DISUSUN OLEH
IRFAN MAULANA
551421017
FAKULTAS TEKNIK
2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan petunjuk dan hidayah-Nya
laporan dengan judul “Analisa Permasalahan Permukiman Kota” dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
Laporan ini berisi tentang beberapa deskripsi yang merujuk kepada permasalahan perumahan
informal dan studi kasus berupa salah satu kelurahan yang ada di Kota Gorontalo, yakni Kelurahan
Biawao, Kecamatan Kota Selatan, Kabupaten Gorontalo. Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kota dan Permukiman. Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh
dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan, dan bahasannya.oleh karena itu, kami sangat
mengharap kritik dan saran yang membangun guna menjadi acuan agar bisa menjadi lebih baik lagi di
masa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
A. Kawasan Permukiman
B. Identifikasi Permasalahan Permukiman
BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, memiliki masalah perkotaan
yang sangat kompleks. Sebagai salah satu ciri negara berkembang adalah sangat pesatnya
perkembangan penduduk perkotaan terutama kotakota besar dari negara tersebut, sebagai akibat
dari tingginya angka pertumbuhan penduduk dan urbanisasi. Kaum urban dari kalangan miskin,
biasanya menyasar pinggiran kota yang belum memiliki fasilitas ruang kota, agar lebih murah.
Salah satu akibatnya adalah munculnya permukiman kelompok sosial kota terpinggirkan, yang
tidak terencana, tidak memiliki fasilitas infrastruktur, yang semakin lama semakin berkembang
secara alami dan akhirnya tumbuh tidak terkendali menjadi wilayah permukiman yang serba
semrawut dan kumuh.
Kawasan permukiman menurut Undang- undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Sedangkan permukiman sendiri adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Permukiman kumuh merupakan keadaan lingkungan hunian dengan kualitas yang sangat
tidak layak huni, dengan ciri-ciri antara lain kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luasan yang
terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, serta kualitas bangunan yang sangat
rendah, tidak terlayaninya prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan
keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuninya.
Unsur- unsur permukiman yaitu alam (nature), lindungan (shell), jejaring (network),
manusia (man), dan masyarakat (society). Komposisi unsur yang membentuk permukiman
beraneka ragam, serta kegiatan yang ditampung oleh permukiman tersebut juga beragam. Selain
untuk menampung kegiatan hunian itu sendiri, permukiman juga sebagai tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan salah satunya adalah kegiatan pertambangan
(Setiawan et al., 2017).
Perumahan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat. Produk-produk
yang ditawarkan oleh pengembang kepada konsumennya tentunya harus berorientasi kepada
kebutuhan konsumen. Kepuasan konsumen atas pembelian rumah yang ditawarkan merupakan
impian dari setiap pengembang. Masyarakat yang semakin maju membutuhkan keamanan,
kenyamanan dalam lingkungan perumahaan atau huniannya (Putri et al., 2019).
Permasalahan yang sering terjadi terkait perumahan dan permukiman adalah masalah
kelayakan hunian atau kondisi terpat hunian. Seiring pertumbuhan kota, kawasan diharapkan
mampu mewadahi aktivitas manusia dengan baik lewat standar yang telah ditentukan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembangunan permukinan yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan?
2. Bagaimana kondisi kawasan perumahan dan permukiman di Kelurahan Biawao, Kota
Gorontalo?
3. Bagaimana desain dan solusi yang tepat untuk permasalahan perumahan yang ada di
Kelurahan Biawao?
C. Tujuan
1. Mengetahui pembangunan perumahan dan permukinan yang sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
2. Mengetahui salah satu kondisi kawasan permukiman di Kelurahan Biawao, Kota Gorontalo.
3. Mengetahui desain dan solusi yang tepat untuk permasalahan perumahan yang ada di
Kelurahan Biawao.
BAB 2
LANDASAN TEORI
Berdasarkan peraturan menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat no. 2/PRT/M/2016
2016 tentang peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh kriteria
permukiman kumuh sebagai berikut : Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh
merupakan kriteria yang di gunakan untuk menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan
kumuh dan permukiman kumuh. Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
dimaksud, kriteria kekumuhan ditinjau dari: Bangunan gedung, jalan lingkungan, penyediaan air
bersih/minum, drainase lingkungan, pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan; dan
proteksi kebakaran.
STUDI KASUS
A. Kawasan Permukiman
Studi kasus terkait permukiman ini, bertempat di Kelurahan Biawao, secara goegrafis
Kelurahan Biawao terletak di Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo. Kelurahan Biawao
sendiri, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Limba B, sebelah selatan berbatasan dengan
Kelurahan Tenda, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Ipilo, sebelah barat berbatasan
dengan Kelurahan Biawu.
Kelurahan atau Desa Biawao memiliki jumlah distrik adalah 9 dan luas wilayah menurut BPS
Tahun 2021 adalah 79,59 km2, dengan kode wilayah administrasi adalah 75.71, dan jumlah
penduduk 196.055 ( DKCS, 2021).
No Wilayah Kategori
1 Biawao bagian selatan Kumuh ringan
2 Biawao bagian timur Kumuh ringan
2 Biawao bagian utara Tidak kumuh
Tabel 1. Kategori Permukiman
Permasalahan utama yang terdapat pada kelurahan Biawao adalah area parkir.
Pengabaian Garis Sempadan jalan mengakibatkan penggunaan sebagian jalan sebagai area
parkir, mengingat wilayah Kelurahan Biawao adalah area perdagangan, maka dari sebagian
jalan digunakan sebagai area parkir kendaraan, tentu saja hal ini akan mengganggu
pengendara atau pengeguna jalan.
2. Permasalahan Persampahan
3. Permasalahan Drainase
(Gambar 6 & 7. Drainase Kelurahan Biawao)
Sumber : Survey (2022)
Pada Kelurahan Biawao ini belum adanya perbaikan terkait dengan drainase, oleh
karena itu akses yang menghubungkan antara jalan dan pertokoan tidak terlihat baik.
Kondisi seperti ini akan membuat lingkungan sekitar terlihat kumuh.
Pada Kelurahan Biawao sedikit sekali vegetasi yang terdapat pada wilayah
tersebut.polusi dari transportasi juga merupakan salah satu pengebab area perkotaan menjadi
kumuh, oleh karena itu vegetasi pada ruang terbuka sangat penting guna untuk memberikan
peneduhan dan penyegaran pada suatu wilayah.
Dari foto diatas dapat dilihat bahwa banyak pembangunan di area ini yang melakukan
pelanggaran terkait peraturan GSB atau Garis Sempadan Bangunan. Akibatnya, banyak
bangunan pertokoan yang menjual barang berdekatan langsung dengan garis jalan. Hal ini
tentu saja dapat memicu kemaceran karena parkir pelanggan yang tak beraturan.
BAB 4
Dalam penataan kawasan pemukiman tersebut harus diperhatikan juga area kawasan yang
mampu mengendalikan kondisi lingkungan secara keseleruhan sehingga digunakan konsep ini.
(Gambar 12. Konsep Sirkulasi Arsitektur Kampung Kota)
Arah sirkulasi udara di wilayah ini Untuk memperlancar peredaran arah angin atau arah angin.
Berikut adalah hasil rekomendasi / konsep desain penataan kawasan pemukiman tersebut.
(Gambar 13, 14, 15 & 16. Konsep Desain arsitektur Kampung Kota)
Dalam penerapannya, hunian dibangun setengah jadi terlebih dahulu dan setengahnya
dibiarkan kosong agar penghuni dapat menambahkan ruangan untuk kebutuhannya di masa
depan. Kebutuhannya dapat berupa kamar tambahan jika anggota keluarganya bertambah,
ataupun lahan usaha untuk menambahkan tingkat perekonomian penghuni, juga untuk
menambah daya tarik masyarakat luar lahan untuk datang.
Rumah yang sudah jadi memiliki susunan ruangan-ruangan utama yang tidak bisa
disusun sendiri oleh penghuni karena memiliki utilitas utama seperti dapur, kamar mandi
dan kamar utama. Lalu ruangan yang kosong dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhannya. Namun dibatasi oleh struktur utama hunian agar penghuni tidak dapat
mengembangkan huniannya lebih dari Batasan.
Bangunan didesain panggung dan bagian bawah bangunan difungsikan sebagai bak
detensi untuk menampung air hujan sebagai sumber air bersih.
Idealnya, semua perkerasan dalam kawasan perencanaan, misalnya jalan kendaraan,
juga didesain panggung agar kolongnya bisa menyimpan air. Namun karena batasan anggaran
yang disiapkan, dalam proyek ini jalan kendaraan belum berupa jalan panggung.
(Gambar 21. Perspektif)
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permukiman kumuh adalah hasil dari perkembangan zaman dan sebuah kota besar.
Keberadaannya tidak bisa dihindari, karena berbagai macam faktor, namun permukiman kumuh
merupakan indikasi dari perkembangan zaman. Kita sebagai arsitek dituntut untuk lebih kritis
melihat masalah ini dan menawarkan penyelesaiannya.
B. Saran
Kepada masyarakat agar lebih memperhatikan kualitas hidup masyarakat khususnya pada
kesehatan walaupun menetap pada kawasan kumuh tapi jika masyarakat sadar akan kesehatan,
seperti mengikuti programprogram yang sudah ditetapkan pemerintah untuk kesehatan
masyarakat itu sendiri.
DAFTAR ISI
Aldilla, M. J., & Dinapradipta, A. (2018). Redesain Permukiman Kumuh dengan Pendekatan Incremental.
Jurnal Sains Dan Seni ITS, 6(2). https://doi.org/10.12962/j23373520.v6i2.26006
Budy, A. (2016). PENATAAN KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH KELURAHAN TAMAMAUNG
KOTA MAKASSAR. LOSARI : Jurnal Arsitektur Kota Dan Pemukiman.
https://doi.org/10.33096/losari.v1i2.44
Karisoh, S. D., Tondobala, L., & Syafriny, R. (2020). Pengaruh Kekumuhan Terhadap Kualitas Hdup
Masyarakat Di Perkampungan Kota Manado. Spasial, 7(1).
Putri, M. C., Koesoemawati, D. J., & Trisiana, A. (2019). Analisis Kepuasan Pelanggan Terhadap Sarana
Prasarana dan Lokasi Perumahan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (Studi Kasus
Perumahan Griya Pesona Karangrejo Banyuwangi). BERKALA SAINSTEK, 7(2).
https://doi.org/10.19184/bst.v7i2.11942
Setiawan, L. A., Astuti, W., & Rini, E. F. (2017). Tingkat Kualitas Permukiman (Studi Kasus: Permukiman
Sekitar Tambang Galian C Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo). Region: Jurnal Pembangunan
Wilayah Dan Perencanaan Partisipatif, 12(1). https://doi.org/10.20961/region.v12i1.15922