Anda di halaman 1dari 13

Akhlak

Beraqidah
Kelompok 2
Nama Kelompok 2

0 AURA ZAHRA 0 Feryn Flovita Tanujaya


1 23022000267
2 23022000268

0 Winda Nur Irnasari 0 Nova Adita Romadhon


3 23022000269
4 23022000272
Tiga Pokok Bahasan

Meyakini Bahwa Dunia


1 Mengesakan Allah dan
2 Sarana Mencapai Akhirat
Menjauhi Perbuatan Syirik Bukan Tujuan

Berprasangka Baik dan


3 Tidak Berputus Asa Dengan
Takdir Allah
0
1 Mengesakan Allah dan Menjauhi
Perbuatan Syirik
Pengertian Akhlak dan
Akidah
 Akhlak adalah perilaku atau sifat moral yang
dimiliki oleh seseorang yang mencerminkan
kepribadian dan karakternya.

 Aqidah dalam agama Islam berarti percaya


sepenuhnya kepada keesaan Allah, di mana
Allah-lah pemegang kekuasaan tertinggi dan
pengatur segala apa yang ada di jagad raya.
Mengesakan Allah

Dalam istilah sederhana, tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah SWT dalam
mengerjakan ibadah, seperti berdoa, berkurban, berserah diri, dan berharap.
Dasar mengenai ilmu tauhid ini salah satunya disebutkan dalam Al-Qur'an surah Luqman
ayat 13. Allah SWT berfirman,
١٣ ‫َو ِاْذ َقاَل ُلْقٰم ُن اِل ْبِنٖه َو ُهَو َيِع ُظٗه ٰي ُبَنَّي اَل ُتْش ِرْك ِباِهّٰللۗ ِاَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم َع ِظ ْيٌم‬
Artinya: "(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya,
"Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar."
Menjauhi Perbuatan Syirik
Perbuatan syirik adalah dosa yang paling dibenci Allah dan Rasulullah SAW.
Syirik adalah perbuatan menyembah, menyekutukan, serta percaya pada
kekuatan dan kuasa selain Allah.
Perbuatan syirik dapat disamakan dengan perbuatan kufur ibadah. Orang-orang
yang berbuat syirik kepadanya disebut sebagai musyrik. Allah tidak akan
mengampuni orang yang berbuat syirik kepadanya, apalagi jika orang tersebut
meninggal dunia dalam kemusyrikan. Bahaya Perbuatan Syirik
 Sulit menerima kebenaran.
 Munculnya perasaan bimbang dan ragu.
 Tidak boleh diangkat menjadi pemimpin bagi kaum yang beriman.
 Mendapat ganjaran siksa neraka.
0
2 Meyakini Bahwa Dunia Sarana
Mencapai Akhirat Bukan Tujuan
Jika ada yang bertanya, untuk apa sebenarnya manusia diciptakan di dunia ini? Sebagai seorang muslim, tentu akan
menjawabnya untuk beribadah. Manusia adalah mahluk paling sempurna diantara mahluk lainnya. Selain penciptaannya
yang telah dikaruniai akal dan fikiran sebagai landasan untuk diri dalam bersikap, manusia juga dikaruniai hati untuk dapat
merasa antara yang satu dengan yang lainnya. Pada fase inilah manusia akan diuji akan pemanfaatan berbagai anugerah
yang dikaruniakan terhadap dirinya. Apakah manusia tersebut akan dapat meraih keridhoan Ilahi ataukah malah sebaliknya
meraih kemurkaan. Pada tahapan inilah seorang manusia akan diuji akan tingkat keimanannya terhadap sang penciptanya.
Karena melalui kehidupan duniawi yang telah dikaruniai berbagai dinamika persoalan hidup, manusia akan diuji tentang
kebijaksanaannya dalam memanfaatkan karunia Ilahi yang telah dilekatkan dalam dirinya. Terutama dalam hal bersikap
antara yang satu dengan yang lainnya.Untuk itu ada bebarapa hal penting yang harus dipahamkan dalam diri seorang
manusia yaitu pemahaman bahwa diri adalah mahluk ciptaan yang dikodratkan untuk menjadi khalifah dimuka bumi.
Selain mempunyai peran untuk menjaga keseimbangan dibumi, manusia juga mempunyai kewajiban untuk mengumpulkan
pundi-pundi pahala yang akan menjadi bekal dirinya ketika dipanggil untuk menghadap sang penciptanya kelak. Dalam
kehidupan duniawi banyak hal yang diberikan sebagai pilihan hidup bagi manusia. Ada jalan yang baik dan juga ada jalan
yang tidak baik.
0
3
Berprasangka Baik dan Tidak Berputus
Asa Dengan Takdir Allah
Berprasangka Baik Kepada Allah
Salah satu akhlak seorang hamba terhadap Rabbnya adalah berprasangka baik kepada Allah SWT. Prasangka baik ini dapat berupa
berpandangan positif terhadap semua takdir Allah SWT. Dalam bahasa Arab, berprasangka baik disebut dengan istilah husnuzzan. Ada
sebuah hadits qudsi yang menyebut, "Aku bergantung bagaimana sangkaan hamba-Ku kepada-Ku.“
Berprasangka baik kepada Allah SWT merupakan sebuah cara pandang yang baik dalam menerima berbagai keputusan yang diberikan
oleh Allah SWT. Dengan berprasangka baik, maka seorang muslim telah yakin dengan keputusan Allah SWT. Berikut beberapa contoh
berprasangka baik kepada Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari:
• Tidak berputus asa dalam dalam memperjuangkan sesuatu yang baik untuk dirinya karena Allah SWT.
• Menjaga hati dari prasangka buruk dengan meyakini selalu akan keputusan Allah SWT.
• Menyikapi segala pemberian dengan sikap syukur dan sabar.
• Berikhtiar dengan beribadah dan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Salah satu hikmah berprasangka baik kepada Allah SWT adalah bisa mengubah takdir Allah SWT, sebab takdir turut bergantung pada
prasangka kita. Selain itu, dengan memahami makna berprasangka baik kepada Allah SWT, maka seorang muslim akan kian membangun
keyakinan bahwa Allah akan selalu memberikan rahmat dan ampunan bagi hambanya untuk menjadi lebih baik.
Tidak Berputus Asa Dengan Takdir Allah
Alquran melarang orang yang beriman untuk berputus asa dari rahmat Allah. Bahkan sikap putus asa dikaitkan dengan sikap kufur
yakni mengingkari nikmat Allah. Karena orang yang berputus asa biasanya hanya fokus pada nikmat yang hilang atau harapan yang
tak terwujud sementara nikmat-nikmat Allah lainnya yang justru lebih besar dan lebih banyak tidak lagi dirasakannya. Bila ia
menyadari dan yakin bahwa mendapat nikmat dan hilangnya nikmat karena rahmat Allah maka tidak perlu ia berputus asa. Harta
adalah nikmat. Pekerjaan adalah nikmat. Kesehatan adalah nikmat. Begitu nikmat tersebut satu persatu Allah ambil kembali kita
sering sedih, risau dan berputus asa. Dalam kisah Nabi Yusuf, ayahnya Nabi Ya’qub melarang anak-anaknya untuk berputus asa
dalam mencari keberadaan Nabi Yusuf dan saudaranya Bunyamin. Ia selalu yakin dan optimis dalam doa-doanya akan kembali
bertemu dengan anaknya tercinta Nabi Yusuf yang sejak kecil hingga dewasa hilang darinya. Seorang muslim yang beriman tidak
boleh berputus asa sebab Allah sebaik-baik penolong dan pelindung. Apabila kita tidak bisa lagi menahan suatu cobaan lagi, maka
pasrahkan saja semua kepada Allah SWT sebaik-baik pengatur. Dalam hal ini, orang beriman diperintahkan untuk bersandar kepada
Allah SWT lewat zikir dan doa. Salah satu zikir itu adalah "hasbunallah wa nikmal wakil" yang artinya "cukuplah Allah SWT
sebagai penolong bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.“
Allah SWT berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 173 yang berbunyi,
... ‫َّو َقاُلْو ا َح ْسُبَنا ُهّٰللا َو ِنْع َم اْلَو ِكْيُل‬
Terjemahan:
dan mereka menjawab, "Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung“.
Zikir inilah yang dapat menyelamatkan Nabi Ibrahim AS ketika berada dalam kobaran api yang menyala-nyala. Beliau percaya
bahwa hanya Allah sebaik-baik penolong dan pelindung.
Terima Kasih!!

Anda mungkin juga menyukai