbasis pasar, yaitu perumahan dengan biaya sewa rendah.

2.3 PROSES PENGELOLAAN


 Peraturan di Jerman memberi izin pemerintah negara bagian untuk menaikkan
biaya sewa tidak lebih dari 15% setelah 3 tahun periode
 Pemerintah Jerman tidak mendorong agar warga Jerman memiliki
rumah/tempat tinggal sendiri
 Setiap penghuni mempunyai akses terhadap 46,2 m2 tempat tinggal dan secara
statistik masing-masing tempat tinggal diisi oleh dua orang, dengan prakiraan
kasar satu dari enam orang di Jerman tinggal sendiri, serta dalam 0,5% tempat
tinggal di Jerman di huni oleh tiga generasi atau lebih yang tinggal bersama
dalam satu atap.

7
 Pemilik perumahan di Jerman ada yang berupa asosiasi yang besar ataupun
kepemilikan sewa secara perorangan
 Asosiasi setiap negara federasi berbeda dan memiliki kebijakan yang berbeda.
Asosiasi yang besar mewakili seluruhnya dan secara hukum lebih kuat.
 The Mieterschutzbund Berlin e.V telah mewakili kepentingan penyewa sejak
tahun 1953 dengan anggota kurang lebih 37.000 penyewa. Tugasnya
memberikan saran dan nasihat hukum untuk penyewa, dengan dibiayai oleh
penyewa dengan iuran tahunan (verein).

2.4 ASOSIASI PERUMAHAN SEWA


 Wohnbau GmbH didirikan pada tahun 1921 di Berlin. Mengelola sekitar
19.500 apartemen sewaan di seluruh Jerman dan lebih dari 4000
kondominium
 Deutsche Wohne SE merupakan perusahaan perumahan Jerman yang
terdaftar berbasis di Berlin. Perusahaan ini memiliki sekitar 163.000
apartemen dan 2.600 properti komersial. Sekitar 111.000 apartemen terletak
di Berlin
2.5 PROSES PELAKSANAAN
Pemerintah Jerman memberikan keringanan untuk rumah sewa, diantaranya
adalah sistem sewa yang memuaskan, aturan ramah penyewa, dan perlakuan
pajak yang merata antara pihak penyewa dan pemilik rumah.
Aturan Luas Ruang
 Untuk setiap anggota keluarga lebih dari 6 tahun 12 m2 ruang hidup tersedia
dan untuk setiap anggota keluarga dibawah 6 tahun 10 m2 ruang hidup
tersedia, dan harus ada ruang tambahan (dapur, kamar mandi, toilet) dapat
dibagi sampai batas yang wajar
 Sedangkan di bawah ukuran perumahan sekitar 10% tidak beresiko. Area
perumahan yang digunakan bersama oleh pihak ketiga umumnya di abaikan,
kamar tambahan yang dibagikan dapat diperhitungkan.

8
2.6 RUMAH SEWA FUGGEREI

Fuggerei didirikan pada tahun 1514 oleh Jakob Fugger. Ini awalnya dibangun sebagai
kompleks perumahan sosial bagi orang-orang miskin di Ausburg. Tujuan awal dari Jakob
Fugger yaitu membuat perumahan yang terjangkau bagi orang yang membutuhkan, terlepas
dari status sosial, usia atau latar belakang keluarga. Harga sewa perumahan tetap sejak awal
didirikan 0,88 Euro (Rp 14 ribu).

2.6.1 SYARAT MENYEWA DI PERUMAHAN FUGGEREI

 Satu-satunya persyaratan adalah bahwa pelamar harus beragama Katolik dan sudah
terdaftar sebagai penduduk Augsburg setidaknya selama dua tahun
 Warga harus menaati jam malam pukul 22.00 dan selalu mendoakan keluarga Fugger,
tiga kali sehari di gereja setempat
 Penduduk Fuggerei harus membayar hanya satu gulden Rhenish sebagai harga sewa
bulanan

2.6.2 BAGIAN EKSTERIOR

9
Memiliki jalur pejalan kaki dan kendaraan sepanjang kompleks perumahan. Terdapat gerbang
pada salah satu jalan dan gerbang utama.

2.6.3 BAGIAN INTERIOR

Ruang bagian dalam berupa pintu yang tidak langsung terhubung ke ruang utama, tetapi
terbagi menjadi beberapa pintu lagi dengan ruangan di dalamnya. Ruangan di dalamnya
terdiri dari kamar tidur, dapur, dan ruang keluarga.

2.6.4 SEJARAH RUMAH SEWA FUGGEREI

 Fugger berdagang barang-barang tenun di Augsburg pada tahun 1367


 Tahun 1514 Fuggerei pertama kali didirikan
 Tahun 1523 mendirikan 52 rumah dibawah pengawasan arsitek Thomas Krebs, di
tahun 1582 Hans Holl menambahkan gereja St. Mark’s. Diperluas lagi pada tahun
1880 dan 1938
 Mengalami kehancuran pada perang 30 tahun dan perang dunia 2. Fuggerei kembali
dibangun dan diperluas
2.7 KEBERHASILAN PROGRAM RUMAH SEWA

Permintaan akan tempat tinggal di perkotaan Jerman mengakibatkan kenaikan


harga yang tajam, baik uang sewa untuk penyewa baru, maupun harga tanah dan
bangunan. Dalam hal kuota kepemilikan tempat tinggal, Jerman berada pada urutan
kedua terakhir di Eropa. Hanya 45 persen rumah tangga menempati rumah atau
apartemen milik sendiri. Mayoritasnya menjadi penyewa.

10
Jerman bukanlah satu-satunya negara yang mengalami krisis perumahan
setelah Perang Dunia II. Hal serupa juga dialami Inggris yang menyebabkan
pemerintah Inggris melakukan pengeluaran dalam skala besar untuk menggalakkan
program perumahan. Meski demikian orang Inggris tidak tetap tinggal dalam tempat
tinggal persewaan seperti orang Jerman. Tingkat kepemilikan tempat tinggal di
Inggris pun jauh lebih besar, yakni sebesar 66% populasi di Inggris memiliki tempat
tinggal mereka sendiri. Orang Jerman tetap tinggal di tempat tinggal persewaan
karena orang Jerman mempunyai persepsi yang baik mengenai tinggal di tempat
tinggal persewaan.

Ahli ekonomi mempunyai pendapat bahwa kebijakan perumahan/tempat


tinggal di Jerman menghasilkan keseimbangan yang lebih baik antara keterlibatan
pemerintah dan peran investasi swasta, dibandingkan dengan kebijakan terkait
perumahan/tempat tinggal di negara-negara lain. Sebagai contoh di Inggris,
pemerintah Inggris hanya memberikan subsidi perumahan kepada sektor publik,
pemerintah lokal, serta pengembang nirlaba untuk mendorong pembangunan
rumah/perumahan setelah berakhirnya perang. Hal itu menyebabkan sektor swasta
terhempas keluar pasar rumah/perumahan. Kebijakan perumahan di Inggris juga
membebankan sewa yang berat dan biaya konstruksi yang harus ditanggung oleh
pengembang perumahan publik itu sendiri

11
Berdasarkan data yang sudah ada, dapat ditarik kesimpulan bahwa 40,3 %
penduduk kota Jerman adalah yang tinggal di perumahan sewa. Dan berada pada
jumlah terbanyak jika dibandingkan dengan yang tinggal pada satu rumah dengan
1,2,3 kamar.

Dengan kata lain, rumah sewa menjadi perumahan bagi orang miskin. Menurut
ekonom Michael Voytlender, yang juga banyak menulis di pasar perumahan di
Jerman, juga melonggarkan peraturan sewa lebih awal daripada banyak negara lain.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
menyangkut kelayakan dan taraf kesejahteraan hidup masyarakat. Dalam analisa
terhadap program perumahan di Jerman ini dapat disimpulkan bahwa perumahan tidak
hanya memiliki prasarana dan sarana lingkungan yang cukup memadai tetapi juga harus
memperhatikan tingkat ekonomi warganya. Rumah sewa merupakan salah satu
program pemerintah Jerman untuk mengatasai masalah mahalnya harga lahan.

B. Saran

Berdasarkan makalah ini beberapa hal yang penting untuk dijadikan bahan
pertimbangan dan saran adalah :
1. Rumah sewa dengan harga yang murah dan sesuai perekonomian haruslah
diterapkan, sehingga tidak hanya bisa dinikmati oleh kelas menengah.
2. Kritik dan saran diperlukan untuk perbaikan makalah dikemudian hari

13
10

DAFTAR PUSTAKA

https://medan.tribunnews.com/2019/04/29/fuggerei-komplek-perumahan-termurah-di-dunia-
harga-sewa-rp14-ribu-per-tahun diakses pada 8 0ktober 2019

https://properti.kompas.com/read/2016/02/03/090000321/Orang.Jerman.Lebih.Suka.Menyew
a.ketimbang.Membeli.Rumah?page=all diakses pada 8 0ktober 2019

https://id.wikipedia.org/wiki/Tempat_tinggal_persewaan diakses pada 8 oktober 2019

14
11

15

Anda mungkin juga menyukai