Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PEMBELAJARAN ANAK AUTIS


“Kurikulum Awal”

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Mega Iswari, M.Pd
Dr. Rahmatrisilvia, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 5 :


Febri Adriansyah 23003242
Novita Dwi Wahyuni 23003261
Saina Fathiasari 23003273
Rts Musdaliva 23003270

Fatimatun Azahara Rangkuti 23003241


Muhammad Wira Samudhra 23003258
Puti Akhmallia 21003141
Yeni Artati Silalahi 23003284

DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur marilah kita ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
mana karena rahmat dan karunia-Nyalah kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kurikulum Awal” untuk dapat memenuhi tugas kelompok pada mata Kuliah pembelajaran
anak autis yang diampu oleh dosen Prof. Dr. Mega Iswari, M.Pd dan Dr. Rahmatrisilvia,
M.Pd. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kita sebagai calon tenaga pendidik dalam memahami Kurikulum awal

Kami sangat menyadari bahwa sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala bentuk tegur sapa sangat kami
perlukan untuk dapat menyempurnakan makalah ini. Demikian prakata dari kami selaku
penulis makalah ini, sekian dan terimakasih.

Padang, 05 April 2024

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................


DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................
C. TUJUAN ................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Kurikulum untuk GSA.........................................................................................
B. Penyesusaian Kurikulum GSA.............................................................................
C. Program Pembelajaran GSA................................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. KESIMPULAN .....................................................................................................
B. SARAN...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan anak autis merupakan tantangan yang kompleks bagi para
pendidik dan ahli dalam bidang pendidikan khusus. Autism Spectrum Disorder (ASD)
adalah gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi interaksi sosial,
komunikasi, dan perilaku individu. Anak autis sering kali memerlukan pendekatan
pembelajaran yang khusus dan terstruktur untuk mencapai potensi mereka secara
maksimal. Oleh karena itu, perancangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
anak autis menjadi sangat penting dalam memastikan mereka mendapatkan
pendidikan yang efektif.
Pengembangan kurikulum awal untuk pembelajaran anak-anak dengan
autisme membutuhkan pemahaman mendalam tentang karakteristik dan kebutuhan
individu mereka. Setiap anak autis memiliki tingkat keparahan dan keunikan yang
berbeda-beda, sehingga pendekatan pembelajaran yang efektif haruslah bersifat
individualistik. Kurikulum awal untuk autisme haruslah menyediakan lingkungan
pembelajaran yang ramah dan mendukung, serta mengintegrasikan strategi
pembelajaran yang telah terbukti efektif dalam mengembangkan keterampilan sosial,
komunikasi, dan kemandirian.
Pentingnya kurikulum awal untuk autisme juga diwujudkan dalam upaya
meningkatkan inklusi sosial anak-anak dengan autisme dalam lingkungan pendidikan
mainstream. Dengan menyediakan kurikulum yang sesuai, para pendidik dapat
membantu anak autis mengatasi tantangan mereka, memperluas keterampilan sosial
dan akademis mereka, serta mempersiapkan mereka untuk berhasil dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian, pengembangan kurikulum awal yang fokus pada
kebutuhan individu anak autis menjadi langkah penting dalam menjamin pendidikan
yang inklusif dan berkualitas bagi semua anak.

B. Rumusan Masalah
1. Kurikulum untuk GSA
2. Penyesuaian Kurikulum GSA
3. Program Pembelajaran GSA

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Kurikulum untuk GSA
2. Untuk mengetahui Penyesuaian Kurikulum GSA
3. Untuk mengetahui Program pembelajaran GSA

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kurikulum untuk GSA


Kurikulum yang digunakan untuk anak autis adalah kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan anak, komunikasi anak, sosialisasi dan
kemudian baru mengarah pada akademik anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Ron
Leaf&John McEachin, yang menyatakan bahwa isi kurikulum untuk anak autis harus
mencakup semua keterampilan anak sehingga dapat difungsikan dan digunakan untuk
menikmati hidup penuh. Kurikulum harus mencakup pengajaran keterampilan yang
mungkin tidak diperlukan oleh anak biasa secara formal seperti bermain dan imitasi.
Sebuah penekanan yang kuat juga harus diberikan untuk belajar bicara,
pengembangan keterampilan konseptual dan akademis, bermain dan keterampilan
sosial. Namun, apabila anak semakin besar, penekanan harus bergeser ke pengetahuan
praktis dan keterampilan adaptif. Kurikulum harus diurutkan sesuai dengan tahapan
perkembangan mulai dari konsep dan keterampilan yang mudah sampai pada
keterampilan kompleks. Namun urutan materi pembelajaran yang diberikan kepada
anak tidak boleh bersifat kaku. Dalam hal ini harus benar-benar menyesuaikan dengan
kondisi atau keadaan anak. Sebagai contoh, meskipun polanya tidak biasa, beberapa
anak belajar membaca sebelum mereka bisa bicara.
Saat mengembangkan kurikulum untuk anak autis, ada banyak faktor sosial
dan pendidikan yang harus diperhatikan agar siswa neurotipikal tidak dihadapi. Cara
siswa autis berinteraksi, terpengaruh oleh lingkungannya, dan menyerap informasi
baru harus diperhatikan.
Tiga faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika
mengembangkan kurikulum untuk anak autis adalah interaksi sosial, komunikasi, dan
perilaku .
Siswa dengan gangguan spektrum autisme (ASD) mengalami interaksi sosial dengan
cara yang berbeda. Mereka sering kali memiliki:
1. Ditandai kurangnya kesadaran terhadap perasaan orang lain.
2. Metode mencari kenyamanan yang tidak lazim.
3. Imitasi yang tidak sesuai.
4. Permainan sosial yang tidak biasa.

3
5. Terbatasnya kemampuan untuk terhubung dengan teman sebaya.
Siswa penderita ASD mengalami kesulitan komunikasi, seperti:
1. Masalah dalam menafsirkan, memahami, dan menggunakan
komunikasi nonverbal dengan benar.
2. Kesulitan memahami bahasa.
3. Kosa kata yang terbatas.
4. Pidato yang ekolalik, berulang-ulang, dan istimewa.
5. Obsesi dengan topik tertentu.
6. Tantangan dengan pragmatik, atau penggunaan bahasa secara
sosial.
7. Perbedaan bahasa lisan.
Siswa dengan autisme hadir dengan tantangan perilaku yang berbeda,
termasuk:
1. Keterbatasan minat dalam aktivitas.
2. Gerakan tubuh yang stereotip dan berulang.
3. Keasyikan yang terus-menerus atau keterikatan pada objek tertentu.
4. Rentang kepentingan yang terbatas atau keasyikan dengan satu
kepentingan.
5. Tantangan dengan perhatian dan motivasi.
6. Kebutuhan untuk mengikuti rutinitas dengan tepat.
7. Distress karena perubahan lingkungan atau rutinitas.
8. Sensitivitas atau respons yang tidak biasa terhadap rangsangan
sensorik.
9. Tingkat kecemasan yang tinggi.
Faktor-faktor di atas harus dipertimbangkan ketika mengembangkan
kurikulum untuk siswa autis. Hal-hal tersebut menghadirkan tantangan-tantangan
tertentu dalam mengajar sekelompok siswa autis, namun jika dipertimbangkan dan
dipenuhi dengan tepat, hal-hal tersebut dapat digunakan sebagai kekuatan unik yang
dapat digunakan untuk membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan sukses.
Sejalan dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang antara lain adalah : berpusat pada potensi anak, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, maka : 1. Kurikulum
dikembangkan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan setiap individu anak autis
Kurikulum harus disesuaikan dengan kemampuan anak masing-masing. Kurikulum di
4
individualkan (IEP). 2. Pengembangan kurikulum beragam dan terpadu artinya
memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan
jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama,
suku, budaya, adat istiadat, status sosial, ekonomi dan jender. 3. Pengembangan
kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan, artinya pengembangan
keterampilan pribadi, keterampilan berfikir, keterampilan sosial, keterampilan
akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keharusan untuk memenuhi
kebutuhan kehidupannya. 4. Kurikulum untuk anak autis pada umumnya meliputi 5
bidang, yaitu bidang akademik, sensori motor, komunikasi, perilaku adaptif dan
kurikulum vokasional

B. Penyesuaian Kurikulum
Untuk menetapkan kurikulum yang sesuai bagi siswa autis, penting untuk
mengidentifikasi aset dan kesulitan spesifik siswa. Siswa autis sering kali hadir
dengan gaya belajar yang berbeda dengan anak neurotipikal. Pada dasarnya, orang
belajar melalui kombinasi pembelajaran visual, auditori, dan kinestetik, atau praktik
langsung. Orang sering kali menyukai dua dari tiga jenis pembelajaran tersebut dan
dapat mengenali apakah mereka pembelajar visual yang kuat atau belajar paling baik
melalui pendekatan langsung.
Namun, siswa autis cenderung menyukai satu jenis pembelajaran. Dengan
mengamati siswa, akan dapat menentukan cara mereka belajar yang terbaik. Siswa
yang sering memilih buku, suka menonton film, atau memperhatikan orang dan benda
cenderung merupakan pembelajar visual. Siswa yang terus-menerus membongkar
benda-benda dan menyatukannya kembali, membuka dan menutup kotak atau laci,
dan memegang benda untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik kemungkinan
besar adalah pelajar kinestetik.
Setelah mengidentifikasi tipe pembelajar seperti apa siswa autis, dapat
menyesuaikan kurikulum berdasarkan kekuatan belajar. Autism Research Institute
menjelaskan bahwa mengajar sesuai gaya belajar siswa adalah cara yang bagus untuk
memberi pengaruh pada seberapa baik mereka mengikuti pelajaran dan menyerap
informasi baru.

C. Program Pembelajaran

5
Penyusunan program pembelajaran didasarkan atas hasil analisis asesmen,
kemudian di selaraskan dengan kurikulum yang berlaku. Oleh karena itu, program
pembelajaran harus mempertimbangkan kemampuan dan ketidak mampuan serta
kebutuhan anak, sehingga pembelajaran akan manjadi fungsional. program
pembelajaran Mencakup Program umum dan program yang diindividualkan. Adapun
komponen program pembelajaran minimal mencakup: kemampuan awal siswa,
tujuan, materi pokok, strategi/metode, kegiatan pembelajaran/pelaksanaan, evaluasi.
Dalam menjalankan kurikulum khusus bagi anak autis, pemberian pelayanan
pendidikannya harus bersifat individual karena kebutuhan dan gangguan autistic
setiap siswa berbeda-beda. Oleh sebab itu diperlukan suatu program pengajaran
individual (PPI) bagi setiap siswa autistic.
Program pengajaran individual (PPI) dituruakan dari istilah aslinya yang
berbahasa Inggris yaitu Individualized Educational Program (IEP). Dalam Sunardi
(2005: 60) dijelaskan bahwa PPI disusun untuk setiap anak luar biasa. Oleh karena
sifat PPI sangat individual, karakteristik anak yang dimaksud harus dideskripsikan
secara lengkap baik mengenai tingkat kemampuan maupun tingkat kelemahan dalam
semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan, termasuk prestasi belajar, tingkat
kecerdasan, kondisi emosi, kemampuan sosialisasi, fisik, kesehatan dan sebagainya
Gardon S. Gibb & Tina Taylor Dyches mendeskripsikan langkah-langkah
dalam menyusun IEP yaitu: a) mendeskripsikan anak; b) mendeskripsikan tingkat
kemampuan anak saat ini; c) menuliskan tujuan tahunan anak, baik jangka panjang
maupun jangka pendek; d) mendeskripsikan pendidikan khusus dan hubungan
kebutuhan pelayanan untuk keberhasilan tujuan; e) mendeskripsikan perluasan yang
tidak dapat diikuti siswa dalam kurikulum umum; f) menjelaskan partisipasi anak
dalam assessment; g) mendeskripsikan kebiasaan apa yang orang tua inginkan untuk
diinformasikan dari kemajuan tujuan.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketika mengembangkan kurikulum untuk siswa autis banyak factor-faktorn
yang harus diperhatikan. Hal-hal tersebut menghadirkan tantangan-tantangan tertentu
dalam mengajar sekelompok siswa autis, namun jika dipertimbangkan dan dipenuhi
dengan tepat, hal-hal tersebut dapat digunakan sebagai kekuatan unik yang dapat
digunakan untuk membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan sukses.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan

7
DAFTAR PUSTAKA

Mengembangkan dan Menerapkan Pemrograman untuk Siswa Dengan Gangguan Spektrum


Autisme . (2012). Departemen Pendidikan Provinsi Novia Scotia.

Gaya Belajar & Autisme . Lembaga Penelitian Autisme.

Memahami Kurikulum Pengembangan Profesi Autisme: Strategi Keberhasilan Kelas dan


Penggunaan Dukungan Guru yang Efektif . Organisasi Penelitian Autisme.

Cacat, Y. P. A. (2013). Buku Penanganan dan Pendidikan Autis di YPAC.

Astuti, E. R. P. (2012). Implementasi Kurikulum Khusus Autis Di Sekolah Luar Biasa (Slb)
Autis Alamanda Surakarta (Doctoral dissertation, UNS (Sebelas Maret University)).

Di kelas . (April 2017). Masyarakat Autistik Nasional.

Anda mungkin juga menyukai