Anda di halaman 1dari 6

Sejarah Pondok Pesantren Nidaul Qur’an Tanjung

Ide awal pendirian Pondok Pesantren Nidaul Qur‟an Tanjung, dilatarbelakangi setelah
Pensiun H. Kadaruddin dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), beliau juga bergerak dibidang
sosial kemasyarakatan sebagai panitia membangun Masjid Muawwanah Desa Tanjung.
Pada Tahun 2000 setelah acara berbuka bersama di Masjid, beliau tidak lagi menjabat
sebagai Panitia Pembangunan Masjid. Beliau berkeinginan untuk menunaikan Ibadah Haji
bersama istri dimana pada tahun itu juga beliau mulai menabung di Bank Rakyat Indonesia
(BRI) Unit Sarolangun. Setalah beliau tidak lagi aktif sebagai panitia Pembangunan Masjid
Al- Muawwanah Desa Tanjung beliau tetap berkeinginan untuk tetap exis dalam kegiatan
sosial kemasyarakatan lainnya. Dengan berkecemukannya pemikiran terhadap aktifitas
sosial kemasyarakatan dan keinginan pribadi untuk menunaikan ibadah Haji, pada suatu
hari setelah menjalankan sholat magrib beliau mendengarkan bisikan hatinya agar beliau
tidak menunaikan ibadah hajinya pada tahun ini, akan tetapi lebih baik mendirikan
Lembaga Pendidikan yang menaungi sebuah Pondok Pesantren. Keinginan mendirikan
yayasan lembaga Pendidikan (Pondok Pesantren) telah lama di pendam dalam hati sejak
tahun tahun 1996 manakala beliau masih menjabat Pegawai Negeri Sipil (PNS) aktif. Pada
bulan April 2002 dikumpulkanlah sanak saudara H.Kadaruddin, dengan maksud
membentuk Yayasan yang menaungi Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren, bernama
Yayasan An Nida‟. Pondok Pesantren Nidaul Qur‟an berdiri pada tahun 2002 atas prakarsa
ide dari Bapak ketua Yayasan An Nida‟ H. Kadarudin yang merupakan mantan Kadis
Pendidikan Kabupaten Sarolangun. Beliau mewakafkan tanah Kebun Sawo yang luasnya
sekitar 1,5 Ha untuk didirikan sebuah Pondok Pesantren. Ide dan Prakarsa beliau tersbut
didukung oleh beberapa orang sanak keluarga untuk dapat mewujudkan cita - cita
tersebut.

Dukungan agar ide dan keinginan H. Kadaruddin terwujud pada tanggal 23 september
2000 dengan didirikan Yayasan dan dinotariskan oleh Notaris Nugraha Hermania, SH yang
kantornya beralamat di Kota Bangko Kabupaten Merangin. Adapun nama-nama keluarga
yang tertera di akta notaries tersebut yang menjadi dewan pendiri Yayasan An Nida‟
adalah sebagai berikut: Table 1 : Pendiri & P
Pada awal penerimaan santri baru pada Juli 2001, Yayasan yang diketuai langsung oleh
Bapak H. Kadarudin menunjuk seorang Pimpinan,, Pengasuh dan Kepala MTs Nidatul
Qur‟an (sekolah yang mengeluarkan ijazah Negeri), dengan pemilihan secara demokrasi
oleh anggota Yayasan An Nida‟, pada saat itu terpilihlah Bapak KH. Zainal Abidin sebagai
Pengasuh Pondok Pesantren Nidaul Qur‟an (Beliau memiliki Jabatan Ketua MUI Kabupaten
Sarolangun, Rais Am Nahdhatul „Ulama (NU) Kabupaten Sarolangun, Ketua Dewan Hakim
MTQ Kabupaten Sarolangun, Anggota Pendiri Yayasan An Nida‟ & Paman H. Kadaruddin).,
kemudian terpilihlah adik sepupu H. Kadarudin yaitu Ustadz. H. sahlan, MS sebagai
pimpinan pondok pesantren nidaul Qur‟an Tanjung (Beliau Alumni Pondok Modern Gontor
& Alumni Pondok Pesantren Al-Amien sumenep Madura, telah berpengalaman menjadi
guru beragai pondok pesantren di jawa (menjadi guru Pengabdian di Pondok Pesantren
AlAmin Madura selama 2 tahun, Pendiri dan guru Pondok Pesantren Al-Um Ciawi Bogor
selama 2 tahun, guru di Pondok Pesantren Yapida Sibiong Bogor selama 2 tahun).

) , dan Drs. M. Nasir sebagai Kepala MTs Nidaul Qur’an (sekolah yang menyelenggarakan
Ujian Negara)( Beliau Alumni Pondok Pesantren Mustafawiyah Purba Baru dan Alaumni
IAIN STS Jambi Fakultas Tarbiyah & berpengalaman menjadi guru + 20 Tahun diberbagai
Sekolah Umum dan Agama di Kota Jambi dan Kabupaten Sarolangun)84

Pendirian pondok pesantren ini dimaksudkan untuk mengakomodirkan keinginan


masyarakat yang menginginkan adanya sebuah lembaga keagamaan seperti pondok
pesantren disamping sekolah formal (umum) lainnya. Terlebih lagi jumlah Pondok
Pesantren di Kabupaten Sarolangun pada umumnya dapat di hitung jari. Begitupun halnya
di Kecamatan Bathin VIII. Sebelumnya telah ada Pesantren Hafidz Al Fattah di Kecamatan
Bathin VIII ini yang belokasi di Desa Teluk Kecimbung. Dengan berdirinya Pesantren
Nidaul Qur‟an maka bertambahlah alternative pilihan masyarakat untuk tempat menuntut
ilmu. Masyarakat pada umunya menyekolahkan anaknya yang ingin masuk Pondok
Pesantren ke Kota Jambi ataupun ke Pulau Jawa. Hal ini dikarenakan di Kota atau Pulau
Jawa terdapat banyak Pesantren yang memiliki kualitas baik dan lebih maju sarana
prasarananya. Hanya saja kendalanya adalah masalah financial. Hanya orang yang
mampulah yang sanggup menyekolahkan anaknya ke pesantren-pesantren kota maupun
yang banyak tersebar di pulau jawa. Oleh karena itulah pendirian Pondok Pesantren Nidaul
Qur‟an diharapkan menjadi solusi sebagai tempat belajar.
Pada tanggal 1 Juli 2001 dilakukan pembukaan penerima Santri Baru. Adapun santri baru
yang mendaftar berjumlah 17 orang (12 orang santri laki-laki dan 5 orang santri wanita).
Para Ustadz danUstadz (guruguru) yang membimbing para santri ada yang menetap di
Pondok Pesantren dan ada yang tidak. Untuk urusan Pendidikan di Pondok Pesantren para
Santri di asuh langsung oleh Pimpinan Pondok Pesantren Nidaul Qur‟an Tanjung yaitu
Ustadz H. Sahlan MS dibantu oleh 3 orang ustadzah yaitu Nurlianti,S.Ag85 , Ustadzah
Hardiana86, dan Ustadzah Fatimah, A.Ma87 . Keempat orang ini menginap di Asrama
Pondok Pesantren 24 jam melakukan pengawasan terhadap para santri. Selain para Ustadz
dan Ustadzah yang menetap di pondok, ada juga guru yang tidak menetap, namun tetap
membantu pendidikan di Pondok Pesantren seperti UstadzKhairul Ramlan88 dan Ustadz
Akhyar Mubarrok, S.Ag89 , juga di bantu oleh Ustadz-Ustadz senior seperti : KH. Zainal
Abidin, Drs, M. Tahaher Ya‟cub, H. Abbas, Drs. Ishaq Yakin. Untuk pendidikan umum yang
mengajar di MTs Nidaul Qur‟an adalah : Drs M. Nasir, Misbah Jamal, BA, Maryatul Qibtiyah,
S.Ag, Sahara Warman, S.Ag, Ir Marlan, Abdullah HS, Drs. Ibnu Abbas dan Syamsuddin.

Pada awal tahun pertama ini Pondok Pesantren memberi keringanan kepada santri yang
mau menuntut ilmu di Pondok Pesantren Nidaul Qur‟an dengan cara SPP Gratis pada
Tahun Pertama. Untuk pengajian para guru, samuanya ditangung Yayasan An Nida‟.

Pada awalnya untuk pengelolaan Pondok Pesantren, Pimpinan Pondok hanya diberikan
kompensasi sebesar Lima Puluh Ribu Rupian, dan untuk para guru sebesar Tiga Puluh Ribu
Rupiah. Para guru digaji berdasarkan jumlah jam mengajarnya. Pada awal berdirinya,
meskipun dengan adanya keterbatasan dan minimnya sarana prasarana, para santri tetap
melakukan proses pembelajaran dalam keadaan yang sederhana, para santri tetap
melkaukan proses pembelajaran dalam keadaan yang sederhana. Sarana penerangan pada
saat itu memakai petromak, serta lampu dinding yang disebut lampu teplok. Kondisi
seperti ini berjalan selama satu tahun. Namun pada akhirnya penerangan dapat
menggunakan bantuan tenaga PLN. Dengan belum adanya sarana air dan MCK, para santri
mandi kesungai tembesi yang jaraknya sekitar 200 meter dapi pondok pesantren. Untuk
berwudhu, para santri menumpang di sumur warga sekitar pondok. Kondisi yang
memprihatinkan ini berjalan berjalan selama 3 bulan, dan pada akhirnya Pondok
Pesantren dapat mempunyai sumur sendiri. Meskipun pada awalnya berdirinya, Pondok
Pesantren hanya menerima murid baru sejumlah 17 santri, namun pada tahun – tahun
berikutnya terjadi peningkatan jumlah santri yang di inginkan menuntut ilmu di pesantren
ini. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki minat yang tinggi untuk
menyekolahkan anaknya ke pondok pesantren. Masyarakatpun mulai percaya dengan
kualitas pendidikan pondok pesantren meskipun dengan dengan kondisi dan sarana
prasarana yang terbatas. Kondisi seperti ini tentunya dapat menjadikan Pondok Pesantren
maju dan berkembang. Pada tahun 2002 terjadi penambahan santri baru dengan jumlah
sebanyak 37 orang dengan jumlah santri putra 22 orang dan santri putrid 15 orang. Pada
tahun kedua ini, Pondok Pesantren tetap memberi keringanan sekolah gratis kepada santri
yang berasal dari golongan ekonomi lemah dan santri yang yatim piatu. Di tahun 2003,
terjadi peningkatan dalam jumlah santri yang ingin menuntut ilmu di Pesantren ini. Dari
data yang di dapat penulis, tercatat ada 56 santri baru dengan jumlah santri putra 34 orang
dan santri putrid 22 orang. Keringanan tetap diberikan kepada santri yatim piatu dan
berekonomi lemah. Sedangkan pada tahun 2004 tercatat sebanyak 85 orang santri baru
dengan jumlah santri putra 50 orang dan santri putrid 35 orang. Perkembang kuantitas
santri ini merupakan hal yang sangat menggembirakan dan mengembangkan mengingat
dalam Kecamatan Bathin VIII khususnya dan Kabupaten Sarolangun umumnya terdapat
banyak sekolah formal lainnya. Hal ini mewujudkan bahwa Pondok Pesantren Nidaul
Qur‟an dapat bersaing dengan sekolah umum lainnya. Mulai tahun 2005 mengalami
penurunan santri tercatat sebanyak 73 orang santri baru dengan jumlah santri putra 43
orang dan santri putrid 30 orang, tahun 2006 santri baru 66 orang dengan jumlah santri
putra 36 dan santri putrid 24 orang, pada tahun 2008 santri baru berjumlah 54 orang
dengan jumlah santri putra 39 orang dan santri putrid 15 orang

Dibidang sarana dan prasarana dengan mulai dikenal dan dipercayai Pondok Pesantren di
kalangan masyarakat, pada tahun 2002 Pondok Pesantren Nidaul Qur‟an mendapat
bantuan RKB sebnayak 2 unit ruang belajar dari Kanwil Provinsi Jambi melalui DEPAG
Kabupaten Sarolangun. Pada tahun 2003, pondok Pesantren juga mendapat bantuan dari
Kantor Dinas KSPM Provinsi Jambi hingga dapat membangun 1 Unit asrama dengan jumlah
ruang yang berukuran 16 x 5 m. Begitu halnya dengan pondasi masjid pondok pesantren
yang terletak dalam lingkungan pesantren, mendapat bantuan dari Gubernur Jambi H.
Zulkifli Nurdin sebesar Rp. 40.000.000,-, kemudian diberi nama Al Hasanah,

Ada pula wakaf tanah dari warga (keluarga H. Nyimas Kadiah) sebesar ¾ ha tanah yang
lokasinya berdampingan dengan lokasi Pondok Pesantren Nidaul Qur‟an Tanjung. Dengan
adanya pendirian Tower milik PT. Telkomsel yang menggunakan tanah milik Pondok
Pesantren. Dalam hal ini pihak Terkomsel menyewa selama 20 tahun, maka pihak Pondok
Pesantren mendapatkan uang sewa sebesar Rp. 60.000.000,- juta rupiah dimana uang
tersebut digunakan untuk kepentingan pembangunan sarana prasarana Pondok Pesantren
dan hal-hal lainnya. Tahun 2004 dibangunlah gedung 1 unit yang terdiri dari 6 ruang
belajar dengan sumber dana dari Yayasan dan bantuan Kanwil Depag Provinsi Jambi
melalui Kasi PK Pontren sebesar Rp. 4.500.000,- kemudian tahun 2006 Diknas Provinsi
Jambi memberikan bantuan berupa gedung 1 unit ruangan Laboratorium IPA untuk SMPs
Nidaul Qur‟an dalam keadaan kosong. Begitupun halnya pada tahun 2008, terdapat
bantuan RKB sebanyak 1 unit gedung dengan 3 ruangan belajar dari Pemerintahan
Kabupaten Sarolangun melalui Dinas Pendidikan Kabupaten sarolangun untuk madrasah
Ibtidaiyah Nidaul Qur‟an. Pada tahun yang sama Dinas Pendidikan Provinsi Jambi
memberikan bantuan sarana prasarana 1 ruang untuk SMP Nidaul Qur‟an dan bantuan
2ruangan dari dana Block Grand dari Dinas Pendidikan Provinsi Jambi untuk SMA Nidaul
Qur‟an. Sampai dengan tahun 2008 kondisi air Pondok Pesantren mengalami kekeringan
dan airnya keruh. Hal ini menyebabkan siswa mandi di Sungai Tembesi setelah pihak
Yayasan dan Pengelola berupa mencari bantuan, akhirnya Bupati Sarolangun yaitu H.
Hasan Basri Agus mmeberikan bantuan 2 buah sumur bor lengkap beserta alat sedot
airnya, yang total biaya berkisar Rp. 20.000.000,-

: Pendiri & Pengurus Yayasan An-Nida’ No Nama Jabatan di yayasan An-Nida 1 2 3 1 2 3 H. Kadarudin
Ibnu Abbas KH. Zainal Abidin Ketua Sekretaris Bendahara 59 4 Abdulla Anggota 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
15 Muchsin, A.M.Pd Drs. Ahmad Luthfi Zainal Abidin Misbah Jamal, BA Drs. M. Nasir Muhammad Akib
Kemas Herman Kamdel Hazet Ir. Marlan Habibi Ismed Hayatul Hamdi Anggota Anggota Anggota Anggota
Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota (Data & Dokumentasi) 81
Alasan beliau mendirikan Pondok Pesantren adalah :

1. Memberi kesempatan bagi masyarakat sekitar (di Kecamatan Bathin VIII dan Kabupaten
Sarolangun) yang berminat menyekolahkan anaknya ke Pondok Pondok Pesantren di luar
Kabupaten atau luar daerah seperti ke Jawa, akan tetapi dengan keterbatasan dan dan
kemampuan yang di miliki tidak memungkinkan menyekolahkan anaknya tersebut di Luar
kabupaten dan Daerah.

2. Menjadi Pondok Pesantren sebagai tempat pengabdian bagi alumni-alumni pondok-


pondok pesantren dan alumni sekolahsekolah umum dan agama yang telah menyelesaikan
setudi di berbagai lembaga pendidikan tersebut termasuk pondok pesantren, sekolah-
sekolah umum dan agama lainnya, khususnya bagi putra putri yang berasal dari Desa
Tanjung, dari Kecamatan Bathin VIII dan dari Kabupaten Sarolangun umumnya bagi
generasi muda muslim seluruh Indonesia dan bahkan seluruh dunia yang berkeinginan
mengabdi mengembangkan ilmu pengetahuan yang di dapati selama menuntut ilmu di
berikan ke pada generasi muda muslim yang akan datang.

3. Menjadikan Pondok Pesantren Nidaul Qur‟an Tanjung sebagai pusat dakwah dan
pendidikan di Kabupaten Sarolangun dalam rangka menciptakan generasi dan masyrakat
yang Islami berpengetahuan mendalam dan mampu mengamalkan ajaran Islam dengan
sempurna dan dengan keikhlasan yang tinggi.

4. Dalam rangaka turut membangun Negara Republik Indonesia atas landasan Ketuhanan
yang Maha Esa menuju masyarakat adil dan makmur yang di ridlhoi Allah Subhanahu
wataala.

5. Membantu Pemerintah dalam usaha membina mengembangkan kesejahteraan


masyarakat dalam bidang sosial, Pendidikan dan Kebudayaan..

6. Mengusahakan terciptanya masyarakat muslim bertanggung jawab terhadap agama,


nusa dan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai