Anda di halaman 1dari 3

A.

Tiga Tingkatan Cinta ( Al Maabbah )


Mahabbah ( cinta ) adalah keinginan terhadap sesuatu dan sangat kuat melebihi
yang lainnya atau memiliki nilai khusus tersendiri, sehingga memacu usaha dalam
mendapatkannya. Sedangkan menurut Imam Al-Gazali mahabbah adalah kecendrungan
hati kepada sesuatu. Al-Sarraj ( 377 H ) membagi mahabbah menjadi tiga tingkatan yaitu
:
1. Cinta biasa, yaitu selalu mengingat Tuhan dengan zikir, senantiasa menyebut nama-nama
Allah dan memperoleh kesenangan dalm berdialog dengan Tuhan.
2. Cinta orang siddiq, yaitu orang yang kenal kepada Tuhan, pada kebesaran-Nya tabir yang
memsahkan diri seseorang dari Tuhan dan denagn demikian dapat melihat rahasia-rahasia
pada Tuhan
3. Cinta orang ‘arif, yaitu mengetahui betul Tuhan, yang dilihat dan yang dirasa bukan lagi
cinta, tetapi diri yang dicintai. Akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk ke dalam ciri
yang mencintai.

B. Makna Tawakal dan Landasan Ayat

Kata Tawakal berasal dari Bahasa Arab yaitu Tawakkul yang artinya mewakilkan
atau menyerahkan. Sedangkan pengertian tawakal secara umum adalah berserah diri
sepenuhnya kepada Allah SWT dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan,
atau menanti akibat dari suatu keadaan.
Beberapa dalil mengenai tawakal, diantaranya
1. Surah Al Anfal (8 : 61)
“ Tetapi jika mereka condong ke perdamaian, maka terimalah dan bertawakallah
kepada Allah.”
2. Surah Ali Imran (3 : 122)
“ Ketika dua golongan dari pihak kamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah
adalah penolong mereka. Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang – orang
mukmin bertawakal.”

C. Makna Tauhid dan Implementasinya


Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-
yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali
diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita
jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya”. Secara istilah syar’i, makna tauhid
adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala
kekhususannya.
Tauhid dibagi menjadi tiga pokok utama
1. Tauhid Rububiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang
hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah
Ta’ala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang
mengatur dan mengubah keadaan mereka.
Dalil yang berkaitan :
“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan
gelap dan terang” (QS. Al An’am: 1)

2. Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan


baik yang zhahir maupun batin
Dalil yang berkaitan :
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan” (Al Fatihah: 5)

3. Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah mentauhidkan Allah Ta’ala dalam penetapan
nama dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang Ia tetapkan bagi diri-Nya dalam Al
Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.
Dalil yang berkaitan :
“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya
dengan menyebut nama-nama-Nya” (QS. Al A’raf: 180)

Implementasi dari tauhid yaitu kita selalu terdorong untuk melakukan hal-hal
yang baik misalnya bersikap ramah, menolong orang lain, peduli, empati pada
sesama, dan setersunya. Intinya kehadiran kita di tengah-tengah masyarakat benar-
benar membawa manfaat bagi orang lain, dan bukan sebaliknya.

D. Makna Syirik dan Contoh Syirik


Syirik menurut bahasa berasal dari kata "syarika" artinya bersekutu atau
berserikat. Sedangkan menurut istlilah ialah Mempersekutukan Allah dengan yang lain
atau mempersamakan Allah sebagai pencipta (Al-Khaliq) dengan yang diciptakan
(makhluk) baik zat, sifat, kekuasaan dan sebagainya. Syirik adalah suatu dosa yang amat
besar dan tidak bisa di ampuni oleh Allah. Maka jelaslah bahwa orang yang
mempersekutukan Allah adalah orang yang paling celaka dihadapan Allah.
1. Sembahyang kepada makhluk tak bernyawa
Apakah makhluk itu murni disembah/dipuja atau hanya sebagai simbol
bagi rabb/ilah (tuhan) selain Allah, umpamanya menyembah/memuja patung,
kuburan, pohon, batu, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain.
Penyembahan/pemujaan terhadap makhluk-makhluk tersebut adalah
perbuatan syirik akbar karena telah mengada-adakan dan mengibadati ilah
selain Allah.
2. Mengaku sebagai anak Allah
Baik mengaku secara biologis maupun hanya sekedar kiasan, siapapun yang
mengaku sebagai anak Allah maka ia telah berbuat syirik akbar karena telah
merendahkan Zat Khalik ke level makhluk-Nya.
Berdasarkan firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala: Orang-orang Yahudi dan
Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-
Nya." Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-
dosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi
kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya...
(QS. Al-Maidah: 18)

Anda mungkin juga menyukai