Anda di halaman 1dari 40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus


Lokus penelitian dalam skripsi ini adalah Pondok Pesantren Darun Najah
Ngembalrejo Bae Kudus, untuk mengetahui gambaran secara singkat tentang situasi dari
pondok pesantren tersebut, maka pada bab ini secara sengaja disajikan data tentang
gambaran umum dari Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus. Adapun
gambaran umum situasi penelitian sebagai berikut:
1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae
Kudus
Pondok Pesantren Darun Najah adalah cikal bakal berdirinya Pondok
Pesantren Darul Ulum Ngembalrejo. Pondok Pesantren Darun Najah memang
menjadi cikal bakal dari berdirinya Pondok Pesantren Darul Ulum, tetapi bukan
bermakna bahwa Pondok Pesantren Darul Ulum menggantikan Pondok Pesantren
Darun Najah. Keduanya sama-sama berjalan dengan kepengasuhan yang berbeda.
Saat itu Pondok Pesantren Darun Najah diasuh oleh KH. Makun dan Pondok
Pesantren Darul Ulum yang merupakan pengembangan dari Pondok Pesantren
Darun Najah diasuh oleh KH. Zaenuri.
Pendiri awalnya adalah KH. Makun, KH. Makun berganti nama menjadi KH.
Abdul Malik setelah naik haji. Beliau merupakan warga yang berasal dari desa
Mangunrejo Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Setelah menimba ilmu di
Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dan Pondok Pesantren Termas Pacitan beliau
menikah dengan wanita asli Kudus yang bernama Ibu Siti Temon (yang masih
memiliki hubungan kerabat dengan KH. Irsyad Kudus) dan setelah menikah beliau
menetap di Ngembalrejo Bae Kudus. Dari pernikahan tersebut beliau memiliki lima
anak yaitu: Mbah Mufid, Mbah Maroh, KH. Fahrur Rozi, Ibu Rojaah, dan Bapak
Multazam. Disamping sedikitnya orang yang mengajar ilmu agama saat itu, juga
karena keilmuan yang dimiliki KH. Makun banyak warga yang terdiri dari anak-
anak dan anak muda sekitar yang ikut mengaji dari beliau baik mengaji Al-Qur’an
maupun kitab salaf.
Pengajian tersebut bertempat di langgar kecil yang berbentuk rumah
panggung dan terbuat dari kayu di dekat rumahnya. Hal tersebut berlanjut hingga
semakin banyak santri yang menimba ilmu dari beliau. Hal tersebut membuat KH.
Makun berinisiatif untuk meminta bantuan Bapak Ma’roef (pemilik pabrik rokok
Djambu Boel yang masih memiliki hubungan kerabat dengan beliau) agar dibuatkan
pondok karena pada tahun 1961 sebagian santri yang berasal dari jauh memilih
untuk tinggal dan mukim di langgar beliau tersebut. Di antara santri yang mukim di
langgar tersebut berasal dari daerah Babalan, Demak, Sayung, Pekalongan dll.
Akhirnya permintaan tersebut disetujui Bapak Ma’roef dan pada tahun 1965
langgar tersebut mulai dibangun menjadi pondok. yang dibantu Bapak Ma’roef
(pemilik pabrik rokok Djambu Bol Ngembalrejo). Selang beberapa waktu setelah
Bapak Ma’roef membantu pembangunan pondok pesantren Darun Najah kemudian
Bapak Ma’roef membantu KH. Zaenuri. KH. Zaenuri adalah kakek dari Ustadz Alfa
Syahriar Lc., M.Sy, yang merupakan pengasuh PP. Darun Najah sekarang. Jalur
nasab tersebut terjalin dari istri KH. Zaenuri yang merupakan adik dari kakek
Ustadz Alfa Syahriar,. Lc. M.Sy. untuk membangun pondok di sebelah selatan
pondok pesantren Darun Najah yang selanjutnya diberi nama Pondok Pesantren
Darul Ulum. Pondok Pesantren Darun Najah yang dulunya berbentuk langgar
(sebuah nama yang diberikan pada suatu bangunan tempat mengaji tapi bukan
musholla) tersebut diasuh oleh KH. Makun.
Setelah langgar tersebut dibangun menjadi pondok pesantren kemudian
diresmikan sebagai pondok pesantren Darun Najah. Pembelajaran di pondok
berlangsung sebagaimana pada pengajaran di pondok-pondok pada umumnya, yakni
menggunakan kitab-kitab salaf sebagai media pembelajaran. Pengasuhan KH. Makun
terhadap Pondok Pesantren Darun Najah berlangsung selama kurang lebih 9 tahun.
Beliau wafat pada tahun 1969.
Sepeninggal KH. Makun, Pondok Pesantren Darun Najah diasuh oleh putra
ketiganya, yakni KH. Fahrur Rozi. KH. Fahrur Rozi lahir di Kudus pada tanggal 31
Desember 1948, beliau adalah putra ketiga dari lima bersaudara pasangan KH. Makun
dan Ibu Siti Temon. Beliau mendalami pendidikan agama dengan mondok di Kajen
dan bersekolah di Perguruan “Mathaliul Falah” pada tingkat Tsanawiyah dan
menyelesaikan pendidikan tersebut pada tanggal 28 November 1967. Setelah mondok
di Kajen beliau melanjutkan pendidikannya dengan mondok di Sarang Rembang. KH.
Fahrur Rozi menikah dengan seorang wanita dari desa Bacin, Kudus yaitu Ibu
Suwanti (wafat pada bulan Syawal tahun 2012). Dari pernikahan tersebut beliau
dikaruniai lima orang anak, yaitu Ibu Inayah (beliau tinggal dan menetap di
Ngembalrejo, Kudus), Ibu Unwana (beliau tinggal dan menetap di Sleman,
Yogyakarta), Ibu Uswatun Hasanah (beliau tinggal dan menetap di Wonosobo), dan
Bapak Syauqi Malik Beliau mengasuh pondok sejak tahun 1970 sampai beliau wafat
pada bulan Desember tahun 2009. Itu artinya KH. Fahrur Rozi mengasuh Pondok
Pesantren Darun Najah selama kurang lebih 39 tahun. Pengajaran pondok pada hari-
hari biasa (di luar bulan Ramadhan) saat itu adalah dengan pengajian Al-Quran
setelah subuh dan pengajian kitab setelah isya’.
Setelah KH. Fahrur Rozi wafat, kepengasuhan Pondok Pesantren Darun Najah
dipegang oleh Ustadz Alfa Syahriar, Lc. M.Sy, beliau merupakan pengasuh ketiga di
Pondok Pesantren Darun Najah. Pada tahun 2010, Ibu Rojaah Mewakili pihak
keluarga KH. Fahrur Rozi mendatangi Ustadz Alfa (nama panggilan) untuk meminta
beliau menjadi pengasuh Pondok Pesantren Darun Najah, dikarenakan sepeninggal
KH. Fahrur Rozi kepengasuhan pondok sedikit mengalami pergeseran manajemen.
Hal ini disebabkan karena putra dari KH. Fahrur Rozi belum siap untuk meneruskan
perjuangan KH. Fahrur Rozi untuk mengelola pondok, sehingga pihak keluarga
memilih untuk memberikan amanah tersebut kepada orang lain. Pemilihan Ustadz
Alfa tersebut dikarenakan pihak keluarga percaya bahwa dengan bekal keilmuan yang
dimiliki Ustadz Alfa dari banyaknya mondok di berbagai daerah bahkan pernah
menimba ilmu di Al-Azhar Cairo Mesir, beliau mampu untuk menjadi pengasuh
pondok Darun Najah selanjutnya.1
Sepeninggal KH. Fahrur Rozi, jumlah santri putra yang mondok di Pesantren
Darun Najah semakin menurun. Hingga pada puncaknya, yakni bulan Agustus tahun
2014 santri putra tersebut sudah tidak ada. Setelah kepengasuhan pondok dipegang
Ustadz Alfa selama 4 tahun, beliau usul kepada pihak keluarga untuk mengubah
Pondok Pesantren Darun Najah yang awalnya pondok putra menjadi pondok putri
karena semakin tidak efektifnnya pendidikan pondok saat itu jika tetap
mempertahankan santri putra. Seiring berjalannya waktu banyak mahasiswi STAIN
Kudus yang meminta izin untuk tinggal dan belajar di Pondok Pesantren Darun
Najah. Hal ini dikarenakan adanya keterikatan teologis mahasiswi STAIN Kudus
yang berasal dari pondok pesantren, sehingga mereka lebih nyaman jika mereka
tinggal di pondok dari pada di kost. Selain itu, letak geografis Pondok Pesantren
Darun Najah yang cukup dekat dengan kampus STAIN Kudus serta alasan ekonomi
(biaya hidup lebih terjangkau) juga menjadi alasan bagi santri memilih tinggal di
pondok. Sejak saat itulah Pondok Pesantren Darun Najah menjadi pondok pesantren
yang semua santrinya adalah perempuan.2
Berkat perjuangan Ustadz Alfa, pada tanggal 01 Juli 2015 Pondok Pesantren
Darun Najah mendapat pengakuan berupa Piagam Izin Operasional Pondok Pesantren
yang terdaftar dengan no. piagam : No.Kd.11.19/3/PP.00.7/2468/2015 dari Kantor
Kementrian Agama Kabupaten Kudus. Dengan diberikannya piagam tersebut,

1
Hasil wawancara dengan Ustadz Alfa Syahriar Lc., M. Sy., selaku pengasuh Pondok
Pesantren Darun Najah, di rumah beliau pada tanggal 21 Februari 2019 pukul 07.00 WIB.
2
Hasil observasi di Pondok Pesantren Darun Najah pada tanggal 21 Februari 2019.
Kementrian Agama memberikan hak menurut hukum untuk menyelenggarakan
pendidikan keagamaan Islam dan hak-hak lainnya sesuai aturan yang berlaku.3
Walaupun secara perizinan tidak menyebutkan secara spesifik sebagai
pondok pesantren khusus perempuan, namun secara kenyataan dari santri yang datang
adalah perempuan, maka tidak segan jika disebut pondok pesantren perempuan.
Setelah menjadi pondok pesantren perempuan, pendidikan di Pondok Pesantren
Darun Najah tidak hanya terfokus pada kajian kitab salaf diantaranya kitab Durrotun
Nasihin, Nadzom Al-Maqsud, Idzotun Nasyi’in, Al Wajiiz Fii Ushulil Fiqhi Al-Islami,
Madkhol Li Diraasatil Aqiidah Al-Islami, Talbisu Ibliis, Al- Hikam, Uyubun Nafsi
4
Wa Mudawatuha dan Ta’limul Muta’allim. dan Progam Tahfidz Al-Qur’an saja.
Terdapat beberapa kitab yang ditulis sendiri oleh Kyai Alfa, kitab tersebut adalah
Kitab Tuhfatul Mar’ah jilid 1 dan 2, Nurus Sa’iq, Man huwa Al-Insan, dan Innama
Anta Mudzakkir5 yang juga diajarkan di pondok, karena mayoritas santri Pondok
Pesantren Darun Najah saat ini adalah mahasiswi STAIN Kudus, terdapat kegiatan
yang khusus diadakan ketika akhir pekan, diantaranya adalah pelatihan kerajinan
tangan dan pelatihan tata boga. Untuk mengembangkan keterampilan berbahasa
santri, di Pondok Pesantren Darun Najah juga diajarkan bahasa Jepang yang diampu
oleh Umi’ Hidayatul Mashlahah, istri dari Kyai Alfa, adalah seorang sarjana sastra
Jepang lulusan Universitas Padjajaran Bandung.
Pengajaran pendidikan di Pondok Pesantren Darun Najah yang sekarang
sedikit berbeda dengan pengajaran pendidikan pada masa kepengasuhan KH. Makun
dan KH. Fahrur Rozi. Letak perbedaan yang mencolok yakni pada metode yang
diterapkan dalam pengajaran kitab. Selain itu pada masa kepengasuhan KH. Makun
dan KH. Fahrur Rozi belum adanya progam Tahfidz Al-Qur’an atau menghafalkan
Al-Qur’an yang biasa disebut Bil-Ghoib dan sekarang sudah terdapat Progam Tahfidz
Al-Qur’an.

2. Letak Gegrafis Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus


Pondok Pesantren Darun Najah terletak di Jalan Nyai Maidah RT 06 RW 04
Dukuh Kauman, Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus. Disebut
Kauman karena daerah tersebut berada disekitar Masjid, yaitu Masjid Al Huda. 6
Adapun batasan-batasannya yaitu sebelah timur berbatasan dengan rumah Bapak
3
Dengan status terdaftar ini dibuktikan dengan adanya piagam berupa izin
operasional dari Kementrian Agama Kabupaten Kudus, Indonesia. Hasil dokumentasi pada
tanggal 21 Februari 2019.
4
Hasil wawancara dengan Nuriyatus Syamsiyah selaku pengurus Pondok Pesantren
Darun Najah pada tanggal 23 Februari 2019 di Pondok Pesantren Darun Najah.
5
Hasil Dokumentasi dikutip pada tanggal 21 Februari 2019.
6
Hasil observasi pada tanggal 1 Maret 2019.
Dlori, sebelah selatan berbatasan dengan makam, sebelah barat berbatasan dengan
rumah Bapak Agus dan sebelah utara berbatasan dengan rumah Mbah Maroh.
Secara lebih jelas untuk mengetahui lokasi Pondok Pesantren Darun Najah
bisa ditempuh melalui jalan Kudus-Pati, berhenti di gang pertama setelah lampu
merah Desa Ngembalrejo (atau yang biasa disebut gang Srikandi), lalu belok kiri
melewati kantor radio Manggala kemudian belok kanan pada pertigaan pertama.
Setelah sampai pada Yayasan Pendidikan Darul Ulum kemudian belok kiri sampai
menemui pertigaan taman Dulbahlim belok kanan sekitar 50 meter. Rute tersebut jika
diakses dengan kendaraan pribadi.
Adapun jika diakses dengan kendaraan umum, maka dari terminal Jati Kudus
bisa menggunakan angkutan warna hijau jurusan Bareng. Kemudian turun di gang
Srikandi, lalu lurus sampai pada pertigaan pos ronda belok kanan, sampai taman
Dulbahlim belok kanan sekitar 10 meter ke selatan menjumpai pertigaan belok kiri
sekitar 50 meter.
Lokasi tersebut sangat strategis untuk menimba ilmu, karena lokasi pondok
yang berada di dekat Masjid Al Huda dan makam dukuh Kauman serta berada di
antara pemukiman warga maka mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua atau
empat. Lokasi Pondok Pesantren Darun Najah yang dekat dengan kampus STAIN
Kudus menjadi letak yang strategis bagi santri yang juga kuliah di STAIN Kudus.
Pondok Pesantren Darun Najah ini merupakan bangunan dua lantai dan
menempati sebidang tanah di dataran rendah yang luasnya 64 m² dan bersertifikat
tanah wakaf.7 Jarak dari kampus STAIN Kudus hanya berjarak sekitar 1,3 km dan
dapat ditempuh selama sekitar 16 menit dengan berjalan kaki. Sedangkan jarak dari
Simpang Tujuh atau Alun-Alun Kudus menuju Pondok Pesantren Darun Najah hanya
sekitar 10 menit menggunakan mobil,

7
Hasil dokumentasi dikutip pada tanggal 04 April 2018.
Gambar 4.1

3. Visi, Misi, dan Tujuan Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus
Visi adalah sebuah cita-cita yang diidealkan untuk tercipta. Visi dari Pondok
Pesantren Darun Najah adalah membentuk insan yang beriman, bertakwa,
berakhlakul karimah, cerdas, serta unggul dalam prestasi.
Adapun beberapa misi Pondok Pesantren Darun Najah yaitu:
a. Membentuk generasi yang tafaqquh fiddin.8
b. Mencetak santri yang mempunyai keterampilan bahasa yang mumpuni.
c. Memperluas wawasan santri tentang hukum Islam.
d. Mempersiapkan santri yang siap bersaing di masa depan.
Tujuan umum dari Pondok Pesantren Darun Najah secara umum adalah
membentuk santri agar dapat memiliki keterampilan untuk memberi manfaat pada
orang lain. Maknanya adalah bagaimana santri dapat menyelaraskan keahlian yang
dimiliki dengan kebutuhan masyarakat. Misalnya saja walisongo yang membuat cara
sedemikian rupa sehingga berpengaruh besar terhadap penyebaran Islam di
Indonesia, hal tersebut karena beliau-beliau mampu mengelola manfaat yang ada
pada dirinya diselaraskan dengan kebutuhan masyarakat nusantara. Kyai Alfa
8
Tafaqquh fiddin merupakan manifestasi dari visi yang ada, karena
‫من يرد هّللا خيرا يفقّه في ال ّدين‬
“Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik akan dipahamkan agama.” Jadi
kunci utama untuk mewujudkan visi adalah tafaqquh fiddin. Semakin seseorang itu
memahami agama, maka akan semakin banyak peluang baginya untuk berbuat
kebaikan.
menambahkan, di samping itu, ketika santri itu memiliki keterampilan mengelola
manfaatnya itu justru nanti akan menambah potensinya. Indikator keberkahan ilmu
seorang santri adalah seberapa banyak orang yang memanfaatkan ilmu yang dimiliki,
kebaikan dan kebahagiaannya akan bertambah karena kebahagiaan seseorang itu
ketika bisa memberi pada orang lain. 9

4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus


Struktur organisasi dimaksudkan untuk memberi batasan dan kewenangan
dari masing-masing bagian, agar pelaksanaan masing-masing bagian menjadi jelas.
Struktur organisasi juga berfungsi untuk memudahkan ruang kerja berdasarkan tugas
dan kewajiban yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab agar pelaksanaan
tersebut dapat berjalan dengan efektif. Adapun struktur organisasi di Pondok
Pesantren Darun Najah adalah sebagai berikut10:

Gambar 4.2
Struktur Organisasi Pondok Pesantren Darun Najah
Ngembalrejo Bae Kudus

PENGASUH
Alfa Syahriar, Lc. M.
Sy.

LURAH
Musfi’ah

WAKIL
Wulan
SEKRETARIS BENDAHARA
Siti9 Nuriyatus
Hasil wawancara dengan Kyai Alfa Syahriar Lc., M. Sy., Ida
Syamsiyah selaku pengasuh Pondok
Fidyaningsih
Pesantren Darun Najah, di rumah beliau pada tanggal 21 Februari pukul 008.00 WIB.
10
Hasil dokumentasi dikutip pada tanggal 1 Maret 2019.
Seksi – seksi

PENDIDIKAN KEAMANAN KEBERSIHAN LOGISTIK SOSIAL


Ni’mal Qoulus Fithriya Syifa Khoirin N Ratna Siti
S Zumrotul A Rokhayati Noviatun N Nuriyyatus S
Dewi Misliana Ihda Tahta Alfina Lailatul
A Tsamrotul H Mukaromah

5. Keadaan Pengasuh, Ustadz/Ustadzah, dan Santri Pondok Pesantren Darun


Najah Ngembalrejo Bae Kudus
a. Pengasuh
Kyai Alfa Syahriar, Lc., M.Sy merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Darun
Najah Ngembalrejo Bae Kudus saat ini adalah Beliau adalah putra ketiga dari
pasangan Bapak Syamsuddin dan Ibu Arifah. Ustadz Alfa dilahirkan pada
tanggal 02 Mei 1983. Beliau mengawali pendidikannya di MI Darul Ulum dan
melanjutkan pendidikan di Qudsiah Kudus. Setelah menyelesaikan jenjang
Aliyah, beliau melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi UGM
Yogyakarta dan mondok di Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak Yogyakarta.
Setelah beberapa semester kuliah di UGM beliau mengikuti ujian seleksi Al-
Azhar Cairo Mesir dan Ustadz Alfa lolos dalam seleksi tersebut. Selanjutnya
Ustadz Alfa melanjutkan pendidikannya di Al-Azhar Cairo Mesir. Setelah
menyelesaikan pendidikannya di Mesir pada tahun 2010 beliau melanjutkan
pendidikan S2nya di UNISMA Malang.11 Beliau menikah dengan wanita asal
Singorojo, Kendal yaitu Umi’ Hidayatul Mashlahah. Dari pernikahan tersebut
saat ini beliau dikaruniai tiga anak laki-laki, yaitu Muhammad Firnas Hanun Al-
Athar dan Muhammad Adelard Hafiy dan Muhammad Ahmad Hazmi
Muhammad.

b. Keadaan Ustadz/Ustadzah
Ustadz atau guru adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan tujuan pembelajaran. Tugas guru tidak hanya mengajar saja, namun
juga mendidik. Di Pondok Pesantren Darun Najah terdapat 5 ustadz dengan

11
Hasil dokumentasi dikutip pada tanggal 1 Maret 2019.
bidang kajian yang berbeda-beda. Adapun data ustadz dapat dilihat pada tabel
berikut ini:12

Tabel 4.1
Keadaan Ustadz-Ustadzah
Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus
Bidang
No. Nama Alamat Kitab
Kajian
1. AlfaSyahriar Dukuh Ushul Fiqih
Al-Wajiz Fii
Kauman,
Ushulil Fiqhi
Ngembalrejo
Akidah Al-Madkhol
Lidirasatil
Aqidah Al-
Islamiyah
2. Hidayatul Maslakhah Dukuh Bahasa Jepang
Kauman, -
Ngembalrejo
3. Nur Mufidah Dukuh Boto Al-Qur’an
Lor, (Bil Ghoib) Al-Qur’an
Ngembalrejo
4. Riza Zahriyal Falah Dukuh Boto Akhlaq
Ta’limul
Lor,
Muta’allim
Ngembalrejo
5. Arifah Dukuh Al-Qur’an
Kauman, (Bin Nadzor) Al-Qur’an
Ngembalrejo

c. Keadaan Santri
Di dalam pondok pesantren, santri merupakan komponen yang sangat
penting, karena pondok pesantren tidak dapat menjalankan kegiatan pendidikan
jika tidak memiliki santri. Adapun jumlah santri di Pondok Pesantren Darun
Najah dari waktu ke waktu sering mengalami perubahan dan dibedakan menjadi
dua yaitu santri penghafal Al-Qur’an (Bil-Goib) dan Santri (Bin-Nadzor).
Keadaan santri Pondok Pesantren Darun Najah pada bulan Maret 2019 adalah
sebagai berikut13:

12
Hasil dokumentasi dikutip pada tanggal 1 Maret 2019.
13
Hasil dokumentasi dikutip pada tanggal 1 April 2019.
Tabel 4.2
Data Santri Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus (Bin-Nadzor)
No. Nama TTL Alamat
1.
Fitri Luxmawati Jepara, 27-02-1996 Ds. Damarjati, Kalinyamatan,
2.
Jepara
3.
4.
Jamilatun Nadziroh Blora, 09-09-1996 Ds. Karang jong, Ngawen,
5.
Blora
Ida Fidiyaningsih Grobogan, 31-01- Ds. Karangasem, Winongsari,
6.
1995 Grobogan
7.
8.
Ni’mal Qoulus Jepara, 29-09-1996
9. Ds. Kecapi, Tahunan, Jepara
Salaiyah
10.
11.
12.
13.
Lazmi Mahmudah Kendal, 18-12-1994 Ds. Singorojo, Singorojo,
14.
Kendal
15. Tahta Alfina Demak, 29-11-1998 Ds. Mijen, Mijen, Demak
Syifa Khoirin Nisa’ Demak, 11-11-1997 Ds. Ngampel, Jatirejo,
16.
Demak
Siti Nuriyyatus Grobogan, 27-04- Ds. Tunggulrejo, Gabus,
17.
Syamsiyah 1996 Grobogan
18.
19.
Henika Blora, 03-10-1996 Ds. Kedungringin,
20.
Setyaningrum Tunjungan, Blora
21.
22. Rochayati Rembang, 20-05-1998 Ds. Woro, Kragan, Rembang
Nur Jannah Rembang, 10-06-1998 Ds. Sumur Tawang, Kragan,
23.
Rembang
24.
25.
26.
27.
28.
Ds. Ngumbul, Todanan,
29. Itaizzakiyyah Blora, 15-02-1999
Blora
30.
Tabel 4.3
Data Santri Tahfidzh Al-Qur’an Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae
Kudus
No. Nama TTL Alamat
1. Jamilatun Blora, 09-09-1996 Ds. Karang jong, Ngawen,
Nasikhah Blora
2. Ratna Noviyatun Pati, 17-10-1993
Ds. Talun, Kayen, Pati
Nadziroh
3. Kurnia Rohmatika Pati, 28-01-1996 Ds. Krandan, Trangkil, Pati
4. Musfiah Pati, 23-08-1997 Ds. Ngepungrojo, Pati, Pati
5 Lailatul Jannah Jepara, 28-03-1998 Ds. Surodadi, Kedung,
Jepara
6. Noor Hidayah
7. Wulan 1 Juni 1997 Ds. Jatiharjo, Pulo Kulon,
Mayantiarawati Grobogan
8. Kiswatun
9. Susiana
10. Noor Farihatus Jepara, 26 Agustus Ds. Welahan, Welahan.
Tsuwaibah 1997 Jepara

Santri Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus semuanya


adalah perempuan dan mayoritas santri merupakan mahasiswi STAIN Kudus. Santri
Pondok Pesantren Darun Najah berasal dari berbagai daerah, diantaranya Pati,
Demak, Jepara, Grobogan, Purwodadi, Rembang, dan Blora.

6. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae


Kudus

Salah satu hal yang mendasar bagi kelangsungan pendidikan adalah


ketersediaan sarana dan prasarana. Sarana dan prasana dalam suatu lembaga
pendidikan merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan. Sarana dan prasarana dapat dikategorikan menjadi sarana yang bersifat
fisik seperti tanah, bangunan, meubel dan perlengkapan administrasi, serta sarana
penunjang. Sarana dan prasarana harus saling menunjang agar pembelajaran dapat
berjalan dengan efektif dan efisien.
Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki Pondok Pesantren Darun Najah
Ngembalrejo Bae Kudus adalah sebagai berikut:14

Tabel 4.3
Tabel Keadaan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo
Bae Kudus Tahun 2018
a. Luas Tanah

Luas Tanah m²
No menurut status bersertifikat
Kepemilikan
. Sudah Belum
Total
Sertifikat Sertifikat
1. Milik Sendiri - - -
2. Wakaf 64 m² - 64 m²
3. Sewa atau Pinjam - -

b. Jumlah dan Kondisi Bangunan

Jumlah Ruang
Menurut Kondisi (Unit)
No. Jenis Bangunan
Rusak Rusak
Baik
Ringan Berat
1. Aula Pondok 1 - -
2. Kamar Santri 2 - -
3. Toilet’Kamar Mandi 5 1 -
4. Dapur 1

c. Sarana dan Prasarana Pendukung

Jumlah Unit Menurut


No Jenis Sarana
Kondisi
. Prasarana
Baik Rusak
1. Papan Tulis 2
2. Meja 1
3. Spidol 2
4. Kursi 1
5. Jam dinding 2
6. Cermin 2
7. Papan Pengumuman 1

14
Triangulasi teknik (diambil dari arsip EMIS Pondok Pesantren Darun Najah,
wawancara dengan Nurriyatus Syamsiyah selaku Sekertaris Pondok Pesantren Darun Najah,
pada 23 Februari 2019 dan hasil observasi pada 1 Maret 2019).
8. Struktur Organisasi 1
9. Almari Baju 7
10. Almari Buku 5 1

11. Tirai (Kain Satir) 1

12. Mesin Print 1 1


13. Mesin Cuci 1
14. Setrika 2
15. Stop Kontak 5
16. Lampu 18 1
17. Galon 7
18. Tempat Sampah 8
19. Ember 8 1
20. Rak Piring 3
21. Kompor Gas 1
22. Tabung Gas 2
23. Sapu 5
24. Rak Sepatu 5
25. Pel 1 1
26. Rak Sabun 1
27. Ekrak 3
28. Kotak Obat 1 1
29. Gayung 9
30. Kerai 5
31. Kipas Angin 2
32. Magicom 3
33. Mesin Jahit 1
34. Karpet 4
35. Gayung 5
36. Kalender 2
37. Sikat 6
38. Berbagai Piranti Dapur

Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus mempunyai sarana


dan prasarana yang cukup sederhana, mulai dari aula, kamar santri, kamar mandi dan
dapur. Dalam penelitian ini peneliti mengkhususkan pada aula Pondok Pesantren
Darun Najah Ngembalrejo. Ruang aula ini mempunyai ukuran kira-kira 62 m². Selain
sebagai aula, karena terbatasnya kamar santri, ruangan ini juga berfungsi sebagai
kamar santri yang ditempati oleh 13 santri. Ruang aula ini berwarna putih, 1 pintu di
sebelah timur bangunan, 4 jendela, 1 kipas angin, 1 jam dinding, 1 meja panjang, 1
loker panjang, 1 almari rak buku,1 almari baju, 2 stop kontak. Karena ruang aula ini
juga berfungsi sebagai kamar santri, dalam ruangan ini juga terdapat beberapa kasur,
bantal dan selimut santri di sudut ruangan sebelah utara, 1 buah mesin jahit, cermin
panjang di dinding, beberapa meja lipat milik santri, gantungan baju di sebelah utara
atas loker.15

7. Kegiatan-kegiatan Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus


a. Kegiatan Harian
Kegiatan harian santri Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae
Kudus di mulai dari sholat tahajud, kemudian dilanjutkan dengan sholat Subuh
berjamaah lengkap dengan wiridannya. Setelah itu pada hari-hari biasa santri
mengikuti program tahfidz bersiap-siap melakukan setoran kepada Ustadzah Mufidah
dan melakukan ngaos setoran pukul 06.00 WIB. Adapun selain santri tahfidz
melakuan kegiatan ngaos Al-Quran , sebagian santri ngaos sendiri di Pondok,
sebagian ada yang mengaji di rumah Ustadzah Mufidah untuk disimakkan. Adapun
untuk hari Selasa, Rabu, Kamis terdapat kegiatan pengajian yang diampu oleh Ustadz
Riza Zahriyal Falah dengan kitab ta’limul muta’allim (setelah khatam kitabnya
diganti kitab bidayatul hidayah). Selanjutnya santri melakukan aktifitas masing-
masing, dikarenakan mayoritas santri adalah mahasiswi STAIN Kudus maka kegiatan
pendidikan di Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus berlangsung
pada pagi dan malam hari ketika perkuliahan aktif. Kegiatan pondok dilanjutkan
ketika waktu maghrib tiba. Semua santri yang sedang tidak haid diharuskan
mengikuti jamaah sholat maghrib beserta wiridannya. Setelah itu santri tahfidz
melakukan kegiatan ngaos Al-Qur’an di rumah Ustadzah Mufidah, sementara santri
yang lain mengaji di rumah Ustadzah Arifah. Sampai waktu Isya’ tiba, santri sholat
berjamaah beserta wiridan bersama dan dilanjutkan dengan mengikuti kegiatan ta’lim
atau pengajian yang diampu oleh Ustadz Alfa Syahriar, Lc., MSy. Adapun jadwal
kitab yang dikaji adalah sebagai berikut16:
Tabel 4.4
Jadwal Kegiatan Pengajian Ustadz Alfa Syahriar, Lc., M. Sy.
Hari Kitab
Jum’at (Malam Sabtu) Al Wajiiz Fii Ushulil Fiqhi Al-Islami
Ahad (Malam Senin) Al Wajiiz Fii Ushulil Fiqhi Al-Islami
Senin (Malam Selasa) Madkhol Li Diraasatil Aqiidah Al-
Islami
Selasa (Malam Rabu) Madkhol Li Diraasatil Aqiidah Al-
Islami

15
Hasil observasi aula Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus, pada
Jum’at, 1 Maret 2019 dan hasil observasi pada Sabtu, 2 Maret 2019.
16
Hasil dokumentasi dikutip pada tanggal 2 Maret 2019.
b. Kegiatan Mingguan
Ada beberapa kegiatan mingguan yang ada di Pondok Pesantren Darun Najah
Ngembalrejo Bae Kudus, yaitu kegiatan ro’an pondok (hari Sabtu pagi untuk kamar
atas dan hari Ahad untuk kamar bawah), Al-Barzanji pada hari Sabtu (malam Ahad),
kegiatan belajar bahasa Jepang pada hari Rabu (malam Kamis), kegiatan ma’tsurotan
atau khataman Al-Quran setelah Maghrib, dan setelah Isya’ ada kegiatan musyarah
kitab Matnu Al Ghayah Waa At-Taqriib. Hal tersebut dibenarkan oleh Musfi’ah saat
menuturkan kegiatan-kegiatan di Pondok Pesantren Darun Najah:
“Jamaah setiap hari, malam Sabtu ngaos Ushul Fiqih, malam Ahad Barzanji,
malam Senin Ushul Fiqih, malam Selasa dan malam Rabu ngaos Aqidah, malam
Kamis belajar bahasa Jepang itu semuanya kegiatan habis Isya’. Setiap malam
Jumat ma’tsurotan atau khataman itu bakda Maghrib, setelah Isya’ kegiatan
musyawarah. Hari Selasa dan Kamis ngaos kitab bakda Shubuh. Adapun kegiatan
ngaos Al-Qur’an dan tajwid setelah Maghrib.”17

c. Kegiatan Tahunan
Kegiatan tahunan yang ada di Pondok Pesantren Darun Najah diantaranya:
pengajian maulid Nabi Muhammad SAW, ziarah, kegiatan posonan di bulan
Ramadhan, dan kegiatan pelatihan keterampilan yang dilakukan setiap liburan
perkuliahan, diantara pelatihan yang telah dilaksanakan adalah pelatihan tataboga dan
pelatihan kerajinan tangan.18

d. Kegiatan Tahfidz Al-Qur’an


Kegiatan Tahfidz Al-Qur’an di khususkan untuk santri Bil Ghoib atau santri
penghafal Al-Qur’an. Kegiatan ini dilaksanakan dirumah Ustadzah Tahfidz yang
berjarak sekitar 100 M dari pondok pesantren. Santri mengaji setiap subuh dan habis
isya’ dengan berjalan kaki bersama-sama. Adapun metode dan jadwal mengajinya
adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5
Jadwal Kegiatan Pengajian Tahfidzh Al-Qur’an Ustadzah Mufidah
Hari Waktu Metode
Senin Habis subuh Setoran Hafalan
Habis Maghrib Muraja’ah
Selasa Libur -
Rabu Habis subuh Setoran hafalan
Habis maghrib Muraja’ah
Kamis Habis subuh Setoran hafalan
Habis maghrib Muraja’ah
17
Hasil wawancara dengan Lazmi Mahmudah, selaku Lurah Pondok Pesantren Darun
Najah, di aula Pondok Pesantren Darun Najah pada tanggal 21 April 2018 pukul 13.00 WIB.
18
Hasil dokumentasi dikutip pada tanggal 25 April 2018.
Jum’at Habis subuh Setoran hafalan
Habis maghrib Muraja’ah
Sabtu Habis subuh Setoran hafalan
Jam 08.00 Semakan atau khataman
Habis maghrib Muraja’ah
Ahad Habis subuh Setoran hafalan
Habis maghrib Muraja’ah

Pelaksanaan kegiatan pengkajian Al-Qur’an di rumah ustadzah Mufidah


dilakukan oleh semua santri bil – Ghoib. Pada Observasi tanggal 2 Maret 2019 pukul
19.30 WIB. semua santri sedang melaksanakan Kegiatan Muraja’ah, yaitu kegiatan
menyetorkan hafalan kembali yang sudah pernah dihafalkan. Muraja’ah dimulai dari
menunggu semua santri kumpul, setelah kumpul ustadzah mufidah akan membimbing
memulai do’a bersama, do’a tersebut dilantunkan bersama-sama dengan khidmah.
Setelah do’a semua santri bergilir untuk maju satu persatu melakukan muraja’ah, bagi
santri yang menunggu giliran diwajibkan untuk semakan dengan temannya terlebih
dahulu dengan tujuan sebagai persiapan agar tidak grogi, takut atau cemas. Seperti
penuturan dari Nor Hidayah santri bil – ghoib setelah melakukan muraja’ah:
“kegiatan muraja’ah dilakukan setiap hari secuali hari selasa setelah maghrib
sampai selesai, biasanya dimulai pukul 06.30 WIB dan selesainya pukul 08.00
WIB, setoran muraja’ah dimulai dari yang pertama siap maju kedepan
menghadap ustadzah. Banyaknya setoran, sesuai kemampuan masing –
masing. Biasanya santri setoran 3 sampai 4 juz. Untuk santri lain menunggu
giliran maju diwajibkan melakukan semakan muraja’ah dengan temannya.
setelah itu santri mundur dan berganti dengan santri yang lain. Dan setelah
semua santri selesai setoran muraja’ah bu mufidah kembali memimpin do’a
selesai mengaji”.19

8. Deskripsi Konselor
Adapun biodata konselor yang menggunakan Bimbingan Konseling Islam dengan
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) untuk mengatasi Kecemasan Muraja’ah
Santri adalah Pengasuh Pondok Pesantren Darun Njah Ngembalrejo Bae Kudus dan
Ustadzah Tahfidz Al-Qur’an.
a. Biodata Konselor
Ustadzah Mufidah Merupakan Guru Tahfidz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus, lahir dikudus 24 Juni 1978.
Beliau mengawali pendidikannya di SD,MTS dan MA Darul Ulum
Ngembalrejo Bae Kudus kemudian beliau melanjutkan pendidikan non formal
di Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an An-Nurriyah Demak. Lulus dari
pondok pesantren beliau menikah dengan laki-laki asal kudus bernama Nor
19
Hasil wawancara dengan Noor Hidayah., selaku santri penghafal Al-Qur’an
Pondok Pesantren Darun Najah, di depan rumah ustadzah Mufidah pada tanggal 2 Maret
2019 pukul 20.15 WIB
Huda, dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai dua anak, yaitu Ning I’in dan
Muhammad Nafi’.

b. Pengalaman Konselor
Pengalaman Konselor yaitu sudah menerapkan konseling REBT untuk
mengatasi kecemasan Muraja’ah santri dimulai dari pertama mengajar di
Pondok Pesantren Darun Najah yaitu tanggal 1 Agustus 2014 sampai
sekarang.

9. Deskripsi Konseli ( Subyek Penelitian )


Orang yang perlu memperoleh perhatian sehubungan dengan masalah yang
dihadapinya dan membutuhkan bantuan untuk memecahkannya disebut dengan
konseli. Willis mengatakan bahwa konseli adalah individu yang diberikan bantuan
professional oleh seorang konselor atas permintaan diri sendiri atau orang lain.
Konseli dalam penelitian ini adalah santri yang mengalami kecemasan Muraja’ah di
Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus. Berikut peneliti sajikan
identitas dan latar belakang konseli.
a. Identitas Konseli
Nama : Ratna Noviatun Nadziroh
Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 17 Oktober 1997
Alamat Asal : Ds. Talun, Kec. Kayen Kab. Pati RT01 RW 03
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 21 Tahun
Agama : Islam
Motto Hidup : Menjadi wanita yang sholihah, nafi’ah dan pencetak
generasi Qur’ani
Pendidikan Konseli : Mahasiswi IAIN Kudus Progam Studi Komunikasi
dan Penyiaran Islam

Identitas orang tua konseli:


Ayah : Nama : Kusnadi
Umur : 63
Alamat : Ds. Talun, Kec. Kayen Kab. Pati RT01
RW 03
Pekerjaan : Buruh Tani

Ibu : Nama : Muti’ah


Umur : 60 Tahun
Alamat : Ds. Talun, Kec. Kayen Kab. Pati RT01
RW 03
Pekerjaan : Penjahit
b. Latar Belakang Keluarga Konseli
Konseli merupakan anak ketiga dari tida orang bersaudara ia tinggal terpisah
dari keluarganya untuk melanjutkan kuliahnya, sebagai mahasiswai di Institut
Agama Islam Negeri Kudus.
Konseli hidup dilingkungan keluarga yang religious, dengan bimbingan
tersebut membentuk serta menanamkan sikap religi da mempraktekkan ajaran
agama kepada anak-anaknya termasuk pada diri konseli.
Ayah konseli bekerja sebagai buruh tani, ibu konseli bekerja sebagai penjahit.
Serta kakak-kakaknya sudah menikah dan berkeluarga. Konseli yang sudah
terbiasa tinggal jauh dari keluarganya dan tinggal di Kudus dengan teman- teman
baru, lingkungan baru dan berusaha untuk bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya, yang dirasa masih sulit, karena harus terpisah dengan
kedua orangtuanya.

c. Keadaan Ekonomi Keluarga Konseli


Keluarga konseli tergolong keluarga yang sederhana dengan pekerjaan ayah
seorang buruh tani dan ibu seorang penjahit menjadikan keluarganya hidup dalam
keadaan pas-pasan, walaupun kedua kakaknya sudah hidup berkeluarga namun
kehidupannya juga pas-pasan sehingga tidak bisa membantu banyak dalam hal
ekonomi.
Walaupun hidup dalam kesederhanaan, namun keluarga konseli hidup dalam
kehangatan dan kasih sayang yang dicurahkan kepada anak-anaknya. berdasarkan
penuturan langsung konseli:
“Alhamdulillah mbak saya memiliki keluarga yang sangat mensuport
pendidikan dan impian saya, yaitu untuk melanjutkan kuliah dan mondok di
pondok pesantren walau konsekuensinya biaya pendidikan menjadi
bertambah. Namun kedua orang tua saya rela banting tulang untuk
mencukupinya. Kedua orang tua saya juga tidak pernah mengeluh terhadap
beban yang dialaminya. Namun sebaliknya, mereka justru memberi perhatian
lebih dengan sering menghubungi dan menyambangi saya di pondok
pesantren saat saya lama tidak pulang karena aktivitas Tahfidz Al-Qur’an”20

d. Latar Belakang Pendidikan dan Karir Konseli

20
Pada tahun 2003 – 2009 konseli menempuh pendidikan awalnya di SDN 01
Talun. Konseli langsung menempuh sekolah tingkat dasar tanpa menempuh di
pendidikan kanak-kanak karena faktor ekonomi, pada saat itu kebanyakan orang
– orang yang mampu menempuh pendidikan kanak-kanak ialah dari kalangan
tengah keatas hal tersebut dikarenakan biaya pendidikan kanak-kanak saat itu
tergolong mahal. Selanjutnya konseli melanjutkan pendidikan di MTS
Assafi’iyah Talun masuk pada tahun 2009 hingga 2013. Kemudian melanjutkan
pendidikan ke jenjang MA Assalafiyah Kajen dari tahun 2013 hingga 2017.
Konseli lulus dari tingkat MTS dan MA sama-sama membutuhkan waktu 4 tahun
dikarenakan harus melalui SP (Sekolah Persiapan).
Dalam menempuh pendidikannya konseli tidak pernah putus sekolah. Tahun
2017 konseli melanjutkan strata S1 nya di Kudus. Walau keterbataan ekonomi
tapi tidak menghambat cita-cita konseli yang ingin menjadi seorang jurnalistik.
Hal itu juga yang menjadi alas an konseli untuk melanjutkan studi di Progam
Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Seperti penuturan konseli tentang
alasannya memilih jurusan:
“ cita-cita saya ingin menjadi seorang wartawan atau jurnalistik mbak,
walaupun ekonomi kedua orang tua pas-pasan tapi saya tetap ingin meraih cita-
cita saya, oleh karena itu saat saya tahu bahwa di IAIN Kudus terdapat progam
studi Komunikasi Penyiaran Islam yang setelah lulus bisa menjadi seorang
jurnalistik. Maka saya langsung tertarik dan mendaftar”21

Kemudian setelah masuk kuliah di IAIN Kudus Konseli mendapat informasi


dari temannya yang sudah mondok di Ponpes Darun Najah dan kemudian konseli
tertarik ikut masuk di pesantren itu juga karena niat awal konseli ingin kuliah
dengan mondok.

e. Kondisi Lingkungan Sosial Konseli


Konseli tidak mudah bergaul dengan siapa saja, termasuk dengan teman
kelasnya. Konseli anak yang pendiam tetapi dibalik itu konseli memiliki siakap
yang mandiri. Kemudian konseli juga bersikap seperti biasanya jika berinteraksi
tetapi terkadang ketika berbicara dengan orang lain terlihat malu.
Menurut pendapat Siti Nurriyatus Syahsiyah Pengurus Pondok, konseli anak
yang rajin dan tepat waktu dalam sholatnya, teratur dan konseli juga tidak suka
merepotkan orang lain. Konseli anak yang terbilang tertutup (introvert).22

21

22
f. Kondisi Kepribadian Konseli
Konseli merupakan anak yang tidak mudah bergaul dengan orang yang belum
ia kenal. Onseli adalah anak yang introvert, cukup sulit untuk diajak berbicara,
hal ini terlihat ketika pertama kali peneliti bertemu dengan konseli, ia terlihat
takut dan malu ketika bertemu bertemu dengan orang baru. Pada saat itu setelah
sowan di temapat kyai Alfa Syahriar dan Ustadzah Mufidah untuk izin penelitian,
beliau mempersilahkan bertemu dengan konseli untuk konfirmasi karena di
pondok pesantren Darun Najah pendampingan dengan konseling REBT untuk
mengatasi kecemasan Muraja’ah santri di khususkan bagi santri bil-Ghiob awal.
Dan saat itu konseli merupakan santri Bil-Ghiob awal setelah melalui proses Bin-
Nadzor selama satu tahun.23

g. Deskripsi Masalah
Masalah ada kesenjangan antara kenyataan yang ada dengan harapan yang
diinginkan konseli. Keberadaan masalah dalam hidup hendaknya segera diatasi
agar tidak menumpuk dan mengganggu perkembangan diri.
Penelitian ini mengangkat permasalahan yang dialami oleh Ratna, seorang
santri penghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae
Kudus. Yang mengalami kecemasan saat menghadapi muraja’ah. Dinda selalu
mengalami perasaan takut, deg-degan, gemetaran dan bahkan tidak nafsu makan
saat menghadapi muraja’ah. Hal tersebut dikarenakan perasaan cemasnya akan
hasil atau lancar tidaknya muraja’ah yang akan dihadapi. Kecemasan tersebut,
dipicu oleh kekhawatiran dalam dirinya yang akan dimarahi oleh ustadzah atau
pak kyai jika muraja’ahnya salah atau tidak lancar.
Mengetahui permasalahan yang dihadapi konseli, konselor dalam hal ini
ialah ustadzah Tahfidz (Ustadzah Mufidah) membantu dengan menerapkan
Rational Emotive Behavior Therapy untuk mengatasi kecemasannya Muraja’ah
Santri.
Konseling Rational Emotive Behavior Therapy di pondok pesantren Darun
Najah dilakukan untuk santri awal penghafal Al-Qur’an yang belum terbiasa
dengan lingkungan baru dan pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an dan pada
permasalahan ini santri yang mengalami kecemasan saat menghadapi muraja’ah.
Konseling REBT yang diterapkan ustadzah Mufidah dilakukan dengan cara
upaya penyadaran kepada konseli bahwa segala sesuatu tidak berputar
disekitarnya sehingga segalanya tidak bisa terjadi sesuai dengan apa yang
23
dikehendakinya. Jika memang ia merasa lingkungan tidak mampu membuatnya
nyaman, maka ia harus belajar berpikir rasional serta menerima lingkungannya
dan mengubah dirinya agar lebih nyaman dengan situasi yang ada. Konseling ini
juga merupakan upaya yang dilakukan ustadzah mufidah dalam menyadarkan
santri bahwa tidak semua hal negative yang ada dipikirannya adalah sesuatu yang
pasti terjadi. Penyadaran ini dilakukan dengan cara mengajak konseli untuk
berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang irrasional yang telah memotivasi
banyak gangguan tingkah laku, serta menunjukkan ketidaklogisannya, pada hal
ini yaitu tentang gagasan bahwa konseli akan dimarahi ketika bacaan
muraja’ahnya salah atau tidak mampu menyelesaikannya karena merasa pasti
hafalannya hilang ditengah jalan serta mendapat cemoohan dari teman – teman
lainnya yang terlihat lebih andai dalam membaca Al-Qur’an. sehingga memicu
ketidaknyamanan pada konseli yang terus dipendam. Ketegangan selama
menghadapi muraja’ah yang pada akhirnya kecemasan dan ketidaknyamanan
tersebut dapat memicu tingkah laku konseli seperti ketidaksukaannya berada
dipondok, pola makan dan pola tidur yang tidak teratur sehingga menyebabkan
koseli sering sakit-sakitan, perasaan takut ketika berangkat mengaji dan persaan
rendah diri didepan teman – temannya. Kemudian ustadzah mufidah memberi
pengetahuan alternative pada cara berfikir sehingga konseli dapat mengamati dan
meminimalkan gagsan – gagasan yang irrasional dan kesimpulan – kesimpulan
yang tidak logis sekarang maupun pada masa yang akan dating, yang telah
mengekalkan cara – cara merasa dan berperilaku yang merusak diri. Setelah
dilakukan upaya penyadaran, konseli juga diharapkan Konseli mampu
mengaktualisasikan positifnya dalam kehidupan sehari-hari dengan cara
menyusun kegiatan- kegiatan positif yang dapat ia lakukan.
Sesuai dengan pernyataan Laura A. King dalam bukunya, rational emotive
behavior therapy merupakan sebuah terapi yang didasarkan pada pemahaman
Ellis bahwa individu mengembangkan gangguan psikologis karena kepercayaan
mereka, terutama yang bersifat tidak rasional dan menaklukkan diri sendiri.24
Adapun tujuannya yakni untuk membantu individu dalam mencapai perilaku
rasional, kebahagiaan, dan aktualisasi diri.25

B. Deskripsi Hasil Penelitian


1) Faktor - Faktor Penyebab Kecemasan Muraja’ah Santri di Pondok
Pesantren Darun Najah Ngembalrejo Bae Kudus

24

25
Faktor merupakan pemicu dari suatu keadaan yang akan mempengaruhi
suatu peristiwa atau kejadian yang menimbulkan sebab – akibat. Begitu juga
kecemasan dapat muncul akibat beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti mengambil studi kasus mengenai
kecemasan yang dialami santri penghafal Al-Qur’an saat menghadapi muraja’ah.
Menurut Lazarus, Kecemasan ialah suatu keadaan atau kondisi emosi yang
tidak menyenangkan, dan merupakan pengalaman yang samar-samar disertai
dengan perasaan yang tidak berdaya dan tidak menentu. Pada umumnya
kecemasan bersifat subjektif, yang ditandai dengan adanya perasaan tegang,
khawatir, takut, dan disertai adanya perubahan fisiologis, seperti peningkatan
denyut nadi, perubahan pernapasan, dan tekanan darah. 26 Santri penghafal Al-
Qur’an akan mengalami kecemasan bila menghadapi situasi yang membahayakan
dirinya, seperti saat setoran hafalan atau muraja’ah.
Selanjutnya peneliti memaparkan hasil observasi dan wawancara langsung
dari konselor (Ustadzah Mufidah), konseli, pengasuh pondok dan pengurus
pondok. Agar pembaca mengetahui gambaran hasil yang konkret dalam
memahami tentang faktor penyebab munculnya kecemasan saat menghadapi
muraja’ah. Berdasarkan hasil informasi dari wawancara dengan konselor
(Ustadzah Mufidah). Setelah proses konseling dilakukan antara konselor
(Ustadzah Mufidah) dan konseli, konselor mengemukakan beberapa faktor yang
menyebabkan konseli mengalami kecemasan pada santri saat menghadapi
muraja’ah. Menurut konselor Faktor- faktor penyebab kecemasan ketika
muraja’ah yang dialami konseli terlihat jelas saat konselor melakukan pertemuan
pertama dan kedua, pertemuan pertama yakni pada tanggal 20 Februari 2019.
Berdasarkan pada proses konseling pertama yang dilakukan konselor, konseli
menyatakan bahwa Tuhan tidak adil mengapa semua usaha yang telah dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan bacaan Al-Qur’an yang konseli miliki belum
menunjukkan peningkatan, konseli merasa sulit untuk menggapai impiannya,
apakah nanti ia dapat membahagiakan kedua orangtuanya dengan mampu
menjadi seorang penghafal Al-Qur’an. Konseli takut jika ia tidak mampu
membalas segala pengorbanan orangtuanya terhadap konseli. Ungkapan konselor
mengenai hasil proses konseling:
“Faktor munculnya kecemasan yang dia alami itu dikarenakan
pemikirannya yang salah mbak, ia berfikir bahwa Allah tidak adil, karena semua
usaha dan latihan yang sudah dilakukan mulai dari ikut latihan BTQ di TPQ Al-

26
Ma’roef, deres, semakan dan tartilan setiap hari tapi Allah masih belum
memberikan pemahaman dalam baca’an Al-Qur’annya”.27

Selain itu konseli merasa tidak memiliki kemampuan yang dapat


dibanggakan terhadap dirinya, sehingga membuat konseli merasa tidak berguna.
Konseli terkadang juga jika dihadapkan sesuatu yang tidak mampu ia kerjakan
karena keterbatasan kondisi fisiknya yang membuat konseli merasa down.
Misalnya pada saat semak’an muraja’ah dengan temannya, ada sebagian santri
yang maklum dengan kemampuannya dan ada pula yang sebaliknya. Seperti
ungkapan konseli saat di wawancarai setelah semakan muraja’ah dengan
temannya.
“Kemarin aku semakan muraja’ah dengan santri lain mbak dan itu mulai
dari juz 30 dan juz 1 dan 2, Biasanya aku muraja’ah maksimal hanya 1 juz mbak
tapi karena saya malu dari kemarin semakan muraja’ah hanya satu juz jadi aku
tambah menjadi 3 juz. Terus tau sendiri kalau aku setiap ada yang salah semakin
aku ulang semakin lupa, jadi bacaanku banyak yang salah mbak. Aku gak tahu
lagi padahal sebelinya sudah aku deres (dihafalkan) berulang – ulang tapi masih
aja belum lancar, aku malu mbak sama temanku yang sedang nyemak aku harus
mengingatkan aku berkali- kali (menangis)”.28

Konseli biasanya meminta kepada teman terdekatnya yaitu Jamilatun


Nasiha untuk menyemak kan muraja’ahnya karena jika dengan teman terdekatnya
malu dan takut salahnya sedikit berkurang, karena teman dekatnya sudah
mengetahui keterbatasan konseli yang lemah dalam hal bacaan Al-Qur’an dan
kekuatan hafalannya.
Karena keterbatasan kemampuan itulah konseli sering berpikir ingin
berhenti dalam menghafalkan Al-Qur’an. Seperti ungkapan konseli saat
diwawancarai peneliti:
“Mbak aku tidak bisa, aku memang tidak mampu menjadi penghafal Al-
Qur’an . Merasa belum mampu dengan yang aku pilih saat ini, walaupun
keinginanku dan orang tuaku sangat kuat ingin menjadikan ku sebagai penghafal
Al-Qur’an namun hal itu berbanding terbalik dengan kemampuanku. Aku pengen
berhenti dan menjadi santri biasa (kondisi konseli sambil menangis tersendu-
sendu)”.29

Konseli juga merasa malu kondisi kekurangannya , jika harus berkumpul


dengan teman – teman Tahfidz lainnya karena hanya konseli seorang diri yang
merasa rendah dalam tingkat hafalannya, dan sehingga konseli tidak ingin ikut
kumpul dengan teman-temannya. Kemudian konseli juga merasa tidak percaya
diri, saat kegiatan khataman setiap hari sabtu, yaitu kegiatan mengkhatamkan Al-
Qur’an dalam waktu sehari dengan bergilir membaca Al-Qur’an yang sudah
27

28

29
dibagi setiap orang menggunakan microphone, ia merasa cemas dan gugup,
seakan orang-orang akan menertawai dan menggunjingnya dengan bacaannya

2) Proses Pelaksanaan Konseling Rational Emotive Behavior Therapy Oleh


Ustadzah Mufidah dalam Mengatasi Kecemasan Muraja’ah Santri
Bimbingan konseling Islam adalah suatu upaya dimana Konselor menunjukkan
eksistensi manusia sebagai makhluk Allah di muka bumi ini kepada Konseli, terlebih
kepada mereka yang mengalami kecemasan secara berlebihan dan menimbulkan efek-
efek yang tidak diinginkan. Kecemasan ini datang disebabkan oleh banyaknya faktor,
yang salah satunya adalah faktor biologis yakni kemampuan beradaptasi atau
mempertahankan diri terhadap lingkungan baik dari rangsangan, situasi atau stressor
yang sedang dihadapi. Di sini, Peneliti akan melakukan proses konseling terhadap
santri yang mengalami kecemasan saat menghadapi muraja’ah
Bentuk pelaksanaan bimbingan dan Konseling dari Ustadzah Mufidah bagi
santri dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rational emotive behavior
therapy dengan cara melakukan upaya penyadaran dengan cara mengajak Konseli
untuk berfikir tentang beberapa gagasan dasar yang irasional yang telah memotivasi
banyak gangguan tingkah laku, serta menunjukkan ketidaklogisannya. Konselor juga
menunjukkan bahwa keyakinan-keyakinan itu tidak ada gunanya dan bagaimana
keyakinan tersebut akan mengakibatkan gangguan emosional dan tingkah laku
Konseli di masa depan. Kemudian Konselor memberi pengetahuan alternative pada
cara berfikir sehingga Konseli dapat mengamati dan meminimalkan gagasan-gagasan
yang irrasional dan kesimpulan- kesimpulan yang tidak logis sekarang maupun pada
masa yang akan datang, yang telah mengekalkan cara-cara merasa dan berperilaku
yang merusak diri. Keefektifan terapi ini juga dapat ditunjang dengan menggali
harapan Konseli untuk kehidupan masa depannya sehingga diharapkan Konseli dapat
fokus dengan harapan tersebut dengan menyusun kegiatan- kegiatan positif yang
dapat ia lakukan serta diharapkan dapat meredakan perasaan cemas dan tidak
nyamannya seoptimal mungkin karena dia Konseli sudah menyusun rencana dan
fokus terhadapnya serta mengetahui resiko dan solusi yang dapat menjadi alternative
pilihannya.
Kemampuan berpikir rasional sangat peting dimiliki oleh manusia agar mampu
menjalani hidup yang tidak mudah mengakibatkan gangguan emosional dan tingkah
laku di masa depan. Kemampuan ini memungkinkan manusia untuk berfikir matang
dalam setiap rencana dari mulai menyusun rencana hingga menghadirkan alternative
solusi bagi kegagalan rencananya sehingga mampu menghadirkan semangat dan sikap
optimis pada setiap langkah hidupnya.
Sebelum melaksanakan rational emotive behavior therapy pada Konseli,
Ustadzah Mufidah (Konselor) melakukan pendekatan kepada Konseli untuk
mendapatkan kepercayaan darinya. Hal ini penting, karena dengan kepercayaan yang
diberikan Konseli kepada konselor, otomatis Konseli akan meraih perasaan nyaman
terhadap kehadiran konselor. Kondisi seperti inilah yang membuat Konseli lebih
mudah untuk mengikuti proses Konseling, sehingga kesempatan terbebas dari
belenggu permasalahanpun terbuka lebar. Selain dengan Konseli, konselor juga
melakukan pendekatan dengan orang tua Konseli, pengurus pondok, serta santri
Tahfidz yang lain. demi mendapatkan informasi mengenai karakter dan permasalahan
yang dialami Konseli.
Penerapan rational emotive behavior therapy dalam mengatasi kecemasan pada
muraja’ah santri ini didasarkan pada beberapa proses Konseling yang dilakukan oleh
konselor bersama Konseli, proses tersebut diantaranya:
a. Identifikasi Masalah
Dalam identifikasi masalah, Konselor mengulas permasalahan yang
dihadapi Konseli secara mendalam. Hal yang paling utama yaitu mendiskusikan
dengan klien apa yang ingin didapatkan oleh Konseli dari proses Konseling.
Adanya diskusi ini berguna untuk menghindari kemungkinan adanya harapan dan
sasaran yang tidak rasional.
Identifikasi dalam hal ini yaitu berkaitan dengan gejala yang dirasakan
Konseli saat akan menghadapi muraja’ah , perasaan Konseli,dan psikis konseli.
Pada proses identifikasi ini, Konselor akan menggali informasi lebih dalam
tentang diri Konseli sehingga tidak terjadi kesalahan pada proses terapi yang akan
dilakukan. Informasi tersebut didapatkan Konselor dari hasil observasi maupun
wawancara baik dengan Konseli, orang tua Konseli, maupun pengurus dan teman
yang dekat dengan Konseli. Berdasarkan pernyataan dari Ustadzah Mufidah
mengenai data-data yang diperoleh dari sumber-sumber ialah sebagai berikut:
Ratna adalah seorang santri di Pondok Pesantren Darun Najah Ngembalrejo
Bae Kudus. Ia merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Ia merupakan anak
perempuan satu satunya. 2 kakak lelakinya sudah berumah tangga. kedua
Kakaknya tinggal di Pati. Menjadi anak bungsu serta perempuan satu satunya
membuat kedua orang tuanya terlampau khawatir dengan. Semenjak kecil, Ratna
mengenyam pendidikan di sekitar rumahnya. Hal ini tidak menyurutkan
semangatnya dalam berprestasi. Sejak kecil, ia seringkali meraih gelar juara di
sekolahnya. Ia juga merupakan anak yang aktif berorganisasi. Sejak duduk di
bangku MTs. Ia aktif mengikuti OSIS. Tidak hanya aktif di sekolahnya, ia juga
mengikuti komunitas pencak silat di luar sekolahnya hingga seringkali mengikuti
kompetisi pencak silat di berbagai kota. Ketika MA, ia juga masih aktif di OSIS
dan masih menjadi salah satu siswa berprestasi. Selesai mengenyam pendidikan
di bangku MA, ia pun berencana melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi.
Dalam memilih perguruan tinggi Ratna mulai dihadapkan dalam
kebingungan dimulai dengan keadaan ekonomi orang tuanya yang pas-pas an
membuatnya sadar diri dalam memilih perguruan tinggi. Ratna tidak ingin
memilih yang bianyanya mahal agar tidak memberatkan kedua orang tuanya, dan
yang kedua perbedaan keinginan Ratna yang ingin masuk jurusan jurnalistik di
Universitas Umum, sedangkan kedua orang tuanya menginginkan Ratna masuk
di perguruan tinggi islam saja. Keinginan dari orang tua Ratna bukan tanpa alasan
hal tersebut karena perguruan tinggi islam cenderung lebih terjangkau dan karena
Ratna anak perempuan bungsu satu-satunya kedua orang tuanya tidak ingin Ratna
mengalami salah pergaulan. Seperti yang terjadi pada kedua kakak – kakak nya
yang keduanya tidak mampu menyelesaikan pendidikannya karena terjerumus
pada pergaulan bebas dan salah. Sehingga kedua kaka-kakanya harus menjalani
pernikahan muda dengan konsekuensi kondisi yang belum mapan. walaupun
sudah berkeluarga keduanya masih bergantung pada orang tua rata. Selain itu
orang tua Ratna juga berkeinginan memasukkan Ratna di pondok pesantren
sembari dengan kuliah hal tersebut karena ingin menjadikan Ratna seorang
penghafal, Al-Qur’an. Karena dilingkungan Ratna tinggal terkenal dengan
kondisi masyarakat abangan sehingga orang tua Ratna berkeinginan setelah lulus
Ratna dapat berkontribusi aktif mengubah kondisi masyarakat disekitarnya.
Akhirnya IAIN KUDUS menjadi pilihan Ratna melanjutkan kuliah karena
selain biayanya terjangkau namun juga dekat dan di IAIN terdapat jurusan
Dakwah dan Komunikasi Islam Progam Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Yang lulusannya digadang-gadang dapat menjadi seorang jurnalistik sesuai cita-
cita Ratna. Awal-awal kuliah Ratna memutuskan untuk tinggal di kos terlebih
dahulu karena belim mendapat pondok pesantren disekitar kampus yang cocok
dengannya. Hingga suatu saat Ratna mendapat info tentang pondok pesantren
Darun Najah dari temannya Siti Amirotun yang sudah dulu mondok disana.
Akhirnya Ratna tertarik mondok disana karena selain lumayan dekat dari kampus
namun juga biaya operasional di pesantren tersebut sesuai dengan keadaan orang
tuanya.
Namun, dibalik itu ada hal yang membuatnya merasa tidak nyaman dengan
hidupnya. Menjadi anak bungsu dan perempuan satu satunya, membuat orang
tuanya selalu khawatir dan menginginkan yang terbaik untuknya. Orang tuanya
berharap, kelak Dinda akan menjadi seorang penghafal Al-Qur’an yang benar-
benar mampu mengangkat kehidupan orang tuanya dan bermanfaat bagi
masyarakat di lingkungannya. Untuk mengalihkan ketidaknyamanannya, ia
memilih berdamai dengan keadaan dan mencoba menuruti kemauan orang
tuanya, aawal masuk pesantrn Ratna mengalami kesulitan dalam hal mengikuti
pembelajaran disana karena terlahir dan besar di lingkungan yang jauh dari
background pesantren. Salah satunya dalam pembelajaran Al-Qur’an, Ratna
memiliki kekurangan dalam hal ini karena bacaan Al-Qur’an Ratna belum lancar
dan kurang fasih hal ini membuat Ratna harus berjuang selain membagi waktu
dengan kuliah namun juga menjalani pelatiha BTQ di TPQ Al-Ma’roef Jekula.
Disana memang diperuntukkan untuk mereka yang usia dewasa masih kurang
dalam hal baca, tulis, Qur’an. Walaupun sudah menjalankan BTQ selama lebih
dari 3 tahun namun kemampuan Ratna dianggap masih kurang dari santri yang
lain sehingga ia baru memutuskan menjadi santri Bil-Ghoib di awal tahun ini. Hal
tersebut niat Ratna didukung oleh ustadzah tahfidz dan pak kyai karena melihat
perjuangan Ratna dari dulu yang ingin menjadi penghafal Al-Qur’an. Ada yang
selama ini tidak diketahui orang lain darinya. Meskipun merupakan anak yang
rajin dan tekun, namun ternyata Ratna selalu gugup ketika akan menghadapi
muraja’ah. Dia selalu khawatir jika bacaannya ada yang salah, kena marah
ustadzah, kehilangan hafalan atau digunjing teman - temannya. Ia khawatir tidak
bisa menyelesaikan muraja’ah karena muraja’ah harus mengulang hafalan
kemarin jadi tingkat kehilangan hafalan cukup tinggi, menjadikannya cemas
menghampirinya dan lebih kuat ketika waktu menjelang waktu muraja’ah
hafalannya kurang ia kuasai tiba. Sebelumnya, ia selalu berusaha mengulang
hafalan sendiri “deres” tersebut lebih keras, namun tidak mampu juga mengusir
perasaan cemasnya.
Kecemasannya semakin menjadi ketika selesai maju muraja’ah, dan
kembali duduk kebelakang saat itu dia selalu merasa takut, cemas, dan malu
karena berpikir bahwa teman-temannya sedang memikirkan hal buruk
tentangnya. Setelah kegiatan muraja’ah selesai sekitar jam 8 malam semua santri
Tahfidz kembali ke kamar masing- masing biasanya mereka melanjutkan makan
malam bersama. Namun karena efek perasaan cemas dan tidak nyamannya
sendirian membuatnya sering tidak nafsu makan sama sekali dan jika ingin
makan, dia hanya mau makan makanan yang pedas saja. Asam lambungnya pun
sering naik dan membuatnya sering muntah berkali-kali hingga membuat
badannya lemas. Ia pun sering diantarkan pengurus pondok priksa ke dokter
sekitar pondok. Setelah diperikasakan ke dokter membuat kondisinya membaik
dan sembuh. Waktu pun berlalu. Namun, ternyata hal tersebut terus berulang
hampir setiap bulan Ratna jatuh sakit kembali. Bahkan hingga saat tiba masa haid
tidak mengaji dan muraja’ah, ia tetap cemas dan sakit. Hal ini sangat
mengganggunya apalagi dengan kesibukan seorang santri Tahfidz yang jadwal
mengajinya lebih padat. Ia merasa tidak nyaman namun tidak mampu mengusir
perasaan cemas itu dari dalam dirinya.30 Mengambil teori ciri kecemasan dari
Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, Beverly Greene, yang ditulisnya Psikologi
Abnormal (Jakarta: Erlangga, 2003)
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ustadzah Mufidah
(Konselor) mengenai gejala kecemasan apa saja yang dialami oleh Konseli.
Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.6

Ciri Kecemasan yang Dialami Konseli

No VARIABEL TP JR KD SR SL
1 Gelisah/Gugup 
2 Tangan Gemetar 

3 Merengut 
Kekencangan pada pori-pori
4 
kulit perut atau dada
5 Banyak Berkeringat 

6 Telapak Tangan Berkeringat 

7 Pening/Pingsan 
8 Mulut/Kerongkongan Kering 
9 Sulit Berbicara 

10 Sulit Bernafas 
11 Nafas Pendek 
12 Jantung Berdebar 
13 Suara Bergetar 
14 Jari/Anggota Tubuh Dingin 

15 Pusing 
30
16 Lemas 

17 Sulit Menelan 
18 Kerongkongan Tersekat 
19 Leher/Punggung Kaku 
20 Sensasi seperti Tercekik/Tertahan
21 Tangan Dingin dan Lembab 

22 Sakit Perut/Mual 
23 Panas Dingin 
24 Sering Buang Air Kecil 
25 Wajah Terasa Memerah 
26 Diare 
27 Merasa Sensitif/Mudah Marah 

28 Menghindar 
29 Tidak Mandiri/Melekat 
30 Terguncang 

31 Khawatir tentang Sesuatu 


32 Terganggu akan Ketakutan 
Keyakinan bahwa Sesuatu
33 
yang Mengerikkan Akan
Terjadi
34 Terpaku pada Sensasi Ketubuhan 
Terancam oleh Orang/Peristiwa
35 yang Normalnya Hanya Sedikit 
atau Tidak
Mendapat Perhatian
36 Ketakutan/Kehilangan Kontrol 
37 Tidak Mampu Menghadapi Masalah 
38 Berpikir Dunia Runtuh 
39 Semua Tidak Bisa Dikendalikan 
40 Merasa Bingung Tanpa Bisa Diatasi 
41 Khawatir terhadap Hal Sepele 
Berfikir tentang Hal
42 
Mengganggu yang Sama
Berulang
43 Harus Bisa Kabur dari Keramaian 
44 Bingung 

Tidak Mampu Menghilangkan


45 
Pikiran Terganggu
Khawatir
46 

47 Sulit Konsentrasi31 

Keterangan:
TP : Tidak Pernah SR : Sering

JR : Jarang SL : Selalu

KD : Kadang-kadang

Sedangkan ungkapan lain yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara


dengan pengurus pondok:

“Mengenai gejala atau ciri kecemasan yang dialami konseli ya seperti


itu mbak, setiap mau berangkat muraja’ah pastia dia paling terlambat
karena sering melakukan hal-hal lain terlebih dahulu seperti bolak –
balik ke kamar mandi atau bolak balik ambil minum setelah dari
muraja’ah ekspresi dari konseli langsung terlihat murung dan jarang
ikut makan bersama teman-temannya. Pasti konseli hanya menyendiri
dipojokan kamarnya, karena jarang makan jadi konseli sering kambuh
sakit perutnya. keluhan yang sering disampaikan oleh Konseli yaitu
seringkali sakit perut, diagnosa dokter dari beberapa kali kedatangan
Konseli yaitu sakit Magh”.32
Menurut dokter semua diagnosa itu berhubungan dengan sistem
pencernaan yang dikarenakan oleh naiknya asam lambung. Naiknya asam
lambung ini dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu pola makan yang tidak sehat
atau tidak teratur, pola istirahat yang tidak teratur ataupun kurang cukup,
dan gangguan psikis yang tidak mampu diredam. Adapun tindakan yang
dilakukan pengurus yaitu lebih memperhatikan pola makan konseli,
sering ,mengajak konseli sharing atau bercanda gurau agar membuat konseli

31

32
merasa nyaman.

Dari berbagai pemaparan di atas, dapat diidentifikasi bahwa


permasalahan yang terjadi adalah Konseli mengalami kecemasan yang
berulang setiap kali menghadapi Muraja’ah. Hal ini berlangsung sejak
Konseli awal tahun 2019, mulai konseli memutuskan menjadi santri Bil-
Ghoib atau penghafal Al-Qur’an

b. Diagnosis

Berdasarkan informasi yang sudah diperoleh dari beberapa sumber


data dan observasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa Konseli yang
mengalami kecemasan yang berulang dikarenakan Kecemasannya saat
menghadapi Muraja’ah. Kecemasan ini dikarenakan kekhawatiran Konseli
akan kemapuan dirinya yang kurang dalam Muraja’ah. Kemudian,
kecemasan yang sudah berlangsung lama tersebut memicu terjadinya patah
semangat, minimnya rasa percaya diri dan, menurunnya nafsu makan.
Adapun beberapa ciri kecemasan yang ditunjukkan oleh Konseli
berdasarkan hasil wawancara langsung kepada konseli. dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Ciri Fisik
a) Konseli selalu gelisah dan gugup setiap kali menunggu giliran maju
muraja’ah dan selama muraja’ah berlangsung.
b) Tangan Konseli sering kali gemetar, berkeringat (lembab) dan dingin
ketika muraja’ah berlangsung.
c) Raut wajah Konseli lebih banyak merengut karena terpikirkan ketika
akan maju muraja’ah.
d) Dada sesak dan nafas terasa pendek setiap kali menunggu giliran
maju.
e) Banyak berkeringat tanpa sebab.
f) Mulut/kerongkongan kering hingga terasa tercekat dan sulit bicara
g) Jantung berdebar
h) Leher/punggung kaku
i) Sakit perut atau mual
j) Panas dingin
k) Merasa sensitif atau mudah marah

2) Ciri Behavioral
a) Konseli menyendiri dari santri-santri Tahfidz ketika merasa cemas
setelah muraja’ah karena menurutnya semua teman-temannya sedang
menggunjingnya karena saat muraja’ah banyak mengalami
kesalahan.
b) Perilaku melekat/dependen, dimana Konseli hanya sering berkumpul
dengan teman sekamarnya. Meskipun tidak menceritakan
permasalahan pribadinya, namun kebersamaan dan canda tawa
dengan teman-temannya membuat rasa cemasnya sedikit teralihkan
meskipun tidak sepenuhnya.
c) Perilaku terguncang, jika di pondok tidak ada teman sekamarnya,
maka Konseli hanya berada di kamarnya. Namun ketika hanya
sendiri dikamar, Konseli merasa bingung dengan pikiran tentang
setiap hari harus menghafalkan muraja’ah dan apakah dia mampu
bertahan senghafalkan 30 juz sesuai keinginan orang tuanya.

3) Ciri Kognitif
a) Khawatir tentang sesuatu. Dalam hal ini, Konseli merasa sangat khawatir
dengan Muraja’ah yang akan dihadapinya, apakah ia mampu mengulang
hafalan dengan sempurna atau justru kehilangan hafalan ditengah jalan
yang akan menambah kekhawatirannya akan teman- temannya yang
menjelek-jelekannya.
b) Terganggu akan ketakutan. Konseli selalu terganggu dengan pikiran yang
mengatakan bahwa dia harus mampu menjadi penghafal Al-Qur’an,
karena jika tidak maka hal yang tidak diinginkan akan terjadi, yaitu
membuat kedua orang tuanya kecewa.
c) Keyakinan bahwa hal mengerikkan akan terjadi jika muraja’ahnya gagal.
Hal menakutkan yang diyakininya yakni kemarahan Ustadzah Tahfidz
dan ejekan dari teman-temannya yang pada akhirnya akan membuat
dirinya merasa sangat terganggu serta tidak nyaman.
d) Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit
atau tidak mendapat perhatian. Dalam hal ini ia merasa sangat terancam
oleh perilaku temannya yang membandingkannya dengan orang lain karena dia
santri lama yang sudah mulai menghafal namun baru mampu menjadi bil-Ghoib
setelah 3 tahun lamanya dan bahkan setelah mengaji selama 4 buan dia baru bisa
menyelesaikan juz’ama dan juz 1. Menurutnya itu adalah peristiwa besar yang
sudah tidak bisa ia tahan.
e) Merasa bingung tanpa bisa diatasi. Konseli sadar bahwa ia merasa sangat
bingung dengan berbagai kekhawatirannya mengenai muraja’ah. Namun
tetap saja ia tidak mampu menyingkirkan kebingungan itu. Kalaupun
memang ia sedang bercanda tawa bersama dengan teman-temannya
sebelum berangkat mengaji muraja’ah. kebingungan ini terus datang
ketika dia sudah sendiri.
f) Tidak mampu menghadapi masalah. Hingga saat ini, Konseli masih belum
mampu mengatasi kebingungan dan perasaan was—was serta
menghilangkan rasa cemasnya tersebut yang pada akhirnya berpengaruh
terhadap kesehatannya.
g) Khawatir terhadap hal sepele
h) Berfikir tentang hal mengganggu yang sama berulang. Pemikiran tentang
bisa atau tidaknya ia menjalankan muraja’ah disadarinya begitu
mengganggunya, baik dalam beraktivitas maupun kesehatannya. Meskipun
begitu, ia masih belum mampu menepis berbagai pikiran tersebut dan terus
menerus memikirkannya.
i) Sulit konsentrasi33

Atau dapat dilihat pada tabel berikut yang sudah diisi lansung oleh konseli
sendiri:
Tabel 4.7

Diagnosis Kecemasan yang Dialami Konseli

NO VARIABEL TP JR KD SR SL
1 Gelisah/Gugup 
2 Tangan Gemetar 
3 Merengut 
5 Banyak Berkeringat 
6 Telapak Tangan Berkeringat 
7 Mulut/Kerongkongan Kering 
8 Sulit Berbicara 
9 Nafas Pendek 
10 Jantung Berdebar 
11 Jari/Anggota Tubuh Dingin 
12 Pusing 
13 Lemas 
14 Sulit Menelan 
15 Kerongkongan Tersekat 

33
16 Leher/Punggung Kaku 
17 Sensasi seperti Tercekik/Tertahan
18 Tangan Dingin dan Lembab 
19 Sakit Perut/Mual 
20 Panas Dingin 
21 Diare 
22 Merasa Sensitif/Mudah Marah 
23 Menghindar 
24 Tidak Mandiri/Melekat 
25 Terguncang 
26 Khawatir tentang Sesuatu 
27 Terganggu akan Ketakutan 
Keyakinan bahwa Sesuatu yang
28 
Mengerikkan Akan Terjadi
Terancam oleh Orang/Peristiwa yang
29 Normalnya Hanya Sedikit atau Tidak 
Mendapat Perhatian
30 Ketakutan/Kehilangan Kontrol 
31 Tidak Mampu Menghadapi Masalah 
32 Merasa Bingung Tanpa Bisa Diatasi 
33 Khawatir terhadap Hal Sepele 
Berfikir tentang Hal Mengganggu
34 
yang Sama Berulang
35 Bingung 
Tidak Mampu Menghilangkan
36 
Pikiran Terganggu
37 Sulit Konsentrasi34 

Keterangan:
TP : Tidak Pernah SR : Sering
JR : Jarang SL : Selalu
KD : Kadang-kadang

c. Prognosis
Berdasarkan data-data yang sudah diperoleh serta diagnosis yang sudah
didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan jenis terapi yang akan
diberikan Konselor kepada Konseli. Dalam hal ini Ustadzah Mufidah akan
memberikan terapi yang merujuk pada beberapa fungsi bimbingan dan konseling,
34
yaitu fungsi perbaikan, fungsi pengembangan, serta fungsi pencegahan. Fungsi
perbaikan yaitu memecahkan persoalan yang sedang dihadapi oleh Konseli.
Fungsi pengembangan yaitu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh Konseli.
Sedangkan fungsi pencegahan yaitu Konselor mengupayakan agar berbagai
pemikiran irrasional dapat ditepis oleh Konseli baik dalam permasahan ini,
maupun permasalahan lainnya.
Pada tahap prognosis, rencana treatment yang akan dilakukan oleh
Konselor adalah dengan menggunakan rasional emotive behavior therapy.
Konselor memilih Rational Emotive sebagai treatment karena melihat adanya
gagasan tidak rasional dari Konseli, yaitu Konseli merasa selalu digunjing teman-
temannya saat muraja’ah dan merasa akan membuat kecewa banyak orang jika
kelak kuwalitas yang dia punya seusai lulus dari pesantren tidak sesuai harapan
masyarakat disekitarnya. sehingga memicu ketidaknyamanan pada Konseli yang
terus dipendam. Ketegangan selama akan dan saat menghadapi muraja’ah dan
akhirnya kecemasan serta ketidaknyamanan tersebut dapat memicu gangguan
pada tingkah laku Konseli seperti ketidaksukaannya berada di tengah-tengah
santri Tahfidz, pola makan dan pola istirahat yang tidak teratur sehingga
menyebabkan Konseli sakit.
Rational emotive behavior therapy dilakukan dengan cara pengubahan
pikiran irrasional penyebab kecemasan Konseli dengan cara mengajak Konseli
berfikir tentang penyebab masalah yang dialami oleh Konseli yang sebenarnya.
Penyadaran ini dilakukan dengan cara mengajak Konseli untuk berfikir tentang
beberapa gagasan dasar yang irasional yang telah memotivasi banyak gangguan
tingkah laku, serta menunjukkan ketidaklogisannya. Setelah itu, untuk menunjang
keefektifan pada penerapan cara berfikir, Konseli diajak menyusun harapan yang
jika Konseli mengalami hal tersebut Konseli akan sangat bahagia. Setelah
mengetahui harapan Konseli, Konseli diajak berfikir bagaimana cara yang harus
dilakukan Konseli untuk mewujudkan harapan tersebut lalu memasukkan
beberapa cara atau langkah dalam kegiatan sehari-harinya dengan membuat
timeline keseharian.
Adapun langkah-langkah yang direncanakan dalam terapi ini, yaitu:
1) Mengajak Konseli untuk berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang
irrasional yang telah memotivasi banyak gangguan tingkah laku. Hal
ini dilakukan dengan cara menantang klien untuk menguji gagasan-
gagasan tersebut.
2) Menunjukkan kepada Konseli ketidaklogisan pemikirannya.
3) Menggunakan analisis logika untuk meminimalkan keyakinan
irrasional Konseli.
4) Menunjukkan bahwa keyakinan-keyakinan itu tidak ada gunanya dan
bagaimana keyakinan akan mengakibatkan gangguan emosional dan
tingkah laku di masa depan.
5) Menerangkan bagaimana gagasan-gagasan irrasional bisa diganti
dengan gagasan yang rasional yang memiliki landasan empiris.
6) Mengajari Konseli bagaimana menerapkan pendekatan ilmiah pada
cara berpikir sehingga Konseli bisa mengamati dan meminimalkan
gagasan-gagasan irrasional dan kesimpulan-kesimpulanyang tidak
logis sekarang maupun pada masa yang akan datang, yang telah
mengekalkan cara-cara merasa dan berperilaku yang merusak diri.

Dengan mendapatkan terapi ini, nantinya diharapkan adanya


perubahan pada gagasan Konseli dari yang irrasional menjadi rasional
sehingga dapat meredam kecemasan yang dialaminya. Selanjutnya, gagasan
tersebut dapat membawa perubahan yang lebih baik pada perilaku Konseli
sehingga membuat kehidupan Konseli ke depannya menjadi lebih baik.

d. Treatment
Treatment merupakan pelaksanaan pemberian bantuan berdasarkan prognosis
yang telah direncanakan. Sebelumnya, telah dijelaskan bahwa Konselor
menggunakan Rational Emotive Behaviour Therapy dalam menangani kecemasan
yang dialami oleh Konseli. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh
Konselor yaitu sebagai berikut.
1) Mengajak Konseli untuk berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang
irrasional yang telah memotivasi banyak gangguan tingkah laku. Hal ini
dilakukan dengan cara menantang klien untuk menguji gagasan-gagasannya
serta menunjukkan kepada Klien tentang ketidaklogisan pemikirannya. Pada
tanggal 25 Februari 2019 pukul 20.15 WIB, Peneliti di izinkan Ustadzah
Mufidah (Konselor) bertemu dengan Konseli di rumahnya ustadzah Mufidah
setelah kegiatan Muraja;ah karena sesi konseling dilakukan setelah kegiatan
muraja’ah. Adapun langkah terapi yang dilakukan kali ini adalah mengajak
Konseli untuk berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang irrasional yang
telah memotivasi banyak gangguan tingkah laku. Proses berpikir ini
dilakukan dengan cara menantang Konseli untuk menguji gagasan-
gagasannya serta menunjukkan kepada Klien tentang ketidaklogisan
pemikirannya. Konselor memberikan gambaran kepada Konseli bahwa apa
yang ada dalam pemikirannya tidak semuanya benar. Memberikan target
kepada diri sendiri memang baik. Namun, tidak selamanya hasil bisa sesuai
dengan keinginan Konseli. Maka, Konseli harus mempunyai hati yang besar
untuk menerima segala hasil yang diterimanya. Memang dibutuhkan usaha
keras untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun, tetap tidak boleh sampai
melalaikan kewajiban dan kebutuhan seperti sholat 5 waktu, mengatur pola
makan yang sehat dan teratur, serta menghindari segala pemikiran buruk
yang justru bisa memicu stress. Jika Konseli melalaikan hal tersebut, maka
kondisi kesehatan Konseli pun akan memburuk.
Konselor juga mengajak Konseli berpikir positif terhadap sikap teman –
temannya yang menurutnya suka mengejeknya dibelakang, bahwa belum
tentu teman-temannya melakukan hal seperti itu walaupun benar anggap saja
hanya angina lalu dan dijadikan sebagai semangat untuk tetap deres dan
memperbaiki baca’an al-qur’an serta menambah dan menjaga terus
hafalannya. Adapun cara orang tua yang menurut Konseli menuntut agar
selepas lulus dari pesantren konseli harus mampu bermanfaat bagi
masyarakat luas belum tentu begitu maksud sang Ibu untuk menuntut.
Mungkin saja maksud Ibu adalah memberikan motivasi kepada Konseli agar
Konseli menjadi lebih semangat dalam meraih apa yang diinginkannya.
Apalagi selama ini Konseli juga belum pernah menyampaikan
ketidaknyamanannya tersebut kepada orang tua. Konselor juga menyarankan
Konseli agar memperbaiki komunikasi Konseli dengan orang tua sehingga
mereka bisa saling mengerti dan memahami maksud masing-masing. Di sini,
Konseli tampak sinis dan mengatakan bahwa menjaga komunikasi dengan
orang tua merupakan hal yang susah. Konselor pun memberikan saran agar
Konseli mau mencoba dahulu. Tidak harus dengan membicarakan hal yang
berat mengenai ketidaknyamanannya, namun bisa dimulai dengan berbicara
santai, mendampingi ibunya menonton TV, atau membantu Ibunya
memasak. Konseli pun menyetujui meski intonasi suaranya nampak berat.
Setelah itu, Konselor dan Konseli pun berjanji akan melanjutkan lagi besok
pukul 20.15 WIB setelah kegiatan muraja’ah di rumah Konseli.

Gambar 4.1

Proses Konseling Tanggal 25 Februari 2019


2) Menggunakan analisis logika untuk meminimalkan keyakinan irrasional
Konseli
Pada tanggal 26 Februari 2019 pukul 20.15 WIB, Konselor kembali
bertatap muka dengan Konseli di rumahnya setelah kegiatan Muraja’ah.
Kali ini Konselor menanyakan bagaimana perasaan Konseli. Konseli
menyampaikan bahwa dia sudah mencoba untuk berbicara santai dengan Ibu
lewat telepon tadi sore. Konseli hanya membicarakan seputar apa yang
dilakukan Ibu di luar rumah. Pembicaraan itu pun diakui Konseli tidak
bermasalah. Namun, Konseli merasa kesulitan ketika akan memulainya.
Konseli merasa bingung dan berdebar ketika akan mulai menyapa Ibunya.
Konseli pun menyampaikan kepada Konselor bahwa selama ini Ibunya yang
membuat ia begitu mencemaskan proses Muraja’ah dan menghafalakan Al-
Qur’an. Dan kejengkelan Konseli itu sudah berlangsung lama. Bahkan
sampai Konseli berulang kali sakit setiap selesai menghadapi Muraja’ah.
Maka Konseli pun merasa susah jika harus memperbaikinya sekarang.
Setelah mendengar penuturan dari Konseli, Konselor pun menggunakan
analisis logika untuk meminimalkan keyakinan irrasional Konseli. Konselor
memberikan arahan kepada Konseli bahwa segala sesuatu tergantung pada
niat, kerja keras dan do’a serta tidak melupakan kebutuhan diri Konseli.
Untuk mencapai hasil yang baik, selama ini Konseli sudah berusaha dengan
keras dalam belajar memperbaiki bacaan Al-Qur’an. Hal ini dibuktikan
dengan sudah 3 tahun lamanya konseli tetap Istiqomah atau konsisten untuk
mengikuti semua proses pembelajaran Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Darun Najah dan mengikuti pelatihan BTQ.Namun, selama ini Konseli lupa
dengan pola makan, pola istirahat,dan pola piker yang membuat

Anda mungkin juga menyukai