Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perumahan merupakan kebutuhan primer bagi manusia sehingga
harus nyaman ditempati. Rumah atau tempat tinggal, dari zaman ke zaman
mengalami berbagai perkembangan. Pada zaman purba manusia bertempat
tinggal di gua-gua, kemudian berkembang dengan mendirikan rumah di
hutan-hutan dan di bawah pohon. Pada zaman dahulu biasanya orang-orang
hidup secara berkelompok yang bisanya memiliki hubungan kekeluargaan,
sehingga setiap rumah mereka akan berdekatan. Berbeda dengan
sekarang ini rumah-rumah sudah banyak berdiri sendiri tanpa ada
rumah lainnya walaupun di era modern ini sistem tempat tinggal seperti
zaman dahulu dengan sistem tempat tinggal di perumahan. Namun pada
sistem perumahan orang-orang memiliki rumah di komplek yang sama bukan
karena hubungan kekeluargaan namun karena hubungan dan kesanggupan
materi yang sama.
Kehidupan bertempat tinggal di perumahan tidak terlepas juga dari
hak dan kewajiban yang sama untuk setiap pemilik rumah. Contohnya
penyediaan sarana-prasarana diatur sehingga bisa digunakan setiap rumah
pada sebuah perumahan. Ketersediaan sarana dan prasasrana serta penjagaan
lingkungan yang baik akan menghasilkan kualitas rumah yang baik juga.
“Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang harus
memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung
penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif (Munif Arifin, 2009).”
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan umum perumahan rakyat?
2. Apa tantangan penyediaan perumahan di Indonesia?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi penyediaan perumahan dan
permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah?
4. Bagaimana peran pemerintah dalam proses penyediaan perumahan
dan permukiman bagi masyarkat berpenghasilan rendah?

I 1
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan permasalahan umum perumahan rakyat.
2. Menjelaskan tantangan penyediaan perumahan di Indonesia.
3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penyediaan perumahan dan
permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
4. Menjelaskan peran pemerintah dalam proses penyediaan perumahan dan
permukiman bagi masyarkat berpenghasilan rendah.
1.4 Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui permasalahan umum perumahan rakyat.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui tantangan penyediaan perumahan di
Indonesia.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang peran pemerintah dalam proses
penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarkat berpenghasilan
rendah.

I 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perumahan dan Permukiman


2.1.1. Pengertian Perumahan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Pemukiman. Perumahan adalah kelompok rumah yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.
Perumahan merupakan salah satu bentuk sarana hunian yang memiliki
kaitan yang sangat erat dengan masyarakatnya. Hal ini berarti perumahan di
suatu lokasi sedikit banyak mencerminkan karakteristik masyarakat yang
tinggal di perumahan tersebut, (Abrams, 1664:7).
Perumahan dapat diartikan sebagai suatu cerminan dari diri pribadi
manusia, baik secara perorangan maupun dalam suatu kesatuan dan
kebersamaan dengan lingkungan alamnya dan dapat juga mencerminkan taraf
hidup, kesejahteraan, kepribadian, dan peradaban manusia penghuninya,
masyarakat ataupun suatu bangsa. (Yudhohusodo, 1991 : 1).

2.1.2 Pengertian Permukiman


Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan
lindung, baikyang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian dan tempat
kegiatan mendukung prikehidupan dan penghidupan. Perumahan dan
permukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan dan berkaitan erat
dengan aktifitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan daerah.
Permukiman adalah perumahan dengan segala isi dan kegiatan yang
ada di dalamnya. Berarti permukiman memiliki arti lebih luas daripada
perumahan yang hanya merupakan wadah fisiknya saja, sedangkan
permukiman merupakan perpaduan antara wadah (alam, lindungan, dan
jaringan) dan isinya (manusia yang hidup bermasyarakat dan berbudaya di
dalamnya). (Kuswartojo, 1997 : 21).

I 3
Permukiman merupakan bentuk tatanan kehidupan yang di dalamnya
mengandung unsur fisik dalam arti permukiman merupakan wadah aktifitas
tempat bertemunya komunitas untuk berinteraksi sosial dengan masyarakat.
(Niracanti, Galuh Aji, 2001 : 51).
Sedangkan pengertian perumahan dan permukiman menurut Guritno
Mangkusoebroto (1993 : 5) adalah tempat atau daerah dimana penduduk
bertempat tinggal atau hidup bersama dimana mereka membangun
sekelompok rumah atau tempat kediaman yang layak huni dan dilengkapi
dengan prasarana lingkungan.
Asas dan Tujuan Asas dari penataan perumahan dan permukiman
berlandaskan pada asas manfaat, adil, dan merata, kepercayaan pada diri
sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian lingkungan hidup (Bab II Pasal 3)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011. Sedangkan dalam dalam pasal 4
menyebutkan bahwa penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk:
a. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia
dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
b. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan
yang sehat, aman, serasi, dan teratur.
c. Memberi arahan pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk
yang rasional.
d. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-
bidang lain.

2.2 Penyelenggaraan Perumahan


Penyelenggaraan perumahan dan permukiman adalah pemenuhan
kebutuhan perkotaan diwujudkan melalui pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh dan
terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap sesuai Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pembangunan
Perumahan dan kawasan permukiman tersebut ditunjukan untuk menciptakan
kawasan permukiman dan mengintegrasikan secara terpadu dan
meningkatkan kualitas lingkungan, yang dihubungkan oleh jaringan 16

I 4
transportasi sesuai dengan kebutuhan dengan kawasan lain yang memberikan
berbagai pelayanan dan kesempatan kerja. Pembangunan perumahan dan
permukiman diselenggarakan berdasarkan rencana tata ruang wilayah
berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan
berkelanjutan.

I 5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Permasalahan Umum Perumahan Rakyat


Ada beberapa hal yang menjadi permaslahan umum perumahan rakyat yaitu
sebagai berikut :

 Kebutuhan akan perumahan baru yang semakin meningkat dari tahun ke


tahun dikarenakan perumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat.
Sementara dari sisi penyediaan, jumlah rumah yang terbangun belum
mampu memenuhi pertumbuhan itu sendiri.
 Pemanfaatan lahan perkotaan makin mempersulit warga berpenghasilan
rendah untuk memiliki rumah, karena kenaikan harga tanah menjadi
pendongkrak utama kenaikan harga rumah yang naik rata-rata 20% per
tahun
 Saat ini Indonesia sudah mendekati krisis perumahan, karena jumlah
backlog perumahan sudah mencapai 15 juta dengan tambahan satu juta
pertahun

3.2 Tantangan Penyediaan Perumahan di Indonesia

Pesatnya pertumbuhan penduduk di perkotaan akibat pertumbuhan secara


alami dan urbanisasi menyebabkan peningkatan kebutuhan hunian di perkotaan.
Namun, keterbatasan lahan merupakan tantangan krusial yang dihadapi dalam
upaya pemenuhan hunian layak dan terjangkau.

1. Tantangan Rumah Tidak Layak Huni à Ketidakseimbangan antara supply dan


demand lahan menyebabkan tingginya harga lahan. Selain itu, kebutuhan
masyarakat berpenghasilan rendah untuk tinggal di dekat tempat bekerja
menyebabkan masyarakat tinggal di hunian tidak layak (57,70%) dimana
sebagian diantaranya menempati permukiman kumuh atau ilegal.
2. Tantangan Pembangunan Penyediaan Rumah untuk Millenial à Kebutuhan
perumahan generasi Millenial (Jumlah Penduduk Millenial Tahun 2019 +- 81
Juta Jiwa). Pertumbuhan populasi generasi millenial mendorong

I 6
meningkatnya kebutuhan akan perumahan yang layak huni, berkualitas dan
terjangkau di masa mendatang.

3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyediaan Perumahan dan Permukiman


bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
Perumahan yang Bersifat Multisektor dan Kompleks memiliki nilai
driving power dan dependence yang paling tinggi berdasarkan ISM. Berdasarkan
metode ISM yang telah dilaksanakan, Permasalahan Bidang Perumahan yang
Bersifat Multisektor dan Kompleks memiliki nilai driving power 10 dan nilai
dependence 10 dan tergolong pada kuadran linkage pada diagram MICMAC. Hal
tersebut menunjukkan bahwa variabel permasalahan tersebut termasuk sebagai
variabel yang bersifat tidak stabil dan setiap tindakan yang dilakukan terhadap
variabel tersebut memiliki efek pada variabel lainnya serta variabel itu sendiri,
sehingga pemangku kepentingan program harus berhati-hati dalam mengelola
variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran linkage (Sandbhor & Botre,
2014). Selain itu, permasalahan yang memiliki driving power yang sama
berdasarkan hasil ISM berupa Permasalahan Bidang Lahan dan Belum
Maksimalnya Regulasi Mengenai Perumahan dan Kawasan Permukiman, yang
mana keduanya memiliki nilai driving power 10 dan nilai dependence 7. Kedua
permasalahan tersebut juga termasuk dalam kuadran linkage pada diagram
MICMAC. Sehingga, berdasarkan tingginya driving power dari permasalahan-
permasalahan tersebut, faktor bidang lahan dan faktor regulasi mengenai
perumahan dan kawasan permukiman juga merupakan faktor yang paling
mempengaruhi permasalahan dalam program perumahan terjangkau selain faktor
dukungan pemangku kepentingan. Sehingga, dapat disimpulkan pula bahwa
faktor-faktor tersebut merupakan faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap
penyediaan dan aksesibilitas pembiayaan perumahan bagi MBR.
Adapun berbagai permasalahan lainnya seperti Kebijakan Perizinan Belum
Sepenuhnya Terlaksana (V3), Belum Optimalnya Pembiayaan Perumahan (V4),
Basis Data dan Ketersediaan Dokumen Perencanaan (V5), Alokasi Anggaran
Tidak Sesuai Target (V7), dan Belum Efektifnya Pembentukan dan Peran
Kelompok Kerja (V10) juga termasuk pada kuadran linkage pada diagram
MICMAC, yang mana berarti variable permasalahan tersebut juga termasuk

I 7
sebagai variabel yang bersifat tidak stabil dan pemangku kepentingan program
harus berhati-hati dalam mengelola variabel-variabel ini. Permasalahan berupa
Perbedaan Kewenangan Pemda Bidang Perumahan (V6) merupakan bagian dari
kuadran variabel independen, yang mana merupakan variabel dengan driving
power tinggi, tetapi memiliki dependence rendah. Sehingga permasalahan tersebut
memiliki pengaruh cukup tinggi terhadap permasalahan lainnya meskipun tidak
begitu terpengaruh oleh permasalahan lainnya. Sedangkan, permasalahan berupa
Pemberdayaan Masyarakat yang Belum Optimal (V9) merupakan bagian dari
kuadran variabel dependen yang mana merupakan variabel dengan driving power
rendah, tetapi memiliki dependence tinggi. Sehingga meskipun permasalahan
tersebut tidak memiliki tingkat pengaruh yang tinggi terhadap permasalahan
lainnya, permasalahan Pemberdayaan Masyarakat yang Belum Optimal memiliki
tingkat keterpengaruhan yang tinggi terhadap permasalahan lainnya.

3.4 Peran Pemerintah dalam Proses Penyediaan Perumahan dan Permukiman


bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Berdasar komentar umum Nomor 15 dari Komite PBB tentang Hak


Ekonomi, Sosial dan Budaya bahwa hak atas rumah sebagaimana hak asasi
lainnya menghasilkan tiga tipe kewajiban bagi negara yaitu kewajiban menghargai
(to respect), kewajiban melindungi (to protect), dan kewajiban memenuhi (to
fulfil).
- Kewajiban menghormati.
Kewajiban ini mengharuskan negara tidak mengganggu baik langsung maupun
tidak langsung keberadaan hak atas rumah. Kewajiban termasuk misalnya tidak
membatasi akses kepada siapapun.
- Kewajiban melindungi: mengatur pihak ketiga.
Kewajiban ini mengharuskan negara untuk menghalangi campur tangan pihak
ketiga dengan cara apapun keberadaan hak atas rumah. Pihak ketiga termasuk
individu, kelompok, perusahaan dan institusi yang dibawah kendali pemerintah.
Kewajiban termasuk mengadopsi regulasi yang efektif.
- Kewajiban memenuhi: fasilitasi, promosi dan penyediaan.

I 8
Kewajiban ini mengharuskan pemerintah mengambil langkah untuk memenuhi
hak atas rumah. Hal ini sejalan dengan apa yang tercantum dalam UUD 1945
Pasal 28 I Ayat (4) bahwa pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggungjawab
negara khususnya pemerintah. Bagaimana bentuk tanggungjawabnya?.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011, disebutkan bahwa
pembinaan penyelenggaraan meliputi perencanaan, pengaturan, pengendalian, dan
pengawasan. Kegiatan perencanaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat.
Pemerintah dan pemerintah daerah dalam melaksanakan pembinaan
mempunyai tugas diantaranya mengalokasikan dana dan/atau biaya pembangunan
untuk mendukung terwujudnya perumahan bagi MBR; dan memasilitasi
penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR.
Sementara pemerintah kabupaten/kota secara tegas juga mempunyai tugas
memberikan pendampingan11 bagi orang perseorangan yang melakukan
pembangunan perumahan.
Pemerintah dan pemerintah daerah dalam melaksanakan pembinaan
mempunyai wewenang diantaranya (a) menyusun dan menetapkan norma,
standar, pedoman, dan kriteria rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan
hunian yang layak, sehat, dan aman; (b) menyusun dan menyediakan basis data
perumahan dan kawasan permukiman; (c) menyusun dan menyempurnakan
peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman; (d)
memberdayakan pemangku kepentingan12 dalam bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat nasional; (e) melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan
sosialisasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dalam rangka
mewujudkan jaminan dan kepastian hukum dan pelindungan hukum dalam
bermukim;
Kewajiban lainnya dari Pemerintah adalah memenuhi kebutuhan rumah
bagi MBR. Untuk itu, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah wajib memberikan
kemudahan pembangunan dan perolehan rumah melalui program perencanaan
pembangunan perumahan secara bertahap dan berkelanjutan. Adapun kemudahan
dan/atau bantuan pembangunan dan perolehan rumah bagi MBR dapat berupa (a)

I 9
subsidi perolehan rumah; (b) stimulan rumah swadaya; (c) insentif perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan; (d)
perizinan; (e) asuransi dan penjaminan; (f) penyediaan tanah; (g) sertifikasi tanah;
dan/atau (h) prasarana, sarana, dan utilitas umum. Selain itu, Pemerintah dan
pemerintah daerah memberikan kemudahan dan/atau bantuan pembiayaan untuk
pembangunan dan perolehan rumah umum dan rumah swadaya bagi MBR.
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah secara tegas
juga disebutkan melibatkan masyarakat atau dengan memasilitasi masyarakat
yaitu (a) penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib
didahului proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan
melibatkan peran masyarakat, (b) peremajaan; (c) penetapan lokasi yang akan
ditentukan sebagai tempat untuk pemukiman kembali; (d) memasilitasi
pengelolaan yang dilakukan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas
perumahan dan permukiman secara berkelanjutan oleh masyarakat secara
swadaya; (e) memberikan pendampingan bagi orang perseorangan yang
melakukan pembangunan rumah secara swadaya.
Peran dunia usaha secara khusus tidak terwadahi dalam undang-undang
tersebut, namun secara umum telah terwakili dalam porsi partisipasi masyarakat.
Walaupun demikian, secara lebih rinci peran dunia usaha yang dilengkapi dengan
aspek kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat sebaiknya dilengkapi.
Rujukannya pada salah dua asas penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman yaitu kemitraan dan keterpaduan. Keterlibatan Dunia Usaha. Secara
umum keterlibatan dunia usaha beragam, dimulai dari mengembangkan teknologi
dan rancang bangun yang ramah lingkungan serta mengembangkan industri bahan
bangunan yang mengutamakan pemanfaatan sumber daya dalam negeri dan
kearifan lokal yang aman bagi kesehatan. Selain itu, ketika menjadi badan hukum
yang melakukan pembangunan perumahan, diwajibkan mewujudkan perumahan
dengan hunian berimbang.
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat memberikan insentif kepada
badan hukum untuk mendorong pembangunan perumahan dengan hunian
berimbang. Selain itu, pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya yang
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pengembangan lingkungan hunian

I 10
perkotaan, pembangunan lingkungan kawasan permukiman yang madani. Para
pemangku kepentingan antara lain meliputi masyarakat, swasta, lembaga
keuangan, Pemerintah dan pemerintah daerah. hunian baru perkotaan, dan
pembangunan kembali lingkungan hunian perkotaan dapat membentuk atau
menunjuk badan hukum untuk melaksanakan tugas tersebut. Berkaitan dengan itu,
perencanaan kawasan permukiman, termasuk perencanaan pengembangan
lingkungan hunian perkotaan yang diantaranya mencakup penyusunan rencana
pencegahan tumbuhnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh, ditetapkan
dapat dilakukan oleh Pemerintah, pemerintahdaerah, dan setiap orang.
Dalam proses penyiapan pembangunan perumahan, dimungkinkan
kegiatan konsolidasi tanah dilaksanakan melalui kerja sama dengan badan hukum,
yang dilakukan berdasarkan perjanjian tertulis antara penggarap tanah negara
dan/atau pemegang hak atas tanah dan badan hukum dengan prinsip kesetaraan
yang dibuat di hadapan pejabat yang berwenang. Kerja sama dengan badan
hukum dimaksudkan untuk memberikan peluang bagi penggarap tanah negara
atau pemegang hak atas tanah dapat bersama-sama meningkatkan daya guna dan
hasil guna tanah.
Salah satu tantangan utama dalam pembangunan perumahan khususnya
penyediaan rumah bagi MBR adalah ketersediaa dana murah jangka panjang yang
berkelanjutan. Untuk itu, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah harus
melakukan upaya pengembangan sistem pembiayaan untuk penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman yang meliputi lembaga pembiayaan,
pengerahan dan pemupukan dana, pemanfaatan sumber biaya, dan kemudahan
atau bantuan pembiayaan. Sistem pembiayaan dapat dilakukan berdasarkan
prinsip konvensional atau prinsip syariah melalui pembiayaan primer perumahan;
dan/atau pembiayaan sekunder perumahan. Untuk itu, Pemerintah atau pemerintah
daerah dapat menugasi atau membentuk badan hukum pembiayaan di bidang
perumahan dan kawasan permukiman, yang bertugas menjamin ketersediaan dana
murah jangka panjang untuk penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman.
Pemanfaatan sumber biaya digunakan untuk pembiayaan konstruksi,
perolehan rumah, pembangunan rumah, rumah umum, atau perbaikan rumah

I 11
swadaya, pemeliharaan pemeliharaan dan perbaikan rumah, peningkatan kualitas
perumahan dan kawasan permukiman, dan/atau kepentingan lain di bidang
perumahan dan kawasan permukiman sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Salah satu asas pembangunan perumahan adalah keterpaduan, yang dalam
hal ini diterjemahkan sebagai pembentukan forum yang terdiri dari unsur
pemerintah, asosiasi perusahaan penyelenggara perumahan dan kawasan
permukiman; asosiasi profesi penyelenggara perumahan dan kawasan
permukiman, asosiasi perusahaan barang dan jasa mitra usaha penyelenggara
perumahan dan kawasan permukiman, pakar di bidang perumahan dan kawasan
permukiman, dan/atau lembaga swadaya masyarakat dan/atau yang mewakili
konsumen yang berkaitan dengan penyelenggaraan pembangunan perumahan.
Diharapkan keberadaan forum ini dapat menjembatani perbedaan pandangan, dan
meningkatkan koordinasi, sekaligus berfungsi sebagai ‘clearing house’ yang
berujung pada peningkatan hasil guna dan daya guna pembangunan perumahan.
Kebijakan, Strategi dan Program Penanganan Permukiman Kumuh Dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman (PKP), secara eksplisit dicantumkan bahwa salah satu ruang lingkup
penyelenggaraan PKP adalah pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Hal ini yang kemudian
diterjemahkan dalam bentuk kebijakan, strategi dan program oleh berbagai
institusi pemerintah yang bertanggungjawab. Walaupun demikian disadari bahwa
kelemahan utamanya adalah tidak tersedianya payung kebijakan penanganan
permukiman kumuh.
Pada saat ini, yang tersedia baru berupa kebijakan dari masing-masing
instansi pemerintah yang disesuaikan dengan tupoksinya dan dicantumkan pada
masing-masing Rencana Strategisnya. Dalam dokumen Rencana Strategis
Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010-2014, dicantumkan visi berupa
Setiap Keluarga Indonesia Menempati Rumah yang Layak Huni, yang
diterjemahkan dalam 5 (lima) misi dan 10 tujuan dengan salah satu tujuannya
mengurangi luas lingkungan permukiman kumuh. Sementara sasaran strategis
ditetapkan berupa terlaksananya penataan lingkungan perumahan dan

I 12
permukiman kumuh seluas 655 Ha dengan jumlah penduduk terfasilitasi sebanyak
130.000 jiwa. Sementara sesuai dengan misinya, Kementerian Pekerjaan Umum
menetapkan visinya berupa Terwujudnya Permukiman yang Layak Huni dan
Seimbang, yang Mendorong Produktifitas bagi Seluruh Masyarakat, dengan 3
misi.
Penanganan permukiman kumuh terlihat tidak secara eksplisit disebutkan
dalam misi tetapi menjadi ditetapkan sebagai salah satu tujuan dan sasaran
strategis. Walaupun demikian dipercayai bahwa ketika seluruh misi dijalankan
dengan baik, dengan sendirinya permukiman kumuh dapat tertangani.

I 13
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana lingkungan. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar
kawasan lindung, baikyang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian dan tempat
kegiatan mendukung prikehidupan dan penghidupan.
Terdapat beberapa permasalahan umum serta tantangan dalam
penyediaan peumahan dan permukiman bagi masyarakat yang memiliki
penghasilan rendah. Dalam proses pengadaannya juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor dan dalam proses pengadaannya, pperan pemerintah sangat dibutuhkan
dalam proses pembangunan perumahan dan permukiman tersebut.

I 14
DAFTAR PUSTAKA

Ongkar Mungkasa (2013) Peluang dan Tantangan Penanganan Permukiman


Kumuh melalui Kemitraan Pemerintah, Swasta dan Masyarakat..

Neysa Dianesdhika Jasrul, Ayomi Dita Rarasati (2022) Faktor -faktor Paling
Berpengaruh Terhadap Penyediaan Perumahan dan Aksebilitas
Pembiayaan Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

Perkim.Id (2021) Isu dan Tantangan Penyediaan Perumahan

I 15

Anda mungkin juga menyukai