Berangkat dari dasar pemikiran yang didasarkan pada realitas perilaku masyarakat
tersebut, maka KH. Zainul Abidin, beliau keturunan maghrobi dan alumnus pesantren
Sidoresmo Surabaya merasa terpanggil jiwanya untuk mengamalkan ilmu yang didapatnya
kemudian dijadikan dasar berjuang dengan menebarkan ilmu pengetahuan agama baik berupa
pengajian maupun di sampaikan melalui kelembagaan berupa institusi Pondok Pesantren
Genggong dan kata “Genggong” berasal dari sekuntum bunga yang tumbuh di sekitar
pesantren dan bunga tersebut dipergunakan oleh masyarakat untuk rias manten dan khitan.
Perubahan nama pesantren digagas oleh kepemimpinan KH. Hasan Saifourridzall dengan
maksud dan tujuan ingin mengabadikan kedua nama pendiri pesantren sebelumnya dengan
kronologis sebagai berikut:
Pada masa kepemimpinan KH. Hasan Saifourridzall pada tahun 1952 Pondok
Pesantren Genggong diganti dengan nama Asrama Pelajar Islam Genggong ”APIG”
yang didasarkan pada semakin tinggi minat masyarakat belajar di Pondok Pesantren,
hal itu dapat dilihat dari jumlah santri, grafiknya meningkat dan nama tersebut
diabadikan terhitung sejak 1952 M. Sampai dengan 1959M. (7 tahun).
Pada masa kepemimpinan KH. Hasan Saifourridzall pula timbul gagasan untuk
mengabadikan kedua pendiri pesantren yaitu KH. Zainul Abidin dan KH. Mohammad
Hasan tepatnya pada tanggal 1 Muharrom 1379 H./ 19 juli 1959 M, menetapkan nama
Pesantren semula bernama Asrama Pelajar Islam Genggong menjadi Pesantren Zainul
Hasan Genggong, nama Pesantren tersebut mengabadikan dari kedua pendiri
pesantren tersebut.