Anda di halaman 1dari 7

NAMA : FADIL FATHURRAHMAN

NPM : 19090013
MATA KULIAH : KOTA DAN PEMUKIMAN

1. Elemen pembentuk fisik kota versi kevin lynch


Kevin lynch telah mengemukakan salah satu cara pengenalan suatu kota dengan menegemukakan
adanya lima elemen dasar suatu lingkungan, pada hakekatnya kelima elemen ini merupakan alat
instrument untuk mengenal suatu bentuk kota serta arsitekturnya ebagai komponen laun bentuk kota
tersebut, indentifikasi merupakan pula alat untuk menilai suatu lingkungan dari as[rk fisik secara ;lebih
objektif. Menurut prof. kevin lynch kelima elemen dasar tersebut terdiri dari :
a. Path ( jalan )
Path yaitu jaringan jaringan pergerakan dimana manusia akanbergerak dari suatu tempat ke tempat
lain. Path ini akan terdapat didldalam berbagai kota baik kecil maupun besar. Path akan
merupakankerangka dasar dari suatu kota. Jaringan ini juga akan menentukan bentuk,pola dan bahkan
struktur fisik suatu kota.
b. District(kawasan)
suatu kota merupakan integrasi dari berbagai kegiatanfungsionil. Kita mengenal adanya komponen
komponen kegiatanfungsionil,Wisma yaitu daerah perumahan,Karya daerah daerah
tempatkerja(industri, perdagangan dan lain lain),Marga yaitu segala kegiatanyang ada hubungannya
dengan kegiatan pergerakan,Suka kawasankegiatan rekreasi danPenyempurna yaitu kawasan kegiatan
pelayanansosial dan kebutuhan spirituil.
c. Edges ( batasan )
aEdges atau batasan sebenarnya merupakanpengakhiran dari suatu distrik atau kawasan tertentu.
Sulituntuk melihat suatu batas yang jelas antara suatu kawasandengan suatu kegiatan fungsional
tertentu ke kawasandengan suatu kegiatan fungsional lainnya bersifat kontinyudan tidak terasa secara
tajam. Untuk beberapa kawasan maka “edge” ini dapat secara jelas diidentifikasikanmisalnya antara
suatu kawasan terbangun/’ built up area” dengan kawasan terbangun
d. Landmark
Pada hakekatnya “Landmark” inimerupakan suatu teruktur fisik yang paling menonjol danmenjadi
perhatian dari suatu kota atau suatu lingkungan tertentu. Penonjolan dari suatu “land use” lebih
diartikan dari aspek struktur fisiknya dan bukan dari aspek fungsinya.Suatu landmark dapat
merupakan suatu struktur fisik yangdominan dan menonjol diantara struktur struktur fisiklainnya dan
dapat dilihat dari jarak yang jauh seperti suatumonumen, suatu menara, suatu bangunan besar
misalnyapatung Liberty, Monas dll.
e. Node ( pusat kegiatan )
Suatu “Node”adalahsuatu titik pemusatan kegiatan fungsioil dari suatu kota.Nodes ini sering
pengertiannya dikaitkan dengan landmark.Kedua duanya merupakan suatu ciri kota yang
menonjolyang dapat berperan dan berfungsi sebagai suatu orientasi,pengenalan lingkungan ini bagai
penduduk dan pendatangke suatu kota

2. Permukiman terbentuk atas kesatuan antara manusia dan lingkungan sdi sekitarnya.Permukiman
merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa elemen yaitu (SuparnoSastra M. dan Endi
Marlina, Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, 2006:39):

a. ALAM

b. Manusia
Di dalam suatu wilayah permukiman, manusia merupakan pelakuutama kehidupan,
disamping makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan danlainnya. sebagai makhluk yang paling
sempurna, dalam kehidupannya manusiamembutuhkan berbagai hal yang dapat menunjang
kelangsungan hidupnya, baikitu kebutuhan biologis (ruang, udara, temperatur, dan lain-lain),
perasaan danpersepsi, kebutuhan emosional dan kebutuhan akan nilai-nilai moral.
c. Masyarakat
Masyarakat merupakan kesatuan kelompok orang (keluarga) dalamsuatu permukiman yang
membentuk suatu komunitas tertentu. Hal-hal yangberkaitan dengan permasalahan yang terjadi dalam
masyarakat yang mendiamisuatu wilayah permukiman adalah:

 Kepadatan dan komposisi penduduk


 Kelompok sosial
 Adat dan kebudayaan
 Pengembangan ekonomi
 Pendidikan
 Kesehatan
 Hukum dan administras

d. Bangunan atau rumah.


Bangunan atau rumah merupakan wadah bagi manusia.Pada prinsipnya bangunan yang
dapat digunakan sepanjang operasionalSorotanTambah CatatanBerbagi Kutipankehidupan
manusia bisa dikategorikan sesuai dengan fungsi masing-masing,yaitu:a

a. Rumah pelayanan masyarakat (sekolah, rumah sakit, dan lain-lain)


b. Fasilitas rekreasi atau hiburan
c. Pusat perbelanjaan
d. Industri
e. Pusat transportasi
3. ❖ Perencanaan Tata Ruang Wilayah Nasional

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah arahankebijakan dan strategi pemanfaatan
ruang wilayahnegara yang dijadikan acuan untuk perencanaan jangkapanjang. Jangka waktu Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional adalah 20 tahun, dengan peninjauan kembali setiap satu kali dalam 5 tahun.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional memuat:

 Tujuan kebijakan ,dan strategis penataan wilayah provinsi


 Rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi Kawasan lindung,Kawasan
budidaya
 Penetapan Kawasan srategis provinsi
Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta
keserasian antarsektor.

 Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi.


 Penataan ruang kawasan strategis nasional.
 Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan pengembangan struktur ruang
dan pola ruang. Struktur Ruang Wilayah Nasional meliputi akses pelayanan perkotaan dan pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah, serta kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi,
telekomunikasi, energi, dan sumber daya air. Sedangkan Pola Ruang Wilayah Nasional meliputi kawasan
lindung, kawasan budidaya, dan kawasan strategis nasional.

❖ Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional

Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:


A. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
B. Keterpaduan perencananaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupatrn kota
C. Keharmonisan acara lingkungan alam da lingkungan buatan

❖ Perencanaan Tata Ruang Wilayah Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari
wilayah provinsi. Dalam penyusunannya, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi harus mengacu pada
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, pedoman bidang penataan ruang, dan rencana pembangunan
jangka panjang daerah. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi memuat:
1. tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wiayah provinsi
2.rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi system perkotaan dan wilaya dengan
Kawasan pedesaan dalam wilayah pelayanannya dan sistem jaringanprasarana

❖ Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi


Penataan Ruang Wilayah Provinsi memiliki beberapa tujuan sebagai
berikut:
1. Sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan san strategi penataan ruang
2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam rencana tata ruang
3. Sebagi dasar dalam penetapaan arah pengendalian pemanfaatan ruang wilayah

❖ Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota adalah rencana tata ruang yang bersifat umum
dari wilayah kabupaten/kota. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota memuat:

 Tujuan kebijakan,strategi penataan ruang wiayah kabupaten / kota


 Rencana struktur ruang wilayah kabupaten kota
 Rencana pola ruang wikayah kabupaten / kota
 Penetapan Kawasan strategis

❖ Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

Penataan Ruang Wilayah Kabupaten/Kota memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

 Sebagai acuan dalam penyusunan rencana pembangunan jangka Panjang daerah. Dan
pembangunan jangka menrngah kanupaten
 ii. Sebagai acuan untuk mewujutkan keseimbangan pembangunandalam wilayah kota
 iii. Sebagai acuan dalam administrasi pertahanan

4. Secara sederhana permasalahan perumahan dan permukiman ini adalah tidak sesuainya jumlah
hunian yang tersedia jika dibandingkan dengan kebutuhan dan jumlah masyarakat yang akan
menempatinya. Tetapi apa bila kita melihat lebih dalam lagi, pokok-pokok permasalahan dalam
perumahan dan pemukiman ini sebenarnya adalah (sumber: Rumah Untuk Seluruh Rakyat, Ir. Siswono
Yudohusodo,..., Jakarta, 1991):
Kependudukan
Penduduk Indonesia yang selalu berkembang, merupakan faktor utama yang menyebabkan permasalahan
perumahan dan permukiman ini selalu menjadi sorotan utama pihak pemerintah. Pesatnya angka
pertambahan penduduk yang tidak sebanding dengan penyediaan sarana perumahan menyebabkan
permasalahan ini semakin pelik dan serius. Permasalahan kependudukan dewasa ini tidak hanya menjadi
isu pada kota-kota dipulau jawa, tetapi kota-kota dipulau lainpun sudah mulai memperlihatkan gejala
yang hampir serupa. Meningkatnya arus urbanisasi serta semakin lebarnya jurang pemisah antara kota
dan desa merupakan salah satu pemicu permasalahan kependudukan ini.

Tataruang dan Pengembangan wilayah


Daerah perkotaan dan pedesaan merupakan satu kesatuan wilayah yang seharusnya menjadi perhatian
khusus pihak yang berkepentingan dalam hal pembangunan ini, khususnya pembangunan perumahan dan
permukiman. Seharusnya hal ini menjadi panduan untuk melaksanakan pemerataan dalam pembangunan
antar keduanya. Tetapi yang kita temui dilapangan sekarang adalah semakin pesatnya pembangunan yang
dilakukan pada kota, sehingga daerah pedesaan semakin tertinggal. Pesatnya pembangunan perumahan
diperkotaan banyak yang tidak sesuai dengan rencana umum tataruang kota, inilah yang menyebabkan
keadaan perkotaan semakin hari semakin tidak jelas arah pengembangannya.

Perencanaan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman yang masih belum optimal.


Perencanaan merupakan aspek yang tidak boleh dianggap sebelah mata, dengan perencanaan yang
matang, sinergis dan integral dalam setiap sektor akan menghasilakn keluaran pengembangan perumahan
dan pemukiman. Belum optimalnya perencanaan berakibat pada lemahnya arah kebijakan pengembangan,
tumpang tindihnya rencana aksi pengembangan antar sektor, dan tidak fokusnya dalam menentukan
prioritas pengembangan perumahan dan pemukiman. Mengingat hal tersebut di atas, Saat ini di Kab.
Grobogan baru menyusun dokumen Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman Daerah ( RP4D ) Kab. Grobogan, dokumen data base kampung kumuh, Pembahasan Perda
Tata Ruang yang mengakomodasi perkembangan wilayah, perkembangan permukiman yang semakin
intensif tetapi tetap memperhatikan lingkungan yang keberlanjutan (sustainabel development). Dengan
dokumen-dokumen tersebut, diharapkan arah kebijakan pengembangan perumahan dan pemukiman dapat
menumbuhkan lingkungan hidup perumahan yang lebih sehat dan terkendali.

Pertanahan dan Prasarana


Pembangunan perumahan dan permukiman dalam skala besar akan selalu dihadapkan kepada masalah
tanah, yang didaerah perkotaan menjadi semakin langka dan semakin mahal. Tidak sedikit yang kita
jumpai areal pertanian yang disulap menjadi kawasan permukiman, hal ini terjadi karena ketersediaan
tanah yang sangat terbatas sedangkan permintaan akan sarana hunian selalu meningkat setiap saatnya.
Konsekuensi logis dari penggunaan tanah pertanian sebagai kawasan perumahan ini menyebabkan
menurunnya angka produksi pangan serta rusaknya ekosistem lingkungan yang apabila dikaji lebih lanjut
merupakan awal dari permasalahan lingkungan diperkotaan, seperti banjir, tanah longsor dan lain
sebagainya.
Alternatif lain dalam menanggulangi permasalahan pertanahan di dalam kota ini adalah dengan
membangun fasilitas-fasilitas hunian didaerah pinggiran kota, yang relatif lebih murah harganya. Namun
permasalahan baru muncul lagi disana, yaitu jarak antara tempat tinggal dan lokasi bekerja menjadi
semakin jauh sehingga kota tumbuh menjadi tidak efisien dan terasa mahal bagi penghuninya.

Selain itu, penyediaan perumahan dan pemukiman juga harus diikuti dengan penyediaan prasarana dasar
seperti penyediaan air bersih, sistem pembuangan sampah, sistem pembuangan kotoran, air limbah, tata
bangunan, saluran air hujan, penanggulangan bahaya kebakaran, serta pencemaran air, udara, dan tanah
yang memadai. Penyediaan prasarana dasar tersebut membutuhkan biaya yang besar padahal kemampuan
daerah dalam penyediaan anggaran terbatas. Kemampuan pendanaan APBD Kabupaten dalam
penyediaan prasarana dasar pemukiman rata-rata hanya berkisar 15 – 20 Milyar per tahun, itupun sudah
termasuk dana yang bersumber dari DAK.
Pembiayaan.
Permasalahan biaya merupakan salah satu point penting dalam pemecahan permasalahan perumahan dan
permukiman ini. Secara mikro, hal ini disebabkan oleh kemampuan ekonomis masyarakat untuk
menjangkau harga rumah yang layak bagi mereka masih sangat susah sekali, karena sebagian besar
masyarakat merupakan masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah kebawah (jumlah penduduk
miskin di Kabupaten Grobogan adalah %), sedangkan secara makro hal ini juga tidak terlepas dari
kemampuan ekonomi nasional untuk mendukung pemecahan masalah perumahan secara menyeluruh.
Hal lain yang juga merupakan salah satu bentuk permasalahan pembiayaan ini adalah adanya
kecenderungan meningkatnya biaya pembangunan, termasuk biaya pengadaan tanah yang tidak sebanding
dengan kenaikan angka pendapatan masyarakat, sehingga standar untuk memenuhi kebutuhan akan
hunian menjadi semakin tinggi.
Teknologi, Industri Bahan Bangunan dan Industri Jasa Konstruksi
Faktor lain yang juga merupakan pendukung yang ikut menentukan sukses atau tidaknya program
pembangunan perumahan rakyat ini adalah produksi bahan bangunan dan distribusinya yang erat
kaitannya dengan harga, jumlah dan mutu serta penguasaan akan teknologi pembangunan perumahan oleh
masyarakat. Berdasarkan kepada tulisan dalam buku Rumah Untuk Seluruh Rakyat, mengatakan bahwa
teknologi dan industri jasa konstruksi, khususnya untuk pembangunan perumahan sederhana belum
banyak kemajuan yang ada.
Kelembagaan
Perangkat kelembagaan dibidang perumahan, merupakan satu kesatuan sistem kelembagaan untuk
mewujudkan pembangunan perumahan secara berencana, terarah dan perpadu, baik itu yang berfungsi
sebagai pemegang kebijaksanaan, pembinaan dan pengaturan pada berbagai tingkat pemerintahan,
maupun lembaga-lembaga pelaksana pembangunan di sektor pemerintah dan swasta.
Hal lain yang juga berhubungan dengan kelembagaan ini adalah pengembangan unsur-unsur pelaksana
pembangunan yang harus lebih dikembangkan lagi, khususnya kelembagaan pada tingkat daerah, baik itu
yang bersifat formal maupun non-formal yang dapat mendukung swadaya masyarakat dalam bidang
perumahan dan permukiman.
Peranserta Masyarakat
Berdasarkan kepada kebijaksanaan dasar negara kita yang menyatakan bahwa setiap warga negara
Indonesia berhak atas perumahan yang layak, tetapi juga mempunyai peran serta dalam pengadaannya.
Menurut kebijaksanaan ini dapat kita simpulkan bahwa pemenuhan pembangunan perumahan adalah
tanggung jawab masyarakat sendiri, baik itu secara perorangan maupun secara bersama-sama, pada point
ini peran pemerintah hanyalah sebagai pengatur, pembina dan membantu serta menciptakan iklim yang
baik agar masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhan akan perumahan mereka. Masyarakat bukanlah
semata-mata objek pembangunan, tetapi merupakan subjek yang berperan aktif dalam pembangunan
perumahan dan pemukiman.
Peran serta masyarakat akan dapat berlangsung lebih baik apabila sejak awal sudah ada perencanaan
pembangunan, agar hasilnya sesuai dengan aspirasi, kebutuhan nyata, kondisi sosial budaya dan
kemampuan ekonomi masyarakat yang bersangkutan, dengan demikian perumahan dan pemukiman dapat
menciptakan suatu proses kemajuan sosial secara lebih nyata.

Peraturan Perundang-undangan
Peraturan dan perundang-undangan merupakan landasan hukum bagi penerapan berbagai kebijaksanaan
dasar maupun kebijaksanaan pelaksanaan di bidang pemerintahan maupun bidang pembangunan.
Berbagai peraturan perundang-undangan di bidang perumahan telah mulai digagas dan dikeluarkan oleh
pemerintah mulai dari periode pra-PELITA hingga saat sekarang. Namun hal ini belum dapat
memberikan dampak yang cukup berarti dalam pembangunan perumahan, bahkan dalam banyak hal
dikatakan hal tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan kenyataan sekarang dan juga telah tertinggal dengan
perkembangan dan tuntutan pembangunan dewasa ini dan dimasa mendatang, sehingga pembaharuan dan
penyempurnaan dirasakan sangat perlu dan penting.
Permasalahan lainnya
Menurut hasil sensus yang dilakukan pada tahun 1980, tercatat bahwa kira-kira 28 juta dari rumah yang
ada, 5,8% merupakan rumah-rumah yang belum memenuhi syarat, baik itu yang ditinjau dari luasan
rumahnya maupun kepadatan huniannya. Kebutuhan akan hunian yang selalu meningkat dan juga disertai
oleh faktor keterbatasan masyarakat dalam pemenuhannya, sehingga hal ini telah menyebabkan
kecenderungan sarana hunian masyarakat menjadi pemukiman kumuh yang tidak mudah untuk
dikendalikan. Hal lain yang juga masih berhubungan dengan permasalahan ini adalah faktor sebaran
penduduk Indonesia yang masih belum merata.

Anda mungkin juga menyukai