س ُجدُوا ِِل َد َم َفس ََجدُوا ِإ اَّل ِإ ْبلِيسَ َأب َٰى وَ اسْ تَ ْكبَرَ وَ َكانَ ِمنَ ا ْل َكا ِف ِرين
ْ وَ ِإ ْذ قُ ْلنَا لِ ْلم َََلئِ َك ِة ا
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka
sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur/sombong dan adalah ia termasuk golongan makhluk
yang kafir.
Takabur atau kesombongan telah menggelapkan iblis untuk mengakui Adam sebagai makhluk Allah yang
juga harus dihormati. Ketika Allah mengeluarkan perintah sujud penghormatan tersebut lalu iblis
menyambutnya dengan penolakan, maka saat itulah iblis sedang mengingkari kebesaran Allah.
Iblis membesarkan diri di hadapan Dzat Yang Mahabesar. Ia hanya melihat kepada siapa ia hormat tapi tidak
mempertimbangkan dari siapa perintah hormat itu keluar.
Jamaah Rahimakumullah
Apa yang diperbuat iblis, bisa juga menimpa kita meski dalam skala dan konteks yang berbeda. Allah,
misalnya, telah memerintahkan kita memuliakan manusia (QS Al-Isra: 70) dan tidak merusak lingkungan (QS
Al-A’raf: 56). Saat kita berperilaku sebaliknya, maka sejatinya kita sedang meneladani jejak iblis yang
durhaka.
Kita hanya percaya akan keberadaan Allah tapi “tidak percaya” akan kebesaran dan kekuasan-Nya. Atau
mungkin percaya namun berhenti di mulut atau dalam kadar angan-angan belaka. Buah dari takbir adalah
mengecilkan diri sendiri untuk semata membesarkan Allah. Dampak lazim dari suasana batin ini adalah tidak
menganggap remeh hal-hal di luar dirinya karena menyadari bahwa semua ini tak lain adalah
hamba Allah rabbul ‘alamin.
Jamaah yang Dimuliakan Allah
Rasulullah pernah menegur sahabat yang mempermainkan anak burung hingga induknya merasa terganggu.
Sikap mengasihi binatang seperti ini hanya bisa dilakukan ketika seseorang tak lagi sibuk membandingkan
dirinya dengan binatang, tapi memandang lebih dalam: siapa yang menciptakan binatang. Itu pula yang
menjadi alasan mengapa Nabi begitu pemaaf dan murah hati terhadap orang-orang kafir yang pernah
memusuhi, bahkan berupaya membunuh beliau; dan kisah-kisah teladan lainnya.
Jamaah yang Berbahagia
Takbir Idul Fitri yang pernah dikumandangkan di awal Syawal seyogianya mengantarkan kita pada
introspeksi diri tentang sejauh mana membesarkan Allah, sejauh mana pula mengenal Dia.
Sebuah takbir yang melunakkan hati kita untuk senantiasa berbuat baik kepada siapa saja atau apa saja.
Dengan demikian, semoga takbir kita tidak hanya menggaung ke angkasa tapi juga membumi dalam wujud
cinta kepada sesama. Wallahu a’lam.