Anda di halaman 1dari 16

BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI DALAM KONSELING

MAKALAH

Disusun Oleh Kelompok 11:


Ade Euis Nurfaijah

07140100267

Lilis Novita Sari

07140100271

Merry Martania

07140100272

Churnia Dhamayria

07140100273

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
TAHUN AJARAN 2015

KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas
berkat dan rahmat-Nya serta hidayah-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah yang berjudul Bentuk-bentuk komunikasi dalam konseling.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan
dan Konseling. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak lepas dari
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.

Jakarta, Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................

Bentuk-Bentuk Komunikasi Dalam Konseling........................

A. Komunikasi Verbal ...............................................................

Simbol Pesan Verbal Dalam Komunikasi Kesehatan ........................


Contoh Komunikasi verbal ..................................................................
B. Kominikasi Non Verbal .........................................................................
Simbol Pesan Non Verbal Dalam Komunikasi Kesehatan ................
Fungsi Pesan Non Verbal ......................................................................
C. Implikasi Bentuk-Bentuk Komunikasi Dalam Konseling .................
Contoh konseling kebidanan pada ibu melahirkan ...........................
Bentuk-bentuk lain dari komunikasi ..................................................
Daftar Pustaka

4
6
7
8
11
12
12
12

BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI DALAM KONSELING


A. KOMUNIKASI VERBAL
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai
alat sehingga komunikasi verbal ini sama artinya dengan komunikasi kebahasaan.
Komunikasi kebahasaan dapat dijalin secara lisan atau kata-kata yang diucapkan
(vokal), dan ditulis (visual). Bahasa dapat di definisikan sebagai seperangkat
simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut yang
digunakan dan dipahami suatu komunitas. Pesan verbal adalah semua jenis simbol
yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai
sistem kode verbal. Simbol yang digunakan sebagai alat adalah kata yang
digunakan untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon
emosional atau menguraikan objek observasi dan ingatan.
Jenis komunikasi yang paling sering digunakan dalam pelayanan kebidanan
dan keperawatan di rumah sakit adalah informasi verbal, terutama dalam
percakapan tatap muka. Komunikasi ini terkait dengan penggunaan kata-kata atau
tulisan. Bahasa dapat efektif jika pengirim pesan dan penerima pesan dapat
mengerti pesan secara jelas, penambahan satu kata dapat mengubah arti kalimat.
Seorang bidan sering kali menangani klien dari berbagai daerah yang
berkomunikasi menggunakan bahasa daerahnya. Perbedaan bahasa ini biasanya
dapat menimbulkan salah paham atau salah persepsi. Oleh karena itu, untuk
membuat pesan menjadi jelas dan relevan, bidan harus menguasai teknik
komunikasi verbal yang efektif. Karakteristik komunikasi verbal yang efektif
adalah sebagai berikut:
1. Jelas dan ringkas. Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek, dan
langsung. Penggunaan contoh dapat membuat penjelasan lebih mudah dipahami.
Ulangi bagian penting dari pesan yang sedang disampaikan. Penerima pesan
perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan di mana. Ringkas,
dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.
Penggunaan kalimat katakan pada saya di mana rasa nyeri anda lebih baik

daripada saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang Anda rasakan
tidak enak.
2. Perbendaharaan kata. Komunikasi tidak akan berhasil jika penerima pesan
tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan pengirim pesan. Banyak istilah
teknis yang digunakan dalam kebidanan, keperawatan, dan kedokteran. Jika
istilah teknis ini digunakan oleh bidan, klien menjadi bingung dan tidak mampu
mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan
istilah yang dimengertioleh klien. Lebih baik jika bidan menggunakan kalimat
coba ibu tidur telentang, sementara akan saya periksa kehamilan Ibu daripada
menggunakan kalimat tidurlah, sementarasaya palpasi perut ibu.
3. Arti denotatif dan konotatif. Suatu kata dapat mengandung beberapa arti. Arti
denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan arti konotatif merupakan fikiran, perasaan, atau ide yang terdapat
dalam suatu kata.
4. Intonasi. Bunyi suara pembicaraan dapat memengaruhi arti pesan. Kalimat
sederhana, seperti Bagaimana keadaan Ibu? dapat diekspresikan dengan
penuh perhatian, gembira, susah, dan lain-lain. Emosi seseorang secara
langsung memengaruhi intonasi suaranya.
5. Kecepatan berbicara. Keberhasaan komunikasi verbal dipengaruhi oleh
kecepatan bicara. Bidan sebaiknya tidak bebicara terlalu cepat sehingga katakata menjadi tidak jelas. Bidan perlu menanyakan kepada klien apakah ia
berbicara terlalu cepat atau terlalu lama.
6. Humor. Dugan (1989) menyatakan bahwa tertawa membantu mengurangi
ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres serta dapat meningkatkan
keberhasilan bidan dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.
Namun, bidan perlu hati-hati agar tidak menggunakan humor untuk menutupi
ketidakmampuannya dalam berkomunikasi dengan klien.
Keterbatasan bahasa :
a. Keterbatasaan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk mewakili tertentu :
orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata
tersedia untuk merujuk pada objek. Sesuatu kata hanya mewakili realitas, tetapi
bukan bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.

Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya


baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dan sebagainya.
b. Kata-kata bersifat ambigu dan konteksstual
Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata mempresentasikan persepsi
dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial
budaya yang berbeda pula. Kata berat yang mempunyai makna yang nuansanya
beraneka ragam. Misalnya : tubuh orang itu berat, kepala saya berat, ujian itu
berat, dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada mahasiswanya yang
menyontek.
c. Kata-kata mengadung bias budaya.
Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat
berbagai kelompok manusia dengan budaya dan sub budaya yang berbeda, tidak
mengherankan bila terdapat kata kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama
tetapi dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari
budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketika mereka
menggunakan kata yang sama.
Misalnya kata awak untuk orang Minang adalah saya atau kita,
sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan Malaysia) berarti kamu.
Komunikasi hanya terjadi bila kita memilki makna yang sama hanya
terbentuk bila kita memilki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang
sama hanaya terbentuk bila kita memiliki pengalaman masa lalu atau kesamaan
struktur kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan
komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan
yang sama, ideologi yang sama, pendeknya mempunyai sejumlah maksimal
pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak adaa isomorfisme total.
d. Percampuradukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.
Dalam berbahasa kita sering mencapuradukkan fakta (uraian), penafsiran
(dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan kekeliruan persepsi.
Contohnya : apa yang ada dalam pikiran kita ketika melhat seorang pria
dewasa sedangkan membeleh kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi?.
Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang bekerja. Akan tetapi,
jawaban sesungguhnya bergantung pada : Pertama, apa yang dimaksud bekerja?.
Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah?
Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk
mencari nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila
pekerjaan orang itu adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah membaca,

berbicara, menulis, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai
baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya.
Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam
bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian
(encoding). Bahasa adalah alat penyajian, tetapi alat yang tidak begitu baik
(lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan kecermatan dalam
berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya,
bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan
dan kesalahpahaman.
Simbol pesan verbal dalam komunikasi kesehatan
Konsep komunikasi verbal tidak dapat dilepaskan dari ilmu bahasa atau
linguistik. Dalam praktiknya, cara manusia berkomunikasi melalui bahasa yang
secara formal dilakukan melalui bahasa lisan dan tulisan.
a. Penggunaan bahasa secara pragmatis
Ketika menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, harus disadari
bahwa ada perbedaan terletak pada aspek kepraktisan. Artinya, orang tidak
terbiasa berbahasa lisan dengan mengikuti semua aturan tata bahasa indonesia.
Bagi kita, berkomunikasi adalah membuat orang lain cepat mengerti, yang
dalam istilah komunikasi memberikan makna yang sama atas apa yang kita
ucapkan. Itulah aspek paragmatis suatu bahasa. Seseorang komunikator
kesehatan harus memperhatikan kebiasaan dan kepraktisan bahasa dikalangan
berbagai macam komunikan.

b. Variasi bahasa
Dalam berkomunikasi kesehatan, apalagi situasi antar budaya, harus
memperhatikan beberapa variasi berbahasa yang bersumber pada :
1. Dialek
Dialek merupakan variasi penggunaan bahasa di suatu daerah bahasa.
2. Aksen
Aksen menunjukkan kekhasan tekanan dalam ucapan bahasa lisan.
3. Jargon

Jargon adalah sebuah unit kata-kata atau istilah yang dipertukarkan oleh
mereka yang sama profesi atau pengalamannya. Contoh: istilah SKS hanya
dapat dimergerti dikalangan dosen dan mahasiswa.
4. Argot
Argot adalah bahasa khusus yang digunakan oleh suatu kelompok tertentu
untuk mendefinisikan batas-batas kelompok mereka dengan orang lain. Di
kalangan anak-anak sering menggunakan bahasa khusus yang hanya
dimengerti di kalangan mereka. Contoh: kapan saya bisa datang ke rumah
kamu?. ( Kaken saken deken keken ruken kaken?).
c. Berbahasa pada saat yang tepat
Dalam berkomunikasi, terutama dalam situasi antar budaya, ada beberapa
perbedaan yang perlu diperhatikan. Menurut Oihowutun (1997) anda harus
memperhatikan:
1. Kapan orang berbicara
Jika kita berkomunikasi antar budaya perlu diperhatikan bahwa ada
kebiasaan (habits) budaya yang mengajarkan kepatutan kapan seseorang
harus atau boleh berbicara. Orang Tior, Batak, Sulawesi, Amborn, Irian,
mewarisi sikap kapan saja bicara, tanpa membedakan yang tua dan yang
muda. Namun orang Jawa dan Sunda mengenal aturan atau kebiasaan kapan
orang berbicara. Misalnya: yang lebih muda banyak mendengarkan daripada
yang tua, yang tua berbicara lebih banyak dari pada yang muda.
2. Apa yang dikatakan
Laporan study Eades (1982) mengungkapkan bahwa orang Aborigin
Australia tidak pernah mengajukan pertanyaan mengapa?. Suzanne
Scolon (1982) mendapati orang Indiaan Athabaska jarang bertanya. Terdapat
anggapan pertanyaan dianggap terlalu keras, karena menuntut jawaban.
3. Kecepatan dan jedah berbicara
Yang dimaksudkan dengan kecepatan dan jedah berbicara adalah peraturan
kendali berbicara menyangkut tingkat kecepatan dan istirahat sejenak
dalam berkomunikasi antara dua pihak.
4. Hal memperhatikan
Konsep ini berkaitan erat dengan gaze atau pandangan mata yang
diperkenankan waktu berbicara bersama-sama. Orang Batak dan Timor
biasanya berbicara sambil menatap mata dan wajah orang lain. Orang Jawa
tidak mementingkan melihat, tetapi mendengarkan.
5. Intonasi

Masalah intonasi cukup berpengaruh dalam berbagai bahasa yang berbeda


budaya. Oarang kadang di Lembata atau Flores memakia kata bua berarti
melahirkan. Namun kata yang sama kalau ditekan pada huruf akhiran a
bua (buaq), berarti berlayar.
d. Gaya bahasa
Gaya pesan menunjukkan variasi linguistik dalam penyampaian pesan dengan :
1. Pengulangan
2. Mudah dimengerti
3. Perbendaharaan kata

Contoh komunikasi verbal :


a.
b.
c.
d.

Seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon


Mendengarkan radio
Membaca buku, majalah novel
Menulis surat lamaran

B. KOMUNIKASI NON VERBAL


Komunikasi non verbal adalah komunikasi yanng tidak menggunakan
bahasa lisan maupun tulisan, tetapi menggunakan bahasa kial, bahasa gambar dan
bahasa singkat.
Bahasa kial adalah bahasa yang menggunakan gerakan tangan atau tubuh
sebagai isyarat atau bisa suatu perbuatan, gerakan tersebut mempunyai arti pesan
dalam konteks komunikasi.
Disebut juga bahasa tubuh, meliputi isyarat, pergerakan tubuh, dan
penampilan fisik. Bidan perlu menyadari pesan verbal dan nonverbal yang
disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi karena isyarat
nonverbal menambah arti terhadap pesan verbal. Bidan yang memersiapkan pesan
nonverbal akan lebih mampu memahami dan mendeteksi kondisi klien serta
menentukan kebutuhan asuhan yang tepat untuk klien.
Komunikasi nonverbal dapat diamati pada karakteristik sebagai berikut.
1. Penampilan fisik

Penampilan seseorang meliputi karakteristik fisik dan cara berpakaian, dan


perhiasan.
2. Sikap tubuh dan cara berjalan
Menggambarkan konsep diri, mood, dan kesehatan.
3. Ekspresi wajah
Perasaan marah,sedih, terkejut, santai , bahagia,

jijik,

dan

bosan

dapatdigambarkan melalui ekspresi wajah.


4. Sentuhan
Kasih sayang, dukungan emosional dan perhatian disampaikan melalui sentuhan.

Simbol pesan non verbal dalam komunikasi kesehatan


Morris (1997) dan Liliweri (2007) membagi pesan non verbal sebagai berikut:
a. Kinestik
Kinestik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa
isyarat tubuh dan anggota tubuh.
1. Gestures
Gestures merupakan bahasa isyarat yang ditampilkan oleh gerakan tubuh atau
sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasikan
berbagai makna.
2. Ekpresi wajah
Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyapaikan makna tertentu.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling
sedikit sepuluh kelompok makna, yaitu : kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan,
kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad.
Leathers (1976) menyampaikan penelitian penelitian tentang wajah sebagai
berikut:

a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan tak senang,


yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitian baik
atau buruk.
b. Wajah mengkomunikasikan berminat dan tak berminat pada orang laing atau
lingkungan.
c. Wajak mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi.
d. Wajak mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu

terhadap

pernyataan sendiri, dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau


kurang pengertian.
3. Postural
Berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan
adalah:
a. Immediacy yaitu merupakan ungkapan kesukaan dan ketidaksukaan terhadap
individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak berbicara
menunjukkan kesukaan dan penilaian positif.
b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat
membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, postur orang
yang merendah.
c. Responsiveness, individu dapat beraksi secara emosinal pada lingkungan
secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda
mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
4. Kontak mata
Kontak mata merupakan simbol non verbal yang sangat penting dalam beberapa
kebudayaan namun tidak penting bagi budaya lain.
b. Proksemik
Proksemik bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh ruang, waktu, dan jarak
antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau individu dengan
objek. Proksemik dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Proksemik jarak
Proksemik jarak merupakan bahasa jarak sebagai simbol komunikasi
yang paling sensitif. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan
keakrabaan kita dengan orang lain.
2. Proksemik ruang

Dalam kasus proksemik ruang, berikut ini beberapa contoh di mana kita
dapat menginterprestasikan maknanya, yakni:
a.
b.
c.
d.
e.

Ukuran ruang
Hawa atau udara dalam ruang
Warna
Pencahayaan
Jangkauan ruang

3. Proksemik waktu
Meliputi penggunaan waktu untuk berkomunikasi secara non verbal. Waktu
menggambarkan suatu peristiwa yang dapat memberikan makna tertentu,
maksudnya dan tujuan tertentu.
c. Haptik
Haptik sering disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua orang
waktu berkomunikasi. Ahli komunikasi non verbal yang mengatakan haptik sama
dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus, dan mencubit.
d. Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga bermanfaat kalau kita
hendak menginterprestasikan simbol verbal. Pesan non verbal yang berhubungan
dengan cara mengucapkan pesan verbal. Suatu pesan verbal yang sama dapat
menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Coontoh: orang
Jawa tidak mengungkapkan kemarahan dnegan suara keras. Mengkritik orang
biasanya tidak diungkapkan secara berlangsung, tetapi dnegan anekdot.
e. Artifak
Artifak dalam komunikasi non verbal dimaksudkan dengan berbagai benda material
di sekitar kita, dan bagaimana cara benda-benda itu digunakan untuk menampilkan
pesan tatkala dipergunakaan. Diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan
kosmetik. Contoh: Sepeda motor, mobil, kulkas, komputer, dan lain-lain mungkin
hanya sekedar benda. Namun dalam situasi sosial tertentu, benda-benda tersebut
memberi pesan pada orang lain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dari
benda-benda yang mereka gunakan.
f. Logo dan warna
Peran warna mempunyai arti penting karena: warna berkaitan dengan kepribadian,
berkaitan dengan faktor-faktor kepribadian, da lain-lain.

g. Tampilan fisik tubuh


Tipe tubuh merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada orang tersebut.
Salah satu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah persuatif, artinya
bagaimana merancang pesan sedemikan rupa sehingga mampu mempengaruhi orang
lain agar dapat mengetahui informasi, menikmati informasi, memutuskan untuk
membeli atau menolak informasi dari sumber informasi.

Fungsi pesan nonverbal.


Mark L. Knapp dalam buku psikologi komunikasi oleh jalalludin (2005), menyebut
lima fungsi pesan non verbal yang dihubungkan dengan pesan verbal :
a. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal.
Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
b. Substitusi, yaitu menggatikan lambang lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah
katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk
anggukkan kepala.
c. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan
verbal. Misalnya anda memuji prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya
berkata Hebat, kau memang hebat.
d. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makana pesan non verbal.
Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap
dengan kat kata.
e. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggaris bawahinya. Misalnya,
anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.

10

C. IMPLIKASI BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI DALAM KONSELING


Contoh konseling kebidanan pada ibu melahirkan :
1. Menjalin hubungan yang baik dengan klien : Bidan menerima klien apa adanya
dan memberikan dorongan verbal yang positif.
2. Kehadiran : Bidan memberikan pendampingan klien yang bersalin di fokuskan
secara fisik dan psikologi. Kehadiran bidan di saat itu merupakan bentuk
komunikasi non verbal.
3. Mendengarkan : bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
4. Sentuhan : sentuhan bidan terhadap klien akan memberikan rasa nyaman dan
membantu relaksasi.
5. Memberikan informasi tentang kemajuan persalinan : memberikan rasa percaya
diri pada klien bahwa klien dapat menyelesaikan persalinan.
6. Memandu persalinan : menganjurkan pada klien untuk meneran saat his
berlangsung.
7. Mengadakan kontak fisik dengan klien : mengelap keringat, mengipasi,
memeluk pasien, menggosok punggung klien.
8. Memberikan pujian pada klien atas usaha yang telah dilakukan : Bidan
mengatakan Bagus,Bu. Pintar sekali menerannya.
9. Memberikan ucapan selamat pada klien atas kelahiran putranya dan mengatakan
berbahagia.
Bentuk-bentuk lain dari komunikasi :
a. Komunikasi massa
Komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan
media massa. Massa adalah sekumpulan orang-orang yang hubungan antarsosialnya

11

tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu. Komunikasi massa sangat efisien
karena menjangkau daerah yang luas atau audiensi yang praktis tidak terbatas,
namun komunikasi massa kurang efektif dalam pembentukan sifat persona karena
komunikasi massa tidak dapat langsung diterima oleh massa,tetapi melalui opinion
leader ; ialah

yang kemudian menerjemahkan apa yang disampaikan dalam

komunikasi massa itu kepada komunikan.


b. Komunikasi interpersonal
Proses komunikasi yang terjadi dalam diri seorang, berupa pengolahan informasi
melalui panca indera dan sistem syaraf.
Contoh : berpikir, merenung, menggambarkan, menulis sesuatu dan lain-lain.
c. Komunikasi intrapersonal
Kegiatan yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lainnya.
Contoh : Percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan melalui telepon dan
lain-lain.
d. Komunikasi kelompok
Komunikasi yang ditujukan kepada kelompok tertentu. Kelompok tertentu adalah
suatu kumpulan manusia yang mempunyai antar dan antara hubungan sosial yang
nyata dan memperlihatkan struktur yang nyata pula.
Contoh komunikasi kelompok adalah ceramah, briefing, penyuluhan, indoktrinasi
dan lai-lain. Komunikasi kelom[ok lebih efektif dalam pembentukan sikap persona
daripada komunikasi massa, namun kurang efisien. Sebaliknya kurang efektif bila
dibandingkan dengan komunikasi persona, tapi lebih efisien.

12

DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawati dan Rochimah. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik
Kebidanan. Jakarta: CV Trans Info Media.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Tyastutu, Siti. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam Pelayanan Kebidanan.
Yogyakarta: Fitramaya.
Yulifah, Rita dan Tri Johan Agus Yuswanto. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam
Kebidanan. Jakarta: Salemba
Wulandari, Diah. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik kebidanan.
Jogjakarta: Nuha Medika Press.

13

Anda mungkin juga menyukai