Anda di halaman 1dari 23

MEMAHAMI KESULITAN BELAJAR SISWA DAN CARA

MENGATASINYA

Makalah

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konsling yang diampu
oleh Ibu Dr. Euis Kumiati. M.Pd

disusun oleh:

Risma Handayani 1703966

Agus Rahmatulloh 1706059

Sinta Lestari 1703582

Awwaliya Fatin R. 1703021

Kelompok 6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt., karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah mengenai “Memahami Kesulitan
Belajar Siswa dan Cara Mengatasinya” ini dengan lancar meski pun masih jauh dari
kata sempurna.
Makalah “Memahami Kesulitan Belajar Siswa dan Cara Mengatasinya” ini
ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konsling. Makalah ini
tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Yang Terhormat:
1. Ibu Dr. Hj. Meta Arief M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi
Universitas Pendidikan Indonesia;
2. Ibu Dr. Euis Kumiati. M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bimbingan dan Konsling;
3. Rekan-rekan penulis, khususnya rekan-rekan kelas penulis yang selalu
memotivasi penulis untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan sumber yang
dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini. Penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun
untuk perbaikan di masa mendatang.
Besar harapan penulis, semoga makalah ini memberikan banyak manfaat,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 1

BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................................... 3


A. Makna Kesulitan Belajar .................................................................................... 3

B. Ciri-ciri Kesulitan Belajar.................................................................................... 3

C. Tujuan Identifikasi Kasus .................................................................................... 5

D. Cara-cara Identifikasi Masalah ............................................................................ 5

E. Tujuan Layanan Diagnostik............................................................................... 10

F. Tujuan Layanan Prognosis ................................................................................ 10

G. Contoh-contoh Penyebab Kesulitan Belajar ...................................................... 10

H. Cara-cara Menangani Kesulitan Belajar ............................................................ 12

I. Cara Membuat Rekomendasi Pembelajaran Diagnostik ................................... 17

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 19


A. Simpulan ............................................................................................................ 19

B. Saran .................................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai
kenerja akademik yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas
bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan
fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan siswa dengan siswa lainnya.

Melihat kenyataan yang terjasdi pada diri siswa mengenai kesulitan belajar
menunjukkan bahwa banyak masalah yang dihadapi para siswa dalam menenpuh
pendidikan. Penyelenggara pendidikan di sekolah-sekolah pada umumnya hanya
ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga yang
berkmampuan lebih atau yang berkemampuan kurangterabaikan

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana makna kesulitan belajar?
2. Bagaimana ciri-ciri kesulitan belajar?
3. Bagaimana tujuan identifikasi kasus?
4. Bagaimana cara-cara identifikasi masalah?
5. Bagaimana tujuan layanan diagnostik?
6. Bagaimana tujuan layanan prognosis?
7. Bagaimana contoh-contoh penyebab kesulitan belajar?
8. Bagaimana cara-cara menangani kesulitan belajar?
9. Bagaimana cara membuat rekomendasi pembelajaran diagnostik?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui makna kesulitan belajar


2. Untuk mengetahui ciri-ciri kesulitan belajar

1
2

3. Untuk mengetahui tujuan identifikasi kasus


4. Untuk mengetahui cara-cara identifikasi masalah
5. Untuk mengetahui tujuan layanan diagnostik
6. Untuk mengetahui tujuan layanan prognosis
7. Untuk mengetahui contoh-contoh penyebab kesulitan belajar
8. Untuk mengetahui cara-cara menangani kesulitan belajar
9. Untuk mengetahui cara membuat rekomendasi pembelajaran diagnostik
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Makna Kesulitan Belajar


Azis (2001:19). Kesulitan dalam belajar merupakan kondisi ketertinggalan
dalam belajar jika keberhasilan di sekolahnya lebih rendah daripada teman-teman
pada tingkat umur dan saat yang sama, ketertinggalan tersebut dapat berupa
ketertinggalan dalam bidang bakat, dan pada bidang pelajaran praktis.

Abdurrahman (1998:9), Secara umum kesulitan belajar dapat dikelompokkan


menjadi dua kelompok yaitu Kesulitan belajar yang berhubungan dengan
perkembangan (developmental learning disabilities) dan Kesulitan belajar akademik
(academic learning disabilities). Kesulitan belajar akademik pada umumnya terdapat
pada anak yang belajar di sekolah dengan hasil pencapaian belajar dibawah
kemampuan akademik yang sebenarnya.

Yusuf dkk (2003:7). Anak yang karena satu dan lain hal secara signifikan
menunjukkan kesulitan dalam mengikuti pendidikan pada umumnya, tidak mampu
mengembangkan potensinya secara maksimal, prestasi belajar yang dicapai berada
dibawah potensinya sehingga mereka memerlukan perhatian dan layanan khusus
untuk mendapatkan hasil yang terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuanya.

Jadi, ksulitan belajara adalah kondisi dimana siswa tidak dapat menerima
transfer ilmu yang diberikan oleh gurunya, atau suatu kondisi dimana peserta didik
mengalamai hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran.

B. Ciri-ciri Kesulitan Belajar


Tanda-tanda seorang anak mengalami kesulitan belajar sudah terlihat sejak ia
berusia 3-5 tahun. Pada masa-masa tersebut, biasanya anak-anak akan mengalami
perkembangan kognitif yang pesat, sehingga anak yang mengalami gangguan belajar
akan mengalami keterlambatan. Adapun ciri-ciri peserta didik yang mngalami sulitan
blajar :

1. Nilai pelajaran yang naik turun


2. Sulit mengatur kegiatan atau barang
3. Mudah lupa
4. Sering kehilangan barang-barang
3
4

5. Sering melamun
6. Ceroboh dan tidak teliti
7. Tidak termotivasi untuk belajar
8. Mudah menyerah
9. Sulit duduk tenang untuk jangka waktu yang lama
10. Banyak berbicara
11. Sulit menunggu giliran
12. Suka jail, iseng dan impulsive
13. Susah untuk fokus
14. Mengalami kesulitan dalam mengikuti perintah yang diberikan
15. Sulit mengerti tentang konsep waktu

Masalah belajar banyak ragamnya, yang pada umumnya dapat digolongkan atas :

1. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki


inteligensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara
optimal
2. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat
akademik yang cukup tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih
memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan
belajarnya yang amat tinggi itu.
3. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat
akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk
mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus
4. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yg kurang bersemangat
dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
5. Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang
kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan yang
seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ngulur waktu,
membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya,
dan sebagainya.
5

C. Tujuan Identifikasi Kasus


Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga
memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun
(2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni :

1. Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa


secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang
benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
2. Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh
keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa.
Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas
pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan
ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
3. Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan
ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan
cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu
tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk
dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
4. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui
tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
5. Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang
diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial .

D. Cara-cara Identifikasi Masalah


Dalam langkah identifikasi masalah meliputi antara lain:

1. Mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu

Sebenarnya tidaklah terlalu sulit untuk menjawab persoalan, apakah


kesulitan itu terjadi pada beberapa atau hanya salah satu bidang studi tertentu,
yaitu dengan jalan membandingkan nilai prestasi individu yang bersangkutan.
6

Dari semua bidang studi yang diikutinya atau angka nilai rata-rata prestasi (mean)
dari setiap bidang studi kalau kebetulan kasusnya adalah kelas maka dengan
mudah kita akan menemukan pada bidang studi manakah individu atau kelas itu
mengalami kesulitan.

2. Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian ruang lingkup bahan
pelajaran manakah kesulitan terjadi

Pada langkah ini pendekatan yang paling tepat (kalau ada) seyogyanya
menggunakan tes diagnostik. Dengan demikian, dalam keadaan belum tersedia tes
diagnostik yang khusus dipersiapkan untuk keperluan ini maka analisis masih
tetap dapat dilangsungkan dengan menggunakan naskah jawaban (answer sheets)
tes ulangan umum (TPB) triwulan atau semesteran.

3. Identifikasi faktor penyebab kesulitan belajar


4. Prognosis Mengambil Kesimpulan dan Meramalkan kemungkinan
penyembuhan

Seperti dijelaskan dalam paragraf pertama bahwa berdasarkan hasil analisis


diagnostik seperti kita pelajari dalam paragraf kedua dan ketiga; kita hendaknya:
(1) menarik suatu kesimpulan umum/meskipun hanya secara tentatif, (2)
membuat pemikiran apakah masalah itu mungkin untuk diatasi, selanjutnya (3)
memberikan saran tentang kemungkinan cara mengatasinya.

5. Rekomendasi bagi pelaksanaan pemecahannya dan referral

Untuk mengidentifikasi siawa yang diperkirakan mengalami masalah belajar


dapat dilakukan dengan cara; analisis hasil tes belajar, tes kemampuan dasar, skala
pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar, dan observasi saat proses belajar
mengajar berlangsung. Di bawah ini diuraikan cara mengidentifikasi tersebut di atas.

1. Analisis Hasil Tes Belajar


7

Melalui tes hasil belajar akan diketahui sejauh mana siswa telah mencapai
tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Siswa dikatakan telah mencapai
tujuan pengajaran apabila dia telah menguasai sebagian besar materi yang telah
diajarkan. Ketentuan penguasaan bahan ditentukan dengan menetapkan patokan,
yaitu persentase minimal yang harus dikuasai oleh siswa (misalnya 75%). Siswa
yang belum menguasai bahan pelajaran sesuai patokan yang ditetapkan, dikatakan
belum menguasai tujuan pengajaran. Siswa yang seperti ini diduga siswa yang
mengalami kesulitan belajar dan memerlukan bantuan khusus.

Berikut ini akan dijelaskan beberapa langkah operasional diagnosis kesulitan


belajar.

a. Dengan Metode Criterion referenced, yaitu tes yang mengasumsikan


bahwa instrumen evaluasi atau soal yang digunakan telah dikemabngkan
dengan memenuhi syarat-syarat tertentu. Tahapannya adalah sebagai
berikut :
1) Menetapkan angka nilai kualitatif minimal yang dapat diterima,
misalnya 5,0 atau 6,0

2) Membandingkan prestasi dari setiap siswa dengan angka nilai batas


lulus tersebut. Secara teoritis, mereka yang angka nilai prestasinya
berada di bawah lulus sudah dapat diduga sebagai siswa yang
mengalami kesulitan belajar.
3) Menghimpun siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar serta
mencari siswa yang mengalami gejala terparah (yang nilainya jauh
dibawah siswa penderita kesulitan belajar lainnya)
4) Membuat rangking atau tingkatan guna mempermudah dalam
pemberian prioritas layanan psikologis.
5) Dengan hasil penandaan itu maka dapat dikatakan bahwa kelas atau
individu-individu tersebut memerlukan bimbingan belajar karena
8

prestasinya belum memenuhi harapan (seperti yang digariskan dalam


TIK).
b.Dengan Metode norm-references, yaitu nilai prestasi rata-rata dijadikan
ukuran pembanding bagi setiap nilai prestasi masing-masing siswa.
Tahapannya adalah sebagai berikut :
1) Mencari dan menghitung nilai rata-rata kelas atau kelompok
2) Menandai siswa-siswa yang nilainya dibawah rata-rata
3) Jika mau diadakan prioritas layanan bimbingan, terlebih dahulu harus
membuat rangking seperti pada metoda pertama.
2. Tes Kemampuan Dasar

Setiap siswa memiliki kemampuan dasar atau kecerdasan tertentu. Tingkat


kemempuan ini biasanya diukur atau diungkap dengan menggunakan tes
kecerdasan yang sudah baku. Diasumsikan bahwa anak normal memiliki tingkat
kecerdasan (IQ) antara 90 – 109. Hasil belajar yang dicapai siswa hendaknya
dapat mencerminkan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Murid yang memiliki
kemampuan dasar tinggi akan mencapai hasil belajar yang tinggi pula. Bilamana
seorang siswa mencapai hasil belajar lebih rendah dari tingkat kecerdasan yang
dimilikinya, maka yang bersangkutan digolongkan sebagai siswa yang mengalami
masalah belajar atau di sebut Undeachiever.

3. Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar

Belajar merupakan tugas seorang siswa, oleh karena itu seorang siswa perlu
memiliki kebiasaan belajar yang baik sehingga dapat mencapai prestasi yang
optimal. Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor penen-tu keberhasilan
belajar. Hasil penelitian yang dilakukan Rosmawati (dalam Amti,1993),
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara kebiasaan belajar
dengan hasil belajar. Hal ini berarti siswa yang mempunyai kebiasaan belajar
yang baik cenderung memperoleh hasil belajar yang baik
9

Senada dengan pendapat di atas, Prayitno (dalam Amti,1993) menyatakan


cara belajar (yang meliputi sikap dan kebiasaan belajar) akan mempengaruhi
hasil belajar yang dicapai. Oleh sebab itu, jika seorang siswa mendapat nilai
yang kurang memuaskan dalam belajar, salah satu faktor penting yang perlu
diperiksa adalah bagaimana cara belajar yang ditempuh.

Untuk mengungkap sikap dan kebiasaan belajar siswa dapat dikembangkan


alat berupa “ skala sikap dan kebiasaan belajar” (contoh lihat lampiran). Melalui
alat ini dapat diungkap cara siswa mengerjakan tugas-tugas sekolah, sikap
terhadap guru, sikap dalam menerima pelajaran, dan kebiasaan dalam
melaksanakan kegiatan belajar.

Dengan memperhatikan sikap dan kebiasaan belajar siswa akan dapat


diketahui siswa yang sikap dan kebiasaan belajarnya sudah memadai dan perlu
dipertahankan, serta siswa yang memerlukan bantuan khusus dalam
meningkatkan sikap dan kebiasaan belajarnya yang baik.

4. Observasi Saat Proses Belajar Mengajar Berlangsung

Kasus kesulitan belajar itu dapat pula di deteksi dengan catatan observasi atau
laporan proses kegiatan belajarnya. Diantara catatan proses belajar itu ialah : (1)
cepat-lambat (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugasnya); (2) Ketekunan
atau persistensi dalam mengikuti pelajaran (berapa kali tidak hadir, alpha, sakit,
izin); (3) partisipasi dan kontribu-sinya dalam pemecahan masalah atau
mengerjakan tugas kelompok; (4)kemampuan kerjasama dan penyesuaian
sosialnya.

Hasil analisa empiris terhadap catatan keterlambatan penyelesaian


tugas/soal, ketidakhadiran (absensi), kurang aktif dan kurang berpartisipasi,
kurang penyesuaian diri dapat menunjukkan siswa yang mengala-mi kesulitan
belajar
10

E. Tujuan Layanan Diagnostik


Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau
yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar
Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi
input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian
faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar
siswa, yaitu : faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri,
seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap
serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah,
lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan
sejenisnya.

Dilihat dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnostik secara umum
bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan peserta didik mengalami
kesulitan belajar.

Depdiknas. 2008. Sistem Penilaian KTSP: Panduan Penyelenggaraan


Pembelajaran Remedial

F. Tujuan Layanan Prognosis


Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih
mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini
dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah
kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih
dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang
kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus – kasus yang dihadapi.

G. Contoh-contoh Penyebab Kesulitan Belajar


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kesulitan belajar pada
peserta didik. Menurut Helex Wirawan (2009) faktor-faktor penyebab kesulitan
belajar tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: faktor intern (faktor
11

dari dalam diri anak itu sendiri) yang meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis
serta faktor ekstern yang meliputi faktor sosial dan faktor non sosial.

Faktor intern

1. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor fisik dari peserta didik itu sendiri. Sebagai
contoh sederhana adalah apabila peserta didik sakit, tentunya kemampuan peserta
didik tersebut untuk menerima materi pelajaran menjadi terganggu.

2. Faktor Psikologis

Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan perilaku yang
dibutuhkan dalam belajar. Contoh faktor psikologis yang mempengaruhi kesulitan
belajar peserta didik adalah rasa aman, motivasi, inteligensi, bakat, minat, dan
sebagainya.

Faktor Ekstern

1. Faktor-faktor Sosial

Contoh faktor sosial yang mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik


adalah faktor keluarga dan masyarakat, dalam hal ini adalah interaksi dengan
keluarga dan masyarakat. Seperti cara mendidik orang tua, keharmonisan
hubungan dengan orang tua, kondisi sosial masyarakat dan sebagainya.

2. Faktor-faktor non-sosial

Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah


kesulitan belajar adalah faktor kemampuan guru dalam menyampaikan materi
pelajaran, sarana prasarana yang disediakan di sekolah, dan sebagainya.

Setiap kegiatan yang dilakukan mempunyai tujuan yang baik yang ingin dicapai,
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, begitu pula dengan kegiatan
12

ini. Pelaksanaan kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar melibatkan guru dan siswa,
maka tujuan yang ingin dicapai juga berbeda antara guru dan siswa.

1. Siswa

Tujuan yang hendak dicapai setelah pelaksanaan kegiatan diagnosis


kesulitan belajar ini bagi siswa adalah :

a. Siswa memahami dan mengetahui kekeliruannya.


b. Siswa memperbaiki kesalahannya.
c. Siswa dapat memilih cara atau metode untuk memperbaiki kesalahannya.
d. Siswa dapat mengusai pelajaran dengan baik.
e. Siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
2. Guru

Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar bagi Guru


adalah :

a. Guru mengetahui kelemahan dalam proses belajar –mengajar.


b. Guru dapat memperbaiki kelemahannya tersebut.
c. Guru dapat memberikan layanan yang optimal kepada siswa sesuai dengan
keadaan diri siswa perkembangannya siswa dapat terlaksana dengan baik.

H. Cara-cara Menangani Kesulitan Belajar


Ada beberapa uaya yang dapat dilakukan untuk membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar diantaranya :

1. Pengajaran perbaikan

Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan


kepada seorang atau sekelompok siswa yang menghadapai masalah belajar dengan
maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar
mereka.
13

Dibandingkan dengan pengajaran biasa, pengajaran perbaikan sifatnya lebih


khusus, karena bahan, metode dan pelaksanaanya disesuaikan dengan jenis, sifat,
dan latar belakang masalah yang dihadapi siswa. Disamping itu siswa mengikuti
pelajaran di kelas biasa.

2. Kegiatan pengayaan

Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada


seorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar . Kecepatan
belajar yang tinggi akan mempunyai dampak positif apabila siswa merasa dirinya
diperhatikan dan dihargai atas keberhasilan dan kemampuannya dalam belajar.
Selanjutnya ia akan berusaha dengan potensi yang dia miliki. Sebaliknya,
kecepatan belajar itu akan berdampak negatif apabila siswa merasa kurang
diperhatikan dan kurang dihargai. Mereka cenderung menjadi patah hati, tidak
bersemangat, jera, dan sebagainya. Dalam hubungannya dengan siswa-siswa lain,
mereka mungkin menjadi siswa yang mengganggu atau salah tingkah. Hal ini
kemungkinan besar menurunkan prestasi belajar mereka.

3. Meningkatkan motivasi belajar

Guru, konselor, dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu siswa


meningkatkan motivasinya dalam belajar. Prosedur-prosedur yang dapat
dilakukan adalah dengan:

a. memperjelas tujuan-tujuan belajar.


b. menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa
c. menciptakan suasana pembelajar yang menantang, merangsang, dan
menyenangkan
d. memeberikan hadiah (penguatan) dan hukuman bilamana perlu
e. menciptakan suasana hubungan yang yang hangat dan dinamis antara guru
dan murid, serta antara murid dan murid.
14

f. menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu


(menakutkan, mengecewakan, membingungkan, dsb)
g. Melengkapi sumber dan peralatan belajar.
4. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik

Mendorong siswa untuk melaksanakan Prinsip-prinsip belajar, yaitu :

a. belajar berarti melibatkan diri secara penuh, lebih dari sekadar membaca
bahan-bahan yang tercetak dalam buku-buku teks.
b. efisiensi belajar akan meningkat apabila perbuatan belajar itu didasarkan
atas rencana atau tujuan yang nyata dan hasil dapat diukur.
c. kata-kata, ungkapan-ungkapan, dan kalimat-kalimat yang ada dalam bahan
yang dipelajari harus dibaca dengan penuh pengertian
d. sebagaian bahan belajar hanya dapat dipelajari dengan baik kalau
menggunakan seluruh metode belajar
e. belajar dalam suasana terpaksa tidak memberikan harapan besar untuk
berhasil dengan baik.
f. untuk dapat melaksanakan kegiatan dan mencapai hasil belajar yang baik
diperlukan adanya suasana hati yang aman, kesehatan yang baik, tidur
teratur, dan rekreasi yang memadai.

Siswa hendaknya dibantu dalam hal :

1. menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar


2. memelihara kondisi kesehatan yang baik
3. mengatur waktu belajar, baik di sekolah, maupun di rumah.
4. memilih tempat belajar yang baik
5. belajar dengan menggunakan sumber belajar yang kaya, seperi buku-buku
teks dan referensi lainnya1
6. membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan, misalnya kapan membaca
secara garis besar, kapan membaca secara rinci, dsb.
15

7. tidak segan-segan untuk bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui kepada
guru, teman. Atau siapapun.

Selain upaya-upaya diatas, guru juga dapat melakukan beberapa strategi belajar yang
disesuaikan dengan masalah belajarnya, seperti :

1. Strategi pengajaran untuk anak dengan masalah perhatian:


a. Ubahlah cara mengajarkan dan jumlah materi baru yang akan diajarkan.
b. Adakan pertemuan dengan siswa.
c. Bimbing siswa lebih dekat ke proses pengajaran.
d. Berikan dorongan secara langsung dan berulang-ulang.
e. Utamakan ketekunan perhatian daraipada kecepatan menyelesaikan tugas.
f. Ajarkan self monitoring of attention.
2. Stategi pengajaran untuk anak dengan masalah daya ingat atau memori.:
a. Ajarkan menggunakan high lighting untuk membantu memancing ingatan
b. Perblehkan menggunakan alat bantu memori.
c. Biarkan siswa yang mengalami masalah sulit mengingat untuk mengambil
tahapan yang lebih kecil dalam pengajaran.
d. Ajarkan siswa yang ermasalah dengan daya ingat untuk erlatih mengulang
dan mengingat.
3. Strategi pembelajaran untuk anak dengan masalah kognisi:
a. Berikan materi yang dipelajari dalam konteks “highmeaning”
b. Menunda ujian akhir dan penilaian.
c. Tempatkan siswa dalam konteks pembelajaran yang “tidak pernah gagal”.
d. Strategi Pembelajaran untuk anak dengan masalah sosial dan emosional:
e. Buatlah system penghargaan kelas yang dapat diterima dan dapat diakses.
f. Membentuk kesadaran tentang diri dan orang lain.
g. Mengajarkan sikap positif.
h. Minta bantuan.
16

Menurut Hallen A (2005:129), langkah-langkah yang perlu ditempuh guru untuk


mengatasi kesulitan belajar siswa, dapat dilakukan dalam enam tahap. Adapun
keenam tahap tersebut, yaitu:

1. Mengenal siswa yang mengalami kesulitan belajar


Cara yang paling mudah untuk mengenali siswa yang mengalami kesulitan
belajar adalah dengan cara mengenali nama siswa.

2. Memaham sifat dan jenis kesulitan belajarnya


Langkah kedua dalam mengatasi kesulitan belajar adalah mencari dalam mata
pelajaran apa saja siswa ini (kasus) mengalami kesulitan dalam belajar.

3. Menetapkan latar belakang kesulitan belajar


Langkah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang latar belakang
yang menjadi sebab timbulnya kesulitan belajar baik yang terletak di dalam
diri siswa sendiri maupun diluar dirinya.

4. Menetapkan usaha-usaha bantuan


Setelah diketahui sifat dan jenis kesulitan serta latar belakangnya, maka
langkah selanjutnya ialah menetapkan beberapa kemungkinan tindakan-
tindakan usaha bantuan yang akan diberikan, berdasarkan data yang akan di
peroleh.

5. Pelaksanaan bantuan
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari langkah sebelumnya, yakni
melaksanakan kemungkinan usaha bantuan. Pemberian bantuan diaksanakan
secara terus-menerus dan terah dengan disertai penilaian yang tepat sampai
pada saat yang telah diperkirakan.

6. Tindak lanjut
Tujuan langkah ini untuk menilai sampai sejauh manakah tindakan pemberian
bantuan telah mencapai hasil yang diharapkan. Tindak lanjut dilakukan secara
17

terus-menerus, dengan langkah ini dapat diketahui keberhasilan usaha


bantuan.

Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan bantuan, bimbingan, arahan


atau pengajaran paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar, cara ini dapat berupa :

a. melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remidial pada


mata pelajaran yang menjadi masalah bagi siswa tertentu. Remidial dapat
dilakukan oleh guru, atau pihak lain yang dianggap dapat menciptakan
suasana belajar siswa yang penuh motivasi.
b. membagi tugas dan peranan kepada orang-orang tertentu dalam
memberikan bantuan pada siswa.
c. Senantiasa mencek dan ricek kemajuan terhadap siswa yang bermasalah
baik pamahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan,
maupun mencek bahan tepat guna program remedial yang dilakukan untuk
setiap saat diadakan revisi dan improvisasi.
d. Mentransfer atau mengirim (roferral case) siswa yang menurut perkiraan
tidak dapat ditangani oleh guru kepada orang atau lembaga lain (psikologi,
psikiater, lembaga bimbingan, lembaga psikoligi dan sebagainya) yang
diperkirakan akan lebih dapat dan lebih tepat membantu siswa tersebut.

I. Cara Membuat Rekomendasi Pembelajaran Diagnostik


Berdasarkan hasil perkiraan dan identifikasi alternatif kemungkinan pemecahan
tersebut, maka langkah selanjutnya yang dikerjakan oleh guru ialah membuat
rekomendasi alternatif tindakan yang akan ditempuh untuk melaksanakan
pemecahannya.

Rekomendasi tersebut mungkin pula untuk guru bidang studi yang


bersangkutan, kalau ternyata dari analisis menghasilkan kesimpulan bahwa alternatif
pemecahan itu lebih bersifat remedial teaching; sedangkan kalau masalah dan
18

alternatif pemecahannya disarankan lebih bersifat counseling atau psychotherapy atau


medical treatment maka tugas guru hanya membuat referral.

Secara khusus rencana kegiatan dapat diberikan oleh guru yang tahu persis
tentang berbagai kesulitan yang bisa di alami siswa dalam mata pelajarannya.

Rencana ini harus berisi tentang:

1. Jadwal kegiatan pemberian bantuan.


2. Cara bantuan diberikan.
3. Tempat.
5. Petugas yang akan memberikan bantuan.
6. Tindak lanjut bantuan.

Ilustrasi Kasus

Terdapat seorang Siswi dari Sekolah SMA Negeri di Kota Bandung. Sekarang kelas
XI Jurusan yang diambil adalah IPA. Dia tinggal bersama Orang tuanya. Pekerjaan
Orang tuanya adalah buruh. Dia tugasnya sebagai pelajar tetapi dia juga membantu
orang tuanya untuk menambah ekonomi keluarganya dengan menyanyi di tempat
makan/lestoran dan sering kali dapat panggilan menyanyi di tempat hajatan.

Dia tidak bisa mengatur waktu antara tugasnya sebagai pelajar dan pekerjaannya
sebagai penyanyi, karena dia sering izin tidak masuk sekolah dikarenakan ada
tawaran menyanyi, padahal tugas utama dia adalah sebagai pelajar. Dan dia
mempunyai masalah dalam belajarnya, susah memahami pelajaran yang diterimanya.
Dia malas belajar atau mengulang kembali pelajaran yang diterimanya di rumah dan
dia belajar saat ada tugas rumah dan mau ujian, dia mempunyai alasan susah paham
dan cepat lupa pelajaran yang dipelajarinya sebelum ujian berlangsung, sehingga
dalam ujian dia hanya mendapatkan nilai rata-rata tidak maksimal.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Kesulitan belajara adalah kondisi dimana siswa tidak dapat menerima transfer
ilmu yang diberikan oleh gurunya, atau suatu kondisi dimana peserta didik
mengalamai hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran.
Seorang guru harus mampu memahami penybab-penybab mendasar siswanya
mengalami kesulitan belajar. Siswa yang mengalami kesulitan dapat diatasi dengan
berbagai cara diantaranya dengan melaksanan layanan diagnosis dan remidial. Guru
juga harus memahami serta menciptakan kondisi lingkungan yang baik dan kondusif
agar siswa mampu belajar lebih baik sehingga meminimalisasi terjadinya kesulitan
belajar. Bangun motivasi belajar siswa, temukan motif belajarnya dan jadilah teman
yang baik bagi siswa agar ia tak sungkan dalam menyampaikan setiap kesulitannya.

B. Saran
Setelah adanya makalah ini, penulis berharap pembaca dapat memahami dan
mengaplikasikan materi mengenai Memahami Kesulitan belajar Siswa dan Cara
Mengatasinya agar pembaca dapat memahami penyebab-penyebab siswa mengalami
kesulitan belajar sehingga bisa megatasinya dengan baik. Selain itu penulis berharap
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun di masa yang
akan datang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alivia, Bunga.(2017). Bagaimana Cara Mengatasi Kesulitan Belajar pada Peserta


Didik?. [Online].Tersdia: https://www.kompasiana.com/bungaa/bagaimana-
cara-mengatasi-kesulitan-belajar-pada-peserta-
didik_58f308b18423bd2176fff578..[01 Maret 2018]

Amti, Prayitno .(2004).Dasar-dasar bimbingan dan konseling.Jakarta.Diterbitkan


dengan kerjasama Pusat perbukuan depdiknas oleh penerbit PT. Rineka Cipta

Astuti, Dwi.(2015). Tujuan Pelaksanaan Kegiatan Diagnosis Kesulitan Belaja.


[Online].Tersdia:http://cybercounselingstain.bigforumpro.com/t112-tujuan-
pelaksanaan-kegiatan-diagnosis-kesulitan-belajar.[01 Maret 2018]

Atik, Yunita.(2011). kesulitan belajar siswa. [Online].Tersdia:


https://yuniatiexa.wordpress.com/2011/03/28/kesulitan-belajar-siswa/.[01
Maret 2018]

Etika, Nimas Mita .(2017). Ciri-ciri Anak Anda Mengidap Gangguan Kesulitan
Belajar.[Online].Trsdia:https://hellosehat.com/parenting/tips-
parenting/kesulitan-belajar-anak/.[01 Maret 2018]
Hallen A. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Quantum Teaching

Prayitno (2003), Panduan Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdikbud Direktorat


Pendidikan Dasar dan Menengah

Syamsuddin, Abin (2005). PSIKOLOGI PENIDIKAN. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya

Ver.(2011). Ciri-ciri Anak Kesulitan Belajar. [Online]Trsdia;


https://health.detik.com/ibu-dan-anak/1606348/ciri-ciri-anak-kesulitan-
belajar.[01 Maret 2018]

20

Anda mungkin juga menyukai