Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah......................................................................................................3
1.3 Tujuan dan Kegunaan...................................................................................................3
1.4 Metode Penyusunan......................................................................................................4
BAB II..........................................................................................................................................5
KAJIAN TEORITIS.....................................................................................................................5
2.1 Pengawasan...................................................................................................................5
2.2 Efisiensi Kerja..............................................................................................................6
BAB III........................................................................................................................................9
EVALUASI DAN ANALISIS.....................................................................................................9
3.1 Pelaksanaan Konstruksi................................................................................................9
BAB IV......................................................................................................................................12
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS....................................................12
4.1 Landasan Filosofis......................................................................................................12
4.2 Landasan Sosiologis...................................................................................................12
4.3 Landasan Yuridis........................................................................................................12
BAB V.......................................................................................................................................13
JANGKAUAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN RUANG LINGKUP..........................................13
5.1 Jangkauan dan Arah Pengaturan.................................................................................13
5.2 Ruang Lingkup...........................................................................................................13
BAB VI......................................................................................................................................14
PENUTUP..................................................................................................................................14
6.1 Kesimpulan.................................................................................................................14
6.2 Saran...........................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan Indonesia merupakan negara berkembang, hal ini dapat dilihat salah satunya
dari banyaknya pembangunan dalam bidang konstruksi. Suatu hal yang sangat penting dalam
perencanaan ataupun pelaksanaan suatu konstruksi adalah manajemen dari proyek tersebut. Sebuah
proyek membutuhkan perancana, pelaksanan (kontraktor), manajemen konstruksi (konsultan
pengawas). Untuk jasa konsultan biasanya dibutuhkan pada proyek–proyek besar dengan biaya
tinggi. Saat ini telah banyak berdiri kantor-kantor konsulatan konstruksi, baik dari bidang
pengawasan ataupun perencanaan. Konsultan biasanya menyediakan jasa dalam bentuk keahlian
dan dilanjutkan dengan pekerjaan atau kegiatan yang merupakan implementasi nasehat yang
diberikan, hingga membuahkan hasil yang nyata yang merupakan tujuan dan sasaran dari
pengerjaan suatu proyek. Permintaan akan jasa konsultan meningkat sejalan dengan perkembangan
usaha dalam masyarakat modern. Salah satu cirri masyarakat modern adalah tumbuhnya spesialisasi
dalam berbagai bidang kegiatan dan ini sering tidak dapat dipenuhi oleh ahli yang ada. Oleh karena
itu diusahakan diperoleh dari luar berupa jasa konsultanKonsultan mempunyai peran yang sangat
penting dalam melakukan koordinasi pekerjaan peserta proyek pada tahap perencanaan dan
pengawasan, meskipun tak dapat lepas dari dukungan pemilik proyek (owner) sebagai pemberidana
dan kontraktor sebagai pelaksana di lapangan, konsultan sangat membantu pemilik proyek dalam
peningkatan kinerja pelaksanaan konstruksi agar total biaya yang diperoleh optimum dan
penyelesaian proyek tepat waktu. Jalan merupakan prasarana infrastruktur dasar yang dibutuhkan
manusia untuk dapat melakukan pergerakan dari suatu lokasi ke lokasi lainnya dalam rangka
pemenuhan kebutuhan. Rencana spesifikasi jalan raya sebenarnya adalah merupakan petunjuk
pembangunan jalan raya. Di Indonesia, penyelenggaraan jalan terbagi atas tiga kewenangan yaitu
pemerintah pusat yang berwenang dalam penyelenggaraan jalan nasional dan jalan tol, pemerintah
daerah provinsi yang berwenang dalam penyelenggaraan jalan provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten/kota yang berwenang dalam penyelenggaraan jalan kabupaten/kota. Keberhasilan proyek
pembangunan jalan yang dilakukan oleh pemerintah sangat ditentukan oleh peran dari para pelaku
konstruksi yang terlibat, salah satunya adalah penyedia jasa konsultansi (Konsultan) dan
keberhasilan suatu perusahaan jasa konsultansi diukur dengan kinerja dari perusahaan tersebut.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 08/PRT/M/2011 tentang Pembagian Subklasifikasi dan
Subkualifikasi Usaha Jasa Konstruksi menyebutkan bahwa Pengawas Konstruksi adalah penyedia
jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang
pengawasan jasa konstruksi yang mampumelaksanakan pekerjaan pengawasan konstruksi sampai

Page | 1
selesai dan diserahterimakan (Tomigolung, 2013). Dalam hal kualitas atau mutu diperlukan langkah
pengaturan yang biasanya disebut dengan manajemen kualitas atau manajemen mutu. Manajemen
mutu suatu proyek mencakup kegiatan yang dituntut untuk mengoptimalkan kebijakan kualitas dan
proses proyek. Dalam jasa konstruksi komponen yang mendukung dalam suatu mutu kualitas hasil
pekerjaan konstruksi adalah salah satunya yang bisa memperingatkan jika kontraktor melakukan
penyimpangan adalah konsultan pengawas. Jika kemampuan yang dimiliki konsultan pengawas
terbatas atau kurang maka hal itu juga mempengaruhi dengan apa yang dikerjakan oleh kontraktor.
Konsultan Pengawas merupakan salah satu aspek penting dalam suatu proyek. Pihak inilah yang
bertanggungjawab sebagai supervisor atas setiap proses kerja dalam suatu proyek, termasuk dalam
hal pengendalian mutu pekerjaan. Kinerja konsultan pengawas digunakan sebagai pengukuran
tingkat keefektifan yang menghubungkan kualitas produk kerja dan produktivitas konsultan.
Dengan kata lain kinerja dapat digunakan untuk mendeskripsikan kerja, produk dan karakter umum
serta proses pekerjaan. Kinerja pengawasan konsultan dinyatakan baik bila terlaksananya
pengawasan proyek sesuai dengan permintaan atau harapan pemilik. Pesatnya pembangunan di
sektor jasa konstruksi menyebabkan perlunya SDM yang berkualitas dalam memfasilitasi
pelaksanaan kegiatan.SDM ini adalah termasuk pihak pemberi pekerjaan seperti PPK atau ASN
yang bertanggung-jawab melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Pemahaman terhadap tahap pelaksanaan pekerjaan konstruksi perlu dimiliki oleh para petugas
pengawas pekerjaan konstruksi agar pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan sesuai dengan hasil
yang diharapkan Agar pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan baik diperlukan konsultan yang
berkualitas dalam menghasilkan setiap detail perencanaan dan pengawasanPemilihan penggunaan
jasa konsultan memiliki tingkat kesulitan yang sama dengan pemilihan kontraktor, dalam hal ini
pihak owner harus merencanakan sedemikan rupa agar pemilihan jasa konsultan dapat menunjang
dengan baik dalam pengerjaan proyek. Meningkatnya kegiatan pembangunan fisik di era
globalisasi, dimana batas antar negara makin terbuka, produk dan jasa dari satu tempat mudah
mencapai tempat lain, maka mereka yang bekerja dengan perencanaan yang matang dan
pengelolaan yang matang dapat mencapai hasil guna yang maksimum. Salah satu hal yang
terpenting untuk mencapai tujuan tersebut adalah suatu pekerjaan pengawasan, karena pekerjaan
pengawasan ini sangat membantu supaya tercapainya tujuan yang dikehendaki. Akan tetapi tentu
tidak semua orang mempunyai kriteria untuk melakukan pekerjaan pengawasan tersebut. Untuk itu
perlu adanya suatu badan usaha / jasa yang mengawasi kelancaran suatu proyek konstruksi yang
dikenal dengan konsultan pengawas atau juga dikenal dengan nama konsultan manajemen
konstruksiPada saat menjalankan tugas dan tanggung jawab konsultan harus berkomitmen bekerja
secara profesional dengan mengawasi jalanya pekerjaan konstruksi dan memonitoring kemajuan
dari pekerjaan. Tetapi pada kenyataanya masih ada beberapa pelaksanaan konstruksi yang

Page | 2
mengalami keterlambatan dan penyimpangan kualitas dari proses kontruksi yang disebabkan, bukan
saja dari faktor eksternal tetapi juga dari faktor internal. Ada enam faktor yang memberikan
pengaruh secara umum terhadap peningkatan atau penurunan kinerja konsultan dalam mengawasi
suatu proyek yaitu aspek mutu, waktu, aspek biaya, aspek kualifikasi personil dan aspek pelaporan
(Tjakra et al , 2014). Dan juga ada bebarapa faktor yang mempengaruhi kinerja konsultan dalam
mengawasi proyek konstruksi diantarannya faktor motivasi oleh (Anugrahni, 2013) dan faktor
kompetensi yang memiliki pengaruh terhadap keberhasilan konsultan pengawas di lapangan.
(Harmin, 2014).aspek kuantitas, aspek. Maka tidak heran jika peranan konsultan dalam mengawasi
suatu pekerjaan juga mempunyai resiko. Dari Keppres Th 80 No.2003 dan selanjutnya Perpres 54
tahun 2010, terlihat bahwa pekerjaan konsultan mempunyai resiko yang cukup besar dari berbagai
segi, baik dari segi materil maupun dari segi non materil yang berhubungan dengan ketepatan
waktu, kebutuhan tenaga, menjaga kepercayaan, serta kredibilitas perusahaan itu sendiri. Apabila
kepercayaan dari pengguna barang/jasa sudah pudar, maka kesempatan konsultan untuk
berkembang lebih baik kedepanya menjadi semakin sempit. Hal ini juga sangat berpengaruh dengan
masa depan perusahaan.Penentuan pemilihan terhadap kinerja konsultan sangat diperlukan karena
sebagian besar keputusan strategis dan biaya proyek bergantung pada kinerja konsultan yang
diimplementasikan dalam dokumen perencanaan proyek. Untuk itu perlu diketahui faktor apa saja
yang menjadi penentu kinerja efektif konsultan dalam pengerjaan suatu proyek.

1.2 Identifikasi Masalah

Memaksimalkan Peran yang penting dari Konsultan manajemen proyek dalam pengawasan
pada pelaksanaan kontruksi.

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari kajian ini adalah memberikan gambaran dan pengetahuan tentang bagaimana
Peran Penting dari konsultan

1.4 Metode Penyusunan

1.4.1 Metode Analisis


Metode analisis pada kajian ini terdiri dari 3 (tiga) tahapan, pertama adalah kondisi
yang terjadi saat ini di lapangan. Kedua adalah mencari sumber permasalahan yang mungkin
dapat menjadi penghambat pengelolaan. Ketiga adalah analisis kesenjangan antara kondisi saat
ini dengan kondisi yang seharusnya lalu dilakukan perumusan strategi dan kebijakan.

Page | 3
1.4.2 Metode Pengambilan Data
Data yang diambil untuk melakukan kajian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder.

Page | 4
BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengawasan

Pendidikan Menurut Schermerhorn dalam Ernie dan Saefullah (2005: 317), mendifinisikan
pengawasan merupakan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dalam pengambilan
tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan ukuran yang telah
ditetapkan tersebut. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2006: 303), menyatakan bahwa
pengawasan merupakan sebagai proses pemantauan kinerja tenaga kerja berdasarkan standar untuk
mengukur kinerja, memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang
dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para tenaga kerja.
Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang berupaya agar rencana yang sudah
ditetapkan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan atau pemeriksaan kegiatan proyek konstruksi
untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya dan
melakukan tindakan korektif yang diperlukan untukmemperbaiki kesalahankesalahan yang ada
sebelumnya. Pengawasan yang efektif membantu usaha dalam mengatur pekerjaan agar dapat
terlaksana dengan baik. Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen.
Fungsi ini terdiri dari tugastugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas proyek konstruksi agar
target proyek konstruksi tercapai. Dengan kata lain fungsi pengawasan menilai apakah rencana
yang ditetapkan pada fungsi perencanaan telah tercapai. Sistem pengawasan yang efektif harus
memenuhi beberapa prinsip pengawasan yaitu adanya rencana tertentu dan adanya pemberian
instruksi serta wewenang-wewenang kepada bawahan. Rencana merupakan standar atau alat
pengukur pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan. Rencana tersebut menjadi petunjuk apakah
sesuatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak. Pemberian instruksi dan wewenang dilakukan
agar sistem pengawasan itu memang benarbenar dilaksanakan secara efektif. Wewenang dan
instruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada bawahan, karena berdasarkan itulah dapat
diketahui apakah bawahan sudah menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Atas dasar instruksi
yang diberikan kepada bawahan maka dapat diawasi pekerjaan seorang bawahanPelaksanaan
kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan memerlukan pengawasan agar perencanaan
yang telah disusun dapat terlaksana dengan baik. Pengawasan dikatakan sangat penting karena pada
dasarnya manusia sebagai objek pengawasan mempunyai sifat salah dan khilaf. Oleh karena itu
manusia dalam organisasi perlu diawasi, bukan mencari kesalahannya kemudian menghukumnya,
tetapi mendidik dan membimbingnya. Menurut Husnaini (2001: 400), tujuan pengawasan adalah
sebagai berikut : 1. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,

Page | 5
pemborosan, dan hambatan. 2. Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan,
pemborosan, dan hambatan. 3. Meningkatkan kelancaran operasi proyek konstruksi. Melakukan
tindakan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan dalam pencapaian kerja yang baik. Dalam
dunia konstruksi Konsultan pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek (owner)
untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Konsultan pengawas dapat berupa badan usaha atau
perorangan. perlu sumber daya manusia yang ahli dibidangnya masing-masing seperti teknik sipil,
arsitektur, mekanikal elektrikal, listrik dan lain-lain sehingga sebuah bangunan dapat dibangun
dengan baik dalam waktu cepat dan efisien. Konsultan pengawas biasa diadakan pada proyek
bangunan dengan skala besar seperti gedung bertingkat tinggi, bagian ini bisa merangkap dalam hal
management konstruksi atau MK namun perbedaanya adalah MK mengelola jalanya proyek dari
mulai perencanaan,pelaksanaan sampai berakhirnya proyek sedangkan konsultan pengawas hanya
bertugas mengawasi jalanya pelaksanaan proyek saja. dalam kondisi nyata dilapangan diperlukan
kerjasama yang baik antara konsultan pengawas dengan kontraktor agar bisa saling melengkapi
dalam pelaksanaan pembangunan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan misalnya kontraktor
dibatasi oleh waktu dalam melaksanakan pekerjaan jadi akan sangat terpengaruh dari proses
aproval material atau shop drawing dari konsultan pengawas .

2.2 Efisiensi Kerja

Peranan Menurut Sedarmayanti (2001: 112), efisiensi adalah perbandingan terbaik antara
suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan
yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupun hasilnyayang meliputi pemakaian waktu yang
optimal dan kualitas cara kerja yang maksimal. Perbandingan dilihat dari : a. Segi hasil Suatu
pekerjaan disebut lebih efisien bila dengan usaha tersbut memberikan hasil yang maksimal
mengenai hasil pekerjaan tersebut. b. Segi usaha Suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien bila suatu
hasil tertentu tercapai dengan usaha minimal. Usaha tersebut terdiri dari lima unsur yaitu : pikiran,
tenaga, waktu, ruang, dan benda (termasuk biaya). Menurut Sinungan (2005: 84), menyatakan
bahwa efisensi kerja adalah perbandingan yang paling harmonis antara pekerjaan yang dilakukan
dengan hasil yang diperoleh ditinjau dari segi waktu yang digunakan, dana yang dikeluarkan, serta
tempat yang dipakai. Secara umum efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu usaha
dengan hasil yang dicapai. Efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang
dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan itu sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam
hal kualitas maupun kuantitasnya. Menurut Sedarmayanti (2001: 122), syarat-syarat agar
tercapainya efisiensi kerja adalah sebagai berikut : a. Berhasil guna atau efektif. b. Ekonomis. c.
Pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan. d. Pembagian kerja yang nyata. e. Prosedur
kerja yang praktis (cara kerja). Menurut Siagian (2003:113), fungsi organik pengawasan harus

Page | 6
dilaksanakan dengan seefektif mungkin, karena pelaksanaan fungsi pengawasan dengan baik akan
memberikan sumbangan yang besar pula dalam meningkatkan efisiensi. Efektivitas menurut
Siagian (2001:24) memberikan defenisi sebagai berikut : ‘’Efektivitas adalah pemanfaatan
sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya
untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas
menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil
kegiatan semakin mendekati sasaran,berarti makin tinggi efektivitasnya”. Menurut Indrawijaya
(2001), efektivitas adalah pemanfaatan sumber sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang
secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.
Menurut Gie (1998), efektivitas adalah suatu keadaan yang mengandng suatu efek/akibat yang
dikehendaki kalu seseorang melakukan sesuatu yag memang dikehendakinya maka seseorang itu
dikatakan efektif jika menimbulkan akibat atau mempunyai maksud sebagaimana dikehendakinya.
Dalam memaknai efektivitas kerja setiap tenaga kerja memberi arti yang berbeda, sesuai sudut yang
berbeda sesuai sudut pandang dan kepentingan masing-masing. Selanjutnya efektivitas organisasi
merupakan kemampuan organisasi untuk merealisasikan berbagai tujuan dan kemampuannya untuk
beradaptasi dengan lingkungan dan mampu bertahan untuk tetap hidup. Faktor yang mempengaruhi
efektivitas kerja menurut Steers (2005:20) ada empat (4) faktor yaitu : Karakteristik organisasi
terdiri dari struktur organisasi dan teknologi dalam organisasi. Struktur organisasi maksudnya
adalah hubungan relatif tetap sifatnya seperti dijumpai dalam organisasi sehubungan dengan
sumber daya manusia. Struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-orang atau
mengelompokkan orang-orang didalam menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan teknologi yang
dimaksud adalah mekanisme suatu proyek konstruksi untuk mengubah bahan baku menjadi barang
jadi. Karakteristik organisasi berpengaruh terhadap efektivitas disamping lingkungan luar dan
dalam telah dinyatakan berpengaruh terhadap efektivitas. Lingkungan luar yang dimaksud adalah
luar proyek konstruksi misalnya hubungan dengan masyarakat sekitar, sedang lingkungan dalam
lingkup proyek konstruksi misalnya tenaga kerja atau pegawai di proyek konstruksi tersebutPada
kenyataannya para tenaga kerja proyek konstruksi merupakan faktor pengaruh yang paling penting
atas efektivitas karena prilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau
merintangi tercapainya tujuan orgnaisasi. Pekerja merupakan sumber daya yang langsung
berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya yang ada dalam organisasi. Oleh sebab itu
perilaku pekerja sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi. Dengan makin
rumitnya proses teknologi serta makin rumit dan kejamnya lingkungan, maka peran manajemen
dalam mengkoordinasi orang dan proses demi keberhasilan organisasi semakin sulit. Kebijaksanaan
dan praktek manajemen dapat mempengaruhi atau merintangi pencapaian tujuan, ini tergantung
bagaimana kebjiaksanaan dan praktek manajemen dalam tanggung jawab terhadap para tenaga

Page | 7
kerja atau organisasi. Untuk mengukur efektivitas kerja menggunakan kriteria ukuran yaitu dalam
usaha membina pengertian efektivitas yang semula bersifat abstrak itu menjadi sedikit banyak
mengidentifikasi segi-segi yang lebih menonjol yang berhubungan dengan konsep ini (Steers,
2005:20). Namun kriteria yang paling banyak digunakan adalah sebagai berikut: a. Kemampuan
menyesuaikan diri (keluwesan) b. Produktivitas kerja c. Kepuasan kerja d. Kemampuan berlaba
(prestasi kerja) e. Pencapaian sumber daya Efektifitas adalah melakukan tugas yang benar
sedangkan efisiensi adalah melakukan tugas dengan benar. Penyelesaian yang efektif belum tentu
efisien begitu juga sebaliknya. Yang efektif bisa saja membutuhkan sumber daya yang sangat besar
sedangkan yang efisien barangkali memakan waktu yang lama. Sehingga sebisa mungkin
efektivitas dan efisiensi bisa mencapai tingkat optimum untuk kedua-duanya.

Page | 8
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS

3.1 Pelaksanaan Konstruksi

Wilayah Banten, Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali
dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat
suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi hasil proyek yang berupa bangunan.
Proses yang terjadi dalam rangkaian tersebuttentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak-pihak yang terlbat dalam suatu
proyek dibedakan atas fungsional dan hubungan kerja. Karakteristik proyek konstruksi dapat
dipandang dalam tiga dimensi, yaitu unik, melibatkan sejumlah sumber daya , dan membutuhkan
organisasi dalam pelaksanaan proyek harus sesuai dengan spesifikasi yang di tetapkan, sesuai time
schedule, dan sesuai dengan biaya yang di rencanakan (Ervianto, 2003). Menurut Soeharto (1995)
terlihat bahwa ciri pokok proyek adalah: 1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil
akhir. 2. jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan yang telah
ditentukan. 3. Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. titik awal dan
akhir dengan jelas. 4. Non-rutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah
sepanjang proyek berlangsung. Menurut Soeharto (1995) bahwa untuk menyelenggarakan proyek,
salah satu sumber daya yang menjadi faktor penentu keberhasilannya adalah tenaga kerja. Tenaga
kerja sebagai sumber daya manusia mempunyai pengertian sebagai berikut (Handoko, 1984): 1.
Manusia yang bekerja dilingkungan suatu organisasi (disebut juga personil, pekerja, tenaga kerja).
2. potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan keberadaannya. 3. potensi
yang berfungsi sebagai modal (non material/non financial) di dalam organisasi, untuk mewujudkan
eksistensi (keberadaan) organisasi Dilihat dari bentuk hubungan tenaga kerja yang dipakai, maka
tenaga kerja proyek, khususnya tenaga kerja konstruksi (Soeharto, 1990), dapat dibedakan menjadi:
1. tenaga kerja tetap tenaga kerja tetap meruapakan pegawai tetap dari proyek konstruksi
(kontraktor utama) yang bersangkutan dengan kontrak kerja secara perseorangan dalam jangka
waktu yang relatif panjang. 2. tenaga kerja sementara ikatana kerja yang adalah proyek konstruksi
penyedia tenaga kerja (man power supplier) dan kontraktor utama untuk jangka waktu pendek. 14
Proyek konstruksi selaluProyek konstruksi selalu membutuhakan tenaga kerja untuk bekerja dengan
menggunakan fisik mereka untuk bekerja di lapangan terbuka dalam cuaca dan kondisi apapun
(Ervianto, 2002). Menurut hasil penelitian (Rusdianto, 2010) menunjukan bahwa kualitas tenaga
kerja dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Delapan peringkat teratas faktor internal
tersebut adalah: 1. motivasi kerja 2. pengalaman kerja 3. keahlian/keterampilan 4. tingkat kehadiran
5. pendidikan formal 6. inisiatif dan kreativitas 7. kesehatan 8. perilaku/sikap. Sedangkan faktor

Page | 9
internal lima peringkat teratas adalah: 1. kedisiplinan kerja 2. tingkat kerjasama 3. perasaan aman
dan nyaman dalam bekerja 4. teknologi yang digunakan dalam mendukung pelaksanaan pekerjaan
dan bidang pekerjaan sesuai dengan bidang yang diminati. Untuk upaya peningkatan kualitas kerja,
lima peringkat teratas adalah: 1. meningkatkan pengalaman kerja 2. meningkatkan disiplin kerja 3.
mengikuti pelatihan-pelatihan 4. meningkatkan komunikasi kerja 5. meningkatkan pendidikan
formal tenaga kerja. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan kualitas kerja
enam peringkat teratas adalah: 1. upaya memperbaiki kinerja 2. kebijakan dalam perencanaan SDM
proyek konstruksi 3. lingkungan kerja proyek konstruksiSistem pengawasan yang efektif harus
memenuhi beberapa prinsip pengawasan yaitu adanya rencana tertentu dan adanya pemberian
instruksi serta wewenang-wewenang kepada bawahan. Rencana merupakan standar atau alat
pengukur pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan. Rencana tersebut menjadi petunjuk apakah
sesuatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak. Pemberian instruksi dan wewenang dilakukan
agar sistem pengawasan itu memang benarbenar dilaksanakan secara efektif. Wewenang dan
instruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada bawahan, karena berdasarkan itulah dapat
diketahui apakah bawahan sudah menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Atas dasar instruksi
yang diberikan kepada bawahan maka dapat diawasi pekerjaan seorang bawahan. Menurut
Schermerhorn dalam Ernie dan Saefullah (2005: 317), mendifinisikan pengawasan merupakan
sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dalam pengambilan tindakan yang dapat
mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan tersebut.
Sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2006: 303), menyatakan bahwa pengawasan merupakan
sebagai proses pemantauan kinerja tenaga kerja berdasarkan standar untuk mengukur kinerja,
memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan
balik pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para tenaga kerja. Pengawasan merupakan bagian
dari fungsi manajemen yang berupaya agar rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai dengan
efektif dan efisien. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan
pemantauan atau pemeriksaan kegiatan proyek konstruksi untuk menjamin pencapaian tujuan
sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya dan melakukan tindakan korektif yang
diperlukan untukmemperbaiki kesalahankesalahan yang ada sebelumnya. Pengawasan yang efektif
membantu usaha dalam mengatur pekerjaan agar dapat terlaksana dengan baik. Fungsi pengawasan
merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugastugas memonitor dan
mengevaluasi aktivitas proyek konstruksi agar target proyek konstruksi tercapai. Dengan kata lain
fungsi pengawasan menilai apakah rencana yang ditetapkan pada fungsi perencanaan telah tercapai.
Sistem pengawasan yang efektif harus memenuhi beberapa prinsip pengawasan yaitu adanya
rencana tertentu dan adanya pemberian instruksi serta wewenang-wewenang kepada bawahan.
Rencana merupakan standar atau alat pengukur pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan.

Page | 10
Rencana tersebut menjadi petunjuk apakah sesuatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak.
Pemberian instruksi dan wewenang dilakukan agar sistem pengawasan itu memang benarbenar
dilaksanakan secara efektif. Wewenang dan instruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada
bawahan, karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah menjalankan tugas-
tugasnya dengan baik. Atas dasar instruksi yang diberikan kepada bawahan maka dapat diawasi
pekerjaan seorang bawahan. Sistem pengawasan akan efektif bilamana sistem pengawasan itu
memenuhi prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa sistem pengawasan itu tetap dapatdipergunakan,
meskipun terjadi perubahan terhadap rencana yang diluar dugaan.

Page | 11
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

4.1 Landasan Filosofis

Konsultan adalah Kontraktor dan konsultan pengawas memiliki jawaban yang berbeda
terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan pada proyek konstruksi.

4.2 Landasan Sosiologis

Seperti konsultan pengawas, cara mencegah kegagalan pada proyek konstruksi pada tahap
perencanaan adalah mengikuti prosedur perencanaan dengan baik dan perencanaan dilakukan
dengan data penunjang perencanaan yang akurat.

4.3 Landasan Yuridis

PP No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, sebagaimana terakhir diubah
dengan PP No. 54 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas PP No. 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Page | 12
BAB V
JANGKAUAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN RUANG LINGKUP

5.1 Jangkauan dan Arah Pengaturan

Sasaran kajian ini adalah pada Peran Pemerintah Memaksimalkan Konsultan Konstruksi

5.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup wilayah kajian ini berada pada Pengurangan Pengguran Adapun Ruang
lingkup pembahasan di Kabupaten/Kota Provinsi Banten.

Page | 13
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Lingkungan Menurut konsultan pengawas, faktor utama pada tahap pra-perencanaan yang
dapat menyebabkan kegagalan pada proyek konstruksi adalah pengambilan data yang tidak akurat
dan tidak melihat kondisi sosial. Menurut owner, faktor utama pada tahap pra-perencanaan yang
dapat menyebabkan kegagalan pada proyek konstruksi adalah pengambilan data yang tidak akurat
dan ambisi pemilik proyek yang berlebihan. Menurut kontraktor, faktor utama pada tahap
perencanaan yang dapat menyebabkan kegagalan pada proyek konstruksi adalah kesalahan dalam
menghitung beban rencana dan perencanaan dilakukan tanpa data penunjang perencanaan yang
akurat. Menurut owner, faktor utama pada tahap perencanaan yang dapat menyebabkan kegagalan
pada proyek konstruksi adalah kesalahan dalam menghitung beban rencana dan perencanaan
dilakukan tanpa data penunjang perencanaan yang akurat.

6.2 Saran

Bagi konsultan pengawas, disarankan agar melakukan prosedur pengawasan dengan benar dan
menyetujui gambar rencana kerja yang didukung dengan perhitungan teknis agar tidak terjadi
kegagalan pada proyek konstruksi yang dapat merugikan pihak konsultan pengawas maupun pihak
lainnya. Bagi Pemerintah, disarankan agar melakukan Pemilihan Konsultan yang benar benar
berintegritas.

Page | 14

Anda mungkin juga menyukai