Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

Akhlaq Terhadap Allah SWT

A. TAQWA

Taqwa adalah memlihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintahnya dan
menjauhi segala laranganya.

 Muttaqin adalah orang orang yang memlihara diri mereka dari adzab dan kemarahan
Allah di dunia dan akhirat dengan cara berhenti di garis batas yang telah di tentukan.
 Perumpamaan hidup bertaqwa adalah seperti berjalan di tengah hutan rimba belantara,
yang harus hati hati dengan segala marabahaya.
 Hakikat Taqwa adalah integralisasi dari iman, islam, dan ihsan.
 kriteria muttaqin dalam surat Al baqarah ayat 3-4;
 beriman kepada yang ghaib
 mendirikan shalat
 menafkahkan sebagian dari rezekinya
 beriman dengan kitab kitab suci
 beriman dengan hari akhir
 Taqwa dicirikan dengan iman (a,d,e) islam (b) ihsan (c)
 Kualitas ketaqwaan seseorang menentukan tingkat kemuliaannya di sisi Allah SWT.
 Buah dari Taqwa kepada Allah;
1. Mendapatkan sikap furqan, yaitu sikap tegas membedakan yang hak dan bathil.
2. Mendapatkan limpahan berkah dari langit dan bumi.
3. Mendapatkan jalan keluar dari kesuliatan.
4. Mendapatkan rezeki tanpa di duga.
5. Mendapatkan kemudahan dalam urusanya.
6. Menerima pengampunan dosa serat mendapatkan pahala yang besar.
B. CINTA DAN RIDHA
 Cinta adalah kesadaran diri, dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang terpaut
hatinya dengan apa yang di cintanya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.
 Pembagian cinta;
1. Cinta utama : cinta kepada Allah dan rasulNya
2. Cinta menengah : cinta kepada bapak, ibu, saudara, harta, benda,
kedududkan dll.
3. Cinta paling rendah : apabila cinta menengah diangkat melebihi cinta
utama.
 Ridha adalah menerima dengan sepenuh hati tanpa penolakan segala sesuatu yang
datang dari Allah SWT.
 Manusia akan mendapat ridha karena mencintai Allah dan yakin atas segala yang di
kehendakiNya pasti yang terbaik dan tidak merugikan manusia.
 Dengan cinta kita mengharapkan ridhaNya, dan dengan ridha kita mengharapkan
cintaNya.

C. IKHLAS
 Ikhlas secara bahasa adalah bersih, jernih, murni
 Ikhlas secara terminology adalah beramal/berbuat tanpa pamrih semata mata
mengharapkan ridha Allah SWT.
 Tiga unsur keikhlasan;
1. Niat yang ikhlas.
2. Beramal dengan sebaik baiknya.
3. Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat.
 Keutamaan ikhlas; tidak akan pernah sombong kalau berhasil, tidak putus asa kalau
gagal, tidak lupa diri menerima pujian, dan tidak mundur dengan cacian.
 Riya adalah lawan dari ikhlas, melakukan sesuatu bukan karena Allah, tapi karena dipuji
atau pamrih.
 Sifat riya adalah sifa orang munafik.
 Riya atau syirik kecil dapat menghapus pahala amalan seseorang.

D. KHAUF DAN RAJA’


 Khauf didahulukan dari riya’.
 Khauf adalah kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukai yang akan
menimpanya, atau membayngkan sesuatu yang dimilikinya hilang.
 Sebab seseorang takut kepada Allah menurut sayyid sabiq;
1. Karena dia mengenal Allah (khauf al ‘arifin)
2. Karena dosa dosanya, dia takut akan adzab Allah SWT.
 Dampak positif dari khauf menurut sayyid sabiq;
1. Melahirkan keberanian untuk menyatakan kebenaran dan menolak
kemungkaran.
2. Menyadarkan untuk tidak maksiat dan menjauhkan dari bentuk
kefasikan.
 Raja’ atau harap adalah memautkan hati kepada sesuatu yang disukai pada masa yang
akan datang.
 Raja’ harus didahului oleh usaha yang sungguh sungguh.
 Hidup didunia ibarat bercocok tanam yang panenya nanti di akhirat kelak.
 Khauf dan Raja’ harus sejalan dan seimbang dalam diri seseorang muslim.

E. TAWAKAL
 Tawakal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan
menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepada Allah.
 Tawakal adalah salah satu buah keimanan.
 Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal. Tidaklah dikatakan
tawakal kalau hanya pasrah menunggu nasib.
 Rasulullah telah member banyak contoh dari tawakal di berbagai aspek kehidupan,
perdagangan pertanian, perindustrian, dan lain sebagainya.
 Jangan bertawakal kepada ikhtiar. walaupun kita sudah ikhtiar akan tetapi hasil tetap
Allah yang menentukan.
 Hikmah tawakal
1. Mendapatkan ketenangan batin.
2. Kalau mengalami kegagalan maka tidak akan putus asa.
3. Menerima ujian dengan sabar.
4. Tidak sombong dan membanggakan diri.
F. SYUKUR
 Syukur ialah memuji si pemberi nikmat atas atas kebaikan yang telah dilakukannya.
 Syukur berkaitan dengan hati, lisan dan badan. 3 dimensi syukur;
1. Mengakui nikmat dalam batin -> ma’rifah dan mahabbah
2. Membicarakanya secara lahir -> memuja
3. Menjadikanya sebagai sarana untuk menjalankan ketaatan kepada Allah
dan menahan diri dari maksiat -> amalan
 Keutamaan syukur;
o Akan ditambah nikmatnya.
o Bersyukur kepada Allah berarti bersyukur untuk dirinya sendiri.

G. MURAQABAH
 Berasal dari kata raqaba yang berarti menjaga, mengawal, dan mengamati.
 Muraqabah adalah kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu berada dalam
pengawasan Allah SWT.
 Kesadaran itu lahir dari keimanannya bahwa Allah dengan sifat ‘ilmu, sama’, dan
bashar.
 Muhasabah (perhitungan, evaluasi) dilakukan sebelum dan sesudah amal untuk
menghitung dan mempertimbangkan terlebih dahulu baik buruknya suatu pekerjaan.
 Muhasabah sesudah amal ada 3;
1. Muhasabah hak Allah SWT. Yaitu tentang keikhlasan beramal kepada
Allah
2. Muhasabah amalan yang lebih baik tidak dilakukan dari pada
melakukanya.
3. Muhasabah amalan mubah atau kebiasaan, apakah yang dia lakukan
karena ridha Allah dan akhirat? Jika mencari ridha Allah maka dia akan
beruntung, jika tidak dia akan merugi.
 Manfaat muhasabah;
 Untuk mengetahui kelemahan diri supaya dapat memperbaikinya.
 Untuk mengetahui hak Allah.
 Untuk mengurangi beban hisab hari esok.
H. TAUBAT
 Taubat berasal dari kata taba yang artinya kembali
 Taubat adalah kembali dari sesuatu yang tercela menuju sesuatu yang terpuji, kembali
dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang di benci Allah menuju yang di ridhai
Allah.
 Tidak ada iatilah terlambat untuk bertaubat, kecuali kalau nyawa sudah berada di
tenggorokan.
 5 dimensi taubat;
1. Menyadari kesalahan.
2. Menyesali kesalahan.
3. Memohon ampun kepada Allah SWT.
4. Berjanji tidak mengulanginya lagi.
5. Menutup kesalahan masa lalu dengan amal shaleh.
BAB 3

Akhlak Terhadap Rasulullah SAW

A. MENCINTAI DAN MEMULIAKAN RASUL


 Sebagai orang mukmin seharusnya mencintai rasulullah melebihi cinta kita kepada
siapapun selain Allah.
 Cinta kepada Allah dan rasulNya ini adalah sebagai cinta yang pertama dan utama.
 Cinta kepada rasul dengan meneladani segala perbuatan rasul.
 Kiita juga berkewajiban menghormati dan memuliakan beliau, daripada memuliakan tokoh
mana pun dalam sejarah umat islam.
 Bentuk penghormatan para sahabat tidak mendahului beliau dalam mengambil keputusan
atau menjawab pertanyaan.
B. MENGIKUTI DAN MENAATI RASUL
 Ketaatan kepada beliau bersifat mutlak,karena taat kepada beliau merupakan bagian dari
taat kepadah SWT.
 Adakalanya taat kepada Rasulullah disebut secara eksplisit sehingga kalimatnya “taatlah
kepada Allah dan taatlah kepada Rasul”, dan ada kalanya dengan ‘athaf (diikutkan) saja
kepada perintah taat kepada Allah, sehingga kalimatnya menjadi “taatlah kepada Allah dan
rasulNya”.
 Rasulullah diberi kewenangan tidak hanya menjelaskan dan menegaskan ajaran dan aturan
Allah, tapi juga menetapkan apa apa yang belum ditetapkan oleh Al Quran.
 Aspek aqidah
 Aspek ibadah
 Aspek akhlaq
 Aspek mu’amalah
 Diantara 4 aspek tersebut dijelaskan terperinci;
1. Bersifat statis-> aqidah, ibadah, akhlaq -> tidak boleh mengalami perubahan karna
sebagai dasar atau landasan normatif.
2. Bersifat dinamis -> mu’amalah -> selalu terbuka menerima perubahan, berdasarkan
prinsip prinsip dasar islam.
C. MENGUCAPKAN SHALAWAT DAN SALAM
 Perintah untuk bershalawat dan salam kepada Rasul tertulis d surat Al Ahzab 33;56. Bahwa
Allah dan malaikatNya bershalawat kepada beliau, untuk menunjukan betapa mulia dan
terhormatnya kedudukan beliau d sisi Allah SWT.
 Menurut Al Ghazali khalil ‘Aid dalam tafsirnya;
o Shalawat dari Allah -> rahmah dan keridaan
o Shalawat dari Malaikat -> permohonan ampun dan do’a.
o Shalawat dari orang yang beriman -> penghormatan dan do’a supaya Allah SWT
menambah kemuliaan dan kehormatan bagi beliau.
 Allah memerintahkan untuk shalawat bukan karena nabi membutuhkanya, melainkan
untuk kbaikan kita sendiri dan bukti penghormatan kita kepada beliau.
 Selain membaca dalam ibadah shalat, kita dianjurkan sebanyak mungkin mengucapkan
shalawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW.
 Orang yang tidak bershalawat ketika mendengar nama beliau disebut adalah orang yang
bakhil.
 Demikianlah, sebagai wujud dari iman, cinta dan hormat kita kepada nabi Muhammad
SAW dan juga sebagai bentuk terima kasih kita atas jasa jasa beliau yang tidak ada
tandinganya, untuk umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai