Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang
penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh
bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya, apabila
akhlaknya baik maka sejahteralah lahir batinnya, dan apabila rusak akhlaknya
maka rusaklah lahir batinnya.
Akhlak yang baik selalu membuat orang selalu menjadi aman, tenang, dan
tidak adanya perbuatan yang tercela. Seseorang yang berakhlak mulia selalu
melaksanakan kewajiban-kewajibannya, dia melakukan kewajiban terhadap
dirinya sendiri yang menjadi hak dirinya, terhadap tuhan yang menjadi hak
tuhannya, terhadap makhluk lain dan terhadap sesama manusia.
Karna ternyata keislaman seseorang tidak diukur oleh luas ilmu, keimanan
seseorang tidak diukur oleh hebat pembicaraan, kedudukan seseorang disisi
Allah tidak juga diukur oleh kekuatan ibada semata. Tapi semua kemuliaan
seorang yang paling benar islam yang paling baik iman yang paling di cintai
oleh Allah dan yang akan menemui Rasulullah ternyata sangat khas yaitu orang
yang paling mulia akhlaknya. Walhasil sehebat apapun pengetahuan dan amal
kita sebanyak apapun harta kita setinggi apapun kedudukan kita jikalau akhlak
rusak maka tidak bernilai. Yakinlah bahwa Rasulullah diutus kedunia ini untuk
menyempurnakan akhlak.
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan beberapa rumusan


masalah adalah:

1. Bagaimana akhlak terhadap Allah SWT ?


2 Macam-macam akhlak terhadap Allah SWT ?

A. Tujuan Penulisan
Berangkat dari pembuatan makalah ini, kita akan mengajak teman-teman
untuk sedikit banyak mengulas apa saja yang harus kita ketahui dan
pahami tentang berakhlak kepada Allah SWT dengan semestinya, yang
mana setelahanya diharapkan mampu memberikan kontribusi positif
dalam berakhlak kepada Allah SWT, Aamiin.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akhlak Manusia Sebagai Hamba Allah

Manusia sebagai hamba Allah sepantasnya mempunyai akhlak yang


baik kepada Allah. Hanya Allah-lah yang patut disembah. Selama hidup
didunia apa saja yang diterima dari Allah sungguh tidak dapat dihitung,
sebaimana Allah berfirman dalam Qur’an surat an-Nahl:18 yang artinya “ dan
jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah niscaya kamu tidak akan dapat
menentukan jumlahnya, sesungguhnya Allah benar-benar maha pengampun
lagi maha penyayang”.

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh seorang hamba terhadap sang khaliq (pencipta).

Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara memuji-


nya, yakni menjadikan tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai dirinya.
Oleh sebab itu manusia sebagai hamba Allah mempunyai cara-cara yang tepat
untuk mendekatkan diri kepada-nya caranya adalah sebagai berikut.

1. Takwa

Definisi takwa yang paling populer adalah memelihara diri dari siksaan
Allah SWT, dengan mengikuti segala perintahnya dan menjauhi segala
larangannya. Lebih lanjut thabbarah mengatakan bahwa makna asal dari
takwa adalah pemeliharaan diri. Diri tidak perlu pemeliharaan kecuali
terhadap apa yang dia takuti, yang paling dia takuti adalah Allah SWT, rasa
takut memerlukan ilmu terhadap yang ditakutinya, oleh sebab itu yang
berilmu tentang Allah akan takut kepadanya dan yang takut kepada Allah
akan takut kepadanya. Muttaqin adalah orang yang memelihara diri dari
azab dan kemarahan Allah didunia dan diakhirat, dengan cara berhenti dari
garis batas yang telah di tentukan, melakukan perintah-perintahnya dan
menjauhi larangan-larangannya, sedangkan Allah tidak memerintahkan
kecuali yang baik untuk manusia dan tidak melarang kecuali yang memberi
mudharat kepada mereka1.

a. Hakikat takwa dan kriteria orang bertakwa

Bila ajaran islam dibagi menjadi iman, islam, dan ikhsan maka
pada hakikatnya takwa adalah integralisasi ketiga dimensi tersebut.

Dalam surat al-Baqarah ayat 2-4 disebutkan empat kriteria orang-


orang yang bertakwa, yaitu

1) Beriman kepada yang ghoib


2) Mendirikan sholat
3) Menafkahkan sebagian rezeki yang diterima dari Allah
4) Beriman dengan kitab suci al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya
5) Dan beriman dengan hari akhir

Dalam dua ayat ini, takwa dicirikan dengan iman (no.1,4 dan 5),
islam (no.2), dan ikhsan (no.3).

Sementara itu dalam surat al-Imran 134-135 disebutkan empat


diantara ciri-ciri orang yang bertakwa yakni:

1) Dermawan
2) Mampu menahan marah
3) Pemaaf
4) Istigfar dan taubat dari kesalahan-kesalahannya

b. Buah dari takwa


1) Mendapatkan sikap furqon yaitu tegas, membedakan antara yang hak
dan batil (al-Anfal:29)

1
. Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak,(Yogaykarta: LPPI,2005),h.17
2) Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan (al-Thalaq:2)
3) Mendapat rezeki yang tidak diduga-duga (al-Thalaq:3)
4) Mendapat limpahan berkah dari langit dan bumi (al-A’raf:96)
5) Mendapatkan kemudahan dalam urusannya (al-Thalaq:4)
6) Menerima penghapusan dosa dan pengampunan dosa serta mendapat
pahala besar (al-Anfal:5), (al-Anfal:29)2

2. Ikhlas

Secara etimologi ikhlas berasal dari bahasa arab khalasha yang


artinya bersih, jerni, murni. Dan secara terminologi yang dimaksud dengan
ikhlas adalah beramal semata-mata mengharapkan ridho dari Allah SWT.
Dalam bahasa populernya ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih, hanya
semata-mata karna Allah.

a. Tiga unsur keikhlasan


1) Niat yang ikhlas (semata-mata mencari ridho Allah)

Dalam islam faktor niat sangat penting, apa saja yang


dilakukan seorang muslim haruslah berdasarkan niat mencari ridho
Allah SWT, bukan berdasarkan motifasi lain.

‫انما األعمال بالنيات وانما لكل امرئ مانوى‬

“ Sesungguhnya segala amal perbuatan bergantung kepada


niatnya dan sesungguhnya setiap orang memperoleh sesuatu sesuai
dengan niatnya”.

2) Beramal dengan tulus dan sebaik-baiknya

2
. Ilyas Yunahar, Kuliah Akhlak, Op.Cit.,h.22
Setelah memiliki niat yang ikhlas, seorang muslim yang
mengaku ikhlas melakukan sesuatu harus membuktikannya dengan
melakukan perbuatan itu dengan sebaik-baiknya, dia mengerjakannya
dengan profesional yang tinggi, tidak boleh sembarangan, asal jadi,
apalagi acak-acakan. Kualitas amal atau pekerjaan tidak ada kaitannya
dengan honor atau imbalan materi. ” Sesungguhnya Alah SWT
menyukai bila seorang beramal dia melakukannya dengan sebaik-
baiknya”.

3) Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat


Unsur ketiga dari keikhlasan adalah menyangkut pemanfaatan
hasil yang diperoleh. Misalnya menuntut ilmu, setelah berhasil dengan
mendapatkan ilmu yang di tandai dengan keberhasilan meraih gelar
bagaimana dia memanfaatkan ilmunya dengan tepat.3
3. Khauf dan raja’

Khauf dan raja’ atau takut dan harap adalah sepasang sikap batin
yang harus di miliki secara seimbang oleh setiap muslim. Khauf
didahulukan dari raja’ karna khauf dari bab takhalliyyah (mengosongkan
diri dari sifat jelek), sedangkan raja’ dari bab takhalliyyah (menghiasi diri
dengan sifat-sifat yang baik).

Khauf dan raja’ adalah sepasang sikap yang harus dimiliki oleh
setiap muslim, bila salah sati lebih dominan dari yang lainnya akan
melahirkan pribadi yang tidak seimbang. Dominasi khauf menyebabkan
sikap pesimisme dan putus asa, sedangkan dominasi raja’ menyebabkan
seseorang lalai dan lupa diri serta merasa aman dari azab Allah SWT.
Yang pertama adalah sifat orang kafir yang kedua adalah sifat orang
yang merugi. Allah berfirman dalam surat at-Taubah:87

3
. Yatimin Abdullah ,Studi Akhlak dalam Prespektif Al-Qur’an,(Jakarta: Amzah,2007),h.201
      
           
  

"Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf


dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum
yang kafir".

4. Tawakal

Tawakal adalah membebaskan diri dari segala kebergantungan


kepada selain Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatu kepadanya.
Allah berfirman dalam surat Hud:123

       


        


“dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-
Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, Maka sembahlah Dia, dan
bertawakkallah kepada-Nya. dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa
yang kamu kerjakan”.

Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal


(ikhtiar), tidaklah dinamakan tawakal kalau hanya pasrah menunggu nasib
sambil berpangku tangan tanpa melakukan apa-apa.

Tawakal adalah salah satu buah keimanan, setiap orang yang


beriman bahwa semua urusan kehidupannya dan semua manfaat dan
mudharat ada di tangan Allah SWT. Akan menyerahkan segala sesuatu
kepadanya dan akan ridha dengan segala kehendaknya, dia tidak takut
menghadapi masa depan, tidak kaget dengan segala kejutan, hatinya tenang
dan tentram karna yakin dengan keadilan dan rahmat Allah SWT.4

5. Taubat

Taubat berakar dari kata taba yang berarti kembali, yang bertaubat
kepada Allah adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju
sesuatu,kembali dari sifat tercela kepada sikap yang terpuji, kembali dari
larangan Allah kepada perintah Allah.

Sebagai seorang manusia biasa kita juga tidak akan pernah luput dari
sifat lalai dan lupa, karna memang hal ini adalah tabiat manusia. Oleh karna
itu, ketika kita sedang terjerumus dalam kelupaan sehingga berbuat
kemaksiatan hendaklah segera bertaubat kepada-Nya. Hal ini dijelaskan
dalam surat al-Imran:135

       


       
       

“dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau


Menganiaya diri sendiri[229], mereka ingat akan Allah, lalu memohon
ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.

Lima dimensi taubat


a) Menyadari kesalahan
b) Menyesali kesalahan
c) Berjanji tidak akan mengulanginya
d) Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal sholeh

4
. Djatmika rahmat,System Etika Islam (akhlak mulia),(Jakarta: Pustaka Panjimas,1996),h.19
e) Memohon ampunan kepada Allah SWT5

6. Membaca al-Qur’an

Seseorang yang mencintai sesuatutentulah ia akan banyak dan sering


menyebutnya, demikian juga dengan mukmin yang mencintai Allah,
tentulah ia akan selalu menyebut asma-Nya dan juga sennantiasa akan
membaca firmannya. Dalam sebuah hadis Rasulullah berkata yang artinya:
“Bacalah al-Qur’an, karna sesungguhnya al-Qur’an itu dapat memberikan
syafaat dihari kiamat kepada para pembacanya”.

7. Beribadah kepada Allah

         

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku


hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

     


       

mereka menjawab: "Ya Tuhan Kami Engkau telah mematikan Kami dua
kali dan telah menghidupkan Kami dua kali (pula), lalu Kami mengakui
dosa-dosa kami. Maka Adakah sesuatu jalan (bagi Kami) untuk keluar (dari
neraka)?"

          


    

Dialah yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
dia; Maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

5
8. Mentauhidkan Allah

Yaitu dengan tidak menyekutukan-Nya kepada sesuatu apapun


seperti yang digambarkan dalam Qur’an surat al-Ikhlas:1-4

            
     

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,

4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam berakhlak kepada Allah adalah suatu hal yang menjadi prioritas
ketika ikrar menjadi seorang muslim yaitu tidak lain beragama islam dan
bertuhankan Allah SWT.

Ada beberapa cara untuk kitaberakhlak kepada Allah yang dari sini kita
diharapkan bias dan mampu menjadi seorang muslim sejati, antara lain:

1. Takwa
2. Ikhlas
3. Khauf dan raja’
4. Tawakal
5. Taubat
6. Membaca al-Qur’an
7. Beribadah kepada Allah
8. Mentauhidkan Allah

B. DAFTAR PUSATAKA
Yatimin Abdullah,2007,studi akhlak dalam prespektif al-Qur’an. Jakarta:
Amzah.
Djatmika rahmat,1996,system etika islam (akhlak mulia). Jakarta: Pustaka
Panjimas.
Ilyas, Yunahar. 2005. Kuliah Akhlak. Yogaykarta: LPPI
http:\\akhlakterhadapAllah.com

Anda mungkin juga menyukai