MAKALAH
07140100267
07140100271
Merry Martania
07140100272
Churnia Dhamayria
07140100273
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas
berkat dan rahmat-Nya serta hidayah-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah yang berjudul Bentuk-bentuk komunikasi dalam konseling.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan
dan Konseling. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak lepas dari
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
4
6
7
8
11
12
12
12
daripada saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang Anda rasakan
tidak enak.
2. Perbendaharaan kata. Komunikasi tidak akan berhasil jika penerima pesan
tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan pengirim pesan. Banyak istilah
teknis yang digunakan dalam kebidanan, keperawatan, dan kedokteran. Jika
istilah teknis ini digunakan oleh bidan, klien menjadi bingung dan tidak mampu
mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan
istilah yang dimengertioleh klien. Lebih baik jika bidan menggunakan kalimat
coba ibu tidur telentang, sementara akan saya periksa kehamilan Ibu daripada
menggunakan kalimat tidurlah, sementarasaya palpasi perut ibu.
3. Arti denotatif dan konotatif. Suatu kata dapat mengandung beberapa arti. Arti
denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan arti konotatif merupakan fikiran, perasaan, atau ide yang terdapat
dalam suatu kata.
4. Intonasi. Bunyi suara pembicaraan dapat memengaruhi arti pesan. Kalimat
sederhana, seperti Bagaimana keadaan Ibu? dapat diekspresikan dengan
penuh perhatian, gembira, susah, dan lain-lain. Emosi seseorang secara
langsung memengaruhi intonasi suaranya.
5. Kecepatan berbicara. Keberhasaan komunikasi verbal dipengaruhi oleh
kecepatan bicara. Bidan sebaiknya tidak bebicara terlalu cepat sehingga katakata menjadi tidak jelas. Bidan perlu menanyakan kepada klien apakah ia
berbicara terlalu cepat atau terlalu lama.
6. Humor. Dugan (1989) menyatakan bahwa tertawa membantu mengurangi
ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres serta dapat meningkatkan
keberhasilan bidan dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.
Namun, bidan perlu hati-hati agar tidak menggunakan humor untuk menutupi
ketidakmampuannya dalam berkomunikasi dengan klien.
Keterbatasan bahasa :
a. Keterbatasaan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk mewakili tertentu :
orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata
tersedia untuk merujuk pada objek. Sesuatu kata hanya mewakili realitas, tetapi
bukan bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.
berbicara, menulis, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai
baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya.
Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam
bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian
(encoding). Bahasa adalah alat penyajian, tetapi alat yang tidak begitu baik
(lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan kecermatan dalam
berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya,
bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan
dan kesalahpahaman.
Simbol pesan verbal dalam komunikasi kesehatan
Konsep komunikasi verbal tidak dapat dilepaskan dari ilmu bahasa atau
linguistik. Dalam praktiknya, cara manusia berkomunikasi melalui bahasa yang
secara formal dilakukan melalui bahasa lisan dan tulisan.
a. Penggunaan bahasa secara pragmatis
Ketika menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, harus disadari
bahwa ada perbedaan terletak pada aspek kepraktisan. Artinya, orang tidak
terbiasa berbahasa lisan dengan mengikuti semua aturan tata bahasa indonesia.
Bagi kita, berkomunikasi adalah membuat orang lain cepat mengerti, yang
dalam istilah komunikasi memberikan makna yang sama atas apa yang kita
ucapkan. Itulah aspek paragmatis suatu bahasa. Seseorang komunikator
kesehatan harus memperhatikan kebiasaan dan kepraktisan bahasa dikalangan
berbagai macam komunikan.
b. Variasi bahasa
Dalam berkomunikasi kesehatan, apalagi situasi antar budaya, harus
memperhatikan beberapa variasi berbahasa yang bersumber pada :
1. Dialek
Dialek merupakan variasi penggunaan bahasa di suatu daerah bahasa.
2. Aksen
Aksen menunjukkan kekhasan tekanan dalam ucapan bahasa lisan.
3. Jargon
Jargon adalah sebuah unit kata-kata atau istilah yang dipertukarkan oleh
mereka yang sama profesi atau pengalamannya. Contoh: istilah SKS hanya
dapat dimergerti dikalangan dosen dan mahasiswa.
4. Argot
Argot adalah bahasa khusus yang digunakan oleh suatu kelompok tertentu
untuk mendefinisikan batas-batas kelompok mereka dengan orang lain. Di
kalangan anak-anak sering menggunakan bahasa khusus yang hanya
dimengerti di kalangan mereka. Contoh: kapan saya bisa datang ke rumah
kamu?. ( Kaken saken deken keken ruken kaken?).
c. Berbahasa pada saat yang tepat
Dalam berkomunikasi, terutama dalam situasi antar budaya, ada beberapa
perbedaan yang perlu diperhatikan. Menurut Oihowutun (1997) anda harus
memperhatikan:
1. Kapan orang berbicara
Jika kita berkomunikasi antar budaya perlu diperhatikan bahwa ada
kebiasaan (habits) budaya yang mengajarkan kepatutan kapan seseorang
harus atau boleh berbicara. Orang Tior, Batak, Sulawesi, Amborn, Irian,
mewarisi sikap kapan saja bicara, tanpa membedakan yang tua dan yang
muda. Namun orang Jawa dan Sunda mengenal aturan atau kebiasaan kapan
orang berbicara. Misalnya: yang lebih muda banyak mendengarkan daripada
yang tua, yang tua berbicara lebih banyak dari pada yang muda.
2. Apa yang dikatakan
Laporan study Eades (1982) mengungkapkan bahwa orang Aborigin
Australia tidak pernah mengajukan pertanyaan mengapa?. Suzanne
Scolon (1982) mendapati orang Indiaan Athabaska jarang bertanya. Terdapat
anggapan pertanyaan dianggap terlalu keras, karena menuntut jawaban.
3. Kecepatan dan jedah berbicara
Yang dimaksudkan dengan kecepatan dan jedah berbicara adalah peraturan
kendali berbicara menyangkut tingkat kecepatan dan istirahat sejenak
dalam berkomunikasi antara dua pihak.
4. Hal memperhatikan
Konsep ini berkaitan erat dengan gaze atau pandangan mata yang
diperkenankan waktu berbicara bersama-sama. Orang Batak dan Timor
biasanya berbicara sambil menatap mata dan wajah orang lain. Orang Jawa
tidak mementingkan melihat, tetapi mendengarkan.
5. Intonasi
jijik,
dan
bosan
terhadap
Dalam kasus proksemik ruang, berikut ini beberapa contoh di mana kita
dapat menginterprestasikan maknanya, yakni:
a.
b.
c.
d.
e.
Ukuran ruang
Hawa atau udara dalam ruang
Warna
Pencahayaan
Jangkauan ruang
3. Proksemik waktu
Meliputi penggunaan waktu untuk berkomunikasi secara non verbal. Waktu
menggambarkan suatu peristiwa yang dapat memberikan makna tertentu,
maksudnya dan tujuan tertentu.
c. Haptik
Haptik sering disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua orang
waktu berkomunikasi. Ahli komunikasi non verbal yang mengatakan haptik sama
dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus, dan mencubit.
d. Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga bermanfaat kalau kita
hendak menginterprestasikan simbol verbal. Pesan non verbal yang berhubungan
dengan cara mengucapkan pesan verbal. Suatu pesan verbal yang sama dapat
menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Coontoh: orang
Jawa tidak mengungkapkan kemarahan dnegan suara keras. Mengkritik orang
biasanya tidak diungkapkan secara berlangsung, tetapi dnegan anekdot.
e. Artifak
Artifak dalam komunikasi non verbal dimaksudkan dengan berbagai benda material
di sekitar kita, dan bagaimana cara benda-benda itu digunakan untuk menampilkan
pesan tatkala dipergunakaan. Diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan
kosmetik. Contoh: Sepeda motor, mobil, kulkas, komputer, dan lain-lain mungkin
hanya sekedar benda. Namun dalam situasi sosial tertentu, benda-benda tersebut
memberi pesan pada orang lain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dari
benda-benda yang mereka gunakan.
f. Logo dan warna
Peran warna mempunyai arti penting karena: warna berkaitan dengan kepribadian,
berkaitan dengan faktor-faktor kepribadian, da lain-lain.
10
11
tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu. Komunikasi massa sangat efisien
karena menjangkau daerah yang luas atau audiensi yang praktis tidak terbatas,
namun komunikasi massa kurang efektif dalam pembentukan sifat persona karena
komunikasi massa tidak dapat langsung diterima oleh massa,tetapi melalui opinion
leader ; ialah
12
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawati dan Rochimah. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik
Kebidanan. Jakarta: CV Trans Info Media.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Tyastutu, Siti. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam Pelayanan Kebidanan.
Yogyakarta: Fitramaya.
Yulifah, Rita dan Tri Johan Agus Yuswanto. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam
Kebidanan. Jakarta: Salemba
Wulandari, Diah. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik kebidanan.
Jogjakarta: Nuha Medika Press.
13