Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Pebelajar Luar Biasa


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Kontemporer

Dosen Pengampu: Dr. Muhamad Rifa’i Subhi, M.Pd

Disusun Oleh:
1. Ahmad Sibaweh (50223017)
2. Fachirotu Mina (50223005)
3. Muhammad Pri Sandi Aditya (50223008)

KELAS A
MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Pendidikan adalah fondasi yang tak tergantikan dalam pembangunan individu dan
masyarakat. Dalam upaya memastikan bahwa setiap individu memiliki kesempatan yang
sama untuk belajar dan berkembang, perhatian terhadap pembelajaran luar biasa menjadi
semakin penting. Pembelajaran luar biasa adalah konsep yang merangkul perbedaan
individual dan mengakui bahwa setiap individu memiliki potensi unik yang harus
diberdayakan.
Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki berbagai aspek dari pembelajaran luar biasa,
mulai dari konsep dasar hingga praktik-praktik terbaik dalam mendukung individu dengan
kebutuhan khusus. Kami akan menjelajahi pandangan yang beragam tentang pembelajaran
luar biasa, menggali tantangan dan peluang yang dihadapi oleh pendidik, serta menyelidiki
berbagai strategi dan alat yang dapat digunakan untuk mencapai inklusi pendidikan.
Pembelajaran luar biasa bukan hanya tentang memahami dan mendukung individu
dengan kebutuhan khusus ini juga tentang menciptakan lingkungan yang inklusif di mana
setiap siswa merasa diterima, dihargai, dan memiliki kesempatan yang sama untuk
berkembang. Kami berharap bahwa makalah ini akan memberikan wawasan yang berharga
dan mengilhami para pembaca untuk terlibat lebih dalam dalam upaya untuk menciptakan
pembelajaran luar biasa bagi semua individu.
Terima kasih kepada semua yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini,
serta kepada semua pihak yang telah berdedikasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan
bagi semua individu. Semoga makalah ini bermanfaat dan menjadi sumber inspirasi bagi
semua yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.

Pekalongan, 26 Oktober 2023

Penulis
Daftar isi
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
Daftar isi..................................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Pengertian Sekolah Luar Biasa ......................................................................................3
B. Sejarah Sekolah Luar Biasa ...........................................................................................4
C. Macam-Macam Sistem Pendidikan Sekolah Luar Biasa…………...............................6
D. Jenis-Jenis Sekolah Luar Biasa.......................................................................................7
PENUTUP...............................................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................................12
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah luar biasa merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan


bagian pendidikan khusus di mana sekolah ini mempunyai peranan yang sangat
penting bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus, sebab didalam sekolah ini
diberikan layanan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak
berkebutuhan khusus. Adapun peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus
adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam proses pembelajarannya
sehingga dalam pendidikan dibutuhkan layanan khusus agar dapat
mengembangkan potensi yang masih dimiliki.

Adapun pebelajar luar biasa adalah peserta didik yang memiliki


kebutuhan khusus, namun tetap semangat dalam menuntut ilmu agar
pengetahuan tentang sekolah luar biasa tidak terhapus oleh perkembangan
zaman, sebab banyak orang tahu sekolah luar biasa tetapi tidak benar-benar
paham tentang hakikat sekolah luar biasa itu sendiri. Dalam hal ini akan
dijelaskan tentang hakikat dari sekolah luar biasa dan hakikat dari anak
berkebutuhan khusus itu sendiri. Dengan demikian, pengetahuan tentang anak
berkebutuhan khusus dan tentang sekolah luar biasa akan dapat kita pahami
dengan baik dan benar.

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai


dengan nilai-nilai di masyarakat atau sebagai upaya membantu peserta didik
untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, kecakapan, nilai, sikap
dan pola tingkah laku yang berguna bagi hidup. Pendidikan adalah
memanusiakan manusia muda. Pendidikan bukanlah menghilangkan harkat dan
martabat sebagai manusia, melainkan menumbuhkan dan mempertinggi mutu
dan hakekat serta martabat manusia
Oleh karena itu pendidikan sifatnya mempengaruhi bukan
menghilangkan, sebab tidak ada yang hilang dalam proses pendidikan. Hanya
sifatnya mempengaruhi hal-hal yang kurang baik ke arah yang baik dan
memperkembangkan potensi yang positif menjadi maksimal sesuai dengan
potensinya. Pendidikan berkaitan dengan transmisi pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya, kepada generasi
yang lebih muda. Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran pola-pola
kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Asalkan
pendidikan yang berlaku, harus tetap berpedoman berdasarkan pada Pancasila
dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman.1
Syafaruddin Mengemukakan bahwa “dalam sistem pendidikan nasional
Indonesia sekolah memiliki peranan strategis sebagai institusi penyelenggara
kegiatan Pendidikan”. Oleh karena itu, jelaslah bahwa Sekolah Luar Biasa
memiliki dan mengemban tugas yang berat tetapi penting. Berat karena harus
selalu berperang menghadapi berbagai kelemahan, ancaman dan tantangan guna
menselaraskan program-program kegiatan yang terealisir dengan dinamika
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang bergerak demikian
cepat. Penting, karena tugas-tugas dan fungsi sekolah sangat diperlukan untuk
mengembangkan potensi anak-anak berkebutuhan khusus demi kelangsungan
hidupnya yang harus selalu dinamis dan optimis.
Makalah kami ingin mengkaji tentang pendidikan khusus, mengetahui
sejarah pendidikan khusus dan sistem pendidikan dalam pendidikan khusus
untuk anak berkebutuhan khusus. Sekolah Luar Biasa adalah sebuah lembaga
pendidikan formal yang melayani pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan
khusus. Sebagai lembaga pendidikan SLB dibentuk oleh banyak unsur yang
diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yang proses intinya adalah
pembelajaran bagi peserta didik. Jadi SLB merupakan lembaga pendidikan
khusus yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dan konsep pembelajaran luar Biasa?
2. bagaimana pemahaman ini mempengaruhi praktik pendidikan inklusif?
3. Apa saja Jenis – jenis sekolah Luar biasa ?

1
Frieda Mangunsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, (Jakarta: LPSP3 UI, 1996), hal 13-14
2
3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sekolah Luar Biasa


Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan manusia dalam
membina kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang
berlaku di kalangan masyarakat sehingga dengan demikian manusia dapat
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, kecakapan, nilai, sikap
dan pola tingkah laku yang berguna bagi hidup. Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.

Adapun salah satu jenis pendidikan adalah pendidikan khusus dimana


dalam pendidikan khusus salah satu lembaga pendidikannya bernama
sekolah luar biasa. Sekolah luar biasa adalah sebuah lembaga pendidikan
formal yang melayani pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Sebagai lembaga pendidikan SLB dibentuk oleh banyak unsur yang
diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yang proses intinya adalah
pembelajaran bagi peserta didik. Jadi SLB merupakan lembaga pendidikan
khusus yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus.

Dalam UU Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa proses


pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya. Bertitik tolak dari tujuan itulah setiap lembaga pendidikan termasuk
di dalamnya Sekolah Luar Biasa hendaknya bergerak dari awal hingga akhir
sampai titik tujuan suatu proses pendidikan yang pada akhirnya dapat
mewujudkan terjadinya pembelajaran sebagai suatu proses aktualisasi
potensi peserta didik menjadi kompetensi yang dapat dimanfaatkan atau
digunakan dalam kehidupan.
Syafaruddin mengatakan bahwa dalam sistem pendidikan nasional
Indonesia sekolah memiliki peranan strategis sebagai institusi penyelenggara
kegiatan pendidikan. Oleh karena itu jelaslah bahwa Sekolah Luar Biasa
memiliki dan mengemban tugas yang berat tetapi penting. Berat karena harus
4
selalu berperang menghadapi berbagai kelemahan, ancaman dan tantangan
guna menyeleraskan program-program kegiatan yang terealisis dengan
dinamika perkembangna ilmu pengetahuan dan tekonologi yang bergerak
demikian cepat.2

B. Sejarah Sekolah Luar Biasa


Pendidikan khusus di Indonesia dimulai dengan didirikannya Blinden
Institut tahun 1901 oleh dr. Westhoff, seorang dokter ahli mata. Mula-mula
dr. Westhoff mengumpulkan pasiennya yang sudah dewasa buta kemudian
mereka diberi keterampilan yang dapat dilakukan oleh orang-orang buta,
ternyata yang buta itu bukan yang dewasa saja, ada juga yang masih anak-
anak juga menderita kebutaan. Akhirnya beliau juga mendirikan lembaga
pendidikan yaitu, lembaga pendidikan bagi anak tunanetra di Bandung. Kini
lembaga tersebut dikenal dengan nama sekolah luar biasa bagian A (SLB A)
Wiyata Guna Bandung.

Pada tahun 1927 dr. Folker, seorang dokter spesialis anak, merintis
pendidikan bagi anak tunagrahita dan diberi nama Folker School, tahun 1942
diganti menjadi Perkumpulan Pengajaran Luar Biasa. Saat ini lembaga
pendidikan tersebut dikenal dengan nama sekolah pendidikan luar biasa
bagian (SPLB C) Cipaganti Bandung.

Kemudian pada tahun 1930, Ny. Roelfsema Wesseling, istri ahli


telinga hidung dan tenggorokan dr. Wesseling, mendirikan Vereniging Voor
Onderwijs an Doffstomme Kinderen in Indonesia (lembaga pendidikan bagi
anak-anak bisu tuli di Indonesia). Saat ini lembaga pendidikan tersebut
dikenal dengan nama sekolah luar biasa bagian B (SLB B) Cicendo Bandung.
Pada tahun 1938 di Wonosobo Jawa Tengah, didirikan Werk Voor Misdeelde
Kinderen in Nederlans Vost Indie, yang pada tahun 1958 diubah menjadi
yayasan Dana Upakara, dan berikutnya sekolah untuk anak tunarungu putra
didirikan oleh Brude Karitas saat ini menjadi yayasan Karya Bhakti.

Berikutnya di Temanggung, Jawa Tengah, didirikan pula sekolah


untuk anak tunanetra, kemudian sekolah khusus bagi anak nakal Pro

2
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2002), hal 17-19
5
Jovuntute. Hampir semua lembaga pendidikan tadi berlandaskan charity
(belas kasihan) dan sifatnya segregatif.

Perkembangan pendidikan khusus kurun waktu 1984-1990 diawali


dengan dicanangkannya program wajib belajar pendidikan dasar 6 tahun,
dimana setiap warga negara termasuk anak-anak berkebutuhan khusus wajib
mengikuti pendidikan minimal tamat sekolah dasar (SD). Maka
diperkenalkan sekolah dasar luar biasa (SDLB) dengan dana proyek Inpres,
didirikanlah SDLB tersebut di setiap kabupaten/kota seluruh Indonesia yang
belum memiliki sekolah dasar luar biasa.

Pada tahun 1986 dikeluarkan keputusan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan (Mendikbud) nomor 002/U/1986 tentang Pendidikan Terpadu
(termasuk pengangkatan GPK), dengan keluarnya keputusan menteri tersebut
maka dilaksanakanlah pendidikan terpadu (integrasi) terutama bagi peserta
didik yang memiliki hambatan penglihatan (tunanetra), mereka disekolahkan
sekolah-sekolah biasa, terutam tingkat SD, dan di sekolah tersebut diangkat
seorang GPK.3

Pelaksanaan pendidikan terpadu (integrasi) tampaknya tidak


berkembang, hal ini disebabkan oleh sistem yang digunakan dengan cara
memaksa peserta didik berkebutuhan khusus harus dapat menyesuaikan diri
dengan tuntutan lingkungan dan sistem termasuk kurikulum yang digunakan
di sekolah biasa tersebut. Akhirnya para peserta didik berkebutuhan khusus
tersebut tidak bisa mengikuti sistem tersebut, karena pada dasarnya
pelaksanaan pendidikan khusus, bukan peserta didik yang harus
menyesuaikan dengan lingkungan dan sistem di sekolah, namun sebaliknya
lingkungan dan sistem di sekolah yang harus menyesuaikan dengan
hambatan dan kebutuhan khusus dalam belajar masing-masing anak
berkebutuhan khusus.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


didirikan pula beberapa sekolah luar biasa (SLB) Pembina baik tingkat
provinsi maupun tingkat nasional, yang maksudnya sebagai sekolah luar
biasa percontohan ketika ada hal-hal baru sebelum diterapkan di setiap SLB ,

3
Sumekar, Ortopedagogik, (Padang: CV Pustaka, 2002), hal 36
6
sebelumnya diuji-cobakan terlebih dahulu di SLB Pembina tersebut. Kalau
berhasil uji coba tersebut, maka hal-hal yang baru tersebut disebar luaskan ke
SLB-SLB lain dengan cara mengundang guru-guru untuk diberikan
penataran tentang hal-hal baru tersebut.

C. Macam-Macam Sistem Pendidikan Sekolah Luar Biasa


Ditinjau dari tempat pendidikannya, layanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus dikelompokkan menjadi sistem segregasi dan integrasi:

1. Sistem Pendidikan Segregasi

Sistem pendidikan segregasi merupakan suatu pendidikan di mana anak


berkebutuhan khusus dipisah dari pendidikan anak normal. Penyelenggaraan
sistem pendidikan segregasi dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari
penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal, dengan tujuan supaya dapat
memperlancar sarana pembelajaran yang lebih kondusif. Oleh karena itu, perlu
dilakukan sistem pendidikan ini.

Adapun keuntungan dari sistem pendidikan segregasi yaitu rasa


ketenangan pada anak luar biasa, komunikasi yang mudah dan lancar, metode
pembelajaran yang khusus sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak, guru
dengna latar belakang pendidikan luar biasa, sarana dan prasarana sesuai.
Adapun kelemahan dari sistem pendidikan segregasi adalah sosialisasi terbatas,
dan penyelenggaraan pendidikan relatif lebih mahal.

2. Sistem Pendidikan Integrasi

Sistem pendidikan luar biasa integrasi merupakan suatu pendidikan yang


bertujuan untuk memberikan pendidikan yang memungkinkan anak luar biasa
agar dapat memperoleh kesempatan mengikuti proses pendidikan bersama
dengan anak normal agar dapat mengembangkan diri secara optimal. Akan
tetapi, dengan adanya pencampuran ini, maka guru harus menyiapkan mental
kepada anak berkebutuhan khusus tersebut dari pembullyan dari peserta didik
yang normal.

Adapun keuntungan dari sistem pendidikan integrasi adalah merasa


diakui haknya dengan anak normal terutama dalam memperoleh pendidikan,
dapat mengembangkan bakat, minat dan kemampuan secara optimal, lebih

7
banyak mengenal kehidupan orang normal, mempunyai kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, dan harga diri anak luar
biasa meningkat. Dengan adanya pencampuran antara peserta didik berkebutuhan
khusus dengan peserta didik yang normal, maka diharapkan mental dan jiwa
yang tertanam pada peserta didik berkebutuhan khusus, akan semakin terbangun
dan semakin meningkat.4

D. Jenis-Jenis Sekolah Luar Biasa


Sekolah Luar Biasa adalah sekolah yang diperuntukkan untuk anak-anak
yang memiliki kebutuhan khusus yang tidak dapat disandingkan dengan anak-
anak lainnya. Dengan adanya sekolah berkebutuhan khusus, maka juga akan ada
guru secara khusus yang menangani peserta didik yang penyandang kebutuhan
khusus tersebut. Hal tersebut merupakan langkah yang bijak yang dilakukan oleh
pemerintah, karena sejatinya bahwa manusia berkebutuhan khusus perlu
memiliki ilmu pendidikan setidaknya sampai mereka baligh.

Sekolah khusus untuk peserta didik yang menyandang kebutuhan khusus,


tentunya juga memiliki berbagai kategori sesuai dengan yang dialami oleh setiap
peserta didik. Hal semacam ini sangat membantu yang dikarenakan akan
memudahkan guru untuk menyampaikan materi sesuai dengan kekurangan
masing-masing peserta didik. Sering kali bahwa sekolah berkebutuhan khusus
disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB), yang terdiri dari:

1. Sekolah Luar Biasa bagian A, khusus untuk anak berkebutuhan khusus


gangguan penglihatan (tunanetra)

Tunanetra adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi


penglihatan kurang dari 6/60. Pengertian tunanetra adalah tidak dapat melihat,
namun pada umumnya orang mengira tunanetra identik dengan buta. Tunanetra
dapat diklarifikasikan ke dalam beberapa kategori, yaitu; tunanetra sebelum dan
sejak lahir, tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil, tunanetra pada usia
sekolah atau masa remaja, tunanetra pada usia dewasa atau lanjut usia, dan
tunanetra akibat bawaan.

2. Sekolah Luar Biasa bagian B, khusus untuk anak berkebutuhan khusus


gangguan pendengaran (tunarungu)

4
Jannah, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta: PT. Kencana, 2016), hal 14–71.
8
Tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran dan
percakapan dengan derajat pendengaran yang bervariasi. seorang dikatakan tuli
(deaf) apabila kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 70 dB ISO atau
lebih, sehingga ia tidak dapat mengerti atau menangkap serta memahami
pembicaraan orang lain. Sedangkan seorang dikatakan kurang dengar (Hard of
Hearing) bila kehilangan pendengaran pada 35 dB ISO sehingga ia mengalami
kesulitan memahami pembicaraan orang lain melalui pendengarannya baik
tanpa maupun dengan alat bantu dengar.

3. Sekolah Luar Biasa bagian C, khusus untuk anak berkebutuhan khusus


gangguan kecerdasan (tunagrahita)

Tunagrahita adalah keadaan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal


juga retardasi mental (mental retardation). Retardasi mental adalah kondisi
sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan lemahnya kecerdasan (biasanya
nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari.
Ciri utama retardasi mental adalah lemahnya fungsi intelektual. Selain
intelegensinya rendah anak retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri dan
berkembang. Sebelum muncul tes formal untuk menilai kecerdasan, orang
retardasi mental di anggap sebagai orang yang tidak dapat menguasai keahlian
yang sesuai dengan umurnya dan tidak merawat dirinya sendiri.

4. Sekolah Luar Biasa bagian D, khusus untuk anak berkebutuhan khusus


gangguan fisik dan motorik (tunadaksa)

Anak tunadaksa adalah Anak yang mengalami cacat tubuh, anggota gerak
tubuh tidak lengkap, bentuk anggota tubuh dan tulang belakang tidak normal,
kemampuan gerak sendi terbatas, ada hambatan dalam melaksanakan aktivitas
kehidupan sehari hari. Keterbatasan seperti ini terkadang akan menimbulkan
rasa sulit yang dialami oleh setiap guru, oleh karenanya guru diharapkan lebih
terampil dalam mendidik peserta didiknya.

5. Sekolah Luar Biasa bagian E, khusus untuk anak berkebutuhan khusus


gangguan perilaku (tunalaras)

Anak tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam


mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Anak dengan hambatan emosional atau
kelainan perilaku, apabila menunjukkan adanya satu atau lebih dari 5 (lima)
9
komponen berikut ini, yaitu; tidak mampu belajar bukan disebabkan karena
faktor intelektual, sensori atau kesehatan, tidak bisa berhubungan baik dengan
teman-teman dan guru, bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya.
Secara umum mereka selalu dalam keadaan tidak gembira atau depresi dan
bertendensi ke arah simtom fisik seperti merasa sakit atau ketakutan yang
berkaitan dengan orang atau permasalahan di sekolah.

6. Sekolah Luar Biasa bagian F, khusus untuk anak berkebutuhan khusus


gangguan bicara (tunaaksara atau tunawicara)

Anak tunawicara adalah individu yang mengalami kesulitan berbicara


dikarenakan tidak berfungsinya alat-alat organ tubuh seperti rongga mulut, lidah,
langit-langit dan pita suara. Tunawicara juga sering disebut bisu, biasanya
tunawicara diikuti dengan tunarungu dimana fungsi pendengarannya juga tidak
dapat berfungsi. Cara guru supaya memahamkan peserta didik yang memiliki
tunawicara adalah berlatih memperdengarkan hal-hal yang bersifat
menyenangkan dalam konteks pembelajaran.

7. Sekolah Luar Biasa bagian G, khusus untuk anak berkebutuhan khusus yang
memiliki gangguan lebih dari satu atau tunaganda.

Anak Tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik


dua jenis kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan
yang serius, sehingga anak tunaganda tidak hanya dapat di atas dengan suatu
program pendidikan khusus untuk satu kelainan saja. Departemen pendidikan
Amerika Serikat pada tahun 1988 memberikan pengertian anak yang tergolong
tunaganda adalah anak-anak yang mempunyai masalah-masalah jasmani, mental
atau emosional yang sangat berat atau kombinasi dari beberapa masalah tersebut.
5

8. Sekolah Luar Biasa bagian H (HIV & AIDS)

Anak yang menginap penyakit HIV & AIDS bukan dikarenakan


pergaulan bebas saja, tapi bisa jadi dikarenakan orang tuanya yang menginap
penyakit ini terlebih dahulu. Pengkhususan ini bertujuan supaya penyakit ini
tidak dapat menularkan kepada peserta didik yang lain dan proses pembelajaran

5
Anisa Dian Novita Siregar, “Sekolah Luar Biasa bagi Anak Luar Biasa”, Universitas Negeri Padang, 2019,
hal 4
10
akan semakin optimal dan berjalan kondusif.
9. Sekolah Luar Biasa bagian I (Gifted)
Anak yang tergolong berpotensi memiliki kepintaran di atas rata-rata
anak pada umumnya, memiliki kecerdasan di atas (IQ lebih dari 125). Anak
yang memiliki kecerdasan yang tinggi, akan berpotensi untuk mensukseskan diri
mereka sendiri dan kelak akan menjadi manusia yang sangat berguna bagi
bangsa dan negara untuk masa yang akan datang.
10. Sekolah Luar Biasa bagian J (Talented)

Anak yang berpotensi memiliki bakat istimewa, biasanya hanya memiliki


satu bakat istimewa seperti Multiple Intelligences Language, Logicomathematic,
Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal, Natural Spiritual. Pola
pikir yang luar biasa ini menjadi peserta didik akan senantiasa untuk dituntut
selalu semangat, oleh karena itu perlu digolongkan lagi supaya lebih efisien.
11. Sekolah Luar Biasa bagian K (Kesulitan Belajar)

Anak yang tergolong mengalami Hyperactive, ADD/ADHD,


Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung, Dysphasis/bicara,
Dyspraxia/Motorik sehingga mengalami kesulitan di dalam pembelajaran di
sekolah atau di lingkungan sosial. Pengkhususan ini dengan maksud supaya
lebih kondusif lagi mengenai peserta didik yang kurangnya kelihaian dalam
pembelajaran.
12. Sekolah Luar Biasa bagian L (Lambat Belajar)

Anak yang tergolong memiliki IQ = 70 sampai 90 sehingga mengalami


proses yang lambat dalam memahami atau menangkap pelajaran. Sebenarnya
jika lambat belajar, tidak terlalu penggolongan secara khusus dalam ruang
lingkup peserta didik, karena peserta didik seperti ini harus lebih giat dalam
proses mengikuti pembelajaran di sekolah.
13. Sekolah Luar Biasa bagian M (Autis)

Anak autisme merupakan kelainan perkembangan sistem saraf pada


seseorang yang dialami sejak lahir ataupun saat masa balita dengan gejala
menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia
luar. Merupakan gangguan perkembangan yang kompleks mempengaruhi
perilaku dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial
11
dan emosional dengan orang lain.
14. Sekolah Luar Biasa bagian N (Korban Penyalahgunaan Narkoba)

Anak yang mengalami depresi, masalah pribadi atau karena faktor-faktor


sekitar yang mendorong anak menggunakan narkoba, sehingga anak terpaksa
direhab untuk memulihkan kondisi mental dan kesehatan. Manusia jika salah
dalam bergaul dengan temannya, maka narkobalah yang jadi bahan
konsumsinya. Setelah terjerat narkoba, maka seorang pesera didik untuk
dikhususkan dalam pembelajaran di sekolah.
15. Sekolah Luar Biasa bagian O (Indigo)

Anak indigo adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan anak


yang diyakini memiliki kemampuan atau sifat spesial, tidak biasa dan bahkan
supernatural. Anak seperti ini, akan sering menghalusinasi tentang makhluk
ghaib, oleh karena itu perlu pengkhususan penggolongan dalam pembelajaran di
sekolah supaya tidak mengganggu teman yang akan fokus pada materi di
sekolah.6

6
Fauziah Nasution, “Pengertian Pendidikan, Sistem Pendidikan Sekolah Luar Biasa, dan Jenis-Jenis Sekolah
Luar Biasa”, Jurnal Edukasi Non Formal, Vol. 3 No. 2, 2021, hal 5-6
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pendidikan luar biasa berarti pembelajaran yang dirancang secara khusus


untuk memenuhi kebutuhan yang unik dari anak kelainan fisik. pendidikan luar
biasa adalah program pembelajaran yang disiapkan untuk memenuhi kebutuhan
unik dari individu siswa. Mungkin mereka memerlukan penggunaan bahan-
bahan, peralatan, layanan, dan/atau strategi mengajar yang khusus. Pendidikan
berkaitan dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan
aspek-aspek kelakuan lainnya, kepada generasi yang lebih muda.
Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran pola-pola kelakuan
manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Asalkan pendidikan
yang berlaku, harus tetap berpedoman berdasarkan pada Pancasila dan
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman. Penelitian ini ingin mengkaji tentang pendidikan khusus,
mengetahui sejarah pendidikan khusus dan sistem pendidikan dalam pendidikan
khusus untuk anak cacat khususnya anak tunanetra.
Sekolah Luar Biasa adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang
melayani pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Sebagai lembaga
pendidikan SLB dibentuk oleh banyak unsur yang diarahkan untuk mencapai
tujuan pendidikan, yang proses intinya adalah pembelajaran bagi peserta didik.
Jadi SLB merupakan lembaga pendidikan khusus yang menyelenggarakan
program pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Menurut Suparno, Sekolah
Luar Biasa adalah pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan
dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental
sosial, tetapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Menurut Santoso, terdapat dua jenis sistem pendidikan di Sekolah Luar
Biasa, yaitu sebagai berikut:
a. Sistem Pendidikan Segregasi
b. Sistem Pendidikan Integrasi Sekolah Luar Biasa adalah sekolah yang
diperuntukkan untuk anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus yang tidak

13
dapat disandingkan dengan anak-anak lainnya.
Menurut Pratiwi dan Murtiningsih, terdapat beberapa jenis sekolah luar
biasa berdasarkan kebutuhan khusus anak, yaitu sebagai berikut:
a. Golongan A (Tunanetra)
b. Golongan B (Tunarungu)
c. Golongan C (Tunagrahita)
d. Golongan D (Tunadaksa)
e. Golongan E (Tunalaras)
f. Golongan F (Tunawicara)
g. Golongan G (Tunaganda)
h. Golongan H (HIV & AIDS)
i. Golongan I (Gifted)
j. Golongan J (Talented)
k. Golongan K (Kesulitan Belajar)
l. Golongan L (Lambat Belajar)
m. Golongan M (Autis)
n. Golongan N (Korban Penyalahgunaan Narkoba)
o. Golongan O (Indigo)

B. Saran
Sekolah berkebutuhan khusus diharapkan memiliki jenjang yang lebih
tinggi, salah satunya universitas, yang diharapkan dapat memberikan ilmu
kepada penyandang disabilitas dengan ilmu yang lebih tinggi dan menjadikan
rasa semangat akan menuntut ilmu di kalangan peserta didik secara khusus
tersebut akan lebih berkembang, tanpa memikirkan aspek kekurangan yang telah
diberikan oleh Tuhan.
Serta diharapkan agar dapat memberikan beasiswa yang memiliki
prestasi yang cukup tinggi, karena mereka juga berhak mendapatkan beasiswa
bagi yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh sebab itu, pemerintah
harus memiliki wewenang khusus bagi peserta didik yang lebih cerdas di
kalangan disabilitas.

14
DAFTAR PUSTAKA
Mangunsong, F. (1996). Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta:
LPSP3 UI.

Syafaruddin, (2002). Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Jakarta:


Grasindo.

Sumekar. (2002). Ortopedagogik. Padang: CV Pustaka.


Jannah. (2016). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: PT. Kencana.
Novita Siregar, A.D. (2019). Sekolah Luar Biasa bagi Anak Luar Biasa.
Universitas Negeri Padang.

Nasution, F. (2021). Pengertian Pendidikan, Sistem Pendidikan Sekolah Luar


Biasa, dan Jenis-Jenis Sekolah Luar Biasa”. Jurnal Edukasi Non Formal,
Vol. 3 No. 2.

15

Anda mungkin juga menyukai