Anda di halaman 1dari 8

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Iman, Islam, Ihsan, Tawasul


2.1.1 Pengertian Iman
Iman menurut bahasa adalah percaya, sedangkan menurut syara’ yakni artinya
mengucapkan dengan lisan membenarkan dalam hati dan mengerjakan dengan
segenap anggota badan.

Dengan demikian orang yang sudah menyatakan diri beriman menurut hukum
islam haruslah menyatupadukan antara ucapan, sikap dan perilaku anggota badan
untuk melakukan perbuatan yang sesuai dengan tuntunan iman tersebut.

2.1.2 Pengertian Islam

Kata Islam berasal dari bahasa arab yaitu keselamatan, perdamaian dan
penyerahan diri kepada Allah. Ketiga arti tersebut tercakup dalam kata Islam sebab
agama Islam mencita-citakan wujudnya keselamatan dan perdamaian seluruh umat
manusia dan mengajarkan kepada manusia untuk menyerahkan diri sepenuh hati
kepada Allah SWT dalam segala amal perbuatan yang dikerjakannya.

2.1.3 Pengertian Ihsan

Menurut bahasa arab kata ihsan berasal dari kata ahsana, yuhsinu, ihsanan
yang artinya baik atau kebaikan. Pengertian ihsan terungkap dalam arti hadis berikut.

Artinya : Apakah ihsan? Ihsan adalah bahwasanya kau menyembah Allah seakan-akan
engkau melihatNya (di depanmu). Apabila engkau tidak dapat melihat Nya maka
(yakinlah) bahwa Dia melihatmu.

Menurut hadis diatas ihsan berarti menyembah kepada Allah dengan sepenuh
hati, memusatkan perhatian kepada Allah seakan-akan melihat Allah di hadapannya.
Jika tidak demikian harus tetap yakin bahwa Allah melihat dirinya. Ibadah yang
seperti inilah yang akan dapat mempengaruhi kepribadiannya menjadi manusia yang
berakhlak mulia. Adapun ihsan terhadap sesama manusia adalah berbuat yang lebih
baik (dari semestinya) sesuai petunjuk Islam. Dengan demikian yang dimaksud ihsan
adalah perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang dengan hati niat beribadah
kepada Allah SWT.

Ihsan ada empat macam yaitu :

1. Ihsan kepada Allah

2. Ihsan kepada diri sendiri

3. Ihsan kepada sesama manusia

4. Ihsan kepada makhluk lain

Adapun dalil mengenai Ihsan dari hadits adalah potongan hadits Jibril yang sangat
terkenal (dan panjang), seperti yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, ketika nabi
ditanya mengenai Ihsan oleh malaikat Jibril dan nabi menjawab:

َ ‫إن لَ ْم تَ ُك ْن تَ َراهُ فَإنَّهُ يَ َر‬


...‫اك‬ َ َّ‫أَ ْن تَ ْعبُ َد هّللا َ َكأَن‬...
ْ َ‫ك تَ َراهُ ف‬
“...Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihatNya.
Tapi jika engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Alloh melihatmu...”
Hadits tersebut menunjukan bahwa untuk melakukan Ihsan, sebagai rumusnya
adalah memposisikan diri saat beribadah kepada Allah seakan-akan kita bisa
melihatNya, atau jika belum bisa memposisikan seperti itu maka posisikanlah bahwa
kita selalu dilihat olehNya sehingga akan muncul kesadaran dalam diri untuk tidak
melakukan tindakan selain berbuat Ihsan atau berbuat baik.
2.2 Dasar – Dasar Iman, Islam, Ihsan
2.2.1 Dasar – Dasar Iman
Iman didirikan di atas enam perkara;
a) Beritiqad (percaya) pada adanya Tuhan Allah ta’ala yang Esa.
b) Beritikad (percaya) pada adanya malaikat Allah Ta’ala.
c) Beritikad (percaya) pada adanya kitab-kitab Allah Ta’ala.
d) Beritikad (percaya) pada adanya utusan-utusan AllahTa’ala.
e) Beritikad (percaya) pada adanya hari kiamat, ialah hari rusaknya alam dunia
ini.
f) Beritikad (percaya) bahwa adanya baik dan buruk itu ciptaan Allah Ta’ala.
Adapun dalil keenam dasar iman di atas ini ialah sabda Nabi kita
Muhammad saw yang diriwayatkan oleh sahabat Umar ra. sebagai yang terkutip oleh
Imam Nawawi di dalam kitab arbain, ketika Gusti Nabi Muhammad saw diminta
menerangkan apakah iman itu? lantas beliau bersabda yang artinya:
Berimanlah kamu kepada Allah dan malaikat-Nya dan kitab-kitab-Nya
dan utusan-utusan-Nya dan hari Qiamat dan imanlah kamu pada kepastian Allah
dalam baiknya dan buruknya.
Oleh karenanya, barang siapa yang beriman tetapi tidak berdasar pada enam
hal tersebut, maka imannya tidak berguna dan tidak menghasilkan apa-apa kecuali
berdiam selamanya di dalam siksa neraka.
2.2.2 Dasar – Dasar Islam
Islam didasarkan pada lima perkara;
1. Mengucapkan dua kalimat syahadat yaitu
Aku ber-i’tikad bahwa sesungguhnya tiada Tuhan melainkan Allah, dan
aku ber-I’tikad bahwa Nabi Muhmmad itu utusan Allah.
Bagi orang yang tidak bisa mengucapkan syahadat dengan bahasa arab maka
cukuplah mengucap syahadat dengan bahasanya sendiri, asal saja artinya
bersetuju dengan syahadat bahasa arab tersebut. Pada dasarnya kewajiban
mengucap syahadat sebagai dasar Islam itu sekali selama hidup, asal saja
sesudahnya tidak pernah murtad.
2. Mendirikan sembayang (shalat) lima waktu.
Perlu diingat bahwasannya sembayang (shalat) lima waktu inilah tanda
keislaman yang kelihatan tiap-tiap hari, dan inilah yang kelihatan membedakan
antara orang Islam dengan lain Islam.
Menurut Imam Syafi’i sabda ini berartu, bahwa perjanjian yang
membedakan antara kita orang Islam dan orang kufur ialah sembahyang
(shalat), maka siapa orang yang meninggalkan sembahyang (shalat), maka
sungguh ia adalah orang kufur: Menurut Imam Hambali bahwa orang yang
sengaja meninggalkan sembahyang (shalat), niscaya ia menjadi kufur. Jadi
apabila dia mati dalam keadaan tersebut, maka mayitnya tidak harus diurus
secara Islam, artinya tidak dishalati atau dikubur di tanah kuburan Islam.
3. Dasar Islam yang ketiga ialah memberi zakat.
Jangan lupa bahwa zakat itu ada ada beberapa bentuk; zakat fitrah,
zakat tanaman (azzoeroe’), zakat mas dan perak, zakat hewan ternak
(mawasyi), Zakat dagangan (tijaroh) dan lain sebagainya
4. Dasar yang ke empat yaitu puasa setiap bulan Ramadhan.
5. Dasar yang ke lima yaitu melaksanakan ibadah haji,
Apabila kuasa dan cukupnya bekal dan amanya perjalanan dan sempat
waktunya. Haji yang wajib hanya sekali dalam seumur hidup.
Adapun asal dalil lima dasar Islam tersebut ialah sabda Gusti Nabi Muhammad
saw. yang diriwayatkan oleh Sayyidina Umar r.a sebagai terkutip oleh Imam
Nanawi di dalam kitab arbain-nya yang artinya:
Bahwa islam harus bersyahadatlah kalian, sesungguhnya tiada Tuhan
selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, dan dirikanlah
shalat dan tunaikanlah zakat dan puasalah kamu di bulan Ramadhan dan
hajilah ke Baitullah jikalau kuasa perjalanan.

2.2.2 Dasar – Dasar Ihsan

                    Ihsan ada empat macam, yaitu :

a.    Ihsan terhadap Allah, yakni menjalankan segala perintahNya dan menjauhi


segala laranganNya,

b.     Ihsan terhadap diri sendiri, yakni mengerjakan segala sesuatu yang


mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan menghindari semua perbuatan
yang mendatangkan kecelakaan atau kerugian bagi diri sendiri.

c.    Ihsan terhadap sesama manusia, yakni berbuat baik kepada saudara


berdasarkan keturunan, saudara karena tetangga, kerabat ataupun seagama.

“…….dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak,karib kerabat, anak-
anak yatim,orang-orang miskin,tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh,teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”(QS.
An- Nisaa’/ 4 :36)

d.      Ihsan terhadap makhluk lain (alam lingkungan), yakni berbuat baik atau


memelihara alam lingkungan agar tetap lestari dan tidak punah.

2.2.3 Aplikasi Nilai Trilogy dalam kehidupan sehari – hari

a. Beribadah kepada allah dengan penuh keikhlasan


b. Sungguh – sungguh memurnikan niat beribadah kepada allah
c. Menghindarkan diri dari kemusyrikan
d. Berbakti kepada orang tua
e. Berbuat baik pada sesama

2.3 Tawassul

2.3.1 Pengertian Tawassul

Tawassul secara bahasa berarti perantara.

Secara istilah tawassul/wasilah adalah segala sesuatu yang dapat menjadikan sebab
sampainya pada tujuan.

Menurut Dr. Abd Halim Mahmud ulama besar Al – Azhar Kairo Mesir, tawassul
adalah usaha mendekatkan diri kepada allah dengan menggunakan perantara.

2.3.2 Macam-macam Tawassul

Tawassul memiliki empat macam, tiga diantaranya disepakati kebolehannya oleh para
ulama, sementara yang satu macam masih diperselisihkan, yakni ada ulama yang
memperbolehkannya dan ada pula yang melarang. Tiga macam tawassul yang
disepakati kebolehannya adalah:

• Tawassul dengan Orang yang Telah Wafat

• Tawassul dengan Nama-Nama Allah (Asma al-Husna)

• Tawassul dengan Amal Sholeh

2.3.3 Dalil – Dalil Tawassul

Adapun dalil-dalil yang menunjukkan diperbolehkan bertawassul dalam berdo’a


diantaranya adalah :

• Pertama : Firman Allah dalam al qur’an yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah


sebuah perantara untuk menuju kepada Alloh, dan berjihadlah pada jalan-Nya,
supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah : 35)

• Kedua : Firman Allah dalam al qur’an yang artinya :


Dan Alloh memiliki Asmaaul Husna (nama-nama yang terbaik), maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaaul Husna. (QS, Al A’roof : 180)

• Ketiga : Firman Allah dalam al qur’an yang artinya:

Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat.Dan


sesungguhnya (sholat) itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (QS, Al
Baqoroh : 45).
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Iman, Islam, Ihsan, dan Tawassul merupakan empat rangkaian konsep agama islam
yang sesuai dengan dalil , Iman, Islam, Ihsan, dan Tawassul saling berhubungan karena
seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan
Iman. Sebaliknya, Iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya,
kebermaknaan Islam dan Iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan Ihsan,
sebab Ihsan merupakan perwujudan dari Iman dan Islam,yang sekaligus merupakan cerminan
dari kadar Iman dan Islam itu sendiri. Sedangkan Tawassul merupakan tujuan dari Iman,
Islam, Ihsanyang mengharuskan seseorang berbuat amal shaleh terhadap Allah S.W.T

3.2 Saran

3.2.1. Bagi Institusi Pendidikan


1. Agar tercipta maha siswa yang mengetahui tentang hokum iman, islam,
ikhsan, dan tawassul.
2. Sebagai bahan acuan pembelajaran tentang iman, islam, ikhsan, dan
tawassu.l

3.2.2. Bagi Mahasiswa


1. Dapat mengetahui tentang dasar-dasar iman, islam, ikhsan, dan tawassul.
2. Dapat memahami tentang macam-macam tawassul.
DAFTAR PUSTAKA

Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis, (Yogyakarta:


Azna Books, 2010)

At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah,  Ensiklopedia Islam Al-Kamil, (Jakarta:


Darus Sunnah Press, 2010)

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:Rajawali Press, 2001)

Thanthawi, Ali, Aqidah Islam; Doktrin dan Filosofis, (Pajang:Era Intermedia,2004).

Daradjat, Zakiah, dkk., Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996).

Wahhab, Muhammad bin Abdul, Tiga Prinsip Dasar dalam Islam,(Riyadh:


Darussalam,2004).

Anda mungkin juga menyukai