Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MENDESKRIPSIKAN DAN MENGEMBANGKAN KAJIAN TENTANG


PEMBELAJARAN IPA UNTUK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Media IPA di SD

Dosen Pengampu:
Nia Devi Anggraini, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 3

1. Rizki Amanda Siregar 22140276


2 . Ayu Putri Cayah Ningsih 22140115
3. Nur Jannah 22140051
4. Salman Pahri Matua Ritonga 22140277
5. Susilawati Pasaribu 22140036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA
INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN (IPTS)
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi. Kami sangat berharap semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Padangsidimpuan, 12 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Pengertian Siswa Berkebutuhan Khusus.................................................3
B. Cara Mendeskripsikan Pembelajaran IPA
Untuk Siswa Berkebutuhan Khusus........................................................5
C. Cara Mengembangkan Kajian Pembelajaran IPA Untuk Siswa
Berkebutuhan Khusus..............................................................................6

BAB III PENUTUP...........................................................................................9


A. Kesimpulan..............................................................................................9
B. Saran........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan inklusi adalah pemberian layanan pendidikan yang terbuka
untuk keseluruhan orang serta mengakomodasikan segala keinginan yang
disesuaikan dengan keadaan tiap-tiap orang . Layanan pendidikan yang
bermutu bagi semua anak yang memiliki hambatan ialah layanan pendidikan
yang sesuai dengan hambatan yang dimiliki anak baik dalam bidang
akademik maupun non akademik. Berbicara pendidikan inklusif adalah
menyangkut keseluruhan anak. Anak adalah suatu pribadi yang unik,
sebagai pribadi yang unik mereka mempunyai perbedaan, butuh
pertumbuhan dan perekembangan baik di keluarga, sekolah serta
masyarakat. Mengakomodasikan berbagai karakteristik yang dimiliki oleh
orang, maka dibutuhkan adanya sistem pendekatan atau layanan pendidikan
sejalan dengan kebutuhan individu.
Pada akademik terdapatlah pembelajaran ilmu pengetahuan alam
merupakan suatu wadah untuk memberikan siswa dengan kemampuan serta
pengetahuan, dan perilaku yang dibutuhkan agar meneruskan jenjang
pendidikan dan dapat beradaptasi dengan transformasi yang ada
disekitarnya. Pembelajaran ilmu pengetahuan alam sedari kecil akan
menjadikan generasi dewasa yang sadar akan ilmu pengetahuan alam agar
bisa menghadapi berbagai cobaan kehidupan dalam dunia yang semakin
bersaing dalam berbagai keunggulan, hingga mereka bisa ikut serta memilih
dan mengembangkan pengetahuan agar dipakai untuk pengambilan
keputusan.
Untuk anak yang memiliki hambatan khusus, semua ini sangatlah
penting dikarenakan terkait masa depan dan kehidupan sehari-harinya, salah
satunya untuk anak autis. Pentingnya pendidikan ilmu pengetahuan alam
ialah untuk menjadikan anak supaya sadar akan berbagai cakupan ilmu
pengetahuan alam itu sendiri serta mampu menggunakan bagian-bagian
dasar dalam mencari solusi dalam suatu masalah yang dihadapi oleh anak.

1
Jadi fokus kegiatan dalam pengembangan pembelajaran ilmu pengetahuan
alam haruslah ditujukan untuk menumbuhkan wawasan, minat dan
penghargaan peserta didik terhadap dunia dimana mereka hidup.
Anak autis adalah anak yang dalam perkembangannya terjadi
hambatan. Anak autis mengalami hambatan perkembangan yang saling
berhubungan dan terlihat sebelum berusia tiga tahun sehingga anak tersebut
mengalami hambatan dalam komunikasi dan interaksi sosialnya. Anak autis
masih perlu dibimbing dalam proses belajar tergantung bagaimana latihan,
motivasi, pengalaman, lingkungan yang mengayomi mereka. Pentingnya
motivasi serta latihan anak autis karena dapat mendorong timbulnya rasa
semangat untuk mendukung kegiatan pembelajaran.
Disinilah profesionalitas guru diuji yang mana guru memiliki tugas
dan tanggung jawab dalam mengajar, mendidik serta membimbing anak
berkebutuhan khusus. Disamping anak berkebutuhan khusus terutama
memerlukan media, strategi, pendekatan dan cara belajar yang berbeda
dengan yang lainnya di tambah keunggulan anak dalam pelajaran ilmu pasti
seperti pelajaran IPA.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan siswa berkebutuhan khusus ?
2. Bagaimana mendeskripsikan pembelajaran IPA untuk siswa
berkebutuhan khusus ?
3. Bagaimana mengembangkan kajian pembelajaran IPA untuk siswa
berkebutuhan khusus ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan siswa berkebutuhan khusus.
2. Dapat mendeskripsikan pembelajaran IPA untuk siswa berkebutuhan
khusus.
3. Dapat mengembangkan kajian pembelajaran IPA untuk siswa
berkebutuhan khusus.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Siswa Berkebutuhan Khusus

Siswa berkebutuhan khusus adalah siswa yang memiliki kelainan atau


penyimpangan fisik atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan
rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan suatu aktifitas secara
selayaknya (UU No.4 / 1997 ; UUSPN No.20/2003). Jadi kelainan yang
dimaksud diatas adalah meliputi aspek fisik, mental, dan sosial.

Setiap siswa berkebutuhan khusus memiliki jenis kelainan tertentu yang


berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Di bawah ini akan disebutkan
jenis kelainan siswa berkebutuhan khusus tersebut menurut Sutjihati Somantri
(2006).

1. Siswa dengan gangguan penglihatan (tuna netra)


2. Siswa dengan gangguan pendengaran (tuna rungu)
3. Siswa dengan kelainan anggota tubuh/gerakan (tuna daksa)
4. Siswa dengan kemampuan dan kecerdasan luar biasa (anak berbakat)
5. Siswa dengan gangguan intelektual (tuna grahita)
6. Siswa lambat belajar (slow learner)
7. Siswa yang mengalami kesulitan belajar spesifik:
8. Siswa yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
9. Siswa yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)
10. Siswa yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
11. Siswa dengan gangguan interaksi dan komunikasi (autis)
12. ADHD (attention deficit hyperactivity disorder)
13. Siswa dengan gangguan emosi dan perilaku (tuna laras)

Dari penjelasan di atas tampak bahwa siswa berkebutuhan khusus


memiliki jenis kelainan berbeda-beda sesuai, hal tersebut menyebabkan setiap
siswa berkebutuhan khusus membutuhkan pelayanan khusus yang berbeda-
beda.

3
Penyimpangan atau gangguan yang terjadi pada setiap orang akan
mendatangkan suatu permasalahan tertentu, terutama bagi siswa
berkebutuhan khusus, ia mempunyai kelainan tertentu pada dirinya, hal itu
akan menimbulkan suatu masalah yang menyangkut kelainan pada siswa.
Secara makro dampak penyimpangan tidak saja berpengaruh terhadap dirinya
sendiri, melainkan juga dapat menimbulkan masalah bagi keluarganya dan
masyarakat sekitar tempat tinggal siswa luar biasa. Meskipun anak luar biasa
memiliki segudang kelemahan, namun mereka adalah warga negara yang
sama dibandingkan siswa yang normal, yang pelaksanaan aktualisasi
potensinya disesuaikan dengan derajat kelainan atau penyimpangan,
pendidikan dan kemampuannya (UU No.4/1997, UUSPN No 20 / 2003).

Dalam sekolah inklusi siswa berkebutuhan khusus belajar bersama-sama


dengan siswa reguler, permasalahannya akan bisa ditangani secara khusus
dari guru reguler maupun guru inklusi dengan melakukan asesmen dalam
penerimaan siswa yang baru masuk, penerapan kurikulum dan sarana
prasarana modifikasi, serta pengelolaan pembelajaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan siswa.

Dalam rangka mewujudkan pembanguna nasional, siswa berkebutuhan


khusus merupakan bagian integral dari masyarakat Indonesia yang memiliki
kedudukan, hak, dan kewajiban dan peran yang sama (UU No.4/1997,
UUSPN No 25 / 1997). Dengan sekolah inklusi siswa berkebutuhan khusus
juga berhak memperoleh perlakuan yang sama dari guru reguler tanpa adanya
diskriminatif.

Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional,


penyandang kelainan fisik dan atau mental maupun keluarbiasaan
kemampuan dan intelegensi berhak atas layanan pendidikan khusus. Bagi
penyandang cacat telah diundangkan PP No.72 tahun 1991 tentang
pendidikan luar biasa, dan dewasa ini telah ada lebih dari 750 lembaga
pendidikan PLB dengan jumlah siswa lebih dari 33.000 orang yang tersebar
di seluruh Indonesia (Sunardi, 1998). Bagi penyandang cacat yang
memperoleh layanan pendidikan khusus, pelaksanaannya di lembaga

4
pendidikan khusus disebut Sekolah Luar Biasa (SLB), yang disebut sebagai
sistem pendidikan model segregasi. Sistem pendidikan model segregasi atau
terpisah dengan orang normal semacam ini mengandung beberapa kelemahan,
diantaranya.

Biaya untuk mendirikan sekolah sangat mahal. Umumnya tempat sekolah


di kota, sehingga banyak penyandang cacat yang tidak terjangkau oleh sistem
pendidikan ini. Jumlah guru yang dibutuhkan sangat banyak sehingga tidak
efisien, demikian juga biaya operasional sekolah, sarana pendidikan, sarana
terapi, dan sebagainya. Semua itu membutuhkan biaya yang sangat mahal.
Atas dasar pertimbangan mahalnya biaya pendidikan di sekolah khusus, maka
sekarang kecenderungan penyelenggara pendidikan bagi siswa berkebutuhan
khusus adalah menerapkan sistem integrasi.

B. Cara Mendeskripsikan Pembelajaran IPA Untuk Siswa


Berkebutuhan Khusus
Telah dijelaskan di bagian terdahulu, bahwa mengajar pada dasarnya
adalah usaha mengatur lingkungan siswa supaya ada interaksi antara siswa
dengan lingkungannya sehingga proses belajar terjadi. Pengaturan
lingkungan tersebut perlu dilakukan secara sistematik yang antara lain
meliputi langkah-langkah pengidentifikasian kebutuhan siswa belajar,
analisis keadaan siswa, perumusan tujuan, penentuan materi pelajaran dan
pemilihan. Strategi yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut, serta
pemilihan media pengajaran yang diperlukan.
Dengan mendasarkan pada langkah-langkah tersebut, maka pemilihan
strategi pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam kegiatan
belajar mengajar. Strategi pembelajaran perhubungan dengan cara-cara
yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam suatu situasi
belajar mengajar tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi lebih luas dari sekedar metode dan teknik pembelajaran. Strategi
mencakup macam dan urutan perbuatan guru-siswa dalam berbagai
peristiwa belajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

5
Dengan kata lain strategi pembelajaran adalah siasat atau taktik yang
digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam mengatur strategi
pembelajaran, guru dapat memilih berbagai teknik atau metode seperti
ceramah, diskusi, tanya jawab, simulasi, karyawisata dan sebagainya. Ada
beberapa strategi yang dapat dipilih oleh guru dalam rangka melaksanakan
kegiatan pembelajaran . Di bawah ini diuraikan secara sekilas, dengan
harapan dapat dikembangkan sendiri oleh guru di kelas sesuai dengan
kemampuan dan kelainan siswa.

C. Cara Mengembangkan Kajian Pembelajaran IPA Untuk Siswa


Berkebutuhan Khusus
a. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran ilmu pengetahuan
alam
Tidak banyak perencanaan yang dilakukan oleh guru
maupun oleh sekolah. Pada pelaksanaan pembelajaran guru
menggunakan perencanaan yang sama dalam mengajar anak
berkebutuhan khusus dengan anak normal lainnya, namun
walaupun demikian guru lebih menekankan pada proses
pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan dan disesuaikan
dengan kemampuan anak. Pada proses belajar mengajar guru juga
berkolaborasi dengan guru pembimbing berkebutuhan khusus.
Setelah guru menerangkan didepan kelas, guru pembimbing
khusus menerangkan kembali kepada anak autis agar anak lebih
memamahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Waktu
pembelajaran untuk anak berbeda dengan anak yang lainnya,
biasanya untuk anak normal 2 kali pertemuan sedangkan untuk
anak autis menjadi 4 kali pertemuan dalam seminggu, serta waktu
disesuaikan dengan keadaan anak.

b. Strategi pelaksanaan pembleajaran ilmu pengetahuan alam


Pada pelaksanaan pembelajaran strategi belajar yang
digunakan oleh guru adalah strategi pembelajaran inkuiri, yang
mana strategi belajar ini sangat cocok sekali dengan pembelajaran

6
ilmu pengetahuan alam yang menumbuhkan rasa ingin tahu siswa
akan pengetahuan alam dan lingkungan sekitarnya. Ilmu
pengetahuan yang dimiliki anak didapat dari berbagai sumber yang
diperoleh secara sadar.
Kegiatan belajar siswa adalah salah satu bagian dari
pengembangan pengalaman melalui pertemuan berkebutuhan
khusus dengan guru dan teman-teman sekolahnya, serta membahas
apa yang telah anak berkebutuhan khusus pelajari dari berbagai
sumber yang telah terpercaya. Karena itu pula, ilmu pengetahuan
harus ditumbuhkan secara bertahap dan sedikit demi sedikit.
Meningkatkan kemampuan menalar secara sistematis, logis, dan
kritis atau meningkatkan kemampuan berfikir sebagai bagian dari
proses mental. Dengan demikian, strategi belajar inkuiri ini anak
tidak hanya dituntut agar memahami materi pembelajaran, akan
tetapi bagaimana mereka bisa memakai kemampuan yang dimiliki
oleh anak itu sendiri.
Manusia yang memahami pelajaran belum tentu bisa
meningkatkan pemahaman berfikir dengan sempurna, namun
sebaliknya, anak bisa meningkatkan keterampilan berfikirnya yang
mana anak mampu memahami pelajaran. Pada strategi pelaksanaan
pembelajaran guru juga mengatur posisi duduk anak berkebutuhan
khusus yang digilir agar menumbuhkan komunikasi anak dengan
teman-teman sebaya dengannya. Penggunaan media yang
kompleks sangat membantu dalam pembelajaran anak karena anak
berkebutuhan khusus membutuhkan media yang menarik dalam
pembelajaran dan sebagus mungkin agar meningkatkan minat
belajar anak berkebutuhan khusus.

c. Masalah-Masalah yang dihadapi guru dalam pelaksanaan


pembelajaran ilmu pengetahuan alam
Masalah-masalah yang dihadapi guru tidak terlalu banyak,
masalah yang didapati guru terletak pada kurangnya media untuk

7
anak berkebutuhan khusus sendiri. Sekolah juga menyediakan
media tapi media bersifat umum dan tidak disesuikan dengan
kebutuhan dan kemampuan anak berkebutuhan khusus, media
untuk anak berkebutuhan khusus harus bersifat semenarik mungkin
dan nyata untuk menumbuhkan minat dan semangat belajar anak di
kelas. Media yang didapat guru ada dari sekolah, dari Dinas dan
ada dibuat sendiri oleh guru.
Selanjutnya kendala yang dihadapi guru adalah semangat
anak yang berubah-ubah dikarenakan mood anak yang tidak baik
saat mau pergi sekolah dikarenakan saat anak mau pergi sekolah,
anak dimarahi oleh orang tuanya, anak malas makan dan
sebagainya. Inilah yang membuat anak malas belajar dan terkadang
anak memberontak, mengamuk, menangis dan berteriak di kelas
karena mood anak yang tidak baik.

d. Usaha-usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi masalah


dalam pelaksanaan pembelajaran ilmu pengetahuan alam
Usaha-usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi
masalah kurangnya media, guru lebih menggunakan media nyata
yang berada disekitar sekolah serta memanfaatkan lingkungan
yang ada pada saat kegiatan pembelajaran. Proses belajar mengajar
lebih menerapkan dengan mengajak anak langsung kelapangan
agar anak lebih memahami pengetahuan alam tersebut. Pada
semangat belajar anak, saat anak sudah tidak mulai mood belajar,
anak dipindahkan ke perpustakaan dengan guru pembimbing
khususnya agar tidak mengganggu proses belajar mengajar dan
temannya. Saat berada di perpustakaan anak belajar dengan guru
pembimbing khusus, saat semangat belajar anak telah kembali,
barulah anak dibawa masuk ke kelas dan melanjutkan proses
pelaksanaan pembelajaran dengan teman-temannya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Siswa berkebutuhan khusus adalah siswa yang memiliki kelainan atau
penyimpangan fisik atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan
rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan suatu aktifitas secara
selayaknya (UU No.4 / 1997 ; UUSPN No.20/2003). Jadi kelainan yang
dimaksud diatas adalah meliputi aspek fisik, mental, dan sosial.
Strategi pembelajaran adalah siasat atau taktik yang digunakan guru
dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam mengatur strategi pembelajaran,
guru dapat memilih berbagai teknik atau metode seperti ceramah, diskusi,
tanya jawab, simulasi, karyawisata dan sebagainya. Ada beberapa strategi
yang dapat dipilih oleh guru dalam rangka melaksanakan kegiatan
pembelajaran . Di bawah ini diuraikan secara sekilas, dengan harapan dapat
dikembangkan sendiri oleh guru di kelas sesuai dengan kemampuan dan
kelainan siswa.
Kegiatan belajar siswa adalah salah satu bagian dari pengembangan
pengalaman melalui pertemuan berkebutuhan khusus dengan guru dan
teman-teman sekolahnya, serta membahas apa yang telah anak
berkebutuhan khusus pelajari dari berbagai sumber yang telah terpercaya.
Karena itu pula, ilmu pengetahuan harus ditumbuhkan secara bertahap dan
sedikit demi sedikit. Meningkatkan kemampuan menalar secara sistematis,
logis, dan kritis atau meningkatkan kemampuan berfikir sebagai bagian dari
proses mental. Dengan demikian, strategi belajar inkuiri ini anak tidak
hanya dituntut agar memahami materi pembelajaran, akan tetapi bagaimana
mereka bisa memakai kemampuan yang dimiliki oleh anak itu sendiri.

B. Saran
Adapun saran dari penulis adalah gunakanlah makalah ini dengan
sebaik-baiknya dan jadikanlah sebagi bahan referensi untuk makalah yang
sejenis.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, H. (2016). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik. Bandung

Alfabeta. Iswari, M. (2018). Kecakapan Hidup Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.


Padang: UNP Press.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikulum 2013: Kompetensi


Dasar Sekolah Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Rusilowati, A., & Sutikno, S. (2018). Pengembangan Kurikulum IPA Terpadu di


Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 9(1), 1-10.

Suparno, P. (2015). Pembelajaran IPA Terpadu di Sekolah Dasar. Jakarta: PT


Prestasi Pustakaraya.

Suyanto, E., & Sutikno, S. (2019). Implementasi Kurikulum IPA Terpadu di


Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 10(2), 123-134.

10

Anda mungkin juga menyukai