Anda di halaman 1dari 34

Laporan Pendahuluan

Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

2.1 DEFINISI PERMUKIMAN DAN PERUMAHAN

Dalam undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan


permukiman, yaitu permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri
atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas
umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan. Sedangkan perumahan adalah kumpulan rumah sebagai
bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi
dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah
yang layak huni.

Permukiman Menurut Hadi Sabari Yunus (1987) dalam Wesnawa (2015:2) dapat
diartikan sebagai bentukan baik buatan manusia ataupun alami dengan segala
kelengkapannya yang digunakan manusia sebagai individu maupun kelompok
untuk bertempat tinggal baik sementara maupun menetap dalam rangka
menyelenggarakan kehidupannya. Sedangkan Perumahan dikenal dengan istilah
housing. Housing berasal dari bahasa inggris yang memiliki arti kelompok rumah.
Perumahan adalah kumpulan rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal. Sebagai lingkungan tempat tinggal, perumahan dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan. (menurut Sadana 2014:19).

Menurut Budiharjo (1998:148) perumahan adalah suatu bangunan dimana manusia


tinggal dan melangsungkan kehidupanya, disamping itu rumah juga merupakan

BAB 2-1
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

tempat dimana berlangsungnya proses sosialisasi pada seorang individu


diperkenalkan norma dan adat kebiasaan yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Sebagai wadah kehidupan manusia bukan menyangkut aspek teknis dan fisik saja
tetapi juga aspek sosial, ekonomi dan budaya dari penghuninya. Menurut Sadana
(2014:20) Perbedaan nyata antara permukiman dan perumahan terletak pada
fungsinya.

Pada kawasan permukiman, lingkungan tersebut memiliki fungsi ganda yaitu


sebagai tempat tinggal dan sekaligus tempat mencari nafkah bagi sebagian
penghuniannya. Pada perumahan, lingkungan tersebut hanya berupa sekumpulan
rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para penghuninya. Fungsi
perumahan hanya sebagai tempat tinggal, dan tidak merangkap sebagai tempat
mencari nafkah.

Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi


standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman dan
nyaman. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk
mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya dan
ekonomi. Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan
lingkungan hunian. Standar teknis meliputi:

1. Standar Prasarana; Standar Prasarana meliputi: a. jaringan jalan; b. saluran


pembuangan air hujan atau drainase; c. penyediaan air minum; d. saluran
pembuangan air limbah atau sanitasi; dan e. tempat pembuangan sampah.
2. Standar Sarana; dan Standar Sarana meliputi: a. ruang terbuka hijau; dan b.
Sarana umum.
3. Standar Utilitas Umum. Standar Utilitas Umum paling sedikit tersedianya jaringan
Listrik.

2.2 KLASIFIKASI DAN TIPE PERMUKIMAN

Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman,
pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan
sistem pembiayaan, serta peran masyarakat. Kawasan permukiman dapat dilihat dari
klasifikasi permukiman dan tipe permukiman. Berikut merupakan penjelasan dari
klasifikasi dan tipe permukiman.

A. Klasifikasi Fungsi Permukiman Menurut Lewis Mumford (The Culture Of


Cities, 1938) dalam Wesnawa, 2015:27) mengemukakan 6 jenis Kota

BAB 2-2
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

berdasarkan tahap perkembangan permukiman penduduk kota. Jenis


tersebut diantaranya:
1. Eopolis dalah tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan
masyarakatnya merupakan peralihan dari pola kehidupan desa ke arah
kehidupan kota.
2. Tahap polis adalah suatu daerah kota yang sebagian penduduknya masih
mencirikan sifat-sifat agraris.
3. Tahap metropolis adalah suatu wilayah kota yang ditandai oleh
penduduknya sebagian kehidupan ekonomi masyarakat ke sektor
industri.
4. Tahap megapolis adalah suatu wilayah perkotaan yang terdiri dari
beberapa kota metropolis yang menjadi satu sehingga membentuk jalur
perkotaan.
5. Tahap tryanopolis adalah suatu kota yang ditandai dengan adanya
kekacauan pelayanan umum, kemacetan lalu-lintas, tingkat kriminalitas
tinggi
6. Tahap necropolis (Kota mati) adalah kota yang mulai ditinggalkan
penduduknya.
B. Tipe Permukiman Menurut Wesnasa (2015:32) mengemukakan tipe
permukiman dapat dibedakan menjadi 2 tipe permukiman.
1. Tipe Permukiman berdasarkan waktu hunian Ditinjau dari waktu hunian
permukiman dapat dibedakan menjadi permukiman sementara dan
permukiman bersifat permanen. Tipe sementara dapat dihuni hanya
beberapa hari (rumah tenda penduduk pengembara), dihuni hanya untuk
beberapa bulan (kasus perumahan peladang berpindah secara musiman),
dan hunian hanya untuk beberapa tahun (kasus perumahan peladang
berpisah yang tergantung kesuburan tanah). Tipe permanen, umumnya
dibangun dan dihuni untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
Berdasarrkan tipe ini, sifat permukiman lebih banyak bersifat permanen.
Bangunan fisik rumah dibangun sedemikian rupa agar penghuninya dapat
menyelenggarakan kehidupannya dengan nyaman.
2. Tipe permukiman menurut karakteristik fisik dan nonfisik. Pada
hakekatnya permukiman memiliki struktur yang dinamis, setiap saat dapat
berubah dan pada setiap perubahan ciri khas lingkungan memiliki
perbedaan tanggapan. Hal ini terjadi dalam kasus permukiman yang
besar, karena perubahan disertai oleh pertumbuhan. Sebagai suatu
permukiman yang menjadi semakin besar, secara mendasar dapat
berubah sifat, ukuran, bentuk, rencana, gaya bangunan, fungsi dan

BAB 2-3
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

kepentingannya. Jadi jika tempat terisolasi sepanjang tahun kondisinya


relatif tetap sebagai organisme statis suatu kota besar maupun kecil akan
menghindari kemandegan, kota akan berkembang baik kearah vertikal
maupun horizontal, fungsi baru berkembang dan fungsi lama
menghilang, pengalaman sosial dan transformasi ekonomi mengalami
perkembangan pula. Pada akhirnya terpenting untuk dipertimbangkan
bahwa semua permukiman memiliki jatidiri masing-masing secara khas.
Baik tanpa fisik, peranan dan fungsi, sejarah, arsitektur dan perencanaan
jalan pada setiap permukiman memiliki keunikan sendiri.

2.2 PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Pada tahun 1984 PBB melalui UNEP (United National For Environmetal Program)
mengangkat agenda tentang ‘Pembangunan Berkelanjutan’ (Sustainable
Development). Dalam konsep dimaksud kegiatan pembangunan (development
activities) yang dilakukan negara-negara anggota PBB perlu memperhatikan dan
memberi pertimbangan yang lebih besar terhadap aspek ‘lingkungan hidup’
(ekologi) di samping aspek - aspek lainnya seperti: sosial-ekonomi dan sosial-
budaya. Tujuan utama dari konsep ‘pembangunan berkelanjutan’ ini adalah
terciptanya keserasian pembangunan yang tidak merusak lingkungan hidup atau
ekologis dimana lingkungan hidup dimaksud berfungsi sebagai ekosistem bagi
kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya serta kelangsungan hidup
bagi generasi mendatang.

Turunan dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dapat


menjadi konsep-konsep yang lebih rinci dan detail dalam skala mekro maupun
mikro, seperti: eco-arsitektur, eco-city, environmental friendly, green building,
landscape architecture for district planning, dsb. Kegiatan perencanaan dan desain
pada kawasan perumahan kota dengan pendekatan ‘ekologis’ juga merupakan
kegiatan pembangunan yang berhulu pada konsep pembangunan yang
berkelanjutan. Perencanaan dan perancangan pada tingkat kawasan atau distrik
dengan pendekatan ‘ekologis’ dan ‘berkelanjutan’ menjadi topik penting dan
strategis untuk dibahas. Didalamnya juga termasuk konsep perencanaan kawasan
perumahan kota yang berkelanjutan. Demikian pula jika mengangkat konsep
kawasan kota yang berkelanjutan atau ‘the sustainable city’, didalamnya terkandung
pula konsep-konsep yang bersifat ekologis pada skala menengah (meso) dan
konsep-konsep yang bersifat ekologis pada skala kecil (mikro).

Perencanaan kawasan perumahan kota atau the urban residential district planning’
pada saat sekarang ini merupakan topic atau tema yang menarik dan sekaligus

BAB 2-4
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

penting untuk diungkap dan dibahas. Jika kegiatan perencanaan kawasan


perumahan kota dapat berjalan dengan baik dan benar, diharapkan kegiatan
tersebut dapat memberi sumbangan positif terhadap pewujudan atau pembentukan
kawasan kota yang berkelanjutan atau the sustainable city’. Konsep perencanaan
kawasan perumahan kota yang berkelanjutan adalah konsep atau dasar pemikiran
yang terkait dengan kegiatan perencanaan kawasan perumahan kota dengan tujuan
memberi perhatian lebih pada aspek lingkungan hidup atau ekologis, sehingga
kawasan perumahan kota yang direncanakan dapat terwujud dengan kondisi yang
aman, nyaman dan estetika. Selain itu kawasan perumahan kota yang direncanakan
dapat lebih nyaman dihuni terutama oleh warga masyarakat perkotaan dengan
memperhatikan pula tantangan masa kini berupa peningkatan ‘kualitas hidup dari
warga perkotaan atau peningkatan ‘the urban quality of life’. Dimana dalam
memasuki abad 21, terdapat tuntutan berupa peningkatan akan kualitas hidup dari
warga perkotaan (lihat Lim, cs.(ed), 1999).

Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah kegiatan


perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di
dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta
peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Perumahan dan Kawasan
Permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan,
penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman,
pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan
sistem pembiayaan, serta peran masyarakat. Kawasan Permukiman adalah bagian
dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan
maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan. Lingkungan Hunian adalah bagian dari Kawasan Permukiman yang
terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman. Permukiman adalah bagian dari
Lingkungan Hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang
mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan
fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Perumahan adalah
kumpulan rumah sebagai bagian dari Permukiman, baik perkotaan maupun
perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai
hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Prasarana adalah kelengkapan dasar
fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan
bertempat tinggal yang layak, sehat, aman dan nyaman.

BAB 2-5
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.
Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian.

2.3 DEFINISI INFRASTRUKTUR

Pengertian Infrastruktur, menurut Grigg (1988) infrastruktur merupakan sistem fisik


yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung dan fasilitas
publik lainnya, yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia baik
kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi.

Pengertian ini merujuk pada infrastruktur sebagai suatu sistem. Infrastruktur dalam
sebuah sistem adalah bagian-bagian berupa sarana dan prasarana (jaringan) yang
tidak terpisahkan satu sama lain. Enam kategori besar infrastruktur (Grigg):

1. Kelompok jalan (jalan, jalan raya, jembatan);


2. Kelompok pelayanan transportasi (transit, jalan rel, pelabuhan, bandar udara);
3. Kelompok air (air bersih, air kotor, semua sistem air, termasuk jalan air);
4. Kelompok manajemen limbah (sistem manajemen limbah padat);
5. Kelompok bangunan dan fasilitas olahraga luar;
6. Kelompok produksi dan distribusi energi (listrik dan gas).

Berdasarkan American Public Works Association (Stone, 1974), infrastruktur


didefinisikan sebagai fasilitas – fasilitas fisik yang dikembangkan 7 atau dibutuhkan
oleh agen – agen publik untuk fungsi – fungsi pemerintahan dalam penyediaan air,
tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi, dan pelayanan – pelayanan yang
sama untuk memfasilitasi tujuan – tujuan ekonomi dan sosial. Infrastruktur sendiri
dalam sebuah sistem menopang sistem sosial dan sistem ekonomi sekaligus
menjadi penghubung dengan sistem lingkungan. Ketersediaan infrastruktur
memberikan dampak terhadap sistem sosial dan sistem ekonomi yang ada di
masyarakat. Oleh karena itu, infrastruktur perlu dipahami sebagai dasar-dasar dalam
mengambil kebijakan (Kodoatie, 2005).

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk
mempercepat proses pembangunan nasional maupun regional. Infrastruktur juga
memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan
ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomidan investasi suatu negara maupun daerah
tidak dapat dipisahkan dari ketersedian infrastruktur seperti transportasi,
telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Inilah yang menyebabkan pembangunan
infrastruktur menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

BAB 2-6
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

Bertambahnya infrastruktur dan perbaikannya oleh pemerintah diharapkan memacu


pertumbuhan ekonomi (Suratno. 2010).

Infrastruktur dapat didefinisikan sebagai komponen fisik sistem yang saling terkait
menyediakan layanan penting untuk memungkinkan, mempertahankan, atau
meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat. Infrastruktur fisik biasanya
menyimpulkan struktur teknis seperti infrastruktur transportasi (jalan dan jaringan
rel, jembatan, terowongan), Jaringan suplai air, pemanasan dan pendinginan
jaringan pasokan, saluran pembuangan jaringan dan, jaringan listrik dan
telekomunikasi (Adl-Zarrabi,2017). Infrastruktur diklsifikasikan sebagai aset modal
seperti utilitas, kendaraan transportasi, sistem telekomunikasi, jalan, jalan Raya,
kereta api, kereta bawah tanah, lampu lalu lintas dan lampu jalan, bendungan,
dinding dan gorong, sistem drainase, Bandara dan terminal bus, dan jembatan,
antara lain (Skorobogatova, 2017). Selain itu, Sistem infrastruktur dapat didefinisikan
sebagai fasilitas atau struktur dasar, peralatan, instalasi yang dibangun dan yang
dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat
(Warsilan,2015).

Pengertian infrastruktur merujuk pada sistem fisik dalam menyediakan transportasi,


pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik lain seperti
listrik, telekomunikasi, air bersih dan sebagainnya, yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi
(Grigg,1988). Infrastruktur yang digunakan di perkotaan biasanya untuk memasok
daya, air dan gas secara konsisten menjadi suatu kesatuan Karena masyarakat
bergantung secara penuh pada infrastruktur fisik (Avritzer,2015). Klasifikasi
infrastruktur fisik: infrastruktur fisik dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu
infrastruktur permukaan dan infrastruktur bawah tanah. Infrastruktur permukaan
termasuk transportasi infrastruktur, tiang untuk infrastruktur listrik dan komunikasi,
pelabuhan, terminal bus dan kereta api dan Bandara. Infrastruktur bawah tanah
mencakup jaringan perpipaan untuk pasokan air, panas dan gas alam, kabel listrik
dan komunikasi, terowongan yang mencakup juga jaringan kereta bawah tanah
(Adl-Zarrabi,2017).

Jenis infrastruktur transportasi: kereta api dan bus Terminal dan Stasiun; kereta
bawah tanah terowongan, overpasses, jembatan; Terminal kelautan, air pelabuhan
laut; Port Airdroms, Bandara, Fasilitas Komunikasi, navigasi dan sistem manajemen
lalu lintas; Bagian dari jalan motor, jalur kereta api dan perairan pedalaman,
helikopter, lokasi pendaratan, serta bangunan, struktur, fasilitas dan peralatan yang
menyediakan pengembangan industri transportasi. Rute transportasi jalan motor,
kereta api, air, dan udara (Tokunova, 2018). Fasilitas infrastruktur transportasi dasar

BAB 2-7
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

yang menyediakan transportasi dan komunikasi ekonomis untuk tujuan


keberhasilan pengembangan.

2.4 KAWASAN PERBATASAN

Kawasan perbatasan negara adalah wilayah dimana secara geografis memiliki batas
secara langsung di darat dengan negara lain atau tidak langsung melalui laut lepas
(Sudiar, 2017). Sedangkan menurut Undang-Undang No. 43 Tahun 2008 tentang
Wilayah Negara, kawasan perbatasan adalah bagian dari wilayah negara yang
terletak di sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam
hal batas wilayah negara di darat, kawasan perbatasan berada di kecamatan.
Menurut Muradi (2015) permasalahan yang menjadi kendala dalam mengefektifkan
pengamanan wilayah perbatasan yaitu infrastruktur yang ada di wilayah perbatasan
terbilang minim. Minimnya infrastruktur jalan dan pendukung lainnya menyulitkan
Indonesia dalam melakukan pengamanan perbatasan secara luas. Konteks ini pada
akhirnya membuat pengamanan wilayah perbatasan dilakukan terbatas dan
cenderung seadanya. Berdasarkan hal tersebut, salah satu hal yang paling menonjol
di daerah perbatasan adalah pembangunan infrastruktur. Dengan infrastruktur yang
lengkap dan bermutu baik, maka kawasan perbatasan sebagai cerminan diri dari
suatu negara akan terasa semakin jelas (Sari, 2019).

2.5 KAWASAN STRATEGIS

Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya disingkat KSP adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, serta
pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi. Kawasan Strategis
Kabupaten yang selanjutnya disingkat KSK adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, serta pendayagunaan
sumber daya alam dan teknologi tinggi.

Tipologi KSP dan KSK terdiri atas sudut kepentingan:

A. Pertumbuhan ekonomi;
B. Sosial dan budaya;
C. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan d. fungsi
dan daya dukung lingkungan hidup.

KSP dan KSK dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan
kriteria:

BAB 2-8
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

A. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;


B. Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
provinsi atau kabupaten;
C. Memiliki potensi ekspor;
D. Memiliki pusat kegiatan yang mempunyai pengaruh terhadap sektor dan
pengembangan wilayah;
E. Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
F. Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal;
G. Ditetapkan untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam
rangka mewujudkan ketahanan energi;
H. Memiliki pusat kegiatan pengelolaan, pengolahan, dan distribusi bahan baku
menjadi bahan jadi;
I. Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
J. Memiliki fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan; k. memiliki pusat pengembangan
produk unggulan; dan/atau
K. Memiliki pusat kegiatan perdagangan dan jasa.

KSP dan KSK dari sudut kepentingan sosial dan budaya ditetapkan dengan kriteria:

A. Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau cagar


budaya baik yang terletak di daratan dan/atau di perairan;
B. Memiliki pusat kegiatan warisan budaya yang bersifat kebendaan berupa
benda, bangunan, struktur, dan situs cagar budaya;
C. Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;
D. Merupakan aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;
E. Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya; dan/atau
F. Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya.

KSP dan KSK dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi ditetapkan dengan kriteria:

A. Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi berdasarkan lokasi dan posisi geografis sumber daya alam
strategis, pengembangan teknologi kedirgantaraan, serta tenaga atom dan
nuklir;
B. Memiliki sumber daya alam strategis;
C. Memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir;
D. Memiliki fungsi sebagai pusat pemanfaatan dan pengembangan teknologi
kedirgantaraan; dan/atau

BAB 2-9
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

E. Memiliki fungsi sebagai lokasi dan posisi geografis penggunaan teknologi


tinggi strategis lainnya.

KSP dan KSK dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
ditetapkan dengan kriteria:

A. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;


B. Merupakan kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem,
flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang
harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
C. Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian;
D. Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
E. Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
F. Memiliki pusat kegiatan pada kawasan rawan bencana dan mempunyai risiko
bencana alam; dan/atau
G. Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak
luas terhadap kelangsungan kehidupan

2.6 DEFINISI DED & LINGKUP DED

DED atau Detail Engineering Design adalah tahap dalam proses perencanaan dan
perancangan bangunan yang bertujuan untuk menghasilkan gambar dan dokumen
teknis yang sangat detail. Dalam tahap ini, semua detail bangunan akan
dikembangkan dan direncanakan dengan teliti, termasuk aspek struktural,
mekanikal, elektrikal, tata ruang, dan tata letak bangunan secara keseluruhan.

DED juga mencakup spesifikasi material, sistem utilitas, dan semua informasi teknis
yang diperlukan untuk memproses bangunan tersebut. Penting untuk Anda
melakukan tahapan DED ini agar proyek konstruksi Anda berjalan dengan
lancar. DED memiliki peranan yang sangat penting dalam proses perencanaan dan
perancangan bangunan. Kehadiran DED ini membuat semua informasi teknis yang
diperlukan untuk membangun bangunan akan tersedia secara detail, sehingga
meminimalisasi risiko kesalahan. Adapun fungsi lain dari DED akan dijelaskan berikut
ini.

1. Menentukan Kuantitas dan Kualitas Material


Salah satu fungsi utama dari DED adalah menentukan kuantitas dan kualitas
material yang dibutuhkan untuk konstruksi bangunan. Dalam tahap ini,
semua komponen bangunan, seperti dinding, lantai, atap, dan struktur akan
dianalisis secara mendetail untuk menentukan jenis dan jumlah material yang

BAB 2-10
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

diperlukan. Hal ini penting agar kontraktor dapat membuat estimasi biaya
yang diperlukan untuk membeli material tersebut.
2. Sebagai Acuan Mewujudkan Bentuk, Letak, dan Dimensi Bangunan
DED juga berfungsi sebagai acuan untuk mewujudkan bentuk, letak, dan
dimensi bangunan. Dalam tahap ini, gambar-gambar teknis yang sangat
detail akan disusun, termasuk denah bangunan, potongan melintang, dan
tampak bangunan. Semua dimensi dan proporsi bangunan akan dijelaskan
dengan jelas, sehingga memudahkan kontraktor dalam melaksanakan
pekerjaan konstruksi.
3. Membantu Menyusun Rencana Anggaran Biaya
Salah satu aspek penting dalam perencanaan pembangunan adalah
penyusunan rencana anggaran biaya. DED berperan penting dalam hal ini
karena mengandung informasi tentang jenis material, spesifikasi teknis, dan
jumlah pekerjaan yang harus dilakukan.
Melalui informasi ini, tim perencana dapat menyusun rencana anggaran yang
lebih akurat dan terperinci, sehingga meminimalisasi risiko terjadinya
kelebihan biaya atau kekurangan dana dalam pembangunan.
4. Memberikan Gambaran kepada Kontraktor
DED juga memberikan gambaran yang jelas kepada kontraktor tentang
bagaimana bangunan harus dibangun. Dalam DED, semua detail konstruksi
dan teknis bangunan akan dijelaskan dengan jelas melalui gambar dan
spesifikasi. Hal ini mempermudah kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan
konstruksi, sehingga meminimalisasi kesalahan dan kebingungan dalam
pelaksanaan.

Ruang lingkup DED meliputi berbagai aspek penting dalam perencanaan bangunan.
Pada tahapan ini, konsep dasar perencanaan pembangunan akan disusun dengan
teliti, termasuk analisis kebutuhan keinginan pemilik bangunan. Ruang lingkup DED
sangat penting karena menjadi landasan dalam pengembangan detail teknis
bangunan dan memberikan panduan yang jelas dalam pelaksanaan konstruksi.
Berikut ini penjelasan lengkapnya.

1. Menyusun Konsep Dasar Perencanaan Pembangunan


Ruang lingkup DED dimulai dengan menyusun konsep dasar perencanaan
pembangunan. Pada tahap ini, analisis kebutuhan, tujuan, dan keinginan
pemilik bangunan akan diidentifikasi. Konsep perancangan, seperti tata letak
bangunan, gaya arsitektur, dan fungsi ruang akan dikembangkan. Konsep ini
kemudian menjadi landasan dalam pembuatan DED yang lebih detail.
2. Menyusun Preliminary Design Berupa Gambar Denah Bangunan

BAB 2-11
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

Setelah konsep dasar perencanaan pembangunan disusun, tahap selanjutnya


dalam ruang lingkup DED yaitu menyusun preliminary design berupa gambar
denah bangunan. Gambar denah ini akan menunjukkan tata letak ruangan,
ukuran ruangan, dan hubungan antar-ruangan. Preliminary design ini akan
menjadi dasar untuk mengembangkan DED yang lebih rinci.

DED adalah tahapan penting dalam proses perencanaan dan perancangan


konstruksi. DED ini terdiri dari beberapa bagian yang mencakup gambar dan
dokumen teknis yang sangat detail. Beberapa bagian utama yang terkandung dalam
DED akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Gambar Denah
Gambar denah merupakan representasi visual dari tata letak ruangan dalam
bangunan. Gambar ini menunjukkan ukuran dan bentuk ruangan, termasuk
pintu, jendela, dan elemen struktural lainnya. Biasanya, gambar denah ini
terlihat setelah bangunan dipotong sekitar 1 meter di atas permukaan lantai.
Ketika memeriksa gambar denah, informasi tentang ukuran, batas, bentuk,
dan perlengkapan setiap ruangan dalam bangunan dapat Anda lihat dengan
baik. Perlengkapan yang dimaksud di sini adalah elemen yang tetap, seperti
bak mandi, pintu, jendela, dan dinding pembatas antar ruang yang tidak
termasuk perabotan yang dapat dipindah dan diatur ulang. Gambar denah
dengan pemotongan sekitar 1 meter ini memperjelas ukuran jendela dan
pintu dalam bangunan, sementara bentuk atap dan lubang pencahayaan
akan digambarkan menggunakan garis putus-putus.
2. Gambar Situasi
Gambar situasi merupakan gambar yang memvisualisasikan posisi atau lokasi
bangunan di area tertentu di mana pembangunan akan dilakukan. Dalam
gambar situasi, Anda dapat melihat berbagai elemen di sekitar bangunan
seperti pagar, halaman, jalan masuk, batas bangunan, saluran pembuangan
air, dan lain sebagainya. Pada gambar ini umumnya menggunakan skala
1:500 atau 1:200 untuk memberikan representasi yang proporsional terhadap
lokasi sebenarnya. Bila Anda melihat gambar situasi, Anda dapat memperoleh
informasi yang jelas tentang konteks lingkungan sekitar dan bagaimana
bangunan akan berinteraksi dengan elemen-elemen lain di sekitarnya.
3. Gambar Potongan
Gambar potongan digunakan untuk menggambarkan struktur dan kondisi
konstruksi suatu bangunan, serta memberikan informasi yang jelas tentang
fondasi, ketinggian atap, lantai, posisi dan elevasi jendela serta pintu,
ketinggian balok keliling, dan elemen-elemen lain yang terkait. Gambar

BAB 2-12
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

potongan biasanya dibagi menjadi dua jenis, yaitu potongan melintang dan
potongan memanjang. Skala umum yang digunakan dalam gambar
potongan adalah 1:100. Melalui gambar potongan ini, Anda dapat
memperoleh gambaran yang detail tentang struktur bangunan, sehingga
mempermudah proses konstruksi dan memastikan bahwa semua elemen
bangunan dibangun sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.

4. Gambar Rencana/Struktur Atap


Gambar rencana atap menunjukkan tata letak dan bentuk atap bangunan.
Gambar ini mencakup jenis bahan atap, kemiringan atap, serta elemen lain
yang terkait dengan sistem atap. Pembuatan gambar ini dibuat dengan
tujuan untuk memberikan informasi yang jelas tentang letak, bentuk, dan
komponen-komponen yang terdapat pada konstruksi atap. Gambar
rencana/struktur atap ini digunakan untuk melengkapi dan memperjelas
informasi yang sudah diberikan dalam gambar potongan sebelumnya.
5. Gambar Detail
Gambar detail menjelaskan secara mendetail bagian-bagian tertentu dalam
bangunan. Gambar ini mencakup detail struktural, detail fasad, dan detail lain
yang relevan dengan konstruksi bangunan. Pada gambar detail, setiap bagian
akan diberikan ukuran dan penamaan agar para pelaksana di lapangan
memiliki panduan yang jelas. Skala yang digunakan dalam gambar detail
bervariasi antara 1:5 hingga 1:20, tergantung pada kebutuhan dan
kompleksitas dari masing-masing komponen.
6. Gambar Tampak
Gambar tampak memiliki fungsi untuk memberikan pandangan menyeluruh
mengenai luas dan bentuk suatu bangunan. Gambar ini dibuat menggunakan
sistem proyeksi ortogonal, di mana setiap bidang proyeksi menggambarkan
satu sisi bangunan secara terpisah. Untuk gambar tampak ini terdiri dari
empat bagian, yaitu tampak kanan, tampak kiri, tampak muka/depan, dan
tampak belakang. Berbeda dengan lima jenis gambar sebelumnya, gambar
tampak tidak harus memiliki skala ukuran yang spesifik. Namun, gambar
tersebut harus dibuat menarik dan dilengkapi dengan dekorasi yang sesuai
dengan rencana. Melalui gambar tampak, Anda dapat memperoleh
gambaran yang jelas tentang penampilan visual keseluruhan dari bangunan.
Hal ini mempermudah Anda untuk mengevaluasi bentuk, proporsi, dan
estetika dari bangunan tersebut. Selain itu, gambar tampak juga membantu
dalam proses komunikasi antara arsitek, klien, dan pihak terkait lainnya,

BAB 2-13
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

karena dapat memberikan representasi yang lebih nyata tentang bagaimana


bangunan akan terlihat ketika selesai dibangun.

2.7 ESTIMASI BIAYA PROYEK

Setiap item pekerjaan yang memiliki pengaruh terhadap biaya proyek harus
dianalisa, diukur dan diberi harga yang nantinya akan dimasukan dalam dokumen
kontruksi. Estimator memegang peranan penting dalam menentukan biaya proyek
(Peterson & Dagostino, 2015). Estimator tersebut disebut quantity surveyor yang
memiliki tugas dalam menghitung volume pekerjaan (taking off) yang nantinya
dikalikan dengan harga satuan tiap unit pekerjaan. Hasil tersebut akan digabungkan
menjadi sebuah RAB. Perhitungan RAB memerlukan gambar kontruksi untuk
menghitung volume pekerjaan. Gambar kontruksi adalah dokumen gambar yang
berisi rincian detail mengenai konstruksi yang akan dibagun seperti gambar konsep,
gambar awal, gambar detail, gambar tender, gambar kerja dan as built drawing
(Hansen, 2015). RAB diperlukkan pada masa pra kontrak agar menjadi dasar
dokumen penetapan harga proyek, dan sebagai daftar item yang terorganisir
dengan mengidentifikasi deskripsi dan kuantitas, yang memungkinkan untuk
mempersiapkan harga tender secara efisien dan akurat. Estimasi biaya berguna
untuk menentukan harga sumber daya yang digunakan di proyek.

Gambar 2.1 Tahapan Estimasi Biaya

Secara garis besar, estimasi biaya dibagi menjadi 5 tahapan seperti gambar diatas,
feasibilit estimate merupakan tahap awal Dimana perhitungan biaya berdasarkan
informasi yang kurang dan rangcangan yang belum pasti (Hansen, 2015). Estimasi
konseptual dibuat untuk memberikan gambaran kepada pemiliki proyek mengenai
kisaran biaya yang akan dikeluarkan dan apakah proyek tersebut dapat
mendatangkan keuntungan dan layak dijalankan. Owner estimate dilakuan pada
tahap awal proyek dan diestimasi dengan menggunakan gambar skematik arsitek
dan penyelidikan lapangan. Perhitungan estimasi menggunakan gross floor area
dikali dengan kisaran tanah per meter persegi. Pemiliki proyek memerlukan peran
QS dalam mengestimasikan biaya.

2.8 RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (PP NO. 13 TAHUN


2017)

BAB 2-14
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:

1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;


2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota;
4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi,
dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan
ruang;
6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat;
7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor; dan
9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:

1. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi


wilayah yang merata dan berhierarki; dan
2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan
merata di seluruh wilayah nasional.

Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan


ekonomi wilayah meliputi:

1. Menjaga dan mewujudkan keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara


kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan
dan wilayah di sekitarnya;
2. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani
oleh pusat pertumbuhan;
3. Mengembangkan pusat pertumbuhan kota maritim yang berkelanjutan;
4. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih
kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya;
5. Mengembangkan pelayanan kawasan perkotaan yang mendukung sektor
unggulan sebagai kota industri, wisata, dan maritim secara berkelanjutan; dan

BAB 2-15
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

6. Mengembangkan kota dan kawasan perkotaan baru secara holistik dan


terintegrasi, inklusif, serta berkelanjutan.

Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana


meliputi:

1. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan


pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;
2. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan
terisolasi;
3. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan
tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem
penyediaan tenaga listrik;
4. Meningkatkan infrastruktur minyak dan gas bumi nasional yang optimal; dan
5. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan
sistem jaringan sumber daya air Kebijakan dan strategi pengembangan pola
ruang meliputi: 1. kebijakan dan strategi pengembangan, pemanfaatan, dan
pengelolaan kawasan lindung; 2. kebijakan dan strategi pengembangan
kawasan budi daya; dan 3. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan
strategis nasional.

Kebijakan pengembangan, pemanfaatan, dan pengelolaan kawasan lindung


sebagaimana dimaksud meliputi:

1. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan


2. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup. Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan
kelestarian fungsi lingkungan hidup meliputi: 1. menetapkan kawasan
lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi; 2. mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam wilayah:
• Pulau Jawa Bali dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi, karakter, dan fungsi
ekosistemnya serta tersebar secara proporsional;
3. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung akibat
pengembangan kegiatan budi daya dalam rangka mewujudkan dan
memelihara keseimbangan ekosistem wilayah; 4. mengendalikan
pemanfaatan dan penggunaan kawasan yang berpotensi mengganggu
fungsi lindung; dan 5. mewujudkan, memelihara, dan meningkatkan fungsi
kawasan lindung dalam rangka meningkatkan daya dukung daerah aliran
sungai.

BAB 2-16
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat


menimbulkan kerusakan lingkungan hidup meliputi:

1. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan


hidup;
2. Melindungi dan meningkatkan kemampuan lingkungan hidup dari tekanan
perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan
agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya;
3. Melindungi dan meningkatkan kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya;
4. Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak
langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang
mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang
pembangunan yang berkelanjutan;
5. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk
menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
6. Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan
untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara
dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; dan
7. Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi
bencana di kawasan rawan bencana dan kawasan risiko perubahan iklim.

Kebijakan pengembangan kawasan budi daya meliputi:

1. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan


budi daya; dan
2. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya
dukung dan daya tampung lingkungan.

Strategi untuk perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar


kegiatan budi daya meliputi:

1. Menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional untuk
pemanfaatan sumber daya alam di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan
keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;
2. Mengembangkan kegiatan budi daya unggulan di dalam kawasan beserta
prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong
pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya;

BAB 2-17
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

3. Mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik,


pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi;
4. Menetapkan, memanfaatkan, mengembangkan, dan mempertahankan
kawasan pertanian pangan berkelanjutan untuk mewujudkan kemandirian,
ketahanan, dan kedaulatan pangan;
5. Mengembangkan pulau-pulau kecil sebagai sentra ekonomi wilayah yang
berbasis kelautan dan perikanan yang berdaya saing dan berkelanjutan;
6. Mengelola kekayaan sumber daya kelautan di wilayah perairan, wilayah
yurisdiksi, laut lepas, dan wilayah dasar laut internasional untuk kedaulatan
ekonomi nasional; dan
7. Mengembangkan pemanfaatan ruang udara nasional sebagai aset
pembangunan dengan tetap menjaga fungsi pertahanan dan keamanan serta
keselamatan penerbangan.

Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak


melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup meliputi:

1. Membatasi dan mengendalikan perkembangan kegiatan budi daya


terbangun di kawasan rawan bencana dan risiko tinggi bencana serta dampak
perubahan iklim untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi
kerugian akibat bencana dan perubahan iklim;
2. Mengembangkan perkotaan metropolitan dan kota besar dengan
mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara vertikal dan kompak;
3. Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari luas kawasan perkotaan;
4. Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan metropolitan dan
kota besar untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana
kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di
sekitarnya;
5. Mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan
keberadaan pulau-pulau kecil;
6. Membatasi dan mengendalikan kegiatan budi daya pada lokasi yang memiliki
nilai konservasi tinggi;
7. Menetapkan lokasi rusak dan tercemar untuk dipulihkan;
8. Mengendalikan keseimbangan daya dukung dan daya tampung lingkungan
di kota sedang sebagai kawasan perkotaan penyangga arus urbanisasi desa
ke kota;

BAB 2-18
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

9. Mengendalikan perubahan peruntukan kawasan hutan untuk alokasi lahan


pembangunan bagi sektor non kehutanan dengan mempertimbangkan
kualitas lingkungan, karakter sumber daya alam, fungsi ekologi, dan
kebutuhan lahan untuk pembangunan secara berkelanjutan;
10. Mendorong pembangunan hutan rakyat untuk mendukung kecukupan
tutupan hutan khususnya bagi wilayah daerah aliran sungai atau pulau yang
tutupan hutannya kurang dari 30% (tiga puluh persen); dan
11. Mengembangkan kegiatan budidaya dengan memperhatikan bio-ecoregion
yang merupakan bentang alam yang berada di dalam satu atau lebih daerah
aliran Sungai.

2.9 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL (RPJPN)


TAHUN 2005-2024

Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka


Panjang Nasional yang selanjutnya disebut UU tentang RPJPN, rencana jangka
panjang tersebut menjadi acuan utama dalam merumuskan perencanaan bagi
pemerintah pusat maupun 16 pemerintah daerah. Dengan adanya UU RPJPN tentu
pola pembangunan akan lebih jelas, konkret, terukur, serta konsisten. RPJPN
menjadi acuan bagi setiap bentuk perencanaan turunan agar arah pembangunan
nasional baik pusat dan daerah lebih terarah.

RPJPN memiliki maksud dan tujuan yang penting dalam merumuskan arah
pembangunan nasional serta menjadi acuan bagi pemerintah pusat, pemerintah
daerah, masyarakat, dan dunia usaha. Dokumen-dokumen perencanaan ini
memberikan kerangka konkrit, terukur, dan konsisten dalam melaksanakan
pembangunan nasional. Tujuan RPJP Nasional yang mencakup periode 20 tahun
sejak tahun 2005 hingga 2025 adalah untuk memberikan arah dan menjadi acuan
bagi seluruh komponen bangsa dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.
Dengan adanya rencana ini, diharapkan upaya pembangunan yang dilakukan oleh
berbagai pelaku pembangunan dapat dilakukan secara sinergis dan koordinatif.
RPJP Nasional juga merupakan kelanjutan dari pembangunan sebelumnya dan
bertujuan untuk mencapai tujuan pembangunan yang diamanatkan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam
periode 20 tahun mendatang, penting bagi bangsa Indonesia untuk melakukan
penataan yang baik dalam berbagai aspek, seperti pengelolaan sumber daya alam,
sumber daya manusia, lingkungan hidup, dan kelembagaan. Hal ini bertujuan agar
Indonesia dapat mengejar ketertinggalan, memiliki posisi yang sejajar, dan memiliki
daya saing yang kuat di tingkat internasional.

BAB 2-19
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

Dengan adanya RPJPN dan RPJP Nasional, diharapkan pembangunan nasional dapat
terarah, terkoordinasi, dan terencana dengan baik guna mencapai cita-cita dan
tujuan nasional. Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025 adalah
mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap
pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai ukuran tercapainya Indonesia yang
maju, mandiri, dan adil, pembangunan 17 nasional dalam 20 tahun mendatang
diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran pokok sebagai berikut. a. Terwujudnya
masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab ditandai oleh hal-hal berikut:

1. Terwujudnya masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,


berbudaya, dan beradab ditandai oleh hal-hal berikut:
• Terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,
dan bermoral berdasarkan falsafah Pancasila yang dicirikan dengan watak
dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran,
bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan
berorientasi iptek.
• Makin mantapnya budaya bangsa yang tercermin dalam meningkatnya
peradaban, harkat, dan martabat manusia Indonesia, dan menguatnya jati
diri dan kepribadian bangsa.
2. Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang
lebih makmur dan sejahtera ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
• Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan
berkesinambungan sehingga pendapatan perkapita pada tahun 2025
mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara
berpenghasilan menengah, dengan tingkat pengangguran terbuka yang
tidak lebih dari 5 persen dan jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5
persen.
• Meningkatnya kualitas sumber daya manusia, termasuk peran perempuan
dalam pembangunan. Secara umum peningkatan kualitas sumber daya
manusia Indonesia ditandai dengan meningkatnya indeks pembangunan
manusia (IPM) dan indeks pembangunan gender (IPG), serta tercapainya
penduduk tumbuh seimbang.
• Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah Indonesia. Sektor pertanian,

BAB 2-20
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

dalam arti luas, dan pertambangan menjadi basis aktivitas ekonomi yang
dikelola secara efisien sehingga menghasilkan komoditi berkualitas,
industri manufaktur yang berdaya saing global, motor penggerak
perekonomian, serta jasa yang perannya meningkat dengan kualitas
pelayanan lebih bermutu dan berdaya saing.
• Tersusunnya jaringan infrastruktur perhubungan yang andal dan
terintegrasi satu sama lain. Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang
andal dan efisien sesuai kebutuhan, termasuk hampir sepenuhnya
elektrifikasi rumah tangga dan elektrifikasi perdesaan dapat terpenuhi.
Terselenggaranya pelayanan pos dan telematika yang efisien dan modern
guna terciptanya masyarakat informasi Indonesia. Terwujudnya
konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi
sumber daya air.
• Meningkatnya profesionalisme aparatur negara pusat dan daerah untuk
mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, dan
bertanggung jawab, serta profesional yang mampu mendukung
pembangunan nasional.

Arah pembangunan jangka panjang 2005-2025 adalah mewujudkan masyarakat


yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, beradab dan beradab. Menciptakan
kondisi masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral dan beretika sangat penting
untuk menciptakan suasana kehidupan sosial yang penuh toleransi, tenggang rasa
dan harmoni. Selain itu, kesadaran budaya memberikan arah bagi terwujudnya jati
diri bangsa sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa, serta menciptakan
suasana yang kondusif dan harmonis, sehingga nilai-nilai kearifan lokal dapat
merespon modernisasi secara positif dan produktif sesuai dengan cita-cita bangsa.
nilai-nilai. Memahami Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat
dan berlandaskan kepentingan nasional. Ke depan, pembangunan kelautan akan
berpedoman pada model pembangunan berkelanjutan berbasis pengelolaan
sumber daya alam laut berbasis ekosistem, yang mencakup aspek-aspek terkait
sumber daya manusia, serta kelembagaan, politik, ekonomi, lingkungan, sosial,
budaya, pertahanan dan, aspek teknologi.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (disingkat RPJP Nasional) adalah


dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk jangka waktu 20 (dua puluh)
tahun. RPJP nasional tahun 2005-2025 diatur dalam UU No. 17 Tahun 2007.
Pelaksanaan RPJP nasional tahun 19 2005-2025 dibagi ke dalam tahapan
perencanaan pembangunan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun rencana
pembangunan jangka menengah nasional. Selain itu, penulis juga mengartikan

BAB 2-21
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) sebagai rencana


pembangunan nasional, yang merupakan penjabaran tujuan pembentukan
pemerintahan negara Indonesia menurut pembukaan undang-undang dasar
republik (1945). Berupa visi, misi dan arah pembangunan nasional Indonesia 20
tahun mendatang, meliputi periode 2005-2025.

2.10 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN)


TAHUN 2020-2024

Rencana Pembangunan Jangka Menenengah Nasional (RPJMN) menjadi suatu


tahapan akhir yang penting dikarenakan akan mempengaruhi pencapaian target
pembangunan dalam RPJPN 2005- 2025. Sesuai arahan RPJPN 2005-2025, sasaran
pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan
di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang
kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

RPJMN 2020-2024 secara konsisten telah memperhatikan Sustainable Development


Goals (SDGs). Target-target dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
beserta indikatornya telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam 7 agenda
pembangunan Indonesia ke depan. Visi RPJMN Tahun 2020-2024 yaitu:

“ Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkeperibadian


Berlandaskan Gotong Royong”.

Visi tersebut diwujudkan melalui 9 (Sembilan) misi yang dikenal sebagai Nawacita
Kedua. Adapun misi tersebut:

1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia;


2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing;
3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan;
4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;
5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;
7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh
warga;
8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya; dan
9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.

BAB 2-22
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

Pembangunan ekonomi dalam lima tahun ke depan diarahkan untuk meningkatkan


ketahanan ekonomi yang ditunjukkan oleh kemampuan dalam pengelolaan dan
penggunaan sumber daya ekonomi, dalam memproduksi barang dan jasa bernilai
tambah tinggi untuk memenuhi pasar dalam negeri dan ekspor. Hasilnya diharapkan
mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkualitas yang ditunjukkan dengan
keberlanjutan daya dukung sumber daya ekonomi bagi peningkatan kesejahteraan
secara adil dan merata. Pembangunan ekonomi dilaksanakan melalui dua
pendekatan, yaitu: (1) pengelolaan sumber daya ekonomi, dan (2) peningkatan nilai
tambah ekonomi. Kedua pendekatan ini menjadi landasan bagi sinergi dan
keterpaduan kebijakan lintas sektor yang mencakup sektor pangan dan pertanian,
kemaritiman, perikanan dan kelautan, industri pengolahan, pariwisata, ekonomi
kreatif, dan ekonomi digital.

Pelaksanaan kedua fokus tersebut didukung dengan perbaikan data untuk menjadi
rujukan pemantauan dan evaluasi capaian pembangunan, serta perbaikan kualitas
kebijakan. Pada periode 2015-2019, pengelolaan pangan menunjukkan capaian
produksi yang meningkat di antaranya surplus beras sekitar 2,8 juta ton pada tahun
2018 dan rata-rata pertumbuhan produksi daging sebesar 5,5 persen per tahun.
Produksi perikanan tangkap meningkat, mencapai 7,3 juta ton pada tahun 2018,
terdiri dari 6,7 juta ton produksi perikanan tangkap laut di 11 Wilayah Pengelolaan
Perikanan (WPP) dan 0,6 juta ton di perairan darat. Produksi perikanan budidaya
meningkat menjadi 17,3 juta ton, yang mencakup 6,9 juta ton ikan budidaya
(termasuk udang) dan 10,4 juta ton rumput laut. Adapun produksi garam pada tahun
2018 adalah sebesar 2,7 juta ton. 21 Peningkatan pengelolaan dan produksi sumber
pangan ini berdampak positif pada membaiknya kualitas konsumsi dan gizi
masyarakat. Meskipun beberapa indikator menunjukkan capaian positif,
pengelolaan berbagai sumber daya ekonomi ke depan masih perlu ditingkatkan. Di
dalam pengelolaan sumber daya pangan, misalnya: (1) keterhubungan antara sentra
produksi pangan dan wilayah dengan permintaan pangan tinggi masih perlu
diperkuat; (2) kecukupan pasokan dan kualitas pangan di wilayah rentan kelaparan,
stunting, kemiskinan dan perbatasan perlu lebih difokuskan dalam pengelolaan
pangan; dan (3) integrasi data produksi pangan strategis dengan realisasi impor.
Dalam mengurangi ketimpangan wilayah Perekonomian nasional dalam kurun
waktu lima tahun ke depan diarahkan agar tumbuh lebih cepat di luar Pulau Jawa
dan Sumatera. Pergeseran perekonomian ditandai dengan bergesernya porsi (share)
perekonomian secara nominal sebesar 1,1 persen ke luar Pulau Jawa dan Sumatera.
Angka pergeseran ini telah mempertimbangkan kemampuan wilayah yang

BAB 2-23
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

berpotensi untuk tumbuh lebih cepat dari Pulau Jawa dan Sumatera. Pengelolaan
sumber daya pangan difokuskan pada:

1. Daerah sentra produksi dan daerah dengan tingkat permintaan tinggi di


Sumatera, Jawa dan Sulawesi; dan
2. Daerah yang rawan pangan, rentan kelaparan dan stunting, serta daerah
miskin dan perbatasan di Maluku dan Papua.

2.11 RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2023-


2043 (PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NO. 1 TAHUN 2023)

Berdasarkan RTRW Provinsi Banten, batas yang ditentukan berdasarkan pola ruang,
mencakup:

A. Wilayah darat termasuk pulau-pulau kecil memiliki luas kurang lebih 935.823
(sembilan ratus tiga puluh lima ribu delapan ratus dua puluh tiga hektar);
B. Wilayah perairan memiliki luas 943.158 ha (sembilan ratus empat puluh tiga
ribu seratus lima puluh delapan hektar);
C. Wilayah udara; dan 22 d. Wilayah dalam bumi. Pulau-pulau kecil terletak di
Wilayah Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Serang, Kota
Cilegon, Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Kabupaten Lebak. Batas
wilayah RTRW Provinsi Banten secara geografis terletak pada dan 5º 7' 50” -
7º 1' 1” LS dan 105º 1' 11” - 106º 7' 12” BT.

Batas-batas wilayah meliputi:

• Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda;


• Sebelah Timur berbatasan dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan
Provinsi Jawa Barat;
• Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa; dan
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.

Dalam pengembangan wilayah di daerah guna meningkatkan efektivitas


pengelolaan pembangunan dan mengurangi kesenjangan antar wilayah, terbagi
dalam tiga wilayah kerja pembangunan yang selanjutnya disebut WKP. Pembagian
WKP terdiri atas:

1. WKP I meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang


Selatan dengan arahan fungsi dan peranan sebagai penyangga kawasan
perkotaan Jabodetabek serta wilayah perbatasan daerah untuk

BAB 2-24
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

pengembangan kegiatan industri, jasa, perdagangan, pertanian, kelautan,


perikanan permukiman atau perumahan, dan pendidikan;
2. WKP II meliputi Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kota Cilegon diarahkan
untuk pengembangan kegiatan pemerintahan, pendidikan, kehutanan,
pertanian, industri, pariwisata, kelautan, perikanan, jasa, perdagangan,
pertambangan; dan
3. WKP III meliputi Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak diarahkan
untuk pengembangan kegiatan kehutanan, pertanian, pertambangan,
pariwisata, kelautan, perikanan, industri dan perkebunan. Tujuan RTRW
Provinsi Banten untuk mewujudkan penataan Ruang Wilayah Provinsi Banten
sebagai Simpul Penyebaran Primer Nasional Internasional yang strategis,
aman, nyaman, Produktif Berkelanjutan dan berkeadilan melalui
Pengembangan Pusat-Pusat Pertumbuhan yang mendukung Ketahanan
Sumber Daya Alam, Industri, dan Pariwisata.

Sistem Pusat Permukiman di Provinsi Banten terdiri dari:

1. PKN
• Bagian dari Kawasan Perkotaan Jabodetabek (Kabupaten Tangerang, Kota
Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan).
• Serang (Kota Serang dan Kabupaten Serang). • Kota Cilegon.
2. PKW
• Kawasan Perkotaan Pandeglang.
• Kawasan Perkotaan Rangkasbitung.
3. PKL
• Kabupaten Lebak meliputi Bayah, Cipanas, Maja, dan Malingping.
• Kabupaten Pandeglang meliputi Panimbang, Labuan, Cibaliung, dan
Cikiruh Wetan.
• Kabupaten Serang meliputi Anyar, Baros, Ciruas dan Pontang.
• Kabupaten Tangerang meliputi Kronjo, Tigaraksa, dan Pagedangan.

Pola ruang RTRW Provinsi Banten terdiri dari pola ruang kawasan lindung dan
kawasan budi daya yaitu.

1. Kawasan lindung terdiri atas:


• Badan air (BA);
• Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
(PTB);
• Kawasan perlindungan setempat (PS);
• Kawasan konservasi (KS);

BAB 2-25
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

• Kawasan pencadangan konservasi di laut (KPL);


• Kawasan cagar budaya (CB); dan
• Kawasan ekosistem mangrove (EM).
2. Kawasan budi daya terdiri atas:
• Kawasan hutan produksi (KHP);
• Kawasan pertanian (P);
• Kawasan perikanan (IK);
• Kawasan pertambangan dan energi (TE);
• Kawasan peruntukan industri (KPI);
• Kawasan pariwisata (W);
• Kawasan permukiman (PM);
• Kawasan pembuangan hasil pengerukan di laut (DA);
• Kawasan transportasi (TR); dan
• Kawasan pertahanan dan keamanan (HK)

Kawasan Strategis Nasional (KSN) meliputi:

1. Kawasan Strategis Nasional (KSN);


2. Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT); dan
3. Kawasan Strategis Provinsi.

2.12 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)


PROVINSI BANTEN

Pada telaah RPJPD Banten terdapat Visi dan Misi Provinsi Banten Tahun 2005-2025,
yaitu

”BANTEN MANDIRI, MAJU, SEJAHTERA BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA”

Dengan Misi sebagai berikut;

1. Mewujudkan Masyarakat Sejahtera yang Berakhlak Mulia, Berbudaya, Sehat


dan Cerdas;
2. Mewujudkan Perekonomian yang Maju dan Berdaya Saing secara Merata dan
Berkeadilan;
3. Mewujudkan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang
Lestari; dan
4. Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik, Bersih, dan
Berwibawa.

Penekanan pada tahap/periode akhir RPJPD Tahun 2025, Provinsi Banten


diharapkan telah mencapai kemajuan dan kemandirian memasuki kehidupan
masyarakat modern, minimal sejajar dengan provinsi maju lainnya. Ciri masyarakat

BAB 2-26
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

Banten modern dimaksud diindikasikan dengan tersedianya berbagai pilihan


kebutuhan dan mempunyai kemampuan untuk memilih secara leluasa, berkualitas,
damai, adil dan sejahtera. Adapun prioritas pembangunan pada tahap ini adalah:

1. Peningkatan Kesejahteraan Sosial Mempertahankan daya saing, kualitas dan


produktivitas tenaga kerja, fasilitasi kerjasama kewirausahaan berorientasi
global.
2. Pemantapan Daya Saing Sumber Daya Manusia Pelestarian norma agama
dan nilai budaya dalam kehidupan masyarakat, pelestarian peran dan fungsi
kelembagaan keagamaan dan kebudayaan, peningkatan penerapan
pendidikan berorientasi iptek dan dunia usaha, pemantapan kapasitas dan
kerjasama lembaga pendidikan, peningkatan akses masyarakat pelayanan
kesehatan bermutu dan terjangkau, serta perluasan pola perilaku hidup
sehat.
3. Pemantapan Daya Saing Perekonomian Sinergitas fungsional perekonomian
perkotaan dan perdesaan (ruralurban linkage), pembinaan dan
pendayagunaan teknologi tepat guna dalam pengembangan produk
pertanian, perkebunan, kehutanan dan kelautan, optimalisasi dan
pengembangan industri pengolahan berbasis sumberdaya lokal yang ramah
lingkungan.
4. Pemantapan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah
Mempertahankan kondisi Pelayanan Prasaran dan Sarana dasar yang
berkualitas, mantap dan terjangkau, infrastruktur pendukung yang kondusif
terhadap pertumbuhan dan pemerataan perekonomian, akuntabilitas yang
didukung proses koleksi dan distribusi barang, jasa dan orang, pelayanan
sumberdaya air, energi dan listrik yang ditunjang teknologi ramah lingkungan
dan berkelanjutan.
5. Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup
Penataan dan pelestarian fungsi sumber daya alam pada kawasan lindung,
pengembangan dan pendayagunaan teknologi ramah lingkungan dalam
pengembangan aktivitas budidaya, mitigasi dan penanggulangan bencana
secara sistemik yang didukung teknologi.
6. Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih Pemantapan
partisipasi aktif masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan
pembangunan daerah, pemantapan kapasitas organisasi masyarakat dan
politik, pemeliharaan kesadaran, kepatuhan dan supremasi hukum serta
penegakan dan penataan produk hukum daerah.

BAB 2-27
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

7. Optimalisasi Fungsi dan Peran Pusat Pertumbuhan dan Kawasan Strategis


Optimalisasi peran dan fungsi kawasan strategis provinsi sebagai penggerak
utama (prime mover) pertumbuhan wilayah dan fungsi pusat-pusat kegiatan
nasional, wilayah, dan local secara terpadu dan didukung infrastruktur yang
memadai dan mantap, serta tingginya peran serta masyarakat dan dunia
usaha dalam jasa pelayanan publik.

Tahap RPJM ke-5 Provinsi Banten memasuki era modernisasi dengan


mempertahankan keunggulan daerah sehingga keberlanjutan kesejahteraan
masyarakat mampu ditempuh. Isu regional:

1. Konektivitas wilayah pulau Jawa- Bali Beberapa tahun ini peningkatan


infrastruktur transportasi untuk mengembangkan potensi wilayah terus
dibangun dan dikembangkan, seperti pembangunan dan pengembangan
dermaga, pelabuhan, bandar udara, jalur kereta api, dan sebagainya. Semua
pembangunan infrastruktur transportasi kemudian diintegrasikan sebagai
upaya pengembangan dan peningkatan perekonomian di suatu wilayah.
2. Bencana alam di wilayah Jawa - Bali Wilayah Banten sendiri dalam beberapa
tahun belakangan ini terus dibayangi oleh berbagai bencana mulai dari
Tsunami Selat Sunda di akhir tahun 2018, kemudian banjir bandang di
Kabupaten Lebak tahun 2020, dan terakhir gempa bumi 6 skala richter di awal
Januari 2022
3. Wilayah perbatasan Data-data ketimpangan wilayah, menunjukkan wilayah
Banten Selatan masih tertinggal dengan daerah Banten Utara. Gap
ketertinggalan infrastruktur, perekonomian dan pembangunan manusia
haruslah diperkecil. Masalahnya bukan hanya dari sisi gap ketertinggalan
tersebut. Bahwa lokasi Provinsi Banten berbatasan langsung dengan Provinsi
DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat dan berbatasan secara tidak langsung
dengan laut di 27 arah Lampung. Isu ketimpangan juga muncul di daerah
perbatasan tersebut. sebagai contoh daerah perbatasan antar Provinsi
Banten dengan Provinsi Jawa Barat. Banyak remote area di daerah perbatasan
yang belum tersentuh pelayanan publik yang memadai.

2.13 RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH (RPD) PROVINSI BANTEN


TAHUN 2023-2026

Perencanaan Tahun 2023-2026 merupakan periode perencanaan pembangunan


yang sedikit berbeda, karena Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun
2023-2026 bukan merupakan rencana atau janji kepala daerah terpilih. Hal ini
disebabkan oleh telah berakhirnya RPJMD Provinsi Banten Tahun 2017-2022,

BAB 2-28
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

sementara Pemilihan Kepala Daerah baru akan dilaksanakan secara serentak pada
Tahun 2024. Dengan kondisi ini, merujuk Pasal 201 ayat 8 Undang-Undang Nomor
10 Tahun 2016, Pemerintah Provinsi Banten belum mempunyai dokumen RPJMD
yang baru. Untuk menjaga kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan daerah provinsi, serta keselarasan program dan kegiatan
pembangunan daerah provinsi dengan pembangunan nasional. Kementerian Dalam
Negeri telah menerbitkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 2021
tentang Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah Bagi Daerah
Dengan Masa Jabatan Kepala Daerah Berakhir Pada Tahun 2022. Berdasarkan hal
tersebut, Pemerintah Provinsi Banten harus menyusun rencana pembangunan
daerah sebagai dokumen perencanaan strategis daerah selama periode tahun 2023-
2026. Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah (RPD) Provinsi Banten Tahun
2023-2026 mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Banten nomor 1 Tahun 2020
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD) Provinsi Banten Tahun
2005-2025, berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2020-2024 dan berdasarkan hasil evaluasi RPJMD Provinsi Banten
Tahun 2017- 2022. 28 Arah kebijakan tahunan pembangunan untuk periode tahun
2023- 2026 sebagai pedoman dalam penyusunan rencana Kerja Pemerintah
Tahunan yaitu:

Tabel 2.1 Arahan Kebijakan Tahunan Pembangunan Tahun 2023-2026

BAB 2-29
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

BAB 2-30
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

BAB 2-31
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

Sumber: Rencana Pembangunan Daerah (RPD) Provinsi Banten Tahun 2023-2036

2.14 RENCANA TATAT RUANG WILAYAH KABUPATEN LEBAK TAHUN 2014-


2034

Lingkup wilayah perencanaan RTRW Kabupaten Lebak dilakukan di seluruh wilayah


Kabupaten dengan luas wilayah 330.507,2 (tiga ratus tiga puluh ribu lima ratus tujuh
koma dua) hektar. Batas wilayah Kabupaten Lebak meliputi:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Kabupaten


Tangerang;
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Sukabumi;
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pandeglang;
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.

Penataan ruang kabupaten bertujuan mewujudkan ruang wilayah Kabupaten yang


berdaya saing tinggi dan berkelanjutan berbasis pertanian, perkebunan, pariwisata
dan pertambangan.

Rencana sistem pusat kegiatan meliputi:

A. PKW berada di Perkotaan Rangkasbitung;

BAB 2-32
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

B. PKWp berada di: 1. Perkotaan Bayah; dan 2. Perkotaan Maja.


C. PKL berada di Perkotaan Malingping
D. PKLp berada di: 1. Perkotaan Cipanas; dan 2. Perkotaan Panggarangan.
E. PPK berada di: 1. Perkotaan Wanasalam; 2. Perkotaan Cihara; 3. Perkotaan
Cilograng; 4. Perkotaan Cibeber; 5. Perkotaan Cijaku; 6. Perkotaan
Cigemblong; 7. Perkotaan Banjarsari; 8. Perkotaan Cilelesl; 9. Perkotaan
Gunungkencana; 10.Perkotaan Bojongmanik; 11.Perkotaan Cirinten;
12.Perkotaan Muncang; 13.Perkotaan Sobang; 14.Perkotaan Leuwidamar;
15.Perkotaan Lebakgedong; 16.Perkotaan Sajira; 17.Perkotaan Cimarga;
18.Perkotaan Cikulur; 19.Perkotaan Warunggunung; 20.Perkotaan Cibadak;
21.Perkotaan Kalanganyar; dan 22.Perkotaan Curugbitung.

Rencana fungsi pusat kegiatan meliputi:

A. PKW dengan fungsi utama sebagai pusat kegiatan pemerintahan, pusat


perdagangan dan jasa, pusat pendidikan, pusat kesehatan, pusat
pengembangan permukiman perkotaan, pusat pariwisata, dan pusat
pelayanan sosial ekonomi;
B. PKWp dengan fungsi utama sebagai pusat kegiatan kawasan perdagangan
dan jasa, pusat pendidikan, pusat kesehatan, pusat pengembangan
permukiman perkotaan, pusat pariwisata, dan pusat pelayanan sosial
ekonomi;
C. PKL dengan fungsi utama sebagai pengembangan perdagangan dan jasa,
pengembangan pendidikan, pengembangan kesehatan, pengembangan
pariwisata, pengembangan permukiman, dan pengembangan pertanian;
D. PKLp dengan fungsi utama sebagai pengembangan perdagangan dan jasa,
pengembangan pendidikan, pengembangan kesehatan, pengembangan
pariwisata, pengembangan permukiman dan pengembangan partanian; dan
E. PPK dengan fungsi utama sebagai pusat pelayanan skala antar Kecamatan,
pengembangan perdagangan dan jasa, pengembangan pendidikan,
pengembangan kesehatan, pengembangan permukiman pengembangan
pertanian, dan pengembangan pariwisata.

Rencana pola ruang Kabupaten Lebak terdiri dari rencana kawasan lindung dan
kawasan budidaya yaitu:

A. Rencana kawasan lindung; 1. Kawasan hutan lindung 2. Kawasan yang


memberikan perlindungan kawasan bawahannya; 3. Kawasan perlindungan
setempat; 4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; 5.
Kawasan rawan bencana alam; dan 6. Kawasan lindung geologi.

BAB 2-33
Laporan Pendahuluan
Penyusunan
DED Infrastruktur Informasi
Permukiman Kawasan Geospasial
Strategis Provinsi
Pada Kawasan Perbatasan Antara Provinsi Pada Tematik
Kabupaten Lebak-Bogor
Dinas Perkim TA. 2023

B. Rencana kawasan budi daya: 1. Kawasan peruntukan hutan produksi; 2.


Kawasan pertuntukan pertanian; 3. Kawasan peruntukan perikanan; 4.
Kawasan peruntukan pertambangan; 5. Kawasan peruntukan industri; 6.
Kawasan peruntukan pariwisata; 7. Kawasan peruntukan permukiman; dan 8.
Kawasan peruntukan budidaya lainnya.

BAB 2-34

Anda mungkin juga menyukai