Anda di halaman 1dari 6

Tawadhu

Tawadhu artinya rendah hati atau tidak sombong. Jadi, tawadhu adalah ketundukan
kepada kebenaran dan menerimanya dari siapa pun datangnya, baik dalam keadaan suka maupun
tidak suka. Sikap ini adalah sikap seseorang yang tidak ingin menonjolkan diri sendiri dengan
sesuatu yang ada pada dirinya. Kebaikan yang dikaruniakan Allah Swt. padanya baik berupa
harta, kepandaian, kecantikan fisik, dan bermacam-macam karunia Allah Swt. lainnya tidak
membuat dirinya lupa. Orang yang bersikap tawadu senantiasa ingat bahwa semua yang ada
padanya adalah milik Allah Swt. semata. Oleh sebab itu, seorang yang tawadu tak akan
menghina orang lain dengan apa pun yang diamanatkan Allah Swt. kepadanya.

Cara bicara orang yang tawadu senantiasa lembut dan merendah sekaligus mempunyai
rasa percaya diri yang kuat. Dia selalu berusaha berbuat yang terbaik tanpa ingin kebaikannya
diketahui orang lain. Dia lebih suka menyampaikan kebaikan orang lain walaupun kebaikannya
jauh lebih banyak. Tidak tersinggung apalagi marah saat orang lain menyampaikan
keburukannya kepadanya. Istigfar menghiasi bibirnya jika ada kritikan kepadanya. Bukan
sebagai pemanis bibir, melainkan muncul dari hati yang merasa lalai atau tidak berhati-hati
sehingga ada salah yang tanpa sengaja dia lakukan.

Tawadhu adalah sifat yang amat mulia, namun sedikit orang yang memilikinya. Ketika
orang sudah memiliki gelar yang mentereng, berilmu tinggi, memiliki harta yang mulia, sedikit
yang memiliki sifat kerendahan hati, alias tawadhu’. Padahal kita seharusnya seperti ilmu padi,
yaitu “kian berisi, kian merunduk”.

Sikap di atas berbeda dari rasa rendah diri. Rasa rendah diri berasal dari ketidakmampuan
memandang dirinya dan orang lain dengan benar. Ketidakmampuan itu menyebabkan orang yang
rendah diri salah menilai dirinya sebagai tidak baik, tidak mampu, tidak tampan atau cantik, atau
tidak pantas. Pada saat yang sama dia menilai orang lain sebagai sangat baik, sangat pandai,
lebih tampan atau cantik, dan lebih pantas untuk sesuatu hal.

Oleh sebab itu, orang yang salah menilai diri cenderung merasa minder, tidak mampu,
dan tidak percaya diri. Selain berbeda dengan rendah diri, sikap tawadu adalah kebalikan dengan
sikap sombong. Sifat takabur atau sombong adalah sifat yang dibenci Allah dan rasul-Nya.
Sebagaimana hadis Nabi dari Abdullah bin Mas’ud; bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda:
“Sombong adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain.” (H.R. Muslim).

Sikap sombong muncul dari kesalahan menilai diri sebagai lebih baik, lebih mampu,
lebih kaya, atau rasa lebih lainnya. Orang yang sombong merasa bahwa kelebihan yang ada
padanya semata adalah hasil kerja yang dia lakukan. Dia tidak melihat kedatangan Allah Swt.
dalam kehidupan-nya. Dengan pandangan seperti itu, wajar jika orang yang sombong senang
membandingkan dirinya dengan orang lain. Saat dia melihat orang lain lebih dari dirinya, dia
merasa iri dan berbuat dengki. Sebaliknya, saat dia menemukan orang yang dia rasa lebih rendah
darinya, dia merasa tinggi hati dan merendahkan orang lain. Sombong adalah sikap tercela yang
wajib kita jauhi.

Contoh perilaku Tawadhu yang dilakukan oleh Rasulullah:

1. Rasulullah kurang berkenan dipanggil dengan panggilan-panggilan yang mulia dan


berlebihan oleh para sahabatnya. Walaupun Rasulullah lebih dari pantas dipanggil dengan
sebutan-sebutan yang mulia itu.

2. Rasulullah tidak berkenan diperlakukan sebagai seorang raja, sehingga ia begitu dekat
dengan rakyatnya, maka dimanapun ia berada, atau saat memenuhi undangan, beliau akan duduk
sama rata dengan yang lain dan makan bersama dengan mereka.

3. Rasulullah hidup dengan sederhana dengan barang yang ia perlukan saja. Suatu saat
sayyidina umar menangis melihat Rasulullah dalam rumahnya yang keadaannya begitu
sederhana, jauh berbeda dari raja-raja zaman itu. Namun Rasulullah menyampaikan bahwa
tempat untuk bermewah-mewah adalah akhirat.

Berikut adalah Dalil Naqli seputar Tawadhu:

“Sombong adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain.”

(H.R. Muslim)

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang


mengikutimu.”

(Surah Asy-Syμr± [26]:215).


Keutamaan Sifat Tawadhu

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ض َع أ َ َحد ٌ ِ هَلِلِ ِإاله َرفَ َعهُ ه‬
ُ‫َّللا‬ ‫صدَقَةٌ ِم ْن َما ٍل َو َما زَ ادَ ه‬
َ ‫َّللاُ َع ْبدًا ِب َع ْف ٍو ِإاله ِع ًّزا َو َما ت ََوا‬ َ ‫ت‬ َ َ‫َما نَق‬
ْ ‫ص‬
“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat
pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat
tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no.
2588).

Yang dimaksudkan di sini, Allah akan meninggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat. Di
dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah
manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia.

Sedangkan di akhirat, Allah akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena sifat
tawadhu’nya di dunia (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 16: 142)

Tawadhu’ juga merupakan akhlak mulia dari para nabi ‘alaihimush sholaatu wa salaam. Lihatlah
Nabi Musa ‘alaihis salam melakukan pekerjaan rendahan, memantu memberi minum pada hewan
ternak dalam rangka menolong dua orang wanita yang ayahnya sudah tua renta.

Lihat pula Nabi Daud ‘alaihis salam makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Nabi
Zakariya dulunya seorang tukang kayu. Sifat tawadhu’ Nabi Isa ditunjukkan dalam perkataannya,

‫ش ِقيًّا‬ ً ‫َوبَ ًّرا بِ َوا ِلدَتِي َولَ ْم يَجْ عَ ْلنِي َجب‬


َ ‫هارا‬
“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.”
(QS. Maryam: 32). Lihatlah sifat mulia para nabi tersebut. Karena sifat tawadhu’, mereka
menjadi mulia di dunia dan di akhirat.

Kedua: Sebab adil, disayangi, dicintai di tengah-tengah manusia.

Orang tentu saja akan semakin menyayangi orang yang rendah hati dan tidak menyombongkan
diri. Itulah yang terdapat pada sisi Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

‫ضعُوا َحتهى الَ َي ْفخ ََر أ َ َحد ٌ َعلَى أَ َح ٍد َوالَ َي ْب ِغى أَ َحدٌ َعلَى أَ َح ٍد‬
َ ‫ى أ َ ْن ت ََوا‬
‫َّللاَ أ َ ْو َحى ِإلَ ه‬
‫َو ِإ هن ه‬
“Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah
seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain.” (HR.
Muslim no. 2865).
Manfaat Sifat Tawadhu
Berikut manfaat sifat tawadhu dalam kehidupan
1. Sikap tawadhu akan memuliakan manusia baik di dunia maupun di akhirat, sesuai hadist
Rasulullah “Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang
hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang
memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR.
Muslim)

2. Disukai oleh orang banyak, karena dengan tawadhu kita mampu memulyakan ulama,
menghormati yang tua, menghargai sesama dan mencintai yang muda. Karena orang lain
cenderung tidak suka pada orang yang sombong dan Allah jelas tidak suka orang yang
melampuai batas. Rasulullah bersabda “Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk
memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan
melampaui batas pada yang lain.” (HR. Muslim).

3. Mengikuti sunnah Nabi dan sunnah Rasulullah karena tawdhu adlah sifat para nabi. Rasulullah
bersabda yang mahfumnya barangsiapa mengikuti suatu kaum maka akan digolongkan sebagia
kaum tersebut.

4. Dihindarkan dari perilaku setan., karena setan ini makluk yang sombong, dan dia celaka
karena kesombongannya tidak mau sujud pada adam. Nah kalau kita sombong maka akan seperti
setan. Dan pasti akan membawa kita dalam kecelakaan yang besar.

Perilaku Tawadhu dalam Kehidupan Sehari-hari


Orang yang bertawadhu akan tampak dari sikap dan perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri sikap tawadhu terbagi dua.

a. Tawadhu yang Terpuji


Tawadhu yang terpuji adalah ketawadhuan seseorang kepada Allah dan tidak mengangkat diri di
hadapan hamba-hamba Allah swt. Contoh perilaku tawadhu ini, antara lain:

(1) tidak berlebihan, baik dalam perhiasan, makanan, dan minuman;

(2) sopan santun dalam bertindak dan bersikap;

(3) merendahkan nada suaranya;


(4) gemar menolong orang yang membutuhkan pertolongan.

b. Tawadhu yang Dibenci


Tawadhu yang dibenci adalah tawadhunya seseorang kepada Allah karena menginginkan dunia
ada di sisinya. Contoh perilaku tawa«u ini, antara lain:

(1) bersikap sopan santun karena memiliki maksud yang tidak baik;

(2) tidak berlebihan memakai harta karena takut dicuri atau dimintai zakat;

(3) menolong orang yang membutuhkan pertolongan dengan maksud ada imbalan dari yang
ditolongnya.

Oleh karena itu untuk dapat memiliki sifat tawadhu' dalam pergaulan, maka kita perlu menyadari
sepenuhnya bahwa setiap manusia mempunya kelebihan dan kekurangan yang berbeda, dan
berusaha untuk selalu mengendalikan diri agar tidak menampakkan kelebihan yang dimiliki
kepada orang lain serta melatih diri untuk dapat menghargai kemampuan orang lain dan tidak
meremehkan mereka.

Tawadu adalah sikap yang mulia. Pada dasarnya setiap orang dapat mempunyai sikap ini jika dia
ingin. Meskipun begitu, sikap rendah hati kadang memperoleh tantangan sehingga tenggelam
oleh sikap jelek semisal sombong dan iri hati. Oleh sebab itu, kita perlu berusaha untuk
mempraktikkan sikap tawadu dalam kehidupan sehari-hari. Apa sajakah contoh-contoh perilaku
sifat tawadhu? Berikut adalah contoh pengaplikasian sifat Tawadhu dalam kehidupan sehari-
hari:

1. Menghormati orang tua di rumah, tidak berani menyela atau tidak membentaknya

2. Menaati perintah orang tua

3. Tidak sombong atau iri dengan kakak atau adik di rumah

4. Memberikan bantuan kepada teman di sekolah dengan ikhlas dan tidak mengharapkan
pujian dari teman.

5. Menerima saran maupun kritik dari orang lain

6. Meminta ijin jika ingin mendahului orang yang lebih tua


7. Menyayangi dan membimbing ke arah yang baik kepada yang lebih muda

8. Menyapa orang lain atau kerabat jika bertemu dengan mengucapkan salam

9. Menampakan muka yang gembira ketika berjumpa dengan teman

10. Tidak sombong ketika memperoleh suatu prestasi atau penghargaan karena
semata-mata pertolongan dari Allah.

Sekian karangan tentang Tawadhu ini. Bila ada kekurangan atau kesalahan, mohon dimaafkan.
Wabillahitaufik wal Hidayah, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakattuh.

Dibuat oleh:

Rakha N. F.

Anda mungkin juga menyukai