Disusun Oleh:
1. Ahmad Sibaweh (50223017)
2. Fachirotu Mina (50223005)
3. Muhammad Pri Sandi Aditya (50223008)
KELAS A
MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Pendidikan adalah fondasi yang tak tergantikan dalam pembangunan individu dan
masyarakat. Dalam upaya memastikan bahwa setiap individu memiliki kesempatan yang
sama untuk belajar dan berkembang, perhatian terhadap pembelajaran luar biasa menjadi
semakin penting. Pembelajaran luar biasa adalah konsep yang merangkul perbedaan
individual dan mengakui bahwa setiap individu memiliki potensi unik yang harus
diberdayakan.
Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki berbagai aspek dari pembelajaran luar biasa,
mulai dari konsep dasar hingga praktik-praktik terbaik dalam mendukung individu dengan
kebutuhan khusus. Kami akan menjelajahi pandangan yang beragam tentang pembelajaran
luar biasa, menggali tantangan dan peluang yang dihadapi oleh pendidik, serta menyelidiki
berbagai strategi dan alat yang dapat digunakan untuk mencapai inklusi pendidikan.
Pembelajaran luar biasa bukan hanya tentang memahami dan mendukung individu
dengan kebutuhan khusus ini juga tentang menciptakan lingkungan yang inklusif di mana
setiap siswa merasa diterima, dihargai, dan memiliki kesempatan yang sama untuk
berkembang. Kami berharap bahwa makalah ini akan memberikan wawasan yang berharga
dan mengilhami para pembaca untuk terlibat lebih dalam dalam upaya untuk menciptakan
pembelajaran luar biasa bagi semua individu.
Terima kasih kepada semua yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini,
serta kepada semua pihak yang telah berdedikasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan
bagi semua individu. Semoga makalah ini bermanfaat dan menjadi sumber inspirasi bagi
semua yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.
Penulis
Daftar isi
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
Daftar isi..................................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Pengertian Sekolah Luar Biasa ......................................................................................3
B. Sejarah Sekolah Luar Biasa ...........................................................................................4
C. Macam-Macam Sistem Pendidikan Sekolah Luar Biasa…………...............................6
D. Jenis-Jenis Sekolah Luar Biasa.......................................................................................7
PENUTUP...............................................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................................12
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Frieda Mangunsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, (Jakarta: LPSP3 UI, 1996), hal 13-14
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 1927 dr. Folker, seorang dokter spesialis anak, merintis
pendidikan bagi anak tunagrahita dan diberi nama Folker School, tahun 1942
diganti menjadi Perkumpulan Pengajaran Luar Biasa. Saat ini lembaga
pendidikan tersebut dikenal dengan nama sekolah pendidikan luar biasa
bagian (SPLB C) Cipaganti Bandung.
2
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2002), hal 17-19
5
Jovuntute. Hampir semua lembaga pendidikan tadi berlandaskan charity
(belas kasihan) dan sifatnya segregatif.
3
Sumekar, Ortopedagogik, (Padang: CV Pustaka, 2002), hal 36
6
sebelumnya diuji-cobakan terlebih dahulu di SLB Pembina tersebut. Kalau
berhasil uji coba tersebut, maka hal-hal yang baru tersebut disebar luaskan ke
SLB-SLB lain dengan cara mengundang guru-guru untuk diberikan
penataran tentang hal-hal baru tersebut.
7
banyak mengenal kehidupan orang normal, mempunyai kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, dan harga diri anak luar
biasa meningkat. Dengan adanya pencampuran antara peserta didik berkebutuhan
khusus dengan peserta didik yang normal, maka diharapkan mental dan jiwa
yang tertanam pada peserta didik berkebutuhan khusus, akan semakin terbangun
dan semakin meningkat.4
4
Jannah, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta: PT. Kencana, 2016), hal 14–71.
8
Tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran dan
percakapan dengan derajat pendengaran yang bervariasi. seorang dikatakan tuli
(deaf) apabila kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 70 dB ISO atau
lebih, sehingga ia tidak dapat mengerti atau menangkap serta memahami
pembicaraan orang lain. Sedangkan seorang dikatakan kurang dengar (Hard of
Hearing) bila kehilangan pendengaran pada 35 dB ISO sehingga ia mengalami
kesulitan memahami pembicaraan orang lain melalui pendengarannya baik
tanpa maupun dengan alat bantu dengar.
Anak tunadaksa adalah Anak yang mengalami cacat tubuh, anggota gerak
tubuh tidak lengkap, bentuk anggota tubuh dan tulang belakang tidak normal,
kemampuan gerak sendi terbatas, ada hambatan dalam melaksanakan aktivitas
kehidupan sehari hari. Keterbatasan seperti ini terkadang akan menimbulkan
rasa sulit yang dialami oleh setiap guru, oleh karenanya guru diharapkan lebih
terampil dalam mendidik peserta didiknya.
7. Sekolah Luar Biasa bagian G, khusus untuk anak berkebutuhan khusus yang
memiliki gangguan lebih dari satu atau tunaganda.
5
Anisa Dian Novita Siregar, “Sekolah Luar Biasa bagi Anak Luar Biasa”, Universitas Negeri Padang, 2019,
hal 4
10
akan semakin optimal dan berjalan kondusif.
9. Sekolah Luar Biasa bagian I (Gifted)
Anak yang tergolong berpotensi memiliki kepintaran di atas rata-rata
anak pada umumnya, memiliki kecerdasan di atas (IQ lebih dari 125). Anak
yang memiliki kecerdasan yang tinggi, akan berpotensi untuk mensukseskan diri
mereka sendiri dan kelak akan menjadi manusia yang sangat berguna bagi
bangsa dan negara untuk masa yang akan datang.
10. Sekolah Luar Biasa bagian J (Talented)
6
Fauziah Nasution, “Pengertian Pendidikan, Sistem Pendidikan Sekolah Luar Biasa, dan Jenis-Jenis Sekolah
Luar Biasa”, Jurnal Edukasi Non Formal, Vol. 3 No. 2, 2021, hal 5-6
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
dapat disandingkan dengan anak-anak lainnya.
Menurut Pratiwi dan Murtiningsih, terdapat beberapa jenis sekolah luar
biasa berdasarkan kebutuhan khusus anak, yaitu sebagai berikut:
a. Golongan A (Tunanetra)
b. Golongan B (Tunarungu)
c. Golongan C (Tunagrahita)
d. Golongan D (Tunadaksa)
e. Golongan E (Tunalaras)
f. Golongan F (Tunawicara)
g. Golongan G (Tunaganda)
h. Golongan H (HIV & AIDS)
i. Golongan I (Gifted)
j. Golongan J (Talented)
k. Golongan K (Kesulitan Belajar)
l. Golongan L (Lambat Belajar)
m. Golongan M (Autis)
n. Golongan N (Korban Penyalahgunaan Narkoba)
o. Golongan O (Indigo)
B. Saran
Sekolah berkebutuhan khusus diharapkan memiliki jenjang yang lebih
tinggi, salah satunya universitas, yang diharapkan dapat memberikan ilmu
kepada penyandang disabilitas dengan ilmu yang lebih tinggi dan menjadikan
rasa semangat akan menuntut ilmu di kalangan peserta didik secara khusus
tersebut akan lebih berkembang, tanpa memikirkan aspek kekurangan yang telah
diberikan oleh Tuhan.
Serta diharapkan agar dapat memberikan beasiswa yang memiliki
prestasi yang cukup tinggi, karena mereka juga berhak mendapatkan beasiswa
bagi yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh sebab itu, pemerintah
harus memiliki wewenang khusus bagi peserta didik yang lebih cerdas di
kalangan disabilitas.
14
DAFTAR PUSTAKA
Mangunsong, F. (1996). Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta:
LPSP3 UI.
15