Anda di halaman 1dari 20

Tawadhu

Setiap umat muslim selalu dianjurkan untuk memiliki sifat tawadhu saat menjalani kehidupan sehari-
hari. Tawadhu merupakan sikap batin yang harus senantiasa diwujudkan secara proporsional dan
wajar. Memiliki perilaku tawadhu atau rendah hati merupakan salah satu cerminan seorang muslim
yang beriman kepada Allah SWT.

Tawadhu merupakan salah satu akhlak baik yang harus senantiasa dilakukan oleh umat islam.
Adapun nama lain dari tawadhu ialah sikap rendah hati, namun bukan berarti rendah diri. Tawadhu
dapat diartikan sebagai sebuah tindakan yang percaya diri, optimis, berani, serta tidak merasa diri
kita lebih baik dari orang lain sekalipun memiliki banyak kelebihan.

Tawadhu merupakan salah satu akhlak baik yang harus senantiasa dilakukan oleh umat islam.
Adapun nama lain dari tawadhu ialah sikap rendah hati, namun bukan berarti rendah diri.
Tawadhu dapat diartikan sebagai sebuah tindakan yang percaya diri, optimis, berani, serta
tidak merasa diri kita lebih baik dari orang lain sekalipun memiliki banyak kelebihan.

Sikap tawadhu atau rendah hati selalu dianjurkan untuk dimiliki setiap muslim. Seseorang
yang senantiasa menjalankan perilaku ini secara lahir batin, akan diangkat drajatnya oleh
Allah SWT. Pasalnya, sikap tawadhu juga menjadi salah satu bukti keimanan yang
ditujukkan kepada-Nya. Hal ini sebagaimana yang di terangkan dalam salah satu surah
Alquran berikut ini,

Arab-Latin: Wa 'ibādur-raḥmānillażīna yamsyụna 'alal-arḍi haunaw wa iżā khāṭabahumul-


jāhilụna qālụ salāmā Terjemah Arti: Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu
(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang
jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.

Tawadhu merupakan salah satu sikap yang terpuji di mata Allah SWT. Seseorang yang
senantiasa menjalankan perilaku ini dalam kehidupan sehari-hari dianggap sebagai mukmin
sejati. Sebaliknya, seseorang yang bersikap takabur atau merasa dirinya lebih baik dari orang
lain, diancam tidak akan masuk surga, sampai dirinya benar-benar bertobat.

Sikap tawadhu memang sulit untuk diukur, sebab akhlak ini berada di kedalaman batin
seseorang yang menjelma menjadi perilaku kehidupan sehari-hari. Dilansir dari NU Online,
menurut Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitab Risalatul Muawanah
wal Mudhaharah wal Muwazarah tanda-tanda orang yang memiliki sifat tawadhu ialah
sebagai berikut:

1. Seseorang yang memiliki sikap tawadhu ialah mereka yang lebih senang tidak dikenal
daripada menjadi orang terkenal
2. Bersedia menerima kebenaran dari siapapun, baik dari kalangan orang terpandang maupun
dari kalangan orang yang rendah kedudukannya

3. Mencintai fakir miskin dan tidak segan-segan duduk bersama mereka

4. Selalu bersedia untuk mementingkan kepentingan orang lain dan senang ketika dimintai
pertolongan

Manfaat tawadhu:

1. Menghindarkan dari Sikap Takabur

Takabur atau menyombongkan diri merupakan salah satu sifat yang paling dibenci oleh
Allah. Seseorang yang berperilaku sombong diancam akan dimasukkan ke neraka, sampai
dirinya bertobat. Oleh karena itu, salah satu manfaat bersikap tawadhu adalah menghindarkan
diri dari sikap takabur.

Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Al-Kharaithi, imam Al-Hasan bin
Sufyan, Ibnu La’al, dan imam Ad-Dailami dari sahabat Anas bin Malik r.a, berikut ini:

"Tidak ada manusia kecuali di kepalanya ada dua rantai, rantai di langit ke tujuh dan rantai
di bumi ke tujuh, jika ia tawadhu’ maka Allah akan mengangkatnya dengan rantai ke langit
ke tujuh, dan jika ia sombong maka Allah akan merendahkannya dengan rantai ke bumi ke
tujuh."

2. Mengangkat Derajat

Tawadhu merupakan akhlak terpuji yang sangat dicintai oleh Allah. Selain itu, setiap muslim
yang memiliki sikap tawadhu maka drajatnya akan diangkat oleh Allah SWT. Sedangkan,
orang yang mempunyai sifat sombong akan dihinakan oleh Allah. Sebagaimana sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini, yang artinya:

"Tidaklah seorang bertawadhu yang ditunjukkan semata-mata karena Allah SWT, melainkan
Allah Azza wa Jalla akan mengangkat derajatnya." (HR Imam Muslim)

Mempraktekkan sifat tawadhu dalam kehidupan ini memang sulit, karena terkadang kita juga
pernah merasa lebih baik daripada orang lain. Namun kita harus membiasakannya. Ketika
kita bertemu dengan orang lain, kita harus merasa bahwa ia lebih mulia daripada kita.
Sehingga apabila setiap orang sudah memiliki sifat tawadhu artinya seperti yang mulia ini,
Insya Allah tidak akan terjadi kezaliman antara satu manusia dengan yang lainnya. Lalu
bagaimana hukum bertawadhu? Kita akan simak pembahasan ini.

Macam Tawadhu

Sikap tawadhu menunjukkan rasa rendah diri dan santun terhadap sesama manusia tanpa
memandang kasta dan harta yang dimiliki karena sesungguhnya Allah hanya menilai dan
meningkatkan derajat manusia dengan akhlakul karimah yang dimilikinya. Ada dua macam
sikap tawadhu yang biasa dimiliki oleh manusia, yakni tawadhu terpuji dan tawadhu tercela.

Tawadhu terpuji adalah sebuah sikap merendahkan diri kepada Allah dan tidak berbuat
semena-mena atau memandang remeh terhadap sesama. Tawadhu ini benar-benar di niatkan
dari hati yang terdalam untuk sikap yang baik dan diridhai oleh Allah SWT.

Sedangkan tawadhu tercela adalah sikap merendahkan diri yang hanya dilakukan di hadapan
orang yang lebih kaya dengan harapan culas agar ia bisa mendapatkan suatu keuntungan
darinya. Tentu saja sikap tawadhu tercela ini tidak akan meningkatkan derajat di mata Allah,
bahkan sebaliknya karena tawadhu tercela ini tidak disukai oleh Allah SWT.

Hukum Tawadhu

Memang tidak ada dalil khusus di dalam Al Quran yang mewajibkan seorang mukmin harus
memiliki sifat tawadhu. Akan tetapi, beberapa kata yang terkandung di dalam Al Quran yang
menyinggung tentang tawadhu memiliki arti dan maksud yang sama. Seperti halnya kata
rendah hati, rendah diri, rendahkanlah, tidak sombong, lemah lembut, dan lain-lain.

Berikut ini adalah firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang berhubungan dengan tawadhu.

‫وا َس ٰلَ ًما‬


۟ ُ‫َو ِعبَا ُد ٱلرَّحْ ٰمن ٱلَّ ِذينَ يَ ْم ُشونَ َعلَى ٱأْل َرْ ض هَوْ نًا َوإ َذا خَ اطَبَهُ ُم ْٱل ٰ َج ِهلُونَ قَال‬
ِ ِ ِ َ

Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (Al-Furqan Ayat: 63).

َ‫ك لِ َم ِن اتَّبَ َعكَ ِمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِ ْين‬ ْ ‫َو‬


َ ‫اخفِضْ َجنَا َح‬

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-
orang yang beriman.” (Qs. asy-Syu’araa’: 215)
Berikut ini adalah hadist Nabi Muhammad SAW yang mengharuskan umatnya untuk
memiliki sifat tawadhu.

“Dari Nabi SAW berkata, “Tidak akan masuk surga siapa yang dalam hatinya terdapat
kesombongan walaupun hanya sebesar zarrah”. (HR. Muslim)

“Dan Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendah diri agar tidak ada
seorangpun yang berbangga diri pada yang lain dan agar tidak seorangpun berlaku zalim pada
yang lain.” (HR.Muslim)

Berdasarkan beberapa dalil di atas dapat kita simpulkan bahwa hukum seseorang memiliki
sifat tawadhu artinya bisa dikatakan amat penting, karena dengan tawadhu itulah derajat
mukmin sejati akan ditinggikan oleh Allah SWT.

Nabi SAW berkata: “Tidaklah tawadhu seorang laki-laki kepada Allah SWT., kecuali Allah
SWT mengangkat derajatnya.”

Manfaat Punya Sifat Tawadhu

Tawadhu adalah sifat terpuji yang selain disukai Allah tapi juga memberi banyak manfaat
bagi yang menerapkan. Sikap rendah hati dan tidak pernah menyombongkan kemampuan
yang diri ini memberi manfaat positif seperti:

1. Mendapat Simpatik dari bayak orang

Sikap tawadhu lebih disukai dari pada sikap yang sombong dan jumawa oleh karena itu
seseorang yang menerapkan sikap tawadhu’ akan mendapat banyak simpati dari orang-orang
di sekitarnya.

2. Mempunyai Banyak Teman


Kemajuan teknologi dan modernisasi yang terus berkembang dengan pesatnya ini membuat
kita harus pintar-pintar memilih teman untuk menghindari pengaruh-pengaruh negative yang
diakibatkan dari tuntutan-tuntutan kemajuan teknologi tersebut.

Dengan memiliki sikap tawadhu, akan membuat orang lain jadi lebih nyaman berteman dan
bergaul dengan kita. Karena sifat tawadhu’ memberi banyak manfaat dan pengaruh baik bagi
orang-orang di sekitarnya sehingga akan mendapat penilaian positif dari orang-orang untuk
dijadikan teman.

3. Dihormati Orang

Sikap rendah hati dan tidak pernah menyombongkan diri di hadapan orang lain terhadap
ilmu-ilmu yang dimiliki akan secara otomatis mendapatkan nilai plus dan rasa hormat dari
orang lain.

4. Hatinya Selalu Tenteram dan Tenang

Umroh.com merangkum, dengan sikap tawadhu akan dapat membuat hati dan pikiran jadi
lebih terasa tenang serta tenteram. Tidak perlu merasa khawatir tentang kemampuannya yang
mungkin tidak diketahui oleh orang lain ataupun merasa tidak dihargai ilmunya. Karena ia
sadar bahwa kemampuan dan keilmuan yang dimiliki bukan untuk diumbar apalagi dipuji-
puji oleh orang lain.

5. Terhindar Dari Sifat Sombong Atau Takabur

Sifat tawadhu artinya akan menghindarkan kita dari sifat sombong dan takabur karena arti
dari sifat tawadhu’ sendiri menunjuk pada sifat rendah hati dan menyadari bahwa manusia
saling membutuhkan manusia lainnya meski apapun harta dan kasta yang dimilikinya.
Pahala tawadhu

Menurut Syaikh Izzudin dalam Syajarah al-Ma’arif, merendahkan diri (ikhbat) adalah
tawadhu kepada Allah SWT. Tawadhu itu refleksi dari watak rendah hati, tidak merasa besar.
Orang yang berwatak rendah hati, secara psikologis, bersedia merendahkan diri agar tidak
takabur. Jadi tawadhu adalah cermin pribadi yang berwatak rendah hati.

Secara subtansial, orang yang merendahkan diri di hadapan  manusia tidak berarti hina. Dia
hanya tidak lagi membutuhkan pujian dari sesama manusia. Dia hanya berharap pahala dari
Allah SWT dengan merendahkan diri di hadapan-Nya. Apalagi sejatinya manusia itu rendah.
Kendati meninggikan dirinya, akan tetap rendah hakikatnya.

Pahala tawadhu kepada Allah SWT adalah surga, seperti terurai dalam  Alquran,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan
merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni surga.
Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Hud/11: 23). Ini baru pahala yang berdimensi eskatologis.

Merendahkan diri kepada Allah SWT menurut Syaikh Nawawi Banten dalam Tanqih al-Qaul
al-Hatsits, berarti mengagungkan-Nya. Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang bersikap
merendah karena Allah, maka Allah akan meninggikannya. Dan barangsiapa yang bersikap
sombong, maka Allah akan merendahkannya.” (HR. Thabrani).

Allah SWT berfirman, “Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang merendahkan
diri.” (QS. al-Hajj/22: 34). Dalam ayat ini, yang dimaksud dengan orang yang merendahkan
diri, menurut pengarang Tafsir Jalalain, adalah orang yang taat. Maka ciri khas orang yang
tawadhu adalah orang yang taat dan takut kepada Allah SWT.

Merendahkan diri di hadapan manusia berarti juga meredam orang lain membanggakan
dirinya. Sebab sifat manusia memang suka berbangga dalam hal apa saja. Nabi SAW
bersabda, “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan diri
sehingga sebagian kalian tidak membanggakan diri kepada sebagian yang lain.” (HR.
Muslim).

Untuk meredam orang yang membanggakan dirinya dapat dilakukan dengan membanggakan
diri juga. Imam Jalaluddin al-Suyuthi dalam Lubab al-Hadits, mengutip hadits Nabi SAW,
“Bersikap sombonglah kamu terhadap orang yang sombong, karena sesungguhnya bersikap
sombong terhadap orang yang sombong adalah sedekah.” 

Namun tidak demikian halnya kepada orang-orang fakir, Nabi SAW melarang bersikap
sombong kepada mereka. Dalam Lubab al-Hadits Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang
bersikap sombong kepada orang fakir, maka Allah akan melaknatnya, dan barangsiapa yang
sombong kepada ulama, maka Allah akan membuka kejelekannya."

Selain itu, merendahkan diri berarti mencontoh sikap para nabi. Nabi SAW mengabarkan,
seperti yang dikutip Syaikh Nawawi Banten, “Sikap merendah termasuk akhlak para nabi,
sementara sikap sombong termasuk akhlak orang-orang kafir dan para Fir’aun”. Tentu
mencontoh akhlak mulia para nabi akan mendapatkan pahala yang besar. 

Hanya saja ada catatan tentang tawadhu ini. Secara praksis, tawadhu bukanlah merendahkan
diri untuk dihormati. Mengaku bodoh agar dikatakan  berilmu. Mengaku orang biasa agar
orang tahu bahwa sebenarnya dia adalah orang besar. Mengaku miskin agar orang tahu
bahwa sebenarnya dia memiliki kekayaan melimpah ruah. 

Dalam kaca mata tasawuf, orang  tawadhu adalah orang yang tidak memandang ada
kelebihan pada dirinya tinimbang orang lain. Kendati nyatanya ada, itu adalah karunia Allah
SAW semata. Begitu juga ketika melihat kekurangan seseorang, segera ia mencari kelebihan
yang mungkin ada pada orang itu. Agar dia tidak merasa mempunyai kelebihan.

MATERI LAIN

Sebagai seorang muslim, sudah semestinya memiliki sifat tawadhu. Sifat ini membuat
seseorang selalu tenang dalam menjalani kehidupannya. Tawadhu merupakan sifat atau
watak manusia yang rendah hati dan tidak sombong.

Ibnu Hajar berkata, “ Tawadhu adalah menampakkan diri lebih rendah pada orang yang ingin
mengagungkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu’ adalah memuliakan orang
yang lebih mulia darinya.” (Fathul Bari, 11: 341)

Tawadhu mengajarkan kita untuk senantiasa berlaku sopan dan santun terhadap sesama.
Memiliki adab dan etika yang baik baik terhadap yang lebih tua maupun yang muda. Sifat ini
pula akan membuat seseorang menjadi lebih bijaksana dalam setiap keputusannya.

Meskipun begitu, tak semua orang mampu mempraktekkan sifat tawadhu. Seperti yang
dikatakan oleh Syeikh Ibnu Athaillah, “ Orang yang tawadhu itu bukan ia yang ketika
merendah menganggap dirinya lebih tinggi dari yang dilakukannya. Namun, orang yang
tawadhu itu ia yang ketika merendah menganggap dirinya lebih rendah dari yang
dilakukannya."

Pengertian Tawadhu

© Ilustrasi Berdoa (Foto: Shutterstock.com)

Tawadhu dalam pengertian yang lebih sederhana adalah bersikap rendah hati. Namun, bukan
berarti merendahkan diri sendiri.

Tawadhu dapat diartikan sebagai sebuah tindakan yang percaya diri namun tidak merasa diri
kita lebih baik dari orang lain sekalipun memiliki banyak kelebihan.

Allah SWT berfirman, “ Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang ialah orang-orang
yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al-Furqon
ayat 63)
Seseorang yang memiliki sifat Tawadhu senantiasa dipenuhi oleh kebajikan dalam hatinya.
Sifat ini tak hanya membuat seseorang merasa selalu dicintai oleh sesama, namun juga
disukai oleh Allah SWT.

Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Sifat Tawadhu

© Ilustrasi Berdoa (Foto: Shutterstock.com)

Tawadhu merupakan salah satu sifat yang dianjurkan untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dan sifat ini menjadi kebalikan dari sifat takabur atau sombong.

Menurut Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitab Risalatul Muawanah
wal Mudhaharah wal Muwazarah tanda-tanda orang yang memiliki sifat tawadhu ialah
sebagai berikut:

1. Seseorang yang memiliki sikap tawadhu ialah mereka yang lebih senang tidak dikenal
daripada menjadi orang terkenal
2. Bersedia menerima kebenaran dari siapapun, baik dari kalangan orang terpandang maupun
dari kalangan orang yang rendah kedudukannya
3. Mencintai fakir miskin dan tidak segan-segan duduk bersama mereka
4. Selalu bersedia untuk mementingkan kepentingan orang lain dan senang ketika dimintai
pertolongan

Manfaat Tawadhu Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Menghindarkan dari Sikap Takabur

Takabur adalah salah satu sifat yang sangat dibenci Allah SWT. Takabur merupakan
perasaan sombong dan merasa dirinya lebih baik dari orang lain.

Seseorang yang memiliki sifat takabur membuatnya selalu ingin tampil hebat. Serta
memandang rendah orang selain dirinya.

Allah SWT pernah berfirman, “ Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui
apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong.” (QS. An-Nahl: 23)

Rasulullah SAW juga pernah memberikan peringatan untuk menjauhi sifat takabur.

"  Dari Abdullah bin Mas’ud bin Malik dari Rasulullah SAW beliau bersabda: Tidak akan
masuk surga orang yang terdapat dalam hatinya sifat takabur (sombong) walaupun hanya
seberat atom yang sangat halus sekalipun." (H.R Muslim).
Betapa sifat takabur harus dihindarkan dalam kehidupan. Dan mencoba untuk selalu bersifat
Tawadhu.  

Diangkat Derajatnya

Tawadhu merupakan akhlak terpuji yang sangat dicintai oleh Allah. Selain itu, setiap muslim
yang memiliki sikap tawadhu maka derajatnya akan diangkat oleh Allah SWT. Sedangkan,
orang yang mempunyai sifat sombong akan dihinakan oleh Allah.

Sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda:

" Tidaklah seorang bertawadhu yang ditunjukkan semata-mata karena Allah SWT, melainkan
Allah SWT akan mengangkat derajatnya." (HR Imam Muslim)

Lebih di sayangi oleh sesama

Orang yang memiliki sifat Tawadhu atau rendah hati tentunya akan lebih disukai oleh sesama
manusia. Karena ia tidak pernah merendahkan kehidupan orang lain. Meskipun memang
memiliki kelebihan.

Rasulullah SAW bersabda, “ Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki
sifat Tawadhu. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui
batas pada yang lain.” (HR. Muslim)

Inilah Sifat Tawadhu Rasulullah SAW


Tawadhu' adalah sifat terpuji seorang mukmin dan kebalikan dari sifat sombong. Tawadhu
merupakan sifat orang-orang saleh dan hanya sedikit yang memilikinya.

Allah Ta'ala mensifati orang-orang yang tawadhu di dalam Alqur'an. Allah berfirman yang
artinya: "Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang
berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka
(dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, salam," (QS. Al-Furqan: 63)

Dalah satu hadits, Rasulullah SAW bersabda: "Empat hal yang Allah tidak memberikannya
kecuali kepada orang orang yang dicintaiNya: [1] Diam (sedikit bicara) dan itu adalah awal
daripada ibadah, [2] Tawakal (berserah diri) kepada Allah, [3] Sifat Tawadhu', dan [4] Zuhud
terhadap dunia.

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) juga bersabda: "Dan sesungguhnya Allah
mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu'. Janganlah seseorang menyombongkan
diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain." (HR. Muslim)

Syeikh Ibnu 'Atha'illah memberi nasihat dalam salah satu kalam hikmahnya: "Mutawadhi
(orang yang tawadhu) itu bukanlah seseorang yang tawadhu namun merasa dirinya lebih dari
apa yang ia perbuat. Akan tetapi, orang tawadhu itu adalah yang meski ia tawadhu tapi
merasa dirinya kurang dengan apa yang telah ia perbuat".
Dikisahkan, suatu hari sahabat Abu Hurairah RA memasuki pasar bersama Rasulullah SAW.
Beliau kemudian membeli beberapa barang dan Abu Hurairah bergegas ingin membantu
Rasulullah, akan tetapi Rasulullah berkata: "Pemilik barang lebih berhak membawa
barangnya sendiri".

Begitulah ketawadhu'an beliau. Semua aktivitas di rumah beliau mengerjakannya sendiri dan
tidak menyuruh orang lain. Hanya beberapa hal saja beliau menyuruh orang lain.

Sayyidah Aisyah RA berkata: "Rasulullah SAW ketika masuk ke dalam rumah tidak
seorangpun dari kami yang lari atau takut, akan tetapi beliau masuk dengan sifat tawadhu'
nya, hingga seekor kambing yang ada di sekitar kami sering masuk dan keluar dengan
sendirinya. Tetapi ketika Rasulullah masuk ke dalam rumah, kambing itupun duduk dan tidak
bergerak sama seperti biasanya".

Dulu, ketika pembukaan Kota Makkah, Rasulullah SAW bersama tentara muslim berjumlah
puluhan ribu, Beliau masuk ke dalamnya dalam keadaan menundukan kepalanya yang mulia
hingga hampir jenggot beliau menyentuh pelana kendaraan.Rasulullah tidak pernah
berbusung dada atau berbangga diri meski dirinya seorang pemimpin pasukan bahkan
pemimpin umat ini. Beliau memasuki Kota Makkah dalam keadaan tawadhu' kepada
pemiliknya Allah 'Azza wa Jalla, Tuhan semesta Alam.

Mengamalkan Konsep Tawadhu, Cara Memperoleh Ketenangan Hati


dalam Islam
Dalam Islam, umat muslim mengenal konsep tawadhu dan dianjurkan untuk
mengamalkannya di kehidupan sehari-hari. Secara sederhana, tawadhu merupakan sikap
batin yang harus senantiasa diwujudkan secara proporsional dan wajar. Memiliki perilaku
tawadhu atau rendah hati merupakan salah satu cerminan seorang muslim yang beriman
kepada Allah SWT.

Untuk definisi yang lebih luas, tawadhu diartikan sebagai perilaku manusia yang memiliki
watak rendah hati, tidak sombong, atau merendahkan diri agar tidak terlihat sombong.
Tawadhu bukan hanya sekadar tata kerama belaka, namun perilaku ini memiliki makna yang
jauh lebih dahulu dari sopan santun, yaitu sikap batin yang menjelma dalam praktik lahiriyah
secara wajar dan bijaksana.

Seorang muslim hendaknya mengamalkan sifat tawadhu dalam kehidupannya karena akan
memberikan banyak manfaat padanya, salah satunya adalah menjaga hubungan sosialnya
dengan sesama. Ada begitu banyak prasangka buruk yang akan kamu temui setiap hari,
namun jika kamu berusaha untuk menerapkan tawadhu, maka kamu akan terhindar dari
keburukan.

Nah, buat kamu yang ingin mengamalkan konsep tawadhu dalam keseharian dan ingin tahu
lebih banyak tentang tawadhu, bisa melihat ulasannya berikut ini. Fimela.com akan mengulas
secara mendalam konsep tawadhu, sebagai suatu cara untuk mendapatkan ketenangan hati
dalam Islam.
Mengenal Arti Tawadhu
Ilustrasi Tawadhu Credit: pexels.com/pixabay

Memiliki akhlak yang baik adalah ciri-ciri orang yang bertakwa dan beriman, salah satu
akhlak yang baik ialah mengamalkan tawadhu. Tawadhu memiliki arti sebagai sikap yang
rendah hati, namun bukan berarti rendah diri. Tawadhu dapat diartikan sebagai sebuah
tindakan yang percaya diri, optimis, berani, serta tidak merasa diri kita lebih baik dari orang
lain sekalipun memiliki banyak kelebihan.

Seseorang yang berhasil mengamalkan tawadhu dalam kesehariannya akan dicintai dan
diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Hal ini karena Allah SWT mencintai hamba-Nya yang
berakhlak baik serta tidak memiliki sifat meninggikan diri sendiri. Perihal ini sesuai dengan
terjemahan surat Al-Furqon ayat 63, yakni:

"Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang ialah orang-orang yang berjalan di atas
bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. al-Furqon ayat 63)

Ciri-ciri Orang Tawadhu

Ilustrasi Sifat Tawadhu Credit: pexels.com/pixabay

Sifat tawadhu memang tidak mudah diukur karena hal tersebut merupakan cerminan yang ada
didalam hati, hanya Allah SWT sajalah yang bisa mengetahui. Terkadang godaan untuk
menjadi seseorang yang tawadhu justru adalah sifat munafik.
Namun, ada beberapa ciri-ciri yang bisa kamu gunakan untuk mengetahui apakah seseorang
tersebut memiliki sifat tawadhu atau tidak. Berikut ciri-cirinya:

 Seseorang yang memiliki sikap tawadhu ialah mereka yang lebih senang tidak dikenal
daripada menjadi orang terkenal.
 Bersedia menerima kebenaran dari siapapun, baik dari kalangan orang terpandang
maupun dari kalangan orang yang rendah kedudukannya.
 Mencintai fakir miskin dan tidak segan-segan duduk bersama mereka.
 Selalu bersedia untuk mementingkan kepentingan orang lain dan senang ketika
dimintai pertolongan.

Manfaat dari Bertawadhu

Ilustrasi Mengamalkan Sifat Tawadhu Credit: pexels.com/pixabay

Sebagai suatu sifat yang baik, tawadhu akan mendatangkan banyak manfaat pada dirimu, jika
kamu tulus mengamalkannya. Manfaat pertama yang bisa kamu dapatkan dari tawadhu ialah
terhindari dari perangai buruk yakni, sombong.

Takabur atau menyombongkan diri merupakan salah satu sifat yang paling dibenci oleh
Allah. Seseorang yang berperilaku sombong diancam akan dimasukkan ke neraka, sampai
dirinya bertobat. Oleh karena itu, salah satu manfaat bersikap tawadhu adalah menghindarkan
diri dari sikap takabur.

Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Al-Kharaithi, imam Al-Hasan bin
Sufyan, Ibnu La’al, dan imam Ad-Dailami dari sahabat Anas bin Malik r.a, berikut ini:
"Tidak ada manusia kecuali di kepalanya ada dua rantai, rantai di langit ke tujuh dan rantai di
bumi ke tujuh, jika ia tawadhu’ maka Allah akan mengangkatnya dengan rantai ke langit ke
tujuh, dan jika ia sombong maka Allah akan merendahkannya dengan rantai ke bumi ke
tujuh."

Manfaat yang kedua yakni dinaikkan derajatnya oleh Allah SWT karena mampu untuk
mengamalkan sifat tawadhu. Hal ini tidak berlebihan mengingat tidak semua orang mampu
untuk mengamalkannya. Janji Allah SWT ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim berikut ini, yang artinya:

"Tidaklah seorang bertawadhu yang ditunjukkan semata-mata karena Allah SWT, melainkan
Allah Azza wa Jalla akan mengangkat derajatnya." (HR Imam Muslim)

Hiasi Diri dengan Sifat Tawadhu’

Tawadhu’ adalah sifat yang amat mulia, namun sedikit orang yang memilikinya. Ketika
orang sudah memiliki gelar yang mentereng, berilmu tinggi, memiliki harta yang mulia,
sedikit yang memiliki sifat kerendahan hati, alias tawadhu’. Padahal kita seharusnya seperti
ilmu padi, yaitu “kian berisi, kian merunduk”.

Memahami Tawadhu’

Tawadhu’ adalah ridho jika dianggap mempunyai kedudukan lebih rendah dari yang
sepantasnya. Tawadhu’ merupakan sikap pertengahan antara sombong dan melecehkan diri.
Sombong berarti mengangkat diri terlalu tinggi hingga lebih dari yang semestinya.
Sedangkan melecehkan yang dimaksud adalah menempatkan diri terlalu rendah sehingga
sampai pada pelecehan hak (Lihat Adz Dzari’ah ila Makarim Asy Syari’ah, Ar Roghib Al
Ash-fahani, 299). Ibnu Hajar berkata, “Tawadhu’ adalah menampakkan diri lebih rendah
pada orang yang ingin mengagungkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu’
adalah memuliakan orang yang lebih mulia darinya.” (Fathul Bari, 11: 341)

Keutamaan Sifat Tawadhu’

Pertama: Sebab mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ًزا َو َما تَ َوا‬Žًّ• ‫ال َو َما زَا َد هَّللا ُ َع ْبدًا بِ َع ْف ٍو إِالَّ ِع‬
ُ ‫ض َع أَ َح ٌد هَّلِل ِ إِالَّ َرفَ َعهُ هَّللا‬ ٍ ‫ص َدقَةٌ ِم ْن َم‬ ْ ‫ص‬
َ ‫ت‬ َ َ‫َما نَق‬

“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba
sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang
memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.”
(HR. Muslim no. 2588). Yang dimaksudkan di sini, Allah akan meninggikan derajatnya di
dunia maupun di akhirat. Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan
memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia.
Sedangkan di akhirat, Allah akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena
sifat tawadhu’nya di dunia (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim,  16: 142)

Tawadhu’ juga merupakan akhlak mulia dari para nabi ‘alaihimush sholaatu wa salaam.
Lihatlah Nabi Musa ‘alaihis salam melakukan pekerjaan rendahan, memantu memberi
minum pada hewan ternak dalam rangka menolong dua orang wanita yang ayahnya sudah tua
renta. Lihat pula Nabi Daud ‘alaihis salam makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri.
Nabi Zakariya dulunya seorang tukang kayu. Sifat tawadhu’ Nabi Isa ditunjukkan dalam
perkataannya,

‫ًّا‬Ž•‫•ًًّرا بِ َوالِ َدتِي َولَ ْم يَجْ َع ْلنِي َجبَّارًا َشقًِي‬Ž َ‫َوب‬

“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi
celaka.” (QS. Maryam: 32). Lihatlah sifat mulia para nabi tersebut. Karena sifat tawadhu’,
mereka menjadi mulia di dunia dan di akhirat.

Kedua: Sebab adil, disayangi, dicintai di tengah-tengah manusia.

Orang tentu saja akan semakin menyayangi orang yang rendah hati dan tidak
menyombongkan diri. Itulah yang terdapat pada sisi Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

‫ضعُوا َحتَّى الَ يَ ْف َخ َر أَ َح ٌد َعلَى أَ َح ٍد َوالَ يَ ْب ِغى أَ َح ٌد َعلَى أَ َح ٍد‬


َ ‫َوإِ َّن هَّللا َ أَوْ َحى ِإلَ َّى أَ ْن تَ َوا‬

“Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah
seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas  pada yang lain.”
(HR. Muslim no. 2865).

Mencontoh Sifat Tawadhu’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Allah Ta’ala berfirman,

‫ُول هَّللا ِ أُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَوْ َم اآْل َ ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرًا‬
ِ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرس‬
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab: 21)

Lihatlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih memberi salam pada anak kecil dan yang
lebih rendah kedudukan di bawah beliau. Anas berkata,

‫أن النبي صلى هللا عليه و سلم كان يزور األنصار ويسلم على صبيانهم ويمسح رؤوسهم‬

“Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berkunjung ke orang-orang Anshor.


Lantas beliau memberi salam kepada anak kecil mereka dan mengusap kepala mereka.” (HR.
Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya no. 459. Sanad hadits ini shahih kata Syaikh Syu’aib Al
Arnauth) Subhanallah … Ini sifat yang sungguh mulia yang jarang kita temukan saat ini.
Sangat sedikit orang yang mau memberi salam kepada orang yang lebih rendah derajatnya
dari dirinya. Boleh jadi orang tersebut lebih mulia di sisi Allah karena takwa yang ia miliki.

Coba lihat lagi bagaimana keseharian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumahnya. Beliau
membantu istrinya. Bahkan jika sendalnya putus atau bajunya sobek, beliau menjahit dan
memperbaikinya sendiri. Ini beliau lakukan di balik kesibukan beliau untuk berdakwah dan
mengurus umat.
ِ ‫ صلى هللا عليه وسلم إِ َذا َكانَ ِع ْند‬ ِ‫ت لِ َعائِ َشةَ يَا أُ َّم ْال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ أي َش ْي ٌء َكانَ يَصْ نَ ُع َرسُوْ ُل هللا‬
‫َك؟‬ ُ ‫ع َْن عُرْ َوةَ قَا َل قُ ْل‬
ُ‫صفُ نَ ْعلَهُ َوي ُِخ ْيطُ ثَوْ بَهُ َويَرْ فَ ُع د َْل َوه‬
ِ ‫ “ َما يَ ْف َع ُل أَ َح ُد ُك ْم فِي ِم ْهنَ ِة أَ ْهلِ ِه يَ ْخ‬:‫ت‬ْ َ‫”قَال‬

Urwah bertanya kepada ‘Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?” Aisyah
menjawab, “Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika
sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat
air di ember.” (HR. Ahmad 6: 167 dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya no. 5676. Sanad
hadits ini shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth). Lihatlah beda dengan kita yang lebih
senang menunggu istri untuk memperbaiki atau memerintahkan pembantu untuk
mengerjakannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa rasa malu membantu pekerjaan istrinya.
‘Aisyah pernah ditanya tentang apa yang dikerjakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika berada di rumah. Lalu ‘Aisyah menjawab,

َّ ‫صاَل ةُ َخ َر َج إِلَى ال‬


‫صاَل ِة‬ َّ ‫ت ال‬ َ ‫َكانَ يَ ُكونُ فِي ِم ْهنَ ِة أَ ْهلِ ِه تَ ْعنِي ِخ ْد َمةَ أَ ْهلِ ِه فَإِ َذا َح‬
ْ ‫ض َر‬

“Beliau selalu membantu pekerjaan keluarganya, dan jika datang waktu shalat maka beliau
keluar untuk melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari no. 676). Beda dengan kita yang mungkin
agak sungkan membersihkan popok anak, menemani anak ketika istri sibuk di dapur, atau
mungkin membantu mencuci pakaian.

Nasehat Para Ulama Tentang Tawadhu’

‫ أن تخرج من منزلك فال تلقى مسلما ً إال رأيت له‬:‫ هل تدرون ما التواضع؟ التواضع‬:‫قال الحسن رحمه هللا‬
ً‫ عليك فضال‬.

Al Hasan Al Bashri berkata, “Tahukah kalian apa itu tawadhu’? Tawadhu’ adalah engkau
keluar dari kediamanmu lantas engkau bertemu seorang muslim. Kemudian engkau merasa
bahwa ia lebih mulia darimu.”

‫ من ال يرى فضله‬: ‫ وأكبر الناس فضال‬، ‫ من ال يرى قدره‬: ‫ « أرفع الناس قدرا‬:‫ الشافعي‬  ‫» يقول‬

Imam Asy Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak
pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak
pernah menampakkan kemuliannya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 304)

‫س بين يدَي فقير‬ ُ


ٍ ‫رأيت أحسنَ من غن ّي جال‬ ‫ “ما‬:‫”يقول بشر بن الحارث‬.

Basyr bin Al Harits berkata, “Aku tidaklah pernah melihat orang kaya yang duduk di tengah-
tengah orang fakir.” Yang bisa melakukan demikian tentu yang memiliki sifat tawadhu’.

‫ضع نف َسك عند من هو دونك في نعم ِة هللا حتى تعلِ َمه أن ليس لك‬
َ ‫التواضع أن ت‬
ِ ُ‫ “رأس‬:‫قال عبد هللا بن المبارك‬
])6/298( ‫بدنياك عليه فضل [أخرجه البيهقي في الشعب‬.

‘Abdullah bin Al Mubarrok berkata, “Puncak dari tawadhu’ adalah engkau meletakkan
dirimu di bawah orang yang lebih rendah darimu dalam nikmat Allah, sampai-sampai engkau
memberitahukannya bahwa engkau tidaklah semulia dirinya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6:
298)

‫ من كانت معصيته في شهوة فارج له التوبة فإن آدم عليه السالم عصى مشتهيا ً فاستغفر‬:‫قال سفيان بن عيينة‬
‫ فإن إبليس عصى مستكبراً فلعن‬.‫ فإذا كانت معصيته من كبر فاخش عليه اللعنة‬،‫فغفر له‬.

Sufyan bin ‘Uyainah berkata, “Siapa yang maksiatnya karena syahwat, maka taubat akan
membebaskan dirinya. Buktinya saja Nabi Adam ‘alaihis salam bermaksiat karena nafsu
syahwatnya, lalu ia bersitighfar (memohon ampun pada Allah), Allah pun akhirnya
mengampuninya. Namun, jika siapa yang maksiatnya karena sifat sombong (lawan dari
tawadhu’), khawatirlah karena laknat Allah akan menimpanya. Ingatlah bahwa Iblis itu
bermaksiat karena sombong (takabbur), lantas Allah pun melaknatnya.”

‫ والشرف في التواضع‬، ‫ والغنى في اليقين‬، ‫ وجدنا الكرم في التقوى‬:‫قال أبو بكر الصديق‬.

Abu Bakr Ash Shiddiq berkata, “Kami dapati kemuliaan itu datang dari sifat takwa, qona’ah
(merasa cukup) muncul karena yakin (pada apa yang ada di sisi Allah), kedudukan mulia
didapati dari sifat tawadhu’.”

.‫ وكل نعمة محسود عليها إال التواضع‬،‫التواضع أحد مصائد الشرف‬: ‫قال عروة بن الورد‬

‘Urwah bin Al Warid berkata, “Tawadhu’ adalah salah satu jalan menuju kemuliaan. Setiap
nikmat pasti ada yang merasa iri kecuali pada sifat tawadhu’.”

‫ما رأيت مثل أحمد بن حنبل!! صحبناه خمسين سنة ما افتخر علينا بشيء مما كان عليه‬: ‫قال يحيى بن معين‬
‫من الصالح والخير‬

Yahya bin Ma’in berkata, “Aku tidaklah pernah melihat orang semisal Imam Ahmad! Aku
telah bersahabat dengan beliau selama 50 tahun, namun beliau sama sekali tidak pernah
menyombongkan diri terhadap kebaikan yang ia miliki.”

‫ كالشجرة التي ال تثمر‬.. ‫الزاهد بغير تواضع‬: ‫قال زياد النمري‬

Ziyad An Numari berkata, “Orang yang zuhud namun tidak memiliki sifat tawadhu adalah
seperti pohon yang tidak berbuah.”[1]

Ya Allah, muliakanlah kami dengan sifat tawadhu’ dan jauhkanlah kami dari sifat sombong.

َ‫ق الَ يَ ْه ِدى ألَحْ َسنِهَا إِالَّ أَ ْنت‬


ِ َ‫اللّهُ َّم ا ْه ِدنِى ألَحْ َس ِن األَ ْخال‬
“Allahummah-diinii li-ahsanil akhlaaqi, laa yahdi li-ahsaniha illa anta (Ya Allah, tunjukilah
padaku akhlaq yang baik. Tidak ada yang dapat menunjuki pada baiknya akhlaq tersebut
kecuali Engkau)” (HR. Muslim no. 771).

Wallahu waliyyut taufiq.


Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/7870-hiasi-diri-dengan-sifat-
tawadhu.html

Ketika dipertanyakan bagaimana agar kita dapat memiliki sifat tawadhu ini? Dibutuhkan keikhlasan
dan kesabaran dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT, serta kesabaran dan keikhlasan dalam
berinteraksi dengan sesama manusia. Puasa yang dilakukan di bulan Ramadhan dapat menjadi
sarana untuk melatih diri memiliki sifat ikhlas dan sabar, sehingga pada akhirnya dapat meraih
derajat dan karakter tawadhu, jelas M. Ishaq Shamad.

Ciri-ciri Muslim yang Tawadhu’

Seorang muslim bertawadhu’ (rendah hati) dengan tidak merendahkan maupun menghinakan
dirinya di hadapan manusia dan semua makhluk kecuali hanya kepada Allah. Seorang
muslim bertawadhu agar mengangkat derajatnya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan
Allah telah menjanjikan tempat kembali yang paling baik di akhirat bagi orang yang
tawadhu’.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri
dan berbuat kerusakan di (muka) bumi.” (QS. Al Qashash : 83)

Tawadhu’ merupakan akhlak yang luhur dan sifatnya yang tinggi.Berikut beberapa ciri-ciri
dari orang-orang yang tawadhu’, diantaranya :

1. Ketika seseorang tidak menghendaki untuk tampil menonjol dihadapan orang lain,
meskipun ia sangat mampu akan hal itu.
2. Ketika seseorang mau mengalah dan memilih menghindari perdebatan, menutupi
kesalahan lawan debatnya serta mau menerima nasihat pada saat dirinya salah.
3. Ketika seseorang memuliakan orang lain yang lebih berilmu, tetapi tetap dengan tidak
merendahkan diri dihadapannya, misalkan dengan memberikan tempat duduknya
untuk seorang alim, kemudian menyajikan atau menghidangkan makanan untuk
seorang alim tersebut dan yang seperti itu.
4. Ketika seseorang menyambut kedatangan orang lain dengan senyum berseri dan
berwajah gembira, lemah lembut dalam berucap, memenuhi undangannya dan tidak
menganggap dirinya lebih baik dari orang tersebut.
5. Ketika seseorang mengunjungi orang lain yang kedudukannya lebih rendah,
membawakan sebagian barangnya atau berjalan bersama disampingnya.
6. Ketika seseorang duduk-duduk bersama orang fakir miskin, orang-orang sakit dan
penyandang cacat, mendatangi tempat mereka dan memenuhi permintaan mereka.

Ketika seseorang makan dan minum, berpakaian atau berkendara dijalanan dan semua itu
dilakukan tanpa berlebihan

Yang demikian itu beberapa ciri-ciri orang yang tawadhu’, maka sudah seharusnya sebagai
seorang muslim menunjukkan akhlak tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.

Perilaku Tawadhu dalam Kehidupan Sehari-hari


Orang yang bertawadhu akan tampak dari sikap dan perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari. Ciri
sikap tawadhu terbagi dua.

a. Tawadhu yang Terpuji


Tawadhu yang terpuji adalah ketawadhuan seseorang kepada Allah dan tidak mengangkat diri di
hadapan hamba-hamba Allah swt. Contoh perilaku tawadhu ini, antara lain:

1. Tidak berlebihan, baik dalam perhiasan, makanan, dan minuman;


2. Sopan santun dalam bertindak dan bersikap;
3. Merendahkan nada suaranya;
4. Gemar menolong orang yang membutuhkan pertolongan.

b. Tawadhu yang Dibenci


Tawadhu yang dibenci adalah tawadhunya seseorang kepada Allah karena menginginkan dunia ada
di sisinya. Contoh perilaku tawadhu ini, antara lain:

1. Bersikap sopan santun karena memiliki maksud yang tidak baik;


2. Tidak berlebihan memakai harta karena takut dicuri atau dimintai zakat;
3. Menolong orang yang membutuhkan pertolongan dengan maksud ada imbalan dari yang
ditolongnya.

Nah, itulah arti tawadhu beserta contoh sikap tawadhu Nabi dan contoh sikap tawadhu dalam
kehidupan sehari-hari, ada baiknya jika kita selalu memelihara sifat tawadhu yang terpuji ini
meskipun kita sedang berada diatas atau sedang sukses. Karena sifat sombong bisa menjatuhkan
kita kembali. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda.

Tawadhu, lawan kata dari sombong. Seseorang yang memiliki sikap tawadhu senantiasa akan hidup
lebih bahagia. Apa keutamaan dari tawadhu dalam Islam?

Tawadhu adalah nama lain dari sikap rendah hati. Tawadhu bukan rendah diri, akan tetapi tawadhu
adalah percaya diri, berani dan optimis. Memiliki sifat tawadhu berarti merasa diri kita orang biasa,
sekalipun memiliki banyak kelebihan.

Ciri-ciri dari sifat tawadhu adalah tidak suka atau tidak berambisi menjadi orang terkenal,
menjunjung tinggi kebenaran, mau bergaul dengan fakir miskin dan bahkan tulis mencintai mereka
serta ringan tangan membantu orang.

Tawadhu yang dibenarkan adalah tamalluq. Yakni sikap rendah hati seorang murid pada gurunya
agar dia dapat mengambil manfaat ilmunya. Islam memerintahkan umatnya agar berendah hati
tetapi melarang kita berendah diri.

Berikut keutamaan tawadhu yang menjadi salah satu sifat terpuji di dalam Islam:

1. Diangkat Derajatnya

Allah SWT akan memuliakan dan mengangkat derajat orang-orang yang tawadhu sehingga manusia
pun menghormatinya.
Dalam sebuah sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda,

"Tidaklah seorang bertawadhu yang ditunjukkan semata-mata karena Allah SWT, melainkan Allah
Azza wa Jalla akan mengangkat derajatnya."

2. Tawadhu Menghasilkan Keselamatan

Tawadhu dapat memberikan kita keselamatan, mendatangkan persahabatan, menghapuskan


dendam dan menghilangkan pertentangan.

Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bertawadhu, sehingga seseorang tidak
merasa bangga lagi sombong terhadap orang lain dan tidak pula berlaku aniaya kepada orang lain."
HR Muslim (XVII/200 dalam Syarh Shahiih Muslim, Imam an-Nawawi) dan selainnya, dari hadits
'Iyadh bin Hamad.

3. Menghindarkan Diri dari Sifat Sombong

Begitu spesialnya tawadhu, sehingga Allah mengistimewakan mereka yang memiliki sifat tawadhu.
Allah akan mengangkat derajat mereka yang memiliki sifat tawadhu, dan akan membenamkan
mereka yang bersifat sombong.

Dengan bertawadhu, kita senantiasa akan dihindarkan dari sikap sombong. Ciri-ciri dari sifat
tawadhu adalah tidak suka atau tidak berambisi menjadi orang terkenal, menjunjung tinggi
kebenaran, mau bergaul dengan fakir miskin dan bahkan tulis mencintai mereka serta ringan tangan
membantu orang.

Tawadhu yang dibenarkan adalah tamalluq. Yakni sikap rendah hati seorang murid pada gurunya
agar dia dapat mengambil manfaat ilmunya. Islam memerintahkan umatnya agar berendah hati
tetapi melarang kita berendah diri.

Berikut keutamaan tawadhu yang menjadi salah satu sifat terpuji di dalam Islam:

1. Diangkat Derajatnya

Allah SWT akan memuliakan dan mengangkat derajat orang-orang yang tawadhu sehingga manusia
pun menghormatinya.
Dalam sebuah sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda,

"Tidaklah seorang bertawadhu yang ditunjukkan semata-mata karena Allah SWT, melainkan Allah
Azza wa Jalla akan mengangkat derajatnya."

2. Tawadhu Menghasilkan Keselamatan

Tawadhu dapat memberikan kita keselamatan, mendatangkan persahabatan, menghapuskan


dendam dan menghilangkan pertentangan.

Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bertawadhu, sehingga seseorang tidak
merasa bangga lagi sombong terhadap orang lain dan tidak pula berlaku aniaya kepada orang lain."
HR Muslim (XVII/200 dalam Syarh Shahiih Muslim, Imam an-Nawawi) dan selainnya, dari hadits
'Iyadh bin Hamad.

3. Menghindarkan Diri dari Sifat Sombong

Begitu spesialnya tawadhu, sehingga Allah mengistimewakan mereka yang memiliki sifat tawadhu.
Allah akan mengangkat derajat mereka yang memiliki sifat tawadhu, dan akan membenamkan
mereka yang bersifat sombong.

Dengan bertawadhu, kita senantiasa akan dihindarkan dari sikap sombong.

Anda mungkin juga menyukai