Anda di halaman 1dari 39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Miftahul Ulum Lumajang

1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Miftahul Ulum Banyuputih

Kidul Lumajang

Pondok Pesantren Miftahul Ulum Banyuputih Kidul atau dikenal dengan

Pondok Banyuputih atau PPMU Bakid merupakan pesantren yang sudah

cukup tua di wilayah Kabupaten Lumajang. Secara legal formal pesantren ini

diresmikan pada tahun 1957 M. Tepat di utara jalan raya Surabaya-Jember,

jurusan Tanggul, pesantren ini mulai dirintis sejak 78 tahun yang silam.

Pesantren ini bermula dari sebuah majlis taklim yang dirintis oleh RKH

Sirajuddin bin Nasruddin bin Itsbat Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul

Ulum Bettet Pamekasan Madura. Pembentukan majlis taklim tersebut berawal

dari sebuah keprihatinan salah seorang alumni pesantren yang dikenal dengan

Kyai Zainal Abidin, melihat kondisi, tatanan sosial dan budaya masyarakat

Desa Banyuputih Kidul yang sangat jauh dari nilai-nilai ajaran Islam. Budaya

amoral, politheisme, tindak kriminal serta berbagai tindak kejahatan telah

menyelimuti dan memberi warna kelabu di Banyuputih tahun itu.1

Kyai yang lebih akrab dengan sebutan Kyai Haral ini adalah seorang

tuna netra yang terkenal kaya raya dengan sawah dan ladangnya yang sangat

luas. Melihat kondisi masyarakat di atas, Kyai Haral yang pernah menyantri

1
Laporan Dokumen Pesantren, 01 Januari 2019

49
50

di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Bettet Pamekasan Madura Mempunyai

keinginan untuk mendirikan majlis taklim dalam rangka membina moral dan

akhlak masyarakat sekitar yang sangat jauh dari norma-norma ajaran Islam.

Untuk mewujudkan keinginan mulia tersebut, Kyai Haral kemudian meminta

bantuan kepada salah satu ulama‟ yang juga guru beliau sendiri yaitu RKH.

Sirajuddin bin Nashruddin bin Itsbat. Menurut beberapa catatan, hal ini

terjadi sekitar tahun 1932 M/ 1354 H 13 tahun sebelum Indonesia merdeka.2

Sejak itulah RKH. Sirajuddin memulai membuka babak baru di Desa

Banyuputih Kidul. Beliau memulai kegiatan dakwahnya dengan melakukan

pendekatan-pendekatan dengan beberapa tokoh dan masyarakat sekitar.

Dalam menjalankan dakwahnya, beliau dengan penuh keikhlasan,

ketawaddluan dan tanpa kenal lelah, rela mendatangi satu rumah ke rumah

yang lain untuk menanamkan nilai-nilai tauhid dan ajaran Islam, sebagimana

yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika memulai dakwah

sirran-nya kepada keluarga, sahabat dan orang-orang dekatnya.

Sekitar tahun 1940 M, majlis taklim baru bisa didirikan setelah

melakukan akulturasi dengan masyarakat setempat. Majlis taklim ini diawali

dengan pemberian pemahaman ajaran Islam dan amalan praktis sehari-hari

(al-a‟mal al-yaumiah). Beberapa tahun kemudian, sekitar tahun 1944 M,

RKH. Sirajuddin dan Kyai Haral serta dibantu oleh masyarakat sekitar

berhasil membangun sebuah masjid sebagai sarana ibadah. Hari demi hari

fungsi masjid pun kian berkembang, bukan sekedar tempat ibadah tapi juga

2
Laporan Dokumen Pesantren, 01 Januari 2019.
51

sebagai sarana pendidikan, tempat memberi mauidzah hasanah dan pengajian.

Masyarakat pun mulai banyak berdatangan untuk belajar ilmu agama. Untuk

itulah, beberapa tahun kemudian pembangunan pun dilanjutkan dengan

pendirian madrasah diniah sebagai lembaga pendidikan agama.3

Seiring dengan bertambahnya waktu, santri pun kian bertambah banyak

sehingga memerlukan perhatian penuh dan membutuhkan tenaga pengajar

yang banyak pula. Untuk itu, RKH. Sirajuddin yang tidak bisa menetap di

Banyuputih karena mempunyai tugas dan kewajiban sebagai pengasuh di

pesantrennya, PP Miftahul Ulum Bettet Pamekasan mengutus Kyai Sufyan

Miftahul Arifin, salah satu santri seniornya sebagai guru tugas untuk

mengajar para santri dan masyarakat di Banyuputih. Setelah menyelesaikan

tugasnya, Kyai Sufyan menetap di Situbondo tepatnya di Desa Seletreng dan

merintis pesantren sendiri di sana, Pondok Pesantren Sumberbunga. Setelah

itu Kyai Sufyan diganti dengan guru tugas berikutnya yang juga santri senior

RKH. Sirajuddin, yaitu Kyai Sonhaji.

Di samping tugas mengajar, kedua tokoh tersebut juga mendapat tugas

khusus dari RKH. Sirajuddin untuk menjadi pengasuh sementara di

Banyuputih karena putra beliau Lora Zuhri bin Sirajuddin yang dipersiapkan

untuk menjadi pengasuh saat itu masih menempuh pendidikan di Pondok

Pesantren Sidogiri Pasuruan. Sehingga pada waktu itu, pesantren Banyuputih

belum resmi didirikan, karena belum ada pengasuh yang tinggal menetap di

pesantren. Tugas-tugas pengasuh (RKH. Sirajuddin) untuk sementara

3
Laporan Dokumen Pesantren, 01 Januari 2019.
52

digantikan oleh guru tugas. Baru pada tahun 1957, setelah RKH. Zuhri

menyelesaikan studinya di Pesantren Sidogiri dan kembali ke Banyuputih,

maka Pondok Pesantren Miftahul Ulum Banyuputih Kidul secara resmi

didirikan dengan ditandai piagam resmi dari pemerintah provinsi Jawa Timur.

Penamaan pesantren dengan nama “Miftahul Ulum” ini karena tafa‟ulan

watabarrukan (baca: mengharap berkah) dari pesantren leluhurnya, PP

Miftahul Ulum Bettet Pamekasan dan juga nama madrasah Miftahul Ulum PP

Sidogiri, pesantren almamater RKH. Zuhri.4

Dalam beberapa tahun kemudian, Pesantren Miftahul Ulum di bawah

asuhan RKH. Zuhri, semakin berkembang. Jumlah santri pun kian hari

semakin meningkat pesat dan santri dari berbagai daerah luar wilayah

Lumajang pun mulai berdatangan, sehingga membutuhkan penambahan

asrama santri yang semakin banyak pula.

Pembangunan asrama santri pun terus dilakukan dan dikembangkan.

Namun demikian, sarana dan bangunan fisik pondok santri saat itu masih

sangat sederhana dan jauh dari kemewahan. Asrama santri hanya berupa

gubuk bambu yang dibangun oleh santri sendiri. Konon, pernah ada beberapa

santri membangun asrama tembok (seperti asrama saat ini), namun ketika

KHR. Zuhri yang terkenal zuhud dan wira‟i mengetahui hal tersebut, Beliau

langsung memerintahkan santri-santri tersebut untuk membongkarnya. RKH.

Zuhri membimbing para santrinya untuk menerapkan hidup sederhana, zuhud

4
Laporan Dokumen Pesantren, 01 Janauari 2019.
53

dan tawakkal kepada Allah, menjauhi kemewahan hidup duniawi yang fana

ini serta selalu mendekatkan diri Kepada Allah SWT.

Hari berganti hari, bulan berganti demi bulan, tahun pun terus berganti,

selama 25 tahun, dengan penuh keteladanan dan kesabaran, RKH. Zuhri,

membimbing para santri untuk menjadi orang yang mutafaqqih fiddin serta

menjadi „Ibadallah As-Shalihin. Namun, seiring dengan semakin bertambah

waktu dan usia, tanpa disangka, RKH. Zuhri pun akhirnya dipanggil oleh Ar-

Rafiq Al-A‟la Dzat Yang Maha Kuasa. Menurut penuturan salah satu khadim-

nya, RKH. Zuhri wafat pada malam rabu tahun 1982 tepatnya pada bulan

Sya‟ban.

Setelah wafatnya RKH. Zuhri, estafet kepemimpinan PPMU kemudian

dilanjutkan oleh menantu beliau yang juga masih sepupu yaitu RKH. M.

Thayyib Rafi‟i dari Pamekasan. Kepemimpinan RKH. M. Thayyib ini

berlangsung selama 8 tahun, yaitu dari tahun 1982 sampai dengan 1990 M.

Walaupun demikian, banyak keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai

oleh RKH. M. Thayyib. Seiring dengan perkembangan dan tuntutan zaman

yang terus berkembang, PPMU mengalamai perkembangan yang signifikan,

pembangunan gedung madrasah pun terus dilakukan, asrama santri pun

perlahan-perlahan mulai dibangun dari tembok dan tidak lagi terbuat dari

gubuk bambu sebagaimana pada masa sebelumnya.

Periode kepemimpinan RKH. M. Thayyib inilah, lembaga pendidikan

yang ada di bawah naungan PPMU mulai dikembangkan, tidak hanya

meliputi pendidikan diniah saja, tetapi juga membuka pendidikan formal, dari
54

tingkat Ibtidaiah atau SD sampai tingkat Aliah atau SMA. Pada tahun 1983,

PPMU berhasil membuka dan mendirikan lembaga pendidikan formal

setingkat SLTP, yaitu MTs Miftahul Ulum. Setahun kemudian yaitu pada

tahun 1984 PPMU berhasil mendirikan MI Miftahul Ulum. Setelah berhasil

meluluskan siswa angkatan pertama dari MTs, maka untuk menampung

lulusannya, pada tahun 1986, PPMU kemudian mendirikan Madrasah Aliah

Miftahul Ulum. Di era kepemimpinan RKH. M. Thayyib ini pula, manajemen

pesantren mulai dibenahi, ditata dengan rapi dan profesional dengan

dibentuknya sebuah yayasan yang tidak hanya bergerak di bidang pendidikan

saja, tetapi juga bergerak di bidang sosial dan dakwah. Yayasan tersebut

kemudian diberi nama Yayasan Sosial, Pendidikan dan Dakwah Islamiah

Miftahul Ulum (YSPDI-MU) dengan Akte notaris H. Abdul Wahib Zaini,

SH. Nomor 01/BH/2010.5

Tahun 1990, RKH. M. Thayyib Rafi‟i menyerahkan kepemimpinan

PPMU kepada RKH. M. Husni Zuhri, putra bungsu RKH. Zuhri bin

Sirajuddin, yang telah selesai menempuh studinya di Makkah Al-

Mukarromah di bawah bimbingan tokoh Al-Allamah Hadratus Syaikh Isma‟il

bin Zain Al-Yamani. Kepemimpinan RKH. M. Husni Zuhri yang juga adik

iparnya, RKH. M. Thayyib merintis pendirian pesantren baru yang kemudian

dikenal dengan Pondok Pesantren “Bustanul Ulum” (PPBU) yang letaknya

tidak jauh dari PPMU, yaitu di Dusun Karang Baru Desa Banyuputih Kidul.

5
Laporan Dokumen Pesantren, 01 Januari 2019.
55

Sejak tahun 1990 hingga sekarang di bawah asuhan RKH. Husni Zuhri,

PPMU terus melakukan upaya-upaya pengembangan dan peningkatan.

Pembangunan fisik untuk penyediaan sarana dan prasarana pendidikan terus

dilakukan; laboratorium bahasa, laboratorium komputer, ruang aula

(workshoop), Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren). Di bawah asuhan RKH.

M. Husni Zuhri pula, PPMU berhasil membangun gedung madrasah baru

dengan kapasitas 12 lokal dan beberapa perkantoran. Bahkan pada tahun 2013

M kemaren berhasil mendirikan dan membuka Sekolah Tinggi Ilmu Syariah

(STIS), yang diresmikan oleh Syaikh Muhammad bin Ismail Az-Zain Al-

Yamani, tokoh ulama‟ dari Makkah Al-Mukarramah pada 07 Sya‟ban 1430

H.

Sejarah perjalanan panjang PPMU hingga kini, kepemimpinan PPMU

dapat dibagi menjadi 2 masa atau periode; yaitu masa rintisan dan masa pasca

diresmikan. Berikut adalah para masyayikh Pondok Pesantren Miftahul Ulum

dari sejak berdirinya sampai sekarang:6

a. Masa Rintisan (1932-1957)

1. RKH. Sirajuddin bin Nasruddin (1932-1944 M)

2. KH. Sufyan dan KH. Sonhaji (1944-1957 M)

b. Pasca PPMU Diresmikan (1957-sekarang)

1. RKH. Zuhri bin Sirajuddin (1957-1982 M)

2. RKH. M. Thayyib Rafi‟i (1982-1990 M)

3. RKH. M. Husni Zuhri (1990-sekarang)

6
Laporan Dokumen Pesantren, 01 Januari 2019.
56

2. Gambaran Umum Pelayanan Konsumsi Santri Putri di Pondok

Pesantren Miftahul Ulum Banyuputih Kidul Lumajang

Yayasan Pondok Pesantren Putri Miftahul Ulum Lumajang dengan

jumlah keseluruhan santri pada tahun ajaran 2018-2019 ±1999 santri.

Tentunya tidak memungkinkan jika mereka menyiapkan konsumsi sendiri,

maka dari itu Pondok Pesantren Putri Miftahul Ulum Lumajang menyiapkan

pelayanan konsumsi dapur umum, salah satunya tanak nasi dengan jumlah

tenaga kerja sembilan orang. Dimana dalam menanak nasi itu dengan dua

tahap yakni tahap pagi dan sore. Mereka akan menerima upah setiap satu

bulan sekali. Dan upah tersebut diperoleh dari hasil penjualan kartu catering

dengan harga satu kartu empat ribu rupiah. Berikut contoh rinciannya :

Tabel 1.2

CATATAN UANG KANTIN PUTRI

NO TANGGAL KETERANGAN PEMASUKAN PENGELUARAN SALDO

1. 01 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 246.000 246.000

2. Di terima dari 2.000.000 2.246.000

bendahara (1212 kartu)

3. Belanja lauk pauk 947..000 1.299.000

4. Belanja beras (175) 780.000 519.000

5. Belanja gas (8) 66.000 453.000

6. JUMLAH 453.000

7. 02 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 674.500 1.127.500


57

8.

9. Di terima dari 6.092.000 7.219.500

bendahara (1.523 kartu)

10. Belanja lauk pauk 1.665.500 5.554.000

11. Belanja beras (180) 1.755.000 3.799.000

12. Belanja gas (8) 132.000 3.667.000

13. JUMLAH 3.667.000

14. 03 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 408.000 4.075.000

15. Di terima dari 5.264.000 9.339.000

bendahara (1.316 kartu)

16. Belanja lauk pauk 3.424.000 5.915.000

17. Belanja beras (215) 2.096.000 3.819.000

18. Belanja gas (8) 132.000 3.686.500

19. JUMLAH 3.686.500

20. 04 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 687.000 4.373.500

21. Di terima dari 6.224.000 10.597.500

bendahara (1.556 kartu)

22. Belanja lauk pauk 1.493.000 9.104.500

23. Belanja beras (225) 2.194.000 6.910.500

24. Belanja gas (8) 132.000 6.778.500

25. JUMLAH

26. 05 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 514.000 7.292.500


58

27. Di terima dari 6.308.000 13.600.500

bendahara (1.557 kartu)

28. Belanja lauk pauk 1.096.500 2.504.000

29. Belanja beras (215) 2.096.000 408.000

30. Belanja gas (23) 379.500 10.028.500

31. JUMLAH

32. 06 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 597.500 10.626.000

33. Di terima dari 6.712.000 17.338.000

bendahara (1.678 kartu)

34. Belanja lauk pauk 3.117.000 14.221.000

35. Belanja beras (205) 1.999.000 12.222.000

36. Belanja gas (8) 132.000 12.090.000

37. JUMLAH

38. 07 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 536.000 12.626.000

39. Di terima dari 5.764.000 18.390.000

bendahara (1.441 kartu)

40. Belanja lauk pauk 16.440.000

41. Belanja beras (200) 1.950.000 14.490.000

42. Belanja gas (8) 148.500 13.605.500

43. 08 Maret 2019 JUMLAH

44. Pembelian Uang Tunai 211.500 13.817.000

45. Di terima dari 1.792.000 15.609.000


59

bendahara (448 kartu)

46. Belanja lauk pauk 857.500 14.751.500

47. Belanja beras (50) 487.500 14.264.000

48. Belanja gas (8) 49.500 14.214.500

49. JUMLAH

50. 10 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 671.500 14.886.000

51 Di terima dari 5.400.000 20.286.000

bendahara (1.350 kartu)

52. Belanja lauk pauk 2.046.500 18.239.500

53. Belanja beras (185) 1.804.000 16.435.500

54. Belanja gas (8) 132.000 16.303.500

55. JUMLAH

56. 11 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 744.000 17.047.500

57. Di terima dari 4.320.000 21.367.500

bendahara (1080 kartu)

58. Belanja lauk pauk 2.689.500 21.099.000

59. Belanja beras (170) 1.657.500 19.441.500

60. Belanja gas (7) 115.500 16.905.000

61. JUMLAH

62. 12 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 463.000 17.368.000

63. Di terima dari 5.008.000 22.376.000

bendahara (1.252 kartu)


60

64. Belanja lauk pauk 605.500 21.770.500

65. Belanja beras (170) 1.657.500 20.113.000

66. Belanja gas (7) 115.500 19.997.500

67. 13 Maret 2019 JUMLAH

68. Pembelian Uang Tunai 513.000 20.510.500

69. Di terima dari 4.908.000 25.418.500

bendahara (1.227 kartu)

70. Belanja lauk pauk 390.000 25.028.500

71. Belanja beras (145) 1.414.000 23.614.500

72. Belanja gas (7) 363.000 23.251.500

73. JUMLAH 23.251.500

74. 14 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 298.000 23.549.500

75. Di terima dari 5.716.000 29.265.500

bendahara (1.429 kartu)

76. Belanja lauk pauk 2.349.000 26.916.500

77. Belanja beras (200) 1.950.000 24.966.500

78 Belanja gas (8) 132.000 24.834.500

79. JUMLAH 24.834.500

80. 15 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 366.500 25.201.000

81. Di terima dari 5.524.000 30.725.000

bendahara (1.381 kartu)

82. Belanja lauk pauk 2.450.500 28.274.500


61

83. Belanja beras (200) 1.950.000 26.324.500

84. Belanja gas (8) 132.000 26.192.500

85. JUMLAH 26.192.500

86. 16 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 146.000 26.338.500

87. Di terima dari 1.636.000 27.974.500

bendahara (409 kartu)

88. Belanja lauk pauk 725.000 27.249.500

89. Belanja beras (75) 731.500 26.518.000

90. Belanja gas (4) 66.000 26.452.000

91. JUMLAH 26.452.000

92. 17 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 575.000 27.027.000

93. Di terima dari 5.352.000 32.379.000

bendahara (1.338 kartu)

94. Belanja lauk pauk 2.970.000 29.409.000

95. Belanja beras (175) 1.706.250 27.702.750

96. Belanja gas (7) 115.500 27.587.250

97. 18 Maret 2019 JUMLAH 27.587.250

98. Pembelian Uang Tunai 470.500 28.057.750

99. Di terima dari 4.040.000 32.097.750

bendahara (1.010 kartu)

100. Belanja lauk pauk 2.204.500 29.893.250

Belanja beras (150) 1.462.500 28.430.750


62

101. Belanja gas (7) 115.500 28.315.250

102. JUMLAH 28.315.250

103. 19 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 607.000 28.922.250

104. Di terima dari 5.308.000 34.230.250

bendahara (1.327 kartu)

105. Belanja lauk pauk 1.175.000 33.055.250

106. Belanja beras (175) 1.706.500 31.348.750

107. Belanja gas (8) 132.000 31.216.750

108. JUMLAH 31.216.750

109. 20 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 390.500 31.607.250

110. Di terima dari 5.032.000 36.639.250

bendahara (1.258 kartu)

111. Belanja lauk pauk 799.000 35.840.250

112. Belanja beras (175) 1.706.500 34.133.750

113. Belanja gas (24) 396.000 33.737.750

114. JUMLAH 33.737.750

115. 21 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 442.000 34.179.750

116. Di terima dari 5.756.000 39.935.750

bendahara (1.439 kartu)

117. Belanja lauk pauk 2.651.000 37.284.750

118. Belanja beras (175) 1.706.500 35.578.250

119. Belanja gas (7) 115.500 35.462.750


63

120. JUMLAH 35.462.750

121. 22 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 504.000 35.966.750

122. Di terima dari 5.028.000 40.994.750

bendahara (1.257 kartu)

123. Belanja lauk pauk 2.385.500 38.609.250

124. Belanja beras (150) 1.462.500 37.146.750

125. Belanja gas (7) 115.500 37.031.250

126. JUMLAH 37.031.250

127. 23 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 82.500 37.113.750

128. Di terima dari 1.200.000 38.313.750

bendahara (300 kartu)

129. Belanja lauk pauk 843.500 37.470.250

130. Belanja beras (65) 634.000 36.836.250

131. Belanja gas (3) 49.500 36.786.750

132. JUMLAH 36.786.750

133. 24 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 344.000 37.130.750

134. Di terima dari 4.328.000 41.458.750

bendahara (1.082 kartu)

135. Belanja lauk pauk 1.582.000 39876750

136. Belanja beras (150) 1.462.500 38.414.250

137. Belanja gas (6) 99.000 38.315.250

138. Pembayaran Hutang 244.500 38.070.250


64

139. JUMLAH 38.070.250

140. 25 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 377.000 38.447.250

141. Di terima dari 4.088.000 42.535.250

bendahara (1.022 kartu)

142. Belanja lauk pauk 2.337.000 40.198.250

143. Belanja beras (140) 1.365.000 38.833.250

144. Belanja gas (6) 99.000 38.734.250

145. JUMLAH 38.734.250

146. 26 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 436.500 39.170.750

147. Di terima dari 5.296.000 44.466.750

bendahara (1.324 kartu)

148. Belanja lauk pauk 802.000 43.664.750

149. Belanja beras (150) 1.462.500 42.202.250

150. Belanja gas (6) 99.000 42.103.250

151. JUMLAH 42.103.250

152. 27 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 457.500 42.560.750

153. Di terima dari 5.296.000 47.856.750

bendahara (1.324 kartu)

154. Belanja lauk pauk 1.025.000 46.831.750

155. Belanja beras (175) 1.706.500 45.125.250

156. Belanja gas (23) 379.500 44.745.750

157. JUMLAH 44.745.750


65

158. 28 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 365.000 45.110.750

159. Di terima dari 5.360.000 50.470.750

bendahara (1.340 kartu)

160. Belanja lauk pauk 2.322.500 48.148.250

161. Belanja beras (175) 1.706.500 46.441.750

162. Belanja gas (8) 132.000 46.299.750

163. JUMLAH 46.299.750

164. 29 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 394.500 46.694.250

165. Di terima dari 5.640.000 52.334.250

bendahara (1.410 kartu)

166. Belanja lauk pauk 2.417.000 49.917.250

167. Belanja beras (174) 1.706.500 48.210.750

168. Belanja gas (9) 148.500 48.062.250

169. JUMLAH 48.062.250

170. 30 Maret 2019 Pembelian Uang Tunai 119.000 48.181.250

171. Di terima dari 1.640.000 49.821.250

bendahara (410 kartu)

172. Belanja lauk pauk 745.500 49.075.750

173. Belanja beras (56) 546.000 48.529.750

174. Belanja gas (3) 49.500 48.480.250

175. JUMLAH 48.480.250

176. Pembelian Uang Tunai 434.500 48.914.750


66

177. Di terima dari 4.844.000 53.758.750

bendahara (1.211 kartu)

178. Belanja lauk pauk 2.906.000 50.852.750

179. Belanja beras (150) 1.462.500 49.390.750

180. Belanja gas (8) 132.000 49.258.750

181. JUMLAH 49.258.750

Sisa dari saldo dalam setiap satu bulan sekali dijumlah dan akan

dikurangi untuk pembayaran upah para tenaga kerja sesuai dengan jumlah

hari para tenaga kerja bekerja, jika masih ada jumlah uang yang tersisa maka

akan menjadi uang kas pesantren.


67

3. Bagan Struktur dan Statistik Pondok Pesantren Putri Miftahul

Ulum Lumajang

Tabel 1.3

STRUKTUR KEPENGURUSAN PUTRI

PONDOK PESANTREN “MIFTAHUL ULUM”

BANYUPUTIH KIDUL-JATIROTO-LUMAJANG

PENGASUH

K. H. M. HUSNI ZUHRI

KETUA I KETUA II

ULFAH LUTFIAH EKA YULIATI

SEKRETARIS BENDAHARA SEKRETARIS

DIAH KARTIKA .R. SYIFAUN NASHIROH FARIDATUL ULFA

KEAMANAN KEBERSIHAN PERLENGKAPAN KEROHANIAN PENDIDIKAN KEDAERAHAN KESENIAN HUMAS


& KESEHATAN
ST. FATIMAH NUJUM .M. R. ST. FATIMAH C RAHMA .H. J. KABDAR AISYAH ERNA .W.
AVIATUN .M.
AGUSTIN .M. NUR AINI ROISATUL .KH. MA’RIFATUL.H Ka. ASRAMA NURUL .M. NUR HAMIDA
ALIATUL .H.

Keterangan :
Garis Instruktif
Garis Koordinatif
68

Tabel 1.4

STRUKTUR PELAYANAN

KONSUMSI SANTRI PUTRI

PON-PES MIFTAHUL ULUM

PEMBINA PENGASUH DAN PENGURUS

KETUA

IBU ROHAIYAH

PERLENGKAPAN SEKRETARIS BENDAHARA

ROHIMAH
HALIMAH HUSNUL .KH.
B. TUKI

KORDINATOR BAGIAN NASI KORDINATOR BAGIAN LAUK PAUK KORDINATOR BAGIAN KUE

B. ROMLAH B. SUDAH B. DUL

ANGGOTA PAGI ANGGOTA ANGGOTA

1. B. ROHEMA 1. B. SUDAH 1. MASRUROH


2. B. SHOLEHA 2. B. TUKI 2. YULIANA
3. HALIMA 3. B. SOFIYAH 3. MAULANA
4. YULIANA 4. NOR QOMARIYAH
5. NUR QOMARIYAH 5. ROMLAH

ANGGOTA SORE

1. B.ROMLAH
2. B.SUS
3. MASRUROH
4. MAULANA
5. ROMLAH

TATA TERTIB :
1. Setiap Anggota (bagian menanak nasi, lauk pauk, dan kue) tidak
boleh merangkap kecuali yang menanak nasi.
69

2. Kebutuhan belanja dan alat-alat dapur harus melalui kordinator


masing-masing bagian
3. Setiap hari Jum’at masing-masing harus membersihkan dapur secara
bergiliran.

Tabel 1.5

STATISTIK PONDOK PESANTREN PUTRI

Miftahul Ulum-Banyuputih Kidul-Jatiroto-Lumajang

Tahun Ajaran 1439-1440 H / 2018-2019 M

DAERAH SANTRI
BULAN JUMLAH
A C D E Aktif Berhenti

SYAWWAL 873 388 467 270 1998 3 2001

DZUL QO’DAH 873 385 463 271 1992 20 2012

DZUL HIJJAH

MUHARROM

SHAFAR

RABI’UL AWAL

RABI’UL AKHIR

JUMADIL ULA

JUMADIL AKHIR

ROJAB

SYA’BAN

RAMADHAN
70

4. Visi dan Misi Pondok Pesantren Miftahul Ulum Banyuputih Kidul

Lumajang7

a. Visi Pondok Pesantren Miftahul Ulum adalah mencetak dan

mengkader generasi muslim yang ber-IMTAQ dan ber-IPTEK dan

ber-Akhlaqul Karimah ala Aqidah Ahlus as-Sunnah Wal Jama‟ah.

b. Misi Pondok Pesantren Miftahul Ulum adalah mencetak dan

mengkader intelektual muslim yang ber-IMTAQ dan ber-IPTEK dan

ber-Akhlaqul Karimah serta menciptakan kader ulama yang mampu

mentransformasikan ilmu agama dalam berbagai kondisi.

B. Hasil Penelitian Lapangan

Hasil analisis sistem pengupahan tenaga kerja tanak di Pondok Pesantren

Putri Miftahul Ulum Lumajang menggunakan sistem pengupahan yang telah

ditetapkan. Sebagaimana hasil wawancara dari Mbak Ulfah selaku pemberi upah

menyatakan bahwa :

“Tiap bulen, satu bulan sekali, enggi bedeh ekorangin sesuai kalaben
arennah.”8
Setiap bulan, satu bulan sekali, ia ada, dikurangi sesuai dengan hitungan
hari para tenaga kerja bekerja.
Hal ini juga senada dengan hasil wawancara dari Ibu Misnati dengan

panggilan Buk Sus selaku tenaga kerja menerangkan bahwa sistem pengupahan

dilakukan secara:

“Bulenan, tapeh buleh se atanak tak sampek sebulen soalleh ning


empak areh, norok massaan tello areh, empak areh atanak. Enggi

7
Laporan Dokumen Pesantren 05 Januari 2019.
8
Ulfah Lutfiah, Wawancara (Banyuputih Kidul, 28 Januari 2019)
71

paggun neremah tiap sebulen sekaleh, enggi epotong saompamah tak


masok senapah areh dek nikah.”9
Bulanan, tetapi saya yang tanak tidak sampai satu bulan soalnya hanya
empat hari, ikut masakan tiga hari, empat hari tanak. Ia tetap menerima
satu bulan sekali, ia dipotong seumpama tidak masuk berapa hari gitu.
Senada juga dengan hasil wawancara dari Ibu Suliha juga sebagai tenaga

kerja menyatakan bahwa sistem pengupahan dilakukan secara :

“Bulenan, sebulen sekalian, enjek, bedeh kakorangnah kan tak masok,


epotong egenteeh oreng laen se masok.”10
Bulanan, satu bulan sekali, tidak, ada kurangnya, kan tidak masuk,
dipotong diganti orang lain yang masuk.
Ibu Romlah sebagai tenaga kerja juga menyatakan hal yang sama :

“Tiap bulen sekalian, iyeh ekorangin, jekrengan tak masok.”11

Setiap bulan satu kali, ia dikurangi kan tidak masuk.

Hasil penelitian yang juga dilakukan oleh peneliti, untuk menetapkan upah

yang sesuai dengan Hukum Ekonomi Syari‟ah maka harus memenuhi beberapa

aspek diantaranya:

1. Upah ditentukan sebelum pekerjaan dimulai

Pondok Pesantren Putri Miftahul Ulum dalam menetapkan upah masih

tidak menerapkan hal tersebut.

Berikut hasil wawancara dari Mbak Ulfah selaku pemberi upah :

“Enten tak ekebele, enggi tak kebele, oning hukummah jek lamon
nambu esebutagi tapeh jekrengan nikah ampon senikah, karenah deri
bek lambe‟en pon.12

9
Misnati, Wawancara (Banyuputih Kidul, 02 Januari 2019)
10
Suliha, Wawancara (Banyuutih Kidul, 03 Januari 2019)
11
Romlah, Wawancara (Banyuputih Kidul, 03 Januari 2019)
12
Ulfah Lutfiah, Wawancara, (Banyuputih Kidul, 02 Februari 2019).
72

Tidak dikasih tahu, ia saya tahu kalau dalam hukum itu harus
disebutkan, tetapi bagaimana lagi, karena dari dulu-dulunya sudah
begini.
Senada dengan hasil wawancara dari Ibu Misnati dengan panggilan Buk

Sus selaku tenaga kerja menyatakan :

“Bunten, cokop ekebele tanak empak areh, yak Buk Sus atanak empak
areh, enggi enggi tak ekebele, kuleh tak kebereden sekaleh sanajen tak
ekebele, tak napah, tak aomongan nikah kuleh, tak anoh masalah
bejeren, tak masalah, nabeng barokah, make neremah sebulen sekalean
kuleh padeh tak kebereden, ben pole Alhamdulillah cokop.”13
Tidak, cukup dikasih tahu tanak empat hari, ini Buk Sus tanak empat
hari, ia tidak dikasih tau, saya tidak keberatan sama sekali meskipun
tidak dikasih tau, tidak masalah, saya tidak bicara masalah itu, tidak
bicara masalah bayaran, tidak masalah, mengejar barokah, meskipun
menerima satu bulan sekali saya juga tidak keberatan Alhamdulillah.”
Sedangkan Ibu Suliha yang juga selaku tenaga kerja menyatakan :

“Enjek, tak ekebele keng engkok la alakoh, njek, tak rapah, ngamri
barokah, ye nyaman lah nak, etembeng alakoh eluar, alakoh matton
aruah tak etemmoh, jekrengan alakoh ebesabe ruah kan panas mun
edissak kan enjek”14
Tidak, tidak dikasih tau cuma saya ya sudah bekerja, tidak masalah,
mencari barokah, ia enak sudah nak, daripada bekerja di luar, bekerja
buruh tani itu bayarannya tidak tetap, kalau bekerja di sawah itu kan
panas kalau disana kan tidak.
Ibu Romlah sebagai tenaga kerja juga menyatakan :

“Bunten, tak rek berrek napah, make tak ekebele, jekrengan kuleh
alakoh nikah keng ngamri barokah pole.”15
Tidak keberatan, meskipun tidak dikasih tau, karena saya bekerja
sambil mencari barokah.
2. Membayar upah sebelum keringatnya kering

Pemberian upah kepada para tenaga kerja juga masih belum

menerapkan hal tersebut, tetapi dalam memberikan upah kepada tenaga kerja

13
Misnati, Wawancara (Banyuputih Kidul, 01 Februari 2019)
14
Suliha, Wawancara (Banyuputih Kidul, 03 Januari 2019)
15
Romlah, Wawancara (Banyuputih Kidul, 01 Februari 2019)
73

tidak pernah menunda-nunda dan selalu tepat waktu sesuai dengan perjanjian

dan kesepakatan.

Sesuai dengan pernyataan Mbak Ulfah sebagai pemberi upah

menyatakan :

“Bunten mbak, tak dek nikah, tapeh e awel bulen, tiap tanggel duek,
pasteh pon, enggi ekebele, jek lamon tiap tanggel duek deknikah.”16
Tidak mbak, tidak seperti itu, tetapi di awal bulan, setiap tanggal dua,
sudah mesti, ia dikasih tau kalau akan menerima setiap tanggal dua.
Hal tersebut juga senada dengan pernyataan Ibu Misnati dengan

panggilan Buk Sus :

“Ten, tak pas lastareh atanak langsong ebejer tak senikah ten, caen se
gellek kassak pon tiap sebulen sekalian, manabi la tanggel duek, nikah
masteh pon, enggi epareng oning sabbennah jek neremah sebulen
sekalian dek nikah.”17
Tidak, tidak pas setelah selesai tanak itu langsung dibayar, katanya tadi
itu setiap satu bulan sekali, kalau sudah tanggal dua, itu sudah pasti, ia
dikasih tau kalau nerima satu bulan sekali.
Senada juga dengan Ibu Suliha menyatakan :

“Enjek nak sebulen sekalian, tiap tanggel duek riah lah nak, masteh
lah, iyeh ekebele jek neremah sebulen sekalian tanggel seberieh
deyyeh.”18
Tidak nak satu bulan sekali, setiap tanggal dua nak, itu sudah mesti, ia
dikasih tahu kalau nerima satu bulan sekali tanggal sekian.
Ibu Romlah juga menyatakan :

“Gi enten, ben bulen, tanggel duek biasannah, tanggel umum, genikah
pon, enggi epareng oning.”19
Ia tidak, setiap bulan, biasanya tanggal dua, tanggal Masehi, ia dikasih
tahu.
Nilai-nilai keadilan dan kelayakan dalam sistem pengupahan :
16
Ulfah, Wawancara (Banyuputih Kidul, 05 Januari 2019)
17
Misnati, Wawancara, (Banyuputih Kidul, 03 Januari 2019).
18
Suliha, Wawancara, (Banyuputih Kidul, 03 Januari 2019).
19
Romlah, Wawancara, (Banyuputih Kidul, 03 Januari 2019).
74

a) Keadilan

Hasil wawancara dari Mbak Ulfah Lutfiah selaku pemberi upah

menyatakan :

“Enggi mbak, jekrengan klakoknah jen atambe, gi upannah tambe


jugen, enggi epotong pole manabi tak masok.20

Ia mbak, kerjanya kan bertambah, ia upahnya juga bertambah, ia


dipotong kalau tidak masuk.

Hasil wawancara dari Ibu Misnati dengan panggilan Buk sus selaku

tenaga kerja menyatakan :

“Adil pon, jek manabi tak masok kakruah epotong jek senapah areh dek
nikah, teros manabi bedeh se tak masok dek nikah kan kalakoan kassah
jen benyak gi kassak benyaan kuleh neremannah tak kadih biasannah
ten, enggi mon bedeh potrepot kassak, enggi olle, laen obengah tanaan
laen, obengah potrepot gi laen, benni karo obeng kadeng beres pole.”21

Sudah adil, kalau tidak masuk itu dipotong berapa hari gitu, terus kalau
ada yang tidak masuk kan pekerjaan itu tambah banyak, ia itu nanti
saya nerima tidak seperti biasanya, ia kalau ada pekerjaan tambahan itu,
ia dapat, uang tanaan lain, uang pekerjaan tambahan itu lain juga, bukan
hanya uang terkadang juga dapat beras.

Senada dengan hasil wawancara dari Ibu Suliha sebagai tenaga kerja

menyatakan :

“Adil lah nak, nyaman etembeng alakoh matton, yeh mon tak masok
yeh bedeh ka korangnah nak, jek la tak masok, mon bedeh potrepot
ruah olle sangoh, olle beres, iyeh laen tanaan laen dingla potrepot yeh
laen, engak dingla bulen hajji bik molotan ruah, pas dingla kancah tak
masok ruah pole klakoan kan jen abit jen berrek aroah deggik olle tak
engak biasannah.”22

Adil sudah nak, ketimbang bekerja buruh tani, ia kalau tidak masuk itu
ada kekurangannya nak, kan tidak masuk, kalau ada pekerjaan
tambahan itu dapat sangu, dapat beras, ia lain tanaan lain, pekerjaan
tambahan itu lain, seperti bulan Dzul Hijjah dan Bulan Maulid, kalau
20
Ulfah, Wawancara, (Banyuputih Kidul, 05 Maret 2019).
21
Misnati, Wawancara,(Banyuputih Kidul 07 Maret 2019).
22
Suliha, Wawancara, (Banyuputih Kidul, 07 Maret 2019).
75

teman ada yang tidak masuk pekerjaan kan tambah lama tambah berat
itu nanti dapat tidak seperti biasanya.

Ibu Romlah selaku tenaga kerja juga menyatakan :

“Iyeh adil, iyeh ekorangin kan tak masok, pas dekremmah jekrengan la
tak masok, iyeh mon bedeh potrepot engak imtihan ruah yeh olle
sangoh, olle beres, iyeh laen pessennah tanaan laen ajiah yeh olle
laen.”23
Ia adil, ia dikurangi kan tidak masuk, bagaimana lagi kan tidak masuk,
ia kalau ada pekerjaan tambahan seperti Haflatul Imtihan itu ia dapat
sangu, dapat beras, ia lain uang tanaan lain yang itu dapat lain.

b) Kelayakan

Hasil wawancara dari Ibu Misnati dengan panggilan Buk Sus selaku

tenaga kerja menyatkan :

“Layak, Alhamdulillah layak ampon, pantes ampon bik seeklakoh


kuleh, asyokkor kuleh, bisah abiayaeh anak sekola, gebey rebenareh tak
korang pon.”24

Layak. Alhamdulillah sudah layak, sudah pantas dengan apa yang saya
lakukan, saya bersyukur bisa buat biaya anak sekolah, buat biaya
sehari-hari sudah tidak kurang.

Senada dengan Ibu Suliha yang juga selaku tenaga kerja menyatakan :

“Iyeh layak lah nak, Alhamdulillah, pantes lah bik se eklakoh, iyeh
biaya rebenareh, gebey anak sekola, nyaman lah.”25

Ia layak sudah nak, Alhamdulillah sudah pantas dengan yang saya


kerjakan, ia biaya sehari-hari, buat anak sekolah, enak sudah.

Ibu Romlah juga menyatakan :

“Layak pon, cek layaken, seimbang bik lakonnah lah, gebey kasaarean
, gebey biayannah anak monduk,sebereng lah, nyaman lah.”26

Sudah layak, sangat layak, sudah seimbang dengan pekerjaannya, buat


sehari-hari, buat biaya anak mondok, sembarang lah, enak sudah.

23
Romlah, Wawancara, (Banyuputih Kidul 07 Maret 2019).
24
Misnati, Wawancara, (Banyuputih Kidul, 07 Maret 2019).
25
Suliha, Wawancara, (Banyuputih Kidul, 07 Maret 2019).
26
Romlah, Wawancara, (Banyuputih Kidul, 07 Maret 2019).
76

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Sistem Pengupahan Tenaga Kerja Tanak Nasi di Pondok Pesantren

Putri Miftahul Ulum Lumajang

Islam merupakan agama yang universal yang menganjurkan ummat-

Nya dengan keyakinan untuk selalu terus berusaha dan tidak berpangku

tangan demi mengharapkan rizki dan ridho-Nya. Manusia harus berikhtiar

mencari karunia Allah SWT di muka bumi melalui berbagai proses yang

dimilikinya, seperti halnya bekerja. 27

Manusia sebagai makhluk sosial perlu memenuhi kebutuhan hidup

demi kelangsungan hidupnya di dunia. Untuk itu manusia harus bekerja,

sebab dengan bekerja manusia akan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah

satunya adalah kerjasama antara manusia, yaitu satu pihak dengan penyedia

jasa atau tenaga dan pihak lain yang menyediakan pekerjaan yang disebut

majikan. Hal tersebut dilakukan untuk pihak penyedia tenaga kerja akan

mendapatkan upah dari penyedia jasa yang sesuai dengan perjanjian diawal

akad. Hukum Ekonomi Syari‟ah adalah salah satu hukum yang sesuai dengan

syari‟at Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Sunnah Nabi.

Pondok Pesantren Putri Miftahul Ulum Lumajang mengakomodasi

jumlah santri pada tahun ajaran 2018-2019 sebanyak ± 1999 santri28 yang

tentunya tidak mungkin jika mereka menyiapkan konsumsi sendiri, maka dari

itu Pondok Pesantren Putri Miftahul Ulum Lumajang menyediakan pelayanan

konsumsi dapur umum supaya tidak mengganggu aktifitas Kegiatan Belajar

27
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Cet 3; Jakarta: Prenada Media Group, 2016), h. 1
28
Laporan Laporan Dokumen Pesantren Putri Miftahul Ulum
77

Mengajar (KBM) santri. Salah satu bentuk dari dapur umum ialah tanak nasi

dengan berjumlah tenaga kerja sembilan orang, dimana mereka akan

mendapatkan upah sesuai dengan sistem pengupahan yang telah ditetapkan.

Zaeni Asyhadie dalam bukunya menyebutkan bahwa sistem

pengupahan terbagi delapan macam, tetapi dari hasil analisis yang peneliti

lakukan di Pondok Pesantren Putri Miftahul Ulum menggunakan sistem upah

jangka waktu dan sistem upah potongan.

a) Sistem Upah Jangka Waktu

Sistem upah jangka waktu adalah sistem pembayaran upah menurut

jangka waktu tertentu misalnya harian, mingguan atau bulanan.29

Berdasarkan hasil analisis tentang sistem pengupahan dari Mbak Ulfah

selaku pemberi upah, bahwa menggunakan sistem pengupahan jangka waktu,

dimana upah tersebut diberikan setiap satu bulan sekali dan setiap tanggal

dua. Begitupun hasil analisis dari ketiga informan Ibu Misnati, Ibu Suliha dan

Ibu Romlah selaku tenaga kerja, mereka juga menyatakan bahwa sistem

pengupahannya menggunakan sistem jangka waktu dimana mereka menerima

upah setiap satu bulan sekali dan setiap tanggal dua.

b) Sistem Upah Potongan

Sistem upah potongan adalah sistem yang diberikan jika hasil

pekerjaannya dapat dinilai menurut ukuran tertentu, misalnya dari banyaknya,

beratnya dan lain sebagainya. 30

29
Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, (Jakarta:
PT.Raja Grafindo Persada, 2007),h.72-73.
30
Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, h.72-73.
78

Hasil analisis tentang sistem pengupahan di Pondok Pesantren Putri

Miftahul Ulum juga menggunakan sistem upah potongan, sebagaimana

menurut Mbak Ulfah selaku pemberi upah menyatakan bahwa jumlah upah

tersebut dihitung sesuai dengan hari para tenaga kerja bekerja. Begitupun

hasil analisis dari ketiga informan Ibu Misnati, Ibu Suliha dan Ibu Romlah

selaku tenaga kerja mereka menyatakan bahwa juga menggunakan sistem

upah potongan dimana jumlah upah mereka akan dipotong sesuai dengan

jumlah hari mereka bekerja.

Berdasarkan hasil analisis di atas tentang sistem pengupahan tenaga

kerja tanak nasi di Pondok Pesantren Putri Miftahul Ulum menggunakan

sistem upah jangka waktu dan sistem upah potongan, dimana tenaga kerja

akan menerima upah setiap satu bulan sekali dan setiap tanggal dua. Upah

akan dipotong apabila ada tenaga kerja yang tidak masuk dan akan dihitung

sesuai dengan jumlah hari para tenaga kerja bekerja.

2. Tinjauan Hukum Ekonomi Syari’ah Terhadap Sistem Pengupahan

Tenaga Kerja Tanak Nasi di Pondok Pesantren Putri Miftahul Ulum

Lumajang

Berikut pengupahan yang sesuai dengan perspektif Hukum Ekonomi

Syari‟ah :
79

a. Upah ditentukan sebelum pekerjaan dimulai

Rasulullah SAW memberikan contoh kepada ummatnya

setelahnya, yakni majikan harus menentukan upah di awal akad, baik

secara lisan ataupun tertulis.31 Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

َ َ‫صلَّىﷲُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬ ُ ‫ي َر ِض َي‬ ِ ْ ‫و َع ْن اَِِب َسعِْي ٍد‬


‫ َم ِن‬: ‫ال‬ َّ ِ‫ﷲ َعْنوُ اَ َّن الن‬
َ ‫َِّب‬ ِّ ‫اْلُ ْدر‬ َ
ِ ِ
‫صلَوُ الْبَ ْي َهق ُّي م ْن‬ ِ ِ ِ ِ ِ
َّ ‫ َرَواهُ َعْب ُد‬.ُ‫استَأْ َجَراَجْي ًرافَلْيُ َس ِّم لَوُ اَ ْجَرتَو‬
َ ‫ َوَو‬، ٌ‫الرزَّاق َوفْيو النْقطَاع‬ ْ
َ‫طَ ِريْ ِق اَِِب َحنِْي َفة‬
Artinya :Dari Abu Sa‟id, Al-Khudri, ra., ia berkata: “Bahwasanya
Rasulullah SAW telah bersabda: “Barang siapa yang
memperkerjakan seorang buruh, hendaklah ia menyebutkan
tentang jumlah upahnya”. Hadis diriwayatkan oleh Imam Abdul
Razaq. Dalam hadis ini “munqhati‟ ”, tetapi Imam Baihaqi
menyatakan “maushulnya” dari jalan Abu Hanifah.32

Hadist di atas sudah jelas bahwasanya majikan atau yang memberi

upah harus menyebutkan upah yang akan diterima para tenaga kerja

sebelum pekerjaannya dimulai. Namun, di Pondok Pesantren Putri

Miftahul Ulum Lumajang masih tidak menerapkan hal tersebut. Bukan

tidak tahu akan soal tersebut tetapi pemberi upah sudah mengikuti adat

yang sudah ada.

Rasulullah SAW memberikan petunjuk bahwa dengan memberikan

informasi upah yang akan diterima, diharapkan akan memberikan

dorongan semangat bagi pekerja untuk memulai pekerjaan dan

31
Elfa Fitri Angga Wati, Sistem Pengupahan Pada Meubel Siti Dalam Perspektif Hukum Ekonomi
Syariah, Skripsi, h. 31.
32
Machfuddin Aladip, Terjemah Bulughul Maram, PT Karya Toha Putra, 2012,h. 459-460.
80

memberikan ketenangan. Mereka akan menjalankan tugas pekerjaan

sesuai dengan kesepakatan kontrak kerja dengan majikan.33

Hasil analisis penentuan upah di Pondok Pesantren Putri Miftahul

Ulum Lumajang belum sesuai dengan Hadis Nabi, dimana pemberi upah

harus menyebutkan terlebih dahulu upah yang akan diterima oleh tenaga

keja sebelum bekerja, karena diharapkan dapat mendorong semangat para

tenaga kerja dalam memulai pekerjaannya.

Hasil wawancara dari Mbak Ulfah selaku pemberi upah

menyatakan bahwa memang jumlah upah tersebut tidak disebutkan di

awal akad, bukan karena tidak tahu soal tersebut, tetapi karena sudah

mengikuti adat yang sudah ada. Begitupun hasil wawancara dari ketiga

informan Ibu Misnati, Ibu Suliha dan Ibu Romlah selaku tenaga kerja

menyatakan bahwa upah tersebut tidak disebutkan di awal akad, tetapi

mereka tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut, karena mereka

hanya mengacu pada sistem tabarrukan.

b. Membayar upah pekerja sebelum keringatnya kering

Rasulullah SAW menganjurkan majikan untuk membayarkan upah

para pekerja setelah mereka selesai melakukan pekerjaannya.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

‫صلَّىﷲُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم (اُ ْعطُوا‬


َ ِ‫ال َر ُس ْو ُل ﷲ‬ َ َ‫َو َع ِن ابْ ِن ُع َمَرَر ِض َي ﷲُ َعْن ُه َما ق‬
َ َ‫ال ق‬
‫اجو‬
َ ‫ف َعَرقُوُ) َرَواهُ ابْ ُن َم‬ َّ ‫اَْْلَ ِجْي َراَ ْجَرهُ قَ ْب َل اَ ْن ََِي‬

33
Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, (Cet, 1: PT Gelora Aksara Pratama), h. 202.
81

Artinya : Dari Ibnu Umar, ra., ia berkata: “ Bersabda Rasulullah SAW:

“Berilah upah orang yang bekerja itu sebelum kering

keringatnya”. Hadis diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah.34

Ketentuan diatas untuk menghilangkan keraguan pekerja atau

kekhawatirannya bahwa upah mereka akan dibayarkan, atau akan

mengalami keterlambatan tanpa adanya alasan yang dibenarkan. Namun

demikian, umat Islam diberikan kebebasan untuk menentukan waktu

pembayaran upah sesuai dengan kesepakatan antara pekerja dengan yang

mempekerjakan.35

Penulis kitab “Faidhul Qodir” berkata: “diharamkan menunda

pemberian upah padahal dia mampu menunaikannya tepat pada

waktunya (Faidhul Qodir: 1/718). Penulis : Ust. Fuad Hamzah Baraba,

Lc.36

Hasil analisis di Pondok Pesantren Putri Miftahul Ulum Lumajang

dalam memberikan upah masih belum sesuai dengan Hadis Nabi, tetapi

tidak pernah menunda-nunda selalu tepat waktu sesuai dengan perjanjian.

Sebagaimana pernyataan dari Mbak Ulfah selaku pemberi upah bahwa

dalam memberikan upah tidak pernah menunda-nunda setiap satu bulan

sekali setiap tanggal dua. Begitupun hasil dari ketiga informan dari Ibu

Misnati, Ibu Suliha dan Ibu Romlah juga menyatakan bahwa mereka

menerima upah setiap satu bulan sekali setiap tanggal dua, karena sudah

sesuai dengan perjanjian.


34
Machfuddin Aladip, Terjemah Bulughul Maram, h. 459.
35
Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, h. 202.
36
https;//muslim.or.id/22973-bayarkan-gaji-pegawaimu-sebelum-keringatnya-kering-html
82

Bedasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa di

Pondok Pesantren Putri Miftahul Ulum Lumajang dalam penentuan upah

juga belum sesuai dengan Hadis Nabi. Bukan tidak tahu akan hal

tersebut, tetapi sudah mengikuti adat yang sudah ada dan para tenaga

kerja pun hanya mengacu pada sistem tabarrukan. Tetapi dalam

memberikan upah tidak pernah menunda-nunda selalu tepat waktu sesuai

dengan perjanjian.

3. Nilai-Nilai Keadilan dan Kelayakan dalam Sistem Pengupahan di

Pondok Pesantren Putri Miftahul Ulum Lumajang

Nilai-nilai keadilan dan kelayakan dalam sistem pengupahan :

a. Keadilan

Adil dalam pengupahan adalah tidak merugikan diri sendiri

ataupun orang lain, pemberi upah harus memberikan upah yang sesuai

dengan pekerjaan tenaga kerjanya. Dalam perjanjian (tentang upah)

kedua belah pihak diperingatkan untuk bersikap jujur dan adil, sehingga

tidak terjadi tindakan aniaya terhadap orang lain serta tidak merugikan

kepentingan sendiri. Sebagaimana yang sudah termaktub dalam surat Al-

Baqarah ayat 279:

            

     


Artinya :Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),
Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
83

Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak


(pula) dianiaya.37

Secara umum, ketentuan Al-Quran yang juga ada kaitannya dengan

penentuan upah kerja sudah termaktub dalam surat An-Nahl ayat 90 dan

surat Al-Jatsiah ayat 22 :

         

       

Artinya :Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat


kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.38

        

    


Artinya : dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang

benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang

dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan.39

Apabila ayat diatas dikaitkan dengan perjanjian kerja, maka dapat

dikemukakan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada para pemberi

upah untuk berlaku adil, berbuat baik dan dermawan kepada para tenaga

kerjanya.

Jika para pekerja tidak menerima upah secara adil dan pantas, maka

dampaknya tidak hanya akan mempengaruhi daya beli yang akhirnya

37
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, (Jakarta : PT. Suara Agung, 2018), h 47.
38
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, (Jakarta : PT. Suara Agung, 2018), h 277.
39
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, (Jakarta : PT. Suara Agung, 2018), h 500.
84

juga akan mempengaruhi standar penghidupan pekerja serta keluarganya.

Disamping itu, ketidakadilan terhadap golongan pekerja akan

menyebabkan rasa tidak senang dan kekacauan dikalangan mereka dan

bisa menimbulkan aksi terhadap industri dalam bentuk aksi pemogokan

kerja.40

Adil itu bermakna proporsional, maka di Pondok Pesantren Putri

Miftahul Ulum Lumajang sudah sepenuhnya dikategorikan adil. Karena,

adil secara proporsional yaitu pekerja akan mendapatkan upah yang

sesuai dengan berat pekerjaan yang dilakukan. Pada saat para tenaga

kerja ada pekerjaan tambahan dengan istilah lembur, maka mereka juga

akan mendapatkan upah tambahan.

Hasil analisis dari Mbak Ulfah selaku pemberi upah menyatakan

bahwa akan mendapatkan upah tambahan jika tenaga kerja ada pekerjaan

tambahan dan upah akan dipotong ketika tenaga kerja tidak masuk.

Begitupun hasil dari ketiga para tenaga kerja tanak nasi di Pondok

Pesantren Putri Miftahul Ulum Lumajang Ibu Misnati, Ibu Suliha dan Ibu

Romlah selaku tenaga kerja mereka menyatakan bahwa upah yang

mereka terima sudah bisa dikategorikan adil, karena antara tenaga kerja

yang masuk dan tidak masuk hasil upahnya berbeda, dan upah yang

mereka terima sudah cukup untuk kebutuhan sehari-hari bahkan sudah

cukup untuk biaya anak sekolah dan lain sebagainya. Dan jika ada

pekerjaan tambahan mereka juga akan mendapat upah tambahan.

40
Wuryanti Koentjoro, Upah Dalam Perspektif Islam, Jurnal, Fakultas Ekonomi Unissula
Semarang, 2011.
85

Adil juga dapat dilihat dari hasil analisis dari ketiga informan Ibu

Misnati, Ibu Romlah, dan Ibu Suliha bahwa mereka juga menyatakan

upah akan dipotong sesuai dengan hari mereka bekerja dan akan

mendapatkan upah tambahan jika ada pekerjaan tambahan, seperti halnya

dibulan Maulid Nabi dan Haflatul Imtihan.

b. Kelayakan

Upah yang layak kepada setiap pekerja sesuai dengan apa yang

telah disumbangkan dalam proses produksi, jika ada pengurangan dalam

upah mereka tanpa diikuti oleh berkurangnya sumbangsih mereka hal itu

juga dianggap ketidakadilan dan ketidaklayakan. Upah setiap orang harus

ditentukan berdasarkan kerjanya dan sumbangsihnya dalam kerjasama

produksi dan untuk itu harus dibayar tidak kurang, juga tidak lebih dari

apa yang telah dikerjakannya. Sebagaimana yang sudah termaktub dalam

surat Ali-„Imran ayat 161 :41

               

       


Artinya : kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa

yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang

mereka tidak dianiaya.42

Makna layak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wajar,

pantas dan patut, arti tersebut menandakan bahwa upah yang diperoleh

41
Afzalur Rohman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid II, (Yogyakarta, PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995),
h. 364-365.
42
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, (Jakarta : PT. Suara Agung, 2018), h. 71.
86

tenaga kerja harus wajar dan pantas dengan apa yang mereka kerjakan.

Upah yang layak bisa dilihat dari tiga aspek yaitu : sandang, pangan dan

papan. Dalam artian tidak menguranginya dan harus sesuai dengan

tenaga yang dikeluarkan oleh para tenaga kerja. Sebagaimana sudah

termaktub dalam Surat As-Syu‟araa ayat 183 :

         
Artinya : dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan

janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat

kerusakan. 43

Hasil analisis pengupahan tenaga kerja di Pondok Pesantren Putri

Miftahul Ulum Lumajang sudah bisa dikatakan layak, sebagaimana hasil

dari informan tenaga kerja Ibu Misnati, Ibu Suliha dan Ibu Romlah

selaku tenaga kerja mereka menyatakan bahwa sudah layak, karena

sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari, biaya anak sekolah dan lain

sebagainya. Mereka juga menyatakan bahwa upah yang mereka terima

sudah sesuai dengan tenaga yang mereka keluarkan.

Upah tersebut juga sudah termasuk golongan macam-macam upah

yang ke dua yakni : upah yang sepadan (arjul mitsli) adalah upah yang

sepadan dengan kerjanya serta sepadan dengan kondisi pekerjaannya.

Maksudnya ialah harta yang dituntut sebagai kompensasi dalam suatu

transaksi yang sejenis pada umumnya.44

43
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, (Jakarta ; PT. Suara Agung, 2017), h. 374.
44
Nurul Huda, Handi Risza Idris, Mustafa Edwin Nasution, Ranti Wiliasih, Ekonomi Makro Islam
Pendekatan Teoritis, h. 230.
87

Hal tersebut membuktikan bahwa pengupahan di Pondok Pesantren

Putri Miftahul Ulum Lumajang juga sudah sesuai dengan Firman Allah

SWT dalam Surat Al-Ahqaf ayat 19 :

          


Artinya :dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang

telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi

mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka

tiada dirugikan45.

Kandungan ayat tersebut jika dikaitkan dengan pengupahan adalah

upah yang dibayarkan kepada masing-masing tenaga kerja bisa berbeda

berdasarkan jenis pekerjannya, agar tidak merasa dirugikan.

Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa

pengupahan tenaga kerja tanak nasi di Pondok Pesantren Putri Miftahul

Ulum Lumajang sudah dikategorikan adil dan layak, dimana jumlah upah

antara tenaga kerja yang yang masuk dan tidak masuk, lembur dan tidak

lembur itu berbeda. Dan sudah mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari,

biaya anak sekolah serta sudah layak dengan tenaga yang dikeluarkan.

45
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, (Jakarta ; PT. Suara Agung, 2017), h. 504.

Anda mungkin juga menyukai