ENSIKLOPEDI
PONPES LIRBOYO
Lirboyo-Kediri-Jatim-Indonesia
2
BIOGRAFI TIGA TOKOH PENDIRI LIRBOYO
3
Pondok Pesantren Kedungdoro, Sepanjang, Surabaya. Hingga
akhirnya, beliau kemudian meneruskan pengembaraan ilmu di salah
satu pesantren besar di pulau Madura, asuhan Ulama’ Kharismatik;
Syaikhona Kholil Bangkalan. Cukup lama beliau menuntut ilmu di
Madura, sekitar 23 tahun.
Secara garis besar KH. Abdul karim adalah sosok yang sederhana
dan bersahaja. Beliau gemar melakukan Riyadhah; mengolah jiwa
atau Tirakat, sehingga seakan hari-hari beliau hanya berisi pengajian
dan tirakat. Pada tahun 1950-an, tatkala KH. Abdul Karim
4
menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya -sebelumnya beliau
melaksanakan ibadah haji pada tahun 1920-an kondisi kesehatan
beliau sudah tidak memungkinkan, namun karena keteguhan hati
akhirnya keluarga mengikhlaskan kepergiannya untuk menunaikan
ibadah haji, dengan ditemani sahabat akrabnya KH. Hasyim Asy’ari
dan seorang dermawan asal Madiun H. Khozin.
Sosok KH. Abdul Karim adalah sosok yang sangat istiqomah dan
berdisiplin dalam beribadah, bahkan dalam segala kondisi apapun dan
keadaan bagaimanapun, hal ini terbukti tatkala beliau menderita sakit,
beliau masih saja istiqomah untuk memberikan pengajian dan
memimpin sholat berjamaah, meski harus dipapah oleh para santri.
Akhirnya, pada tahun 1954, tepatnya hari Senin tanggal 21 Ramadhan
1374 H, KH. Abdul Karim berpulang ke rahmatullah, beliau
dimakamkan di belakang masjid Lirboyo.
5
langsung kakeknya (KH. Sholeh Banjarmelati) Gus Zuqi kecil
menerima pengajaran dasar-dasar Islam seperti aqidah, tajwid, fiqh
ubudiyah, dll. Pernah satu waktu, sang ayah (Kyai Dahlan) meminta
agar Gus Zuqi kembali ke kampung halaman (Pondok Pesantren
Jampes) guna menuntut ilmu langsung di bawah asuhan ayah kandung
sendiri. Gus Zuqi bersedia, namun beberapa saat kemudian Gus Zuqi
kembali ke Banjarmelati.
6
merupakan salah satu amanat yang disampaikan KH. Abdul Karim
kepada beliau, sesaat usai aqad nikah berlangsung, hingga himmah
beliau untuk tetap mendidik santri terus terjaga dan sangat istiqomah.
7
akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa pulang KH.
Marzuqi Dahlan ke kediaman beliau, hingga pada hari Senin Tanggal
18 Nopember 1975 M beliau dipanggil sang pencipta, dihadapan
keluarga dan para santri yang sangat mencintainya.
8
pencak silat asal Tegal Gubug, Cirebon. Pada saat mondok di Tegal
inilah KH. Mahrus Aly menunaikan ibadah haji pada tahun 1927 M.
9
Pesantren Lirboyo. Di bawah kepemimpinan mereka berdua,
kemajuan pesat dicapai oleh Pondok Pesantren Lirboyo. Santri
berduyun-duyun untuk menuntut ilmu dan mengharapkan barokah
dari KH. Marzuqi dahlan dan KH. Mahrus Aly, bahkan ditangan KH.
Mahrus Aly lah, pada tahun 1966 lahir sebuah perguruan tinggi yang
bernama IAIT (Institut Agama Islam Tribakti).
10
namun dengan sopan beliau menolaknya. Hingga puncaknya yakni
pada sabtu sore pada tanggal 18 mei 1985 M, kesehatan beliau benar-
benar terganggu, bahkan setelah opname selama 4 hari di RS
Bayangkara Kediri, beliau dirujuk ke RS Dr. Soetomo, Surabaya.
Delapan hari setelah dirawat di Surabaya dan tepatnya pada Hari Ahad
malam Senin Tanggal 06 Ramadlan 1405 H/ 26 Mei 1985 M, KH.
Mahrus Aly berpulang Ke Rahmatullah. Beliau wafat diusia 78 tahun.
11
Berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo tidaklah muncul
dengan sendirinya, melainkan karena adanya sang pelopor,
yaitu KH. Abdul Karim. Beliau lahir pada tahun 1856 M. di
Dukuh Banar Desa Diyangan Kec. Mertoyudan Kab.
Magelang Jawa Tengah dengan nama kecil Manaf.
12
makhluk halus. Melihat kondisi seperti itu. Kepala Desa
Lirboyo merasa prihatin. Sehingga, terbesitlah dalam
pikirannya untuk merubah keadaan desa Lirboyo menjadi
aman dan tentram. Keinginannya itu dia sampaikan berulang
ulang kali kepada Kyai Sholeh, dengan harapan agar Kyai
Sholeh berkenan untuk menempatkan seseorang yang alim dan
sholeh di desa Lirboyo. Sebenarnya Kyai Sholeh sudah lama
tertarik dengan desa Lirboyo. Hal itu terjadi ketika Kyai Sholeh
hendak menuju sawahnya yang berada di desa Semen, tiba-tiba
beliau melihat keajaiban yang muncul dari desa Lirboyo.
Dalam pandangan beliau, desa carut marut dan angker tersebut
berubah menjadi desa yang memancarkan kedamaian.
13
kegaduhan dan kesemerawutan yang ditimbulkan oleh
makhluk halus itu.
14
sederhana berbahan dasar kayu dan bambu yang merupakan
embrio dari Masjid Lirboyo saat ini.
15
agama Islam kepada sang empunya, KH. Abdul Karim.
Kemudian sekitar 2 tahun setelah fasilitas tadi ada, datanglah
santri pertama bernama Umar yang berasal dari daerah Madiun
Kedatangannya seolah-olah menjadi legalitas keberadaan
Pondok Pesantren Lirboyo, Pemuda asal madiun ini ternyata
sangat rajin, ulet dan bersemangat dalam menimba ilmu dari
sang guru. Dia juga rajin membantu segala keperluan KH.
Abdul Karim dan keluarga.
16
atas petunjuk KH.Sholeh, Hingga saat ini sistem keamanan
tersebut masih terus berjalan.
17
selaku mertua yang sangat perhatian kepada KH. Abdiul
karim- menggagas
untuk mendirikan
masjid di sekitar
pondok. KH. Sholeh
menganggap pondok
pesantren lirboyo
belum sempurna tanpa
adanya masjid dan didasari dengan kebutuhan akan tempat
beribadah dan mengaji santri-santri yang akan datang di
kemudian hari, setelah sebelumnya disebelah utara masjid telah
di bangun Pondok Lama dengan jumlah enam kamar.
18
Ya'kub untuk menemui Kyai Ma'ruf Kedunglo membahas
tentang renovasi masjid. Akhirnya disepakati bahwa biaya
perbaikan dan pemugaran masjid berasal dari sumbangan
dermawan dan simpatisan, diantaranya adalah H. Syukur dan
Ngletih Ngadiluwih.
19
yang berasal dari berbagai daerah di nusantara, bahkan luar
negri. Lantas apakah ramalan Jayabaya itu merupakan
gambaran tentang Lirboyo? Wallahu a'lam.
20
sampai sekarang masjid itu tidak mengalami perubahan, hanya
saja setiap menjelang akhir tahun dinding- dindingnya dikapur
dan sedikit ditambal sulam.
MAQBAROH
21
masyarakat dari berbagai penjuru daerah berdatangan
memberikan penghormatan terakhir kepada beliau. Baru
pukul 22.00 Wis. jenazah beliau dikebumikan.
22
GERBANG LAMA
AULA AL-MUKTAMAR
23
tahun 1999 M. dalam rangka mensukseskan acara muktamar
NU yang ke-
XXX. Konon
pembangunan
gedung yang bisa
menampung
5000 orang ini
menelan biaya
hingga 1 milyar
lebih.
MASJID AL-HASAN
24
bersamaan pembangunan Aula Al-Muktamar dengan tujuan
yang sama yaitu mensukseskan perhelatan akbar muktamar NU
ke-XXX di pon-pes lirboyo.
25
sholat atau sekedar beristirahat guna melepas penat selama
perjalanan. Masjid ini selain dilengkapi fasilitas umum
sebagaimana yang ada di masjid-masjid lainnya, juga dilengkapi
dengan taman dan area parkir yang sanga luas.
26
santri yang sakitnya parah, maka pihak BPS akan merujuknya
dan mengantarkan ke RS Gambiran atau RS lainnya.
27
LABORATORIUM BAHASA
28
TEROWONGAN MISTERI
29
jika pakaian terkena tetesan itu, maka akan berbau wangi
sampai berhari-hari, kejadian ini disaksikan dan dialami banyak
santri.
30
pengurus BPK P2L menetapkan pembaharuan website dan
mengkolaborasikan dua lembaga untuk merampingkan
kepengurusan. Saat itu alamat websitenya adalah
www.lirboyo.com dan masih belum ditangani secara
maksimal. Lalu di tahun 2011 alamat website Lirboyo berubah
menjadi www.lirboyo.net. Sedangkan untuk alamat e-mail
resmi Pon.Pes Lirboyo ialah admin@lirboyo.com.
31
SEJARAH MADRASAH HIDAYATUL MUBTADI-IEN
(MHM)
32
klasikal. Dan atas restu KH. Abdul Karim dengan dawuh,
“Santri kang durung biso moco lan nulis kudu sekolah” (Santri
yang belum bisa membaca dan menulis harus sekolah), maka
berdirilah Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien (MHM). Metode
ini hingga sekarang masih dipertahankan dan terus mengadopsi
metode baru yang lebih efektif dan inovatif sesuai
perkembangan zaman.
33
Berkat usaha KH. Abdulloh Jauhari (ayahanda Gus
Makshum) bersama Kiai Kholil (Ketua PP. Lirboyo saat itu)
dari Melikan, Kediri, yang mengajak Kiai Faqih Asy’ari
(alumni PP. Tebuireng yang tahu banyak tentang sistem
pendidikan klasikal) dari Sumbersari, Pare, Kediri, maka
MHM berdiri kembali pada bulan Muharram 1353 H./ 1933
M. Waktu itu, untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, 44
orang siswa yang tedaftar di MHM setiap bulannya dikenai
sumbangan sebesar 5 Sen. Sumbangan ini dikoordinir langsung
oleh Agus Abdul Qodir dari Banyakan, Kediri.
34
menyelesaikan pelajarannya walaupun hanya 18 siswa.
Keadaan ini sangat dimaklumi karena pada masa penjajahan
Belanda semua pendidikan diawasi oleh penjajah secara ketat,
apalagi pendidikan di pondok pesantren. Terlebih setelah
penjajah Belanda digantikan oleh Jepang, keadaan ekonomi
Indonesia semakin tak menentu. Hal ini berdampak terhadap
perkembangan MHM. Waktu sekolah yang tadinya malam
diganti siang, karena waktu itu bahan bakar untuk penerangan
sangat sulit didapatkan, dan kalaupun ada harganya teramat
mahal. Jumlah siswa yang pada masa penjajah Belanda
mencapai 350 siswa, menjadi hanya 150 saja pada masa penjajah
Jepang. Setelah Jepang hengkang, kondisi itu tetap
berlangsung, bahkan pernah hanya 5 siswa yang bisa tamat
belajar di MHM.
35
KH. Zamroji (yang pada waktu itu menjadi guru kelas terakhir
tingkat Tsanawiyah) untuk mendirikan tingkatan Mu’allimin
(setingkat Aliyah),
KH. Abdul Karim
menyetujui gagasan
tersebut. Sedangkan
materi yang diajarkan
pada tingkatan
Mu’allimin tersebut
adalah Fathul Wahab, Uqudul Juman, Jam’ul Jawami’, dan
lain-lain.
36
ditambah fan ilmu Tafsir, Hadis, Falak, ‘Arudl. Semua usulan
itu disepakati dan diberlakukan di MHM.
37
Tingkatan SP ini terdiri dari dua kelas, SP I dan II. SP I
(dengan materi pelajaran ‘Awamil Jurjani, Tanwirul Hija dan
lainnya) dilaksanakan pagi hari dan diproyeksikan untuk siswa
yang akan masuk di kelas II atau III Ibtidaiyah. Sedangkan SP
II (dengan materi pelajaran al-Ajurumiyah, Qa’idah Sharfiyah,
al-Amtsilatut Tashrifiyah dan lainnya) dilaksanakan pagi hari
atau malam hari dengan mempertimbangkan kelas dan gedung
yang tersedia. SP II ini diproyeksikan untuk siswa yang akan
masuk di kelas IV Ibtidaiyah. Akan tetapi pada perkembangan
selanjutnya, di kelas ini banyak siswa yang karena pernah
belajar di pesantren lain dan ingin meneruskan pendidikannya
di MHM, akhirnya masuk ke kelas I Tsanawiyah atau Aliyah
melalui tes.
38
shalat dan mufassholat mulai surat an-Nas sampai surat al-‘Ala,
serta hafalan nadzom ‘Uqudul Juman sebanyak 350 bait.
39
Gedung al-Ihsan
Dibangun secara
bertahap mulai tahun
1972-1977 M. Memiliki
tiga lantai; lantai dasar
dan lantai dua memiliki
enam ruang kelas,
sedangkan lantai tiga merupakan auditorium (lantai dua dan
tiga gedung ini menggunakan kayu jati). Namun seiring
perkembangan jumlah santri yang kian bertambah, lantai tiga
ini digunakan sebagai ruang kelas. Gedung yang merupakan
salah satu “cagar budaya” Lirboyo ini merupakan saksi bisu bagi
setiap tamatan MHM.
40
ruangan; lantai satu dan dua digunakan untuk 4 kantor, 1 lab
komputer, dan 17 ruangan untuk asrama santri. Untuk lantai
tiga yang terdiri 6 ruang, digunakan sebagai tempat kegiatan
belajar mengajar. Sedangkan al-Itihad II dibangun tahun 1992
M. dengan kapasitas 12 ruang kelas dan diresmikan oleh
Menteri Agama RI, Prof. DR. Quraisy Shihab tanggal 08 Mei
1998.
Gedung al-Ikhlas
Gedung yang
berdampingan dengan
Blok R ini dibangun
tahun 1993, mempunyai
tiga lantai dan
berkapasitas 18 ruang
kelas. Selain berfungsi sebagai kegiatan belajar mengajar,
gedung ini sering digunakan untuk baths al-Masâîl HP
(Himpunan Pelajar) yang belum mempunyai auditorium
sendiri. Berbagai daerah yang belum memiliki ruang
41
pertemuan sendiri juga melaksanakan Jamiyyah wilayah di
gedung ini.
Gedung al-Muhafadzoh
Gedung ini
dibangun pada tahun
1994, didesain tanpa sekat
dan berkapasitas
menampung 500 orang.
Awal dari fungsi gedung
ini untuk kegiatan lalaran
rutinan (muhafadzoh
mingguan). Gedung ini
juga berfungsi sebagai pusat kegiatan Jam’iyyah atau seminar
para santri. Tepatnya pada tahun 2002, gedung ini disekat
menjadi 6 ruang kelas. Selain kedua fungsi di atas, mulai tahun
2005, gedung ini juga berfungsi sebagai tempat belajar
mengajar siswa tingkat I’dadiyyah I dan II pada siang hari.
42
Gedung an-Nahdloh
Gedung ini
mulai dibangun
tahun 1998,
pembangunannya
dengan sistem
bertahap, gedung
ini berkapasitas 29
lokal. Lantai satu paling utara digunakan sebagai kantor pusat
M3HM. Dua lokal Lantai dua sebelah utara digunakan sebagai
kantor pusat kelas dua dan tiga Aliyah. 7 lokal lantai dua
digunakan sebagai aula yang berfungsi sebagai tempat
digelarnya Muhafadhah Akhîr as-Sanah. Dikarenakan
lokasinya berdekatan dengan Aula al-Muktamar, gedung ini
sering digunakan sebagai penginapan peserta yang menghadiri
acara di aula seperti pada saat muktamar NU XXX tahun 1999,
Munas Himasal, Reuni Akbar Himasal tahun 2004 dan
MQKN II pada tahun 2006.
43
MAJELIS MUSYAWARAH MADRASAH HIDAYATUL
MUBTADI-IEN (M3HM)
44
Keberadaan M3HM sebenarnya sudah dirintis sejak tahun
1947 M. oleh KH. Zamroji dari Kencong, Pare, Kediri. Pada
awalnya, peserta yang mengikuti musyawarah tak kurang dari
90 orang. Kemudian MHM mewajibkan siswanya yang
berdomisili di pondok untuk mengikutinya, dan ternyata bisa
berjalan lancar sampai sekarang.
45
Pada awal berdirinya, PPHM belum mempunyai arah dan
tugas yang pasti. Sementara itu musyawarah yang telah berjalan
saat itu belum ada wadah yang menanganinya. Akhirnya,
pengelolaanya diberikan kepada PPHM. Pada tahun 1958 M.
organisasi ini mengubah namanya menjadi Majelis
Musyawarah Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien (M3HM) yang
kala itu diketuai oleh Abdul Ghoni Ali dari Pasuruan. Mulai
tahun ini pula kepengurusan sudah tidak lagi merangkap
mengajar di MHM, namun dipegang oleh siswa anggota
musyawarah dengan bimbingan pengajar yang terkumpul
dalam dalam Dewan Pengurus M3HM. Dalam perkembangan
selanjutnya, M3HM membawahi Pengurus Pusat Kelas (PPK)
dan Pengurus Lokal Kelas (PLK).
46
nahdliyyah dan penataran keroisan. Dalam seminar jam’iyah
nahdliyyah M3HM mendatangkan tutor-tutor handal dan
berpengalaman. Tema yang diangkat pun bukan hanya khusus
tema-tema keagamaan, namun juga masalah sosial
kemasyarakatan, diantaranya manajemen organisasi,
leadership, politik, ke-NU-an, dan lain-lain. Fungsi pokok
kegiatan ini adalah sebagai media pembekalan bagi santri agar
kelak lebih siap ketika bermasyarakat. Kegiatan ini sempat
ditiadakan tahun 2005 karena berbagai pertimbangan,
kemudian atas intruksi dari KH. Ahmad Idris Marzuqi kegiatan
ini diagendakan kembali satu kali dalam setahun.
47
SEKILAS MAJALAH DINDING LIRBOYO
48
Kediri. Dalam pameran yang bertempat di alun-alun Kediri,
Lirboyo menampilkan berbagai macam karya. Termasuk
membuat majalah dinding, meskipun waktu itu di dalam
pondok sendiri belum ada. Baru seusai pameran, gagasan
membuat majalah dinding muncul di benak para santri.
49
Akhirnya perjuangan Kang Fadloli membuahkan hasil.
Dengan dukungan Bapak Marwan Masyhudi, Mudier (kepala)
Madrasah Lirboyo saat itu, gagasannya mendapat lampu hijau,
walau secara resmi belum mendapat surat izin penerbitan.
50
HIDAYAH mengalami kemajuan dari segi tampilan pada
periode 1988-1989. Naskah aman dari corat coret, karena
periode ini papan HIDAYAH ditutupi kaca. HIDAYAH juga
mencatat prestasi menjadi juara IV dan juara favorit dalam
Lomba Koran Dinding se Jawa Timur di Surabaya yang
diselenggarakan harian Jawa Pos, Majalah Nona dan Majalah
Kartini.
51
Diusianya yang ke dua puluh lima, HIDAYAH memang
minim dalam hal prestasi. Namun bukan berarti sepi dari
perkembangan. Prestasi kurang karena memang beberapa
tahun belakangan, jarang diadakan lomba koran dinding yang
searah dengan HIDAYAH. Yang lebih mementingkan isi
dengan tampilan seadanya. Tahun 2000-an, media-media
yang dulu sering menjadi penyelenggara lomba koran dinding
dengan penekanan kreatifitas tulisan, beralih menekankan pada
tampilan. Misalnya Jawa Pos. Jika dulu, HIDAYAH bisa unjuk
kebolehan didepan jurnalis-jurnalis senior, sekarang tidak lagi.
Karena lombanya pada keunikan tampilan, bukan pada tulisan.
Yang tentunya memakan biaya lebih. Namun demikian, di
Lirboyo sendiri HIDAYAH tidak sepi dari perkembangan.
52
LAJNAH BAHTSUL MASAIL PONDOK PESANTREN
LIRBOYO (LBM P2L)
53
Tujuan pembentukan lembaga ini adalah karena
memandang; Pertama, bahtsul masail bisa dijadikan sebagai
mediator dalam rangka mensosialisasikan gagasan-gagasan baru
pemahaman ajaran Islam kepada masyarakat.
54
standar kitab Sulam At-taufîq dan Fathul Qarib yang dibagi
dalam tiga tingkatan; tingkat Ula, Wustho dan Ulya.
Metodenya, pertama, siswa membaca materi kitab sesuai
dengan tingkatannya dan disimak oleh pembimbing, kemudian
pembimbing mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar
Nahwu dan Shorof sesuai dengan standar kitab Nahwu dan
Shorof yang diajarkan di kelasnya. Khusus untuk tingkat Ulya,
terkadang pembimbing juga memberikan pertanyaan yang
berkaitan dengan penjelasan materi yang dibaca. Masing-
masing tingkatan diselesaikan dalam waktu empat bulan,
itupun kalau siswa lulus dalam ujian evaluasi kenaikan
tingkatan.
55
Musyawarah di Pesantren Lirboyo terbagi dalam dua
tingkatan. Pertama, Musyawarah Fathul Qarib dan kedua
Musyawarah Al-Mahalli. Pada mulanya musyawarah dibagi ke
dalam tiga tingkatan, yakni Musyawarah Fathul Qarib,
Musyawarah Fathul Mu’in, Musyawarah Muhadzab dan
Musyawarah Fathul Wahhab, kemudian karena
pertimbangan-pertimbangan praktis dirubah menjadi
Musyawarah Fathul Qarib dan Musyawarah Al-Mahlli.
56
dengan catatan bahwa referensi-referensi yang dijadikan
rujukan masih berada dalam satu level.
57
berkisar pada pemahaman redaksional keterangan dalam kitab
kuning saja dan santri tidak diharuskan mampu mendiskusikan
materi berdasarkan teori dan prinsip-prinsip fikih secara
metodologis.
58
pertanyaan-pertanyaan metodologis yang diangkat dari materi
atau bab yang sedang dimusyawarahkan.
59
menggunakan kitab al-Mahalli dengan menitikberatkan
khilafiyyah pada Imam Ibu Hajar al-Haitamiy, Imam Ramli
Shoghir, Imam Khothib as-Syirbiniy, Imam Zakariya al-
Anshori. Dalam prakteknya seringkali juga muncul pendapat
yang berbeda dari ulama lain seperti Imam Ramli Kabir, Imam
Syabramalisiy, Imam Zayadi, Imam Ibnu Qasim al-Abbadiy,
dan lain-lain.
60
Bahtsul masail umum juga bisa dikatakan bahtsul masail
tingkat lokal, karena hanya diikuti oleh intern santri Lirboyo
sendiri. Pelaksanaan bahtsul masail tingkat lokal ini
diselenggarakan satu kali dalam seminggu, yakni setiap malam
Selasa. Bahtsul masa`il ini diselenggarakan oleh Pengurus LBM
P2L dan siswa tingkat Tsanawiyah dan Aliyah secara bergilir.
Umumnya dalam setahun setiap kelas mendapat giliran
menyelenggarakan bahtsul masa`il sebanyak tiga kali. Dua kali
yang pertama hanya diikuti peserta dari kelas yang
menyelenggarakan bahtsul masa`il. Untuk penyelenggaraan
bahtsul masa`il ketiga, mengundang kelas lain, jam’iyah dan
pondok-pondok unit (HMC, HMA, HMP, HY & DS).
61
Mekanisme penjaringan pertanyaan dalam bahtsul masa`il
ini berasal dari peserta (mubahitsin) sendiri. Dan dianjurkan
persoalan yang diajukan merupakan persoalan yang aktual.
Setelah seluruh persoalan terkumpul, selanjutnya Pengurus
LBM P2L akan menyeleksi untuk menentukan as’ilah yang
layak untuk didiskusikan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari overlaping (tumpang tindih). Sebab, jika tidak
diseleksi, ada kemungkinan persoalan yang diusulkan
sebenarnya sudah pernah dibahas pada bahtsul masail di waktu-
waktu sebelumnya. Di samping itu, yang demikian juga untuk
mengukur tingkat kesulitan persoalan yang diusulkan. Karena,
kalau terlalu sulit, hal itu hanya akan menjadi kontra produktif
(mauqûf).
62
Adapun persoalan yang dikaji dalam bahtsul masail ini
merupakan hasil inventarisasi dari peserta bahstul masail
sendiri, dan terkadang persoalan yang dikaji juga didapat dari
usulan masyarakat luas. Bahkan tak jarang tema yang diangkat
adalah isu-isu berskala nasional. Dan dalam konteks ini, LBM
P2L bertindak sebagai pihak pelaksana.
63
Diluar ketiga program utama di atas, LBM P2L juga
memiliki kesibukan lain. Seperti menghadiri undangan bahtsul
masa`il dari luar Lirboyo, pembuatan karya ilmiah, mengasuh
rubrik dalam website dan majalah, menjadi narasumber televisi
lokal, radio, seminar dan diskusi-diskusi ilmiah lainnya.
http://lbm.lirboyo.net/.
64
Romo Yai memerintahkan pada mereka untuk membuat
kegiatan semacam Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kegiatan ini
diadakan di desa-desa kawasan Kediri yang masih sangat
membutuhkan pembinaan tentang pengetahuan agama. Selain
untuk memberikan pengetahuan terhadap masyarakat,
diharapkan juga bisa melatih dan menambah kesiapan santri
jika kelak terjun dimasyarakat mereka masing masing.
65
Ramadhan. Alokasi waktu pertemuan yang sangat singkat itu
dimanfaatkan sebaik mungkin oleh para santri Mutakhorijin
2002 asal kediri ini. Dan mereka hanya berniatan lii'la'
kalimatillah dengan mengharap ridho dari Allah SWT.
66
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA
67
memperkenalkan kepada para santrinya tentang pengetahuan
umum lewat berbagai kegiatan ekstrakulikuler, yang meliputi
ilmu bahasa Inggris dan bahasa Arab yang dikemas dalam
program Lirboyo English Cours dan jurnalistik Kegiatan ini
diadakan di laboratorium bahasa yang terletak di dekat aula Al
Muktamar. Dengan demikian kemahiran dalam
berkomunikasi teramat dibutuhkan, baik komunikasi lokal
maupun interlokal.
68
LAJNAH FALAKIYAH
69
perkembanganya, tim Lajnah Falakiyah yang ternyata sangat
dibutuhkan oleh masyarakat seperti halnya penentuan jadwal
shalat, petunjuk awal bulan dan penentuan arah kiblat, serta
kursus dan konsultasi ilmu Falak. Melihat begitu banyak tugas
yang di bebankan, maka berdasarkan kebijakan BPK P2L
memutuskan adanya penambahan anggota baru yakni H. Saiful
Islam (kediri) dan Asmuji (Kras Kediri).
PENGAJIAN AL HIKAM
70
kuning saja, namun juga diselingi dengan pengkajian politik,
berita-berita terkini bahkan terkadang juga ada akad nikah.
Pondok pesantren
adalah bentuk lembaga
pendidikan tertua di
Indonesia yang tetap
berdiri tegak hingga kini.
Pondok pesantren
ternyata sangat efektif
untuk mengembangkan
dan mempertahankan
ajaran Ahli Sunnah wal Jama'ah sekaligus mencetak ulama'-
71
ulama'nya. Oleh karena itu pondok pesantren harus
ditumbuhkembangkan dan diangkat, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Untuk tercapainya tujuan tersebut, sangat erat
kaitannya kepada ulama' pondok pesantren yang selalu bersatu
padu memperkokoh tali silaturrahim, banyak bermusyawarah,
saling tolong menolong, bantu membantu baik yang bersifat
pribadi maupun organisasi yang dibentuk para alumninya.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka para alumni Pondok
Pesantren Lirboyo dengan penuh kesadaran dan tawakkal
membentuk organisasi dengan nama Himpunan Alumni Santri
Lirboyo (HIMASAL).
72
kebijakan organisasi alumni. Dewan Penasehat bertugas
memberi nasehat kepada Dewan Pembina dan Dewan
Pimpinan baik diminta maupun tidak. Sedangkan Dewan
Pimpinan merupakan pelaksana seluruh kegiatan organisasi
alumni. Keberadaan Dewan Pembina hanya berada di pusat,
sedangkan Dewan Penasehat terdiri sesepuh alumni sebanyak
sesuai dengan kebutuhan.
73
tepatnya tanggal 17-19 Juli HIMASAL melaksanakan
MUNAS yang pertama kalinya. Sedangkan yang kedua
bertepatan dengan peringatan Satu Abad Lirboyo pada tanggal
17 Juli 2010.
SUMUR TUA
74
berdirinya Pon.Pes Lirboyo merupakan barang kuno atau situs
sejarah. Salah satu diantaranya yaitu Sumur Tua.
75
mengambil air dari Sumur Tua ini hanya untuk sekedar
tabarrukan.
76
Sehingga tidak terjadi masalah seperti yang sudah pernah terjadi
di beberapa daerah.
77
Menyusul kemudian KH.An'im Falahuddin Mahrus, KH.
Abdul Kholiq Ridlwan, KH. Atho'illah Sholahuddin Anwar
(Pengasuh PPHMA) dan terakhir KH Ma'ruf Zainuddin
(pengasuh PPST Ar-Risalah). Setelah itu semua yang hadir
dalam acara beramah tamah bersama di tempat acara.
78
dahulu kita sering berebut air di Pancuran Seribu, bermain air
hujan, takbir keliling dengan beragam busana dan kreasi saat
idul adha, nonton bola final liga champions dan piala dunia di
lapangan aula Al-Muktamar, nonton tv bareng saat liburan di
depan gedung Al-Ittihad, dan lain-lain.
79
PONDOK PESANTREN UNIT LIRBOYO
80
Pada tahun 1956, santri yang bermukim bertambah
menjadi 20 orang, sehingga kamar yang semula dibangun tidak
cukup untuk menampung santri yang bermukim. Maka
dibangunlah kamar 02,03 dan 04 (sekarang menjadi bagian dari
jamiyyah as-Saidiyyah) dan kemudian dikenal dengan nama
HM. Pada tahun 1958 nama daerah HM ini dirubah menjadi
HP HM (Himpunan Pelajar yang berada di majlis ta'lim H.
Mahrus), Sementara masalah keorganisasian, kepengurusan
dan tata administrasi lainnya, masih mengikuti pada
kebijaksanaan pondok Induk.
81
kepengurusannya ditentukan oleh pondok pesantren HM. Saat
itu pula, KH. Mahrus Aly mengumumkan kepada para santri
bahwa Musholla HM beralih status menjadi Masjid yang bisa
digunakan untuk i'tikaf, meskipun bukan masjid jami' untuk
melaksanakan jamaah sholat jumat.
82
PONDOK PESANTREN HAJI YA'QUB (PPHY)
83
terbukti mampu menangani persoalan keamanan di Lirboyo.
Dengan bantuan adik iparnya itu, Mbah Kiai Abdul Karim
merasa lebih tenteram dalam aktititas dakwahnya. Maka tak
heran jika kemudian hari, di setiap kali Mbah Kiai Abdul
Karim membacakan kitab bersama para santri; KH Ya'qub
selalu berada didekatnya.
84
Nurul Mubin (Mojokerto). Perjalanan sejarah berikutnya
adalah dirintisnya Musyawarah Fathal Qorib di tahun 1992
oleh Ust. Lutfi.
85
Seiring meningkatnya jumlah santri, pengembangan
dalam diri PPHY pun meningkat dengan tambahnya beberapa
fasilitas yang ada diantaranya: musholla, asrama santri, kantor
pendidikan, kantor keamanan sebagai tempat perizinan para
santri, kantor PLP, ruang tamu berlantal dua lengkap dengan
MCK untuk tamu, kantor madrasah serta MCK santri yang
pada awal tahun 2009 lalu telah selesai dibangun, MCK untuk
santri ini merupakan sebuah program kerjama dengan
SANIMAS (Sanitasi Oleh Masyarakat) Terdiri dari 12 ruangan
yang menghasilkan Biogas yang dimanfaatkan oleh santri untuk
memasak.
86
jum'at sore, pencak silat pagar nusa aliran cimande, rebana,
sorogan kitab, bandongan/kilatan, LBM & MGS.
Kebutuhan
akan pendidikan
tidak memandang
kelompok. Maka
wajar jika KH.
Mahrus Aly (alm)
mengutarakan
pemikiran ini kepada putri beliau yakni Ibu Nyai H Ummi
Kultsum, istri KH. M. Anwar Manshur, untuk mendirikan
sebuah pondok pesaantren putri. Semula beliau merasa ragu
untuk melangkah, namun setelah kembali berfikir dan melihat
begitu dibutuhkannya pendidikan agama untuk wanita.
Akhirnya tepat pada tanggal 15 September 1985 M/01
Muharram 1406 H. Memantapkan hati untuk mendirikan
Pondok Pesantren Putri Hidayatul Mubtadi-aat (P3HM).
87
Diawali dengan datangnya dua orang santri putri yakni
Kholifah (asal Jakarta), Nur Hayati (asal Karawang) dan para
khodimah keluarga Pondok Pesantren Lirboyo. Mereka
mengaji sorogan langsung kepada Ibu Nyai Hj. Ummi
Kultsum yang dibantu oleh Ibu Nyai Hj. Siti Sa'adah (istri KH
Habibulloh Zaini). Ketika jumlah santri sekitar 15 orang,
sistem belajar yang dipakai P3HM ditingkatkan dengan
menggunakan kurikulum sistem Madrasah. Meski metodenya
berubah, namun pengajian kitab-kitab kuning dengan sistem
sorogan di luar jam sekolah tetap digelar Sistem Pendidikan
Madrasah ini secara formal diterapkan mulai tahun ajaran
1987-1988 M./1407-1408 H. dengan nama MHM,
selanjutnya pada tahun 1418 H. dirubah menjadi Madrasah
Putri Hidayatul Mubtadi-aat (MPHM). Jenjang pendidikan di
MPHM adalah I'dadiyah (terbentuk di tahun ajaran 1993-1994
M.), Ibtidaiyah dan Tsanawiyah. Mendung bergelayut, Sang
pengasuh, Ibu Nyat H Ummi Kultsum berpulang ke
rahmatulah pada 27 Maret 1997. Namun meski demikian,
tidak menyurutkan himmah para santri putri untuk terus giat
belajar. Terbukti, terhitung sejak tahun 2002 hingga saat ini,
88
santri P3HM tercatat meraih 36 prestasi dari berbagai macam
lomba baik skala lokal maupun nasional.
P3TQ adalah
sebuah nama yang
merefleksikan
identitas dan ciri
khas pondok ini
yaitu pondok yang
mengkolaborasikan antara pengajian AI-Qur'an baik secara
tahfizh maupun qiro-at dengan berbagai kajian kitab-kitab
89
kuning karya ulama' Salafus Sholeh yang dipelajari para santri
secara terorganisir sesuai dengan kurikulum madrasah dan telah
disahkan oleh Ramo Yai pada saat sidang paripurna.
90
Untuk meningkatkan kualitas keilmuan para santri, KH
Ahmad Idris Marzuqi memberikan instruksi pada salah satu
khodim beliau yaitu Bapak Azizi Chasbulloh dari Malang,
untuk memberikan pengajian sekedarnya. Perintah inilah yang
menjadi cikal bakal berdirinya Madrasah Hidayatul Mubtadi-
aat Fittahfizhi Wal Qiro-at (MHMTQ) yang diresmikan pada
tahun 1992. Dan semenjak tahun 2005 hingga kini MHMTQ
memiliki tiga jenjang pendidikan bertingkat, yakni
Ibtidaiyyah, Tsanawiyah dan Aliyyah. Selain itu, untuk
mengasah kematangan para siswi dalam penguasaan materi.
Selain edukasi di dalam kelas, dibentuklah M3HMTQ, sebuah
organisasi siswi intra sekolah yang khusus menangani sorogan
kitab kosongan, setoran nazhom, Musyawaroh dan Bahtsul
Masa-il. Sebagai pelengkap kesiapan santri untuk terjun dan
berkiprah di masyarakat P3TQ melengkapi kegiatannya
dengan Extrakurikuler, diantaran kegiatan seni baca al-Qur'an,
Jam'iyyah Sholawat Dibaiyyah, Sholawat Barzanjiyah,
Jam'iyyah Burdah, Manaqibiyah (baca dan Syi'ir ),
Khithobiyah, syarhil qur'an, Tata Busana dan pada tahun 1998
dibentuklah Lajnah Pengembangan Bahasa Arab (LPBA) serta
pada tahun 2006 terbentuk Lajnah Pengembangan Bahasa
91
Inggris (LPBI) atas titah Romo Yai supaya para santri
membiasakan berbicara dengan bahasa Arab dan bahasa Inggris
dalam kesehariannya.
92
Sekretariat P3TQ, Kantor Sekretariat MHMTQ, 11 Lokal
Kelas, Aula, Ruang Sambangan, Mushola, Ruang Kebersihan
dan 44 Kamar Mandi, Wartel dengan 2 KBU Dan Ruang
Keputrian yang dilengkapi dengan mesin jahit dan mesin obras.
Dan Tepat pada tanggal 28 april 2012 oleh Al-Habib Umar Bin
Hafizh dari Yaman dalam kunjungan multaqo beliau ke
Indonesia meresmikan gedung lantai II yang saat ini
dipergunakan sebagai pusat aktifitas pondok dan madrasah.
Kini, pada tahun 2014 jumlah santri P3TQ telah mencapai 618
santri, yang meliputi 466 santri bertempat di P3TQ Barat
(Santri Ibtidaiyah serta Tsanawiyah) dan 152 santri di P3TQ
Timur.
93
1986 M. yang berawal dari permintaan anak-anak kampung
sekitar untuk mengaji kepada beliau. Pada waktu itu belum ada
sarana bermukim
santri yang
memadai, akhirnya
KH. Mahrus Aly
(Ayahanda KH.
Abdulloh
Kafabihi)
mengamanatkan
untuk memperluas dan memperbaiki bentuk fisik bangunan
yang ada, sebagai antisipasi penambahan santri selanjutmya,
Sejalan dengan itu datanglah 2 santri dari Ciledug dan Cirebon
Jawa Barat luar daerah. Seiring berjalannya waktu, seorang
santri tegal gubug cirebon yang mulanya ingin menuntut limu
kepada KH mubasyir Mundzir (PP Maunah sari Kediri) namun
berkat saran dari ibu nyai Hj. Umi Kultsum (kakanda KH.
Abdulloh Kafaabihi Mahrus) akhirnya santri tersebut mengaji
pada lbu yai Hj. Azzah Nur Laila. Selang beberapa waktu
kemudian datang lagi dua orang santri dari Ponorogo dan
Ngawi, Dan Santri tersebut sementara ditempatkan di
94
musholla peninggalan Ibu Nyai Hj. Zainab Abdul Karim (Istri
KH. Mahrus Aly) dikarenakan asrama tersebut belum selesai
dibangun.
95
Khithobiyah, Diba'iyyah. Praktek Ubudiyah, dan Majalah
Dinding ar-Rabiet.
96
PONDOK PESANTREN HM PUTRA ALMAHRUSIYYAH
97
mahasiswa makin lama makin menurun dalam hal ilmu agama
dan banyak sekali Mahasiswa yang tercecer di kos-kosan.
Hingga akhirnya pada tahun 1986 beliau membuat
gotakan/loker di ndalem Timur dengan 6 kamar digunakan
untuk menampung 36 santri, Gedung itu bernama gedung
AlFatah" (sekarang ditempati santri Putri) yang diresmikan pada
tanggal 1 Agustus 1988/10 syawal 1408 H. Dan semenjak
inilah, Pesantren ini resmi menjadi bagian dari Ponpes Lirboyo
dengan nama PP Ibnu Rusydi (nama kecil KH Mahrus Aly).
98
Madrasah Tsanawiyah HM Tribakti, TK Kusuma Mulia
Tribakti, koperasi Pondok Pesantren dan perpustakaan
Pondok Pesantren. Kini, PP HM Putra AL-Mahrusiyah tahun
ajaran 2013- 2014 M telah memiliki beragam sarana dan
prasarana, mulai puluhan lokal belajar, puluhan kamar huni
untuk 800-an santri, lapangan basket, voly sampai lapangan
tenis, yang ditunjang juga dengan berbagai kegiatan ekstra
kurikuler. Diantaranya Manaqib, Sab'ul Munjiyat, senam Way
Tang Kung dan Bela Diri (Pagar Nusa), Wushu, serta
Taekwondo.
99
Desember 2003 pesantren ini resmi membagi lokalnya (lokasi)
menjadi dua, yaitu: PP HM Patri Al Mahrusiyyah 1 (barat)
bertempat di JL KH. Abd. Karim No. 99 Lirboyo yang dihuni
sekitar 203 santri, dan PP. HM Putri Al-Mahrusiyyah 2
(selatan) berada di Jl. Penanggungan No. 44B yang dihuni
sekitar 106 santri (khusus siswi Madrasah Tsanawiyah). Dan
ditahun 2012 Tepatnya Bulan September di resmikan
penambahan Pondok Unit Al-Mahrusiyah yang bertempat di
belakang ndalem baru.
100
PP.HM Putri Al-Mahrusiyyah yang saat ini (tahun ajaran
2013-2014 M) mengalami kemajuan cukup pesat. Hal ini
dapat dilihat dari sarana penunjang dan faslitas kegiatan PPHM
Putri Al Mahrusiyyah yang lengkap, terdiri dari: Kantor Pusat
Administrasi, Ruang Kantor, Pelayanan Umum, Ruang
Guru/Asatidz, Aula, Koppontren, Perpustakaan, Asrama
Santri, Lapangan Olah Raga, Wartel, dan Rental komputer.
101
Manshur menugaskan putra beliau (KH Atho'illah
Sholahuddin) untuk menampung santri-santri dibawah umur.
Dalam rangka menindaklanjuti amanat tersebut, beliau KH.
Atho'illah Sholahuddin memberi instruksi kepada seluruh HP
(Himpunan Pelajar ) yang ada di bawah naungan Pondok
Pesantren Lirboyo untuk mendata dan sekaligus
mengumpulkan santri-santri di bawah umur di Ndalem KH
Atho'illah Sholahuddin.
102
Pondok pesantren ini. Dengan persetujuan K. Athoillah
Sholahuddin akhirnya HM ANTARA ( Hidayatul Mubtadi'in
Anak Tahap Remaja ) yang dipilih untuk menjadi nama
Pondok pesantren ini, juga karena Pondok pesantren ini berada
di antara PP HM Putra Al-Mahrusiyyah (KH Imam Yahya
Mahrus) dan PP. HM Ceria ( KH Abdulloh Kafabihi Mahrus
). Dan akhirnya pada tanggal 19 Mei 1996 M. pondok ini
diresmikan dengan nama "Pondok Pesantren HM Antara".
103
Pendidikan ekstrakulikuler, qiroah, dhiba' dan praktek
ubudiyyah). Sedangkan pendidikan sekolah Diniyah masih
bergabung dengan Madrasah Hidayatul Mubtadi-in [MHM].
PP HM Antara untuk tahun ajaran 2013-2014 M. telah
memiliki berbagai fasilitas penunjang kegiatan ± 154 orang
santri. Diantaranya; Musholla, 1 ruang Kantor 2 ruang Ruang
tamu/Kamar tamu, 22 Kamar santri, 10 ruang MCK, Tempat
Parkir, Kantin.
104
berada dilingkungan yang asri, nyaman dan damai dengan
pemandangan
pegunungan disisi
baratnya, atau
menurut versi yang
lain karena sang
pengasuh berasal
dari desa Salaman
Magelang Sehingga muncul nama Darussalam.
105
MCK, toko dan kantin, serta gedung Andalus letter L dengan
2 tingkat dan tengah 3 lantai.
106
putri yang ikut mengabdi kepada beliau hingga berjumlah
sekitar 60-an.
107
Seiring waktu, Santri PP Putra-Putri Al-Baqoroh terus
bertambah. Berdasarkan sensus pada taun ajaran 2013-2014 M
tercatat sekitar 150 Santri. Untuk menata kepengurusan pun di
perbaiki sampai menjadi lebih baik. Begitu pula dalam
managementnya di tata dengan exentatif. Yang awalnya
program program belum maksimal, hingga saat ini telah
berjalan sesuai dengan rencana dan baik.
108
lembaga pendidikan Pondok Pesantren Lirboyo yang khusus
membidangi Al-Qur'an.
109
Manan), Manaqibul Auliya'il Khomsin, mempelajari dan
menghafal mulai Surat Al-A'la - Surat An-Nas, Surat Yasin,
Al-Waqi'ah dan Bacaan-bacaan Ghorib. Ketiga tingkat Aliyah.
Waktunya kurang lebih satu tahun setengah, dengan materi:
Buku Mari Memakai Rosm Utsmany, sorogan al- Qur'an
mulai juz 1 - juz 30 dan menghafal Qishoris suwar.
110
MMQ dengan Akte Notaris Yondri Darto S.H No.196 tanggal
20 Juli 2004 ini, kini telah diikuti oleh lebih dari 4000 santri.
111
penting dan buku Persiapan Membaca Al Qur-an), Tingkat
Marhalah Ula,
(waktunya satu
tahun, dengan
materi; hafalan
juz 1-10 dan
buku Standar
Tajwid),
Tingkat
Marhalah Tsaniyyah, (waktunya satu tahun, dengan materi,
hafalan juz 11- 20 dan buku Tajwid Jazariyyah), Tingkat
Marhalah Tsalitsah, (selama satu tahun, dengan materi, hafalan
juz 21-30 dan buku Tajwid Jazariyyah), dan Tingkat Sab'atul
Qiro-at (ditempuh kurang lebih tiga tahun dan diperuntukkan
bagi santri yang telah mengkhatamkan al-Quran dihadapan
KH. Maftuh Basthul Birri). PPMQ kian hari makin
berkembang dan bertambah banyak santrinya. Untuk
menampung para santrinya, tahun 2005 dibangunlah bangun
baru di Dusun Sidomulyo Desa Kodran Kec. Semen yang
berjarak kurang lebih 3 km dari PP. Lirboyo yang saat ini
(tahun 2019) dihuni ± 650 santri, 300 diantaranya adalah santri
112
putri. Dan meskipun PPMQ Kodran adalah pesantren yang
fokus pada pengkajian al-Quran, di dalamnya juga terdapat
madrasah Diniyyah dengan menggunakan kitab standar
pondok Lirboyo yang digelar setiap hari mulai pukul 09.00
WIB.
Pondok
Pesantren Salafiy
Terpadu Ar-
Risalah didirikan
oleh KH M.
Ma'roef
Zainuddin
beserta istrinya,
Hj. Aina Ainaul Mardliyah Anwar, S.H.I, pada bulan Syawal
tahun 1416 H Tepatnya bulan Februari tahun 1995 M. Secara
geografis, Pondok Pesantren Salafiy Terpadu ar-Risalah
terletak di Desa Lirboyo Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri,
113
jawa Timur menempati satu komplek dengan Pondok
Pesantren Lirboyo.
114
Ustmani dan buku standar tajwid Pondok Pesantren Salafiy
Terpadu Ar-Risalah, yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas santri dalam membaca Al Qur'an dengan baik dan
benar sesuai dengan ilmu tajwid yang mu'tabar.
115
Pendidikan umum di Ar-Risalah secara kontinyu berhasil
mengirimkan siswanya study ke Negara Amerika Serikat mulai
th. 2007 M hingga saat ini. Mendelegasikan dua siswa dalam
program pertukaran pelajar dan budaya ke Negara Jepang. Dan
di samping itu prestasi akademik SMA Ar-Risalah sampai saat
ini selalu lulus 100 % dan menjadi sekolah swasta terbaik di
Kota Kediri.
Cabang ini
berawal dari
sebidang tanah
yang dibeli PP
Lirboyo yang
kemudian di
tahun 1989
didirikan sebuah musholla yang pembangunannya dikoordinir
oleh K. Mahrus Aly Manshur dari Kuningan, Kanigoro, Blitar.
Tahun 1991 K. Mahrus Aly Manshur diberi amanat dari
Pengasuh PP Lirboyo untuk mengasuh dan mengembangkan
116
PP Pagung, Di tahun ini pula -tepatnya Juli 1991- MHM
Pagung cabang Lirboyo berdiri.
117
umum, pembuatan KTK, penerbitan Majalah Dinding,
penataran M3HM dan kegiatan lainnya yang itu semua tidak
lain demi meningkatkan kualitas santri. Dan saat ini (2011), PP
Pagung dihuni oleh 164 santri dengan lebih dari 20 orang
pengajar.
118
Pondok Turen. Namun setelah dicoba sampai tiga kali,
pengajar yang ditempatkan disana selalu tidak betah. Sehingga
pada tahun-tahun selanjutnya bangunan itu kosong tanpa
berpenghuni.
119
untuk mengaji putri, dua kamar santri putri, lima kamar santri
putra, gudang, dan pagar tembok keliling. Dan di tahun 2011
ini, PP Lirboyo Cabang Turen Malang Jawa Timur dihuni
oleh 22 orang santri.
Awalnya
bermula dari
seorang
dermawan
yang tergugah
membantu
kebutuhan
masyarakat
dalam hal agama. Sebagai wujud kepeduliaannya, Hj
Tasminingsih binti Karto Thalib, penduduk asli desa
Sidomulyo Kecamatan Bakung Blitar (sebuah daerah di Blitar
yang pada era 80-an marak dengan misi kristenisasi yang
berkedok bantuan pada nelayan), mewakafkan tanah
120
peninggalan ibunya dan rumahnya seluas 20 x 50 m2 kepada
KH. Habibulloh Zaini untuk kepentingan dakwah.
121
INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI
122
1. Mengembangkan ilmu pengetahuan Islam Indonesia
1. Fakultas Syari'ah
2. Fakultas Tarbiyah
3.Fakultas Dakwah
123
Perubahan nama tersebut didasarkan pada keputusan
Menteri Agama RI. Nomor: 42 tahun 1988 tentang lembaga
Perguruan Tinggi Agama Swasta dan Surat Binbaga Islam di
Jakarta, Nomor: E.IlI/PP009/AZ/3041/88, tertanggal 25 Juli
1988 perihal perubahan nama PTAIS dengan PTAIN, baik
pembinaan yang terkait dengan aspek akademik maupun non
akademik. Kesamaan pola pembinaan IAIT Kediri dengan
IAIN yang cukup menonjol adalah dalam pembinaan
kurikulum dan jenis-jenis fakultas serta jurusannya. Kurikulum
Institut Agama Islam Tribakti (TAIT) Kediri harus mengikuti
kurikulum fakultas sejenis pada IAIN dengan tidak
mengabaikan ciri khas IAIT Kediri. Demikian pula jurusan-
jurusan pada fakultas di lingkungan IAIT Kediri mengambil
sebagian jurusan-jurusan pada fakultas sejenis dilingkungan
IAIN Pola pembinaan tersebut, pada dasarnya mengarahkan
agar IAIT Kediri tahap demi tahap memiliki bobot dan mutu
yang setara dengan IAIN, sehingga lulusan IAIT Kediri berhak
memperoleh penghargaan yang sama dengan lulusan IAIN.
Dengan demikian IAIT Kediri dapat melaksanakan tanggung
Jawabnya melalui peran sertanya dalam meneruskan,
mengembangkan serta mengamalkan ilmu pengetahuan agama
124
Islam dalam kerangka sistem pendidikan nasional. Usaha
pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah mencakup
bantuan, bimbingan dan penyantunan yang meliputi berbagai
kegiatan perencanaan, standarisasi, pengaturan dan perizinan
PTAIS baru, pengawasan, penilaian dan bantuan yang
dilaksanakan terhadap lembaga maupun program. Hal ini tidak
berarti mengurangi peran dan tanggung jawab IAIT Kediri
untuk berkembang dengan kekuatannya sendiri sesuai dengan
ciri khas IAIT Kediri.
125
KALAM HIKMAH MASYAYIKH LIRBOYO
126
- K.H Abdul Karim
127
tergoda perempuan. Kalau bisa bertahan dari dua hal ini
insyaallah selamat.
- K.H Mahrus Ali
128
- K.H Mahrus Ali
129
* Empat perkara untuk menjadi hamba Allah yang haqiqi
adalah adab, ilmu, sidqu, dan amanah.
- K.H Imam Yahya Mahrus
130
- K.H Ahmad Idris Marzuqi
131
- KH. Abdul Aziz Manshur
132
* Sebaik-baiknya orang itu, orang di ajak maling,
malingnya malah sadar. Sejelek-jeleknya orang, orang di ajak
maling malah ikut jadi maling. Jangan mudah terbawa zaman,
sekarang sudah tidak karuan. Jangan ikut-ikutan tidak karuan.
- K.H Anwar Manshur
133
* Yang serius belajarnya !!! Mumpung masih muda. Kalau
sudah tua pasti nambah repot, karena tidak ada orang tua yang
tidak repot.
- K.H Habibullah Zaini
134
واهدان احلسىن حبرمتهم# رب فانفعنا بربكتهم
ومعافاة من الفنت# وأمتنا ىف طريقتهم
Tuhanku berilah manfaat kepada kami dengan
barokah mereka, dan tunjukkan kepada kami
kebajikan dengan berkat kehormatan mereka.
وصلى هللا وسلم على سيدان حممد وعلى اله وصحبه أمجعني واحلمد هلل رب العاملني
135
136
137
138
139
140