NIM : F1241201028
Mata Kuliah : Perencanaan Pengembangan Wilayah
Dosen Pengampu : Ludovicus Manditya Hari Christanto, S.Si, M.Sc
Kota adalah salah satu ungkapan kehidupan manusia yang mungkin paling
kompleks. Kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa, dari segi budaya dan
antropologi, ungkapan kota sebagai ekspresi kehidupan orang sebagai pelaku dan
pembuatnya adalah penting dan sangat perlu diperhatikan. Hal tersebut
disebabkan karena permukiman perkotaan tidak memiliki makna yang berasal
dari dirinya sendiri, melainkan dari kehidupan di dalamnya.
Dalam konteks ruang, kota (city) merupakan satu sistem yang tidak berdiri
sendiri. Secara internal kota merupakan satu kesatuan sistem kegiatan fungsional
di dalamnya, sementara secara eksternal, kota dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya. Dalam hal inilah secara umum kota dapat dikatakan sebagai suatu
tempat dimana konsentrasi penduduk lebih padat dari wilayah sekitarnya. Kota
menurut yuridis administrasi adalah suatu daerah tertentu dalam wilayah tertentu
dalam wilayah negara dimana keberadaannya diatur oleh Undang-Undang
(peraturan tertentu), daerah tersebut dibatasi oleh batas-batas administratif yang
jelas yang keberadaannya diatur oleh Undang-Undang (peraturan tertentu) dan
ditetapkan berstatus sebagai kota dan berpemerintahan tertentu dengan segala hak
dan kewajibannya dalam mengatur wilayah kewenangannya.
Perbedaan Desa dan Kota No. Unsur Pembeda Desa Kota 1. Mata
pencaharian Agraris, homogen Non agraris, terpisah 2. Ruang kerja
Terbuka/lapangan Tertutup 3. Musim/cuaca Penting/menentukan Tidak penting 4.
Keahlian/ketrampilan Umum dan menyebar Spesialisasi dan mengelompok 5.
Rumah dengan tempat kerja Dekat (relatif) Jauh/terpisah (relatif) 6. Kepadatan
penduduk Rendah Tinggi 7. Kepadatan rumah Rendah Tinggi 8. Kontak sosial
Frekuensi rendah Frekuensi tinggi 9. Stratifikasi sosial Sederhana Kompleks .
Lembaga-lembaga Terbatas Kompleks 11. Kontrol sosial Adat/tradisi berperan
besar Adat/tradisi tidak berperan besar, tetapi UU/peraturan tertulis berperan
besar . Sifat masyarakat Gotong royong (gemeincchaft/paguyuban)
Patempbayatan (geselschaft)
Status sosial Stabil Tidak stabil (contoh dari segi kesejahteraanya dan
mata pencahariannya) Batas Administrasi dan Fisik
1. Produktivitas Rendah
2. Pendapatan Rendah
3. Penghematan Rendah
4. Investasi Rendah
5. Konsumsi Rendah
1. Economic Perspective
2. Political Perspective
Desa adalah bentuk pemerintahan terkecil yang ada di negeri ini. Luas
wilayah desa biasanya tidak terlalu luas dan dihuni oleh sejumlah keluarga.
Mayoritas penduduknya bekerja di bidang agraris dan tingkat pendidikannya
cenderung rendah. Karena jumlah penduduknya tidak begitu banyak, maka
biasanya hubungan kekerabatan antarmasyarakatnya terjalin kuat.
Para masyarakatnya juga masih percaya dan memegang teguh adat dan
tradisi yang ditinggalkan para leluhur mereka. Dari segi geografis kota diartikan
sebagai suatu sistim jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan
penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan
bercorak materialistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dbgan gejala-gejala pemusatan
penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan
materialistis dibandingkan dengan daerah dibelakangnya.
Masyarakat kota dan masyarakat desa saling membutuhkan dan saling
ketergantungan. Berikut ini beberapa contoh saling ketergantungan antara
masyarakat kota dan desa.
Pengembangan kota-kota kecil dan kota sekunder adalah salah satu upaya
dekonsentrasi planologis, yaitu mengembangkan pusat-pusat baru di dalam suatu
wilayah kota besar atau metropolitan, dengan tujuan untuk meratakan
perkembangan di dalam wilayah tersebut. Selanjutnya strategi ini tidak hanya
berorientasi kepada pembangunan perdesaan saja tetapi juga menjalarkan inovasi
dan pelayanan bagi aliran produksi pertanian dan industri ringan dari pedesaan ke
kota kecil dan kota yang lebih besar, sehingga perluasan sistem kota-kota
dikaitkan langsung dengan peningkatan kesejahteraan penduduk perdesaan sejak
awal proses pembangunan. Secara teoritis bentuk pengembangan tersebut adalah
upaya mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru dalam ruang.
2. Teori Export Base atau Economic Base Teori export base atau teori
economic base pertama kali dikembangkan oleh Douglas C. North pada tahun
1955. Menurut North, pertumbuhan wilayah jangka panjang bergantung pada
kegiatan industri eksportnya. Kekuatan utama dalam pertumbuhan wilayah adalah
permintaan eksternal akan barang dan jasa yang dihasilkan oleh eksport wilayah
itu. Permintaan eksternal ini mempengaruhi penggunaan modal, tenaga kerja dan
teknologi untuk menghasilkan komoditas ekspor. Dengan kata lain permintaan
komoditas ekspor akan membentuk keterkaitan ekonomi, baik kebelakang
(kegiatan produksi) maupun kedepan (sektor pelayanan). Strategi pembangunan
daerah yang muncul didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti
pentingnya bantuan kepada dunia usaha yang mempunyai pasar baik secara
nasional maupun internasional. Implementasi kebijakannya mencakup
pengurangan hambatan terhadap perusahaanperusahaan yang berorientasi ekspor
yang ada dan akan didirikan didaerah tersebut