Anda di halaman 1dari 4

ASMAUL HUSNA

1. Al Mutakabbir

Artinya yang maha memiliki keagungan dan kebesaran, Dia yang melihat segala sesuatu itu
hina bila dibandingkan dengan diri-Nya, dan tidak melihat keagungan dan kebesaran itu
kecuali pada diri-Nya sendiri. Dia memandang yang lain seperti pandangan seorang raja
kepada hambanya, dan ini tidak terbayangkan secara mutlak dan sempurna kecuali bagi
Allah SWT.

Pendapat lain mengatakan, bahwa takabbur dan kibriya’ adalah pemberitahuan tentang hak
Allah SWT bagi sifat-sifat agung dan sempurna.

Ism Al-Mutakabbir itu mengumpulkan segala makna tanzih (penyucian). Jadi, barangsiapa
mengenal ketinggian, keagungan dan kebesaran Allah, maka ia akan selalu membiasakan
dirinya bersikap hina dan merendah.

Rasulullah saw. bersabda:

“Semoga Allah mengasihani hamba yang mengenal kekuasaannya sehingga ia tidak


melanggar batasan-batasannya.”

Sifat takabur ini tercela bila dimiliki oleh makhluk, sebab ia tempat bagi kekurangan. Orang
yang bersikap sombong pasti dipaksa oleh sikapnya itu untuk bersifat dengan apa yang
tidak sesuai dengannya. Dalam salah satu hadits Qudsi, Allah SWT berfirman:

“Sifat Kibriya’ itu adalah selendang-Ku dan sifat Azhamah itu adalah sarung-Ku. Maka
barang siapa mencabutnya dari-Ku, niscaya Aku akan memperkenankannya, dan Aku tidak
peduli.”

Orang-orang zuhud yang yang mutakabbir (sombong) itu tidak sama dengan sombongnya
orang-orang biasa. Sebab, sombongnya orang-orang zuhud itu berarti melepaskan diri dari
seluruh makhluk yang akan menyibukkan batinnya. Jadi, ia bersikap sombong terhadap
segala sesuatu selain Allah SWT. Dia meremehkan dunia dan akhirat dengan maksud
menjauhkan diri supaya keduaanya tidak menyibukkannya dari mengingat Allah SWT
Sedangkan zuhudnya orang-orang yang bukan ‘arif itu adalah ibarat suatu mu’amalah (jual-
beli); seolah-olah ia membeli kesenangan akhirat dengan kesenangan dunia,
ditinggalkannya segala kesenangan yang sedikit di dunia ini guna mendapatkan gantinya
yang berlipat ganda

َ ‫ان هَّللا ِ َعمَّا ُي ْش ِر ُك‬


‫ون‬ ُ ِ‫ه َُو هَّللا ُ الَّذِي ال ِإلَ َه ِإال ه َُو ْال َمل‬
َ ‫ك ْالقُدُّوسُ السَّال ُم ْالمُْؤ مِنُ ْال ُم َه ْيمِنُ ْال َع ِزي ُز ْال َجبَّا ُر ْال ُم َت َك ِّب ُر ُسب َْح‬

Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci,
Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang
Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari
apa yang mereka persekutukan. [Q.S. Hasyr: 23]

al-Mutakabbir secara bahasa berarti kebesaran, angkuh, dan tidak tertundukkan. Allah al-
Mutakabbir, artinya Allah Pemilik Segala Kebesaran. Kebesaran itu hanya milik Allah. Hanya
Allah yang pantas menyandangnya. Sebab, Dialah Yang Maha Besar.

Demikianlah makna al-Mutakabbir. Sekarang, bagaimana bentuk meneladani nama dan sifat
Allah al-Mutakabbir? Meneladani nama dan sifat Allah al-Mutakabbir berarti kita harus
berpikir dan berjiwa besar. Kita harus percaya diri bahwa kita dapat menjadi orang yang
berhasil.

Selain itu, kita juga harus rendah hati. Tidak boleh takabur (sombong) Ingatlah, kita berasal
dari setetes air mani yang menjijikkan. Ke mana-mana, kita juga membawa kotoran dalam
perut. Kita ini makhluk yang lemah, roboh jika diterjang peluru, dan lumpuh jika diserang
virus. jadi, bagaimana mungkin kita bersikap takabur? Sangat tidak pantas bagi kita bersikap
takabur!

Orang takabur adalah orang yang bodoh dan bohong. Bodoh karena dia tidak mengetahui
bahwa kebesaran hanya milik Allah. dalam sebuah hadits Qudsi, Allah berfirman,
"Kemuliaan adalah pakaian-Ku, kebesaran adalah selendang-Ku. Siapa yang mencoba
mengenakannya, akan Aku siksa." (H.R. Muslim)

Dia berbohong karena sesunggunya lemah. Namun, merasa dirinya hebat. Jangankan
ditimpa musibah yang besar, digigit nyamuk malaria saja bisa sakit. Jadi, orang yang
takabur adalah orang yang membohongi diri sendiri. Karenanya meneladani nama dan sifat
Allah al-Mutakabbir adalah menjauhkan diri dari sifat takabur.

Akhirnya, marilah kita berdoa, "Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari setiap kejahatan
yang sekarang dan yang akan datang, kejahatan  yang telah aku ketahui dan yang belum
aku ketahui. Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu sebaik-baik yang telah diminta
kepada-Mu oleh hamba dan nabi-Mu. Dan aku berlindung kepada-Mu dari segala kejahatan,
yang telah dimohonkan terhindarnya kepada-Mu oleh hamba dan nabi-Mu." (H.R. Ibnu
Majah dan Ahmad)

SIFAT WAJIB ALLAH

1. Wujud (ada)

Allah itu Wujud (ada). Tidak mungkin/mustahil Allah itu ‘Adam (tidak ada).
Memang sulit membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tapi jika kita melihat pesawat terbang,
mobil, TV, dan lain-lain, sangat tidak masuk akal jika kita berkata semua itu terjadi dengan
sendirinya. Pasti ada pembuatnya.

Sungguh Maha Besar dan Pengasihnya Allah kepada manusia karena ia telah
memperkenalkan kewujudan dan sifat-sifat diriNya melalui nabi-nabi dan rasul-rasulNya.
Inilah nikmat yang terbesar bagi manusia.

Bukti atas adanya Allah ialah adanya diri kita, makhluk-makhluk dan alam semessta ini.
Kalau Allah yang menjadikan alam ini tidak ada, tentukah alam ini juga tidak akan ada.
Kajian-kajian ilmiah modern membuktikan bahwa tidak mungkin diri kita, makhluk-makhluk
dan alam semesta terjadi secara kebetulan saja. Ia mesti melalui proses penciptaan
pentadbiran yang sangat luar biasa. Kita melihat dengan mata kepala adanya diri kita,
makhluk-makhluk dan alam, ini suatu bukti bahwa ada yang menjadikan. Yang
menjadikannya itulah Allah, Tuhan kita.

Kalau kita melihat suatu rumah yang sudah jadi, bagus kelihatannya sudah barang tentu
kita yakin bahwa ada tukang yang membuatnya. Kita yakin tidak mungkin rumah itu akan
jadi sendiri tanpa ada tukang membuatnya. Begitu juga dengan dunia dan alam semesta
ini, sudah tentu ada yang menjadikannya.

Firman Allah dalam Quran:


Artinya: ”Tiada yang berbisik bertiga melainkan Ia yang keempat, tiada yang berbisik
berempat melainkan Ia yang kelima, tiada yang berbisik berlima melainkan Ia yang
keenam, tiada kurang dari itu, tiada lebih dari itu melainkan Ia bersama dimana mereka
berada”
(Al-Mujadalah: &)

Teranglah bahwa Allah ada dan Ia mengetahui apa yang terjadi di  langit dan di bumi. Ia
mengetahui bisikan-bisikan hati seseorang. Untuk lebih mengenali dan menghayati
wujudnya Allah, Rasulullah menyuruh kita untuk bertafakur:

Terjemahan; Berfikir satu saat itu lebih baik dari ibadah setahun.

Anjuran berfikir bertujuan menyadarkan manusia tentang sifat wujud dan Maha kuasanya
Allah.

Fikirkan pula nikmat-nikmat Allah yang kita gunakan saat ini. Mata, telinga, kaki, tangan
dan semuanya sangat penting untuk keperluan hidup. Allah karuniakan tanpa menagih
bayaran sesen pun dari kita. Apa lagi harga mata, telinga, lidah, hati dan akal yang Allah
karuniakan, sesungguhnya tidak ternilai. Dengan apa akan dibalas pemberian begitu
besar? Fikirkan pula apakah kita sudah berterima kasih kepada Allah? Sudahkah kita
tunaikan suruhan-Nya? Sudah berhentikah kita dari membuat perkara-perkara yang
dilarang-Nya? Cukupkah sudah  bakti kita sebagai hamba, untuk membalas pemurah dan
kasih sayang Allah pemelihara kita itu?

Sesudah berfikir dan membuat kesimpulan, hati terus terbuka, terasa kewujudan,
kepemurahan dan kekuasaan Allah SWT. Selanjutnya hati akan menyadarkan akal
tentang perlunya Allah itu disembah. Hati selanjutnya akan mengarahkan kaki, tangan dan
seluruh anggota lahir menunaikan perintah Allah dan berhenti dari mengerjakan larangan-
laranganNya. Kalau tidak begitu, sangat sesuailah ditangiskan, karena butanya hati
sebenarnya lebih parah dari butanya mata.

Kemudian  dongakkan muka ke langit! Lihat matahari yang naik dan turun, memberi panas
dan menjadikan waktu bermusim-musim, bulan yang mengecil dan membesar,
menjadikan malam kadang-kadang gelap, kadang-kadang terang, menjadikan air laut
pasang dan surut. Lihat bintang – bintang yang berkerdipan, menghias langit indah
berseri-seri. Lihatlah semua itu Sebutlah Allah! Resapkan di hati betapa kuasanya DIA.
Pemurahnya DIA. Dengan itu mudah-mudahan akan lembutlah hati untuk tunduk
menyembah dan mengabdikan diri pada-Nya. Bersabda Rasulullah SAW yang
bermaksud:

”Siapa yang mendongak ke langit, melihat bulan dan bintang, kemudian terasa dihatinya
betapa kuasa-nya Allah, maka sebanyak jumlah bintang-bintang itulah dosanya
diampunkan.”

Demikianlah semua itu membuktikan wujud dan Maha Berkuasanya Allah.

2. Qidam (Terdahulu)

Allah bersifat Qidam, artinya Allah tidak berpermulaan ada-Nya. Mustahil Ia berpermulaan
ada-Nya, karena kalau Ia berpermulaan ada-Nya maka samalah ia dengan makhluk. Kalau
Ia sama dengan makhluk maka Ia bukan Tuhan. Selain dari pada itu, kalau Ia berpermulaan
adaNya, maka siapakah yang menjadikan makhluk yang terdahulu dari padaNya?

Dalil dari Al-Quran atas Qidamnya Allah ialah, Firman-Nya:


Artinya: “Ia-lah (Allah) yang tidak berpermulaan ada-Nya dan pula tidak berkesudaan ada-
Nya, Ia-Lah yang lahir wujud-Nya, Ia-Lah yang tersembunyi (Zat-nya) dan Ia tahu tiap-tiap
sesuatu.”
(Al Hadid:3)

Alam ciptaan Allah ini berpermulaan, Allahlah yang menciptakan semuanya. Begitu teratur
dan canggihnya pentadbiran Allah sehingga sampai sekarang para professor dan scientist
yang mencoba menafikan wujudnya Allah belum dapat membuktikan bahwa alam semesta
ini terjadi sengan sendirinya. Mereka sampai pada kesimpulan bahwa alam ini mesti dicipta
oleh Allah. Hasil kajian ilmiah mereka juga belum dapat mengira berapa banyak alam ini dan
bila alam-alam itu dicipta oleh Allah.

Anda mungkin juga menyukai