Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taqwallah

Kata takwa ialah mengambil tindakan penjagaan dan pemeliharaan diri dari sesuatu
yang mengganggu dan memudhorotkan, sedangkan menurut syara’ takwa berarti menjaga
dan memelihara diri dari siksa dan murka Allah dengan jalan melaksnakan perintahNya,
taat kepada-Nya, menjauhi larangan-Nya serta perbuatan maksiat. Diantara beberapa
pendapat ulama Salaf yang menjelaskan arti takwa diantaranya:

a. Abdullah ibnu abbas r.a menegaskan bahawa orang yang bertaqwa orang yang
berhati-hati dalam ucap dan perbuatan agar tidak mendapatkan murka dan siksa
allah dengan meninggalkan dorongan hawa nafsu dan mengharapkan rahmatnya
dengan meyakini dan melaksanakan ajaran yang di turunkannya.

b. Abud-darda menyatakan bahwa taqwa seseorang di katakan sempurna apabila


orang tersebut telah menjaga diri dari perbuatan dosa walaupun sebesar biji sawi
sekalipun, bahkan bersedia meninggalkan yang syubhat ( yang di ragukan halalnya)
.

c. Khalifah umar bin abdul aziz menyatakan bahwa taqwa meninggalkan segala yang
di haramkan allah dan menunaikan segala yang di farduhkannya.

d. Thalqbin hubaib mengatakan : taqwa berarti beramal karena taat kepada allah
dengan mengharap pahala dari allah dan meninggalkan perbuatan durhaka.

e. Musa bin a’yun mengatakan, orang yang taqwa berarti telah membersihkan diri dari
bermacam-macam subhat karena takut jatuh kepada yang haram.

Beberapa firman Allah di dalam Al-Qur’an yang menerangkan tentang taqwa dalam
berbagai bentuk antara lain:

          

Artinya: Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih
baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.”(Q.S
An-Nisa’:77)
         

Artinya : Barangsiapa yang bertakwa dan Mengadakan perbaikan, tidaklah ada


kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S Al-A’raf:35)

      



Artinya : Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang
yang berbuat kebaikan. (Q.S An-Nahl:128)

              
        

Artinya: Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.(Q.S Ath-
Thalaq:3 )

2.2 Sopan Santun

Sopan santun yang diwujudkan dengan tutur kata yang lembut dan perilaku yang
ramah yang telah tertanam dengan sifat kejujuran dalam diri jiwa seseorang akan
membias pembiasaan perilaku tertuju didalam lingkungan keluarga, lingkungan
pendidikan, lingkungan masyarakat.

Ajaran Islam mengajarkan nilai-nilai akhlak yang luhur, baik kepada Allah, diri
sendiri, sesama manusia dan alam semesta. Begitu tinggi nilai akhlak sebagaimana rasul
memberikan ajarannya dan keteladanannya terhadap umatnya.

Imam Baihaqi meriwayatkan sebuah hadist yang menyatakan bahwa akhlak yang baik
dapat menhapus kesalahan bagaikan air yang menghancurkan tanah yang keras,
sedangkan akhlak yang jahat merusak amal seperti cuka merusak manisnya madu dan
sebuah hadist pula diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Rasulullah berulang-ulang
kali bertanya kepada sahabat apakah mereka mau diberitahu tentang yang dia kasihi dan
duduk paling dekat dengan dirinya di hari kiamat? Setelah mendengan jawaban sahabat,
Rasulullah bersabdah : Orang yang paling baik akhlaknya diantara kamu.
Nabi Muhammad s.a.w menempatkan akhlak sebagai pokok kerasulannya, melalui
akal dan kalbunya manusia mampu memainkan peranannya dalam menentukan baik
buruknya tindakan dan sikap yang ditampilkannya. Secara keseluruhan mengandung nilai
akhlak yang luhur, mencakup akhlak terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, dan
alam sekitar.

Beberapa kewajiban manusia dalam mengaplikasikan nilai-nilai ahlak tersebut, yaitu:

1. Kewajiban Manusia Kepada Allah

Kewajiban Utama dan pertama manusia kepada Allah adalah beriman akan
KetauhidanNya.

Dari pengakuan dan kesadaran itu akan lahir tingkah laku dan sikap sebagai berikut:

a. Menyucikan Allah S.W.T dan memuji-Nya.

b. Bertawakal (berserah diri) kepada Allah SWT setelah berbuat atau berusaha
terlebih dahulu.

c. Berbaik sangka kepada Allah SWT, bahwa yang datang dari Allah SWT kepada
makhluk-Nya hanyalah kebaikannya.

2. Kewajiban Manusia Terhadap Dirinya Sendiri

Kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri pada dasarnya berkaitan dengan


keharusan untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh dirinya sendiri baik yang
bersifat jasmani maupun rohani. Jika kebutuhan itu tidak terpenuhi, maka dapat
dipastikan bahwa kehidupannya akan terganggu dan terancam, bahkan akan musnah.
Manusia juga berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan hati yang merupakan sumber
rasa, hati yang tentram akan menciptakan rasa aman dan bahagia, penuh rasa kasih
sayang. Firman Allah

        


       

Artinya: Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, Masuklah ke
dalam syurga-Ku.

3. Kewajiban Manusia Terhadap Sesama


Manusia adalah mahluk sosial yang kehidupannya tidak dapat di isolasikan secara
permanen terhadap sesamanya. Kelahiran manusia di muka bumi di mungkinkan
karena kedua orang tuanya, yang kemudian menjadi lingkungan pertama dalam masa
awal kehidupan di dunia.

Beberapa kewajiban manusia terhadap sesamanya antara lain : kewajiban


kepada ayah dan ibu. Kewajiban utama terhadap orang tua adalah berbakti secara
tulus engan memenuhi dan mematuhi permintaan dan nasehat mereka dan wujud dari
sikap bakti itu antara lain di tunjukkan denagn sikap cinta dan kasih sayang dan
hormat, bertutur kata secara lembut, ramah serta menghindari penggunaan kata-kata
menyakitkan dan menyinggung perasaan mereka

Kewajiban kepada guru. Guru adalah pihak yang berjasa dalam mendidik
manusia setelah masa kanak-kanaknya, tanpa bimbingan guru, maka perkembangan
mental, pengetahuan dan keterampilan manusia tidak mungkin di capai meskipun
setiap manusi memiliki potensi dalam dirinya sendiri, tetapi tanpa sentuhan dan
bimbingan guru melalui pendidikan, manusia tidak dapat memperoleh derajat dan
kepandaian yang berarti.

Akhlak manusia terhadap sesamanya meluputi sasaran sebagai berikut.

a. Akhlak terhadap kedua orang tua.

b. Akhlak terhadap kaum kerabat.

c. Akhlak terhadap tatangga.

4. Kewajiban Manusia Terhadap Alam Sekitar/Lingkungan

Yang dimaksud lingkungan disini ialah segala sesuatu yang berada disekitar manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa. Al-Qur’an
menggambarkan:

            
          
Artinya : Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami
alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.
Pemahaman sopan santun dalam bahasa sehari-hari ditengah-tengah masyarakat
sebagai bagian dari akhlakul karimah dengan kata lain merupakan perilaku yang terpuji,
dalam berinteraksi sosial baik dalam lingkungan keluarga dan lingkungan pendidikan
sehari-hari dengan berperilaku sopan santun,tanpa adanya sopan santun dalam
berinteraksi sosial maka tidak mungkin hidup bersama secara rukun dan harmonis apalagi
dalam bahasa indonesia yang memiliki masyarakat yang majemuk, dengan latar belakang
yang berbeda baik perbedaan suku, etnis,dll.

2.3 Jujur

Jujur artinya keselarasan antara yang terucap dengan kenyataan. Jadi, kalau suatu
berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar atau jujur. Tetapi kalau
tidak maka dikatakan dusta. Kejujuran ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan,
sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, sesuai dengan yang ada pada
batinnya. Imam Ibnu Qayyim berkata yang artinya “Imam asasnya adalah kejujuran
(kebenaran) dan nifag asasnya adalah kedustaan. Maka, tidak akan pernah bertemu
antara kedustaan dan keimanan melainkan akan saling bertentangan satu sama lain.”

Allah mengabarkan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba yang
mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya). Allah
berfirman:

            
            

Artinya: Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang
yang benar kebenaran mereka. bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-
sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya. Itulah
keberuntungan yang paling besar". (QS. Al-Maidah: 119)

1. Keutamaan Jujur

Nabi menganjurkan umat-Nya untuk selalu jujur karena kejujuran merupakan


dasar akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada akhlak tersebut,
sebagaimana dijelaskan oleh nabi, “Sesungguhnya kejujuran membawa kepada
kebaikan”. Kebaikan adalah segala sesuatu yang meliputi makna kebaikan, keataatan
kepada Allah dan berbuat bijak kepada sesama.
Sifat jujur merupakan tanda sempurnanya keislaman, timbangan keimanan dan
juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Karena itu, orang jujur akan
mendapatkan kedudukan yang tinggi didunia dan akhirat. Dengan kejujurannya,
seseorang tambah akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari
segala keburukan.

2. Macam-macam Kejujuran

Jujur jika diartikan secara baku adalah “mengakui, berkata atau


memberitahukan suatu informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran”.
Dalam praktek dan penerapannya , secara hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya
di nilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang di bicarakan seseorang dengan
kebenaran dan kenyataan yang terjadi.

a. Jujur dalam niat dan kehendak . berhubungan dengan keikhlasan , kalau suatu
amal tercampur dengan kepentingan dunia , maka akan merusakkan kejujuran
niat , dan pelakunya bisa di katakan sebagai pendusta , sebagai mana kita tiga
orang yang di hadapkan kepada allah, yaitu seorang mujahid, seorang qari’, dan
seorang dermawan, allah menilai ketiganya telah berdusta, bukan kepada
perbuatan mereka tetapi pada niat dan maksud mereka.

b. Jujur dalam ucapan. Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya , tidak berkata
kecuali dengan benar dan jujur. Benar atau jujur dalam ucapan merupakan jenis
kejujuran yang paling tampak dan terang diantara macam-macam kejujuran.

c. Jujur dalam tekat dan memenuhi janji. Contohnya seperti ucapan seseorang
“jikalau allah memberikan kepadaku harta, aku akan membelanjakan semuanya di
jalan allah.” Maka yang seperti ini adalah tekad. Terkadang benar, tetapi
adakalanya ragu-ragu atau dusta.

2.4 Amanah

Amanah merupakan komitmen seseorang yang beragama untuk melaksanakan


kewajibannya baik kewajiban hubungannya denagn allah maupun kewajiban terhdapa
sesamanya dan alam sekitarnya. Dan berupaya untuk meninggalkan sifat khianat karena
sifat khianat bertentangan dengan ajaran islam yang akan menyebabkan rusknya
hubungan manusia dengan allah karena tidak memenuhi kewajibannya, demikian pula
akan merusak hubungan dengan sesamanya.
Rasulallah saw bersabda, ‘’tiada iman kepada orang yang tidak menunaikan
amanah, dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan haji.’’

Akhlak Islam mengajarkan agar manusia memegang amanah yaitu menjaga titipan
dan menjaga kewajiban umat islam. Akhlak Islam juga menekankan agar manusia
meninggalkan sifat khianat yaitu mengingkari titipan, janji dan kewajiban. Nabi
Muhammad SAW mengisyaratkan bahwa inti beragama sebenarnya terletak pada
komitment atau amanah dalam menjalankan ajarannya. Hal ini seperti yang terungkap
dalam sebuah hadist yang menyebutkan, ‘’tidak ada keimanan bagi orang yang tidak
beramanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janji.. (HR. Imam Anas
bin Malik).

1. Amanah dan Iman

Amanah adalah tuntutan iman. Dan khianat adalah salah satu ciri kekafiran.
Sabda rasullah saw. Sebagaimana disebutkan di atas, , ‘’tidak ada keimanan bagi
orang yang tidak beramanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati
janji.. (HR. Imam Anas bin Malik). Baraang siapa yang hatinya kehilangan sifat
amanah, maka ia akan menjadi orang yang berdusta dan khianat. Dan barang siapa
yang mempunyai sifat dusta dan khianat, dia berada dalam barisan orang-orang yang
munafik.’’jika amanah di abaikan tunggulah kiamat.’’ Sahbat bertanya,
‘’Bagaimanakah amanah itu disia-siakan.’’ Wahai rasulullah ?’’ rasulullah menjawab,
‘’Jika suatu urusan diserahkan kepada kepada orang yang bukan ahlinya, maka
tunggulah kehancuran.’’(Al-Bukhari).

2. Macam-macam Amanah

Pertama, amanah fitrah. Dalam fitrah ada amanah. Allah menjadikan fitrah
manusia senantiasa cenderung kepada tauhid, kebenaran, dan kebaiakan. Karenanya;
fitrah selaras betul dengan aturan allah yang berlaku di dalam semesta.

Kedua, amanah taklif syar’I (amanah yang di embankan oleh syari’at). Allah swt
telah menjadikan ketaatan tarhadap syari’atnya sebagai batu ujian ke hambaan
seseorang kepadanya.

Ketiga, amanah menjadi bukti keindahan islam, setiap muslim mendapat amanah
untuk menyampaikan kebaikan dan kebenaran islam dalam dirinya.
Keempat, amanah dakwah. Selain melaksanakan ajaran islam, seorang muslim
memikul amanah untuk mendakwahkan (menyeru) manusia kepada islam itu.seorang
muslim bukanlah orang yang merasa puas dengan keshalihan dirinya sendiri. Ia akan
terus berusaha untuk menyebarkan hidayah allah kepada segenap manusia.

Kelima, amanah untuk mengukuhkan kalimatullah di muka bumi. Tujuannya


agar manusia tunduk hanya kepada allah swt, dalam segala aspek kehidupannya.

Keenam, amanah tafqquh fiddin (mendalami agama). Untuk dapat menunaikan


kewajiban, seorang muslim haruslah memahami islam.

3. Menjaga Amanah

‘’Wahai orang-orang yang beriman, ruku dan sujudlah kamu serta beribadahlah
kepada rabb kamu dan kerjakanlah segala kebajiban, agar kalian mendapat
kemanangan.’’ Sebagai muthalaq kita ambil nilai-nilai rabbani dalam Al-Qur’an yang
terkait dengan muwashaf (ciri) dan khashaish (karakteristik) seorang mukmin. Di
sebutkan dalam surat Al-Mukmin, bahwa salah satu ciri orang mukmin adalah
mushallun (menegakkan sholat).

Harus kita sadari pula betapa amanah itu akan di pertanggungjawabkan,


‘’sesungguhnya setiap janji akan di mintai pertanggung jawaban’’. Karena itu tepatilah
janji. Apabila allah menyebutkan ikatan pernikahan sebagai basis masyarakat islami
dengan istilah mistaqan ghalizban, maka abd untuk dakwah dan upaya menegakkan
khalifah sudah tentu lebih berat lagi. Dalam Al-Qur’an, allah bukan saja memberikan
janji pahala yang besar, apabila kita dapat melaksanakan dan memenuhi amanah,
tetapi juga memperingatkan kepada kita dengan azab, apabila kita tidak menepatinya.
Karena itu kita harus berupaya agar termasuk orang yang menempati janji.

4. Pelajaran Seputar Amanah

Amanah adalah akhlak yang bersifat utuh, tidak bias hanya dilaksanakan
sebagaimana saja, maka orang yang amanah terhadap yang sedikit dan berkhianat
terhadap yang banyak dia adalah khianat. Orang yang amanah dalam suatu kondisi
lalu berkhianat dalam kondisi yang lain maka berarti tidak amanah.

Amanah adalah akhlak dan ciri keimanan. Dengan pendidikan keimanan dia
akan menjadi lebih baik dan bersih yaitu dengan menumbuhkan rasa kedekatan allah,
yang satupun tak tersembunyi di hadapan allah, serta takut ketika ditanya di hadapan
allah. Orang yang amanah hanya ketika ada orang lain berarti dia belum
merealisasikan amanah.

Amanah adalah bekal yang paling besar dan paling baik yang di miliki
seseorang terprcaya di dalam amanahnya di dunia sebelum nanti di akhirat.

Lawan kata amanah adalah khianat yaitu meninggalkan dan menyembunyikan


yang hak dan seharusnya disampaikan. Dan ini merupakan karakter utama orang
munafik sebagaimana di dalam hadist yang mansyur, Nabi saw bersabda, artinya :
‘’tanda-tanda orang munafik ada tiga, jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari,
jika dipercaya berkhianat.

2.5 Disiplin

Penjelasan paling baik untu filosofi mengenai bagaimana membangun disiplin diri
adalah analogy. Disiplin diri itu seperti otot. Semakin anda melatihnya, semakin kuat
anda. Semakin anda tidak melatihnya semakin lemah anda.

Sepertihalnya orang mempunyai kekuatan otot yang berbeda, kita semua memiliki
tingkat displin yang berbeda juga. Setiap orang memiliki disiplin diri, ljika anda mampu
menahan nafas selama beberapa detik, itu berarti anda memiliki disiplin diri. Namun
begitu, tidak semua orang mengembangkan disiplin mereka pada tingkat yang sama.

Diperlukan otot untuk membangun otot. Maka dari itu, untuk membangun disiplin
diri. Cara untuk membangun disiplin diri anloginya sama dengan melakukan angkat
beban untuk membangun otot. Ini berarti mengangkat beban sampai mendekati batas
kemampuan/kekuatan.

Disiplin Dan Keteladanan Membangun Bangsa yaitu :

1. Keteladanan

Disiplin diri merupakan proses yang sejatinya di mulai sejak masa anak-anak
di dalam pendidikan sekolah keluarga itu berarti pendidikan non formal dalam
keluarga menjadi dasar seseorang untuk mampu melatih disiplin diri.

2. Gaya Hidup Disiplin

Hal ini berlaku tidak hanya dalam hal mengembankan diri saja, tapi juga dalam
hal-hal lainnya seperti keuangan dalam jangka panjang akan menikmati perbedaan
yang sangat mencolok dibandingkan denagn orang yang tidak disiplin.
3. Masalah Disiplin Sekolah

Akhir-akhir ini berbagai cerita tentang isu yang berkaitan tentang masalah
disiplin di sekolah telah ditimbulkan. Pelajaran merokok, melawan, kurang ajar,
ponteng dan sebagainya. Maslah ini berlaku kurang lebih sama, baik di sekolah negeri
maupun sekolah swasta, baik sekolah yang memiliki asrama maupun sekolah tidak
memiliki asrama.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sembilan budi utama santri antara lain taqwallah, sopan santun, jujur, amanah,
disiplin, tanggung jawab, Cinta ilmu dan ibadah, menghormati guru dan orang tua,
visioner. Takwa berarti menjaga dan memelihara diri dari siksa dan murka Allah
dengan jalan melaksnakan perintahNya, taat kepada-Nya, menjauhi larangan-Nya serta
perbuatan maksiat. Sopan santun dapat diwujudkan dengan tutur kata yang lembut dan
perilaku yang ramah yang telah tertanam dengan sifat kejujuran dalam diri jiwa
seseorang akan membias pembiasaan perilaku tertuju didalam lingkungan keluarga,
lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat. Jujur artinya keselarasan antara yang
terucap dengan kenyataan. Amanah merupakan komitmen seseorang yang beragama
untuk melaksanakan kewajibannya baik kewajiban hubungannya denagn allah maupun
kewajiban terhdapa sesamanya dan alam sekitarnya. Disiplin diri itu seperti otot.
Semakin anda melatihnya, semakin kuat anda. Semakin anda tidak melatihnya
semakin lemah anda.

Mengamalkan 9 budi utama santri, santri dapat menjadi individu yang baik
dalam bersikap. Selain itu individu dapat meningkatkan ketaatan ibadahnya kepada
Allah. Individu dapat menjadi pribadi yang berbudi luhur dan dapat berfikir sebelum
bertindak maupun bersikap.

3.2 Saran

Sebaiknya santri dan masyarakat dapat memahami makna yang terkandung


dalam sembilan budi utama santri. Selain memahami makna sembilan budi utama
santri, santri juga harus mengamalkan sembilan budi utama santri dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga budi luhur dapat tertanam dalam diri seseorang khususnya santri.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul. 2001. Filsafat Pesantren Genggong. Probolinggo: STAI Zainul Hasan
Genggong.

Anda mungkin juga menyukai