Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TAUHID DALAM AGAMA ISLAM

A. Konsep tauhid dalam Islam


Dalam Islam dikenal istilah Aqidah Islamiyyah yang dasarnya adalah iman
kepada Allah, iman kepada para Malaikat, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman
kepada para Rasul-Nya, iman kepada hari akhir1, dan iman kepada takdir yang
baik dan yang buruk. 2 Dasar-dasar ini telah dijelaskankan oleh Al-Qur’an dan
sunnah Rasul-Nya. Dasar keimanan ini hal krusial bagi seseorang jika ingin
dianggap sebagai mu’min, dasar iman ini kemudian lebih dikenal dengan istilah
rukun iman.
Diantara dalil yang menunjukkan apa itu iman, diajarkan oleh Nabi disaat
menjawab pertanyaan Malaikat jibril tentang iman :

‫ وال َق َد ِر ُكل‬،‫رس ِله َواليَ ْـوم ْاْل ِخ ِر‬ ِ ِ ِ ِ ِ


ُ ‫ال ْْإميا ُن أ ْن تُ ْـؤم َن ابﷲ َوَمالئ َكته وُكتبه َو‬...
‫ِه َخ ْْيِه‬

.... ‫ش ره‬
َ ‫َو‬
“Iman adalah: engkau beriman kepada Allah, para Malaikat,
kitabkitab, para Rasul-Nya, hari kemudian, dan beriman kepada
takdir yang baik dan yang buruk.”.3

Berkaitan dengan konsep tauhid dalam Islam, perkara inti keimanan selalu
dihubungkan dengan rukun iman yang pertama, yakni beriman kepada Allah.
Keimanan kepada Allah adalah meyakini bahwa Dia itu Esa. Tidak ada yang
menyamai-Nya maupun sederajat dengan-Nya. Allah adalah tempat bergantung

1
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi
sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, para Malaikat, kitabkitab
dan nabi-nabi…” ( QS. Al-Baqarah : 177).

2
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut takdir (ukuran), dan perintah Kami
hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata.” (QS. Al-Qomar: 49-50).

3
Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hambal al-Syaibany, Op.Cit, Jilid 1, hlm. 435, no.367
13

bagi semua makhluk, tidak beristri, beranak apalagi diperanakkan. 4 Dalam


alQur’an sangat jelas disebutkan ketauhidan ini dengan sifat-sifat kesempurnaan
Allah, Dia yang Maha tinggi, Maha pencipta Tunggal, Pemberi kehidupan dan
kematian, Penopang seluruh langit dan bumi dan Tidak beriman seseorang yang
tidak secara mutlak mengetahui bahwa Allah adalah Maha Agung, tidak ada yang
menyamainya suatu apapun.5
Kata tauhid berasal dari bahas Arab: tauhiid yang merupakan bentuk isim
masdar dari kata wahhada mengikuti wazan Fa’’ala yang memberikan arti
mengesakan.31 Ketauhidan ini juga dirumuskan dengan sebuah kalimat yang
terkenal yang menjadi landasan keimanan Islam. Kalimat ini dikenal dengan
istilah ‘kalimat tauhid’. Isi kalimat tauhid ini adalah; la ilaha illallah (tidak ada
Tuhan selain Allah). Kalimat ini menyimpulkan dan meliputi keimanan dan juga
kalimat ini adalah slogan dan dasar Islam.

Dengan demikian, walaupun seseorang yang mengucapkan kalimat tauhid


ini, mendirikan shalat, berpuasa, berhaji dan bersedekah namun bersamaan
dengan hal tersebut mereka memalingkan sebagian dari ibadah kepada selain
Allah, maka mereka yang mengerjakan perbuatan seperti ini sebenarnya belum
mewujudkan makna ‫ إ إ ﷲ‬sebab kalimat tersebut menuntut mengesakan
Allah dalam beribadah dan memalingkan segala bentuk ibadah hanya kepada
Allah semata dan orang yang memalingkan bagian tertentu dari ibadah ini kepada
selain Allah maka dia dianggap musyrik sekalipun dirinya mengucapkan ‫ﷲ إ إ‬
mendirikan shalat, berpuasa dan mengakui dirinya sebagai muslim.
Sesungguhnya dalam Islam, seorang hamba tidak dikatakan sebagai muslim yang
sebenarnya dan tidak akan selamat dari kekekalan di dalam api neraka Jahannam
kecuali dengan iman yang bersih dalam ketauhidannya dan tidak bercampur
kesyirikan.6

4
Lihat Q., 112:1-4
5
Umar Sulaiman al-Asyqar, Belajar Tentang Allah, Sahara Publisher, Jakarta, 2008, hlm. 350 31 H.
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Mahmud Yunus Wadzurriyyah, 1989), h. 494.
6
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman
(syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orangorang
yang mendapat petunjuk. (QS. Al-An’am: 82).
14

Maka disimpulkan barangsiapa yang beribadah kepada Allah SWT. dan


disertai dengan ibadah kepada selain Allah SWT. maka ibadah tersebut tidak
memberikan manfaat apapun baginya.

Dalam pembahasan lebih jauh konsep tauhid dalam Islam dibagi menjadi
tiga yakni tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma wa Shifat. Hal demikan ini
berdasarkan kepada siapa seseorang menyembah dan juga pengakuan akan Tuhan
yang Maha Pengatur serta pembahasan akan nama dan sifat-sifat Tuhan.

1) Tauhid Rububiyyah
Beriman kepada Rububiyah Allah maksudnya: beriman sepenuhnya
bahwa Dialah satu-satunya Pengatur alam semesta, tiada sekutu dan tiada
penolong selain Dia. Rabb adalah Zat yang menciptakan, mengatur, memiliki serta
memerintah. Jadi, tidak ada pencipta selain Allah, tidak ada pemilik selain Allah,
dan tidak ada perintah selain perintah-Nya. 7 Allah berfirman:
“…Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanya hak Allah. Maha
suci Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al-A’raf: 54).
Allah berfirman:
"…Yang (berbuat) demikian itulah Allah Rabbmu,
kepunyaanNyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru
(sembah) selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis
kulit ari.” (QS. Fathir: 13).
Tidak ada makhluk yang mengingkari kerububiyahan Allah, kecuali orang
yang congkak sedang ia tidak meyakini kebenaran ucapannya, hal demikan seperti
yang disindir al-Qur’an terhadap apa yang dilakukan Fir`aun ketika berkata
kepada kaumnya bahwa ia adalah tuhan yang paling tinggi. 37
Dalam hal ketauhidan memang tidak bisa dipisahkan antara pengakuan
akan Allah dan hanya menujukan ibadah kepadanya. Oleh karena itu, sebenarnya
seseorang akan disebut musyrik jika hanya mengakui rububiyah Allah, dan disaat
yang bersamaan mereka menyekutukan-Nya dalam uluhiyah (penghambaan).38
Hal ini dikarenakan Allah subhanahu wa ta'ala telah mengabarkan kepada

7
Muhammad, Syarhu usulil Iman,Islamhouse, 2007, hlm. 17
15

manusia melalui kitab-Nya, bahwa kaum musyrikin juga mengakui dan meyakini
bagian tauhid rububiyah ini. Akan tetapi, keyakinan dan pengakuan mereka
tersebut sama sekali tidak bermanfaat bagi mereka, dikarenakan mereka belum
mengesakan Allah dalam ibadah, (yaitu pengertian dari tauhid Uluhiyah). 39

2) Tauhid Uluhiyyah
Beriman kepada Uluhiyyah Allah maksudnya: benar-benar mengimani
bahwa Dialah Ilah yang benar dan satu-satunya, tidak ada sekutu bagi-Nya. AlIlah
artinya “al-ma’luh”, yakni sesuatu yang disembah dengan penuh kecintaan serta
pengagungan. Dengan kata lain tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam
segala bentuk ibadah, maka tidak boleh (haram) seorang hamba mendirikan shalat,
berdoa, berkorban (menyembelih hewan) kecuali hanya untuk Allah dan tidak
pula bertawakkal kecuali hanya kepada Sang Pemilik segala urusan dan ciptaan,
Zat yang mempunyai sifat uluhiyah, yaitu (sifat yang merupakan bagian dari)
sifat-sifat kesempurnaan-Nya yang tidak dimiliki oleh selain-Nya.
Dalam alqur’an banyak menyebutkan akan pentingnya mengesakan Allah,
tidak menyekutukan-Nya dengan apapun. 8 Oleh karena itu, tidak boleh (haram)
bagi seorang hamba menyerahkan apapun dari jenis ibadahnya kepada selain
Allah. Hanya Allah yang berhak memiliki (ibadah hamba-Nya), adapun selainNya
maka tidak berhak sedikitpun. bagian tauhid ini pulalah yang menjadi misi
dakwah semua rasul Allah. 9
Seluruh rasul (utusan Allah), memulai dakwah terhadap kaum mereka
dengan perintah untuk mengesakan Allah dalam segala ibadah, (yaitu pengertian
dari tauhid Uluhiyah). Sebagaimana perkataan Nabi Nuh, Hud, Soleh dan Syu`aib

8
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi)
melainkan Dia, yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” ( QS. Al Baqarah (2): 163).
“Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan
keadilan, para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Maha Perkasa lagi Maha bijaksana.” ( QS.
AlImran :18).
9

4
2
''Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" (QS An-Nahl : 36)
''Katakanlah: "Sesungguhnya Aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.'' (QS Az-Zumar : 11)
16

yang memerintahkan umatnya untuk menyembah Allah. : "Wahai kaumku


sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain- Nya." (QS Al-A'raf :
85, 65, 73 dan 85) Dan sebagaimana sabda Nabi s.a.w., ''Sesungguhnya aku
(Muhammad) diutus untuk memerangi manusia, sehingga mereka bersyahadat

3) Tauhid Asma’ wa Shifat


Iman kepada Asma’ (nama-nama) dan sifat-sifat Allah, yakni: pertama,
dengan menetapkan nama-nama48 dan sifat-sifat 10 yang sudah ditetapkan Allah
untuk diri-Nya dalam kitab suci-Nya atau sunnah Rasul-Nya dengan cara yang
sesuai dengan kebesaran-Nya tanpa tahrif (penyelewengan makna), ta’thil
(menafikan makna), takyif (menanyakan bagaimana?), dan tamsil
(menyerupakan). Kedua: Meyakini bahwa hanya Allah subhanahu wataala
satusatunya yang memiliki nama-nama yang paling agung dan sifat-sifat yang
paling sempurna, yang sebagiannya telah Allah jelaskan, baik dalam Al-Qur’an
maupun sunah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Keyakinan akan tauhid ini dibangun di atas dua unsur pokok:
1. Sesungguhnya Allah memiliki nama-nama yang mulia dan sifat-sifat yang
agung lagi sempurna, tidak ada sedikitpun kekurangan, dan tidak ada satupun
makhluk yang menyerupai dan menyukutui- Nya dalam sifat-sifat tersebut.11 Dan
di antara nama-nama Allah itu; Al-Hayyu (Yang Maha Hidup), maka Allah
memiliki sifat Al-Hayat (hidup) yang wajib ditetapkan kepada-Nya secara
sempurna dan layak. Yaitu hidup yang sempurna, lagi abadi, yang terhimpun pada-
Nya berbagai macam kesempurnaan, seperti berilmu, berkuasa dan lainnya.
Hidup-Nya tidak ada permulaan dan tidak ada kesudahan. 12

10
“Allah mempunyai sifat yang Maha tinggi; Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. An- Nahl: 60).
“… tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha
Melihat.” ( QS. Asy-syura: 11).
11
“ Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, barangsiapa menghitungnya,
maka akan masuk surga dan Allah itu witir (ganjil) dan menyukai hal-hal yang (berjumlah)
ganjil.” (Muttafaq alaih).
12
“Allah tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi
terusmenerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.” (QS.Al-Baqarah:255).
52
Tarmizi, Arkanul Iman, Almaktab al-Ta’awuni, Riyadh, 2007, hlm.16
17

2. Sesungguhnya Allah mutlak suci dari segala sifat kekurangan dan sifat cacat,
seperti; tidur, lemah, bodoh, dzalim dan lain-lain, sebagaimana Dia maha suci dari
menyerupai semua makhluk. Maka dari itu, Islam mewajibkan untuk menafikan
segala sifat yang telah Allah nafikan dari diri-Nya dan yang dinafikan oleh
rasulNya, serta meyakini bahwa Allah memiliki sifat kesempurnaan, kebalikan
dari apa yang telah dinafikan-Nya. Sebagai contoh: Ketika seseorang menafikan
27

BAB III
TAUHID DALAM AGAMA KRISTEN

A. Konsep Tuhan Dalam Agama Kristen


Sejarah gereja Kristen sepanjang dua ribu tahun mulai dari Israel hingga
ke Eropa, sangat menarik untuk dicermati. Sejarah gereja dipengaruhi oleh
tokohtokoh gereja yang tidak terbilang banyaknya, dan juga menimPbulkan
kejadiankejadian yang mengubah alur sejarah dunia. telah disebutkan sebelumnya
bahwa keimanan Islam memiliki akar persambungan dengan iman Ibrahim,
demikian juga agama Kristen. kristen secara historis diketahui diturunkan di
tengah-tengah Israel yang notabenenya adalah Yahudi. Kristen turun bertujuan
untuk meneruskan iman akan keesaan yang telah ada pada umat Yahudi. Akan
tetapi Yesus diangggap sebagai perusak dan kemudian dihukum. Secara singkat,
kemudian Kristen menyebar dan berkembang sampai ke penjuru dunia. Akan
tetapi, dalam hal ajarannya, sejarah menunjukkan terjadinya perubahan-
perubahan dalam agama ini, terutama dalam hal ketuhanan. Diantaranya adalah
konsep Trinitas, konsep tiga tuhan. Berlawanan dengan kelompok pendukung
trinitas, dalam Kristen ada pula kelompok yang menyatakan secara tegas
penolakan terhadap trinitas yang kemudian disebut dengan kelompok nontrinity.

1) Trinitas

Agama Kristen termasuk salah satu dari agama Abrahamik 1


yang
melandaskan keyakinannnya dalam hidup, ajaran, kematian dengan penyaliban,
kebangkitan, dan kenaikan Yesus dari Nazaret ke surga, sebagaimana dijelaskan

1
Dalam ilmu perbandingan agama, agama Abrahamik -- yang sering pula disebut sebagai agama
samawi -- adalah setiap agama yang muncul dari suatu tradisi Semit kuno yang ditelusuri oleh para
pemeluknya kepada Abraham atau Ibrahim, seorang leluhur yang kisah hidupnya diceritakan di
dalam Alkitab Ibrani/Perjanjian Lama, dan sebagai seorang nabi di dalam Al Qur'an dan juga
disebut nabi dalam Kitab Kejadian 20:7.
28

dalam Perjanjian Baru, umat Kristen meyakini bahwa Yesus adalah Mesias 2 yang
dinubuatkan dalam Perjanjian Lama (atau Kitab suci Yahudi). Kekristenan adalah
monoteisme, yang percaya akan tiga pribadi (secara teknis dalam bahasa Yunani
hypostasis)3 Tuhan atau Tritunggal. Secara historis Tritunggal dipertegas pertama
kali pada Konsili Nicea Pertama (325) yang dihimpun oleh Kaisar Romawi
Konstantin I.4
Tritunggal atau Trinitas adalah doktrin Iman Kristen yang mengakui Satu
Allah Yang Esa, namun hadir dalam Tiga Pribadi: Allah Bapa dan Putra dan Roh
Kudus, dimana ketiganya adalah sama esensinya, sama kedudukannnya, sama
kuasanya, dan sama kemuliaannya. Istilah Tritunggal (Inggris: trinity, Latin:
trinitas) mengandung arti tiga Pribadi dalam satu kesatuan esensi Allah.
Sedangkan istilah "pribadi" dalam bahasa Yunani adalah hipostasis,
diterjemahkan ke Latin sebagai persona (Inggris: Person).
Sejak awal abad ketiga tersebut, doktrin Tritunggal telah dinyatakan
sebagai "Satu keberadaan (Yunani: ousia, Inggris: beeing) Allah di dalam tiga
Pribadi dan satu substansi (natur), Bapa, Anak, dan Roh Kudus ". akan tetapi bila

2
Mesias (berasal dari bahasa Ibrani mashiah) berarti "yang diurapi". Di dalam bahasa Yunani,
kata mesias diterjemahkan dengan kata kristos, dan dari situlah dikenal sebutan Kristus yang
menjadi salah satu gelar Yesus. Sebutan mesias berakar dari pengertian Yahudi mengenai seorang
tokoh pada masa depan yang akan datang sebagai wakil Allah untuk membawa keselamatan bagi
umat Yahudi. Konsep mesianik ini dikenal juga di dalam agama-agama yang berakar dari
Abraham, yakni kekristenan dan Islam. Di dalam kekristenan, Yesus Kristus dianggap sebagai
mesias yang telah dinanti-nantikan untuk membawa keselamatan dari Allah kepada manusia.
Sedangkan di dalam Islam, konsep mesianik terdapat di dalam pemahaman Islam mengenai
Isa/Yesus yang akan datang pada hari penghakiman untuk mengalahkan dajjal. Pemahaman ini
tidak terdapat di dalam Quran, melainkan bersumber dari Hadis. (Wikipedia/Mesias)
3
Hypostasis berasal dari bahasa Yunani yang berarti substansi atau hakikat. Tokoh yang
menggunakan istilah ini ialah Tatianus dan Origenes pada abad ke-4. Pada tahun 381, Konsili
Konstantinopel menerima istilah ini sebagai istilah resmi untuk menjelaskan masalah Trinitas
4

5
9
Muhammad al-husaini Ismail, Kebenaran Mutlak: tuhan, agama, & hakikat manusia,
penerjemah: Alimin, Jakarta, Sahara Publisher, 2006, hlm. 364.
29

melihat sejarahnya, ternyata konsep ketuhanan ini ada karena campur tangan
dengan kepentingan tertentu.

2) Nontrinity (anti-Tritunggal)

Nontrinity (anti-Tritunggal) merupakan sebuah kepercayaan kristen yang


menyatakan penolakan atas doktrin Tritunggal, baik sebagian atau keseluruhan
doktrin, karena dianggap tidak tercantum secara eksplisit di Alkitab.
Semua penganut anti-Tritunggal meyakini bahwa doktrin di awal masa
kekristenan bukanlah Tritunggal. Secara umum, anti-Tritunggal juga meyakini
bahwa Kristen merupakan hasil dari campur tangan Konstantinus I, baik secara
langsung atau tidak langsung, dengan kompensasi menetapkan Kristen Tritunggal
sebagai agama resmi pada Kekaisaran Romawi. Karena pada masa dimana
ditetapkannya doktrin Tritunggal itu status kristen melonjak secara dramatis (dari
sebuah agama yang dilarang menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi),
antiTritunggal sering mempertanyakan doktrin tersebut. Karena alasan yang sama
pula, Doa Syahadat Nicea5—yang salah satu isinya adalah doktrin Tritunggal—
dianggap oleh anti-Tritunggal sebagai sebuah dokumen politik yang penting, yang
merupakan hasil dari pengubahan doktrin asli menjadi doktrin yang
menguntungkan kekaisaran oleh para pemimpin Gereja Katolik, sehingga gereja
menjadi alat bagi Kekaisaran Romawi.
(160-220 M), Origenes (185-254 M), Diodarus, Lucianus (Wafat 312 M), Arius
(250-336 M) dan lain-lain.74 Tokoh-tokoh Unitarian ini dianggap bidat-bidat sesat
oleh umat Kristen hingga saat ini

5
Doa Syahadat Nicea atau Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel, merupakan hasil dari dua
konsili ekumenis yang berlangsung di Nicea pada tahun 325 dan Konstantinopel pada tahun 381
30

a. Dasar dari Alkitab


Anti-Tritunggal dalam kepercayaan akan Allah mendasarkan apa yang
diyakininya langsung kepada Alkitab. Dalam hal ini, Yesus dan para pengikutnya
tidak memiliki keinginan untuk membantah pernyataan di Perjanjian Lama:
“Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” (Ulangan
6:4)." Ayat ini sangat jelas memerintahkan hanya mengesakan Allah dan tidak ada
sekutu baginya.
Sebagian kelompok yang memperdebatkan doktrin Tritunggal dengan
menggunakan dasar Alkitab lebih terpusat kepada sifat ketuhanan Yesus. Mereka
yang menolak ketuhanan Yesus berpendapat bahwa, bahkan dalam kapasitasnya
sebagai guru, Yesus sendiri pun menolak disebut "yang baik" untuk membedakan
dirinya dengan Tuhan, karena menurut Yesus sebutan "yang baik" hanyalah untuk
Allah (Markus 10:17-18; Matius 19:16-17; Lukas 18:18-19). Selain itu, Yesus
juga menyangkal sifat Maha Tahu sebagai Allah Anak, "belajar menjadi taat"
(Ibrani 5:8), dan juga menyatakan posisinya yang tidak setara dengan Allah,
"kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu" (Yoh 20:17),
"Bapak lebih besar daripada Aku" (Yoh 14:28). Dengan demikian berdasarkan
ayat – ayat diatas jelas penganut non trinity memahami bahwa Yesus bukanlah
Allah, Tuhan yang disembah.

b. Argumen Elohim
Anti-Tritunggal menyanggah pernyataan bahwa kata "Elohim"
menandakan kemajemukan, karena hampir di semua bagian dari Alkitab "Elohim"
selalu disandingkan dengan kata kerja tunggal. Anti-Tritunggal berargumen
bahwa penggunaan kata "Elohim"6 lebih ditujukan sebagai penghormatan kepada

6
Bentuk jamak dari ‘el’ adalah kata ‘elohim’. Pada teks-teks kuno Perjanjian Lama, Yahwe,
Allahnya Israel diakui sebagai Allah tertinggi meskipun dalam nats tertentu memakai kata ‘elohim’
(jamak), seperti dalam Keluaran 18:11,12:12,20:3, dst. Kata ‘elohim’ dipergunakan oleh bangsa
Israel bukan dalam pengertian matematis. ‘Elohim’ digunakan oleh bangsa Israel untuk
31

"Tuhan Yang Esa." 7 Lebih lanjut lagi, anti-Tritunggal juga beranggapan bahwa
interpretasi kata "Elohim" sebagai kata majemuk akan mengacaukan interpretasi
bagian lain dari Alkitab yang menyatakan Tuhan dengan kosakata non-majemuk
"El." Sebagai contoh, pada Kejadian 17:1 Tuhan disebut dengan "El" (tunggal)
dan Dia menyatakan bahwa "Akulah Allah Yang Mahakuasa"; jika menggunakan
interpretasi Tritunggal, maka salah Satu Pribadi dari Yang Tiga telah merendahkan
Dua Pribadi yang lainnya dengan menyatakan bahwa Dialah Yang Mahakuasa
(paling berkuasa atas segala sesuatu).
Dari paparan diatas, secara singkat dapat diketahui perbedaan mendasar
antara Tritunggal dan anti-Tritunggal yang berbeda secara fundamental dalam
konsep Tuhan.

Sumber pemahaman pengikut Kristen Tauhid adalah ajaran Yesus Kristus.


Tentang pengenalan kepada Allah pun harus dipelajari dari apa yang telah
disampaikan oleh Yesus. Mereka menghargai apa yang telah diajarkan oleh Yesus
jauh lebih tinggi daripada tradisi ajaran gereja karangan para teolog dan filsuf.
Ketika Yesus sedang berbicara kepada seseorang yang ahli Taurat tentang inti
ajarannya, maka Yesus menjawabnya dengan mengutip ajaran shema (dengarlah)
yang telah dikenal oleh orang Israel turun temurun. Yesus menyatakan: “hukum
yang terutama ialah: dengarlah hai orang Israel, Yahweh Allah kita, Yahweh itu
Esa” (Markus 12:29). Memang dalam penulisan Alkitab bahasa Indonesia (LAI)
dituliskan “Tuhan” dan bukan “YHWH”. Tetapi dapat dilacak melalui sumber
yang dikutip Yesus, dalam tulisan Musa (Ulangan 6:4), bahwa kata yang dipakai

menyatakan seluruh keagungan dan seluruh kepenuhan keilahian ada pada pribadi-Nya. Dengan
demikian, meskipun kata ‘elohim’ berbentuk jamak, tetapi pengertiannya tunggal.
7
Penjelasan Frans Donald, Jemaat Kristen Tauhid bandingkan dengan Samuel Santoso. Yahwe,
El, dan Nama Tuhan dalam buku Berteologi di Tengah Perubahan. Jakarta: 2007 Komisi
Pengkajian Teologi GKI Sinode Wilayah JABAR.
32

adalah “TUHAN”, yang menurut LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) sendiri


disebutkan sebagai salinan bagi nama Allah Israel, yaitu Yahweh (YHWH). Maka
sebagai orang Ibrani yang berbahasa Ibrani, pastilah Yesus mengucapkan kalimat
shema dengan maksud menekankan keesaan Yahweh (YHWH).

B. Karakteristik Allah

Tidak ada seorang manusia pun yang pernah bertemu dengan Allah, yaitu
Bapa Yahweh (1Timotius 6:16). Yesus sendiri mengajarkan bahwa : “… kamu
tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat”
(Yohanes 5:37). Raja Salomo menyatakan bahwa bumi tidak akan sanggup
menerima kehadiran Allah (1Raja 8:27). Yahweh tidak pernah turun ke bumi.
Semua catatan para bapa dan nabi yang seolah-olah bertemu langsung dengan
Yahweh adalah pertemuan dengan malaikat yang membawa nama (kemuliaan)
Yahweh. Misalnya Musa yang dicatat memandang Allah ternyata bertemu
malaikat Yahweh. Berkaitan dengan ini, Yohanes menjelaskan dengan ringkas:
tidak ada seorang pun yang melihat Allah, tetapi kehendak Allah dinyatakan oleh
Yesus (Yohanes 1:18).
Dalam kaitannya dengan ketuhanan, Kristen Tauhid menyatakan tidak
pernah mendapatkan pernyataan yang detail tentang Allah, maka Kristen ini tidak
akan pernah mau membicarakan tentang seperti apa Allah itu kecuali bahwa Dia
adalah Allah yang berpribadi (mengggunakan kata “Aku”, Keluaran 3:14);
).

a). Allah yang Esa

Dalam konsep ketuhannya, kristen tauhid menekankan dalam kitab


Ulangan 6:4 bahwa “Yahweh itu Esa”. Bila diteliti lebih lanjut akan didapati
bahwa istilah “Esa” dalam ayat itu diterjemahkan dari kata echad. Kata ini
33

merupakan kata bilangan dari kata ahad, artinya SATU. Contoh kata yang
menggunakan kata echad:

Raja negeri Yerikho, satu;raja negeri Ai, di sebelah Betel, Satu;


raja negeri Yerussalem satu; raja negeri Hebron, satu; raja negeri
Yarmut, satu; …. Jadi jumlah semua raja itu, tiga puluh satu orang.
(Yoshua 12:9-24)

….. namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang
daripada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita
hidup …….

b). Nama dan Gelar Allah

Kristen Tauhid selalu merujuk kepada Alkitab, dalam hal ini mereka
membedakan antara nama dan gelar. Nama pribadi Allah dalam Bahasa Ibrani
terdiri dari 4 huruf: YHWH, seperti yang diberikan kepada Musa sewaktu Musa
menanyakan siapa nama-Nya di dalam Kitab Keluaran. Nama ini yang sangat
takut diucapkan oleh orang Ibrani (Israel) sehingga mereka hanya menggunakan
kata Adonai (tuan, tuanku) saat membaca tulisan YHWH (Yahweh) di kitab suci.
8
Dalam Alkitab bahasa Indonesia, kata YHWH ditulis TUHAN (semua huruf
besar), sedangkan kata "Allah" dipakai untuk kata Ibrani "El" atau
"Elohim". Untuk kata sebutan "Allah" banyak istilah dalam bahasa Ibrani. Kata
Adonai atau El dan sebagainya untuk diucapkan tidaklah ditakuti oleh orang
Ibrani.
Berikut ini adalah penyebutan Dalam bahasa Ibrani, kata Allah disebut
dengan berbagai kata dan inilah yang disebut dengan gelar:
• Adonai, Tuan atau Tuanku atau Allah yang Perkasa

8
Wawancara kepada Aryanto Nugroho, pendeta Kristen Tauhid
34

• El, Allah yang Kuat


• Elohim, Sang Pencipta yang Maha Kuasa
• Elyon, Allah yang Maha Tinggi
• Elohe Yisrael, Allah Israel
• El Olam, Allah yang Kekal
• El Roi, Allah yang Melihat
• El Shaddai, Allah yang Maha Perkasa
• Immanuel, Allah bersama kita

c). Yesus Kristus

Pertanyaan yang muncul di benak orang Kristen jika Kristen Tauhid telah
menjelaskan bahwaYahweh (YHWH) adalah Bapa dan Bapa adalah satu-satunya
Allah yang benar, pastilah “kalau begitu, siapakah Yesus Kristus itu?” bukankah
menurut doktrin tritunggal, Yesus adalah Allah?
Dalam memahami hal ini dapat dikatakan “Yesus itu Yahweh atau bukan?”
Dari ayat-ayat sebelumnya, diketahui bahwa Yesus selalu memanggil Yahweh
sebagai Bapanya. Dalam hal ini harus diteliti apakah Yesus itu identik dengan
Bapanya.
Dalam hal ini Kristen Tauhid menyatakan bahwa Yesus tidaklah identik
dengan Bapa. Berdasarkan:

Jawab Yesus kepada mereka, katanya:…”dan jikalau aku


menghakimi, maka penghakimanku benar, sebab aku tidak seorang
diri, tetapi aku bersama dia yang mengutus aku. Dan di dalam kitab
Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah;
akulah yang bersaksi tentang diriku sendiri dan juga bapa, yang
mengutus aku, bersaksi tentang aku.” Yohanes 6:16-18)
35

d). Roh Kudus


Doktrin tentang Roh Kudus sama sekali tidak menjadi masalah sampai
dengan Konsili Konstantinopel tahun 381. Pada Konsili itu ditetapkan bahwa Roh
Kudus adalah “sang Tuhan, Pemberi Hidup, Yang ada dari Bapa, dan bersama
dengan Bapa dan Anak, Dia harus disembah dan dimuliakan”. Sejak saat itu, Roh
Kudus menjadi pribadi ketiga dari KeAllahan dengan dukungan penuh Kaisar
Theodius I. Padahal seperti yang dinyatakan oleh salah seorang Teolog utama
yang mempelopori doktrin keallahan Roh Kudus, Gregorius dari Naziansus masih
terdapat kesimpangsiuran pendapat di antara para Teolog. 9

9
Di antara orang-orang bijaksana di antara kami, sebagian menyatakan Roh Kudus adalah kuasa
(energeia, power), sebagian lainnya mahluk (creature), sebagian lainnya Allah, dan masih banyak
yang belum mau menentukan pendapatnya sebagai penghormatan terhadap Kitab Suci yang tidak
berbicara terus terang terhadap masalah ini (The New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious
Knowledge, 1963, Jilid 7:112)
BAB IV
PERBANDINGAN KONSEP TAUHID
ANTARA KRISTEN TAUHID DAN ISLAM

A. Persamaan Konsep Tauhid (Esa) dalam Kristen Tauhid dan Islam


Banyak pertanyaan diajukan mengenai 'Apakah Allah Islam sama dengan
Allah Kristen?' dan argumentasi yang banyak dikemukakan adalah bahwa 'Allah
Islam tidak sama dengan Allah Kristen' alasannya 'Karena ajaran keduanya
berbeda!'. Akan tetapi setelah membahas tentang ketuhanan dalam Kristen Tauhid
apakah ada jawaban yang berbeda? Untuk mendapatkan jawabannya perlu dilihat
berdasarkan penjelasan dari bab-bab sebelumnya..
Islam adalah agama yang memegang teguh ketauhidan, jika dalam Kristen
pada umumnya dikenal dengan konsep trinitasnya maka kelompok ini (Kristen
Tauhid) memang berbeda dengan arus besar agama Kristen, yang mengakui Tuhan
terdiri dari tiga sifat: Allah Bapa, Allah Anak (Yesus), dan Roh Kudus.
Dalam wawancara, pendeta yang juga direktur publikasi gereja JAGI Semarang,
Aryanto Nugroho menyatakan berbeda antara konsep Tuhan trinitas yang dianut
mayoritas umat Kristen dunia dengan konsep Tuhan Yang Esa yang dianut Kristen
Tauhid, "Bagi kami, Allah hanya satu, yakni yang disebut Yahweh atau Bapa yang
di surga. Bukan satu yang terdiri dari tiga atau tiga yang menyatu ke dalam satu,".
Dan nampaknya konsep akan keesaan Tuhan yang dipercaya Kristen Tauhid ini
sama dengan Islam, yakni Tuhan itu Esa, satu dan menyembah hanya pada satu
Tuhan.

56
B. Perbedaan Konsep Tauhid (Esa) dalam Islam dan Kristen Tauhid
Walaupun sama dalam beberapa hal diatas, konsep ketauhidan atau
ketuhanan antara Kristen Tauhid dan Islam memiliki perbedaan yang perlu
diperhatikan. Dalam penyebutan terhadap Tuhan, kedua agama ini menggunakan
kata Allah. Akan tetapi pemahaman dari kedua agama tersebut akan kata Allah
57

berbeda. Dalam penjelasannya Kristen Tauhid menerangkan bahwa Allah yang


diambil dari bahasa Arab, asal katanya adalah al dan ilah.
Lebih lanjut, mereka menjelaskan bahwa padanan untuk Allah adalah god
(Inggris), el atau eloah atau elohim (bahasa ibrani) dan theos (bahasa Yunani) atau
jika dipadankan dengan bahasa Indonesia, mereka menyamakannya dengan kata
dewa.123 Ringkasnya, istilah elohim, theos, god, dewa atau allah punya dua makna
utama: sesembahan (baik dewa-dewi maupun Allah yang sejati) atau makhluk
ilahi (malaikat atau orang yang disembah/dipuja). Maka tidak heran jika dalam
Alkitab istilah allah tidak hanya digunakan bukan hanya pada sang maha tinggi
saja, tetapi bisa juga dipakai untuk siapa saja -baik malaikat atau manusia- yang
dipuja lebih dari rata-rata sesamanya. Seperti contoh:
Berfirmanlah tuhan kepada Musa: “Lihat, aku mengangkat
engkau sebagai allah bagi Firaun dan Harun, abangmu
akan menjadi nabimu” (Keluaran).

Allah sendiri dalam Kristen Tauhid bukanlah nama dari Tuhan, akan tetapi
hanya penyebutan hamba saja kepada Dia. Sebenarnya menurut Kristen ini, ada
dua pembedaan tentang penyebutan hamba kepada Tuhannya, yakni (pertama)
nama, dan nama Tuhan yang mereka sembah adalah YHWH (Yahweh) adapun
(kedua) selain ini mereka ketegorikan sebagai gelar Tuhan seperti Adonai el Rafa
dan lain sebagainya. Dengan demikian, kata Allah dalam Kristen ini dapat
disamakan dengan kata Tuhan dan juga kata Allah bukan termasuk kategori
pertama ataupun kedua. Untuk lebih jelasnya tentang hal ini dapat difahami dari
jawaban dari pertanyaan;” siapakah Allahmu ?”, mereka akan menjawab;”Allah
kita adalah YHWH (Yahweh).”
Berbeda dengan Kristen Tauhid, dalam Islam, Kata ‘Allah’ merupakan
nama Tuhan yang paling populer. Dalam Islam tidak dikenal YHWH (Yahweh).
Apabila dikatakan :”Allah..”, maka apa yang diucapkan itu telah mencakup semua
nama-nama-Nya yang lain, sedangkan bila seseorang mengucapkan nama-
namaNya yang lain – misalnya ‘ar-Rahmaan’, ‘al-Malik’ dan sebagainya – maka
ia hanya menggambarkan sifat Rahman, atau sifat kepemilikan-Nya. Disisi lain,
tidak satupun dapat dinamakan Allah, baik secara hakikat maupun secara majazi,
sedangkan sifat-sifat-Nya yang lain – secara umum – dapat dikatakan bisa
58

disandang oleh makhluk-makhluk-Nya. Dengan demikian seseorang dapat


memberi julukan kepada si Ali yang pengasih dengan ‘Rahiim’?, atau Ahmad
yang berpengetahuan sebagai ‘Aliim’?. Secara tegas, dalam Islam, Tuhan Yang
Maha Esa itu sendiri yang menamakan dirinya Allah.
Dia juga dalam Al-Qur’an yang bertanya :”hal ta’lamu lahuu samiyyaa..”
(Surat Maryam ayat 19). Ayat ini, dipahami oleh pakar-pakar Al-Qur’an bermakna
:”Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang bernama seperti nama ini..?” atau
:”Apakah engkau mengetahui sesuatu yang berhak memperoleh keagungan dan
kesempurnaan sebagaimana pemilik nama itu (Allah)?” atau bermakna :”Apakah
engkau mengetahui ada nama yang lebih agung dari nama ini?”, juga dapat berarti
:”Apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan Dia (yang patut
disembah)?”
Dalam Islam, para ulama dan pakar bahasa mendiskusikan kata tersebut
antara lain apakah ia memiliki akar kata atau tidak. Sekian banyak ulama yang
berpendapat bahwa kata ‘Allah’ tidak terambil dari satu akar kata tertentu, tapi ia
adalah nama yang menunjuk kepada zat yang wajib wujud-Nya, yang menguasai
seluruh hidup dan kehidupan, serta hanya kepada-Nya seharusnya seluruh
makhluk mengabdi dan bermohon. Tetapi banyak pula ulama berpendapat, bahwa
kata ‘Allah’ asalnya adalah ‘Ilaah’, yang dibubuhi huruf ‘Alif’ dan ‘Laam’ dan
dengan demikian, ‘Allah’ merupakan nama khusus, karena itu tidak dikenal
bentuk jamaknya. Sedangkan ‘Ilaah’ adalah nama yang bersifat umum dan yang
dapat berbentuk jamak (plural), yaitu ‘Alihah’. Dalam Bahasa Inggris, baik yang
bersifat umum maupun khusus, keduanya diterjemahkan dengan ‘god’, demikian
juga dalam Bahasa Indonesia keduanya dapat diterjemahkan dengan ‘tuhan’, tapi
cara penulisannya dibedakan. Yang bersifat umum ditulis dengan huruf kecil
‘god/tuhan’, dan yang bermakna khusus ditulis dengan huruf besar ‘God/Tuhan’.
‘Alif’ dan ‘Laam’ yang dibubuhkan pada kata ‘Ilaah’ berfungsi
menunjukkan bahwa kata yang dibubuhi tersebut merupakan sesuatu yang telah
dikenal dalam benak. Kedua huruf tersebut sama dengan ‘The’ dalam bahasa
Inggris. Kedua huruf tambahan itu menjadi kata yang dibubuhi menjadi ‘ma’rifat’
atau ‘definite’ (diketahui/dikenal).
59

Pengguna Bahasa Arab mengakui bahwa Tuhan yang dikenal dalam benak
mereka adalah Tuhan Pencipta, berbeda dengan tuhan-tuhan (aliihah/bentuk
jamak dari ilaah) yang lain. Selanjutnya dalam perkembangannya lebih jauh dan
dengan alasan mempermudah, ‘hamzah’ yang berada antara dua ‘laam’ yang
dibaca ‘i’ pada kata ‘al-Ilaah’ tidak dibaca lagi, sehingga berbunyi ‘Allah’ dan
sejak itulah kata ini seakan-akan telah merupakan kata baru yang tidak memiliki
akar kata, sekaligus sejak itu pula kata ‘Allah’ menjadi nama khusus bagi Pencipta
dan Pengatur alam raya yang wajib wujud-Nya.
Dari paparan diatas itulah yang membedakan kata Allah dalam Kristen
Tauhid dan Islam. Dapat disimpulkan jika dalam Kristen kata allah masih bersifat
umum yakni dengan padanan god dalam bahasa inggris atau tuhan dalam bahasa
Indonesia atau dengan kata lain jika dilihat dari pemahaman mereka ternyata allah
dan ilah adalah sama, maka dalam Islam kata Allah ini adalah kata khusus yang
hanya diperuntukkan bagi Dia. Allah tidaklah sama dengan kata god ataupun
tuhan, tetapi jika ditanya, “siapakah ‘god’mu atau siapakah tuhanmu?” maka
muslim akan menjawab; “Allah”.
Lebih lanjut, dalam Islam ulama berpendapat bahwa kata ‘Ilaah’ yang
darinya terbentuk kata ‘Allah’ berakar dari kata ‘al-Ilaahah’, ‘al-Uluuhah’ dan ‘al-
Uluuhiyyah’ yang kesemuanya menurut mereka bermakna
‘ibadah/penyembahan’, sehingga ‘Allah’ secara harfiah bermakna ‘Yang
Disembah’. Ada juga yang berpendapat bahwa kata tersebut berakar dari kata
‘Alaha’ dalam arti ‘mengherankan’ atau ‘menakjubkan’ karena segala
perbuatan/ciptaan-Nya menakjubkan atau karena bila dibahas hakekat-Nya akan
mengherankan akibat ketidak-tahuan makhluk tentang hakekat zat Yang Maha
Agung itu. Apapun yang terlintas dalam benak menyangkut hakekat zat Allah,
maka Allah tidak demikian. Itu sebabnya dalam Islam ditemukan riwayat yang
menyatakan :”Berpikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan berpikir
tentang Zat-Nya”.
Ada juga yang berpendapat bahwa kata ‘Allah’ terambil dari akar kata
‘Aliiha Ya’lahuu” yang berarti ‘tenang’, karena hati menjadi tenang bersama-Nya,
atau dalam arti ‘menuju’ dan ‘bermohon’ karena harapan seluruh makhluk tertuju
kepada-Nya dan kepada-Nya jua makhluk bermohon.
60

Dari segi makna dapat dikatakan bahwa kata ‘Allah’ mencakup segala
sifat-sifat-Nya, bahkan Dia-lah yang menyandang nama-nama tersebut, karena itu
jika dikatakan “Yaa..Allah..”, maka semua nama-nama/sifat-sifat-Nya telah
tercakup oleh kata tersebut. Disisi lain, jika dikatakan ‘ar-Rahiim’, maka
sesungguhnya yang dimaksud adalah Allah. Demikian juga ketika disebut
‘alMuntaqim’ (yang membalas kesalahan), namun kandungan makna ‘ar-Rahiim’
(Yang Maha Pengasih) tidak tercakup didalam pembalasan-Nya, atau sifat-
sifatNya yang lain. Itulah salah satu sebab mengapa dalam syahadat Islam
seseorang selalu harus menggunakan kata ‘Allah’ ketika mengucapkan ‘Asyhadu
an Laa Ilaaha Illa-llaah’ dan tidak dibenarkan menggantinya dengan nama-nama-
Nya yang lain.
Demikianlah Allah, karena itu tidak heran jika ditemukan sekian banyak
ayat di dalam Al-Qur’an yang memerintahkan orang-orang beriman agar
memperbanyak zikir dengan menyebut nama Allah.1
Melihat perbedaan nama dan gelar yang diperuntukkan bagi Tuhan antara
Kristen Tauhid dan Islam, juga nampak dari sebutan Bapa untuk Allah. Demikian
ini dapat dilihat dari perkataan Yesus yang menjelaskan bahwa dia akan pergi
kepada “Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu”2. Selain itu, Yesus
juga menyatakan bahwa “hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa”3.
Berbeda dengan Kristen, dalam Islam tidak dikenal istilah Bapa untuk Allah.

1
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an, buku 1, Jakarta,
Lentera Hati, 2002, hlm. 20-22
2
lihat Yohanes 20:17 "Kata Yesus kepadanya: 'Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum
pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka,
bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.'"
3
lihat 1 Korintus 8:6 "namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya
berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus
Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup."
74

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan pembahasan pada bab-bab sebelumnya di bawah
judul “Perbandingan Konsep Tauhid Antara Kristen Tauhid Dan Islam dengan
memperhatikan pokok permasalahan yang diangkat, maka penulis dapat
menarik kesimpulan Sebagai Berkut:
1. Perbandingan antara konsep Tauhid yang ada dalam Islam dan Kristen
Tauhid adalah keduanya menyatakan bahwa Allah itu Esa. Tidak ada yang
dapat menyamai-Nya. Seluruh ibadah harus ditujukan kepada Allah,
Tuhan semesta alam, bukan kepada malaikat ataupun yang lainnya bahkan
Yesus sekalipun. Perbedaan hanya pada sebutan untuk Tuhan. Jika dalam
Islam Tuhan adalah Allah, maka dalam Kristen ini Tuhan adalah YHWH
(Yahweh), sedangkan kata Allah menurut Kristen Tauhid sama dengan
kata Tuhan, ataupun God. Dalam hal Yesus, jika dalam Islam Yesus (Isa)
adalah manusia biasa yang diangkat menjadi nabi, maka dalam Kristen ini
Yesus dulu adalah malaikat dan setelah dilahirkan di bumi, dia adalah
manusia yang ilahiah.

B. Saran-saran
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan terhadap “Perbandingan
Konsep Tauhid Antara Kristen Tauhid Dan Islam maka penulis mengajukan
saran-saran berikut:
1. Kepada para pengikut Kristen Tauhid, setelah mempelajari Bible agar juga
mempelajari agama Islam, karena dalam agama Kristen sudah terjadi
perubahan-perubahan dalam ajarannya, diharapkan dengan mempelajari
agama Islam akan menemukan apa yang dirindukan, yakni mutiara yang
dibagikan oleh Abraham, mutiara agama yang lurus.

74
75

2. Kepada masyarakat muslim untuk mempelajari akidah Islam terlebih


dahulu sebagai dasar sebelum mempelajari agama lain. Dengan begitu
seseorang akan mendapatkan pemahaman yang menyeluruh tidak secara
parsial dalam keimanan. Dengan belajar lebih dalam lagi, maka
masyarakat akan mengetahui bahwa ajaran untuk bertoleransi dengan
agama lain telah diajarkan oleh nabi Muhammad. Sehinggga dengan
pemahaman ini akan mewujudkan kerukunan antar umat beragama.
3. Kepada para ulama agar dapat memberikan bimbingan dan arahan yang
benar mengenai ajaran Islam terutama bagi kalangan masyarakat yang
belum memahami arti dari akidah. Pembelajaran tentang keimanan ini
diharapkan dapat membimbing seseorang agar tidak jatuh kepada jalan
yang salah dan dengan pengajaran ini diharapkan dapat meningkatkan
hubungan baik dengan menerangkan kalimah sawa’ yang menjadi titik
temu agama.
C. Kata Penutup

Berkat petunjuk dan pertolongan Allah S.W.T. disertai usaha yang penuh
kesungguhan, maka penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana yang
penulis sajikan sekarang. Hanya kepada Allah-lah penulis memohon rahmat
dan hidayah-Nya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya. Segala arahan dan saran dari pembaca
sangat penulis harapkan demi karya yang lebih baik di kemudian hari.

74

Anda mungkin juga menyukai