MK.PSIKOLOGI PENDIDIKAN
PRODI S1 PENDIDIKAN FISIKA
FMIPA
MAKALA MINI RESEARCH
SKORN NILAI :
SLB AUTIS SUMUT
KELAS : PSPF 23 E
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat, Hidayah dan TaufikNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah hasil observasi di
SLB Negeri Autis SUMUT . Observasi serta makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas
Mata Kuliah Psikologi Pendidikan.
Kami berharap makalah ini dapat dijadikan bahan menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai Sekolah bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Sehingga sebagai calon pendidik
kita tidak hanya berpacu pada sekolah umum saja tetapi juga dapat memahami sistem
pembelajaran, metode pengajaran dan juga kondisi dari Sekolah Luar Biasa. Kami juga
menyadari bahwa dalam pelaksanaan observasi dan juga penyusunan makalah memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang.
Semoga makalah hasil observasi kami ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi siapapun
pembacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat kata-kata yang
kurang berkenan, dan kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang sekiranya dapat
memberikan kritik dan saran.
Penyusun
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
LAMPIRAN .........................................................................................................30
3
BAB I
PENDAHULUAN
Namun apabila guru yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai
cara memberikan layanan yang sesuai bagi anak-anak berkebutuhan khusus, akan dapat
memberikan dukungan dan pendampingan secara optimal. Dengan bekal pengetahuan yang
memadai, guru dapat merancang program pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
individual masing-masing siswa. Selain itu, guru juga dapat memfasilitasi penyediaan sarana dan
prasarana yang mendukung proses belajar mengajar bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Lebih lanjut, pemahaman guru yang baik akan membantu menciptakan lingkungan
belajar yang inklusif dan ramah bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Guru dapat membangun
komunikasi yang efektif dengan orang tua dan pihak-pihak terkait lainnya, sehingga tercipta
kolaborasi yang sinergis dalam memberikan layanan terbaik bagi anak-anak berkebutuhan
khusus. Dengan demikian, potensi dan kemampuan mereka dapat berkembang secara maksimal.
Dalam UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 51 juga menyatakan "anak
yang menyandang cacat fisik dan mental diberikan kesempatan yang sama dan akses untuk
memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa". Menurut UU No.44 tahun 1997
4
tentang penyandang cacat, pasal 5 menyatakan "setiap penyandang cacat mempunyai dan
kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan." Untuk peningkatan
layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus Kementerian Pendidikan Nasional melalui
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB) memiliki kebijakan sendiri dalam
mengelompokkan anak berkebutuhan khusus. Untuk memenuhi perlindungan anak tersebut,
pemerintah mendirikan beberapa sekolah SLB. Salah satunya adalah SLB Autis Negeri Sumatra
Utara.
SLB Negeri Sumatera Utara adalah sekolah luar biasa yang didirikan di Kenangan Baru,
Kec. Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20371. Sekolah ini didirikan
untuk memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di wilayah
Sumatera Utara.
Latar belakang pendirian SLB Negeri Sumatera Utara adalah untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan bagi anak-anak penyandang disabilitas di provinsi tersebut. Sebelumnya, banyak
anak-anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapatkan akses pendidikan yang layak karena
keterbatasan fasilitas dan tenaga pengajar yang memadai.
Saat ini, SLB Negeri Sumatera Utara memiliki berbagai program pendidikan khusus yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing siswa, seperti program
pendidikan untuk anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa. Sekolah ini juga
dilengkapi dengan fasilitas dan sarana penunjang seperti alat-alat bantu belajar yang disesuaikan
dengan kebutuhan siswa.
Tujuan utama SLB Negeri Sumatera Utara adalah untuk membantu anak-anak
berkebutuhan khusus mencapai potensi terbaik mereka, baik dalam aspek akademik maupun
keterampilan hidup, sehingga mereka dapat hidup mandiri dan berpartisipasi aktif dalam
masyarakat.
5
1.2 Indentifikasi Masalah
1) Jenis-jenis ketunaan yang terdapat di SLB Negeri Autis Sumut perlu diidentifikasi
untuk memahami keberagaman kebutuhan khusus yang harus ditangani.
2) Peranan guru di SLB Negeri Autis Sumut dalam menangani anak-anak berkebutuhan
khusus perlu diidentifikasi untuk mengetahui sejauh mana peran dan kompetensi guru
dalam memberikan layanan.
3) Jenis-jenis layanan yang diberikan di SLB Negeri Autis Sumut perlu diidentifikasi
untuk mengetahui sejauh mana lembaga tersebut memenuhi kebutuhan anak-anak
berkebutuhan khusus.
4) Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi anak-anak berkebutuhan khusus
perlu diidentifikasi agar dapat ditemukan pendekatan yang tepat dalam menangani
mereka.
5) Kendala-kendala yang dialami oleh guru dan lembaga dalam menghadapi anak-anak
berkebutuhan khusus di SLB Negeri Autis Sumut perlu diidentifikasi untuk
mengetahui permasalahan yang dihadapi dan mencari solusinya.
6) Strategi pembelajaran yang diterapkan di SLB Negeri Autis Sumut untuk anak-anak
berkebutuhan khusus perlu diidentifikasi untuk mengetahui sejauh mana lembaga
tersebut menyesuaikan proses pembelajaran dengan kebutuhan khusus siswa.
1.3 Rumusan Masalah
1) Apa saja jenis ketunaan yang terdapat di SLB Negeri Autis Sumut?
2) Bagaimana peranan guru di SLB Negeri Autis Sumut?
3) Apa saja jenis layanan yang diberikan di SLB Negeri Autis Sumut?
4) Bagaimana cara menghadapi anak berkebutuhan khusus?
5) Apa kendala yang dialami guru dan lembaga dalam menghadapi anak berkebutuhan
khusus?
6) Bagaimana strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di SLB Negeri
Autis Sumut
6
1.4 Tujuan Masalah
1) Mengetahui jenis-jenis ketunaan yang terdapat di SLB Negeri Autis Sumut.
2) Mengetahui peran guru di SLB Negeri Autis Sumut.
3) Untuk mengetahui jenis layanan yang diberikan di SLB Negeri Autis Sumut.
4) Mengetahui cara menghadapi anak berkebutuhan khusus.
5) Mengetahui kendala yang dialami guru dan lembaga dalam menangani anak
berkebutuhan khusus.
6) Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran di SLB Negeri Autis Sumut
2 . Manfaat Praktis:
a) Bagi Sekolah:
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan inspirasi dan rujukan berharga bagi sekolah
dalam rangka penerapan kurikulum 2013 secara lebih optimal.
b) Bagi Guru:
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi guru untuk
lebih mengembangkan diri, sehingga tujuan pendidikan dalam penggunaan kurikulum 2013
dapat tercapai dengan baik.
c) Bagi Penulis:
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat dalam menambah
wawasan dan pengetahuan penulis di bidang pendidikan.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
SLB merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggaraan sekolah mulai dari
tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan. diselenggarakan dalam satu unit sekolah
dengan satu kepala sekolah. Pada awalnya penyelenggaraan sekolah dalam bentuk unit ini
berkembang sesuai dengan kelainan yang ada (satu kelainan saja), sehingga ada SLB untuk
tunanetra (SLB-A), SLB untuk tunarungu (SLB-B), SLB untuk tunagrahita (SLB-C), SLB untuk
tunadaksa (SLB-D), dan SLB untuk tunalaras (SLB-E). Di setiap SLB tersebut ada tingkat
persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut. Sistem pengajarannya lebih mengarah ke sistem
individualisasi.
Selain, ada SLB yang hanya mendidik satu kelainan saja, ada pula SLB yang mendidik
lebih dari satu kelainan, sehingga muncul SLB-BC yaitu SLB untuk anak tunarungu dan
tunagrahita; SLB-ABCD, yaitu SLB untuk anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan
tunadaksa. Hal ini terjadi karena jumlah anak yang ada di unit tersebut sedikit dan fasilitas
sekolah terbatas.
Sistem layanan pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan yang terpisah dari sistem
pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhankhusus melalui sistem segregasi
maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan secara khusus, dan terpisah
8
dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal. Dengan kata lain anak berkebutuhan
khusus diberikan layanan pendidikan pada lembaga pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan
khusus, seperti Sekolah Luar Biasa atau Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa. Adanya kelainan fungsi tertentu pada anak.
berkebutuhan khusus. memerlukan layanan pendidikan dengan menggunakan metode yang
sesuai dengan kebutuhan khusus mereka.
Misalnya, untuk anak tunanetra, mereka memerlukan layanan khusus. berupa braille,
orientasi mobilitas. Anak tunarungu memerlukan komunikasi. total, binapersepsi bunyi, anak
tunadaksa memerlukan layanan mobilisasi dan aksesibilitas, dan layanan terapi untuk
mendukung fungsi fisiknya. Ada empat bentuk penyelenggaraan pendidikan dengan sistem
segregasi, yaitu:
Beberapa hari belakangan ini, kami melakukan observasi ke SLB Autis Sumut. sebagai
tugas mini riset mata kuliah Psikologi Pendidikan. Banyak pengalaman dan ilmu baru yang kami
dapat dari sana terutama berkaitan dengan anak-anak berkebutuhan khusus baik dari segi
pendidikan, sosial, maupun perkembangan. Dengan Topik Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus di SLB Autis SUMUT. Anak Berkebutuhan Khusus yang sering disebut anak ABK
adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya mengalami kelainan atau
penyimpangan apakah fisik, mental-intelektual, sosial, atau emosionalnya. Hal ini secara nyata
berbeda bila dibandingkan dengan anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan
khusus. Sebaliknya, anak tanpa berkebutuhan khusus (ATBK) berkembang secara reguler tanpa
perlu pelayanan khusus seperti ABK.
Yang kami amati Disekolah SLB Autis SUMUT adalah Anak Yang Berkebutuhan
Khusus ( ABK ) Down Sydrom dan Tunagrahita. dimana jenjang pedidikan yang kami pilih
9
adalah Sekolah Dasar ( SD) . dibawah ini kami akan menjelaskan ABK Down Sydrom dan
Tunagrahita. Yaitu :
Tunagrahita atau anak dengan kesulitan perkembangan, dikenal juga dengan berbagai
istilah yang selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan layanan terhadapnya. Istilah yang
berkaitan dengan label terhadap tunagrahita antara lain : mentally retarded, mental retardation,
students with learning problem, intelectual disability, feeblemindedness, mental subnormality,
amentia, dan oligophrenia.Istilah-istilah tersebut sering dipergunakan sebagai “label” terhadap
mereka yang mempunyai kesulitan dalam memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
konsep-konsep dan keterampilan akademik (membaca, menulis, dan menghitung angka-angka).
Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama yang menjelaskan kondisi anak yang
kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan
ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah
terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk
mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang
mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan
anak tersebut .
11
Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak tunagrahita yang tidak mampu
mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat
dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal. Kemampuan yang dapat
dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik antara lain:
Anak tunagrahita mampu latih (imbecil) adalah anak tunagrahita yang memiliki
kecerdasan sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang
diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik. Oleh karena itu, beberapa kemampuan anak
tunagrahita mampu latih yang perlu diberdayakan, yaitu:
1. belajar mengurus diri sendiri, misalnya: makan, mengganti pakaian, minum, tidur, atau
mandi sendiri,
2. belajar menyesuaikan di lingkungan rumah atau sekitarnya,
3. mempelajari kegunaan ekonomi di rumah, di bengkel kerja (sheltered workshop), atau di
lembaga khusus.
Kesimpulannya, anak tunagrahita mampu latih hanya dapat dilatih untuk mengurus diri sendiri
melalui aktivitas kehidupan sehari hari (activity daily living), serta melakukan fungsi sosial
kemasyarakatan menurut kemampuannya, (Efendi, 2008)
Anak tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak tunagrahita yang memiliki
kecerdasan sangat rendah sehingga tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Untuk
mengurus kebutuhan diri sendiri sangat membutuhkan orang lain. Anak tunagrahita mampu
12
rawat adalah anak tunagrahita yang membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya,
karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain (totally dependent).
Jenis Down Syndrom Ada beberapa faktor penyebab keterlambatan bicara pada anak
berkebutuhan khusus jenis down syndrom, diantaranya adalah :
A. Mengalami gangguan pada otot bicara Ciri yang paling utama pada penderita
gangguan otot bicara adalah lafal bicara anak tak kunjung sempurna. Kadang
otaknya sudah memerintahkan untuk menjawab dengan benar, tapi yang keluar
dari mulut tetap tidak jelas karena adanya gangguan neurologis atau persyarafan.
Seorang anak dengan kelainan down syndrom akan mengalami gangguan pada
otot bicara, yang dapat mempengaruhi adanya gangguan keterlambatan bicara.
Sebab, dengan keadaan otot bicara yang terganggu maka organ mulut tidak bisa
berfungsi dengan sempurna dan proses pembentukan suatu ucapan atau bunyi
yang akan dikeluarkan melalui rongga mulut tidak dapat dicerna akibatnya
menimbulkan suatu hambatan yakni keterlambatan bicara.
B. Anak mengalami gangguan konsentrasi Gangguan ini biasanya tidak berdiri
tunggal, tapi dibarengi ciri-ciri lain seperti pekerjaannya tidak pernah tuntas, sulit
15
atau tidak bisa konsentrasi dan sebagainya.Anak berkebutuhan khusus jenis down
syndrom biasanya disertai dengan keterbelakangan mental sehingga dengan
kelainan tersebut dapat menimbulkan adanya gangguan konsentrasi, maka si anak
akan kesulitan untuk memfokuskan suatu informasi yang diperolehnya sehingga
tidak dapat mencerna informasi tersebut dengan benar. Contohnya, apabila anak
tersebut di latih berbicara dengan cara menirukan suatu bunyi tertentu maka anak
akan kesulitan untuk menirukannya sebab dia tidak bisa konsentrasi pada
informasi yang ia dapatkan dan pandangannya tidak dapat fokus kepada seseorang
yang sedang melatihnya berbicara.
Keadaan ini dapat diamati sejak masih bayi di mana perkembangan kemampuan
motoriknya tergolong lebih lambat bila dibandingkan bayi lainnya. Misalnya, bayi
berusia 4 bulan biasanya sudah mampu tengkurap, sedangkan anak yang mengalami
down syndrom baru mampu melakukannya ketika sudah berusia 6 atau 8 bulan.
Demikian juga dengan perkembangan bahasanya. Respons yang diberikan biasanya jauh
lebih lambat bila dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami down syndrom.
Perkembangan bahasa anak down syndrom pada umumnya dapat diketahui dengan ciri-
ciri sebagai berikut :
16
A. Perbendaharaan kata yang sedikit menyebabkan kurangnya pengetahuan umum. Anak
down syndrom pada umumnya mengalami keterlambatan bicara. tingkat keterlambatan
bicara yang dialami tiap-tiap anak juga tidak sama tergantung dari keterbelakangan
mental masing-masing anak. Akibat dari keterlambatan bicara yang mereka alami, maka
dapat dikatakan mereka memiliki perbendaharaan kata yang sangat kurang atau sedikit
sekali dan kondisi tersebut dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan umum.
B. Bermasalah dalam mempelajari peraturan-peraturan tata bahasa.Adanya hambatan
perkembangan pada anak down syndrom salah satunya adalah mereka bermasalah dalam
mempelajari peraturan-peraturan tata bahasa. Hal itu disebabkan karena keterlambatan
bicara yang mereka alami, sehingga tidak mudah bagi mereka mempelajari peraturan-
peraturan bahasa.
C. Bermasalah dalam memahami arahan-arahan.29 Keterbelakangan mental yang dialami
pada anak down syndrom dapat menyebabkan mereka bermasalah dalam memahami
arahan-arahan maupun perintah-perintah sederhana. Karena agak sulit bagi mereka untuk
menangkap dan mencerna suatu pesan atau arahan-arahan.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan secara langsung dengan datang langsung ke sekolah SLB Autis
Sumut yang dilaksanakan pada hari Selasa,16 April 2024. Yang menjadi sampel pada
penelitian kami adalah Guru serta siswa/siswi kelas 3C. Yang mana nama guru dari kelas 3C
berupa ibu Friska Delima A.Simanjuntak.,S.Pd. Selanjutnya yang menjadi sampel kami
adalah siswa/siswi berkebutuhan khusus kelas 3C. Adapun data siswa yang berada pada kelas
3C sebagai berikut.
18
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik atau metode pengumpulan data, merupakan sebuah tatanan cara guna
memperoleh data informasi yang didapat dan diperlukan pada penelitian untuk dikelola,
sehingga menghasilkan informasi dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling penting dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data, berupa
wawancara dengan mendalam, dan observasi
3.2.1 Wawancara
Pada penelitian ini, menggunakan wawancara mendalam sebagai salah satu teknik
pengumpulan data. Wawancara mendalam (In-depth Interview) merupakan metode
pengumpulan data dalam penelitian, bentuk dari komunikasi lansung atau tidak lansung
untuk mendapatkan informasi apa saja, yang bertujuan untuk mencapai sesuatu hal.
Bertujuan untuk mendapatkan data atau informasi terkait masalah yang ada pada penelitian.
Dalam melakukan wawancara mendalam, menggunakan wawancara yang bersifat lentur dan
terbuka, tidak berstruktur ketat, dan tidak dalam suasana formal. Wawancara mendalam
dilakukan dengan sistem tanya jawab secara langsung oleh guru yang bersangkutan yaitu ibu
Friska Delima A.Simanjuntak.,S.Pd guru kelas SD 3C . Berikut Beberapa Pertanyaan kami
Ajukan pada guru yang bersangkutan :
2 Bagaimana Anda mempersiapkan diri untuk menghadapi Persiapan saya untuk menghadapi
berbagai kebutuhan dan tantangan siswa di sekolah luar berbagai kebutuhan dan tantangan siswa
biasa? di sekolah luar biasa adalah yang
pertama saya harus punya pendidikan
dan pelatihan khusus agar saya dapat
memahami anak-anak yang memiliki
kebutuhan khusus, karena mereka kan
tidak bisa diajak berkomunikasi seperti
19
anak anak normal jadi saya harus
memiliki tingkat pemahaman yang
cukup tinggi untuk bisa memahami
mereka. Yang kedua saya berkolaborasi
dengan tim pengajar yang lain untuk
merancang program pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan individu setiap
siswa yang ada disini. Yang ketiga saya
harus beradaptasi dengan mereka, saya
harus membuat mereka nyaman dengan
saya agar nantinya saya dapat lebih
mudah memberikan pembelajaran
kepada mereka. Lalu saya harus
memberikan mereka bahan ajar yang
sesuai dengan kemampuan mereka,
misal nya anak downsyndrome mungkin
kita tidak bisa memaksa mereka
berbicara karena memang mereka kan
tidak bisa berbicara ya jadi lebih ke
sensor motorik nya yang kita latih.
Untuk anak tuna grahita juga begitu kita
ajarkan sesuai standar kemampuan
mereka”.
3 Apa strategi pembelajaran yang Anda temukan efektif Saya rasa strategi pembelajaran yang
dalam mengajar siswa dengan kebutuhan khusus? saya temukan cukup efektif dalam
mengajar anak berkebutuhan khusus.
Misal nya saya menyesuaikan materi,
metode dan penilaian sesuai dengan
kebutuhan dab tingkat perkembangan
nya mereka. Saya juga melakukan
pembelajaran secara audio atau dengan
media yang menarik untuk menunjang
pemahaman anak anak terhadap materi
20
mereka. Saya bekerja sama dengan para
orang tua untuk mencapai pembelajaran
si anak. Misal nya kalau sudah belajar
dirumah saya sarankan orang tua
mengulang kembali pembelajaran nya.
Karena kerja sama pihak guru dan pihak
orang tua berpengaruh terhadap
pemahaman si anak tersebut. Saya juga
beberapa kali mengubah strategi
pembelajaran yang telah disusun ketika
melihat respon anak anak yang kurang
bersemangat atau mungkin kurang
paham dengan apa yang saya ajarkan, ya
anak berkebutuhan khusus kan tidak bisa
kita paksakan pembelajaran kepada
mereka. Jadi kita lihat respon mereka
dulu kalau memulai pembelajaran”
4 Bagaimana Anda mengevaluasi kemajuan dan pencapaian siswa “Cara saya mengevaluasi kemajuan
di sekolah luar biasa?
siswa saya dengan melihat sejauh mana
kemajuan nya dari awal belajar hingga
akhir pembelajaran atau akhir semester
misalnya anak down syndrome yang
awal nya belum bisa membuat garis
tebal diakhir pembelajaran dia sudah
bisa membuat garis tebal. Lalu anak
down syndrome yang awal nya belum
bisa menyusun mainan balok susun
secara berurutan pada akhir
pembelajaran sudah bisa menyusun
balok nya secara berurutan. Lalu anak
dowmsyndrome seperti habibi yang awal
nya tidak bisa bicara 1 kata sekarang
bisa bilang "ibuk" . Berarti itukan suatu
21
kemajuan yang bisa saya lihat secara
langsung. Sama hal nya dengan anak
tuna grahita yang awal nya tidak
mengenal huruf atau angka sekarang
sudah bisa mengenal huruf dan angka.
Walaupun ada yang masih ditingkatan tk
dan ada yang sudah bisa naik ke
tingkatan kelas 1 sd dalam segi
pemahaman mereka mengenai
pembelajaran. Itu juga kan suatu
kemajuan. Saya mengetahui adanya
kemajuan pada peserta didik saya lebih
dengan cara melakukan observasi.
Karena saya tidak bisa mengajak mereka
berdiskusi atau bertanya pada mereka”.
5 Bagaimana Anda mengatasi tantangan atau kesulitan yang Mengatasi tantangan atau kesulitan yang
mungkin muncul dalam mengajar di lingkungan mungkin muncul dalam mengajar di
pendidikan khusus? lingkungan pendidikan khusus
memerlukan kesabaran, kerja sama tim,
dan pendekatan yang terfokus pada
solusi. Saya kan engga mungkin
memarahi mereka karena mereka juga
tidak mengerti mana yang benar mana
yang salah jadi yang bisa saya lakukan
selain sabar, ya bertukar fikiran dengan
rekan saya sesama guru di slb untuk
menemukan solusi dari permasalahan
atau kesulitan yang mungkin muncul.
Lalu membangun hubungan yang kuat
dengan orang tua saya rasa juga hal yang
sangat penting ya. Karena kan mungkin
anak anak seperti mereka punya ikatan
batin yang tinggi dengan orang tua nya
22
jadi mereka bisa berbicara dari hati ke
hati. Jadi kalau misalnya anak tersebut
tantrum atau sulit untuk diatasi biasanya
saya lebih menyerahkan kepada orang
tua nya”.
3.2.2 Observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan secara langsung dengan mengamati proses
pembelajaran yang berlangsung. Dalam observasi ini, kami menggunakan metode observasi
partisipan, kami terlibat dengan kegiatan sehari-hari siswa yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi ini, maka data yang diperoleh akan
lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang
nampak. Kami berupaya untuk mengamati dan merekam semua aspek dan aktifitas yang
berkaitan dengan strategi guru dalam pembelajaran di SLB Autis SUMUT . Kegiatan yang
diamati peneliti meliputi kondisi anak tunagrahita dan down syndrom serta strategi yang
diterapkan guru dalam proses pembelajaran dan juga hasil yang dicapai dalam proses
pembelajaran pada anak tunagrahita dan down syndrom di SLB- Autis SUMUT .
Dari hasil wawancara yang disampaikan, kita dapat mengeksplorasi lebih dalam tentang
pendekatan, strategi, dan praktik yang digunakan oleh guru-guru dalam mengelola
kedisiplinan siswa-siswa dengan kebutuhan khusus tersebut.
Dorongan para guru untuk menjadi pendidik di SLB disebabkan oleh keinginan kuat untuk
membantu siswa dengan kebutuhan khusus agar dapat belajar dan mandiri, meskipun mereka
memiliki kekurangan. Pemahaman ini mencerminkan kesadaran akan pentingnya kedisiplinan
sebagai landasan untuk memfasilitasi pembelajaran dan perkembangan siswa-siswa ini. Guru-
guru memahami bahwa kedisiplinan bukan hanya tentang menghukum siswa saat melanggar
aturan, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang mendukung dan memotivasi mereka
untuk belajar.
Guru-guru melakukan persiapan yang matang dalam menghadapi kebutuhan dan tantangan
siswa di SLB. Mereka menyadari pentingnya pendidikan dan pelatihan khusus untuk memahami
kebutuhan individu siswa dengan baik. Kolaborasi dengan tim pengajar lainnya menjadi strategi
penting dalam merancang program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain
itu, guru-guru juga menekankan pentingnya adaptasi dan kenyamanan dalam berinteraksi dengan
siswa, serta memberikan bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan mereka.
24
c. Strategi Pembelajaran yang Efektif dalam Konteks Khusus
Dalam Sekolah Luar Biasa (SLB) di Sumatera Utara, implementasi kedisiplinan oleh
siswa-siswa dapat dipahami sebagai bagian penting dari proses pembelajaran yang mendukung
pengembangan potensi mereka. Dorongan guru-guru untuk membantu siswa-siswa dengan
kebutuhan khusus agar bisa belajar dan mandiri, meskipun mereka memiliki kekurangan,
menjadi faktor utama dalam penerapan kedisiplinan di lingkungan ini. Namun, penting untuk
25
memahami bagaimana siswa-siswa secara konkret menerapkan kedisiplinan dalam kegiatan
sehari-hari mereka di SLB Negeri Sumatera Utara.
Salah satu aspek penting dari penerapan kedisiplinan oleh siswa-siswa di SLB adalah
kemampuan mereka untuk mengikuti aturan dan prosedur yang ditetapkan oleh sekolah.
Meskipun siswa-siswa di SLB memiliki kebutuhan khusus, hal ini tidak mengurangi pentingnya
memiliki aturan yang jelas dan konsisten dalam lingkungan belajar mereka. Guru-guru di SLB
perlu bekerja sama dengan siswa-siswa untuk membantu mereka memahami aturan dan
mengikuti prosedur dengan baik. Ini bisa melibatkan penggunaan strategi komunikasi yang jelas
dan mendukung, serta pemberian contoh yang baik oleh guru-guru dalam menerapkan aturan.
Dalam penerapan kedisiplinan juga dapat terlihat dalam partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran dan ekstrakurikuler. Guru-guru perlu menciptakan lingkungan yang mendukung
dan inklusif di mana setiap siswa merasa dihargai dan didukung untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan sekolah. Ini bisa melibatkan penggunaan strategi pembelajaran yang menarik dan
relevan bagi siswa-siswa, serta pemberian kesempatan untuk berkolaborasi dan berinteraksi
dengan sesama siswa. Dengan demikian, siswa-siswa di SLB dapat mengembangkan
keterampilan sosial, kerjasama tim, dan rasa memiliki terhadap sekolah mereka, yang semuanya
merupakan indikator dari penerapan kedisiplinan yang efektif.
Tidak hanya dalam hal akademis, kedisiplinan juga dapat tercermin dalam perilaku dan
interaksi siswa di luar kelas. Guru-guru perlu memberikan perhatian khusus terhadap
pembentukan norma dan nilai-nilai yang positif di antara siswa-siswa, serta memberikan
26
dukungan dalam menangani konflik atau masalah perilaku yang mungkin timbul. Ini bisa
melibatkan penggunaan pendekatan mediasi atau restorative justice untuk menyelesaikan
konflik, serta memberikan bimbingan dan dorongan kepada siswa-siswa untuk bertindak sesuai
dengan nilai-nilai yang dihargai oleh sekolah.
Selain itu, penting juga untuk memperhatikan peran orang tua dalam mendukung
penerapan kedisiplinan oleh siswa-siswa di SLB. Guru-guru perlu berkomunikasi secara teratur
dengan orang tua untuk membagikan informasi tentang perkembangan siswa dan memberikan
umpan balik tentang perilaku mereka. Orang tua juga perlu diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan sekolah dan memberikan dukungan kepada anak-anak mereka
dalam menerapkan kedisiplinan di lingkungan rumah.
27
BAB IV
KESIMPULAN
Pada penelitian ini, mahasiswa melakukan studi tentang peran guru terhadap anak-anak
berkebutuhan khusus, khususnya mereka yang mengidap sindrom Down dan tunagrahita di
sekolah Autis SUMUT . Hasil penelitian menyoroti pentingnya peran guru dalam menciptakan
lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung bagi anak-anak tersebut. Dengan memahami
kebutuhan individu setiap anak, guru dapat memberikan pendekatan pembelajaran yang sesuai
dan membantu anak-anak tersebut meraih potensi maksimal mereka. Selain itu, penelitian juga
menyoroti strategi dan metode pengajaran yang efektif dalam konteks anak-anak berkebutuhan
khusus, serta dampak positifnya terhadap perkembangan mereka. Dengan pemahaman yang
mendalam tentang peran guru, artikel ini memberikan wawasan yang berharga bagi para
pembaca tentang bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung bagi
anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah autis.
28
Kesimpulannya, melalui penelitian ini, kita dapat memahami betapa pentingnya
memberikan kesempatan yang sama bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk belajar dan
berkembang. Dengan pendekatan inklusif yang tepat, kita dapat menciptakan lingkungan
pendidikan yang merangkul keberagaman dan menghargai potensi setiap individu, tanpa
terkecuali.
DAFTAR PUSTAKA
Fakhiratunnisa, S. A., Pitaloka, A. A. P., & Ningrum, T. K. (2022). Konsep Dasar Anak
Berkebutuhan Khusus. Jurnal Masaliq, 2(1), 26-42.
Kristiana, I. F., & Widayanti, C. G. (2021). Buku ajar psikologi anak berkebutuhan khusus.
Putro, K. Z. (2022). Peran guru dalam meningkatkan kemampuan sosial anak berkebutuhan khusus
melalui program inklusi. Jurnal Golden Age, 6(1), 151-159.
29
Rahmadani, P., Nurvadilah, R., Bilhaq, W., & Andriani, O. (2024). Analisis Faktor Penyebab
Kelainan Anak Berkebutuhan Khusus dan Implementasi Peran Guru dalam Pemenuhan
Hak ABK. Dharma Acariya Nusantara: Jurnal Pendidikan, Bahasa dan Budaya, 2(1), 66-
81.
Rasyada, A., Zulfah, R., & Hasanah, U. (2022). Peran guru Dalam Proses Pembelajaran Anak
Berkebutuhan Khusus di SDLBN 1 Amuntai. Islamic Education, 1(1), 1-8.
LAMPIRAN
SURAT MINIRISITE
30
DOKUMENTASI KEGIATAN
31
LINK VIDEO WAWANCARA
https://drive.google.com/file/d/1g8VkIhu4O8JXsxlnOJFmQpJVZWqaHOcL/view?usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/1gJ-gp7cD0TeKbb6L_8IH-gizKIrtZwEx/view?usp=drivesdk
32