1
Hasil wawancara dengan Ustadz Alfa Syahriar Lc., M. Sy., selaku pengasuh Pondok
Pesantren Darun Najah, di rumah beliau pada tanggal 21 Februari 2019 pukul 07.00 WIB.
2
Hasil observasi di Pondok Pesantren Darun Najah pada tanggal 21 Februari 2019.
Kementrian Agama memberikan hak menurut hukum untuk menyelenggarakan
pendidikan keagamaan Islam dan hak-hak lainnya sesuai aturan yang berlaku.3
Walaupun secara perizinan tidak menyebutkan secara spesifik sebagai
pondok pesantren khusus perempuan, namun secara kenyataan dari santri yang datang
adalah perempuan, maka tidak segan jika disebut pondok pesantren perempuan.
Setelah menjadi pondok pesantren perempuan, pendidikan di Pondok Pesantren
Darun Najah tidak hanya terfokus pada kajian kitab salaf diantaranya kitab Durrotun
Nasihin, Nadzom Al-Maqsud, Idzotun Nasyi’in, Al Wajiiz Fii Ushulil Fiqhi Al-Islami,
Madkhol Li Diraasatil Aqiidah Al-Islami, Talbisu Ibliis, Al- Hikam, Uyubun Nafsi
4
Wa Mudawatuha dan Ta’limul Muta’allim. dan Progam Tahfidz Al-Qur’an saja.
Terdapat beberapa kitab yang ditulis sendiri oleh Kyai Alfa, kitab tersebut adalah
Kitab Tuhfatul Mar’ah jilid 1 dan 2, Nurus Sa’iq, Man huwa Al-Insan, dan Innama
Anta Mudzakkir5 yang juga diajarkan di pondok, karena mayoritas santri Pondok
Pesantren Darun Najah saat ini adalah mahasiswi STAIN Kudus, terdapat kegiatan
yang khusus diadakan ketika akhir pekan, diantaranya adalah pelatihan kerajinan
tangan dan pelatihan tata boga. Untuk mengembangkan keterampilan berbahasa
santri, di Pondok Pesantren Darun Najah juga diajarkan bahasa Jepang yang diampu
oleh Umi’ Hidayatul Mashlahah, istri dari Kyai Alfa, adalah seorang sarjana sastra
Jepang lulusan Universitas Padjajaran Bandung.
Pengajaran pendidikan di Pondok Pesantren Darun Najah yang sekarang
sedikit berbeda dengan pengajaran pendidikan pada masa kepengasuhan KH. Makun
dan KH. Fahrur Rozi. Letak perbedaan yang mencolok yakni pada metode yang
diterapkan dalam pengajaran kitab. Selain itu pada masa kepengasuhan KH. Makun
dan KH. Fahrur Rozi belum adanya progam Tahfidz Al-Qur’an atau menghafalkan
Al-Qur’an yang biasa disebut Bil-Ghoib dan sekarang sudah terdapat Progam Tahfidz
Al-Qur’an.
7
Hasil dokumentasi dikutip pada tanggal 04 April 2018.
Gambar 4.1
3. Visi, Misi, dan Tujuan Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus
Visi adalah sebuah cita-cita yang diidealkan untuk tercipta. Visi dari Pondok
Pesantren Darun Najah adalah membentuk insan yang beriman, bertakwa,
berakhlakul karimah, cerdas, serta unggul dalam prestasi.
Adapun beberapa misi Pondok Pesantren Darun Najah yaitu:
a. Membentuk generasi yang tafaqquh fiddin.8
b. Mencetak santri yang mempunyai keterampilan bahasa yang mumpuni.
c. Memperluas wawasan santri tentang hukum Islam.
d. Mempersiapkan santri yang siap bersaing di masa depan.
Tujuan umum dari Pondok Pesantren Darun Najah secara umum adalah
membentuk santri agar dapat memiliki keterampilan untuk memberi manfaat pada
orang lain. Maknanya adalah bagaimana santri dapat menyelaraskan keahlian yang
dimiliki dengan kebutuhan masyarakat. Misalnya saja walisongo yang membuat cara
sedemikian rupa sehingga berpengaruh besar terhadap penyebaran Islam di
Indonesia, hal tersebut karena beliau-beliau mampu mengelola manfaat yang ada
pada dirinya diselaraskan dengan kebutuhan masyarakat nusantara. Kyai Alfa
8
Tafaqquh fiddin merupakan manifestasi dari visi yang ada, karena
من يرد هّللا خيرا يفقّه في ال ّدين
“Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik akan dipahamkan agama.” Jadi
kunci utama untuk mewujudkan visi adalah tafaqquh fiddin. Semakin seseorang itu
memahami agama, maka akan semakin banyak peluang baginya untuk berbuat
kebaikan.
menambahkan, di samping itu, ketika santri itu memiliki keterampilan mengelola
manfaatnya itu justru nanti akan menambah potensinya. Indikator keberkahan ilmu
seorang santri adalah seberapa banyak orang yang memanfaatkan ilmu yang dimiliki,
kebaikan dan kebahagiaannya akan bertambah karena kebahagiaan seseorang itu
ketika bisa memberi pada orang lain. 9
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Pondok Pesantren Darun Najah
Ngembalrejo Bae Kudus
PENGASUH
Alfa Syahriar, Lc. M.
Sy.
LURAH
Musfi’ah
WAKIL
Wulan
SEKRETARIS BENDAHARA
Siti9 Nuriyatus
Hasil wawancara dengan Kyai Alfa Syahriar Lc., M. Sy., Ida
Syamsiyah selaku pengasuh Pondok
Fidyaningsih
Pesantren Darun Najah, di rumah beliau pada tanggal 21 Februari pukul 008.00 WIB.
10
Hasil dokumentasi dikutip pada tanggal 1 Maret 2019.
Seksi – seksi
b. Keadaan Ustadz/Ustadzah
Ustadz atau guru adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan tujuan pembelajaran. Tugas guru tidak hanya mengajar saja, namun
juga mendidik. Di Pondok Pesantren Darun Najah terdapat 5 ustadz dengan
11
Hasil dokumentasi dikutip pada tanggal 1 Maret 2019.
bidang kajian yang berbeda-beda. Adapun data ustadz dapat dilihat pada tabel
berikut ini:12
Tabel 4.1
Keadaan Ustadz-Ustadzah
Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus
Bidang
No. Nama Alamat Kitab
Kajian
1. AlfaSyahriar Dukuh Ushul Fiqih
Al-Wajiz Fii
Kauman,
Ushulil Fiqhi
Ngembalrejo
Akidah Al-Madkhol
Lidirasatil
Aqidah Al-
Islamiyah
2. Hidayatul Maslakhah Dukuh Bahasa Jepang
Kauman, -
Ngembalrejo
3. Nur Mufidah Dukuh Boto Al-Qur’an
Lor, (Bil Ghoib) Al-Qur’an
Ngembalrejo
4. Riza Zahriyal Falah Dukuh Boto Akhlaq
Ta’limul
Lor,
Muta’allim
Ngembalrejo
5. Arifah Dukuh Al-Qur’an
Kauman, (Bin Nadzor) Al-Qur’an
Ngembalrejo
c. Keadaan Santri
Di dalam pondok pesantren, santri merupakan komponen yang sangat
penting, karena pondok pesantren tidak dapat menjalankan kegiatan pendidikan
jika tidak memiliki santri. Adapun jumlah santri di Pondok Pesantren Darun
Najah dari waktu ke waktu sering mengalami perubahan dan dibedakan menjadi
dua yaitu santri penghafal Al-Qur’an (Bil-Goib) dan Santri (Bin-Nadzor).
Keadaan santri Pondok Pesantren Darun Najah pada bulan Maret 2019 adalah
sebagai berikut13:
12
Hasil dokumentasi dikutip pada tanggal 1 Maret 2019.
13
Hasil dokumentasi dikutip pada tanggal 1 April 2019.
Tabel 4.2
Data Santri Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus (Bin-Nadzor)
No. Nama TTL Alamat
1.
Fitri Luxmawati Jepara, 27-02-1996 Ds. Damarjati, Kalinyamatan,
2.
Jepara
3.
4.
Jamilatun Nadziroh Blora, 09-09-1996 Ds. Karang jong, Ngawen,
5.
Blora
Ida Fidiyaningsih Grobogan, 31-01- Ds. Karangasem, Winongsari,
6.
1995 Grobogan
7.
8.
Ni’mal Qoulus Jepara, 29-09-1996
9. Ds. Kecapi, Tahunan, Jepara
Salaiyah
10.
11.
12.
13.
Lazmi Mahmudah Kendal, 18-12-1994 Ds. Singorojo, Singorojo,
14.
Kendal
15. Tahta Alfina Demak, 29-11-1998 Ds. Mijen, Mijen, Demak
Syifa Khoirin Nisa’ Demak, 11-11-1997 Ds. Ngampel, Jatirejo,
16.
Demak
Siti Nuriyyatus Grobogan, 27-04- Ds. Tunggulrejo, Gabus,
17.
Syamsiyah 1996 Grobogan
18.
19.
Henika Blora, 03-10-1996 Ds. Kedungringin,
20.
Setyaningrum Tunjungan, Blora
21.
22. Rochayati Rembang, 20-05-1998 Ds. Woro, Kragan, Rembang
Nur Jannah Rembang, 10-06-1998 Ds. Sumur Tawang, Kragan,
23.
Rembang
24.
25.
26.
27.
28.
Ds. Ngumbul, Todanan,
29. Itaizzakiyyah Blora, 15-02-1999
Blora
30.
Tabel 4.3
Data Santri Tahfidzh Al-Qur’an Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae
Kudus
No. Nama TTL Alamat
1. Jamilatun Blora, 09-09-1996 Ds. Karang jong, Ngawen,
Nasikhah Blora
2. Ratna Noviyatun Pati, 17-10-1993
Ds. Talun, Kayen, Pati
Nadziroh
3. Kurnia Rohmatika Pati, 28-01-1996 Ds. Krandan, Trangkil, Pati
4. Musfiah Pati, 23-08-1997 Ds. Ngepungrojo, Pati, Pati
5 Lailatul Jannah Jepara, 28-03-1998 Ds. Surodadi, Kedung,
Jepara
6. Noor Hidayah
7. Wulan 1 Juni 1997 Ds. Jatiharjo, Pulo Kulon,
Mayantiarawati Grobogan
8. Kiswatun
9. Susiana
10. Noor Farihatus Jepara, 26 Agustus Ds. Welahan, Welahan.
Tsuwaibah 1997 Jepara
Tabel 4.3
Tabel Keadaan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo
Bae Kudus Tahun 2018
a. Luas Tanah
Luas Tanah m²
No menurut status bersertifikat
Kepemilikan
. Sudah Belum
Total
Sertifikat Sertifikat
1. Milik Sendiri - - -
2. Wakaf 64 m² - 64 m²
3. Sewa atau Pinjam - -
Jumlah Ruang
Menurut Kondisi (Unit)
No. Jenis Bangunan
Rusak Rusak
Baik
Ringan Berat
1. Aula Pondok 1 - -
2. Kamar Santri 2 - -
3. Toilet’Kamar Mandi 5 1 -
4. Dapur 1
14
Triangulasi teknik (diambil dari arsip EMIS Pondok Pesantren Darun Najah,
wawancara dengan Nurriyatus Syamsiyah selaku Sekertaris Pondok Pesantren Darun Najah,
pada 23 Februari 2019 dan hasil observasi pada 1 Maret 2019).
8. Struktur Organisasi 1
9. Almari Baju 7
10. Almari Buku 5 1
15
Hasil observasi aula Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus, pada
Jum’at, 1 Maret 2019 dan hasil observasi pada Sabtu, 2 Maret 2019.
16
Hasil dokumentasi dikutip pada tanggal 2 Maret 2019.
b. Kegiatan Mingguan
Ada beberapa kegiatan mingguan yang ada di Pondok Pesantren Darun Najah
Ngembalrejo Bae Kudus, yaitu kegiatan ro’an pondok (hari Sabtu pagi untuk kamar
atas dan hari Ahad untuk kamar bawah), Al-Barzanji pada hari Sabtu (malam Ahad),
kegiatan belajar bahasa Jepang pada hari Rabu (malam Kamis), kegiatan ma’tsurotan
atau khataman Al-Quran setelah Maghrib, dan setelah Isya’ ada kegiatan musyarah
kitab Matnu Al Ghayah Waa At-Taqriib. Hal tersebut dibenarkan oleh Musfi’ah saat
menuturkan kegiatan-kegiatan di Pondok Pesantren Darun Najah:
“Jamaah setiap hari, malam Sabtu ngaos Ushul Fiqih, malam Ahad Barzanji,
malam Senin Ushul Fiqih, malam Selasa dan malam Rabu ngaos Aqidah, malam
Kamis belajar bahasa Jepang itu semuanya kegiatan habis Isya’. Setiap malam
Jumat ma’tsurotan atau khataman itu bakda Maghrib, setelah Isya’ kegiatan
musyawarah. Hari Selasa dan Kamis ngaos kitab bakda Shubuh. Adapun kegiatan
ngaos Al-Qur’an dan tajwid setelah Maghrib.”17
c. Kegiatan Tahunan
Kegiatan tahunan yang ada di Pondok Pesantren Darun Najah diantaranya:
pengajian maulid Nabi Muhammad SAW, ziarah, kegiatan posonan di bulan
Ramadhan, dan kegiatan pelatihan keterampilan yang dilakukan setiap liburan
perkuliahan, diantara pelatihan yang telah dilaksanakan adalah pelatihan tataboga dan
pelatihan kerajinan tangan.18
Tabel 4.5
Jadwal Kegiatan Pengajian Tahfidzh Al-Qur’an Ustadzah Mufidah
Hari Waktu Metode
Senin Habis subuh Setoran Hafalan
Habis Maghrib Muraja’ah
Selasa Libur -
Rabu Habis subuh Setoran hafalan
Habis maghrib Muraja’ah
Kamis Habis subuh Setoran hafalan
Habis maghrib Muraja’ah
17
Hasil wawancara dengan Lazmi Mahmudah, selaku Lurah Pondok Pesantren Darun
Najah, di aula Pondok Pesantren Darun Najah pada tanggal 21 April 2018 pukul 13.00 WIB.
18
Hasil dokumentasi dikutip pada tanggal 25 April 2018.
Jum’at Habis subuh Setoran hafalan
Habis maghrib Muraja’ah
Sabtu Habis subuh Setoran hafalan
Jam 08.00 Semakan atau khataman
Habis maghrib Muraja’ah
Ahad Habis subuh Setoran hafalan
Habis maghrib Muraja’ah
8. Deskripsi Konselor
Adapun biodata konselor yang menggunakan Bimbingan Konseling Islam dengan
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) untuk mengatasi Kecemasan Muraja’ah
Santri adalah Pengasuh Pondok Pesantren Darun Njah Ngembalrejo Bae Kudus dan
Ustadzah Tahfidz Al-Qur’an.
a. Biodata Konselor
Ustadzah Mufidah Merupakan Guru Tahfidz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus, lahir dikudus 24 Juni 1978.
Beliau mengawali pendidikannya di SD,MTS dan MA Darul Ulum
Ngembalrejo Bae Kudus kemudian beliau melanjutkan pendidikan non formal
di Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an An-Nurriyah Demak. Lulus dari
pondok pesantren beliau menikah dengan laki-laki asal kudus bernama Nor
19
Hasil wawancara dengan Noor Hidayah., selaku santri penghafal Al-Qur’an
Pondok Pesantren Darun Najah, di depan rumah ustadzah Mufidah pada tanggal 2 Maret
2019 pukul 20.15 WIB
Huda, dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai dua anak, yaitu Ning I’in dan
Muhammad Nafi’.
b. Pengalaman Konselor
Pengalaman Konselor yaitu sudah menerapkan konseling REBT untuk
mengatasi kecemasan Muraja’ah santri dimulai dari pertama mengajar di
Pondok Pesantren Darun Najah yaitu tanggal 1 Agustus 2014 sampai
sekarang.
20
Pada tahun 2003 – 2009 konseli menempuh pendidikan awalnya di SDN 01
Talun. Konseli langsung menempuh sekolah tingkat dasar tanpa menempuh di
pendidikan kanak-kanak karena faktor ekonomi, pada saat itu kebanyakan orang
– orang yang mampu menempuh pendidikan kanak-kanak ialah dari kalangan
tengah keatas hal tersebut dikarenakan biaya pendidikan kanak-kanak saat itu
tergolong mahal. Selanjutnya konseli melanjutkan pendidikan di MTS
Assafi’iyah Talun masuk pada tahun 2009 hingga 2013. Kemudian melanjutkan
pendidikan ke jenjang MA Assalafiyah Kajen dari tahun 2013 hingga 2017.
Konseli lulus dari tingkat MTS dan MA sama-sama membutuhkan waktu 4 tahun
dikarenakan harus melalui SP (Sekolah Persiapan).
Dalam menempuh pendidikannya konseli tidak pernah putus sekolah. Tahun
2017 konseli melanjutkan strata S1 nya di Kudus. Walau keterbataan ekonomi
tapi tidak menghambat cita-cita konseli yang ingin menjadi seorang jurnalistik.
Hal itu juga yang menjadi alas an konseli untuk melanjutkan studi di Progam
Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Seperti penuturan konseli tentang
alasannya memilih jurusan:
“ cita-cita saya ingin menjadi seorang wartawan atau jurnalistik mbak,
walaupun ekonomi kedua orang tua pas-pasan tapi saya tetap ingin meraih cita-
cita saya, oleh karena itu saat saya tahu bahwa di IAIN Kudus terdapat progam
studi Komunikasi Penyiaran Islam yang setelah lulus bisa menjadi seorang
jurnalistik. Maka saya langsung tertarik dan mendaftar”21
21
22
f. Kondisi Kepribadian Konseli
Konseli merupakan anak yang tidak mudah bergaul dengan orang yang belum
ia kenal. Onseli adalah anak yang introvert, cukup sulit untuk diajak berbicara,
hal ini terlihat ketika pertama kali peneliti bertemu dengan konseli, ia terlihat
takut dan malu ketika bertemu bertemu dengan orang baru. Pada saat itu setelah
sowan di temapat kyai Alfa Syahriar dan Ustadzah Mufidah untuk izin penelitian,
beliau mempersilahkan bertemu dengan konseli untuk konfirmasi karena di
pondok pesantren Darun Najah pendampingan dengan konseling REBT untuk
mengatasi kecemasan Muraja’ah santri di khususkan bagi santri bil-Ghiob awal.
Dan saat itu konseli merupakan santri Bil-Ghiob awal setelah melalui proses Bin-
Nadzor selama satu tahun.23
g. Deskripsi Masalah
Masalah ada kesenjangan antara kenyataan yang ada dengan harapan yang
diinginkan konseli. Keberadaan masalah dalam hidup hendaknya segera diatasi
agar tidak menumpuk dan mengganggu perkembangan diri.
Penelitian ini mengangkat permasalahan yang dialami oleh Ratna, seorang
santri penghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae
Kudus. Yang mengalami kecemasan saat menghadapi muraja’ah. Dinda selalu
mengalami perasaan takut, deg-degan, gemetaran dan bahkan tidak nafsu makan
saat menghadapi muraja’ah. Hal tersebut dikarenakan perasaan cemasnya akan
hasil atau lancar tidaknya muraja’ah yang akan dihadapi. Kecemasan tersebut,
dipicu oleh kekhawatiran dalam dirinya yang akan dimarahi oleh ustadzah atau
pak kyai jika muraja’ahnya salah atau tidak lancar.
Mengetahui permasalahan yang dihadapi konseli, konselor dalam hal ini
ialah ustadzah Tahfidz (Ustadzah Mufidah) membantu dengan menerapkan
Rational Emotive Behavior Therapy untuk mengatasi kecemasannya Muraja’ah
Santri.
Konseling Rational Emotive Behavior Therapy di pondok pesantren Darun
Najah dilakukan untuk santri awal penghafal Al-Qur’an yang belum terbiasa
dengan lingkungan baru dan pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an dan pada
permasalahan ini santri yang mengalami kecemasan saat menghadapi muraja’ah.
Konseling REBT yang diterapkan ustadzah Mufidah dilakukan dengan cara
upaya penyadaran kepada konseli bahwa segala sesuatu tidak berputar
disekitarnya sehingga segalanya tidak bisa terjadi sesuai dengan apa yang
23
dikehendakinya. Jika memang ia merasa lingkungan tidak mampu membuatnya
nyaman, maka ia harus belajar berpikir rasional serta menerima lingkungannya
dan mengubah dirinya agar lebih nyaman dengan situasi yang ada. Konseling ini
juga merupakan upaya yang dilakukan ustadzah mufidah dalam menyadarkan
santri bahwa tidak semua hal negative yang ada dipikirannya adalah sesuatu yang
pasti terjadi. Penyadaran ini dilakukan dengan cara mengajak konseli untuk
berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang irrasional yang telah memotivasi
banyak gangguan tingkah laku, serta menunjukkan ketidaklogisannya, pada hal
ini yaitu tentang gagasan bahwa konseli akan dimarahi ketika bacaan
muraja’ahnya salah atau tidak mampu menyelesaikannya karena merasa pasti
hafalannya hilang ditengah jalan serta mendapat cemoohan dari teman – teman
lainnya yang terlihat lebih andai dalam membaca Al-Qur’an. sehingga memicu
ketidaknyamanan pada konseli yang terus dipendam. Ketegangan selama
menghadapi muraja’ah yang pada akhirnya kecemasan dan ketidaknyamanan
tersebut dapat memicu tingkah laku konseli seperti ketidaksukaannya berada
dipondok, pola makan dan pola tidur yang tidak teratur sehingga menyebabkan
koseli sering sakit-sakitan, perasaan takut ketika berangkat mengaji dan persaan
rendah diri didepan teman – temannya. Kemudian ustadzah mufidah memberi
pengetahuan alternative pada cara berfikir sehingga konseli dapat mengamati dan
meminimalkan gagsan – gagasan yang irrasional dan kesimpulan – kesimpulan
yang tidak logis sekarang maupun pada masa yang akan dating, yang telah
mengekalkan cara – cara merasa dan berperilaku yang merusak diri. Setelah
dilakukan upaya penyadaran, konseli juga diharapkan Konseli mampu
mengaktualisasikan positifnya dalam kehidupan sehari-hari dengan cara
menyusun kegiatan- kegiatan positif yang dapat ia lakukan.
Sesuai dengan pernyataan Laura A. King dalam bukunya, rational emotive
behavior therapy merupakan sebuah terapi yang didasarkan pada pemahaman
Ellis bahwa individu mengembangkan gangguan psikologis karena kepercayaan
mereka, terutama yang bersifat tidak rasional dan menaklukkan diri sendiri.24
Adapun tujuannya yakni untuk membantu individu dalam mencapai perilaku
rasional, kebahagiaan, dan aktualisasi diri.25
24
25
Faktor merupakan pemicu dari suatu keadaan yang akan mempengaruhi
suatu peristiwa atau kejadian yang menimbulkan sebab – akibat. Begitu juga
kecemasan dapat muncul akibat beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti mengambil studi kasus mengenai
kecemasan yang dialami santri penghafal Al-Qur’an saat menghadapi muraja’ah.
Menurut Lazarus, Kecemasan ialah suatu keadaan atau kondisi emosi yang
tidak menyenangkan, dan merupakan pengalaman yang samar-samar disertai
dengan perasaan yang tidak berdaya dan tidak menentu. Pada umumnya
kecemasan bersifat subjektif, yang ditandai dengan adanya perasaan tegang,
khawatir, takut, dan disertai adanya perubahan fisiologis, seperti peningkatan
denyut nadi, perubahan pernapasan, dan tekanan darah. 26 Santri penghafal Al-
Qur’an akan mengalami kecemasan bila menghadapi situasi yang membahayakan
dirinya, seperti saat setoran hafalan atau muraja’ah.
Selanjutnya peneliti memaparkan hasil observasi dan wawancara langsung
dari konselor (Ustadzah Mufidah), konseli, pengasuh pondok dan pengurus
pondok. Agar pembaca mengetahui gambaran hasil yang konkret dalam
memahami tentang faktor penyebab munculnya kecemasan saat menghadapi
muraja’ah. Berdasarkan hasil informasi dari wawancara dengan konselor
(Ustadzah Mufidah). Setelah proses konseling dilakukan antara konselor
(Ustadzah Mufidah) dan konseli, konselor mengemukakan beberapa faktor yang
menyebabkan konseli mengalami kecemasan pada santri saat menghadapi
muraja’ah. Menurut konselor Faktor- faktor penyebab kecemasan ketika
muraja’ah yang dialami konseli terlihat jelas saat konselor melakukan pertemuan
pertama dan kedua, pertemuan pertama yakni pada tanggal 20 Februari 2019.
Berdasarkan pada proses konseling pertama yang dilakukan konselor, konseli
menyatakan bahwa Tuhan tidak adil mengapa semua usaha yang telah dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan bacaan Al-Qur’an yang konseli miliki belum
menunjukkan peningkatan, konseli merasa sulit untuk menggapai impiannya,
apakah nanti ia dapat membahagiakan kedua orangtuanya dengan mampu
menjadi seorang penghafal Al-Qur’an. Konseli takut jika ia tidak mampu
membalas segala pengorbanan orangtuanya terhadap konseli. Ungkapan konselor
mengenai hasil proses konseling:
“Faktor munculnya kecemasan yang dia alami itu dikarenakan
pemikirannya yang salah mbak, ia berfikir bahwa Allah tidak adil, karena semua
usaha dan latihan yang sudah dilakukan mulai dari ikut latihan BTQ di TPQ Al-
26
Ma’roef, deres, semakan dan tartilan setiap hari tapi Allah masih belum
memberikan pemahaman dalam baca’an Al-Qur’annya”.27
28
29
dibagi setiap orang menggunakan microphone, ia merasa cemas dan gugup,
seakan orang-orang akan menertawai dan menggunjingnya dengan bacaannya
Tabel 4.6
No VARIABEL TP JR KD SR SL
1 Gelisah/Gugup
2 Tangan Gemetar
3 Merengut
Kekencangan pada pori-pori
4
kulit perut atau dada
5 Banyak Berkeringat
7 Pening/Pingsan
8 Mulut/Kerongkongan Kering
9 Sulit Berbicara
10 Sulit Bernafas
11 Nafas Pendek
12 Jantung Berdebar
13 Suara Bergetar
14 Jari/Anggota Tubuh Dingin
15 Pusing
30
16 Lemas
17 Sulit Menelan
18 Kerongkongan Tersekat
19 Leher/Punggung Kaku
20 Sensasi seperti Tercekik/Tertahan
21 Tangan Dingin dan Lembab
22 Sakit Perut/Mual
23 Panas Dingin
24 Sering Buang Air Kecil
25 Wajah Terasa Memerah
26 Diare
27 Merasa Sensitif/Mudah Marah
28 Menghindar
29 Tidak Mandiri/Melekat
30 Terguncang
47 Sulit Konsentrasi31
Keterangan:
TP : Tidak Pernah SR : Sering
JR : Jarang SL : Selalu
KD : Kadang-kadang
31
32
merasa nyaman.
b. Diagnosis
2) Ciri Behavioral
a) Konseli menyendiri dari santri-santri Tahfidz ketika merasa cemas
setelah muraja’ah karena menurutnya semua teman-temannya sedang
menggunjingnya karena saat muraja’ah banyak mengalami
kesalahan.
b) Perilaku melekat/dependen, dimana Konseli hanya sering berkumpul
dengan teman sekamarnya. Meskipun tidak menceritakan
permasalahan pribadinya, namun kebersamaan dan canda tawa
dengan teman-temannya membuat rasa cemasnya sedikit teralihkan
meskipun tidak sepenuhnya.
c) Perilaku terguncang, jika di pondok tidak ada teman sekamarnya,
maka Konseli hanya berada di kamarnya. Namun ketika hanya
sendiri dikamar, Konseli merasa bingung dengan pikiran tentang
setiap hari harus menghafalkan muraja’ah dan apakah dia mampu
bertahan senghafalkan 30 juz sesuai keinginan orang tuanya.
3) Ciri Kognitif
a) Khawatir tentang sesuatu. Dalam hal ini, Konseli merasa sangat khawatir
dengan Muraja’ah yang akan dihadapinya, apakah ia mampu mengulang
hafalan dengan sempurna atau justru kehilangan hafalan ditengah jalan
yang akan menambah kekhawatirannya akan teman- temannya yang
menjelek-jelekannya.
b) Terganggu akan ketakutan. Konseli selalu terganggu dengan pikiran yang
mengatakan bahwa dia harus mampu menjadi penghafal Al-Qur’an,
karena jika tidak maka hal yang tidak diinginkan akan terjadi, yaitu
membuat kedua orang tuanya kecewa.
c) Keyakinan bahwa hal mengerikkan akan terjadi jika muraja’ahnya gagal.
Hal menakutkan yang diyakininya yakni kemarahan Ustadzah Tahfidz
dan ejekan dari teman-temannya yang pada akhirnya akan membuat
dirinya merasa sangat terganggu serta tidak nyaman.
d) Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit
atau tidak mendapat perhatian. Dalam hal ini ia merasa sangat terancam
oleh perilaku temannya yang membandingkannya dengan orang lain karena dia
santri lama yang sudah mulai menghafal namun baru mampu menjadi bil-Ghoib
setelah 3 tahun lamanya dan bahkan setelah mengaji selama 4 buan dia baru bisa
menyelesaikan juz’ama dan juz 1. Menurutnya itu adalah peristiwa besar yang
sudah tidak bisa ia tahan.
e) Merasa bingung tanpa bisa diatasi. Konseli sadar bahwa ia merasa sangat
bingung dengan berbagai kekhawatirannya mengenai muraja’ah. Namun
tetap saja ia tidak mampu menyingkirkan kebingungan itu. Kalaupun
memang ia sedang bercanda tawa bersama dengan teman-temannya
sebelum berangkat mengaji muraja’ah. kebingungan ini terus datang
ketika dia sudah sendiri.
f) Tidak mampu menghadapi masalah. Hingga saat ini, Konseli masih belum
mampu mengatasi kebingungan dan perasaan was—was serta
menghilangkan rasa cemasnya tersebut yang pada akhirnya berpengaruh
terhadap kesehatannya.
g) Khawatir terhadap hal sepele
h) Berfikir tentang hal mengganggu yang sama berulang. Pemikiran tentang
bisa atau tidaknya ia menjalankan muraja’ah disadarinya begitu
mengganggunya, baik dalam beraktivitas maupun kesehatannya. Meskipun
begitu, ia masih belum mampu menepis berbagai pikiran tersebut dan terus
menerus memikirkannya.
i) Sulit konsentrasi33
Atau dapat dilihat pada tabel berikut yang sudah diisi lansung oleh konseli
sendiri:
Tabel 4.7
NO VARIABEL TP JR KD SR SL
1 Gelisah/Gugup
2 Tangan Gemetar
3 Merengut
5 Banyak Berkeringat
6 Telapak Tangan Berkeringat
7 Mulut/Kerongkongan Kering
8 Sulit Berbicara
9 Nafas Pendek
10 Jantung Berdebar
11 Jari/Anggota Tubuh Dingin
12 Pusing
13 Lemas
14 Sulit Menelan
15 Kerongkongan Tersekat
33
16 Leher/Punggung Kaku
17 Sensasi seperti Tercekik/Tertahan
18 Tangan Dingin dan Lembab
19 Sakit Perut/Mual
20 Panas Dingin
21 Diare
22 Merasa Sensitif/Mudah Marah
23 Menghindar
24 Tidak Mandiri/Melekat
25 Terguncang
26 Khawatir tentang Sesuatu
27 Terganggu akan Ketakutan
Keyakinan bahwa Sesuatu yang
28
Mengerikkan Akan Terjadi
Terancam oleh Orang/Peristiwa yang
29 Normalnya Hanya Sedikit atau Tidak
Mendapat Perhatian
30 Ketakutan/Kehilangan Kontrol
31 Tidak Mampu Menghadapi Masalah
32 Merasa Bingung Tanpa Bisa Diatasi
33 Khawatir terhadap Hal Sepele
Berfikir tentang Hal Mengganggu
34
yang Sama Berulang
35 Bingung
Tidak Mampu Menghilangkan
36
Pikiran Terganggu
37 Sulit Konsentrasi34
Keterangan:
TP : Tidak Pernah SR : Sering
JR : Jarang SL : Selalu
KD : Kadang-kadang
c. Prognosis
Berdasarkan data-data yang sudah diperoleh serta diagnosis yang sudah
didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan jenis terapi yang akan
diberikan Konselor kepada Konseli. Dalam hal ini Ustadzah Mufidah akan
memberikan terapi yang merujuk pada beberapa fungsi bimbingan dan konseling,
34
yaitu fungsi perbaikan, fungsi pengembangan, serta fungsi pencegahan. Fungsi
perbaikan yaitu memecahkan persoalan yang sedang dihadapi oleh Konseli.
Fungsi pengembangan yaitu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh Konseli.
Sedangkan fungsi pencegahan yaitu Konselor mengupayakan agar berbagai
pemikiran irrasional dapat ditepis oleh Konseli baik dalam permasahan ini,
maupun permasalahan lainnya.
Pada tahap prognosis, rencana treatment yang akan dilakukan oleh
Konselor adalah dengan menggunakan rasional emotive behavior therapy.
Konselor memilih Rational Emotive sebagai treatment karena melihat adanya
gagasan tidak rasional dari Konseli, yaitu Konseli merasa selalu digunjing teman-
temannya saat muraja’ah dan merasa akan membuat kecewa banyak orang jika
kelak kuwalitas yang dia punya seusai lulus dari pesantren tidak sesuai harapan
masyarakat disekitarnya. sehingga memicu ketidaknyamanan pada Konseli yang
terus dipendam. Ketegangan selama akan dan saat menghadapi muraja’ah dan
akhirnya kecemasan serta ketidaknyamanan tersebut dapat memicu gangguan
pada tingkah laku Konseli seperti ketidaksukaannya berada di tengah-tengah
santri Tahfidz, pola makan dan pola istirahat yang tidak teratur sehingga
menyebabkan Konseli sakit.
Rational emotive behavior therapy dilakukan dengan cara pengubahan
pikiran irrasional penyebab kecemasan Konseli dengan cara mengajak Konseli
berfikir tentang penyebab masalah yang dialami oleh Konseli yang sebenarnya.
Penyadaran ini dilakukan dengan cara mengajak Konseli untuk berfikir tentang
beberapa gagasan dasar yang irasional yang telah memotivasi banyak gangguan
tingkah laku, serta menunjukkan ketidaklogisannya. Setelah itu, untuk menunjang
keefektifan pada penerapan cara berfikir, Konseli diajak menyusun harapan yang
jika Konseli mengalami hal tersebut Konseli akan sangat bahagia. Setelah
mengetahui harapan Konseli, Konseli diajak berfikir bagaimana cara yang harus
dilakukan Konseli untuk mewujudkan harapan tersebut lalu memasukkan
beberapa cara atau langkah dalam kegiatan sehari-harinya dengan membuat
timeline keseharian.
Adapun langkah-langkah yang direncanakan dalam terapi ini, yaitu:
1) Mengajak Konseli untuk berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang
irrasional yang telah memotivasi banyak gangguan tingkah laku. Hal
ini dilakukan dengan cara menantang klien untuk menguji gagasan-
gagasan tersebut.
2) Menunjukkan kepada Konseli ketidaklogisan pemikirannya.
3) Menggunakan analisis logika untuk meminimalkan keyakinan
irrasional Konseli.
4) Menunjukkan bahwa keyakinan-keyakinan itu tidak ada gunanya dan
bagaimana keyakinan akan mengakibatkan gangguan emosional dan
tingkah laku di masa depan.
5) Menerangkan bagaimana gagasan-gagasan irrasional bisa diganti
dengan gagasan yang rasional yang memiliki landasan empiris.
6) Mengajari Konseli bagaimana menerapkan pendekatan ilmiah pada
cara berpikir sehingga Konseli bisa mengamati dan meminimalkan
gagasan-gagasan irrasional dan kesimpulan-kesimpulanyang tidak
logis sekarang maupun pada masa yang akan datang, yang telah
mengekalkan cara-cara merasa dan berperilaku yang merusak diri.
d. Treatment
Treatment merupakan pelaksanaan pemberian bantuan berdasarkan prognosis
yang telah direncanakan. Sebelumnya, telah dijelaskan bahwa Konselor
menggunakan Rational Emotive Behaviour Therapy dalam menangani kecemasan
yang dialami oleh Konseli. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh
Konselor yaitu sebagai berikut.
1) Mengajak Konseli untuk berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang
irrasional yang telah memotivasi banyak gangguan tingkah laku. Hal ini
dilakukan dengan cara menantang klien untuk menguji gagasan-gagasannya
serta menunjukkan kepada Klien tentang ketidaklogisan pemikirannya. Pada
tanggal 25 Februari 2019 pukul 20.15 WIB, Peneliti di izinkan Ustadzah
Mufidah (Konselor) bertemu dengan Konseli di rumahnya ustadzah Mufidah
setelah kegiatan Muraja;ah karena sesi konseling dilakukan setelah kegiatan
muraja’ah. Adapun langkah terapi yang dilakukan kali ini adalah mengajak
Konseli untuk berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang irrasional yang
telah memotivasi banyak gangguan tingkah laku. Proses berpikir ini
dilakukan dengan cara menantang Konseli untuk menguji gagasan-
gagasannya serta menunjukkan kepada Klien tentang ketidaklogisan
pemikirannya. Konselor memberikan gambaran kepada Konseli bahwa apa
yang ada dalam pemikirannya tidak semuanya benar. Memberikan target
kepada diri sendiri memang baik. Namun, tidak selamanya hasil bisa sesuai
dengan keinginan Konseli. Maka, Konseli harus mempunyai hati yang besar
untuk menerima segala hasil yang diterimanya. Memang dibutuhkan usaha
keras untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun, tetap tidak boleh sampai
melalaikan kewajiban dan kebutuhan seperti sholat 5 waktu, mengatur pola
makan yang sehat dan teratur, serta menghindari segala pemikiran buruk
yang justru bisa memicu stress. Jika Konseli melalaikan hal tersebut, maka
kondisi kesehatan Konseli pun akan memburuk.
Konselor juga mengajak Konseli berpikir positif terhadap sikap teman –
temannya yang menurutnya suka mengejeknya dibelakang, bahwa belum
tentu teman-temannya melakukan hal seperti itu walaupun benar anggap saja
hanya angina lalu dan dijadikan sebagai semangat untuk tetap deres dan
memperbaiki baca’an al-qur’an serta menambah dan menjaga terus
hafalannya. Adapun cara orang tua yang menurut Konseli menuntut agar
selepas lulus dari pesantren konseli harus mampu bermanfaat bagi
masyarakat luas belum tentu begitu maksud sang Ibu untuk menuntut.
Mungkin saja maksud Ibu adalah memberikan motivasi kepada Konseli agar
Konseli menjadi lebih semangat dalam meraih apa yang diinginkannya.
Apalagi selama ini Konseli juga belum pernah menyampaikan
ketidaknyamanannya tersebut kepada orang tua. Konselor juga menyarankan
Konseli agar memperbaiki komunikasi Konseli dengan orang tua sehingga
mereka bisa saling mengerti dan memahami maksud masing-masing. Di sini,
Konseli tampak sinis dan mengatakan bahwa menjaga komunikasi dengan
orang tua merupakan hal yang susah. Konselor pun memberikan saran agar
Konseli mau mencoba dahulu. Tidak harus dengan membicarakan hal yang
berat mengenai ketidaknyamanannya, namun bisa dimulai dengan berbicara
santai, mendampingi ibunya menonton TV, atau membantu Ibunya
memasak. Konseli pun menyetujui meski intonasi suaranya nampak berat.
Setelah itu, Konselor dan Konseli pun berjanji akan melanjutkan lagi besok
pukul 20.15 WIB setelah kegiatan muraja’ah di rumah Konseli.
Gambar 4.1