1
Takbir tentu lebih dari sekadar ucapan dan kata-kata. Di balik
anjuran menggemakan takbir ada perintah untuk menganggap
setara, kecil, rendah apa pun yang ada di alam fana ini karena
yang Mahabesar hanya Allah. Dialah penguasa jagat raya ini. Tak
ada satu urusan atau keberadaan pun yang luput dari genggaman-
Nya. Ini pula makna dari rabbul ‘alamin. Allah bukan saja Tuhan
bagi manusia melainkan Tuhan bagi seluruh eksistensi selain diri-
Nya, termasuk hewan, tumbuhan, jin, malaikat, planet-planet,
atmosfer, bumi, langit, surga, neraka, dan lain sebagainya.
Konsekuensi dari keyakinan semacam itu adalah timbulnya sikap
rendah hati. Mengecilkan segalanya, tak terkecuali kekayaan dan
jabatan, untuk semata-mata mengagungkan-Nya. Sikap ini sangat
sulit dilakukan karena musuh terberatnya bukan saja setan,
melainkan juga nafsu diri sendiri. Orang mungkin saja terbebas
dari keraguan mengimani keberadaan Allah seyakin-yakinnya tapi
belum tentu ia berhasil membesarkan-Nya seagung-agungnya.
Orang bisa saja sangat alim, rajin ibadah, mengklaim membela
agama, namun apakah ia sudah benar-benar bersih dari
menganggap lebih rendah orang lain–menganggap diri sendiri
lebih selamat dari yang lain?
Kita tahu, Iblis terjerumus bukan karena ia ingkar atas
keberadaan Allah. Iblis tidak ateis. Mungkin soal ini keimanan
Iblis melebihi manusia biasa. Iblis terhempas ke neraka dan
menjadi makhluk terkutuk selamanya sebab menolak menghormati
Nabi Adam lantaran takabur. Sebagaimana terekam dalam Surat
al-Baqarah ayat 34:
َيس أَبَ ٰى َوا ْستَ ْكبَ َر َو َكانَ ِمنَ ْال َكافِ ِرين
َ َِوإِ ْذ قُ ْلنَا لِ ْل َماَل ئِ َك ِة ا ْس ُجدُوا آِل َد َم فَ َس َجدُوا إِاَّل إِ ْبل
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah mereka
kecuali Iblis; ia enggan dan takabur/sombong dan adalah ia
termasuk golongan makhluk yang kafir”.
2
Takabur atau kesombongan telah menggelapkan Iblis untuk
mengakui Adam sebagai makhluk Allah yang juga harus dihormati.
Ketika Allah mengeluarkan perintah sujud penghormatan tersebut
lalu Iblis menyambutnya dengan penolakan, maka saat itulah Iblis
sedang mengingkari Kebesaran Allah. Iblis membesarkan diri di
hadapan Dzat Yang Mahabesar. Ia hanya melihat kepada siapa ia
hormat tapi tidak mempertimbangkan dari siapa perintah hormat
itu keluar. Di ayat lain, Allah berfirman, “walaqad karramnâ banî
âdam (dan sungguh telah kami muliakan Bani Adam [manusia]).”
Dalam hadits Qudsi Rasulullah pernah menyampaikan:
4
KHUTBAH KEDUA
5
6