Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Filsafat Pesantren Zainul Hasan Genggong


Pesantren Zainul Hasan Genggong pada awal berdirinya lebih masyhur dengan
sebutan Pesantren Genggong dan merupakan pesantren salafiyah yang tertua di
Kabupaten Probolinggo yang didirikan pada tahun 1839 M / 1250 H. Seratus enam
tahun, jauh sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, pesantren ini telah berdiri dan
sampai sekarang masih tetap eksis baik dari segi pengembangan kelembagaan
pendidikan pesantren maupun satuan pendidikannya termasuk pengembangan sarana
prasarana, dan dalam pengembangannya disesuaikan dengan kebutuhan zaman serta
akan terus dikembangkan menjadi pesantren yang tetap memiliki jati diri salafi dan
satuan pendidikannya dipertegas dengan sebutan Pendidikan Berbasis Mutu dan
Salafi.

Pendidikan berbasis salafi menggambarkan bahwa satuan pendidikan pesantren


tampil dengan keunggulan yang memiliki karakteristik keunggulan, salah satunya
dengan tetap mempertahankan sistem sorogan dan bandongan / wetonan tanpa batas
umur dan tanpa batas waktu yang dipergunakan dengan 2 pola sistem dan materi salafi
yaitu menyelenggarakan pengajian kitab kuning di pesantren yang diikuti oleh semua
santri pada kegiatan ekstra kurikuler yang diselenggarakan oleh pesantren dan
kegiatan ekstra kurikuler yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan. Pengajian
kitab kuning juga dipergunakan di pendidikan formal dari pendidikan dasar sampai
pendidikan tinggi dengan sistem klasikal dengan menggunakan kitab kuning sebagai
kurikulum lokal dan juga tetap melestarikan Madrasah Diniyah Ta’limiyah, Madrasah
Diniyah Wustho dan Madrasah Diniyah Ulya dengan menggunakan kurikulum kitab
kuning sebagai kurikulum inti, serta menanamkan nilai-nilai salafi dalam
pembentukan kepribadian dan karakter santri dengan menanamkan perilaku cinta
terpuji, cinta ibadah, dan berakhlakul karimah. 
Pesantren telah memiliki peran yang sangat besar di dalam pengembangan
sumber daya manusia. Pesantren telah menjadi center of excellence bagi
pengembangan sumber daya manusia yang memiliki basis moralitas di dalam
kehidupan sosial.Tidak terhitung jumlah alumni pesantren yang menjadi pemimpin
baik lokal maupun nasional.Tidak terhitung banyaknya alumni pesantren yang
menjadi ulama, kiyai dan pemimpin agama baik di tingkat lokal maupun
nasional.Selain sebagai pusat pendidikan, pesantren juga menjadi pusat
kebudayaan.Sebagai pusat pendidikan pesantren telah menghasilkan alumni yang
memiliki kemampuan di bidang ilmu agama dengan kualifikasi beragam. Selain itu
pesantren juga menjadi pusat pemberdayaan ajaran agama dan perilaku sosial yang
berbasis pada pemikiran keagamaan ahlus sunnah wal jama’ah. Pesantren telah
menjadi benteng pembudayaan Islam yang dilabel dengan Islam rahmatan lin ‘alamin.
Pesantren menjadi penyangga bagi pengembangan keberagaman yang mengedepankan
tawazun atau tawassuth yang dikompensasikan sebagai Islam moderat.Hakikat
keilmuan yang dipelajari di pesantren adalah ilmu agama namun demikian tidak
berarti pesantren mengabaikan ilmu umum sehingga kedua ilmu pengetahuan tersebut
dipelajari di beberapa satuan pendidikan baik madrasah maupun sekolah dari
pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi yang berbasis mutu dan salafy.
Dalam konteks pendidikan dan pengajaran, Pesantren Zainul Hasan Genggong
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam
di tengah masyarakat yang saat itu banyak melakukan kemaksiatan seperti penjudian,
perampokan, pembunuhan, perzinahan dan lain-lain. Dengan melakukan langkah-
langkah pencerahan nilai-nilai tauhid dan berakhlak karimah dalam kehidupan
bermasyarakat walaupun di masa itu bangsa Indonesia sedang dijajah oleh Belanda
dan Jepang, sehingga pesantren dalam konteks sejarah kebangsaan telah memiliki
kontribusi jauh sebelum Indonesia merdeka.
Dalam perkembangan pesantren lebih lanjut dari pesantren salafiyah
dikembangkan pada sistem kholafiyah yang digabungkan keduanya antara tetap
mempertahankan tradisi lama dan mengembangkan pola pembaharuan sesuai dengan
kebutuhan zaman dengan corak beraneka ragam satuan pendidikan tetapi tetap
memiliki jati diri sebagai pendidikan berbasis salafi dengan berpedoman kata mutiara
ulama salaf terdahulu.

‫صالح واألخذ على الجديد األصلح‬


َ ‫المحا فظة على القديم ال‬

Artinya: Berpegang teguh terhadap cara-cara lama yang masih baik dan menggunakan
metode-metode baru yang lebih baik.
2.2 Profil Pesantren Zainul Hasan Genggong

Berdirinya Pesantren zainul Hasan sejak awal pendiriannya dikenal dengan sebutan
Pondok Pesantren Genggong yang didirikan oleh K.H Zainal Abidin pada tahun 1839 M /
1250 H. Yang terletak di desa Karangbong Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo.
Adapun motifasi pendiri pesantren tersebut merupakan cita-cita mulia dan luhur yang
didasarkan pada tanggung jawab secara keilmuwan setelah melihat realitas masyarakat
yang masih buta huruf dan masyarakatnya dikenal dengan awam yang sama sekali tidak
mengenal ilmu pengetahuan agama secara perilaku kehidupan masyarakat cenderung
berperilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai agama seperti melakukan perbuatan
dosa besar kepada Allah SWT, baik perbuatan syirik, zina, perilaku kekerasan sesamanya
denga cara merampas hak milik orang lain dan penganiayaan terhadap sesamanya serta
perbuatan judi yang dilakukan oleh masyarakat setiap hari.

Berangkat dari dasar pemikiran yang didasarkan pada realitas perilaku masyarakat
tersebut, maka K.H Zainal Abidin beliau keturunan maghrobi dan alumnus pesantren
Sidoresmo Surabaya merasa terpanggil jiwanya untuk mengamalkan ilmu yang
didapatnya kemudian dijadikan dasar berjuang dengan menebrkan ilmu agama baik
berupa pengajian maupun disampaikan melalui kelembagaan berupa institusi Pondok
Pesantren Genggong, kata “Genggong” berasal dari sekuntum bunga yang tumbuh di
sekitar pesantren dan bunga tersebut dipergunakan oleh masyarakat untuk rias manten
dan khitan. Perubahan nama pesantren digagas oleh kepemimpinan K.H Hasan
Saifourridzall dengan maksud dan tujuan ingin mengabadikan kedua nama pendiri
pesantren sebelumnya dengan kronologis sebagai berikut:

1. Nama pondok Genggong diabadika sejak kepemimpinan K.H Zainal Abodin


sampai dengan kepemimpinan K.H Moh. Hasan Dari tahun 1839 sampai dengan
1952 M (113 tahun).
2. Pada tahun 1952 pondok Pesantren Gengong diganti dengan nama Asrama Pelajar
Islam Genggong “APIG” yang didasarkan pada semakin tinggi minat masyarakat
belajar di pondok pesantren, hal itu dapat dilihat dari jumlah santri, grafiknya
meningkat dan nama tersebut diabadikan terhitung sejak 1952 M sampai dengan
1959 M. (7 tahun )
3. Pergantian nama Pondok pada masa kepemimpinan K.H Hasan Saifourridzall pula
timbul gagasan untuk menngabadikan kedua pendiri pesantren yaitu K.H Zainal
Abidin dan K.H Moh. Hasan tepatnya pada tanggal 1 Muharrom 1379 H. / 19 Juli
1959 M, nenetapkan nama pesantren semula bernama asrama pelajar islam
genggong menjadi pesantren Zainul Hamsan Genggong, nama pesanren tersebut
mengabadikan dari kedua pendiri pesantren tersebut.

2.3 Nama Pendiri dan Pengasuh

Pesantren Zainul Hasan Genggong dalam sejarah perkembangannya telah mengalami suksesi
kepemimpinan yang dalam istilah pesantrendi kenal dengan pengasuh telah memasuki periode ke
empat:

1. Pendiri dan pengasuh pertama Pesantren Zainul Hasan Genggong,Almarhum Al-Arif


Billah KH. Zainal Abidin, Dari tahun 1839 M./1250 H. sampai dengan 1865 M/1276 H.
Masa kepemimpinan pengasuh pertama selama 26 tahun. Pada masa kepemimpinan KH.
Zainal Abidin ini, system pendidikan pesantren salafiyah (tradisional) dan belum
berbentuk system klasikal.
2. Pengasuh kedua, Al-marhum Al-Arif Billah KH. Mohammad Hasan, dari tahun 1865
M/1276 H sampei dengan 1952 M/1363 H. Masa kepemimpinan pengasuh kedua selama
87 tahun.
Pada masa kepemimpinan KH.Mohammad Hasan ini, system pendidikan menggunakan
system pendidikan salafiyah (tradisional) dan sudah mulai terbentuk pendidikan klasikal
berupa madrasah iptidaiyah kholafiyah syafi’iyah. Pendidikan pesantren saat itu mulai
berkembang dan dikenal oleh masyarakat
3. Pengasuh ke tiga, Al-Marhum Al-Arifbillah KH. Hasan Saifourrdzall dari tahun 1952 M/
1363 H sampai dengan 1991 M/ 1402 H. Masa kepemimpinan pengasuh ketiga selama 40
tahun. Pada masa KH. Hasan Saifourrdzall ini, nama pesantren genggong dirubah
menjadi pesantren Zinul Hasan Genggong,yang mengabadikan ke dua nama pengasuh
pertama dan kedua, dari kata Zainul dan Hasan, kemudian menjadi nama pesantren
Zainul Hasan Genggong, pada tahun 1952 M. Beliau sebagai ketua yayasan sekaligus
pengasuh pesatren. Sejak kepemimpinan pengasuh pesantren yang ke tiga inilah
pendidikan pesanren semakin berkembang dengan membuka lembaga pendidikan formal
dan non formal, sekolah dari pendidikn dasar sampai dengan pendidikan tinggi dengan
memadukan dua sistem pedidikan yaitu pendidikan pesantren syalafiyah dengan
pendidikan nasional.
4. Penagasuh keempat KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM, dari tahun 1991
M/1403 H sampai sekarang. Pengembangan diarahkan pada pembukaan sekolah dan
kmadrasah terseleksi dengan jaminan mutu dan keunggulannya serta dkembangkan pula
pada pendidikan kesehatan. Dengan pembinaan manajemen dan mengembangkan
pendidikan yang sudah ada mulai penataan dibidang kelembagaan. Ketenagaan dan
penyempurnaan sarana prasarana pendidikan serta peningkatan status kelembagaan untuk
menjadi lembaga pendidikan serta meningkatan status kelembagaan untuk menjadi
lembaga pendidikan yang terakreditasi yang dilakukan secara bertahap dari pendidikan
dasar sampai dengan pendidikan tinggi, dan membuka akademi keperawatan program
diploma III tahun 2001, SMA Unggulan pada tahun 2002, MA Model pada Tahun 2003,
SMK pada tahun 2006, dan AKBID program diploma III pada tahun 2007. Pendirian
STIKES Hafshawaty Zainul Hasan dengan pembuka 2 program studi S1 perawat dan D4
Kebidanan pada tahun 2008. Pembukaan program akselerasi (percepatan belajar pada
Madrasah Aliyah Model dan SMA Unggulan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong ) pada
tahun 2011.
Seiring dengan berdirinya beberapa satuan pendidikan formal sebanyak 4 satuan
pendidkan formal Madrasah Aliyah Model, SMA Unggulan (juga dibuka program
akselerasi atau sekolah percepatan), Sekolah Menengah Kejuruan, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Progran DIII Keperawatan, DIII Kebidanan, S1 Keperawatan dan DIV
Kebidanan, maka didirikanlah pada puteri Hafshawaty pesantren Zainul Hasan Genggong
didirikan sebagai pengembangan kampus dan perluasan serta merupakan pembagian dari
pondok pesantren Zainul Hasan Genggong yang didirikan pada 01 safar 1428 H/ 28
Februari 2007 M. dibawah naungan yayasan pendidikan Hasfshawaty Zainul Hasan
Genggong yang diresmikan pada tanggal tersebut dan ditandai penguntingan pita
sekaligus pengajian umum yang dihadiri oleh para haba’ib, masyayekh, ulama, tokoh
masyarakat dan Bupati Probolinggo serta wali santri, simpatisan pesantren Zainul Hasan
Genggong.
Dengan berdirinya pondok puteri tersebut untuk menjaga kualitas pendidikan berbasis
pesantren maka setiap santri berkewajiban sekolah dan mengaji, dan kuliah dan mengaji
sehingga berkewajiban di pesantren agar dapar mengikuti kegiatan pesantren secara
istiqomah, sholat berjamaah, dan kegiatan-kegiatan yang lain sperti pengajian kitab klasik
yang dibaca pengasuh pesantren dan Dewan asatidz/asatidzah dan mengikuti program
pendidikan diniyah agar dapat memahami dan menghayati serta meempratekkan nilai-
nilai iman, islam dan ikhsan dalam kehidupan sehari-hari, satlogi santri dan 9 budi utama
santri sebagai etika dan karakter.
BAB 3

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Pesantren telah menjadi center of excellence bagi pengembangan sumber


daya manusia yang memiliki basis moralitas di dalam kehidupan sosial. Pesantren
telah menjadi benteng pembudayaan Islam yang dilabel dengan Islam rahmatan lin
‘alamin. Pesantren menjadi penyangga bagi pengembangan keberagaman yang
mengedepankan tawazun atau tawassuth yang dikompensasikan sebagai Islam
moderat.Hakikat keilmuan yang dipelajari di pesantren adalah ilmu agama namun
demikian tidak berarti pesantren mengabaikan ilmu umum sehingga kedua ilmu
pengetahuan tersebut dipelajari di beberapa satuan pendidikan baik madrasah
maupun sekolah dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi yang
berbasis mutu dan salafy.
1.2 Saran

Sebaiknya dalam penyusunan makalah penulis harus lebih mempunyai


referensi yang lebih banyak, baik dari buku maupun jurnal agar pengetahuan dan
informasi yang diperoleh lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Abdul. 2011.Filsafat Pesantren Genggong.Probolinggo : STAI Zainul Hasan


Genggong.

Anda mungkin juga menyukai