Anda di halaman 1dari 2

Nama : Laily Nur Sa’adah

Npm : 202601922
Matkul : Studi Kepesantrenan
Dosen : Ahmad Khoirul Mustamir, M.Pd

Podok Pesantren Nurul Qur’an


Dsn. Bendungrejo Ds. Jogoroto Kec. Jogoroto Kab. Jombang

A. Profil Pondok Pesantren

Nama Yayasan : Pondok Pesantren Nurul Qur’an


Alamat : Bendungrejo Jogoroto Jombang PO. Box 01 Kode Pos 61485
Akta Notaris : Sri Hartatik, S. H., M. KN. Jombang No. 26 Tahun 2015
Website : ppnurulquran.ponpes.id
Instagram : nq.story link : https://www.instagram.com/nq.story/
Youtube : NQ STORY link
https://www.youtube.com/channel/UCjxqMIxzcJGyeR7ZHK5thcQ
Logo : link download
https://drive.google.com/file/d/1NR1yqh8x_3d584aCmvJRhO9MNR9
3LVqV/view?usp=sharing

B. Sejarah Pondok pesantren

Menurut sejarah dari sesepuh bahwa di desa ini dulu telah ada pondok pesantren yang didirikan
oleh M. K. Jamsari tahun 1880 sampai dengan 1919 pesantren ini sudah cukup berkembang besar,
karena yang nyantri disini sudah banyak santri dari luar daerah terutama dari Jawa Tengah. Namun
setelah beliau K. Jamsari wafat pesantren ini (yang terdiri dari kayu dan bambu atau panggung),
terjadi kebakaran sampai habis bahkan kitab-kitab para santri pun terbakar.
Akhirnya para santri banyak yang pulang, tinggal santri sekitar pesantren yang ingin
menghidupkan kembali dengan menantu Kyai. Melalui musholla peninggalan beliau yang tidak
terbakar.
Kegiatan musholla ini disebut “Madrasah Diniyah” yang tidak lama berjalan, kemudian bubar,
akhirnya kedua musholla itu hanya untuk kegiatan shalat Jum’at.
Pada tahun 1926, cucu menantu Mbah K. Jamsari yang bernama KH. Marzuki, mendirikan
musholla kurang lebih 400 m utara dari lokasi pesantren Mbah K. Jamsari yang sekarang menjadi
lokasi-lokasi PPNQ. Musholla tersebut banyak didatangi para santri yang ingin mengaji masalah
Agama kepada KH. Marzuqi. Bahkan para santri bila malam hari bermalam (putra di musholla dan
putri di rumah Kyai). Kegiatan ini berjalan terus sampai beliau wafat pada tahun 1952, yang
diteruskan oleh putranya Kyai Ahmadun.
Pada periode Kyai Ahmadun ini berkembang semakin baik yaitu terwujud kembali Madrasah
Diniyah (malam hari) bahkan sebuah musholla itu berkembang hinggah menjadi Masjid tahun
1958, yang saat ini diresmikan oleh para ulama Jombang antara lain KH. Adlan Ali, KH. Mansur
Anwar, K. Bajuri dan para ulama yang lain. Namun kemajuan diniyah ini akhirnya pudar kembali
pada tahun 1967, artinya diniyah secara klasikal bubar.
Para santri yang belajar agama pada K. Ahmadun tetap berjalan namun tidak klasikal, dibagi
dua kelompok, Al-Qur an di serambi masjid, sedangkan yang sudah mengaji kitab di rumah K.
Ahmadun. Kemudian pada tanggal 16 Juni 1988/1 Dzulqo’dah 1408 H beliau wafat, dan kegiatan
di masjid diteruskan oleh putranya KH. Imam Munawwar.
Kemudian pada tanggal 27 Ramadhan 1412 H, pulanglah pemuda M. Qomari Sholeh (Cucu
KH. Marzuqi) dari beberapa pondok pesantren terakhir dari PP. Madrasatul Qur an Tebuireng yang
diasuh Romo KH. M. Yusuf Masyhar (Cucu menantu KH. Hasyim Asy’ari). Tepatnya pada tanggal
20 Syawal 1412 H, lahirlah TPQ dan Madrasah Diniyah yang saat itu diikuti para santri 350 santri
(tidak muqim).
Dua bulan kemudian (21 Dzulhijjah 1412 H/22 Juni 1992 M), datanglah 2 orang santri, yang
diantar langsung oleh kedua orang tua mereka yang memang ingin menjadi santri, santri tersebut
adalah :
1. M. Syuhada’ Syafi’i dari Jombang (sekarang menjadi adik ipar pengasuh)
2. M. Saiful Anam dari Denpasar Bali
Dengan senang hati kedua santri tersebut diterima dan ditempatkan di rumah pengasuh kamar
depan, sampai bulan Rabiul Awal santri berjumlah 9 anak, lalu dipindahkan ke kamar belakang,
yakni kamar nempel selatan rumah pengasuh.
November 1992 santri terus bertambah hingga 20 anak, dan pada bulan inilah atas dorongan
dari orang tua pengasuh ( Abah H. Sholeh Abdulloh ) dan sekaligus mewaqafkan tanahnya seluas
40 Ru untuk mengagungkan Kalam Allah. Pengasuh bersama-sama dengan masyarakat
membangun 4 kamar santri, 4 kamar mandi & WC, kolam wudlu dan tempat cuci dan dapur santri.
Dengan demikian lahirlah pesantren Nurul Qur an : 12 November 1992/17 Jumadil Ula 1413 H.
Diawal pertumbuhan dan perkembangan PPNQ, manusia memiliki kehendak dan angan-angan,
tetapi irada Allah jualah yang berlaku, dipanggilnya pengasuh KH. Qomari Sholeh keharibaan-Nya
tepat pada jam 05.15 WIB hari Selasa tanggal 24 Agustus 1999/12 Jumadil Ula 1420 H dalam usia
38 tahun dengan meninggalkan seorang istri, 4 anak (3 putri dan 1 putra usia 3 bulan), yang tertua
pada saat itu berusia 9 tahun.
Kini pesantren diteruskan oleh adik iparnya, KH. Drs. Jumali Ruslan yang juga alumni PP.
Madrasatul Qur an Tebuireng sekaligus sahabatnya KH. Qomari Sholeh tatkala di pesantren dahulu
yang dibantu oleh saudara-saudaranya yang lain.
Alhamdulillah, PPNQ dengan sinar Al Qur an dapat terus tumbuh dan mudah-mudahan terus
berkembang dan terus tumbuh atas Ridho Pemilik Al Qur’an.

C. Pengalaman di Pondok Pesantren Nurul Qur’an

Pengalaman yang singkat tapi bermakna karna begitu banyak yang saya dapatkan dari pondok
pesantren ini. Saya mengetahui kehidupan pondok pesantren pertama kali di pondok pesantren
nurul Qur’an, nahkan saya mengaji TPQ mulai dari Iqra’ Sampai Paham baca tulis Al-Qur’an
sampai Wisuda TPQ tahun 2010 dari pondok pesantren ini, untuk mengasah baca tulis Al Qur’an
Saya juga mengikuti kegiatan ngaji malam, yakni belajar mengaji dan membaca kitab yang
dilakukan di malam hari ( Sehabis maghrib – Habis Isya’). Setelah selesai TPQ saya melanjutkan
Madrasah Diniyah di pondok pesantren ini selama 2 tahun dan tidak sampai lulus. Karna keaktifan
saya pada kegiatan apapun yang diselenggarakan oleh pondok pesantren ini sampai saya memiliki
banyak teman di pondok pesantren ini, dan juga ketika saya di pondok pesantren ini seakan sudah
tida asing lagi, karna memang dari mulai kecil sampai lulus Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah saya
lebih suka menghabiskan bermain di pondik pesantren ini. Dikarnakan juga lokasi pondok
pesantren ini sangat dekan dengan rumah saya, terkadang saya hanya cukup berjalan ke belakang
rumah dan masuk pondok lewat pintu samping pondok pesantren. Bahkan ketika saya sdh tidak
menimba ilmu di situ selalu saya semparkan setiap tahun untuk soan atau berkunjung ke pondok
pesantren Nurul Qur’an.

Anda mungkin juga menyukai