Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

BAB I............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................2
1.2. Indentifikasi Masalah.....................................................................................4
1.3. Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.4. Tujuan Dan Manfaat......................................................................................4
BAB II............................................................................................................................ 5
KAJIAN TEORI............................................................................................................. 5
2.1. Permukiman Kumuh......................................................................................5
BAB III........................................................................................................................... 9
EVALUASI DAN ANALISIS.........................................................................................9
3.1. Permukiman Kumuh Di Wilayah Banten.....................................................9
BAB IV.........................................................................................................................12
LANDASAN FILOSOFIS ,SOSIOLOGIS, YURIDIS...............................................12
4.1. Landasan Filosofis.......................................................................................12
4.2. Landasan Sosiologis...................................................................................12
4.3. Landasan Yuridis.........................................................................................13
BAB V.......................................................................................................................... 14
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................14
5.1. Kesimpulan...................................................................................................14
5.2. Saran............................................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN

PERMUKINAN Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni


yang ditandai dengan ketidakteraturan bangunan, tingkat
KUMUH
kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta
sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. (UU No.1
Tahun 2011 tentang PKP). Kondisi relasi sosial dan
kekerabatan relatif tinggi sebagai perwujudan keberadaan
komunitasnya (Rindarjono, 2012). Karakteristik permukiman
kumuh digambarkan dengan tingkat pendapatan dan tingkat
pendidikan masyarakat penghuninya yang rendah (Budiharjo,
2011). Permukiman kumuh atau slum merupakan kondisi
permukiman dengan kualitas buruk dan tidak sehat, tempat
perlindungan bagi kegiatan marjinal serta sumber penyakit
epidemik yang akhirnya akan menular ke wilayah perkotaan (UN
Habitat, 2010).

UPAYA usaha; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan

PENANGANANNYA persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya); daya upaya:

-- menegakkan keamanan patut dibanggakan;

BANTEN Salah satu Nama Provinsi yang yang berdiri sudah 19 Tahun

Banten adalah sebuah provinsi, wilayah paling barat di Pulau

Jawa, Indonesia. Provinsi ini pernah menjadi bagian dari

Provinsi Jawa Barat, tetapi menjadi wilayah pemekaran sejak

tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2000. Pusat pemerintahannya berada di Kota Serang

1
1.1. Latar Belakang

Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena

ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas

bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Permukiman

kumuh ini sering menjadi masalah bagi negara-negara berkembang. Sebagian

besar kawasan permukiman kumuh ini diakibatkan oleh urbanisasi, orang-orang

banyak mencari kerja di perkotaan sedangkan perusahaan tidak banyak menyerap

pekerja karena perbandingan perusahaan dengan pencari kerja tidak seimbang

sehingga menimbulkan banyak pengangguran. Akhirnya, memaksa mereka untuk

tinggal dilahan-lahan ilegal dan kurang layak sehingga timbullah lahan kawasan

permukiman kumuh. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011

tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman menyebutkan bahwa negara

bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu

bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam

perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah

Indonesia. Pemerintah sebagai penanggung jawab harus memiliki perencanaan

kota yang baik dan tetap berpihak kepada masyarakat yang berpenghasilan

rendah. Salah satu upayanya adalah penyediaan hunian sehat yang berkaitan

dengan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan. Untuk dapat

melaksanakan ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan Penyelenggaraan

2
Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan

dan Kawasan Permukiman merupakan upaya yang dilakukan untuk mewujudkan

tercapainya tujuan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

Pembinaan dilakukan dalam lingkup perencanaan, pengaturan, pengendalian, dan

pengawasan. Tanggung jawab pemerintah dilakukan melalui koordinasi,

sosialisasi peraturan perundang-undangan, bimbingan, supervisi dan konsultasi,

pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pendampingan dan

pemberdayaan, serta pengembangan sistem informasi dan komunikasi.

Kabupaten Serang merupakan salah satu dari delapan kabupaten/kota di Propinsi

Banten, yang memiliki banyak pertumbuhan dan perkembangan daerah yang baik

di bidang ekonomi terutama pada bidang industri. Hal tersebut membuat daya tarik

tersendiri bagi para pencari kerja di seluruh Indonesia. Sehingga, menyebabkan

kepadatan jumlah penduduk terutama para pendatang dan membuat permukiman

kumuh menjadi bertambah. Masalah permukiman kumuh juga terjadi di Kabupaten

Serang pada tahun 2017 Dinas Sosial mencatat jumlah rumah tidak layak huni

sebanyak 17.542 rumah di 29 kecamatan se-Kabupaten Serang. Hingga tahun

2020 sudah diperbaiki sebanyak 9.198 rumah tidak layak huni dan akan terus

berjalan dengan program yang sudah dibuat dan sesuai dengan keputusan bupati

Serang Nomor: 658/Kep.438-Huk.Org/2015 tentang Penetapan Lokasi Perumahan

dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Serang. Menurut Kepala Bidang Tata

Bangunan pada Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Tata Bangunan

(DPKPTB) sumber perbaikan RTLH dari APBD Kabupaten sebanyak 925 unit,

APBD Banten 100 unit, APBN (BSPS regular) 1.100 unit, dana Baznas dan CSR

100 unit, dan APBN (BSPS strategis) 320 unit. Total tahun 2020 diperbaiki 2.545

unit. Keseriusan pemerintah Kabupaten Serang.


3
1.2. Indentifikasi Masalah

Banyak permukiman yang mempuyai kodisi yang buruk

1.3. Rumusan Masalah

Bagaimana Upaya Untuk Menguragi Kawasan Permukiman Kumuh

1.4. Tujuan Dan Manfaat

penanganan kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Serang. Kajian ini

diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman atau bahan untuk gagasan

yang berhubungan dengan penanganan kawasan permukiman kumuh.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Permukiman Kumuh

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman mendefinisikan permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak

layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang

tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi

syarat. Menurut Rahardjo Adisasmita (2010) permukiman kumuh sering dilihat

sebagai suatu kawasan yang identik dengankawasan yang apatis, kelebihan

penduduk, tidak mencukupi, tidak memadai, miskin, bobrok, berbahaya, tidak

aman, kotor, di bawah standar, tidak sehat dan masih banyak stigma negatif

lainnya. Permukiman kumuh terjadi karena penghuninya yang kurang mampu

untuk membeli atau menyewa rumah di daerah perkotaan/ harga lahan dan

bangunan yang tinggi sedangkan lahan kosong sudah tidak ada.

Hetty Adriasih (2004) mendefinisikan permukiman kumuh sebagai lingkungan

permukiman yang kondisi tempat tinggal atau tempat huniannya berdesakan, luas

rumah tidak sebanding dengan jumlah penghuni, rumah berfungsi sekedar tempat

istirahat dan melindungi diri dari panas, dingin dan hujan, lingkungan dan tata

permukiman tidak teratur, bangunan sementara, acak-acakan tanpa perencanaan,

prasarana kurang (MCK, air bersih, saluran buangan, listrik, gang, lingkungan

jorok dan menjadi sarang penyakit), fasilitas sosial kurang (sekolah, rumah ibadah,

balai pengobatan), umumnya mata pencaharian penghuninya tidak tetap dan

usahanya nonformal, tanah bukan milik penghuni, pendidikan rendah, penghuni

sering tidak tercatat sebagai warga setempat (pendatang dari luar daerah), rawan

5
banjir dan kebakaran serta rawan terhadap timbulnya penyakit. Dilihat dari definisi

di atas maka dapat disimpulkan bahwa permukiman kumuh adalah lingkungan

permukiman dengan keadaan kurang baik secara fisik, sosial ekonomi maupun

sosial budaya. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman mendefinisikan permukiman kumuh adalah permukiman

yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan

bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang

tidak memenuhi syarat. Menurut Rahardjo Adisasmita (2010) permukiman kumuh

sering dilihat sebagai suatu kawasan yang identik dengankawasan yang apatis,

kelebihan penduduk, tidak mencukupi, tidak memadai, miskin, bobrok, berbahaya,

tidak aman, kotor, di bawah standar, tidak sehat dan masih banyak stigma negatif

lainnya. Permukiman kumuh terjadi karena penghuninya yang kurang mampu

untuk membeli atau menyewa rumah di daerah perkotaan/ harga lahan dan

bangunan yang tinggi sedangkan lahan kosong sudah tidak ada.

Hetty Adriasih (2004) mendefinisikan permukiman kumuh sebagai lingkungan

permukiman yang kondisi tempat tinggal atau tempat huniannya berdesakan, luas

rumah tidak sebanding dengan jumlah penghuni, rumah berfungsi sekedar tempat

istirahat dan melindungi diri dari panas, dingin dan hujan, lingkungan dan tata

permukiman tidak teratur, bangunan sementara, acak-acakan tanpa perencanaan,

prasarana kurang (MCK, air bersih, saluran buangan, listrik, gang, lingkungan

jorok dan menjadi sarang penyakit), fasilitas sosial kurang (sekolah, rumah ibadah,

balai pengobatan), umumnya mata pencaharian penghuninya tidak tetap dan

usahanya nonformal, tanah bukan milik penghuni, pendidikan rendah, penghuni

sering tidak tercatat sebagai warga setempat (pendatang dari luar daerah), rawan

6
banjir dan kebakaran serta rawan terhadap timbulnya penyakit. Dilihat dari definisi

di atas maka dapat disimpulkan bahwa permukiman kumuh adalah lingkungan

permukiman dengan keadaan kurang baik secara fisik, sosial ekonomi maupun

sosial budaya. Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan

Umum, penanganan kawasan permukiman kumuh dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Pemugaran, dilakukan dengan melakukan perbaikan dan/ atau

pembangunan kembali prasarana, sarana dan/ atau utilitas umum agar dapat

berfungsi dengan optimal, untuk mewujudkan kawasan permukiman yang sehat

dan layak huni.

2. Peremajaan, dilakukan dengan melakukan penataan kembali secara

menyeluruh, termasuk pembangunan baru prasarana, sarana dan/ atau utilitas

umum untuk mewujudkan kawasan permukiman yang sehat dan layak huni.

3. Pemukiman kembali, dilakukan dengan melakukan relokasi/ pemindahan

secara menyeluruh terhadap masyarakat pada kawasan permukiman kumuh yang

menempati kawasan yang peruntukannya bukan sebagai kawasan permukiman,

ke lokasi baru untuk mewujudkan Kawasan permukiman yang sehat dan layak

huni.

Penanganan permukiman kumuh mengacu pada Undang-undang Nomor 1 Tahun

2011 tentang Perumahan dan Permukiman, yaitu melalui:

1. Pemugaran, dilakukan untuk perbaikan dan/atau pembangunan kembali,

perumahan dan permukiman menjadi perumahan dan permukiman yang layak

huni;

7
2. Peremajaan, dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan,

permukiman, dan lingkungan hunian yang lebih baik guna melindungi keselamatan

dan keamanan penghuni dan masyarakat sekitar; dan

3. Pemukiman kembali, dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah,

perumahan, dan permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan

keamanan penghuni dan masyarakat.

8
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS

3.1. Permukiman Kumuh Di Wilayah Banten

Kabupaten Serang merupakan salah satu dari delapan kabupaten/kota di

Propinsi Banten , terletak diujung barat bagian utara pulau jawa dan merupakan

pintu gerbang utama yang menghubungkan Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa

dengan jarak ± 70 km dari kota Jakarta, Ibukota Negara Indonesia. Luas wilayah

secara administratif tercatat 1.467,35 Km2 yang terbagi atas 28 (dua puluh

delapan) wilayah kecamatan dan 320 desa. Secara Geografis wilayah Kabupaten

Serang terletak pada koordinat 5°50’ sampai dengan 6°21’ Lintang Selatan dan

105°0’ sampai dengan 106°22’ Bujur Timur. Jarak terpanjang menurut garis lurus

dari utara keselatan adalah sekitar 60 km dan jarak terpanjang dari Barat ke Timur

adalah sekitar 90 km.

BPS mencatat penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis

Kemiskinan) di Kabupaten Serang pada tahun 2019 berjumlah 61,54 ribu orang

(4,08 persen) mengalami penurunan jika dibandingkan dengan penduduk miskin

pada 2018 yang jumlahnya 64,46 ribu orang (4,30 persen). BPS juga

mencantumkan persentase Lingkungan Permukiman kumuh di Provinsi Banten

Tahun 2018 dan Kabupaten Serang memiliki luas wilayah permukiman kumuh

sebesar 1.734 km2 dan luas lingkungan permukiman kumuh sebesar 3 km2

meluasnya kawasan kumuh di Kabupaten Serang disebabkan oleh meningkatnya

jumlah penduduk, sementara ruang yang ada terbatas, juga perilaku masyarakat,

dan kondisi ekonomi masyarakat menjadi faktor yang berpengaruh terhadap

tumbuhnya permukiman kumuh.

9
Pemerintah Daerah Kabupaten Serang sejauh ini tengah berupaya dalam

menyikapi permasalahan permukiman kumuh di Kabupaten Serang dengan

melakukan penanganan kawasan pemukiman kumuh melalui Dinas Pemukiman

dan Perumahan Rakyat (Perkim) Kabupaten Serang. Upaya penanganan berupa

perbaikan jalan lingkungan, Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), Saluran

Lingkungan dan Air bersih. Hingga tahun 2020 sudah diperbaiki sebanyak 9.198

rumah tidak layak huni dan akan terus berjalan dengan program yang sudah

dibuat dan sesuai dengan keputusan Bupati Serang Nomor: 658/Kep.438-

Huk.Org/2015 tentang Penetapan Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh di

Kabupaten Serang dengan total luas sebanyak 387,18 Ha. Menurut Kepala

Bidang Tata Bangunan pada Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Tata

Bangunan (DPKPTB) sumber perbaikan RTLH dari APBD Kabupaten sebanyak

925 unit, APBD Banten 100 unit, APBN (BSPS regular) 1.100 unit, dana Baznas

dan CSR 100 unit, dan APBN (BSPS strategis) 320 unit total tahun 2020 diperbaiki

2.545 unit. Di Kabupaten Serang sendiri sesuai dengan data yang diberikan

DPKPTB memiliki target Kawasan permukiman kumuh yang ditangani sebesar

145,64 Ha pada tahun 2021.

Acuan utama penataan permukiman kumuh di Kabupaten Serang yaitu Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

telah mengamanatkan penyelenggaraan permukiman layak yang harus

dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah atau setiap orang, untuk

menjamin hak menempati lingkungan layak, sehat, aman, serasi dan teratur. Oleh

karena itu, kawasan kumuh menjadi tanggung jawab bersama yang harus

dituntaskan. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena

10
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas

bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Sementara,

perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi

sebagai tempat hunian.

Penataan kawasan pemukiman kumuh merupakan salah satu program pemerintah

pusat yang diintegrasikan dengan pemerintah daerah. Upaya pemerintah Provinsi

Banten dalam mengatasi permasalahan kumuh ini sudah dilakukan dengan

mencantumkan target pengentasan kumuh melalui Peraturan Daerah Provinsi

Banten Nomor 8 Tahun 2016 tentang RPJMD Provinsi Banten yang di dalamnya

memiliki prioritas terhadap kawasan permukiman dan permukiman kumuh.

Permukiman kumuh bukan hanya terlihat dari fisiknya saja tetapi juga masalah

kesehatan, air bersih, serta ketersediaan ruang terbuka hijau, sehingga harus

terjadi komunikasi yang baik serta koordinasi yang efektif antar Organisasi

Perangkat Daerah (OPD) bukan hanya dengan bertumpu pada dinas perkim saja.

11
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS ,SOSIOLOGIS, YURIDIS

4.1. Landasan Filosofis

Kawasan permukiman adalah kebutuhan dasar manusia dan sangat


berperan penting, setiap manusia memiliki hak untuk mendapatkan kehidupan
yang sejahtera lahir dan batin, salah satunya adalah hidup di lingkungan yang
sehat dan baik. Negara melalui pemerintah bertanggungjawab untuk membuat
masyarakat memiliki tempat tinggal yang layak, sehat, aman, harmonis dan
terjangkau di Kawasan permukiman, dengan menyelenggarakan perumahan dan
permukiman yang terjangkau sehingga dapat dicapai oleh masyarakat terutama
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Suatu daerah memiliki kawasan ruang
dan zonasi yang harus dimanfaatkan dan digunakan untuk kepentingan publik.
Untuk itu perlu pengintegrasian penggunaan dan pemanfaatan perumahan dan
kawasan permukiman sebagai pusat permukiman masyarakat di kawasan
perkotaan maupun perdesaan yang terus berkembang. Kabupaten Serang
memiliki potensi yang sangat besar dari sumber daya alam maupun sumber daya
manusia, untuk itu pemerintah daerahnya harus memiliki aturan tentang
pemanfaatan dan penggunaan perumahan dan kawasan permukiman secara
terpadu, terarah, dan terintegrasi dalam rangka optimalisasi, sinergi, serta
minimalisasi konflik antar kepentingan.

4.2. Landasan Sosiologis

Pemerintah Kabupaten Serang berperan untuk dapat menyediakan

Kawasan perumahan dan permukiman bagi masyarakat dengan memperhatikan

kesejahteraan, keadilan dan pemerataan, kenasionalan, keefisienan dan

kemanfaatan, keterjangkauan dan kemudahan, kemandirian dan kebersamaan,

kemitraan, keserasian dan keseimbangan, keterpaduan, kesehatan kelestarian

dan berkelanjutan, serta keselamatan, keamanan, ketertiban dan keteraturan.

12
Pemerintah perlu lebih berperan dalam menyediakan dan memberikan

kemudahan dan bantuan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat

melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang berbasis

kawasan serta keswadayaan masyarakat sehingga merupakan satu kesatuan

fungsional dalam wujud tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan sosial budaya

yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan semangat

demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Jika tidak dilakukan maka masyarakat

terutama masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) akan kesulitan memperoleh

dan menghuni rumah yang terjangkau dan layak, sehingga pemerintah harus

memperhatikan keseimbangan dalam menjalankan program Kawasan perumahan

dan permukiman.

4.3. Landasan Yuridis

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang


Perumahan dan Kawasan Permukiman telah menetapkan peraturan tentang
perumahan dan kawasan permukiman termasuk di dalamnya pengaturan
mengenai pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang selanjutnya akan dijelaskan secara detail dalam materi
pengaturan pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan
permukiman kumuh. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman, terdapat pasal yang mewajibkan pemerintah daerah
untuk mencegah dan melakukan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh, serta pasal yang mengamanatkan kepada daerah
menyusun Peraturan Daerah tentang ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan
lokasi permukiman kumuh. Sejauh ini pemerintah Kabupaten Serang telah
membuat Peraturan Daerah tentang penetapan lokasi permukiman kumuh di
Kabupaten Serang yaitu berupa keputusan Bupati Serang No: 658/Kep.438-
Huk.Org/2015.

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kabupaten Serang merupakan salah satu dari delapan kabupaten/kota di

Propinsi Banten, BPS mencatat penduduk miskin (penduduk yang berada di

bawah Garis Kemiskinan) di Kabupaten Serang pada tahun 2019 berjumlah 61,54

ribu orang (4,08 persen). keputusan Bupati Serang Nomor: 658/Kep.438-

Huk.Org/2015 tentang Penetapan Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh di

Kabupaten Serang dengan total luas sebanyak 387,18 Ha. Hingga tahun 2020

sudah diperbaiki sebanyak 9.198 rumah tidak layak huni dan akan terus berjalan

dengan target Kawasan permukiman kumuh yang ditangani sebesar 145,64 Ha

pada tahun 2021.

Ciri-ciri kekumuhan menurut Undang-undang No 1 Tahun 2011 tentang

perumahan dan kawasan permukiman adalah :

1. Ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi;

2. Ketidaklengkapan prasarana, saana dan utilitas umum;

3. Penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta

prasarana, sarana dan utilitas umum; dan

4. Pembangunan rumah, perumahan dan permukiman yang tidak sesuai dengan

rencana tata ruang wilayah.

5.2. Saran

Pemerintah Provinsi Banten mendorong Kabupaten Kota untuk


menfokuskan Kepada Perumahan Kumuh di Wilayah Kabupaten Kota.

14

Anda mungkin juga menyukai