Definisi Perencanaan adalah proses kontinyu dalam pengambilan keputusan atau pilihan mengenai
bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada semaksimal mungkin guna mencapai tujuan-tujuan
tertentu di masa depan.
Dari definisi tersebut maka di dalam perencanaan tentu terdapat elemen-elemennya yaitu :
1. Merencana berarti memilih
2. Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan sumber daya
3. Perencanaan sebagai alat untuk mencapai tujuan
4. Perencanaan itu berorientasi ke depan.
PENGERTIAN KOTA DAN WILAYAH
Kota atau wilayah adalah tempat kita tinggal. Kota menyediakan berbagai kebutuhan kita: sandang,
pangan, dan papan. Kota sebagai sebuah fenomena "urban" memberikan kita lingkungan sosial budaya
dan ekonomi yang sangat menentukan preferensi dan perilaku kita. Dan kita dapat menyebut
permukiman kota sebagai keseluruhan yang meliputi kota sebagai tempat tinggal dengan lingkungan
sosial ekonomi dan budaya yang mempengaruhi.
PENGERTIAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Dari uraian perengertian diatas, Perencana kota adalah bukan orang yang merancang suatu kota, tetapi
yang sebenarnya adalah hanya menyediakan suatu rencana berdasarkan prinsip "supply and demand"
yang akan digunakan untuk membuat kota tersebut lebih maju dalam segala bidang.
Dalam hal ini, Planologi atau Perencanaan Wilayah dan Kota adalah suatu program studi yang
mempelajari tentang cara merencana suatu wilayah dan kota. Dalam merencanakan suatu kota ternyata
banyak sekali yang harus di pertimbangkan, misalnya kondisi ekonomi, sosial, budaya suatu wilayah dan
yang lain-lain
Hasil dari Perencanaan Kota dan Wilayah tentunya ada berbagai tingkatan, yaitu :
1. Rencana Tata Ruang Nasional.
2. Rencana Tata Ruang Propinsi.
3. Rencana Tata Ruang Kota dan Wilayah. (RTRW)
4. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).
Dalam melaksanakan Perencanaan suatu Wilayah dan Kota harus berjalan sesuai dengan undang-
undang yang sedang berlaku. Untuk dapat lebih jelasnya di bawah ini adalah Undang-Undang Tata
Ruang Kota yang terbaru yaitu :
UU no.26 tahun 2007
Berikutnya apabila kita ingin menjadi sarjana atau ahli di bidang Planologi maka harus memiliki
Kompetensi. Kompetensi umum yang harus dimiliki oleh lulusan dibidang Planologi adalah :
1. Memahami yang dimaksud dengan Perencanaan Wilayah dan Kota
2. Memahami bahwa masa depan dapat berorientasi utopian dan visionary, tetapi juga mengerti bahwa
rencana adalah suatu produk yang harus dilaksanakan
3. Mampu menghasilkan produk yang berorientasi preskriptif, yaitu kemampuan membuat intervensi
bagi peningkatan kesejahteraan di masa depan
4. Memegang nilai-nilai kemanusiaan (humanity), membela kepentingan umum (public interest), dan
berlaku adil (justice) dan setara (equity) dalam mempraktekkan ilmunya bagi kepentingan umum.
CONTOH – CONTOH PANAROMA SUATU KOTA
CONTOH – CONTOH ELEMEN YANG MEMBENTUK
STRUKTUR KOTA
ELEMEN-ELEMEN YANG MEMBENTUK KOTA
Menurut Kevin Lynch dalam bukunya What Time Is This Place, "Elemen-elemen
Pembentuk Kota", merumuskan prinsip untuk merancang suatu tempat dalam
perkotaan yaitu:
1. Paths
Paths merupakan rute-rute sirkulasi yang dimanfaatkan oleh manusia untuk bergerak
dari suatu tempat ke tempat sehingga dapat berupa jalan-jalan primer dan sekunder,
jalur pejalan kaki (pedestrian ways), kanal ataupun jalur jalan kereta api. Semula ini
dikenal jaringan jalan yang merupakan sebuah path berupa jalur jalan arteri primer,
arteri sekunder, antar lingkungan, dan antar kota.
2. Edges
Edges adalah ujung tepian dari suatu kawasan. Batas ini terbentuk Karena pengaruh
dari fasade bangunan maupun karena karakteristik fungsinya. Edges merupakan batas-
batas suatu district pada sebuah kota (ujung tepian dari matriks atau kawasan kota).
Beberapa district/wilayah kadang-kadang tidak bias dibedakan pinggiran atau batasnya
karena adanya fungsi-fungsi campuran di wilayah lain atau di perbatasan district lain.
Edges dapat berupa jalur pantai, sungai, pantai, penghijauan ataupun jalur kereta api,
dapat juga berupa suatu batasan pemisahan dengan karakter kuat.
3. District
District merupakan suatu area spesifik yang dapat diidentifikasikan batas-batasnya
secara fisik. Suatu kota dikomposisikan oleh komponen-komponen kawasan atau
wilayah. Biasanya kota mempunyai pusat kota, kadang-kadang mempunyai kota
atas/tengah yang berada di areal pemukiman. Disamping itu biasanya terdapat pula
kawasan pabrik, pendidikan , rekreasi dan lain-lain. Antar pusat kota, tengah dan
pinggir bisanya tidak dibatasi oleh batasan-batasan yang tegas tetapi bercampur dan
hanya dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya pusat kota, daerah
perumahan, daerah perdagangan, ataupun suatu kampus.
4. Landmark
Landmark suatu kota merupakan elemen pembentuk kota, dapat berupa bangunan
fisik, gubahan massa, ruang ataupun detail arsitektural yang spesifik dan sangat
kontekstual terhadap kawasan. Kemungkinan lain elemen tersebut adalah muatan
histories yang memberikan pengaruh positif bagi lingkungan apabila eksistensinya
diperkuat atau ditimbulkan kembali. Landmark merupakan elemen yang sangat penting
pada bentuk kota karena bisa membantu masyarakat untuk mengarahkan diri dan
mengenali suatu daerah (tetenger kota).
5. Nodes
Nodes atau pusat kegiatan merupak area yang menjadi pudat aktifitas sehingga orang dapat
merasakan suatu perubahan dari struktur ruang, misalnya simpul pertemuan pergerakan, ujung
jalan. Fungsi nodes adalah aktif dan lebih berorientasi pada kegiatan, jika dibandingkan dengan
landmark yang lebih berorientasi pada bentuk dan yang menjadi titik tolak perhatian adalah
visualnya.
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan
ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.
Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat
diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang
yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai
dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya.
Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang
batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan
pada tingkat wilayah.
Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan
pelayanan pada tingkat internal perkotaan.
Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.
Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan
atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan.
Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada
wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu
yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem
permukiman dan sistem agrobisnis.
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan
yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang
saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana
wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya
1.000.000 (satu juta) jiwa.
Kawasan megapolitan adalah kawasan yang terbentuk dari 2 (dua) atau lebih kawasan
metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan membentuk sebuah sistem.
Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan
keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia.
Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan.
Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan.
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya
lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam.
Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sumber : Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Mengenal Planologi atau Perencanaan
Wilayah dan Kota (PWK)
Teknik Planologi atau yang saat ini lebih dikenal sebagai Teknik Perencanaan Wilayah dan
Kota merupakan prodi/jurusan dalam perkuliahan yang mempelajari mengenai disiplin ilmu
perencanaan suatu wilayah atau kota, yang biasa di sebut juga dengan perencanaan tata ruang. Di
jurusan ini, kita akan belajar mengenai bagaimana kita dapat merencanakan suatu kota atau wilayah
ke depannya melalui berbagai proses perencanaan mulai dari pengumpulan data atau observasi,
pengolahan data (analisa) hingga akhirnya kita dapat membuat suatu perencanaan dengan
memperhatikan berbagai potensi dan permasalahan dalam suatu wilayah atau kota tersebut misalnya
potensi dan permasalahan fisik, sosial, ekonomi, budaya, kebijakan terkait, tingkat partisipasi
masyarakat, kelembagaan, pendanaan, infrastruktur, penggunaan lahan dan sebagainya, serta mampu
memanfaatkan peluang yang ada serta dapat mengatasi tantangan yang datang dari luar (wilayah lain).
Apa yang direncanakan biasanya dituangkan dalam bentuk Peta, sehingga diperlukan juga kemampuan
dalam membuat peta, dan hal itu dapat dipelajari dalam jurusan ini.
Dari penjelasan singkat tersebut dapat memberikan gambaran mengenai apa yang akan dipelajari
dalam jurusan Teknik Planologi atau Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), dan ternyata cukup
banyak yang perlu dipelajari dalam jurusan ini, bukan hanya mempelajari tentang ilmu sosial semata,
atau ilmu ekonomi perkotaan semata, tetapi masih banyak hal-hal lainnya sehingga akan banyak ilmu
yang dapat kita peroleh. Melihat tingkat pembangunan di negara kita yang belum merata, dimana ada
kota-kota yang sudah sangat maju tapi masih banyak daerah-daerah lainnya yang tertinggal serta
daerah-daerah lainnya yang perlu dikembangkan, prospek kerja di dunia perencanaan ini sangat bagus
untuk ke depannya. Berikut adalah prospek kerja bagi lulusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
(PWK) atau Planologi :
Instansi Pemerintahan :
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Daerah (Bappenas/Bappeda)
Dinas Pekerjaan Umum (PU) khususnya PU Cipta Karya dan PU Bina Marga
Instansi yang mengurusi Perumahan/permukiman
Dinas Tata Kota
Instansi-instansi pemerintahan lainnya yang berhubungan misalnya Dinas Lingkungan Hidup,
Dinas Perhubungan, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Badan Pusat Statistik (BPS) dsb.
Swasta :
Konsultan Perencana atau sebagai tenaga ahli (team leader) perencana
Developer Perumahan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang properti, penyediaan sarana prasarana dsb
Freelance sebagai tenaga ahli, tenaga survei, analisis data spasial, pemetaan
UNDP, World Bank dsb
Peluang Kerja Lainnya :
Bank
Wiraswasta (Nanti setelah anda mempelajari ilmu ke-planologian, naluri wiraswasta anda
biasanya bakal lebih berkembang)
Bagaimana perkuliahan di Planologi ini?
Pengalaman pribadi saya sebagai mahasiswa Planologi, ada beberapa hal yang bisa dibilang sebagai ciri
khas tertentu dari jurusan ini, yaitu sebagai berikut :
Sering keluar daerah, biasanya untuk keperluan survei kita mau tidak mau harus berada pada
wilayah yang akan kita rencanakan agar lebih mudah proses surveinya.Itu berarti dengan kuliah pada
jurusan ini, akan lebih banyak tempat-tempat yang dikunjungi oleh sobat. Bagi anda yang lebih suka
bekerja dalam ruangan yang dibatasi oleh tembok, kuliah di jurusan ini sama sekali tidak cocok bagi
anda. Jurusan ini lebih cocok bagi anda yang memiliki jiwa petualang, dan selalu ingin mengunjungi
tempat-tempat baru.
Lebih banyak bekerja dalam tim. Dalam perkuliahan, tugas-tugas yang sering dikerjakan
sebagian besarnya dikerjakan dalam kelompok, kemampuan bekerja sama anda akan terus di asah
selama kuliah di jurusan ini.
Siap-siap menjadi "orang gila" ditengah masyarakat.Akan sangat banyak tugas survei selama
perkuliahan, hal ini berarti anda harus terjun langsung ke lapangan melakukan pengamatan. Terkadang
anda membawa peta besar sambil memikul beberapa perlengkapan seperti meteran untuk mengukur
lebar jalan, alat tulis berbagai warna, kamera yang tidak pernah berhenti memotret dsb. Berbagai
pengalaman bisa anda dapatkan dari survei di lapangan misalnya dianggap sebagai orang pemerintahan
yang akan melakukan pelebaran jalan, tim pendata masyarakat miskin (mereka berharap dapat
mendapat hadiah dari anda dan kawan-kawan), terkadang dianggap sebagai pencari harta karun
(karena membawa peta kemana-mana :D ), dan lebih parahnya anda juga bisa dianggap sebagai
seorang teroris (pengalaman pribadi :D ). Disini kemampuan bersosialisasi anda akan diuji, bagaimana
cara meyakinkan warga/masyarakat sekitar, agar dapat bekerja sama dengan anda dalam pengumpulan
data yang sedetail mungkin.Dengan kedekatan dengan masyarakat sekitar juga anda dapat mengetahui
aspirasi masyarakat, sehingga perencanaan nanti dapat lebih tepat sasaran.
Tugas Non Stop. Kuliah dijurusan ini, anda harus selalu siap mengerjakan tugas bejibun yang
akan selalu menghantui anda setiap hari. Aturlah jadwal anda sebaik mungkin dan menggunakan waktu
yang efektif dalam mengerjakan tugas, biasanya hal ini yang membuat mahasiswa Teknik agak tertatih-
tatih untuk meraih gelar sarjananya.
Begitulah sedikit gambaran mengenai kuliah di jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)
atau Teknik Planologi. Semoga teman-teman yang ingin melanjutkan kuliahnya dijurusan Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota ini dapat lebih mempersiapkan diri dalam menyambut masa depan
yang lebih cerah ini.
Hal yang terpenting untuk menjadi seorang mahasiswa jurusan PWK adalah memiliki
imajinasi yang tinggi, tajam dalam analisis, dan kreatif. Seorang lulusan PWK lebih
dikenal dengan sebutan planner atau perencana merupakan otak dari sebuah proyek
tata ruang dengan mempertimbangkan semua aspek terkait secara menyeluruh (aspek
ekonomi, sosial-budaya, politik, lingkungan dan lain sebagainya). Kesemua aspek ini
diperhitungkan serta dipertimbangkan secara rinci agar rencana yang akhirnya
menjadi output sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan dan dapat diterapkan
secara menyeluruh (aplikatif).
Menurut Wikipedia.com, jurusan PWK merupakan salah satu titik persilangan
antara jurusan teknik, sosial, dan juga perancangan (design). Oleh karena itu, hal-hal
yang dipelajari dalam PWK sangat beragam. Mulai dari statistika, kalkulus, tata guna
lahan, transportasi, kependudukan, politik, komunikasi, dan masih banyak lainnya
(akan dibahas secara lengkap pada pembahasan yang selanjutnya).
Seorang planner dewasa ini lebih sering disebut dengan “dokter kota” karena
merupakan orang yang mengatasi segala permasalahan dalam sudut pandang yang
utuh pada suatu kota. Misalnya pada suatu kota/ area terdapat komponen fisik seperti
pertokoan, persawahan, perumahan, dan lain sebagainya. Di sisi lain terdapat
komponen-komponen non-fisik seperti masalah kemacetan, kepadatan penduduk,
pemukiman kumuh, dan lain sebagainya. Nah, seorangplanner harus mampu
memahami semua hal tersebut dengan cara yang menyeluruh sehingga perencanaan
yang dihasilkan akan mampu diterapkan dengan baik.
Sama halnya dengan jurusan Arsitek, pada mata kuliah yang memiliki SKS yang
banyak seperti mata kuliah Studio Perancangan Tapak atau Studio Perencanaan
Wilayah dan Kota 1, dan lain sebagainya, mahasiswa jurusan PWK juga diharuskan
untuk membuat maket. Namun, PWK dan arsitek merupakan dua jurusan yang
berbeda. Seorang Arsitek bangunan merancang per bangunan sedangkan Planner
merancang suatu kawasan secara utuh. Jika dibandingkan dengan arsitek lansekap
yang menitik-beratkan pada aspek visual estetik dan lingkungan, maka seorang
planner memiliki tugas untuk menata kawasan yang lebih luas dengan memperhatikan
seluruh aspek pembangunan secara menyeluruh dan utuh sebagai sebuah kesatuan.
Pekerjaan seorang planner akan lebih bekerja keras pada bagian analisis.
Kesehariannya juga akan dihadapkan pada permasalahan sebuah kawasan secara
kompleks, berhadapan dengan peta suatu kawasan/ kota, dan sering berada di
lapangan untuk survey guna melengkapi data yang dibutuhkan. Tak heran jika pada
akhirnya para planner merupakan orang-orang dengan kemampuan analisis yang
sangat tajam.
Demikian penjelasan singkat dan membosankan tentang Perencanaan Wilayah &
Kota, semoga bermanfaat bagi anda yang sudah terlanjur membacanya. Amin…,,
Penjelasan-penjelasan lebih lanjut dan lebih detail tentang Perencanaan Wilayah
& Kota akan saya tulis pada postingan yang selanjutnya.
Setelah membaca materi ini Anda diharapkan dapat menjelaskan pengertian dasar, konsep Kota,
Perkotaan melalui berbagai aspek, serta memahami ruang lingkup Perencanaan Kota.
Mahasiswa wajib membuka dan mempelajari Modul materi Pokok ADPU 4433 Perencanaan Kota,
karangan Ir. Iwan Kustiwan, MT - Penerbit Universitas Terbuka, Modul 1 - 2
Sebelum memahami konsep kota, perkotaan, kawasan perkotaan, Anda perlu memahami istilah-
istilah yangs sering muncul dalam perkuliahan/modul materi ADPU 4433 - Perencanaan Kota.
Konsep-konsep yang berhubungan dengan Perencanaan Kota antara lain: Wilayah, Daerah,
Kawasan, Kota, Perkotaan/Kawasan Perkotaan.
PENGERTIAN WILAYAH Terminologi ini sering muncul dalam konsep Perencanaan Kota. Mau tidak
mau, suka tidak suka istilah ini memang harus sering didengar, dan sangat wajar jika digunakan
dalam studi perencanaan, terutama Perencanaan Wilayah dan Kota / Perencanaan Kota sebagai
suatu disiplin ilmu planologi.
Dengan merujuk pengertian di atas, kita mengenal istilah Wilayah Indonesia Timur (dalam
pengertian geografis), Wilayah Pesisir (geografis, fungsional); Wilayah Jabodetabek (fungsional),
Wilayah Perkotaan (fungsional), Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota (administratif); Wilayah Daerah
Aliran Sungai (DAS) (fungsional), dll.
PENGERTIAN KOTA
Tempat dimana terjadi konsentrasi penduduk lebih padat dari wilayah sekitarnya karena
terjadinya pemusatan kegiatan fungsional yang berhubungan dengan kegiatan penduduknya.
Ciri-Ciri Kota
Dalam Inmendagri Nomor 34 tahun 1986 tentang Pelaksanaan Permendagri Nomor 7 tahun 1986
tentang Batas-batas Wilayah Kota Di Seluruh Indonesia, ciri-ciri wilayah kota dapat dilihat dari aspek
fisik dan aspek sosial ekonomi.
1. Dilihat dari aspek fisik, maka wilayah kota mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
(a) tempat permukiman penduduk yang merupakan satu kesatuan dengan luas, jumlah bangunan,
kepadatan bangunan yang relatif lebih tinggi dari pada wilayah skitarnya;
(b) proporsi bangunan permanen lebih besar di tempat itu dari pada di wilayah-wilayah sekitarnya;
(c) mempunyai lebih banyak bangunan fasilitas sosial ekonomi (sekolah, poliklinik, pasar, toko, kantor
pemerintah dan lain-lain) dari pada wilayah sekitarnya.
Dilihat dari aspek sosial ekonomi, maka wilayah kota mempunyai ciri-ciri;
(a) mempunyai jumlah penduduk yang relatif besar dari pada wilayah sekitarnya, yang dalam satu
kesatuan areal terbangun berjumlah sekurang-kurangnya 20.000 orang di Pulau Jawa, Madura dan Bali
atau 10.000 orang di luar pulau-pulau tersebut;
(b) mempunyai kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggal dari wilayah sekitarnya;
(c) mempunyai proporsi jumlah penduduk yang bekerja di sektor non-pertanian lebih tinggi dari wilayah
sekitarnya;
(d) merupakan pusat kegiatan ekonomi yang menghubungkan kegiatan pertanian wilayah sekitarnya
dan tempat pemasaran atau prosessing bahan baku bagi kegiatan industri.
Kota-kota secara umum dapat dibedakan berdasarkan fungsi kota maupun untuk kepentingan
perumusan kebijakan perencanaan struktur. Menurut (Hobbs and Black, dalam Catanese, J.Anthony and
Snyder. C, James, 1996: 232) Rencana struktur memusatkan perhatian pada aspek-aspek tertentu dari
linkungannya biasanya tata guna lahan, sistem pergerakan utama, dan besaran serta lokasi dari fasilitas-
fasilitas penting.
Menurut (Haris dalam Jayadinata, 1999:128-129) mengelompokan kota di Amerika Serikat berdasarkan
fungsinya sebagai berikut :
(a) kota industri M’, dimana 74 % penduduknya bernafkah sebagai pekerja industri, pedagang besar atau
eceran;
(b) kota industri M, dimana 60 % penduduk bernafkah sebagai pekerja industri, pedagang besar atau
eceran;
(c) kota pusat pengeceran, dimana 50 % penduduk bernafkah sebagai pekerja industri, pedagang besar
atau eceran;
(d) kota perdagangan besar, dimana sejumlah besar penduduk menjadi pedagang besar;
(e) kota perangkutan, dimana lebih dari 11% penduduk bernafkah di bidang perangkutan;
(f) kota campuran (diversifikasi), dimana tidak menampakkan suatu fungsi dengan jelas;
(g) kota pertambangan, lebih dari 15% penduduk bernafkah di bidang pertambangan;
(h) kota universitas, dimana sebagian besar penduduk berkecimpung dalam bidang perguruan tinggi;
(i) kota peristirahatan dimana sebagian besar penduduk bekerja dalam bidang jasa tertentu. Seperti
rekreasi, perhotelan dsb;
(j) kota politik, dimana sebagain besar penduduk bekerja di bidang pemerintahan.
Sementara itu definisi modern (Amor Rapoport dalam Zahnd, 1995:5) merumuskan definisi baru yang
dapat diterapkan pada daerah permukiman kota dimana saja yaitu, sebuah permukiman dapat
dirumuskan sebagai sebuah kota bukan dari segi morfologis tertentu, atau bahkan kumpulan ciri-cirinya,
melainkan dari segi suatu fungsi khusus yaitu menyusun sebuah wilayah dan menciptakan ruang-ruang
efektif melalui pengorganisasian sebuah daerah pedalaman yang lebih besar
Jaringan jalan grid merupakan bentuk jaringan jalan pada sebagian besar kota yang
mempunyai jaringan jalan yang telah direncanakan. Jaringan ini terutama cocok untuk situasi di mana
pola perjalanan sangat terpencar dan untuk layanan transportasi yang sama pada semua area.
Jenis jaringan radial difokuskan pada daerah inti tertentu seperti CBD. Pola jalan seperti
menunjukkan pentingnya CBD dibandingkan dengan berbagai pusat kegiatan lainnya di wilayah kota
tersebut. Jenis populer lainnya dari jaringan jalan, terutama untuk jalan-jalan arteri utama, adalah
kombinasi bentuk-bentuk radial dan cincin Jaringan jalan ini tidak saja memberikan akses yang baik
menuju pusat kota, tetapi juga cocok untuk lalu lintas dari dan ke pusat-pusat kota lainnya dengan
memutar pusat-pusat kemacetan.
Bentuk lain adalah jaringan jalan spinal yang biasa terdapat pada jaringan transportasi antar kota pada
banyak koridor perkotaan yang telah berkembang pesat, seperti pada bagian timur laut Amerika Serikat.
Ada bentuk lainnya bersifat abstrak yang memang mungkin untuk diterapkan tetapi tampaknya tidak
pernah dipakai, yaitu jaringan jalan heksagonal. Keuntungan jaringan jalan ini adalah adanya
persimpangan-persimpangan jalan yang berpencar dan mengumpul tetapi tanpa melintang satu sama
lain secara langsung.
B. Klasifikasi Jalan
Jalan mempunyai suatu sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat
pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam suatu hubungan hirarki
(Setijowarno dan Frazila, 2001: 107). Menurut peranan pelayanan jasa distribusinya, sistem jaringan jalan
terdiri dari:
1. Sistem jaringan jalan primer , yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan semua simpul
jasa distribusi yang kemudian berwujud kota;
2. Jalan kolektor , yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpulan dan pembagian
dengan ciri-ciri merupakan perjalanan jarak dekat dengan kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan
masuk dibatasi;
3. Jalan lokal , yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dengan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
2. Jalan kelas II , jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan maksimal lebar 2.500 mm, panjang 18.000 mm, dan muatan sumbu terberat maksimal 10 ton;
3. Jalan kelas III A , jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan maksimal lebar 2.500 mm, panjang 18.000 mm, dan muatan sumbu terberat
maksimal 8 ton;
4. Jalan kelas III B , jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan maksimal lebar 2.500 mm, panjang 12.000 mm, dan muatan sumbu terberat maksimal 8
ton;
5. Jalan kelas III C , jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan maksimal lebar 2.100 mm, panjang 9.000 mm, dan muatan sumbu terberat maksimal 8 ton;
C. Kapasitas Jalan
Kapasitas jalan adalah volume maksimum dimana lalu lintas dapat lewat sepanjang jalan tersebut pada
keadaan tertentu. Hal ini berguna sebagai tolok ukur dalam penetapan keadaan lalu lintas sekarang atau
pengaruh dari usulan pengembangan baru.
1. Sifat fisik jalan (seperti: lebar, jumlah dan tipe persimpangan, alinyemen, permukaan jalan dll).
2. Komposisi lalu lintas dan kemampuan kendaraan (seperti: proporsi berbagai tipe kendaraan dan
kemampuan penampilannya)
3. Kondisi lingkungan dan operasi (yaitu: cuaca, tingkat aktivitas pejalan kaki)
D. Kualitas Jalan
Kualitas jalan berkaitan dengan kondisi jalan dan permukaan jalan. Ruas jalan-ruas jalan dengan
permukaan jalan yang rusak mengakibatkan tingkat mobilitas yang rendah, karena kendaraan tidak dapat
bergerak dengan lancar, mengalami banyak hambatan dan tundaan. Kualitas jalan yang baik selain
memberikan kemudahan bergerak di atas jalan raya juga terpenuhinya unsur keamanan dalam
berkendaraan.
Keterkaitan karakteristik jaringan jalan dengan angkutan umum adalah pada rute pelayanan. Penentuan
rute pada suatu wilayah kota harus mempertimbangkan jaringan jalan yang tersedia agar dapat
memberikan akses yang baik terhadap pembangkit lalu lintas. Sementara itu dalam menentukan dimensi
angkutan yang beroperasi pada sebuah rute harus sesuai dengan klasifikasi jalan yang tersedia,
sehingga tidak menimbulkan gangguan dalam perjalanannya
a) Pusat Regional
Melayani penduduk lebih dari 300.000 dan menyediakan berbagai macam fasilitas perdagangan khusus
dan deptstore. Kebanyakan konsumen membeli durable good. Pusat perdagangan regional menerima
lebih kurang 15 % dari jumlah total belanja konsumen.
Melayani 100.000-300.000 dan menyediakan fasilitas perbelanjaan toserba dan masih trdapat spesialisai
tetapi lebih terbatas dari pasar regional. Menyerap Lebih kurang 40% pengeluaran perbelanjaan
konsumen.
Melayani kurang dari 50.000 penduduk dan menyediakan bermacam toko dan pasar swalayan tetapi
hanya ada sedikit fasilitas perbelanjaan. Khusus pusat distrik atau komunitas cenderung untuk bercampur
dengan pusat lingkungan. Menerima lebih kurang 25 % dari total pengeluaran konsumen.
d) Pusat Lingkungan
Sering tidak bisa dibedakan dengan pusat distrik, yang menyediakan lebih kurang 12 toko untuk melayani
10.000 penduduk.
e) Pasar lokal
Terdiri atas beberapa toko dan melayani sampai dengan 2000 penduduk. Pusat ini menerima lebih
kurang 20 % dari total pengeluaran konsumen.
Terdapat beberapa jenis fasilitas perdagangan sesuai dengan lokasi dan skala pelayanan (Yeates dan
Garner, 1980), yaitu :
Pertumbuhannya secara spontan maupun sesuai dengan perencanaan. Pertumbuhan secara spontan
biasanya terdapat di tempat-tempat yang mempunyai aksesibilitas tinggi bagi penduduk yang dilayaninya,
seperti di persimpangan jalan-jalan utama, di pusat-pusat lingkungan, dan sebagainya.
Daerah untuk jenis fasilitas ini biasanya terdapat dan berlokasi di jalan-jalan utama yang sering dilalui
masyarakat. Kebutuhan terhadap lokasi yang paling sentral tidak terlalu diperhitungkan, tetapi
mempunyai aksesibilitas maksimum kepada penduduk yang dilayaninya.
Berbagai tipe/jenis daerah perdagangan ini biasanya mempunyai lokasi yang berbeda di suatu kota,
tetapi membentuk pita-pita yang saling berhubungan, seperti :
1) Menjual barang-barang atau memberi pelayanan khusus yang sama/serupa, misalnya daerah pembuatan
sepatu, kaos, rekreasi, dan sebagainya.
2) Menjual/melayani kebutuhan-kebutuhan yang saling terkait secara fungsional, misalnya suku cadang
mobil, meubel, dan barang-barang kebutuhan rumah tangga lainnya.
Berry (1963), menyatakan bahwa struktur perdagangan kota memiliki 3 kelas yaitu :
a) Terpusat, yaitu toko yang menyediakan kebutuhan hidup yang berkumpul pada satu lokasi tertentu.
b) Pita, yang berorientasi pada jalan raya. Jalan-jalan yang mempunyai aksesibilitas tinggi.
c) Daerah khusus, terdapat pembagian dari daerah-daerah seperti pusat perkantoran, pusat mebel, dan lain-
lain.
Selanjutnya Iswardono (1990) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
permintaan akan suatu barang :
b) Pendapatan konsumen
c) Harga barang lain yang bersifat substitusi maupun komplementer terhadap barang tersebut
d) Selera konsumen
e) Faktor lainnya
b) Teknologi
d) Harapan harga
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik perdagangan terdiri dari beberapa
tingkatan sesuai dengan daerah atau lokasinya, skala pelayanan maupun jenis fasilitas perbelanjaan.