Anda di halaman 1dari 3

Nama : Alwish

NIM : F1241201019
Semester : 5 (Lima)
Prodi : Pendidikan Geografi
Makul : Geografi Transportasi

Sungai Kuning atau Huang He adalah sungai terpanjang kedua di Cina, dengan total
panjang 5464 km. Sungai Hwang Ho disebut sebagai Sungai Kuning karena membawa
lumpur kuning disepanjang alairannya. Daerah aliran sungai adalah salah satu tempat
kelahiran utama budaya Cina kuno dan dikenal sebagai "tempat lahirnya peradaban Cina"
(Shu dan Finlay son, 1993). Sungai kuning ini bermulai dari hulu di Pegunungan Kwen-Lun
(Tibet), melalui Pegunungan Cina Utara, hingga ke hilirnya di Teluk Tsii-Li (Laut Kuning),
aliran lumpur tersebut kemudian membentuk kawasan dataran rendah.
Sungai kuninga (Hwang Ho) merupakan peradaban salah satu tertua di dunia yang
masih ada hingga saat ini. Sebagai peradaban tertua di dunia ada berbagai macam dinasti
berkuasa di China. Berikut merupakan dinasti-dinasti yang memerintah di China dari awal
masehi secara berurutan adalah, Dinasti Hsia Shang (Yin), Dinasti Chou, Dinasti Chin,
Dinasti Han, Dinasti Tang, dan Dinasti Shung.
1. Dinasti Shang
Dinasti Shang adalah dinasti pertama yang memerintah di Cina dari pertengahan
abad ke-16 hingga abad ke-11 SM. Saat itu lahir budaya tinggi, seperti membuat
peralatan rumah tangga, kerajinan dari bambu, marmer dan perunggu. Budaya
yang berkembang pada masa dinasti Shang disebut budaya Lung-Shan. Setelah
runtuhnya dinasti Shang, Cina kemudian diperintah oleh dinasti Chou. Selama
Dinasti Shang, orang menyembah dewa bernama Shang-Ti (Dewa Langit). Orang-
orang percaya bahwa semua kehidupan berasal dari shang-ti dan pada akhirnya
akan kembali ke Shang-Ti.
2. Dinasti Chou
Dinasti Chou memerintah dari 1222 SM hingga 249 SM. Pendiri Dinasti Chou
adalah Chou Wen Wang. Pada Dinasti Chou meletakkan dasar dari sistem
pemerintahan feodalisme dan pola budaya Cina. Filsuf terkenal kala itu adalah
Lao Tze, Kung Fu Tze dan Meng Tze. Ajaran Kung Fu Tze tentang moralitas
menjadi dasar perkembangan budaya Tionghoa. Ajaran Kung Fu Tze lahir sebagai
reaksi terhadap keadaan negara, banyaknya korupsi, moral bangsa dan para
pemimpinnya. Runtuhnya Dinasti Chou disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
tidak adanya raja-raja Dinasti yang cakap, kerajaan terbagi menjadi dua yaitu
Chou Barat dan Chou Timur.
3. Dinasti Chin
Dinasti Chin berkuasa pada 221 SM hingga 207 SM. Dalam memerintah, Dinasti
China menggunakan sistem sentralisasi dan meninggalkan sistem feodalisme
(desentralisasi). Kebijakan sentralisasi dilakukan, karena kekacauan yang terjadi
di Cina pada dinasti sebelumnya tidak cukup hanya di atas oleh sikap raja-raja
yang baik dan saleh saja. Tapi dibutuhkan kekuasaan raja yang kuat dan nyata.
Hukum yang dijalankan dengan adil sehingga tercipta ketertiban dan ketentraman
diseluruh negeri China. Pada masa Dinasti Chin, dibangun membangun tembok
besar Cina sepanjang 2.250 kilometer. Di mana untuk membendung masuknya
suku-suku pengembara (nomaden) dari Utara. Selain itu juga menetapkan
standardisasi tulisan, satuan ukuran misalnya timbangan, ukuran roda, alat-alat
pertanian.
4. Dinasti Han
Dinasti Han berkuasa pada 207 SM hingga 221 M. Pada Dinasti Han kembali
menjalankan sistem feodalisme dan mengijinkan kembali filsafat konfusianisme.
Pada masa itu ajaran konfusianisme menjadi salah satu mata ujian bagi calon
penghuni negeri. Dinasti Nan mencapai puncak kejayaan di bawah kaisan Han
Wuti. Di mana wilayah kekuasannya mencapai Asia Tengah (Turkistan), Korea,
Mansyuria Selatan, Anam, dan Sinkiaing (daerah utara Tibet). Pada masa itu juga
juga menjalin hubungan dengan mancanegara. Jalur perdagangan ke Barat sampai
Roma di kenal dengan sebutan "Jalan Sutera”
5. Dinasti Tang
Dinasti Tang berkuasa pada 619-906. Pada masa Dinasti Tang telah terjalin
hubungan dagang antara China dengan kerajaan-kerajaan Nusantara. Hal ini
ditandai dengan kunjungan para musafir dari Cina, seperti I Tsing di Kerajaan
Sriwijaya. Laksamana Cheng Ho dan Ma Huan yang berkunjung ke Kerajaan
Majapahit.
6. Dinasti Shung
Pada masa Dinasti Shung bidang seni dan ilmu pengetahuan menjadi perhatian.
Dinasti Shung berhasil memperluas wilayah kekuasaannya. Masyarakat hidup
makmur dan sejahtera, bahkan berkembangnya kesenian dan kebudayaan China
kuno.
Kebudayaan pada peradaban di Sungai Kuning yakni masyarakat Tiongkok kuno
telah mengenal tulisan sejak 1500 SM yang ditulis pada kulit penyu atau bambu . Pada awal
mulanya huruf Cina yang diciptakan sangat sederhana, yaitu satu lambang bagi satu
pengertian. Pada masa pemerintahan Dinasti Han, seni sastra Cina kuno mengembang pesat
seiring dengan ditemukannya kertas. Petuah Lao Zi, Kong Fu Zi, dan Meng Zi banyak
dibukukan patut oleh filsuf itu sendiri maupun para pengikutnya. Pada masa pemerintahan
Dinasti Tang, hidup dua orang pujangga terkemuka yang banyak menulis puisi kuno, yaitu Li
Tai Po dan Tu Fu. Selain berupa sastra, kebudayaan Cina yang muncul dan mengembang di
lembah Sungai Kuning yaitu seni lukis, keramik, kuil, dan istana. Perkembangan seni lukis
tampak dari banyaknya lukisan hasil karya tokoh ternama yang menghiasi istana dan kuil.
Lukisan yang dipajang umumnya berupa lukisan dunia semesta, lukisan dewa-dewa, dan
lukisan raja yang pernah memerintah. Keramik Cina yaitu hasil kebudayaan rakyat yang
mempunyai nilai sangat tinggi dan menjadi salah satu komoditi perdagangan masa itu.
Rakyat Cina menganggap bahwa kaisar atau raja yaitu penjelmaan dewa sehingga istana bagi
sang raja dibangun dengan indah dan megah. Hasil kebudayaan Cina yang sangat terkenal
sampai masa ini yaitu Tembok Akbar Cina yang dibangun pada masa Dinasti Qin bagi
menangkal serangan dari musuh di bidang utara Cina. Kaisar Qin Shi Huang menghubungkan
dinding-dinding pertahanan yang telah dibangun tersebut menjadi tembok raksasa dengan
sepanjang 7000 km.
Pada bidang hilir dari Sungai Kuning, mempunyai dataran rendah Cina yang subur
dan yaitu pusat kehidupan bangsa Cina. Masyarakat Cina umumnya bercocok tanam gandum,
padi, teh, jagung, dan kedelai. Keaktifan pertanian Cina Kuno memang telah diketahui sejak
zaman Neolitikum (± 5000 SM) dan tanaman pangan utama yang ditanam yaitu padi. Pada
zaman perunggu, prioritas pokok dalam pertanian rakyat Cina yaitu padi, teh, kacang kedelai,
dan rami. Keaktifan pertanian merasakan kemajuan pesat dalam pemerintahan Dinasti Qin
(221-206 SM). Di masa itu, masyarakat Tionghoa telah melakukan sistem pertanian yang
intensif dengan penggunaan pupuk, irigasi yang patut, dan perluasan lahan gandum.
Selama ini hanya Sungai Kuning di Cina yang dianggap sebagai pusat domestikasi
ayam di dunia. Bukti arkeologi menunjukkan domestikasi unggas itu telah dimulai di Cina
pada 6.000 sebelum Masehi (SM). Kemudian menyebar ke berbagai negara hingga di
Indonesia. Pada saat masyarakat purba itu bermigrasi ke berbagai penjuru bumi, mereka
membawa serta satwa dan teknik domestikasi untuk dicobakan di tempat yang baru.
Kepercayaan pada peradaban sungai kuning yakni sebelum petuah Kong Fu Zi dan
Meng Zi, bangsa Cina menganut keyakinan kepada dewa-dewa yang dianggap mempunyai
daya dunia. Dewa-dewa yang menerima pemujaan tertinggi dari mereka yaitu Feng-Pa (dewa
angin), Lei-Shih (dewan angin taufan yang digambarkan sebagai naga besar), T'sai-Shan
(dewa penguasa bukit suci), dan Ho-Po. Menurut keyakinan Tiongkok kuno, dunia
digambarkan sebagai sebuah sisi empat yang di bidang atasnya ditutupi oleh 9 lapisan langit.
Di tengah-tengah dunia itulah terletak daerah yang didiami bangsa Cina yang disebut T'ien-
hsia. Daerah di luar T'ien-hsia dianggap sebagai daerah kosong lokasi tinggal para hantu dan
Dewi Pa (penguasa musim semi).

Anda mungkin juga menyukai