.... ش ره
َ َو
“Iman adalah: engkau beriman kepada Allah, para Malaikat,
kitabkitab, para Rasul-Nya, hari kemudian, dan beriman kepada
takdir yang baik dan yang buruk.”.3
Berkaitan dengan konsep tauhid dalam Islam, perkara inti keimanan selalu
dihubungkan dengan rukun iman yang pertama, yakni beriman kepada Allah.
Keimanan kepada Allah adalah meyakini bahwa Dia itu Esa. Tidak ada yang
menyamai-Nya maupun sederajat dengan-Nya. Allah adalah tempat bergantung
1
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi
sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, para Malaikat, kitabkitab
dan nabi-nabi…” ( QS. Al-Baqarah : 177).
2
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut takdir (ukuran), dan perintah Kami
hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata.” (QS. Al-Qomar: 49-50).
3
Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hambal al-Syaibany, Op.Cit, Jilid 1, hlm. 435, no.367
13
4
Lihat Q., 112:1-4
5
Umar Sulaiman al-Asyqar, Belajar Tentang Allah, Sahara Publisher, Jakarta, 2008, hlm. 350 31 H.
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Mahmud Yunus Wadzurriyyah, 1989), h. 494.
6
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman
(syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orangorang
yang mendapat petunjuk. (QS. Al-An’am: 82).
14
Dalam pembahasan lebih jauh konsep tauhid dalam Islam dibagi menjadi
tiga yakni tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma wa Shifat. Hal demikan ini
berdasarkan kepada siapa seseorang menyembah dan juga pengakuan akan Tuhan
yang Maha Pengatur serta pembahasan akan nama dan sifat-sifat Tuhan.
1) Tauhid Rububiyyah
Beriman kepada Rububiyah Allah maksudnya: beriman sepenuhnya
bahwa Dialah satu-satunya Pengatur alam semesta, tiada sekutu dan tiada
penolong selain Dia. Rabb adalah Zat yang menciptakan, mengatur, memiliki serta
memerintah. Jadi, tidak ada pencipta selain Allah, tidak ada pemilik selain Allah,
dan tidak ada perintah selain perintah-Nya. 7 Allah berfirman:
“…Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanya hak Allah. Maha
suci Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al-A’raf: 54).
Allah berfirman:
"…Yang (berbuat) demikian itulah Allah Rabbmu,
kepunyaanNyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru
(sembah) selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis
kulit ari.” (QS. Fathir: 13).
Tidak ada makhluk yang mengingkari kerububiyahan Allah, kecuali orang
yang congkak sedang ia tidak meyakini kebenaran ucapannya, hal demikan seperti
yang disindir al-Qur’an terhadap apa yang dilakukan Fir`aun ketika berkata
kepada kaumnya bahwa ia adalah tuhan yang paling tinggi. 37
Dalam hal ketauhidan memang tidak bisa dipisahkan antara pengakuan
akan Allah dan hanya menujukan ibadah kepadanya. Oleh karena itu, sebenarnya
seseorang akan disebut musyrik jika hanya mengakui rububiyah Allah, dan disaat
yang bersamaan mereka menyekutukan-Nya dalam uluhiyah (penghambaan).38
Hal ini dikarenakan Allah subhanahu wa ta'ala telah mengabarkan kepada
7
Muhammad, Syarhu usulil Iman,Islamhouse, 2007, hlm. 17
15
manusia melalui kitab-Nya, bahwa kaum musyrikin juga mengakui dan meyakini
bagian tauhid rububiyah ini. Akan tetapi, keyakinan dan pengakuan mereka
tersebut sama sekali tidak bermanfaat bagi mereka, dikarenakan mereka belum
mengesakan Allah dalam ibadah, (yaitu pengertian dari tauhid Uluhiyah). 39
2) Tauhid Uluhiyyah
Beriman kepada Uluhiyyah Allah maksudnya: benar-benar mengimani
bahwa Dialah Ilah yang benar dan satu-satunya, tidak ada sekutu bagi-Nya. AlIlah
artinya “al-ma’luh”, yakni sesuatu yang disembah dengan penuh kecintaan serta
pengagungan. Dengan kata lain tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam
segala bentuk ibadah, maka tidak boleh (haram) seorang hamba mendirikan shalat,
berdoa, berkorban (menyembelih hewan) kecuali hanya untuk Allah dan tidak
pula bertawakkal kecuali hanya kepada Sang Pemilik segala urusan dan ciptaan,
Zat yang mempunyai sifat uluhiyah, yaitu (sifat yang merupakan bagian dari)
sifat-sifat kesempurnaan-Nya yang tidak dimiliki oleh selain-Nya.
Dalam alqur’an banyak menyebutkan akan pentingnya mengesakan Allah,
tidak menyekutukan-Nya dengan apapun. 8 Oleh karena itu, tidak boleh (haram)
bagi seorang hamba menyerahkan apapun dari jenis ibadahnya kepada selain
Allah. Hanya Allah yang berhak memiliki (ibadah hamba-Nya), adapun selainNya
maka tidak berhak sedikitpun. bagian tauhid ini pulalah yang menjadi misi
dakwah semua rasul Allah. 9
Seluruh rasul (utusan Allah), memulai dakwah terhadap kaum mereka
dengan perintah untuk mengesakan Allah dalam segala ibadah, (yaitu pengertian
dari tauhid Uluhiyah). Sebagaimana perkataan Nabi Nuh, Hud, Soleh dan Syu`aib
8
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi)
melainkan Dia, yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” ( QS. Al Baqarah (2): 163).
“Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan
keadilan, para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Maha Perkasa lagi Maha bijaksana.” ( QS.
AlImran :18).
9
4
2
''Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" (QS An-Nahl : 36)
''Katakanlah: "Sesungguhnya Aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.'' (QS Az-Zumar : 11)
16
10
“Allah mempunyai sifat yang Maha tinggi; Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. An- Nahl: 60).
“… tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha
Melihat.” ( QS. Asy-syura: 11).
11
“ Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, barangsiapa menghitungnya,
maka akan masuk surga dan Allah itu witir (ganjil) dan menyukai hal-hal yang (berjumlah)
ganjil.” (Muttafaq alaih).
12
“Allah tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi
terusmenerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.” (QS.Al-Baqarah:255).
52
Tarmizi, Arkanul Iman, Almaktab al-Ta’awuni, Riyadh, 2007, hlm.16
17
2. Sesungguhnya Allah mutlak suci dari segala sifat kekurangan dan sifat cacat,
seperti; tidur, lemah, bodoh, dzalim dan lain-lain, sebagaimana Dia maha suci dari
menyerupai semua makhluk. Maka dari itu, Islam mewajibkan untuk menafikan
segala sifat yang telah Allah nafikan dari diri-Nya dan yang dinafikan oleh
rasulNya, serta meyakini bahwa Allah memiliki sifat kesempurnaan, kebalikan
dari apa yang telah dinafikan-Nya. Sebagai contoh: Ketika seseorang menafikan
27
BAB III
TAUHID DALAM AGAMA KRISTEN
1) Trinitas
1
Dalam ilmu perbandingan agama, agama Abrahamik -- yang sering pula disebut sebagai agama
samawi -- adalah setiap agama yang muncul dari suatu tradisi Semit kuno yang ditelusuri oleh para
pemeluknya kepada Abraham atau Ibrahim, seorang leluhur yang kisah hidupnya diceritakan di
dalam Alkitab Ibrani/Perjanjian Lama, dan sebagai seorang nabi di dalam Al Qur'an dan juga
disebut nabi dalam Kitab Kejadian 20:7.
28
dalam Perjanjian Baru, umat Kristen meyakini bahwa Yesus adalah Mesias 2 yang
dinubuatkan dalam Perjanjian Lama (atau Kitab suci Yahudi). Kekristenan adalah
monoteisme, yang percaya akan tiga pribadi (secara teknis dalam bahasa Yunani
hypostasis)3 Tuhan atau Tritunggal. Secara historis Tritunggal dipertegas pertama
kali pada Konsili Nicea Pertama (325) yang dihimpun oleh Kaisar Romawi
Konstantin I.4
Tritunggal atau Trinitas adalah doktrin Iman Kristen yang mengakui Satu
Allah Yang Esa, namun hadir dalam Tiga Pribadi: Allah Bapa dan Putra dan Roh
Kudus, dimana ketiganya adalah sama esensinya, sama kedudukannnya, sama
kuasanya, dan sama kemuliaannya. Istilah Tritunggal (Inggris: trinity, Latin:
trinitas) mengandung arti tiga Pribadi dalam satu kesatuan esensi Allah.
Sedangkan istilah "pribadi" dalam bahasa Yunani adalah hipostasis,
diterjemahkan ke Latin sebagai persona (Inggris: Person).
Sejak awal abad ketiga tersebut, doktrin Tritunggal telah dinyatakan
sebagai "Satu keberadaan (Yunani: ousia, Inggris: beeing) Allah di dalam tiga
Pribadi dan satu substansi (natur), Bapa, Anak, dan Roh Kudus ". akan tetapi bila
2
Mesias (berasal dari bahasa Ibrani mashiah) berarti "yang diurapi". Di dalam bahasa Yunani,
kata mesias diterjemahkan dengan kata kristos, dan dari situlah dikenal sebutan Kristus yang
menjadi salah satu gelar Yesus. Sebutan mesias berakar dari pengertian Yahudi mengenai seorang
tokoh pada masa depan yang akan datang sebagai wakil Allah untuk membawa keselamatan bagi
umat Yahudi. Konsep mesianik ini dikenal juga di dalam agama-agama yang berakar dari
Abraham, yakni kekristenan dan Islam. Di dalam kekristenan, Yesus Kristus dianggap sebagai
mesias yang telah dinanti-nantikan untuk membawa keselamatan dari Allah kepada manusia.
Sedangkan di dalam Islam, konsep mesianik terdapat di dalam pemahaman Islam mengenai
Isa/Yesus yang akan datang pada hari penghakiman untuk mengalahkan dajjal. Pemahaman ini
tidak terdapat di dalam Quran, melainkan bersumber dari Hadis. (Wikipedia/Mesias)
3
Hypostasis berasal dari bahasa Yunani yang berarti substansi atau hakikat. Tokoh yang
menggunakan istilah ini ialah Tatianus dan Origenes pada abad ke-4. Pada tahun 381, Konsili
Konstantinopel menerima istilah ini sebagai istilah resmi untuk menjelaskan masalah Trinitas
4
5
9
Muhammad al-husaini Ismail, Kebenaran Mutlak: tuhan, agama, & hakikat manusia,
penerjemah: Alimin, Jakarta, Sahara Publisher, 2006, hlm. 364.
29
melihat sejarahnya, ternyata konsep ketuhanan ini ada karena campur tangan
dengan kepentingan tertentu.
2) Nontrinity (anti-Tritunggal)
5
Doa Syahadat Nicea atau Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel, merupakan hasil dari dua
konsili ekumenis yang berlangsung di Nicea pada tahun 325 dan Konstantinopel pada tahun 381
30
b. Argumen Elohim
Anti-Tritunggal menyanggah pernyataan bahwa kata "Elohim"
menandakan kemajemukan, karena hampir di semua bagian dari Alkitab "Elohim"
selalu disandingkan dengan kata kerja tunggal. Anti-Tritunggal berargumen
bahwa penggunaan kata "Elohim"6 lebih ditujukan sebagai penghormatan kepada
6
Bentuk jamak dari ‘el’ adalah kata ‘elohim’. Pada teks-teks kuno Perjanjian Lama, Yahwe,
Allahnya Israel diakui sebagai Allah tertinggi meskipun dalam nats tertentu memakai kata ‘elohim’
(jamak), seperti dalam Keluaran 18:11,12:12,20:3, dst. Kata ‘elohim’ dipergunakan oleh bangsa
Israel bukan dalam pengertian matematis. ‘Elohim’ digunakan oleh bangsa Israel untuk
31
"Tuhan Yang Esa." 7 Lebih lanjut lagi, anti-Tritunggal juga beranggapan bahwa
interpretasi kata "Elohim" sebagai kata majemuk akan mengacaukan interpretasi
bagian lain dari Alkitab yang menyatakan Tuhan dengan kosakata non-majemuk
"El." Sebagai contoh, pada Kejadian 17:1 Tuhan disebut dengan "El" (tunggal)
dan Dia menyatakan bahwa "Akulah Allah Yang Mahakuasa"; jika menggunakan
interpretasi Tritunggal, maka salah Satu Pribadi dari Yang Tiga telah merendahkan
Dua Pribadi yang lainnya dengan menyatakan bahwa Dialah Yang Mahakuasa
(paling berkuasa atas segala sesuatu).
Dari paparan diatas, secara singkat dapat diketahui perbedaan mendasar
antara Tritunggal dan anti-Tritunggal yang berbeda secara fundamental dalam
konsep Tuhan.
menyatakan seluruh keagungan dan seluruh kepenuhan keilahian ada pada pribadi-Nya. Dengan
demikian, meskipun kata ‘elohim’ berbentuk jamak, tetapi pengertiannya tunggal.
7
Penjelasan Frans Donald, Jemaat Kristen Tauhid bandingkan dengan Samuel Santoso. Yahwe,
El, dan Nama Tuhan dalam buku Berteologi di Tengah Perubahan. Jakarta: 2007 Komisi
Pengkajian Teologi GKI Sinode Wilayah JABAR.
32
B. Karakteristik Allah
Tidak ada seorang manusia pun yang pernah bertemu dengan Allah, yaitu
Bapa Yahweh (1Timotius 6:16). Yesus sendiri mengajarkan bahwa : “… kamu
tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat”
(Yohanes 5:37). Raja Salomo menyatakan bahwa bumi tidak akan sanggup
menerima kehadiran Allah (1Raja 8:27). Yahweh tidak pernah turun ke bumi.
Semua catatan para bapa dan nabi yang seolah-olah bertemu langsung dengan
Yahweh adalah pertemuan dengan malaikat yang membawa nama (kemuliaan)
Yahweh. Misalnya Musa yang dicatat memandang Allah ternyata bertemu
malaikat Yahweh. Berkaitan dengan ini, Yohanes menjelaskan dengan ringkas:
tidak ada seorang pun yang melihat Allah, tetapi kehendak Allah dinyatakan oleh
Yesus (Yohanes 1:18).
Dalam kaitannya dengan ketuhanan, Kristen Tauhid menyatakan tidak
pernah mendapatkan pernyataan yang detail tentang Allah, maka Kristen ini tidak
akan pernah mau membicarakan tentang seperti apa Allah itu kecuali bahwa Dia
adalah Allah yang berpribadi (mengggunakan kata “Aku”, Keluaran 3:14);
).
merupakan kata bilangan dari kata ahad, artinya SATU. Contoh kata yang
menggunakan kata echad:
….. namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang
daripada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita
hidup …….
Kristen Tauhid selalu merujuk kepada Alkitab, dalam hal ini mereka
membedakan antara nama dan gelar. Nama pribadi Allah dalam Bahasa Ibrani
terdiri dari 4 huruf: YHWH, seperti yang diberikan kepada Musa sewaktu Musa
menanyakan siapa nama-Nya di dalam Kitab Keluaran. Nama ini yang sangat
takut diucapkan oleh orang Ibrani (Israel) sehingga mereka hanya menggunakan
kata Adonai (tuan, tuanku) saat membaca tulisan YHWH (Yahweh) di kitab suci.
8
Dalam Alkitab bahasa Indonesia, kata YHWH ditulis TUHAN (semua huruf
besar), sedangkan kata "Allah" dipakai untuk kata Ibrani "El" atau
"Elohim". Untuk kata sebutan "Allah" banyak istilah dalam bahasa Ibrani. Kata
Adonai atau El dan sebagainya untuk diucapkan tidaklah ditakuti oleh orang
Ibrani.
Berikut ini adalah penyebutan Dalam bahasa Ibrani, kata Allah disebut
dengan berbagai kata dan inilah yang disebut dengan gelar:
• Adonai, Tuan atau Tuanku atau Allah yang Perkasa
8
Wawancara kepada Aryanto Nugroho, pendeta Kristen Tauhid
34
Pertanyaan yang muncul di benak orang Kristen jika Kristen Tauhid telah
menjelaskan bahwaYahweh (YHWH) adalah Bapa dan Bapa adalah satu-satunya
Allah yang benar, pastilah “kalau begitu, siapakah Yesus Kristus itu?” bukankah
menurut doktrin tritunggal, Yesus adalah Allah?
Dalam memahami hal ini dapat dikatakan “Yesus itu Yahweh atau bukan?”
Dari ayat-ayat sebelumnya, diketahui bahwa Yesus selalu memanggil Yahweh
sebagai Bapanya. Dalam hal ini harus diteliti apakah Yesus itu identik dengan
Bapanya.
Dalam hal ini Kristen Tauhid menyatakan bahwa Yesus tidaklah identik
dengan Bapa. Berdasarkan:
9
Di antara orang-orang bijaksana di antara kami, sebagian menyatakan Roh Kudus adalah kuasa
(energeia, power), sebagian lainnya mahluk (creature), sebagian lainnya Allah, dan masih banyak
yang belum mau menentukan pendapatnya sebagai penghormatan terhadap Kitab Suci yang tidak
berbicara terus terang terhadap masalah ini (The New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious
Knowledge, 1963, Jilid 7:112)
BAB IV
PERBANDINGAN KONSEP TAUHID
ANTARA KRISTEN TAUHID DAN ISLAM
56
B. Perbedaan Konsep Tauhid (Esa) dalam Islam dan Kristen Tauhid
Walaupun sama dalam beberapa hal diatas, konsep ketauhidan atau
ketuhanan antara Kristen Tauhid dan Islam memiliki perbedaan yang perlu
diperhatikan. Dalam penyebutan terhadap Tuhan, kedua agama ini menggunakan
kata Allah. Akan tetapi pemahaman dari kedua agama tersebut akan kata Allah
57
Allah sendiri dalam Kristen Tauhid bukanlah nama dari Tuhan, akan tetapi
hanya penyebutan hamba saja kepada Dia. Sebenarnya menurut Kristen ini, ada
dua pembedaan tentang penyebutan hamba kepada Tuhannya, yakni (pertama)
nama, dan nama Tuhan yang mereka sembah adalah YHWH (Yahweh) adapun
(kedua) selain ini mereka ketegorikan sebagai gelar Tuhan seperti Adonai el Rafa
dan lain sebagainya. Dengan demikian, kata Allah dalam Kristen ini dapat
disamakan dengan kata Tuhan dan juga kata Allah bukan termasuk kategori
pertama ataupun kedua. Untuk lebih jelasnya tentang hal ini dapat difahami dari
jawaban dari pertanyaan;” siapakah Allahmu ?”, mereka akan menjawab;”Allah
kita adalah YHWH (Yahweh).”
Berbeda dengan Kristen Tauhid, dalam Islam, Kata ‘Allah’ merupakan
nama Tuhan yang paling populer. Dalam Islam tidak dikenal YHWH (Yahweh).
Apabila dikatakan :”Allah..”, maka apa yang diucapkan itu telah mencakup semua
nama-nama-Nya yang lain, sedangkan bila seseorang mengucapkan nama-
namaNya yang lain – misalnya ‘ar-Rahmaan’, ‘al-Malik’ dan sebagainya – maka
ia hanya menggambarkan sifat Rahman, atau sifat kepemilikan-Nya. Disisi lain,
tidak satupun dapat dinamakan Allah, baik secara hakikat maupun secara majazi,
sedangkan sifat-sifat-Nya yang lain – secara umum – dapat dikatakan bisa
58
Pengguna Bahasa Arab mengakui bahwa Tuhan yang dikenal dalam benak
mereka adalah Tuhan Pencipta, berbeda dengan tuhan-tuhan (aliihah/bentuk
jamak dari ilaah) yang lain. Selanjutnya dalam perkembangannya lebih jauh dan
dengan alasan mempermudah, ‘hamzah’ yang berada antara dua ‘laam’ yang
dibaca ‘i’ pada kata ‘al-Ilaah’ tidak dibaca lagi, sehingga berbunyi ‘Allah’ dan
sejak itulah kata ini seakan-akan telah merupakan kata baru yang tidak memiliki
akar kata, sekaligus sejak itu pula kata ‘Allah’ menjadi nama khusus bagi Pencipta
dan Pengatur alam raya yang wajib wujud-Nya.
Dari paparan diatas itulah yang membedakan kata Allah dalam Kristen
Tauhid dan Islam. Dapat disimpulkan jika dalam Kristen kata allah masih bersifat
umum yakni dengan padanan god dalam bahasa inggris atau tuhan dalam bahasa
Indonesia atau dengan kata lain jika dilihat dari pemahaman mereka ternyata allah
dan ilah adalah sama, maka dalam Islam kata Allah ini adalah kata khusus yang
hanya diperuntukkan bagi Dia. Allah tidaklah sama dengan kata god ataupun
tuhan, tetapi jika ditanya, “siapakah ‘god’mu atau siapakah tuhanmu?” maka
muslim akan menjawab; “Allah”.
Lebih lanjut, dalam Islam ulama berpendapat bahwa kata ‘Ilaah’ yang
darinya terbentuk kata ‘Allah’ berakar dari kata ‘al-Ilaahah’, ‘al-Uluuhah’ dan ‘al-
Uluuhiyyah’ yang kesemuanya menurut mereka bermakna
‘ibadah/penyembahan’, sehingga ‘Allah’ secara harfiah bermakna ‘Yang
Disembah’. Ada juga yang berpendapat bahwa kata tersebut berakar dari kata
‘Alaha’ dalam arti ‘mengherankan’ atau ‘menakjubkan’ karena segala
perbuatan/ciptaan-Nya menakjubkan atau karena bila dibahas hakekat-Nya akan
mengherankan akibat ketidak-tahuan makhluk tentang hakekat zat Yang Maha
Agung itu. Apapun yang terlintas dalam benak menyangkut hakekat zat Allah,
maka Allah tidak demikian. Itu sebabnya dalam Islam ditemukan riwayat yang
menyatakan :”Berpikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan berpikir
tentang Zat-Nya”.
Ada juga yang berpendapat bahwa kata ‘Allah’ terambil dari akar kata
‘Aliiha Ya’lahuu” yang berarti ‘tenang’, karena hati menjadi tenang bersama-Nya,
atau dalam arti ‘menuju’ dan ‘bermohon’ karena harapan seluruh makhluk tertuju
kepada-Nya dan kepada-Nya jua makhluk bermohon.
60
Dari segi makna dapat dikatakan bahwa kata ‘Allah’ mencakup segala
sifat-sifat-Nya, bahkan Dia-lah yang menyandang nama-nama tersebut, karena itu
jika dikatakan “Yaa..Allah..”, maka semua nama-nama/sifat-sifat-Nya telah
tercakup oleh kata tersebut. Disisi lain, jika dikatakan ‘ar-Rahiim’, maka
sesungguhnya yang dimaksud adalah Allah. Demikian juga ketika disebut
‘alMuntaqim’ (yang membalas kesalahan), namun kandungan makna ‘ar-Rahiim’
(Yang Maha Pengasih) tidak tercakup didalam pembalasan-Nya, atau sifat-
sifatNya yang lain. Itulah salah satu sebab mengapa dalam syahadat Islam
seseorang selalu harus menggunakan kata ‘Allah’ ketika mengucapkan ‘Asyhadu
an Laa Ilaaha Illa-llaah’ dan tidak dibenarkan menggantinya dengan nama-nama-
Nya yang lain.
Demikianlah Allah, karena itu tidak heran jika ditemukan sekian banyak
ayat di dalam Al-Qur’an yang memerintahkan orang-orang beriman agar
memperbanyak zikir dengan menyebut nama Allah.1
Melihat perbedaan nama dan gelar yang diperuntukkan bagi Tuhan antara
Kristen Tauhid dan Islam, juga nampak dari sebutan Bapa untuk Allah. Demikian
ini dapat dilihat dari perkataan Yesus yang menjelaskan bahwa dia akan pergi
kepada “Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu”2. Selain itu, Yesus
juga menyatakan bahwa “hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa”3.
Berbeda dengan Kristen, dalam Islam tidak dikenal istilah Bapa untuk Allah.
1
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an, buku 1, Jakarta,
Lentera Hati, 2002, hlm. 20-22
2
lihat Yohanes 20:17 "Kata Yesus kepadanya: 'Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum
pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka,
bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.'"
3
lihat 1 Korintus 8:6 "namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya
berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus
Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup."
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan pembahasan pada bab-bab sebelumnya di bawah
judul “Perbandingan Konsep Tauhid Antara Kristen Tauhid Dan Islam dengan
memperhatikan pokok permasalahan yang diangkat, maka penulis dapat
menarik kesimpulan Sebagai Berkut:
1. Perbandingan antara konsep Tauhid yang ada dalam Islam dan Kristen
Tauhid adalah keduanya menyatakan bahwa Allah itu Esa. Tidak ada yang
dapat menyamai-Nya. Seluruh ibadah harus ditujukan kepada Allah,
Tuhan semesta alam, bukan kepada malaikat ataupun yang lainnya bahkan
Yesus sekalipun. Perbedaan hanya pada sebutan untuk Tuhan. Jika dalam
Islam Tuhan adalah Allah, maka dalam Kristen ini Tuhan adalah YHWH
(Yahweh), sedangkan kata Allah menurut Kristen Tauhid sama dengan
kata Tuhan, ataupun God. Dalam hal Yesus, jika dalam Islam Yesus (Isa)
adalah manusia biasa yang diangkat menjadi nabi, maka dalam Kristen ini
Yesus dulu adalah malaikat dan setelah dilahirkan di bumi, dia adalah
manusia yang ilahiah.
B. Saran-saran
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan terhadap “Perbandingan
Konsep Tauhid Antara Kristen Tauhid Dan Islam maka penulis mengajukan
saran-saran berikut:
1. Kepada para pengikut Kristen Tauhid, setelah mempelajari Bible agar juga
mempelajari agama Islam, karena dalam agama Kristen sudah terjadi
perubahan-perubahan dalam ajarannya, diharapkan dengan mempelajari
agama Islam akan menemukan apa yang dirindukan, yakni mutiara yang
dibagikan oleh Abraham, mutiara agama yang lurus.
74
75
Berkat petunjuk dan pertolongan Allah S.W.T. disertai usaha yang penuh
kesungguhan, maka penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana yang
penulis sajikan sekarang. Hanya kepada Allah-lah penulis memohon rahmat
dan hidayah-Nya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya. Segala arahan dan saran dari pembaca
sangat penulis harapkan demi karya yang lebih baik di kemudian hari.
74