Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. MaulanaPangestu (222021006)
2.. Reza Oktavia (2220210070)

Dosen Pengampu :

ELINDA NOVRIANA M.pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan kita taufik dan
hidayah dalam Iman dan Islam. Puji syukur Alhamdulillah kita haturkan atas
rahmat Allah SWT, sehingga makalah yang berjudul “SEJARAH DAN
PERKEMBANGAN BAHASA INFONESIA” ini bisa
terselesaikan.

Sholawat dan salam tak lupa pula di sanjungkan kepada nabi besar kita
nabi Muhammad Saw. Yang kita tunggu-tunggu syafaatnya di yaumul akhir
kelak. Semoga atas pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis maupun pembaca, sehingga memberikan pengetahuan untuk ke depanya,
tidak lupa juga kami ucapkan Terimakasih atas referensi buku-buku yang telah
terbit sebagai landasan materi kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Kami juga mohon maaf atas kekurangan penulisan maupun
perkataan yang kurang berkenan, atas ini juga kami ingin meminta saran agar
makalah selanjutnya dapat terselesaikan lebih baik lagi. Sekian Terima kasih.

Palembang, 18 September 2023

Kelompok 1

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................3
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. HAKIKAT KESULITAN BELAJAR...................................................................5
1. Pengertian kesulitan belajar.............................................................................5
2. Klasifikasi Kesulitan Belajar...........................................................................6
3. Jenis-jenis kesulitan belajar.............................................................................7
4. Ciri-ciri kesulitan belajar.................................................................................8
B. BENTUK-BENTUK KESULITAN BELAJAR..................................................9
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN
BELAJAR...........................................................................................................10
D. PELAYANAAN PENGAJARAN REMIDIAL BAGI ANAK
BERKESULITAN BELAJAR............................................................................12
E. HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN LUAR BIASA DENGAN
PENDIDIKAN PADA UMUMNYA..................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
A. KESIMPULAN...................................................................................................14
B. SARAN...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

2
BAB I

(PENDAHULUAN)

A. Latar belakang

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang Sangat dasar
dalam setiap penyelenggaraan dan bertingkat pendidikan. Ini berarti bahwa
berhasil atau gagal nya tujuan pendidikan itu amat ketergantungan pada proses
belajar yang dialami siswa, baik ketika berada dilingkungan sekolah maupun
dirumah atau keluarga sendiri. Pada masa sekarang ini banyak sekali anak-anak
mengalami kesulitan dalam belajar. Hal tersebut tidak hanya dialami oleh siswa-
siswa yang berkemampuan kurang saja selain itu, siswa yang berkemampuan rata-
rata juga mengalami kesulitan dalam belajar. Sedangkan yang nama kesulitan itu
merupakan kondisi belajar yang ditandai oleh hambatan- hambatan tertentu untuk
mencapai kesuksesan. Belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor internal dan
eksteral. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu mendapat Jaminan
keberhasilan belajar, karena dalam rangka definisi kesulitan belajar pertama kali
dikemukakan oleh itu Serikat Kantor dari pendidikan (USOE) pada tahun 1977,
yang hampir identik dengan definisi yang dikeluarkan oleh Nasional Penasihat
Komite pada Cacat Anak-anak tahun 1967 (MulyonoAbdurrahman,1995: 9-10).
definisi tersebut berbunyi: belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu
ataunlebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan
penggunaan bahasa, ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin dapat
dilakukan dalam bentuk kesulitan berpikir, berbicara, membaca, menulis,
mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi- kondisi seperti
gangguan persepsi, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu kesulitan belajar?


2. Apa saja faktor penyebab kesulitan belajar?
3. Bagaimana bentuk-bentuk kesulitan belajar?
4. Bagaimana cara pelayanan untuk anak kesulitan belajar?

3
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu kesulitan belajar


2. Untuk mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar
3. Mengetahui bentuk-bentuk kesulitan belajar
4. Mengetahui cara pelayanan untuk anak kesulitan belajar

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT KESULITAN BELAJAR


1. Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah keadaan dimana peserta didik tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya yang disebabkan oleh hambatan atau gangguan tertentu
dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik tidak dapat mencapai hasil
belajar yang diharapkan.

Kesulitan belajar secara khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau
lebih dari proses sikologi dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan
bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam
bentuk kesulitan mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, mengeja, atau
berhitung. Pada kenyataanya, dalam proses belajar mengajar masih di jumpai
bahwa peserta didik mengalami kesulitan belajar.

Abdurahman dalam Muhammad (2017, h. 15) mengatakan, “Kesulitan


belajar peserta didik dapat di sebabkan oleh dua faktor, internal dan eksternal.
Penyebab utama kesulitan belajar (learning disabilities) adalah faktor internal
yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis, sedankan penyebab utama
problema belajar (lerning problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain
berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak
membangkitkan motivasi belajar anak".

Berdasarkan pendapatpara ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa


kesulitan belajar adalah hambatan yang dialami oleh peserta didik dalam proses
belajar yang menyebabkan peserta didik mendapatkan hasil yang kurang optimal
dalam proses belajarnya. Disamping itu, penyebab

5
jeleknya nilai yang diperoleh peserta didik dari suatu mata pelajaran bisa jadi
karena ketidaksukaan peserta didik kepada gururnya atau cara guru mengajar. Bila
nilai perolehan peserta didik umumnya atau semuanya jelek, ini besar
kemungkinan karena rendahnya kemampuan peserta didik tersebut.

2. Klasifikasi Kesulitan Belajar

Membuat klasifikasi kesulitan belajar tidak mudah karena kesulitan belajar


merupakan kelompok kesulitan yang heterogen. Tidak seperti tunanetra,
tunarungu, atau tunagrahita yang homogen, kesulitan belajar memiliki banyak tipe
yang masing-masing memerlukan diagnosis dan remediasi yang berbeda-beda.
Betapa pun sulitnya membuat klasifikasi kesulitan belajar, klasifikasi tampaknya
memang diperlukan karena bermanfaat untuk menentukan strategi pembelajaran
yang tepat. Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam
dua kelompok:

a. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan


(Developmental learning disabilities) yaitu kesulitan belajar yang
berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik
dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan
kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial.
b. Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities) yaitu
kesulitan belajar yang mencakup adanya kegagalan- kegagalan
pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang
diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan
keterampilan dalam membaca, menulis, atau matematika.

6
3. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar
a. Learning Disorder
(Gangguan belajar) adalah keadaan dimana proses belajar seseorang
terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan. Dengan demikian,
hasil belajar yang dicapai akan lebih rendah dari potensi yang dimiliki.
b. Learning Disabilities
(ketidakmampuan belajar) adalah ketidakmampuan seseorang yang
mengacu kepada gejala dimana seseorang tidak mampu belajar
(menghindari belajar) sehingga hasil belajarnya dibawah potensi
intelektualnya.
c. Learning disfunction
(ketidakfungsian belajar) adalah menunjukkan gejala dimana proses
belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada
tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat indera atau gangguan
psikologis lainnya.
d. Under Achiever
adalah mengacu pada seseorang yang memiliki tingkat potensi intelektual
diatas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
e. Slow Learner
(Pelajar lambat) adalah seseorang yang lambat dalam proses belajarnya
sehingga membutuhkan waktu dibandingkan seseorang yang lain yang
memiliki taraf potensi intelektual yang sama

7
4. Ciri-ciri kesulitan belajar

Siswa sering mengalami gejala atau ciri-ciri yang dapat ditemukan saat
mereka mengalami hambatan dalam proses belajarnya. Gejala yang muncul tidak
jarang menimbulkan keadaan yang berbeda ditimbang biasanya sehingga
terkadang orang lain menganggapnya bahwa sedang malas dalam belajar.

Gejala yang muncul biasanya nampak dan dapat diamati melalui tingkah
lakunya. Namun jika ditelaah, dibalik gejala yang muncul menandakan bahwa
sebenarnya siswa sedang mengalami kesulitan dalam belajar. Berikut
dikemukakan ciri-ciri tingkah laku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan
belajar menurut Mulyadi (2010) antara lain, yaitu:

a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah rata-rata nilai yang


dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimiliki.
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
Mungkin ada murid yang sudah berusaha untuk belajr dengan giat, tetapi
nilai yang dicapainya selalu rendah.
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Selalu tertinggal
dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu
yang ditentukan. Misalnya rata-rata anak dapat menyelesaikan suatu tugas
dalam waktu 40 menit, maka anak yang mengalami kesulitan belajar
memerlukan waktu yang lebih lama, karena dengan waktu yang tersedia ia
tidak dapat menyelesaikan tugasnya.
d. Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya.
e. Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti membolos, datang
terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam
atau di luar kelas, tidak mau mencatat

8
pelajaran, tidak tertib dalam kegiatan belajar mengajar, mengasingkan diri,
tidak mau bekerjsama dan sebagainya.
f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung,
mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira dalam menghadapi nilai
rendah tidak menunjukkan perasaan sedih dan menyesal dan sebagainya.

Sedangkan menurut Arifin (2012), beberapa indikator yang menunjukkan


anak mengalami kesulitan belajar antara lain yaitu:

a. Peserta didik tidak dapat menguasai materi pelajaran sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
b. Peserta didik memperoleh peringkat hasil belajar yang rendah
dibandingkan dengan peserta didik lainnya dalam satu kelompok.
c. Peserta didik tidak dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya.
d. Peserta didik tidak dapat menunjukkan kepribadian yang baik, seperti
kurang sopan, membandel, dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan.

B. BENTUK-BENTUK KESULITAN BELAJAR

Beberapa bentuk kesulitan belajar yang biasanya ditemui di dalam kelas


antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Kesulitan dalam memahami soal cerita

Kesulitan dalam kemampuan menerjemahkan berarti kesulitan


memahami soal cerita. Kesulitan dalam kemampuan menerjemahkan ditunjukkan
dengan kesalahan dalam menafsirkan bahasa soal. Untuk dapat menyelesaikan
soal cerita dengan baik, siswa harus dapat menemukan apa yang diketahui, apa
yang dicari, dan prinsip atau konsep apa yang akan digunakan serta mencari
alternatif lain untuk

9
menyelesaikannya. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada
umumnya disebabkan karena siswa tidak mengetahui apa yang diketahui, dan apa
yang ditanyakan, tidak dapat mengubah kalimat soal ke dalam kalimat matematika
atau sebaliknya.

b. Kesulitan dalam menggunakan konsep

Konsep menunjuk pada pemahaman dasar. Konsep adalah ide abstrak


yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan
objek. Siswa dapat mengembangkan suatu konsep ketika mereka mampu
mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda tertentu. Berdasarkan hal
tersebut, untuk mengkongkretkan konsep baru siswa dapat diberi kegiatan yang
memungkinkan mereka mengoptimalkan fungsi panca indra mereka seperti:
melihat, meraba, mendengar, dan mengkomunikasikan.

c. Kesulitan dalam menggunakan prinsip

Kesulitan dalam memahami dan menerapkan prinsip sering terjadi karena


tidak memahami konsep dasar yang melandasi prinsip tersebut. Siswa yang tidak
memiliki konsep yang digunakan untuk mengembangkan prinsip sebagai suatu
butir pengetahuan dasar akan mengalami kesulitan dalam memahami dan
menggunakan prinsip. Kekurang-pahaman tentang konsep-konsep dasar adalah
penyebab utama kesulitan dalam mempelajari prinsip-prinsip dengan metode
penemuan terbimbing.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN


BELAJAR

Menurut Burton (2002), faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan


belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri
yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri
yang bersangkutan.

1. Faktor Internal

10
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
peserta didik. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor kejiwaan dan
faktor kejasmanian.

a. Faktor kejiwaan :
1) Minat terhadap mata pelajaran kurang
2) Motif belajar rendah
3) Rasa percaya diri kurang
4) Disiplin pribadi rendah
5) Sering meremehkan persoalan
6) Sering mengalami konflik psikis
7) Integritas kepribadian lemah.
b. Faktor Kejasmanian:
1) Keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit)
2) Adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan
3) Adanya gangguan pada fungsi indera
4) Kelelahan secara fisik.

2. Faktor Eksternal

Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada atau
berasal dari luar peserta didik. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua : faktor
instrumental dan faktor lingkungan.

a. Faktor instrumental

1) Kemampuan profesional dan kepribadian guru yang tidak memadai.


2) Kurikulum yang terlalu berat bagi pesert didik.
3) Program belajar dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik.
4) Fasilitas belajar dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan

b.Faktor lingkungan

11
1) Disintegrasi atau disharmonisasi keluarga.
2) Lingkungan sosial sekolah yang tidak kondusif.
3) Teman-teman bergaul yang tidak baik.
4) Lokasi kampus yang tidak atau kurang cocok untuk pendidikan.
D. LAYANAN PENGAJARAN REMIDIAL BAGI ANAK
BERKESULITAN BELAJAR

Pengajaran remedial (remedial teaching) bertolak dari konsep belajar


tuntas (mastery learning), yang ditandai oleh sistem pembelajaran dengan
menggunakan modul. Pada tiap akhir kegiatan pembelajaran dari suatu unit
pelajaran, guru melakukan evaluasi formatif, dan setelah adanya evaluasi
formatif itulah anak-anak yang belum menguasai bahan pelajaran diberikan
pengajaran remedial, agar tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya dapat
dicapai. Dengan demikian, pengajaran remedial pada hakikatnya merupakan
kewajiban bagi semua guru setelah mereka melakukan evaluasi formatif dan
menemukan adanya anak yang belum mampu meraih tujuan belajar yang telah
ditetapkan sebelumnya.

Dalam kehidupan sehari-hari ada anak yang meskipun telah diberi


pengajaran remedial oleh guru, mereka tetap memperoleh prestasi belajar yang
tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Bahkan, mungkin
ada anak-anak yang penguasaan prasyaratnya masih terlalu rendah untuk
mengikuti pelajaran yang disajikan sehingga guru perlu memperbaiki penguasaan
prasyarat tersebut. Anak-anak semacam itu umumnya tergolong anak berkesulitan
belajar, yang tidak mungkin guru kelas atau guru reguler untuk terus menerus
membantu anak tersebut.

E. HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN LUAR BIASA DENGAN


PENDIDIKAN PADA UMUMNYA

Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar merupakan bagian dari


pendidikan luar biasa. Pendidikan luar biasa atau sering disingkat PLB bukan
merupakan pendidikan yang secara keseluruhan berbeda dari

12
pendidikan pada umumnya. Jika kadang-kadang diperlukan pelayanan yang
terpaksa memisahkan anak luar biasa dari anak-anak lain pada umumnya,
hendaknya dipandang sebagai hanya untuk keperluan pembelajaran (instruction)
dan bukan untuk keperluan pendidikan (education). Ini berarti, bahwa pemisahan
anak luar biasa dari anak lain pada umumnya hendaknya hanya dipandang untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan belajar yang terprogram,
terkontrol, dan terukur; atau yang secara ringkas disebut pembelajaran atau tujuan
instruksional khusus (instructional objectives).

Tujuan pendidikan tidak selamanya terprogram, terkontrol, dan terukur.


Menjadikan anak-anak saling menghargai, menjalin kerjasama, menghargai
perasaan dan pikiran orang lain, tenggang rasa, adalah beberapa contoh dari
tujuan pendidikan yang tidak selamanya terprogram, terkontrol, terukur. Untuk
mencapai tujuan pendidikan semacam itu, sering diperlukan integrasi antara anak-
anak luar biasa dengan anak-anak lain pada umumnya atau yang sering disebut
“anak normal”. Dalam kenyataan, sesungguhnya yang dinamakan anak normal
itu tidak ada. Yang ada ialah anak dengan perbedaan individual (individual
difference). Dalam kerangka landasan perbedaan individual itulah pendidikan luar
biasa diselenggarakan; dan karena itu, pelayanan pendidikan luar biasa dapat
diselenggarakan terintegrasi dengan pelayanan pendidikan pada umumnya.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesulitan belajar adalah keadaan dimana peserta didik tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya yang disebabkan oleh hambatan atau gangguan tertentu
dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik tidak dapat mencapai hasil
belajar yang diharapkan, faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar
individu dapat berupa faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri yang
bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri yang
bersangkutan.

Adapun berapa bentuk kesulitan belajar yang biasanya ditemui di dalam


kelas antara lain yaitu, Kesulitan dalam memahami soal cerita, kesulitan dalam
menggunakan konsep dan Kesulitan dalam menggunakan prinsip. Layanan
Pengajaran Remedial bagi Anak Berkesulitan Belajar Pengajaran remedial
(remedial teaching) bertolak dari konsep belajar tuntas (mastery learning), yang
ditandai oleh sistem pembelajaran dengan menggunakan modul, pada tiap akhir
kegiatan pembelajaran dari suatu unit pelajaran guru melakukan evaluasi formatif.

B. SARAN

Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran


dan menambah wawasan kita tentang Hakikat kesulitan belajar dan bentuk-bentuk
nya. Dari pembahasan materi ini ada beberapa kesalahan atau kekurangan, oleh
karena itu kami juga membutuhkan saran dan kritik dari pembaca untuk
menyempurnakan makalah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman Mulyono, 2012. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakarta: Rineka Cipta

Dimyati M. Mahmud, 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Hellen. 2002. Bimbingan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers.

Mojdino damyati, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Nini Subini, 2011. Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak. Jogjakarta:


Javalitera.

Noer Rohman, 2015. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Kalimedia Tohirin.

2008. Psikologi Pembelajaran Pendidikan. Jakarta: Grafindo.

Zainal Arifin, 2012. Evaluasi Pembelajaran.Bandung: Remaja Rosdakarya.

15

Anda mungkin juga menyukai