1. Prasejarah Cina
Manusia tertua yang pernah ditemukan di Cina adalah Pithecantropus Pekinensis.
Pithecantropus Pekinensis hidup sezaman dengan Pithecantropus Erectus, ditemukan
di Gua Chou Kau Tien dengan artefak-artefak yang ada di bukit-bukit pasir.
Pada masa Dinasti Shang juga ditemukan gambar di dalam kulit kura-kura, yaitu gambar
seorang penguasa yang naik kereta kuda. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi perpaduan
budaya, yaitu budaya selatan (pertanian) dan kebudayaan padang rumput. Pada masa Dinasti
Shang juga, tulisan-tulisan sudah bisa dibaca. Hal ini berarti bahwa pada masa dinasti ini,
Cina mengakhiri masa prasejarah dan memasuki masa baru, yaitu zaman Neolit.
Dinasti Dinasti Shang runtuh karena dikudeta oleh clan Chou.
1) Filsafat Konfusianisme
Ajaran Konfusianisme lahir sebagai dampak dari kerusakan dan kehancuran berbagai sendi
kehidupan di Cina sebagai akibat dari banyaknya konflik politik yang berujung pada
peperangan. Ajaran konfusianisme mengajarkan hal-hal yang real dan praktis, yaitu
bagaimana menjalankan berbagai peran, baik itu sebagai rakyat, penguasa, raja, ayah, anak,
maupun ibu yang baik.
2) Filsafat Taoisme
Menurut ajaran Tao, untuk mencapai kebahagian yang hakiki, maka manusia harus
meninggalkan kehidupan dunia dengan menjauhi kehidupan kota dan pergi ke hutan untuk
mencari arti dari hidup dengan merenung.
3) Fislafat Legalisme
Legalisme adalah filsafat yang mengutamakan ditegakkannya hukum yang tegas dan keras
agar tercipta kehidupan yang aman dan tentram. Filsafat ini didasarkan pada anggapan bahwa
manusia itu jahat dan akan baik jika ditegakkan hukum.
Agama Islam yang dipercaya berkembang di Cina pada tahun 651 M yaitu pada zaman
Dinasti Tang, telah mengalami perkembangan yang pesat di Cina. Persebaran Islam ke negeri
Cina tidak terlepas dari peran perdagangan yang pada zamannya merupakan aset yang utama.
Sejak masa Khalifah Umayah (abad ke-7), Islam menyebar melalui Jalur Sutera, baik itu
darat maupun laut.
Ekspedisi Laksamana Cheng Ho turut mengharumkan nama Dinasti Ming dan Islam. Pada
masa Dinasti Ming, Islam mendapat kesempatan untuk berkembang. Sebagian besar
panduduk daerah Yunnan, Shensi, dan Hopei memeluk agama Islam. Laksamana Cheng Ho
sendiri adalah seorang Tionghoa Muslim, walaupun ia seorang kasim. Selama hidupnya, ia
melakukan petualangan antarbenua selama 7 kali berturut-turut dalam kurun waktu 28 tahun
(1405-1433) dengan 6 kali pelayarannya di bawah titah Kaisar Yung Lo. Pelayarannya lebih
awal dari para pelaut barat yang terkenal, sebut saja Colombus, Vasco Da Gama, ataupun
Ferdinand Magellan. Pelayaran luar biasa ini, menghasilkan buku Zheng He’s Navigation
Map yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku ini terdapat
24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan. Jalur
perdagangan Cina berubah, tidak sekedar bertumpu pada Jalur Sutera antara Beijing-Bukhara.
Cheng Ho adalah sahabat karib Kaisar Ming yang pertama, dan kemudian ditugasi untuk
mengepalai 7 ekspedisi maritim raksasa ke Nusantara (Jawa dan Sumatera), Malaka,
Srilangka, Samudera Hindia, Calcuta di pesisir barat anak benua India, Arab, dan pantai
Afrika Timur.
Tujuan dari ekspedisi dinasti Ming ini menurut Jeanette Mirsky (sejarawan) ialah
memperkenalkan dan mengangkat prestise Dinasti Ming ke seluruh dunia. Hal itu
dimaksudkan agar negara-negara lain mengakui kebesaran Kaisar Tiongkok sebagai The Son
Of Heaven (putra dewa langit). Berbeda dengan para penjelajah Eropa yang berbekal
semangat imperialis, armada Cheng Ho tak pernah serakah menduduki tempat-tempat yang
disinggahinya. Mereka hanya ingin mempropagandakan kejayaan Dinasti Ming,
menyebarluaskan pengaruh politik ke negeri asing, serta mendorong perniagaan Tiongkok. Di
dalam perniagaan, telah kita ketahui bersama bahwa pada zaman ini, Dinasti Ming
merupakan penghasil keramik yang indah di dunia, dan tentu saja keramik yang indah ini
menjadi komoditi ekspor utama di dalam setiap perniagaan yang dilakukan para pedagang
Cina, bukan hanya Cheng Ho saja.
Dalam majalah Star Weekly, HAMKA pernah menulis, “Senjata alat pembunuh” tidak
banyak dalam kapal itu, yang banyak adalah “senjata budi” yang akan dipersembahkan
kepada raja-raja yang “diziarahi”, sedangkan tujuan yang lainnya ialah untuk menjaga
wibawa dan hegemoni kekaisaran Ming di Asia dan untuk menyebarkan agama Islam. Setiap
kali berlayar, banyak awak kapal yang beragama Islam turut serta. Sebelum melaut, mereka
melakukan salat berjamaah. Beberapa tokoh Muslim yang pernah ikut, yaitu Ma Huan, Guo
Chongli, Fei Xin, Hassan, Sha’ban, dan Pu Heri. Ma Huan dan Guo Chongli fasih berbahasa
Arab dan Persia, bertugas sebagai penerjemah. Hasan yang juga pimpinan Masjid Tang Shi di
Xian (provinsi Shan Xi), berperan mempererat hubungan diplomasi Tiongkok dengan negeri-
negeri Islam. Hassan juga bertugas memimpin kegiatan-kegiatan keagamaan dalam
rombongan ekpedisi, misalnya dalam melaksanakan penguburan jenazah di laut atau
memimpin salat hajat ketika armadanya diserang badai.
1. Kepercayaan tentang nasib dan peruntungan yang didasarkan pada kejadian yang
terjadi pada tubuh, seperti bentuk garis tangan dan bentuk-bentuk alat tubuh lainnya.
2. Islam yang datang ke Indonesia di antaranya berasal dari Cina. Hal ini terjadi
terutama pada masa Dinasti Tang dan Ming.
3. Makanan-makanan Indonesia banyak yang berasal dari Cina, seperti mie, bihun,
capcay, tahu, kecap, dan sebagainya.