BAB II
TINJAUAN PUSTAKA dan KEBIJAKAN
2.1
Tinjauan Pustaka
bundar sebagai pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta
merupkan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi dalam suatu kota. Berikut
merupakan bagian-bagian kota dalam teori konsentris.
a.
b.
Zona Peralihan atau Zona Transisi, nerupakan daerah kegiatan. Penduduk zona
ini tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal maupun sosial ekonom. Daerah
ini sering ditemui kawasan permukiman kumuh ynag disebut slum karena
sebagian besar daerah ini dihuni oleh penduduk miskin. Namun sebenarnya
zona ini merupakan zona pengembangan industri yang sekaligus juga
merupakan zona penghubung antara pusat kota dengan daerah di luarnya.
c.
d.
e.
f.
2.
Pengertian Demografi
Istilah demografi pertama kali digunakan oleh Achille Guillard pada tahun 1885
Komposisi Penduduk
B.
2.
3.
4.
5.
C.
sekunder lainnya. Ukuran-ukuran yang digunakan dalam pengukuran demogafi sama halnya
dengan pengukuran ilmu-ilmu lain yaitu ukuran absolut dan relatif.
1.
Bilangan Absolut
Bilangan absolut adalah bentuk awal dari penyajian data demografi sebelum
dikembangkan menjadi bilangan relatif, perubahan ini dimaksudkan agar lebuh
mudah untuk mengdakan analisis dan ukuran saru dengan yang lain dapat
diperbandingkan. Jumlah penduduk merupakan salah satu contoh dari bilangan
absolut.
2.
Bilangan relatif
Beberapa pengukuran bilangan relative adalah sebagai berikut:
a.
Proporsi
Proporsi merupakan frekuensi dari suatu sifat tertentu di bandingkan dengan
seluruh populasi dimana sifat tersebut di dapatkan.
b.
Persentase
Presentase adalah proporsi dikalian 100. Dalam analisis demografi atau data
yang lain pada umumnya banyak menggunakan bentuk presentase.
c.
Perbandingan
Perbandingan adalah membandingkan dua nilai atau lebih dari suatu besaran
yang sejenis dan dinyatakan dengan cara yang sederhana. Contoh
perbandingan
adalah
perbandingan
jumlah
penduduk
laki-laki
dan
Rasio
Rasio adalah perbandingan dua perangkat yang dinyatakan dalan suatu
satuan tertentu. Berikut ini merupakan beberapa pengukuran ratio, sebagai
berikut:
e.
II-5
M
k
F
(2-1)
Keterangan :
SR
= Rasio Jenis Kelamin
Mi
= Jumlah penduduk laki-laki
Fi
= Jumlah penduduk Perempuan
k
= konstanta bernilai 100
1)
Mi
k
Fi
(2-2)
Keterangan :
Sri
= Rasio Jenis Kelamin pada umur atau golongan umur i tahun
M
= Jumlah penduduk laki-laki pada umur atau golongan umur i tahun
F
= Jumlah penduduk Perempuan pada umur atau golongan
umur i tahun
k
= konstanta bernilai 100
2)
BM
k
BF
(2-3)
Keterangan :
SRB
= Rasio Jenis Kelamin Kelahiran
3)
P(04)
k
Pf(1549)
Keterangan :
(2-4)
CRW
(04)
(1549)
K
D.
Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung
sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan per waktu
unit untuk pengukuran. Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan
penduduk yaitu, kelahiran, kematian dan migrasi. Pada umumnya pertumbuhan penduduk
dibagi menjadi tiga yaitu pertumbuhan penduduk alami, pertumbuhan penduduk migrasi dan
pertumbuhan penduduk rata-rata.
1.
(2-5)
Keterangan :
= Pertumbuhan penduduk alami
L
= Jumlah Kelahiran
M = Jumlah Kematian
2.
3.
= ( ) + ( )
(2-7)
Keterangan :
P
= Pertumbuhan penduduk total
L
= Jumlah Kelahiran
M = Jumlah Kematian
I
= Jumlah Imigrasi
E
= Jumlah Emigrasi
2.
3.
Lingkungan permukiman sebagai tempat tinggal dari manusia dan ruang terbuka
hijau.
4.
Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan menurut Undang-undang Nomer 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
B.
Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan berdasarkan potensi sumber daya alam, manusia, dan buatan menurut
Undang-undang Nomer 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Menurut Peraturan
Pemerintah Nomer 15 Tahun 2009, kawasan lindung terdiri atas:
1.
2.
kawasan
yang
memberikan
perlindungan
terhadap
kawasan bawahannya,
4.
kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, meliputi kawasan suaka
alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka
margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau,
taman nasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan
taman wisata alam laut, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
5.
kawasan rawan bencana alam, meliputi kawasan rawan tanah longsor, kawasan
rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir
6.
kawasan lindung geologi, meliputi kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan
bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air
tanah
7.
Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa serta
nilai sejarah dan budaya bangsa
2.
guna tanah adalah pengelolaan tanah yang merupakan konsolidasi pemanfaatan tanah dan
diatur oleh kelembagaan terkait dengan pemanfaatan tanah untuk kepentingan masyarakat
secara adil. Penggunaan tanah merupakan tutupan permukaan bumi baik dalam bentuk alami
atau dalam bentuk buatan manusia.
Guna lahan terdiri atas lahan terbangun dan lahan tidak terbangun. Lahan terbangun
yaitu perumahan, industri, perdagangan, dan jasa, sedangkan lahan tidak terbangun yaitu
kuburan dan ruang terbuka.
Menurut Maurice Yeates (1980) komponen penggunaan lahan di suatu wilayah terdiri
atas permukiman, industri, komersial, jalan, tanah publik, dan tanah kosong.
B.
Indonesia
1.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
C.
Asas tata guna tanah menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2004 pasal 2 tentang penatagunaan tanah berasaskan pada keterpaduan, berdaya guna
dan berhasil guna, serasi, seimbang, selaras, keterbukaan, persamaan, keadilan,
berkelanjutan, dan adanya perlindungan hukum. Asas tata guna lahan digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan rencana penataan guna lahan secara tepat agar tertata rapih dan
teratur.
Asas tata guna tanah untuk daerah perkotaan aman, tertib, lancer, dan sehat. Maksud
dari asas tersebut agar suatu daerah aman dari bahaya kebakaran, tindak kejahatan, tertib
dalam bidang pelayanan, tertib dalam penataan wilayah perkotaan, lancer dalam pelayanan,
lancer berlalu lintas, dan sehat dari segi jasmani dan rohani.
D.
lahan sesuai dengan standar perundang-undangan atau peraturan lainnya. Peraturan yang
II-11 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
dijadikan sebagai landasan hukum yaitu Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) bahwa
bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Pasal 13, yaitu:
1.
2.
3.
Penggunaan tanah di kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
boleh diterlantarkan, harus dipelihara dan dicegah kerusakannya.
4.
tanah yang berada di sempadan pantai, sempadan danau, sempadan waduk, dan atau
sempadan sungai, harus memperhatikan:
a.
Kepentingan umum.
b.
formula berikut (Sutikno, F. R., E.B. Kurniawan, & N. Sari, 2011). Perhitungan jumlah
sarana dan luas sarana :
Jumlah sarana menurut standar =
(2-8)
Berdasarkan hasil formula akan diketahui berapa jumlah sarana yang diperlukan
dalam suatu kawasan perencanaan. Perhitungan jumlah dilakukan dengan menggunakan
jumlah penduduk pada tahun yang akan di hitung dan jumlah penduduk yang dilayani oleh
suatu sarana tersebut.
Luas sarana menurut standar =
penduduk
(2-9)
Perhitungan luas sarana dilakukan untuk mengetahui luas suatu sarana berdasarkan
standar yang berlku. Perhitungan dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah penduduk
kawasan perencanaan dan jumlah penduduk yang dilayani. Perhitungan kapasitas pelayanan :
Kapasitas Pelayanan =
100 %
(2-10)
Sarana Pendidikan
Menurut SNI 03-7013-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan
Berapa jumlah anak yang memerlukan fasilitas ini pada area perencanaan
Jenis Sarana
Taman Kanak-kanak
Program Ruang
Memiliki minimum 2 ruang kelas untuk 25-30
murid. Dilengkapi dengan ruang-ruang lain dan
ruang terbuka/bermain 700 m2
2.
Sekolah Dasar, SLTP, SMU
Memiliki minimum 6 ruang kelas untuk 40 murid
Dilengkapi dengan ruang-ruang lain dan ruang
terbuka / bermain 3000-7000 m2
3.
Taman Bacaan
Memiliki minimum 1 ruang baca untuk 15 murid
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
No.
Jenis
Sarana
Jumlah
Penduduk
Pendukun
g (jiwa)
1.
Taman
Kanakkanak
1.250
2.
Sekolah
Dasar
1.600
Kebutuhan Per
Satuan Sarana
Luas
Luas
Lant
Lahan
ai
Min.
Min.
(m2)
2
(m )
216
500
termasu
k
rumah
penjaga
36 m2
2.000
Standar
(m2/
jiwa)
Radius
Pencapaian
0,28
500 m
1,25
1.000 m
Lokasi dan
Penyelesaian
2 rombongan
prabelajar
untuk 60
murid dapat
bersatu
dengan
sarana lain
Kebutuhan
harus
berdasarkan
3.
SLTP
4.800
2.282
9.000
1,88
1.000 m perhitungan
dengan rumus
4.
SMU
4.800
3.835 12.500
2,6
3.000 m 2, 3 dan 4.
Dapat
5.
Taman
2.500
72
150
0,09
1.000 m digabung
dengan sarana
Bacaan
pendidikan
lain, mis. SD,
SMP, SMA
dalam satu
komplek
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
B.
633
Kriteria
Sarana Kesehatan
Menurut SNI 031733 2004, sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan
kesehatan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam
mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan
II-14 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah penduduk
yang dilayani oleh sarana tersebut. Sarana kesehatan dibedakan menjadi sarana kesehatan
formal dan sarana kesehatan nonformal.
Tabel 2. 3 Kebutuhan Sarana Kesehatan
Kebutuhan Per
Satuan Sarana
Luas
Luas
Lantai Lahan
Min.
Min.
(m2)
(m2)
36
60
No
Jenis
Sarana
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(jiwa)
1.
Posyandu
1.250
2.
Balai
Pengobat
an Warga
2.500
150
3.
BKIA /
Klinik
Bersalin
30.000
4.
Balai
Pengobat
an Warga
5.
6.
Kriteria
Stand
ar (m2/ Radius
Lokasi dan Keterangan
jiwa) Pencapaia Penyelesaia
n
n
0,048
500 m
300
0,12
1.000 m
1.500
3.000
0,1
4.000 m
30.000
150
300
0,006
1.500 m
Puskesma
s
Pembantu
dan Balai
Pengobata
n
Lingkunga
n
Puskesma
s dan
Balai
Pengobata
n
120.000
420
1.000
0,008
3.000 m
5.000
18
1.500 m
Apotik /
30.000
120
250
0,250
1.500 m
7.
II-15
Di tengah
kelompok
tetangga
tidak
menyeber
ang jalan
raya.
Di tengah
kelompok
tetangga
tidak
menyebera
ng jalan
raya
Dapat
dijangkau
dengan
kendaraan
umum
Di tengah
kelompok
tetangga
tidak
menyebera
ng jalan
raya
Di tengah
kelompok
tetangga
tidak
menyebera
ng jalan
raya
Di tengah
kelompok
tetangga
tidak
menyebera
ng jalan
raya
Di tengah
Dapat
berga-bung
dengan
balai warga
atau sarana
hunian/rum
ah
Dapat
bergabu
ng
dalam
lokasi
balai
warga
Dapat
bergbung
dalam
lokasi
kantor
kelurahan
Dapat
bergabung
dalam
lokasi
kantor
kecamatan
Dapat
bersatu
dengan
rumah
tinggal/tem
pat
usaha/apoti
k
Jenis
Sarana
No
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(jiwa)
Kebutuhan Per
Satuan Sarana
Luas
Luas
Lantai Lahan
Min.
Min.
(m2)
(m2)
Kriteria
Stand
ar (m2/ Radius
Lokasi dan Keterangan
jiwa) Pencapaia Penyelesaia
n
n
Rumah
Obat
kelompok
tetangga
tidak
menyebera
ng jalan
raya
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
C.
Sarana Peribadatan
Menurut SNI 03-1733-2004, sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk
No
Jenis
Sarana
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(jiwa)
Kebutuhan Per
Satuan Sarana
Luas
Luas
Lantai
Lahan
Min.
Min.
(m2)
(m2)
45
100 bila
bangunan
tersendiri
1.
Mushol
la/
Langga
r
250
2.
Mesjid
Warga
2.500
300
3.
Mesjid
Lingku
ngan
(Kelura
30.000
1.800
Kriteria
Standa
r (m2/
jiwa)
0,36
100 m
600
0,24
1000 m
3.600
0,12
Radius
Pencapaian
Lokasi dan
Penyelesaian
Dapat
berintegrasi
dengan
bangunan
sarana yang lain
Di tengah
kelompok
tetangga tidak
menyeberang
jalan
raya.
Dapat
bergabung
dalam lokasi
balai
warga.
Dapat
dijangkau
dengan
kendaraan
No
4.
5.
Jenis
Sarana
han)
Mesjid
Kecam
atan
Kebutuhan Per
Satuan Sarana
Luas
Luas
Lantai
Lahan
Min.
Min.
(m2)
(m2)
Standa
r (m2/
jiwa)
120.000
3.600
0,03
5.400
Kriteria
Tergantung
sistem
kekerabatan
/ hirarki
lembaga
Radius
Pencapaian
Lokasi dan
Penyelesaian
umum
Berdekatan
dengan
pusat
lingkungan /
kelurahan.
Sebagian sarana
berlantai 2,
KDB
40%
-
Tergant Tergantu
ung
ng
kebiasa kebiasaan
an
setempat
setemp
at
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
D.
Sarana
ibadah
agama
lain
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(jiwa)
administrasi pemerintahan baik yang formal (kelurahan dan kecamatan) maupun informal
(RT dan RW)
1.
Sarana Pemerintahan
Sarana yang melayani dalam segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk
barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab
dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di pusat, di daerah, dan di
lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam
rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Jenis-jenis dari
sarana pemerintahan dan pelayanan umum yaitu kantor-kantor pelayanan atau
administrasi pemerintahan (kantor polisi) dan administrasi kependudukan (badan
pusat statistik).
2.
Luas Lahan
Minimal (m2)
300
12
30
Luas Lahan
Minimal (m2)
100
Sarana
Parkir Umum
Sumber : SNI (03-1733-2004)
Dilihat pada Tabel 2.5 Kebutuhan lahan sarana pada setiap RW yaitu Sarana
Pemerintahan dan Pelayanan Umum balai pertemuan membutuhkan luas lahan
minimal 300 m2, Pos Hansip membutuhkan luas lahan minimal 12 m2, serta Gardu
Listrik, Telepon Umum, Bis Surat, dan Bak Sampah Kecil membutuhkan luas
lahan minimal 30 m2, dan Parkir Umum membutuhkan luas minimal 100 m2.
Tabel 2. 6Kebutuhan lahan bagi sarana pada unit Kelurahan (30.000 jiwa penduduk)
Sarana
Kantor Kelurahan
Pos Kamtib
Pos Pemadam Kebakaran
Agen Pelayanan Pos
Loket Pembayaran Air Bersih, Loket
Pembayaran Listrik, Telepon Umum,
Bis Surat, Bak Sampah Besar
Parkir Umum
Sumber : SNI (03-1733-2004)
Luas Lahan
Minimal (m2)
1000
200
200
72
60
500
Dilihat pada Tabel 2.6 Kebutuhan lahan sarana pada setiap Kelurahan pada
Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Kantor Kelurahan membutuhkan luas
lahan minimal 1000 m2, Pos Kamtib membutuhkan luas lahan minimal 200 m2, Pos
Pemadam Kebakaran membutuhkan luas lahan minimal 200 m2, Agen Pelayanan
Pos membutuhkan luas lahan minimal 72 m2, serta Loket Pembayaran Air Bersih,
Loket Pembayaran Listrik, Telepon Umum, Bis Surat, Bak Sampah Besar
membutuhkan luas minimal 60 m2, dan Parkir Umum membutuhkan luas minimal
500 m2.
Gedung serba guna yang akan disediakan sebagai sarana kebudayaan dan
rekreasi
ini
dapat
sekaligus
melayani
kebutuhan
kegiatan
Agen
No
Jenis
Sarana
Balai
Pertemuan
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(Jiwa)
Kebutuhan Per
Satuan Sarana
Luas
Luas
Lantai
Lantai
Min.
Min.
(m2)
(m2)
Standar
(m2/jiwa)
2500
150
0,12
300
Kriteria
Radius
Pencapaian
500 m2
2
Pos Hansip
2500
12
0,06
Gardu
Listrik
2500
20
30
0,012
500 m2
Telepon
2500
30
0,012
500 m2
Lokasi dan
Penyelesaian
Di tengah kelompok
bangunan
hunian
warga, ataupun di
akses keluar/masuk
dari
kelompok
bangunan.
Dapat
berintegrasi dengan
bangunan
sarana
yang lain
Lokasi
dan
bangunannya harus
mempertimbangkan
keamanan
dan
kenyamanan sekitar.
Lokasinya
disebar
No
Jenis
Sarana
Umum,
Surat
6
7
8
10
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(Jiwa)
Kebutuhan Per
Satuan Sarana
Luas
Luas
Lantai
Lantai
Min.
Min.
(m2)
(m2)
Kriteria
Standar
(m2/jiwa)
Bis
Parkir
Umum
Kantor
Kelurahan
Pos Kamtib
Pos
Pemadam
Kebakaran
Agen
Pelayanan
Pos
Loket
Pembayaran
Air Bersih
2500
100
0,04
30000
500
1000
0,033
30000
72
200
0,006
30000
72
200
0,006
30000
36
72
0,0024
30000
21
60
0,002
11
Loket
Pembayaran
Listrik
30000
21
60
0,002
12
Telepon
Umum, Bis
Surat, Bak
Sampah
Kecil
30000
80
0,003
13
Parkir umum
30000
500
0,017
120000
1000
2500
0,02
120000
500
1000
0,001
120000
500
1000
0,001
14
15
16
Kantor
Kecamatan
Kantor Polisi
Pos
Pemadam
Radius
Pencapaian
Lokasi dan
Penyelesaian
pada
titik-titik
strategis
atau di
sekitar
pusat
lingkungan.
Dilokasikan
dapat
melayani kebutuhan
bangunan
sarana
kebudayaan
dan
rekreasi lain berupa
balai
pertemuan
warga.
Dapat
dijangkau
dengan
kendaraan
umum.
Beberapa
sarana
dapat
digabung dalam satu
atau
kelompok
bangunan pada tapak
yang sama agen
layanan pos dapat
bekerja sama dengan
pihak yang mau
berinvestasi
dan
bergabung
dengan
sarana lain dalam
bentuk
wartel,
warnet,
atau
warpostel.
Loket
pembayaran
air
bersih dan listrik
lebih baik saling
bersebelahan.
Lokasinya
disebar
padaa
titik-titik
strategis
atau
disekitar
pusat
lingkungan
Dilokasikan
dapat
melayani kebtuhan
bangunan
sarana
kebudayaan
dan
rekreasi lain berupa
gedung
serba
guna/balai
karang
taruna
Dapat
dijangkau
dengan
kendaraan
umum.
Beberapa
sarana
dapat
digabung dalam satu
Jenis
Sarana
No
17
18
Kebakaran
Kantor Pos
Pembantu
Stasiun
Telepon
Otomat dan
Agen
Pelayanan
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(Jiwa)
Kebutuhan Per
Satuan Sarana
Luas
Luas
Lantai
Lantai
Min.
Min.
(m2)
(m2)
Kriteria
Standar
(m2/jiwa)
120000
250
500
0,004
120000
500
1000
0,008
19
Balai nikah/
KUA/ BP4
120000
250
750
0,006
20
Telepon
Umum, Bis
Surat, Bak
sampah
Besar
120000
80
0,003
21
Parkir Umm
120000
2000
0,017
Radius
Pencapaian
3-5 KM
Lokasi dan
Penyelesaian
atau
kelompok
bangunan pada tapak
yang
sama.
Lokasinya
mempertimbangkan
kemudahan
dijangkau
dari
lingkungan luar
Lokasinya
harus
strategis
untuk
memudahkan dicari
dan
dijangkau
pengunjung di luar
kawasan
Lokasinya
disebar
pada
titik-titik
strategis
atau
disekitar
pusat
lingkungan
Dilokasikan
dapat
melayani kebtuhan
bangunan
sarana
kebudayaan
dan
rekreasi lain berupa
balai
pertemuan
warga
E.
sendiri dan terpisah dengan bangunan sarana yang lain. Dasar penyediaan selain berdasarkan
jumlah penduduk yang akan dilayaninya, juga mempertimbangkan pendekatan desain
keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait
dengan bentukan grup bangunan / blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks
lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan
jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi
untuk melayani pada area tertentu.
Menurut skala pelayanan, penggolongan jenis sarana perdagangan dan niaga adalah:
1.
toko/warung (skala pelayanan unit RT | 250 penduduk), yang menjual barangbarang kebutuhan sehari-hari
2.
3.
pusat pertokoan dan atau pasar lingkungan (skala pelayanan unit kelurahan | 30.000
penduduk), yang menjual keperluan sehari-hari termasuk sayur, daging, ikan, buahbuahan, beras, tepung, bahan-bahan pakaian, pakaian, barang-barang kelontong,
alatalat pendidikan, alat-alat rumah tangga, serta pelayanan jasa seperti warnet,
wartel dan sebagainya
4.
Kebutuhan ruang dan lahan untuk sarana ini akan berkaitan juga dengan daya dukung
lingkungan dan jalan yang ada di sekitar bangunan sarana tersebut. Besaran kebutuhan ruang
dan lahan menurut penggolongan jenis sarana perdagangan dan niaga adalah:
1.
Warung / toko Luas lantai yang dibutuhkan Kurang lebih 50 m2 termasuk gudang
kecil. Apabila merupakan bangunan tersendiri (tidak bersatu dengan rumah
tinggal), luas tanah yang dibutuhkan adalah 100 m2.
2.
Pertokoan (skala pelayanan untuk 6.000 penduduk) Luas lantai yang dibutuhkan
1.200 m2. Sedangkan luas tanah yang dibutuhkan 3.000 m2 . Bangunan pertokoan
ini harus dilengkapi dengan tempat parkir kendaraan umum yang dapat dipakai
bersama kegiatan lain pada pusat lingkungan, sarana-sarana lain yang erat
kaitannya dengan kegiatan warga, dan pos keamanan.
3.
Pusat pertokoan dan atau pasar lingkungan (skala pelayanan unit kelurahan |
30.000 penduduk) Luas tanah yang dibutuhkan: 10.000 m2. Bangunan pusat
pertokoan / pasar lingkungan ini harus dilengkapi dengan tempat parkir umum,
terminal kecil atau pangkalan untuk pemberhentian kendaraan, pos keamanan,
sistem pemadam kebakaran, dan musholla atau tempat ibadah.
4.
Pusat perbelanjaan dan niaga (skala pelayanan unit kelurahan | 120.000 penduduk)
Luas tanah yang dibutuhkan adalah 36.000 m2. Bangunan pusat perbelanjaan harus
dilengkapi: tempat parkir umum, terminal atau pangkalan untuk pemberhentian
II-23
kendaraan, pos keamanan, sistem pemadam kebakaran, dan musholla atau tempat
ibadah.
Tabel 2. 9Jenis Sarana Perdagangan dan Niaga
No
Jenis Sarana
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(Jiwa)
Kebutuhan Per
Satuan Sarana
Luas
Luas
Lantai
Lantai
Min.
Min. (m2)
(m2)
Kriteria
Standar
(m2/jiwa)
Radius
Pencapaian
100
(bila
berdiri
sendiri)
0,4
300 m2
2000 m2
Lokasi dan
Penyelesaian
Ditengah
kelompok
tetangga dapat
merupakan bagian
dari sarana lain
Di pusat kegiatan
sub lingkungan
KDB 40% Dapat
berbentuk P&D
Toko/warung
250
50
(termasuk
gedung)
Pertokoan
6000
1200
3000
0,5
13500
10000
0,33
Dapat dijangkau
dengan kendaraan
umum
0,3
Terletak di jalan
utama. Termasuk
sarana parker
sesuai ketentuan
setempat
Pusat
Pertokoan +
3
30000
Pasar
Lingkungan
Pusat
Perbelanjaan
dan Niaga
4
120000
(toko + pasar
+ bank +
kantor)
Sumber: SNI (03-1733-2004)
F.
36000
36000
yang dipergunakan untuk mewadahi berbagai kegiatan kebudayaan daerah setempat maupun
budaya-budaya lain dan atau rekreasi. Bangunan dapat sekaligus berfungsi sebagai bangunan
sarana pemerintahan dan pelayanan umum, sehingga penggunaan dan pengelolaan bangunan
ini dapat berintegrasi menurut kepentingannya pada waktu-waktu yang berbeda seperti
gedung pertemuan, gedung serbaguna, dan gedung kesenian.
1.
Sarana Kebudayaan
Sarana kebudayaan merupakan fasilitas yang dipergunakan untuk mewadahi
kegiatan budaya daerah setempat, budaya-budaya lain maupun peninggalan, seperti
museum, candi, cagar budaya
2.
Sarana Rekreasi
Sarana rekreasi merupakan fasilitas hiburan yang bersifat pula sebagai sarana
rekreasi dan dapat dibagi dalam kegiatan dengan menggunakan alam sebagai
2.
2.
3.
4.
Kebutuhan ruang dan lahan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi adalah sebagai berikut:
1. Balai warga/balai pertemuan Luas lantai yang dibutuhkan150 m2 Luas lahan yang
dibutuhkan
300 m2
2. Balai serbaguna Luas lantai yang dibutuhkan 500 m2 Luas lahan yang dibutuhkan
1.000 m2
3. Gedung pertemuan / gedung serbaguna Luas lantai yang dibutuhkan 1.500 m2
Luas lahan yang dibutuhkan
2.500 m2
4. Bioskop Luas lantai yang dibutuhkan 1.000 m2 Luas lahan yang dibutuhkan
Kebutuhan Per
Satuan Sarana
Luas
Luas
Lantai
Lantai
Min.
Min.
(m2)
(m2)
No
Jenis
Sarana
Balai
Warga/
Balai
Pertemuan
2500
150
300
Balai
serbaguna/
Balai
Karang
Taruna
30000
250
500
Kriteria
Standar
(m2/jiwa)
Radius
Pencapaian
Lokasi dan
Penyelesaian
0,12
100 m2
Ditengah
kelompok
tetangga dapat
merupakan
bagian dari
sarana lain
0,017
100 m2
Di pusat
lingkungan
Gedung
Serbaguna
120000
1500
3000
0,025
100 m2
Gedung
Bioskop
120000
1000
2000
0,017
100 m2
Dapat
dijangkau
dengan
kendaraan
umum
Terletak di
jalan
utamaDapat
merupakan
bagian dari
pusat
perbelanjaan
G.
2.
Setiap unit RW kawasan berpenduduk 2.500 jiwa diperlukan sekurangkurangnya satu daerah terbuka berupa taman, di samping daerah-daerah terbuka
yang telah ada pada tiap kelompok 250 penduduk sebaiknya, yang berfungsi
sebagai taman tempat main anak-anak dan lapangan olah raga kegiatan olah raga.
3.
Setiap unit Kelurahan kawasan berpenduduk 30.000 jiwa diperlukan taman dan
lapangan olahraga untuk melayani kebutuhan kegiatan penduduk di area terbuka,
seperti pertandingan olah raga, upacara serta kegiatan lainnya
4.
5.
Selain taman dan lapangan olah raga terbuka, harus disediakan jalur-jalur hijau
sebagai cadangan/sumber-sumber alam, sekaligus berfungsi sebagai filter dari
polusi yang dihasilkan oleh industri, dengan lokasi menyebar.
6.
Diperlukan penyediaan jalur hijau sebagai jalur pengaman lintasan kereta api, dan
jalur pengaman bagi penempatan utilitas kota, dengan lokasi menyebar
7.
Kebutuhan luas lahan ruang terbuka hijau berdasarkan kapasitas pelayanan sesuai
jumlah penduduk, dengan standar 1 m2/penduduk. Kebutuhan lahan tersebut adalah:
1.
2.
3.
Taman dan lapangan olah raga untuk unit Kelurahan 30.000 penduduk,
diperlukan lahan seluas 9.000 m2 atau dengan standar 0,3 m2/penduduk.
4.
Taman dan lapangan olah raga untuk unit Kecamatan 120.000 penduduk,
diperlukan lahan seluas 24.000 m2 (2,4 hektar) atau dengan standar 0,2
m2/penduduk.
5.
6.
Jumlah
Penduduk
pendukug
(jiwa)
Luas Lahan
Min. (m2)
250
Radius
pencapaian
(m)
Standard
(m2/jiwa)
250
100
Kriteria
Lokasi dan
Penyelesaian
Di tengah
kelompok
tetangga.
Di pusat
kegiatan
lingkungan.
Sedapat
mungkin
30.000
9.000
0,3
- berkelompk
dengan sarana
pendidikan
Terletak di
Taman dan
jalan utama.
Lapangan
Sedapat
Olah Raga
120.000
24.000
0,2
- mungkin
Unit
berkelompok
Kecamatan
dengan sarana
pendidikan.
Terletak
Jalur Hijau
15m
menyebar
Mempertimba
Kuburan/
ngkan radius
Pemakaman
120.000
- pencapaian
Umum
dan area yang
dilayani.
Sumber: SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
I.
2.500
1.250
0,5
1.000
Sarana Pemakaman
Sesuai dengan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH, disebutkan bahwa tiap
makam pada Tempat Pemakaman Umum (TPU) tidak diperkenankan untuk diperkeras. Oleh
dasar itulah maka RTNH pada TPU hanya terbatas pada area parkir dan jalur sirkulasi.
Penyediaan RTNH pada TPU untuk area parkir dapat disesuaikan dengan standar kebutuhan
parkir yang berlaku di daerah bersangkutan, untuk fungsi pemakaman yang diperhitungkan
dari skala pelayanan TPU-nya. Sedangkan penyediaan RTNH untuk jalur sirkulasi
disesuaikan dengan kebutuhan luasan sirkulasi sesuai dengan rencana pengaturan makam,
dengan pendekatan luasan yaitu maksimal 20% dari luas TPU. Kriteria penyediaan kuburan
adalah lahan yang dibutuhkan 2 m2/penduduk.
Tabel 2. 12 Kebutuhan Sarana Pemakaman
Jenis Sarana
Kuburan/
Pemakaman
Umum
Jumlah
Penduduk (jiwa)
120.000
Kriteria Lokasi
dan Penyelesaian
Mempertimbangk
an radius
pencapaian dan
Setiap unit kecamatan sama dengan kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus
memiliki
sekurangkurangnya
(satu)
ruang
terbuka
yang
berfungsi
sebagai
Jaringan Jalan
Jaringan jalan menurut undang-undang No. 38 Tahun 2004 merupakan prasarana
transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Klasifikasi jalan sesuai dengan
peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus.
Pola jaringan jalan di dalam kota merpakan salah satu unsur pembentukkan kota.
Disamping pola jalan ada beberapa komponen lain yang mempengaruhi pola perkembangan
keruangan kota yang berbeda-beda. Tipe pola jaringan jalan meliputi pola jaringan jalan tidak
teratur, pola jaringan jalan radial kosentris dan pola jaringan jalan grid. Bentuk fisik pola
jaringan jalan dipengaruhi oleh keadaan fisik dasar yakni topografi, geologi, hidrologi,
adanya sungai yang mengalir di kota tersebut, ukuran kota, posisi geografis, jenis kegiatan
yang berkembang serta kegiatan distribusinya.
Hirarki jalan ialah klasifikasi jalan yang dilihat dari fungsi jalan di wilayah perkotaan
yang meliputi :
1.
Jalan Negara
Status jalan Negara kewenangan pembinaannya di bawah Pemerintah Pusat,
sehinga semua perbaikan atau peningkatan jlannya didanai oleh dana APBN. Jalan
Negara ialah jalan yang menghubungkan antar ibuota propinsi dan selain kedua
jalan tersebut yang memiliki nilai strategis terhadapa kepentingan nasional.
2.
Jalan provinsi
Status jalan propinsi ialah kewenangan pembinaannya di bawah Pemerintah
Propinsi, sehingga semua perbaikan dan peningkatan jalnnya didanai oleh dana
APBD. Jalan propinsi ialah jalan yang menghubungkan antar ibukota propinsi
dengan ibukota kabupaten, jalan dalam DKI Jakarta, serta jalan yang memiliki nilai
strategis terhadap kepentingan nasional
3.
Jalan Kota
Status jalan kota ialah kewenangan pembinaannya di bawah Pemerintah Kota,
sehingga semua perbaikan dan peningkatan jalnnya didanai oleh dana APBD II.
Jalan kota adalah jalan umum pada jaringan jalan sekunder di dalam kota.
4.
Jalan Kabupaten
Status jalan koabupaten ialah kewenangan pembinaannya di bawah
Pemerintah Kabupaten. Jalan Kabupatenmerupakan jalan lokal dalam sistem
jaringan jalan primer (diluar jalan nasional dan jalan provinsi), yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota
kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan
lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
5.
II-30
Jalan desa
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jalan Khusus
Status jalan khusus ditujukan untuk jalan yang dibangun dan dipelihara oleh
instansi/ badan hokum atau perorangan.
Pengelompokan menurut Kelas Jalan menurut PP Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan (Pasal 19) adalah:
1.
Jalan Kelas I
Jalan Kelas I adalah jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang
tidak melebihi 18 milimeter, ukura n paling tinggi 4.200 milimeter dan muatan
sumbu terberat 10 (sepuluh) ton.
2.
Jalan Kelas II
Jalan Kelas II adalah jalan arteri , kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat
dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,
ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200
milimeter dan muatan sumbu terberat 8 ton.
3.
4.
B.
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum, didapat beberapa pengertian mengenai air bersih yaitu sebagai berikut :
1.
Airbaku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air
tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku
untuk air minum.
2.
Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
3.
Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja
manusia dari lingkungan permukiman.
4.
Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan
produktif.
5.
Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu
kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum.
6.
7.
Penyelenggara
pengembangan
spam
adalah
kegiatan
merencanakan,
Air merupakan kebutuhan yang mendasar dalam hidup manusia,sehingga kualitas air
perlu dijaga agar dapat dikonsumsi serta dapat
1.
Syarat fisik
Secara fisik air dikatakan bersih jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :
2.
a.
b.
tidak berwarna
c.
d.
tidak berbau
e.
f.
Syarat biologis
Persyaratan mikrobiologi yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut :
a.
b.
Tidak
mengandung
bakteri
nonpatogen,
seperti
actinomycetes,
b.
c.
Cukup yodium.
d.
Kebutuhan air merupakan jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan
pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya
(nondomestik). Dalam memproyeksikan kebutuhan air bersih pada suatu kota, faktor-faktor
yang mempengaruhi penggunaan air harus diketahui terlebih dahulu. Faktor-faktor tersebut
yaitu:
1.
Iklim
Pada saat iklim panas kebutuhan air minum, mandi, menyiram tanaman, dan
air untuk pendingin lebih banyak dari pada saat musim dingin atau hujan.
2.
Ciri-ciri penduduk
Ciri-ciri penduduk ini antara lain menyangkut tentang status ekonomi yaitu
pada daerah kaya akan membutuhkan air perkapita lebih besar dari air miskin.
3.
II-33
5.
6.
Ukuran kota
PDAM membatasi penyedian kebutuhan air bersih yang cukup untuk
keperluan kota dengan dibatasi kendala alam dan dana. Masalah yang muncul
banyak terletak pada bagaimana manajemen sumber daya air harus dioptimalkan
dengan terbatasnya segala sumberdaya yang ada.
Penyediaan air bersih di suatu kota dapat dihitung berdasarkan standar yang berlaku
yiatu berdasarakan kebutuhan domestik dan non domestik.
1.
Kebutuhan domestik
Kebutuhan domestik meliputi kebutuhan sambungan untuk rumah-rumah dan
kran umum.Besarnya kebutuhan domestik yang diperlukan dihitung dari rata-rata
kebutuhan air per orang per hari.Kebutuhan per orang per hari disesuaikan dengan
standar yang biasanya digunakan serta kriteria pelayanan berdasarkan kategorinya.
Kebutuhan domestik dapat dihitung dengan rumus :
Kebutuhan Air Domestik = Jumlah Penduduk x Kebutuhan Perkapita
2.
(2-11)
fasilitas umum, seperti rumah sakit, tempat ibadah serta sekolah (15% dari
kebutuhan domestik). Kebutuhan air non domestik untuk kota dapat dibagi dalam
beberapa kategori yakni kota kategori I (metro), kota kategori II (kota besar), kota
kategori III (kota sedang), kota kategori IV (kota kecil), serta kota kategori
V(desa). Kebutuhan air bersih Non Domestik meliputi:
3.
a.
Fasilitas umum
b.
Kantor
c.
Komersial
d.
Industri
Debit air
Debit air merupakan volume air yang mengalir setiap waktu atau kecepatan
aliran air persatuan waktu. Menghitung besar kecilnya debit air berguna untuk
membuat perkiraan kebutuhan air pada suatu wilayah dan mengetahui mengenai
seberapa kemampuan sumber air dalam menghasilkan air bersih. Penghitungan
debit air menggunakan rumus :
Q =
(2-12)
Keterangan :
Q
= Debit air (L/dt)
V
= Volume Air ( m3)
t
= Waktu
Q=AxV
(2-13)
Keterangan :
Q = Debit air (L/dt)
A
= Luas penampang
V
= Volume air ( m3)
Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang
mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air
tanah, air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan yang
diperlukan.
b.
c.
Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang
menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak didistribusikan
ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran gravitasi atau
pompanisasi.
d.
Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air
menjadi air bersih. Teknologi pengolahan disesuaikan dengan sumber air yang
ada.
e.
f.
Unit distribusi merupakan jaringan pipa yang mengantarkan air bersih atau
minum dari tandon atau reservoir menuju ke rumah-rumah konsumen dengan
tekanan air yang cukup sesuai dengan yang diperlukan konsumen.
b.
Sistem sumber
Sumber air didapatkan dari air tanah maupun air permukaan yang
kemudian diambil dengan bak pengambil (intake) dan setelah melalui
sistem pengolahan akan ditransmisikan. Sumber-sumber air meliputi air
permukaan yaitu air yang diperoleh melalui air mengalir (sungai)
maupun air tampungan (danau, waduk, embung dan lain sebagainya)
serta air tanah yaitu sumber air yang terjadi melalui proses peresapan air
permukaan ke dalam tanah. Air tanah memiliki kualitas yang baik dari
pada air permukaan karena zat pencemar tertahan oleh tanah.
2) Sistem transmisi
Sistem transmisi adalah sistem perpipaan yang digunakan untuk
mengalirkan air baku dari sumber mata air ke sumber pengolahan atau
mengalirkan air bersih dari unit pengolahan ke unit jaringan distribusi
melalui reservoir (Eddi et al, Perencanaan infrastruktur permukiman
perkotaan, 2011). Tipe sistem transmisi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a)
Sistem gravitasi
Sistem gravitasi merupakan sistem pendistribusian air tanpa
menggunakan pompa. Sstem gravitasi hanya memanfaatkan
perbedaan ketinggian dataran dalam mendistribusikan air ke
beberapa wilayah. Pengaliran secara gravitasi dapat menggunakan
saluran terbuka, saluran tertutup dan pipa.
b)
Sistem pompanisasi
Sistem pemompaan berfungsi untuk menaikkan cairan elevasi
yang lebih rendah ke ketingian yang diperlukan sehinga cairan
dapat mengalir melawan gravitasi. Pengaliran pemompaan dengan
elevated reservoir sebelum didistribusikan ke daerah layanan
terlebih dahulu dipompa dan ditampung di reservoir kemudian
didistribusikan dengan memanfaatkan tinggi tekanan dari elevasi
reservoir tersebut.
3) Sistem gabungan
Sistem Drainase
Drainase merupakan saluran yang terletak di atas maupun di bawah permukaan tanah
yang berfungsi untuk mengalirkan kelebihan air dari satu tempat ketempat lain. Perencanaan
drainase perkotaan diatur dalam SNI 02-2406-1991 tentang tata cara perencanaan umum
drainase perkotaan.Drainase dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1.
Drainase Alamiah
Drainase alam iah dalah drainase yang terbentuk melalui proses alam yang terjadi.
Air menggerus permukaan tanah sehingga menciptakan saluran yang dapat
mengalirkan air, seperti sungai.
2.
Drainase Buatan
Drainase buatan adalah drainase yang dibuat oleh manusia, dengan tujuan dan
maksud tertentu, drainase buatan terbentuk melalui proses pembangunan terlebih
dahulu.
Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran saluran yang menerima limpasan dari saluran
sekunder dan mengalirkannya menuju badan air. Saluran primer dapat
diidentifikasikan sebagai sungai.
2.
3.
Saluran tersier adalah saluran yang mengumpulkan limpasan air dari rumah-rumah
penduduk dan mengalirkannya menuju saluran sekunder.
Perhitungan yang digunakan untuk mengetahui kapasitas saluran adalah sebagai
berikut :
1.
Kecepatan pengaliran
2 1
3 2
(2-14)
Keterangan :
V
= Kecepatan pengaliran (m/det)
n
= Koefisien Manning
R
= Jari-jari hidrolis (m)
S
= Kemiringan
2.
24 24 2
( )3
24
(2-16)
Keterangan :
I
= intensitas hujan (mm/detik)
R24
= curah hujan rata-rata
Tc
= Koefisien Thiesse 24 RTc
0,0195 13
=
( )2
60
(2-17)
Keterangan :
S
= Kemiringan saluran
L
= panjang saluran (m)
1 2
(2-18)
Keterangan :
S
= Kemiringan dasar saluran
T1
= Tinggi bangian tertinggi (m)
T2
= Tinggi Bagian Terendah (m)
L
= Panjang saluran (m)
1) Catchment Area
Catchment area atau daerah tangkapan air adalah tempat hujan mengalir
menuju suatu saluran. Catchment area ditentukan berdasarkan pedoman garis
kontur.
2) Koefisien Run Off
Koefisien run off menunjukkan bagian dari air hujan yang harus
dialirkan menuju ke saluran drainase karena tidak terinfiltrasi ke dalam lapisan
tanah. Nilai koefisien run off berkisar antara 0 sampai dengan 1. Koefisien run
off dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. 13Koefisien Run Off
Perkantoran
Perumahan
Daerah industry
Kuburan
Tempat bermain
C
0,7-0,95
0,50-0,70
0,30-0,50
0,40-0,60
0,60-0,75
0,25-0,40
0,50-0,80
0,60-0,80
0,10-0,25
0,20-0,35
Daerah beratap
Tanah lapang
Rumput
Hutan/bervegetasi
Tanah tidak produktif,> 30%
Beraspal
Berbeton
Berbatu bara
Trotoar
Berpasir, datar, 2%
Berpasir, agak rata, 2-7%
Berpasir, miring, 7%
Tanah berat, datar, 2%
Tanah berat, agak datar, 2-7%
Tanah berat, miring, 7%
Rata
Kasar
Tanah berat, tanpa vegetasi
Tanah berat, dengan vegetasi
Berpasir, tanpa vegetasi
Berpasir, dengan vegetasi
Tanah berat
Berpasir
Rata, kedap air
Kasar
C
0,20-0,40
0,10-0,30
0,70-0,95
0,80-0,95
0,70-0,85
0,75-0,85
0,75-0,95
0,05-0,10
0,10-0,15
0,15-0,20
0,13-0,17
0,18-0,22
0,25-0,35
0,03-0,60
0,20-0,50
0,30-0,60
0,20-0,50
0,20-0,25
0,10-0,25
0,15-0,45
0,05-0,25
0,05-0,25
0,70-0,90
0,50-0,70
D.
(2-20)
Sistem Sanitasi
Menurut Said (1987) sanitasi merupakan bagian dari sistem pembuangan air limbah,
yang khususnya menyangkut pembuangan air kotor dari rumah tangga, kantor, hotel,
pertokoan (air buangan dari WC, air cucian, dan lain-lain). Selain berasal dari rumah tangga,
limbah juga dapat berasal dari sisa-sisa proses industri, pertanian, peternakan, dan rumah
II-41 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
sakit (sektor kesehatan). Sedangkan menurut Depkes RI (2004) sanitasi merupakan upaya
kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya.
Prasarana sanitasi dibagi menjadi dua bagian, yakni septic tank dan MCK.
1.
Septic Tank
Berdasarkan SNI 03 -2398-2001, septic tank adalah suatu ruangan kedap air/
beberapa kompartemen yang berfungsi menampung dan mengolah air limbah
rumah tangga dengan kecepatan air lambat, sehingga memberi kesempatan untuk
terjadi pengendapan terhadap suspensi benda-benda padat dan penguraian bahan
organik oleh jasad anaerobik membentu bahan larut air dan gas. Menurut Peraturan
Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia No. 4 tahun 2011 tentang
Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, fungsi septic tank komunal hanya untuk pengolahan air
limbah yang dibuang dari water closet (WC), tidak termasuk air limbah dari dapur
dan kamar mandi. Penempatan septic tank dapat ditempatkan pada lokasi yang
telah direncanakan untuk septic tank, atau pada ruang terbuka hijau (RTH), atau
pada badan jalan dengan memperhatikan kekuatan dan keamanan konstruksi.
Konstruksi fisik berupa septic tank komunal dengan kapasitas untuk melayani
minimal 5-10 KK dan maksimal 100 KK, dengan asumsi air limbah 10
liter/orng/hari.
2.
MCK
Berdasarkan SNI 03-2399-2002 MCK salah satu sarana fasilitas umum yang
digunakan bersama oleh beberapa keluarga untuk keperluan mandi, mencuci, dan
buang air di lokasi permukiman tertentu yang berpenuduk dengan kepadatan
sedang sampai tinggi (300-500 orang/Ha).
MCK terdiri dari 2 macam yaitu MCK individu dan MCK komunal. MCK
inividual yaitu MCK yang dibuat dan dipergunakan sendiri, biasanya dipergunakan
oleh satu kepala keluarga yang menghuni rumah. Sedangkan MCK komunal yaitu
MCK yang dibuat untuk keperluan komunal, biasanya dipergunakan oleh banuak
anggota kepala keluarga. Tujuan dibangun MCK dengan sistem komunal di
pemukiman padat menurut Soenanto (1992) adalah sebagai berikut :
a.
Untuk mengkomunalkan sarana mandi, cuci, dan kakus agar limbahnya mudah
dikendalikan dan pencemaran lingkungan dapat dibatasi.
II-42
b.
c.
d.
Kawasan yang padat penduduknya, umumnya luas rumah dibawah luas hunian
baku per jiwa.
Mandi
2
2
2
2
4
4
4
Banyaknya Ruang
Cuci
1
2
3
4
5
5
6
Kakus
2
2
4
4
4
6
6
3. Air Limbah
Air limbah merupakan campuran dari sampah cair yang berasal dari daerah
perdagangan, perkantoran, pemukiman, industri, perumahan yang bercampur
dengan air permukaan, air hujan, dan atau air tanah. Hampir seluruh kegiatan
manusia menghasilkan limbah air.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo. PP 85/1999, Limbah adalah
bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negative terhadap masyarakat jika
tidak dikelola dengan baik dan apabila tidak dikelola dengan baik maka akan.
menimbulkan dampak negative bagi kesehatan. Menurut Fauzul Rizal Sutikno et al
tahun 2011, berdasarkan sumbernya, Limbah dikelompokkan menjadi:
a.
Air buangan rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air limbah yang
berasal dari pemukiman penduduk yang pada umumnya terdiri dari ekskreta
(tinja dan air seni), air bekas kamar mandi dan cucian yang disebut grey water,
air buangan WC (berupa tinja) yang disebut black water, serta limbah padat
berupa sampah yang umumnya dari bahan-bahan organik.
b.
Air buangan industri yakni merupakan air buangan dari industri (industrial
waste water) adalah air buangan yang berasal dari berbagai jenis industri
akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi,
sesuai dengan bahan baku yang dipakai industri antara lain : nitrogen, sulfida,
amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral logam berat, zat pelarut
dan sebagainya. Oleh karena itu pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak
menimbulkan polusi lingkungan lebih rumit daripada air limbah rumah tangga.
c.
Air buangan Kotapraja (municipal wastes water, yaitu air buangan yang
berasal dari daerah: perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat ibadah,
dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air
limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.
Berikut merupakan tabel mengenai rataan air limbah dari daerah pemukiman:
Tabel 2. 15 Rataan Aliran Limbah dari Daerah Pemukiman
No.
Sumber
1.
2.
3.
Apartemen
Hotel
Tempat tinggal keluarga:
Rumah pada umumnya
Rumah yang lebih baik
Rumah mewah
Rumah agak modern
Rumah pondok
Jumlah Aliran
(L/Unit/Hari)
Unit
Orang
Orang
Antara
200-300
150-220
Rata-rata
260
190
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
190-350
250-400
300-550
100-250
100-240
280
310
380
200
190
Berdasarkan warna airnya, air limbah terbagi menjadi dua bagian yakni black
water dan grey water. Berikut merupakan penjelasan air limbah berdasarkan warna
airnya:
a. Black Water
Menurut buku Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi tahun 2010, penyusun
TTPS (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi) black water dihasilkan dari WC
sebagai pembuangan (user interface). Dalam rumah tangga miskin, limbah ini
sering dibuang saja ke cubluk atau sebagian tangki septik. Black water terdiri
dari:
1) Urin, banyak mengandung nitrogen dan limbah lain. Dalam konteks ini,
urin adalah air kencing murni yang tidak tercampur tinja atau air.
2) Tinja, tanpa urine dan air pembersih.
3) Air pembersih anus, air hasil bersih tubuh setelah buang air besar dan/atau
air kecil. Ini hanyalah air yang dihasilkan oleh pengguna untuk
membersihkan anus dan tidak termasuk materi kering seperti kertas toilet/
tisu, dan lain-lain.
4) Materi pembersih dan materi lainnya, dapat berupa kertas toilet, tongkol
jagung, kain lap, batu, dan/atau materi pembersih lainnya yang dipakai
untuk membersihkan anus (sebagai pengganti air). Tergantung kepada
sistemnya, materi pembersih kering mungkin dibuang ke kloset atau
dikumpulkan secara terpisah. Perannya sangat penting, produk khusus
untuk kebersihan seperti pembalut untuk haid tidak termasuk disini.
5) Air guyur, air yang dipakai untuk menggelontorkan kotoran manusia dari
jamban (user interface). Air tawar, air hujan, air limbah rumah tangga
yang didaur ulang, atau kombinasi ketiganya bisa dipakai sebagai sumber
air guyur.
b.
Grey Water
Menurut buku Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi (2010), penyusun
TTPS (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi) grey water pada dasarnya adalah
air limbah yang dihasilkan dari air bekas mandi, mencuci pakaian, dan
buangan cair dari dapur. Air seperti ini mencapai sekitar 60% dari air limbah
yang dihasilkan oleh rumah tangga dengan WC guyur. Grey water sangat
mudah terkontaminasi oleh kotoran manusia sehingga mengandung bakteri
pathogen. Selain itu grey water seringkali mengandung material organik
karena buangan berasal dari dapur. Material organik ini umumnya mudah
mengurai secara alamiah (easily biodegredable) dan sering dibuang ke dalam
WC atau drainase tersier.
4.
Jenis Limbah
Menurut Nusa Idaman Said (2011)
b.
Limbah yang tidak atau sangat lambat mengalami perubahan secara alami
(nondegradable waste) misanya plastic, kaca, kaleng, dan sampah sejenisnya.
Limbah padat, limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah
padat
bersifat
kering,
tidak
dapat
berpindah
kecuali
ada
yang
Limbah cair, limbah cair adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair
terlarut dalam air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam. Contoh limbah cair
adalah air bekas mencuci pakaian, air bekas pencelupan warna pakaian, dan
sebagainya.
c.
Limbah gas, limbah gas adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas.
Limbah gas dapat dilihat dalam bentuk asap. Limbah gas selalu bergerak
sehingga penyebarannya sangat luas. Contoh limbah gas adalah gas
pembuangan kendaraan bermotor. Pembuatan bahan bakar minyakjuga
menghasilkan gas buangan yang berbahaya bagi lingkungan.
Berdasarkan sumbernya menurut A. K. Haghi (2011) jenis limbah dapat
dibedakan menjadi:
a.
Limbah rumah tangga, limbah rumah tangga disebut juga limbah domestik.
b.
Limbah industri, limbah industri adalah limbah yang berasal dari industry
pabrik.
c.
d. Limbah konstruksi yakni merupaan material yang sudah tidak digunakan yang
dihasilkan dari proses konstruksi, perbaikan atau perubahan.Material limbah
konstruksi dihasilkan dalam setiap proyek konstruksi, baik itu proyek
pembangunan maupun proyek pembongkaran (contruction and domolition).
Limbah yang berasal dari perobohan atau penghancuran bangunan
digolongkan dalam domolition waste, sedangkan limbah yang berasal dari
pembangunan perubahan bentuk (remodeling), perbaikan (baik itu rumah atau
bangunan komersial), digolongkan ke dalam construction waste.
e.
II-46
Limbah mudah meledak, limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui
proses kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu tekanan tinggi serta dapat
merusak lingkungan.
b.
Limbah mudah terbakar, bahan limbah yang mudah terbakar adalah limbah
yang mengandung bahan yang menghasilkan gesekan atau percikan api jika
berdekatan dengan api.
c.
Limbah reaktif, limbah reaktif adalah limbah yang memiliki sifat mudah
bereaksi dengan oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil
dalam suhu tinggi dan dapat menyebabkan kebakaran.
d.
e.
Limbah korosif adalah limbah yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan
dapat membuat logam berkarat.
5.
Timbulan Limbah
Timbulan limbah ialah limbah yang dihasilkan manusia dalam satu satuan
volume ataupun berat per kapita per hari. Berikut merupakan rumus untuk mencari
timbulan limbah sanitasi dalam skala kota besar:
TLS= 70% X Jumlah Penduduk X Kebutuhan Air
(2-21)
Keterangan:
Kebutuhan Air: 170 liter/orang/hari untuk skala kota besar.
Empat faktor yang berperan dalam proses kolam oksidasi adalah sinar
matahari, ganggang, bakteri, dan oksigen. Ganggang dalam air limbah
dengan bantuan butir khlorophyl (hijau daun) dan sinar matahari
melakukan proses fotosintesis sehingga tumbuh dengan subur.
2)
E.
Sistem Persampahan
Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 mendefinisikan sampah sebagai
sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Jenis sampah
berdasarkan undang-undang tersebut antara lain:
II-48 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
1.
2.
3.
Sampah spesifik
Sampah spesifik dibagi lagi menjadi beberapa jenis berdasarkan sumbernya, antara
lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Pewadahan sampah
Pewasahan sampah adalah aktivitas menampung sampah sementaara dalam
suatu wadah individual atau komunal di tempat sumber sampah. Berdasarkan SNI
3242-2008 pewadahan sampah menurut jenisnya terdiri dari:
a.
Pewadahan sampah Organik untuk sampah sisa sayuran, sisa makanan, kulit
buah-buahan, dan daun-daunan menggunakan wadah dengan warna gelap.
b.
2.
Pengumpulan sampah
pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya
mengumpulkan sampah dari wadah individual dan atau dari wadah komunal
(bersama) melainkan juga mengangkutnya ketempat terminal tertentu, baik dengan
pengangkutan langsung maupun tidak langsung.
3.
Pemindahan sampah
TPS tipe I
TPS tipe I dilengkapi dengan:
1) Ruang pemilahan
2) Gudang
3) Tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container
4) Luas lahan 10-50 m2
b.
TPS tipe II
TPS tipe II dilengkapi dengan:
1) Ruang pemilahan (10 m2)
2) Pengomposan sampah organik (200 m2)
3) Gudang (50 m2)
4) Tempat pemidnahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container
(60 m2)
5) Luas lahan 60-200 m2
c.
d.
Pengangkutan sampah
Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari lokasi
pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju tempat pembuangan
akhir.
e.
II-50
F.
Jaringan Listrik
Berdasarkan SNI 03-173-2004, lingkungan perumahan di perkotaan membutuhkan
2.
Jaringan listrik.
Persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:
a.
2)
setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450
va per jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar 40% dari total kebutuhan
rumah tangga.
b.
G.
Jaringan Telekomunikasi
Berdasarkan SNI 03-173-2004, jenis prasarana dan utilitas jaringan telepon yang
2.
Jaringan telepon.
Persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:
a.
b.
II-53
2.
c.
3.
4.
5.
c.
mempertimbangkan
faktor
keselamatan,
kenyamanan,
kesehatan,
dan
6.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
7.
9.
menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari cedera atau luka saat
evakuasi pada keadaan darurat;
c.
d.
e.
f.
g.
2.
Pedoman penyusun rencana tata ruang yang memiliki sifat operasional. Maksudnya
dapat digunakan sebagai penghubung dalam penyusunan rencana tata ruang yang
bersifat operasional karena memuat rencana bersifat makro menjadi submakro
hingga menjadi rencana yang rinci.
3.
2.2
Meningkatkan kualitas keimanan dna ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan bermasyarakat.
2.
II-57
3.
Menggairahkan
perekonomian
daerah
melalui
program
pengungkit
bagi
5.
kabupaten/kota sampai pada sistem jaringan lokal dan lingkungan. Rencana jaringan
prasarana terdiri dari :
1.
dan
pengembangannya
berdasarkan
prakiraan
kebutuhan
b.
c.
3.
b.
c.
d.
e.
4.
II-60
5.
b.
c.
d.
e.
b.
6.
b.
1) Sempadan sungai
2) Kawasan sekitar waduk
3) Kawasan sekitar danau
4) Kawasan sekitar mata air
5) Sempadan irigasi
6) RTH kawasan perkotaan
7) Kawasan Rawan Bencana Alam
8) Kawasan Lindung Geologi
d. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya,
berupa kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
e. Kawasan Rawan Bencana Alam, meliputi:
1) Kawasan Rawan Banjir
2) Kawasan Rawan Gerakan Tanah
3) Kawasan Rawan Kekeringan
f. Kawasan Lindung Geologi,
berupa kawasan rawan bencana alam geologi.
2. Kawasan budidaya
a. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
b. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
c. Kawasan Peruntukan Pertanian, meliputi:
1) Kawasan Budi Daya Pertanian Tanaman Pangan
2) Kawasan Budi Daya Hortikultura
3) Kawasan Budi Daya Peternakan
d. Kawasan Peruntukan Perkebunan
e. Kawasan Peruntukan Perikanan, meliputi:
1) Perikanan budi daya perikanan darat
2) Balai Benih Ikan (BBI) perikanan darat
f. Kawasan Peruntukan Pertambangan, meliputi:
1) Pertambangan Mineral
2) Pertambangan Panas Bumi
g. Kawasan Peruntukan Industri, meliputi:
1) Industri Besar
II-62
2) Industri Menengah
3) Industri Kecil Dan Industri Rumah Tangga
h. Kawasan Peruntukan Pariwisata, meliputi:
1) Kawasan Wisata Alam
2) Kawasan Budaya
3) Kawasan Wisata Buatan
i. Kawasan Peruntukan Permukiman, meliputi:
1) Kawasan Permukiman Perkotaan
2) Kawasan Permukiman Perdesaan
j. Kawasan Peruntukan Lainnya, meliputi:
1) Kawasan Khusus Pengembangan Sektor Informal
2) Kawasan Pertahanan dan Keamanan
Rencana pola ruang kawasan lindung Kabupaten Magetan dijelaskan pada Tabel
2.16 , sebagai berikut:
Tabel 2. 16 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Kabupaten Magetan
No.
Kawasan Lindung
Luas
Ha
Kawasan
yang
memberikan
perlindungan terhadap
kawasan bawahannya
Kawasan perlindungan
setempat
Resapan air,
luas 492 Ha
Keterangan
3.987
Sungai
Waduk
Danau
Kawasan
bencana alam
Banjir
rawan
Lokasi Kawasan di
Kabupaten Magetan
Kecamatan
Plaosan,
KecamatanPoncol, Kecamatan
Panekan, Kecamatan Sidorejo
Kecamatan
Kecamatan
Panekan, Kecamatan Poncol,
Kecamatan Parang
Di seluruh kecamatan yang
dilewati oleh sungai
Waduk
Gonggang
di
Kecamatan Poncol
1. Telaga Wahyu Kecamatan
Plaosan
2. Telaga
Sarangan
Kecamatan Plaosan
1. Candi Reog di Kecamatan
Panekan
2. Candi
Simbatan
di
Kecamatan Takeran
3. Situs Kuno Watu Ongko
di Kecamatan Plaosan
4. Pabrik Gula Redjosari di
Kecamatan Kawedanan
5. Pabrik Gula Purwodadie
di Kecamatan Karangrejo
1. Kali Kanal di Desa Pencol
Kecamatan Kartoharjo
2. Kali Watu di Desa Jeruk
Arahan Pengelolaan
Kawasan Lindung
Perlindungan/pengelolaan
pada kawasan hutan
lindung
Pengelolaan
kawasan
yang
memberikan
perlindungan
terhadap
kawasan bawahannya
Pengelolaan
kawasan
perlindungan
setempat
pada sungai, waduk,
danau, RTH kawasan
perkotaan
Pengelolaan
kawasan
suaka
alam,
cagar
budaya,
dan
ilmu
pengetahuan
dan
peningkatan
sarana
prasarana
Penyediaan
dan
peningkatan
sarana
mitigasi untuk kawasan
No.
Kawasan Lindung
Keterangan
Longsor
Kekeringan
Kawasan
geologi
lindung
Gunung berapi
Gunung
Lawu,
meliputi:
1. Kali
Gonggang
2. Gunung
Bancak
3. Kali
Ginuk
4. Kali Tinil
5. Kali Catur
Sumber: RTRW Kabupaten Magetan 2012 2032
Lokasi Kawasan di
Kabupaten Magetan
Kecamatan Kartoharjo
3. Kali Madiun di Desa
Kerang
Kecamatan
Takeran
4. Kali Ngelang di Desa
Ngelang
Kecamatan
Kartoharjo
Kecamatan
Poncol,
Kecamatan
Plaosan,
Kecamatan Parang
Kecamatan
Bendo,
Kecamatan Karas, Kecamatan
Kawedanan,
Kecamatan
Lembeyan,
Kecamatan
Magetan,
Kecamatan
Ngariboyo,
Kecamatan
Panekan, Kecamatan Parang,
dan Kecamatan Sukomoro
Kecamatan
Poncol,
Kecamatan
Parang,
dan
Kecamatan Lembeyan
Arahan Pengelolaan
Kawasan Lindung
rawan bencana alam
(banjir,
longsor,
kekeringan)
Pengelolaan
kawasan
lindung geologi
Kecamatan
Lembeyan,
Kecamatan
Kawedanan,
Kecamatan Parang
Kecamatan Karas
Kecamatan
Panekan,
Kecamatan Karas, Kecamatan
Sukomoro
Kecamatan Panekan
Rencana pola ruang kawasan budidaya Kabupaten Magetan dijelaskan pada Tabel
2.17 , sebagai berikut:
Tabel 2. 17 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Kabupaten Magetan
No.
Kawasan Budidaya
Keterangan
Hutan Produksi
Luas 3.390 Ha
Hutan Rakyat
Luas 2.825 Ha
Pertanian
Sawah
irigasi
luas 27.272 Ha
Sawah
bukan
irigasi
luas
1.198 Ha
Lokasi Kawasan di
Kabupaten Magetan
Kecamatan Parang, Kecamatan
Panekan, Kecamatan Poncol,
Kecamatan
Plaosan,
Kecamatan
Sidorejo,
dan
Kecamatan Lembeyan
Tersebar di seluruh wilayah
kabupaten
Tersebar di seluruh Kabupaten
Kecamatan Poncol, Kecamatan
Parang, Kecamatan Lembeyan,
Kecamatan
Takeran,
Kecamatan
Nguntoronadi,
Arahan Pengelolaan
Kawasan Lindung
Pengelolaan kawasan
hutan produksi
Pengelolaan kawasan
hutan rakyat
Pengelolaan kawasan
pertanian
sawah
irigasai dan bukan
irigasi, pangan lahan
kering, sawah LP2B,
holtikultura,
dan
No.
Kawasan Budidaya
Keterangan
Tanaman
pangan
lahan
kering
luas
40.552 Ha
LP2B
Holtikultura
Perkebunan
Peternakan
Luas 13.840 Ha
Perikanan
Pertambangan
Lokasi Kawasan di
Kabupaten Magetan
Kecamatan
Kawedanan,
Kecamatan
Magetan,
Kecamatan
Ngariboyo,
Kecamatan
Sidorejo,
Kecamatan
Panekan,
Kecamatan
Sukomoro,
Kecamatan
Bendo,
dan
Kecamatan Karas
Tersebar di seluruh Kabupaten
Arahan Pengelolaan
Kawasan Lindung
peternakan
Pengelolaan kawasan
perkebunan
Pengelolaan kawasan
perikanan darat dan
Balai Benih Ikan
(BBI)
Pengelolaan kawasan
pertambangan
No.
Kawasan Budidaya
Keterangan
Industry
Industri besar,
menengah, kecil
dan
rumah
tangga
Pariwisata
Wisata alam
Wisata budaya
Wisata buatan
Permukiman
Perkotaan
Lokasi Kawasan di
Kabupaten Magetan
Takeran, Kecamatan Bendo,
Kecamatan Parang, Kecamatan
Lembeyan,
Kecamatan
Karangrejo, Kecamatan Karas
Seluruh Kecamatan yang ada
di Kabupaten Magetan
Arahan Pengelolaan
Kawasan Lindung
Prioritas
pengembangan
industri:
1. PKL Magetan
2. PKLp Maospati
3. PKLp Kawedanan
4. PKPLp Parang
Pengelolaan kawasan
pariwisata
pada
pariwisata
alam,
budaya, dan buatan
1. Pengelolaan
No.
Kawasan Budidaya
Keterangan
10
Peruntukkan lainnya
Perdesaan
-
Lokasi Kawasan di
Kabupaten Magetan
Magetan
berada
di
Kecamatan Magetan
2. Permukiman
perkotaan
yang merupakan bagian
dari ibukota kecamatan
Di seluruh wilayah kabupaten
Pengembangan sektor informal
dan pertahanan dan keamanan
Arahan Pengelolaan
Kawasan Lindung
permukiman
perkotaan
dan
perdesaan
serta
peningkatan sarana
dan prasarana
1. Penyediaan ruang
kegiatan
sektor
informal
atau
pedagang kaki lima
dalam
kawasan
perkotaan
2. Penataan
dan
revitalisasi
kawasan pedagang
kaki lima pada
pusat
kegiatan
perkotaan dan ruas
jalan
3. Pengelolaan
kawasan
pertahanan
dan
keamanan
2.
3.
2.
3.
4.
2.
Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai mempunyai
pengaruh sangat penting terhadap wilayah kabupaten bersangkutan
3.
Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di dalam
rencana struktur ruang dan rencana pola ruang
4.
5.
Visi: Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Magetan yang adil, mandiri dan bermartabat
No.
Tujuan
Sasaran
Indikator Sasaran
Strategi
n pemerintahan
efektifitas
yang
efektif
dan
Indeks
Kepuasan
dan pelayanan
penyelenggaraan
efisien
Masyarakat
publik
yang
pemerintahan
dan Opini BPK
2. Meningkatkan kualitas
transparan,
pelayanan publik.
penyelenggar
aan
Hasil
Evaluasi
akuntabel
dan
administrasi
LAKIP
partisipatif
pemerintahan daerah
dan pelayanan public
3. Meningkatkan
profesionalis me dan
kompetensi
sumber
daya aparatur
2. Meningkatnya kualitas Rasio penduduk ber Menyempurnaka
n
layanan administrasi KTP,
KK,
akta sistem dan prosedur
kependudukan
kelahiran
pelayanan administrasi
kependudukan
yang
cepat,
mudah
dan
berkualitas
Misi 3 : Menggairahkan perekonomian daerah melalui berbagai program pengungkit dan
optimalisasi pengembangan SDM dan pengelolaan SDA yang berwawasan lingkungan
1
Meningkatkan
1. Meningkatnya
1. Mendorong
Pertumbuhan
kesejahteraan
pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan
ekonomi
ekonomi
lokal
dengan
ekonomi
sektor
masyarakat
memperhatikan
unggulan
yang
kebijakan
ekonomi
berwawasan
regional, nasional dan
lingkungan
global
2. Mendorong
tumbuhnya klusterkluster ekonomi
2. Meningkatnya
Jumlah
realisasi 1. Memberikan fasilitas
kegiatan
investasi
dan
kemudahan
investasi, Jumlah
untuk
mendorong
dalam berinvestasi.
KUMKM
terciptanya lapangan
2. Mendorong
kerja dan tumbuhnya
tumbuhnya
usaha
aktivitas
ekonomi
mikro,
kecil,
local
menengah
dan
koperasi
3. Terwujudnya stabilitas Prosentase
Menjamin ketersediaan
pangan dan energi
stok dan kelancaran
Penguatan
utama.
cadangan pangan, distribusi bahan pangan
ketersediaan energi dan energi utama
dan
protein
perkapita, skor pola
pangan harapan
4. Menurunnya
angka Angka kemiskinan, 1. Memberdayakan
kemiskinan
dan
masyarakat miskin
Tingkat
tingkat pengangguran
dan PMKS
pengangguran
terbuka
2. Meningkatkan
terbuka.
kualitas tenaga kerja
dan
memberikan
jaminan
ekonomi
dan sosial tenaga
kerja.
3. Meningkatkan
penyerapan jumlah
Visi: Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Magetan yang adil, mandiri dan bermartabat
No.
Tujuan
Sasaran
Indikator Sasaran
Strategi
tenaga kerja lokal.
Memberdayakan
masyarakat
dan
kelembagaan
desa
dalam
rangka
penguatan
pemerintahan
dan
pertumbuhan
ekonomi desa
2
Meningkatkan
1. Meningkatnya Indeks Indeks
1. Meningkatkan akses
kesejahteraan
Pembangunan
masyarakat terhadap
Pembangunan
sosial
Manusia (IPM)
layanan
Manusia
pendidikandan
kesehatan
secara
merata
dan
berkualitas
2. Meningkatkan akses
masyarakat terhadap
layanan informasi
3. Meningkatkan
kualitas kehidupan
perempuan, anak dan
keluarga sejahtera
4. Meningkatkan
partisipasi pemuda
dalam pembangunan
5. Memajukan
olah
raga daerah melaui
pembinaan
secara
sistematis, terpadu,
berjenjang
dan
berkelanjutan
2. Berkembangnya
Melestarikan
dan
Penyelenggaraan
budaya
lokal
festival seni dan mengembangkan
multikultur yang dapat
budaya,
jumlah kebudayaan daerah dari
berfungsi
sebagai
berbagai
etnis
dan
grup kesenian
media perekat sosial
golongan untuk enjaga
pluralisme dengan tetap
menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa.
3
Meningkatkan
1. Meningkatnya kualitas Prosentase
ruang
RLH, 1. Penataan
kualitas
lingkungan
permukiman
yang
kawasan kumuh
lingkungan
permukiman
yang Cakupan layanan
sesuai
ketentuan
hidup
layak dan sehat
zonasi
sanitasi
sarana
Luas RTH per 2. Penyediaan
prasarana
satuan HGB/HPL
permukiman
dan
penataan kawasan
3. Mengendalikan
pencemaran
lingkungan
4. Meningkatkan luasan
dan kualitas RTH
publik dan privat
Visi: Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Magetan yang adil, mandiri dan bermartabat
No.
Tujuan
Sasaran
Indikator Sasaran
Strategi
2. Terwujudnya alam dan Luas lahan kritis
1. Mengelola sumberlingkungan hidup yang
daya alam secara
lestari
optimal
dan
berwawasan
lingkungan
2. Merehabilitasi
lingkungan
hidup
yang
mengalami
penurunan kualitas
3. Mengarahkan
dan
menerapkan konsep
pembangunan
berkelanjutan
Misi 4 :Mewujudkan sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai dalam menunjang
pertumbuhan perekonomian daerah
1
Meningkatkan
Meningkatnya
kualitas Persentase
jalan, Menyediakan
kualitas layanan sarana dan prasarana
jalan,
jembatan
dan infrastruktur
infrastruktur
transportasi yang aman,
jembatan
beserta
pedukungnya
dasar
dan nyaman dan memadai
pendukungnya
yang
kondisi baik
infrastruktur
yang
Rasio ketersediaan layak,
penumbuh daya
sarana
dan menghubungkan antar
saing agrobisnis
wilayah dan pemukiman
prasarana wilayah
penduduk
serta
menjangkau
sentrasentra produksi pertanian
dan produk unggulan
daerah lainnya
2
Menyediakan air Meningkatnya
kualitas, Persentase
jaringan Membangun
jaringan
baku
yang kuantitas dan jangkauan irigasi kondisi baik
irigasi yang handal dan
optimal
untuk jaringan irigasi
dapat
menjangkau
mendukung
daerah
irigasi
yang
aktivitas
seluasluasnya
pertanian
Misi 5 : Mewujudkan suasana aman dan damai, melalui penegakan, kepastian dan perlindungan
hukum
1
Mewujudkan
Menurunnya
kasus Angka kriminalitas, 1. Mengem
bangkan
keamanan dan pelanggaran hukum dan pelanggaran
budaya
hukum,
ketertiban
gangguan
keamanan ketertiban umum dan
kesadaran
dan
lingkungan yang ketertiban masyarakat
konflik sosial politik
ketaatan hukum serta
kondusif
bagi
mendorong
keberlang
terlaksananya
sungan
penegakan hukum
pembangunan
2. Mengem
bangkan
sistem keamanan dan
ketertiban
untuk
mendukung stabilitas
daerah
dan
meminimalisir
ancaman, hambatan,
dan gangguan
3. Mengem
bangkan
budaya demokrasi,
pluralisme, persatuan
dan kesatuan bangsa
Visi: Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Magetan yang adil, mandiri dan bermartabat
No.
Tujuan
Sasaran
Indikator Sasaran
Strategi
serta penghormata n
terhadap HAM
2
Meningkatkan
Meningkatnya
Jumlah
lembaga/ Meningkatkan
keamanan dan kesiapsiagaan masyarakat kelompok masyarakat kewaspadaan masyarakat
keselamatan
dan lembaga pemerintah siaga bencana
dalam
mendeteksi
masyarakat dari daerah dalam mengurangi
ancaman bencana dan
resiko bencana
resiko bencana
melakukan
upaya
penyelamatan
korban
bencana.
Sumber: RPJMD Kabupaten Magetan (2014)
2.3
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011-2031 bahwa Provinsi Jawa Timur
mengeluarkan kebijakan untuk Kabupaten Magetan sebagai berikut :
1.
2.
Bandar udara khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf b yang
sudah ada meliputi : a.bandar udara khusus militer terdiri atas : Lapangan Udara
TNI AU Iswahyudi di Kabupaten Magetan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Perkebunan tanaman tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri
atas Kopi
9.
10. Jalur pengembangan koridor B sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b
meliputi: Taman Kosala Tirta, Taman Manunggal, Telaga Sarangan, dan Tirtosari
di Kabupaten Magetan.
2.3.1 Kebijakan Struktur Ruang Kabupaten Magetan
Tinjauaan kebijakan umum perencanaan tata ruang Kabupaten Magetan terdiri dari
tujuan penataan ruang, rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Magetan, rencana pola
ruang wilayah Kabupaten Magetan dan penetapan kawasan strategis wilayah Kabupaten
Magetan.
A.
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
yang secara hirarki memiliki hubungan fungsional.
menggambarkan rencana sistem pusat kegiatan yang terdiri atas sistem perkotaan dan sistem
perdesaan serta sistem jaringan prasarana wilayah di Kabupaten Magetan. Dalam
pengembangan Struktur tata ruang Kabupaten Magetan yang menjadi PKLp Kabupaten
Magetan Perkotaan Maospati dengan wilayah pelayanan meliputi:
1.
Kecamatan Maospati
2.
Kecamatan Barat
3.
Kecamatan Kartoharjo
4.
Kecanratan Karangrejo
5.
Kecamatan Karas
6.
II-73
Kecamatan Sukomoro
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
7.
B.
Kecamatan Bendo
peruntukan ruang untuk kawasan fungsi lindung dan fungsi budidaya. Rencana pola ruang
yang berkaitan dengan perencanaan pada Kecamatan Barat berdasarkan RTRW Kabupaten
Magetan meliputi :
1.
b.
sempadan irigasi yang meliputi kawasan sepanjang kanan dan kiri saluran
irigasi primer dan sekunder baik irigasi bertanggul maupun tidak bertanggul.
c.
Kawasan peruntukan RTH perkotaan dengan luas kurang lebih 2.387 hektar
atau 30% dari luas perkotaan
2.
Kawasan budidaya yang terdiri atas kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan
peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan
perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industry,
kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan permukiman dan kawasan
peruntukan lainnya.
a.
3) Pertanian lahan kering Kecamatan Barat dengan luas kurang lebih 704
hektar
4) Lahan pertanian pangan berkelanjutan (LPPB) yang terdapat di Kabupaten
Magetan meliputi sawah teknis dan sawah irigasi setengah teknis seluas
kurang lebih 19.064 hektar yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten
Magetan.
5) Kawasan peruntukan perkebunan di Kecamatan Barat dengan luas kurang
lebih 383 hektar.
6) Kawasan peruntukan peternakan yang ada di Kecamatan Barat meliputi
ternak besar
b.
c.
d.
e.