Anda di halaman 1dari 41

AKTUALISASI ANTI KEKERASAN SEKSUAL

PERSPEKTIF KEADILAN GENDER


MENURUT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI UIN KH. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

PROPOSAL TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Magister Pendidikan (M.Pd.)

Oleh

SITI NISROFAH
NIM. 50222033

PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ABDURRAHMAN WAHID
PEKALONGAN
2023
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Anti kekerasan seksual berasal dari kata anti dan frasa kekerasan
seksual. Dalam KBBI, anti artinya sikap tidak setuju, tidak suka, dan tidak
senang (KBBI, 2016). Sedangkan kekerasan seksual maknanya tindakan
paksa atau mengandung unsur tekanan baik secara fisik maupun psikis.
Tindakan paksa tersebut dapat diartikan sebagai tindakan menyerang yang
berbasis seksual baik sampai terjadi proses hubungan seksual maupun
tidak (Ifada, 2023).
Keadilan gender merupakan suatu upaya dan tiindakan yang adil
bagi setiap individu laki-laki maupun perempuan. Keadilan gender
mengarah kepada hubungan yang baik dan positif antara pihak laki-laki
dan perempuan. Relasi yang baik antar setiap individu dapat menciptakan
keharmonisan dan terhindar dari permasalahan yang mengatasnamakan
gender (Nuryah et al., 2019).
Pendidikan agama Islam menurut Muhammad Quthb yang dikutip
oleh Heri Surikno dkk. yaitu pendidikan manusia seutuhnya dalam aspek
hati dan akal, lahir dan batin, akhlak dan keterampilan, serta segala
tindakan baik secara individu maupun dengan kelompok masyarakat dan
lingkungan berdasarkan etika dan moral dalam Islam. Tujuan pendidikan
agama Islam menurut Ibnu Maskawaih yang dikutip Heri Surikno dkk.
berpusat pada dua aspek yaitu manusia dan akhlaknya yang berarti sikap
spontan seseorang untuk melahirkan perbuatan baik agar memperoleh
kebahagiaan dan kesempurnaan hidup (Surikno et al., 2022).

2
Maraknya kasus kekerasan dan pelecehan seksual menjadi bukti
bahwa ketidakadilan, ketimpangan, dan bias gender masih belum bisa
dihilangkan dari kultur masyarakat (Sulistyowati, 2020). Lembaga
pendidikan yang diharapkan menjadi tempat berlangsungnya proses
pembelajaran, pengarahan, pengembangan intelektual, mental, dan moral
seseorang justru menjadi salah satu tempat yang banyak terjadi kasus
kekerasan dan pelecehan seksual.
Berdasarkan data komnas perempuan bahwa kasus kekerasan dan
pelecehanseksual di lembaga pendidikan antara tahun 2015-2022 paling
tinggi terjadi di level perguruan tinggi. Terdapat 35 (tiga puluh lima)
aduan kasus kekerasan dan pelecehan seksual di perguruan tinggi yang
terdata di Komisi Nasional Perempuan sepanjang tahun tersebut
(Ardiansyah, 2022). Diperkirakan masih banyak lagi kasus kekerasan
berbasis seksual yang belum dilaporkan karena hal tersebut sangat berat
dilakukan oleh korban.
Islam adalah agama yang bercirikan rahmatan lil a’alamin, maka
tidak akan mungkin memberikan celah pada segala bentuk ketidakadilan.
Secara tekstual maupun kontekstual, Islam sangat mengahragai harkat dan
martabat setiap manusia. Alquran senantiasa menjadikan laki-laki beserta
perempuan sebagai pelaku utama di setiap informasi maupun hukum yang
terkandung di dalamnya. Hal tersebut sesuai kalamullah Qs. At-Taubah (9)
: 71 yang berbunyi sebagai berikut (Kemenag, 2010) :

‫ َ ع ِن‬.‫ن‬.‫َ وي‬ ٍ ‫ُ ض ُه ْ م‬ ‫وٱل‬ ِ ْ


َْ َ ُ ْ َ ‫وٱل ُمْؤمُنو‬ َ
‫ ْع ض يُْمُرو َن بِٱلْ َم ُْعرو َْهو َن‬.‫َأْوِلَيٓاُء َب‬ ‫َن ْمِؤَٰمَن ت‬
ُ
‫ ْع‬.‫َب‬
‫ِف‬
‫َرَُحه ُم‬.َْ‫َ سي‬
‫ؤ ُتو َن َ ُوي ِطيعُو َن ٱ َّللَ ََور ُسلَوُٓوۥ ۚ ُأ۟وَٰلَٓئِ َك‬.ُْ ‫َ وي‬ َّ ‫ْٱل ُمن َِكر َ ُِويقي ُمو َن‬
‫َّلٱَزك َٰو َة‬ ‫ص‬
ََٰ‫ٱل ل‬
‫و َة‬

3
‫ٱَّلل ۗ ِإ َّن ٱَّلل ِع َ ككِيحم‬
َ َ ُ
‫يزح‬
‫ز‬
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, baik lelaki dan
perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebagian yang lainnya. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang baik,
mencegah dari yang munkar (buruk), mendirikan shalat, menunaikan

4
zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka semua
akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana”.

Ayat tersebut sangat jelas dan tegas sebagai wujud kesalingan yang
terjadi pada relas laki-laki dan perempuan. Ayat tersebut menjelaskan
bahwa satunya adalah penyayang, penopang, penolong dan pendukung
bagi yang lainnya. Merujuk dari berbagai kitab tafsir klasik baik yang
berbasis tekstual (bi al-mat’sur) maupun berbasis rasional (bi al-ra’yi)
memaknani frasa ba’dhuhum awliya’ba’dh dengan saling tolong menolong
(tanashur), saling menyayangi (tarahum), saling mencintai (tahabub), dan
saling menopang (ta’adhud). Satunya adalah wali bagi yang lain. Wali di
sini dimaknai sebagai penanggung jawab, penolong, penguasa, dan
pengampu. Dengan makna kesalingan dalam kalimat ba’dhuhum
awliya’ba’dh mengindikasikan adanya kesederajatan antara satu sama lain
(laki-laki dan perempuan) (Kemendikbudristek & Kodir, 2019).
Perkembangan pendidikan agama Islam senantiasa mengalami
banyak tantangan, mulai dari level pendidikan rendah hingga perguruan
tinggi. Tantangan tersebut mencakup ranah afektif, kognitif, dan
psikomotorik peserta didik. Salah satu tantangan terbesar pendidikan
agama Islam saat ini adalah melunturnya nilai religius peserta didik
sehingga berdampak pada proses pembelajaran yang jauh dari rasa
keadilan berbasis gender.
Pendidikan Agama Islam memiliki cakupan yang begitu luas tidak
terbatas ruang dan waktu. Pendidikan agama Islam bisa berlangsung di
kelas, rumah, dan masyarakat serta memiliki berbagai bidang seperti
Alquran, hadits, aqidah, akhlak, fiqih, dan tarikh (Hidayah et al., 2022).
Oleh karena itu, perilaku kekerasan adalah wujud dari pendidikan akhlak
yang tidak terealisasi dengan semestinya.
Lembaga pendidikan memiliki tangung jawab moral dalam
mengemban kepercayaan masyarakat sebagai tempat untuk mendidik.
Maka sudah semestinya, lingkungan pendidikan terbebas dari hal-hal yang

5
dapat merusak moral peserta didik di dalamnya. Dengan demikian,
lembaga pendidikan harus senantiasa berupaya untuk menciptakan budaya
akademik yang positif, religius, dan membangun, serta bebas dari praktik
kekerasan apapun.
Salah satu perguruan tinggi yang mulai meningkatkan upayanya
dalam pencegahan sekaligus penanganan kasus kekerasan seksual yaitu
UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Kampus yang akrab dijuluki
UIN Gusdur tersebut memiliki Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) yang
fokus terhadap kajian keadilan gender dan anak. PSGA menjadi
episentrum gerakan terhadap penyebaran pemahaman gender kepada
seluruh sivitas akademik secara lebih masif.
UIN Gusdur adalah perguruan tinggi Islam negeri, maka sudah
menjadi keharusan di dalamnya untuk menerapkan sekaligus menjaga
nilai-nilai Islam sebagai dasar atau pondasi penyelenggaraan pendidikan.
Hal tersebut sesuai dengan visi UIN Gusdur yaitu “Menjadi universitas
Islam unggul dalam pengembangan ilmu untuk kemanusiaan berlandaskan
budaya bangsa” (Universitas Islam Negeri K.H Abdurrahman Wahid
Pekalongan, 2023).
Dalam UU Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan
Seksual menyatakan bahwa siapapun berhak memperoleh perlindungan
dari perilaku kekerasan dan berhak untuk bebas dari perilaku yang
merendahkan derajat martabat manusia sebagaimana dijamin oleh UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selanjutnya menyebutkan bahwa
kekerasan dan pelecehan seksual bertolakbelakang dengan nilai ketauhidan
dan kemanusiaan serta mengganggu keamanan, kenyamanan, dan
ketenteraman masyarakat (Undang-Undang Republik Indonesia, 2022).
Undang-undang tersebut diturunkan dalam Peraturan Menteri
Agama (PMA) Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2022 tentang
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) di Satuan
Pendidikan pada Kementerian Agama. Peraturan ini menimbang bahwa
kekerasan seksual merupakan perilaku yang bertolakbelakang sekaligus

6
merendahkan harkat martabat manusia. Poin selanjutnya menyebutkan
bahwa pelaksanaan PPKS di lembaga pendidikan pada kementerian agama
harus dilakukan dengan cepat, tepat, terpadu, dan terintegrasi (Kemenag,
2022).
Selain dari Menteri Agama, peraturan tentang PPKS juga tertuang
dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Risat, dan Teknologi
Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2021. Peraturan ini merupakan
respon cepat dari Kemendikbud atas maraknya kasus kekerasan seksual di
jenjang perguruan tinggi. Peraturan tersebut menimbang bahwa untuk
mencegah sekaligus menangani kasus kekerasan seksual di jenjang
perguruan tinggi, perlu payung hukum yang menjamin kepastian hukum
dalam mencegah dan menangani kasus kekerasan seksual di jenjang
perguruan tinggi (Kemendikbudristek, 2021).
Jauh sebelum RUU TPKS disahkan dan Permendikbud Nomor 30
dan PMA 73 tentang PPKS dimunculkan, UIN Gusdur Pekalongan sudah
memiliki SK Rektor Nomor 773 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual. Salah satu hal yang
dipertimbangkan adalah bahwa setiap warga kampus berhak mendapatkan
rasa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan seksual sesuai dengan
pancasila dan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 (Keputusan Rektor UIN K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan
Nomor : 773 Tahun 2020, 2020).
Berdasarkan pernyataan di atas, penelitan ini akan membahas lebih
lanjut tentang “Aktualisasi Konsep Anti Kekerasan Seksual Perspektif
Keadilan Gender menurut Pendidikan Agama Islam di UIN KH.
Abdurrahman Wahid Pekalongan”. Penelitian ini diharapkan mampu
menyajikan hasil temuan yang positif tentang budaya akademik yang anti
terhadap kekerasan seksual dengan perspektif keadilan gender menurut
pendidikan agama Islam.

7
b. Identifikasi Masalah
Dengan menimbang berbagai pernyataan latar belakang masalah di
atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah diantaranya:
1) Konsep anti kekerasan seksual di UIN KH. Abdurrahman Wahid
Pekalongan
2) Perspektif keadilan gender menurut pendidikan agama Islam
3) Aktualisasi konsep anti kekerasan seksual perspektif keadilan gender
menurut pendidikan agama Islam di UIN KH. Abdurrahman Wahid
Pekalongan
c. Pembatasan Masalah
Pada penelitin ini, peneliti membatasi permasalahan hanya pada:
1) Bagaimana konsep anti kekerasan seksual perspektif keadilan gender
menurut pendidikan agama Islam di UIN KH. Abdurrahaman Wahid
Pekalongan?
2) Bagaimana aktualisasi konsep anti kekerasan seksual perspektif
keadilan gender menurut pendidikan agama Islam di UIN KH.
Abdurrahaman Wahid Pekalongan?
d. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah
yang diangkat yaitu:
1) Bagaimana konsep anti kekerasan seksual perspektif keadilan gender
menurut pendidikan agama Islam di UIN KH. Abdurrahaman Wahid
Pekalongan?
2) Bagaimana aktualisasi konsep anti kekerasan seksual perspektif
keadilan gender menurut pendidikan agama Islam di UIN KH.
Abdurrahaman Wahid Pekalongan?

8
e. Tujuan Penelitian
Dengan menyesuaikan latar belakang di atas, maka penelitian ini
bertujuan:
1) Untuk menganalisis konsep anti kekerasan seksual perspektif keadilan
gender menurut pendidikan agama Islam di UIN KH. Abdurrahaman
Wahid Pekalongan.
2) Untuk menganalisis aktualisasi konsep anti kekerasan seksual
perspektif keadilan gender menurut pendidikan agama Islam di UIN
KH. Abdurrahaman Wahid Pekalongan.
f. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua manfaat secara garis besar yaitu secara
teoritis dan praktis. Adapun penjelasannya yaitu:
1) Manfaat Teoritis
a) Hasil penelitian ini semoga dapat memperkaya wawasan keilmuan
tentang aktualisasi konsep anti kekerasan seksual perspektif
keadilan gender menurut pendidikan agama Islam.
b) Dapat memberikan manfaat dan kontribusi teori bagi dunia
pendidikan tentang aktualisasi konsep anti kekerasan seksual
perspektif keadilan gender menurut pendidikan agama Islam.
2) Manfaat Praktis
a) Bagi Lingkungan Penalitian
Hasil penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi UIN KH.
Abdurrahman Wahid Pekalongan dalam mengaktualisasikan
konsep anti kekerasan seksual perspektif keadilan gender menurut
pendidikan agama Islam.
b) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini semoga dapat meningkatkan khazanah
keilmuan dalam mengaplikasikan berbagai teori yang telah
didapatkan selama proses perkuliahan.

9
c) Bagi Perguruan Tinggi
Hasil penelitian ini semoga dapat menjadi salah satu bahan
referensi ilmiah bagi mahasiswa maupun dosen UIN KH.
Abdurrahman Wahid Pekalongan, khususnya dalam topik
penelitian aktualisasi anti kekerasan seksual perspektif keadilan
gender menurut pendidikan agama Islam. Selain itu, besar harapan
jika penelitan ini mampu memotivasi peneliti lain untuk
melanjutkan atau melengkapi informasi yang masih belum
tersampaikan dalam penelitian ini sebagai bentuk kontinuitas
penelitian.

10
2. LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
a. Kerangka Teoritik
Penelitian ini menggunakan tiga teori yang berbeda sebagai dasar
penelitian yaitu grand, middle, dan applied theory. Grand theory
merupakan konsep paling dasar yang digunakan peneliti untuk mengelola
informasi secara makro tentang hubungan variabel yang digunakan.
Middle theory mengarah pada teori yang berkaitan dengan variabel yang
dipakai. Sedangkan applied theory merupakan teori dalam level mikro
yang digunakan untuk pengembangan analisis yang ada dalam penelitian.
Dengan kata lain, applied theory adalah teori yang diaplikasikan dalam
konseptualisasi penelitian sehingga hasil penelitian memiliki landasan
epistimologi yang kuat (Pascasarjana, 2023).
1) Gender
a) Gender perspektif Islam
Gender menurut Mansour Fakih dalam penelitian Syaefudin
Achmad merupakan pembeda laki-laki dan perempuan dari segi
sifat, peranan, dan tanggung jawab yang bersifat konstruksi sosial
maupun kultural di lingkungan masyarakat. Artinya, gender adalah
jenis kelamin berbasis sosial yang sifatnya dapat berubah, dapat
dipertukarkan, dan kosntruksi sosial. Berbeda dengan arti seks
yang disebut sebagai jenis kelamin dalam aspek biologis yang
bersifat kodrati dan tidak dapat ditur satu sama lain (Achmad,
2019).
Terdapat beberapa indikator yang bisa digunakan untuk
mengalisa keadilan gender menurut perspektif Islam menurut
Nasaruddin Umar yang dikutip oleh Abdul Rahim. Diantaranya,
laki-laki sekaligus perempuan adalah sama-sama makhluk yang
diciptakan Allah untuk mengemban tugas sebagai hamba atau
abdullah. Laki-laki dan perempuan keduanya adalah seorang
khalifatullah fil ardh atau wakil Allah di muka bumi. Selanjutnya
bahwa laki-laki sekaligus perempuan, keduanya menerima dan

11
menunaikan perjanjian fundamental atau primordial jauh sebelum
mereka lahir ke dunia dan langsung disaksikan oleh Allah.
Terakhir, baik laki-laki maupun perempuan kedunya berhak untuk
mengoptimalkan potensi yang dimiliki sebagai fitrah atau karunia
dari Allah (Rahim, 2019).
Ada hadits yang telah diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud
Imam Tirmidzi, dan Imam Ahmad tentang kemitraan laki-laki dan
perempuan yaitu (Kodir, 2019) :

‫َ ع ْن َ عاِئ َشَة اهنع هلال يضر َقا َل َر ُسُول ا ل َّ ِل ملسوهيلعهلالىلص‬


‫«إ‬
‫» رواه‬.‫َنا النِّ َساُء َ شَ قاِئ ُق اّلِر َجِا ل‬
‫أبو داود‬
Artinya: Aisyah menyatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda,
“Perempuan itu saudara kandung laki-laki” (Sunan Abi Dawud).

Dalam bukunya Faqihuddin Abdul Kodir menjelaskan


bahwa hadits tersebut adalah prinsip kesederajatan (musawah)
antara laki-laki maupun perempuan. Konsekuensinya, sebagai
manusia maka laki-laki dan perempuan memiliki berbagai hak
seperti hak hidup, memiliki martabat, menjalankan agama, ikut
serta politik, menjalin keluarga, serta menjalankan aktivitas dalam
ranah sosial, ekonomi, dan pendidikan. Seperti halnya laki-laki,
perempuan juga memiliki harga diri, hak terbebas dari kekerasan,
marginalisasi, dan merendahkan status sosial. Segala bentuk
merendahkan terhadap perempuan adalah wujud kezaliman yang
diharamkan sekaligus ditentang oleh Islam (Kodir, 2019).
b) Hakikat keadilan gender Islam
Islam sangat melarang segala bentuk kekerasan. Hal
tersebut sesuai dengan kesepakatan ulama klasik bahwa syariat
Islam bertujuan untuk mewujudkan aspek maslahah terhadap

12
manusia. Misalnya berbagai hak fundamental yang telah
difitrahkan oleh Allah Swt untuk setiap manusia seperti

13
perlindungan keyakinan (hak menjalankan agama dan memiliki
keyakinan), melindungi jiwa (hak untuk hidup dan tidak dianiaya),
melindungi fungsi akal pikiran (hak untuk befikir, berekspresi, dan
lainnya), melindungi hak untuk memperoleh keturunan sekaligus
kehormatan diri (hak menjaga sistem reproduksi agar tetap sehat,
hak untuk tidak direndahkan, dilecehkan, dan semacamnya), dan
perlindungan harta (hak milik). Dalam suatu hadits yang
diriwayatkan oleh Rasulullah Saw berisi tentang “Setiap muslim
diharamkan mengganggu/menciderai, melukai hak hidup,
kehormatan diri, dan hak milik muslim yang lain (HR. Muslim)
(Muhammad, 2021).
c) Pendekatan keadilan gender Islam
Pendekatan yang digunakan untuk merealisasikan keadilan
gender Islam melalui tiga tahap yaitu makruf, mubadalah, dan
keadilan hakiki. Pendekatan tersebut dipopulerkan dalam Kongres
Ulama Perempuan Indonesia II (KUPI) yang telah diselenggarakan
di Jepara pada tahun 2022. Pertama, konsep makruf menurut Ibu
Nyai Hj. Badriyah Fayumi sebagai ketua majelis musyawarah
KUPI yaitu segala sesuatu yang mengandung nilai kebenaran,
kebaikan, dan kepantasan dalam tataran syariat, akal sehat, serta
pandangan umum suatu masyarakat (Fayumi, 2008).
Konsep makruf dalam alquran mengandung tiga ide dasar
yang dapat dikembangkan lebih lanjut, yaitu sebagai berikut
(Kodir, 2022) :
(1) Makruf sebagai prinsip relasi sosial, kesalingan, keadilan, dan
kerja sama. Melalui konsep makruf, relasi tersebut harus
memiliki pondasi berupa etika hubungan berdasarkan
kepantasan umum yang bersifat lokal-temporal (berkaitan
dengan waktu).
(2) Makruf sebagai bentuk penghargaan dan rujukan atas tradisi
yang diterima dan dilakukan. Ulama menyebutnya dengan urf

14
(adat kebiasaan). Selama tidak keluar dari prinsip Islam, suatu
tradisi dapat diterima oleh Islam secara universal.
(3) Makruf sebagai upaya pendekatan dalam menginternalisasikan
nilai-nilai Islam yang bersifat universal seperti saling rela dan
bermusyawarh.
Kedua, akar kata mubadalah adalah ba-da-la yang artinya
mengubah, mengganti, dan menukar. Mubadalah sebagai wujud
kesalingan (mufa’alah) dan kerja sama antar dua pihak atau lebih
(musyarakah) yang berarti saling mengganti, mengubah, dan
menukar satu dengan yang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) kesalingan yang merupakan nama lain dari
mubadalah dipakai dalam hal-hal yang bersifat timbal balik.
Faqihddin Abdul Kodir menggunakan mubadalah sebagai cara
pandang dalam sebuah konsep relasi antara dua pihak atau lebih
(khususnya laki-laki dengan perempuan) yang mengandung spirit
kesalingan, kemitraan, timbal balik, kerja sama, dan prinsip saling
membalas kebaikan. Mubadalah merupakan istilah dalam
menggambarkan hubungan laki-laki dengan perempuan yang
berdasar pada sudut pandang dan sikap saling menghormati satu
sama lain, karena keduanya adalah manusia yang memiliki
martabat, saling bekerja sama sekaligus tolong menolong.
Mubadalah adala pilihan dalam konsep relasi yang mengubah sifat
mendominasi menjadi relasi berbasis partner (Kodir, 2019).
Ketiga, konsep keadilan hakiki mempertimbangan
pengalaman biologis dan sosial perempuan yang secara jelas
berbeda dengan laki-laki. Melalui pendekatan keadilan hakiki laki-
laki dan perempuan dinilai sebagai manusia yang sederajat dan
utuh. Oleh karena itu, laki-laki maupun perempuan berhak
memperoleh segala hal baik, maslahah, dan sejahtera. Jenis
kebaikan dan kemaslahatan yang diperoleh laki-laki bisa berbeda
dengan yang diterima perempuan karena pengalamannya yang khas

15
(haid, mengandung, nifas, wiladah, dan menyusui). Segala
keputusan hukum dan kebijakan publik yang dipandang makruf
dengan mengesampingkan pengalaman khas perempuan yang
justru hasilnya akan menambah rasa sakit dan sengsara terhadap
perempuan. Pengalaman perempuan selanjutnya adalah kondsi
sosial yang sejak zaman dahulu mendapat stigma (pelabelan
negatif), subordinasi (dinilai tidak penting dalam kehidupan),
marginalisasi (dipinggirkan dari sebuah keputusan), beban ganda
(pekerjaan domestik dan publik), kekerasan berbasis fisik, psikis,
seksual, maupun yang lain. Artinya, segala sesuatu dinilai
makruf/baik jika melalui pertimbangan pengalaman khas dan sosial
perempuan yang seringkali menjadi kelompok rentan terhadap lima
bentuk ketidakadilan tersebut. Secara lebih kompleks, keadilan
hakiki adalah keadilan yang diterima oleh setiap individu laki-laki
dan perempuan dengan mempertimbangkan aspek biologis dan
sosial masing-masing (Kodir, 2022).
2) Seksual
Menurut KBBI, seksual adalah hal-hal yang berkaitan dengan
seks (jenis kelamin). Lebih ekstrim lagi, seksual berkiatan dengan
urusan hubungan seks antara laki-laki dan perempuan (KBBI, 2016).
Pemahaman yang keliru terhadap makna seksual dapat mengakibatkan
penyimpangan dan perilaku kekerasan terhadap seksual. Berikut
adalah penjelasan lebih lanjut tentang kekerasan seksual beserta sikap
anti kekerasan seksual.
a) Makna anti kekerasan seksual
Anti kekerasan seksual bersal dari kata anti dan frasa
kekerasan seksual. Kata anti dalam KBBI artinya sikap yang tidak
menyetujui, menyukai, dan menyenangi suatu hal (KBBI, 2016).
Sedangkan frasa kekerasan seksual merupakan perbuatan yang
berorientasi pada perilaku merendahkan, menghina, dan perbuatan
buruk lainnya kepada otoritas tubuh seseorang yang bertentangan

16
dengan kehendak pribadi sehingga tidak dapat mengungkapkan
persetujuan secara lepas atau tertekan karena adanya
ketidakseimbangan antara hak dan kekuasaan. Perbuatan tersebut
akan menimbulkan penderitaan, gangguan mental dan emosional,
dan kesengsaraan dalam bentuk fisik maupun psikis serta dalam
bidang budaya, ekonomi, politik, dan sosial seseorang (Irfawandi
et al., 2023). Jadi, anti kekerasan seksual adalah sikap yang
menunjukkan adanya penolakan terhadap segala bentuk perbuatan
yang bersifat merendahkan, penghinaan, dan perbuatan negatif
lainnya terhadap otoritas tubuh seseorang yang dapat merendahkan
harkat dan martabat seseorang tersebut.
b) Ragam jenis kekerasan seksual
Kekerasan seksual memiliki ragam jenisnya menurut pasal
5 dalam Permendikbud 30 tentang Pencegahan dan Penanganan
Kekerasan Seksual (PPKS) di perguruan tinggi yang sudah
diuraikan dalam penelitian Raineka Faturani mencakup segala
tindakan yang dilakukan secara verbal, fisik, non fisik, dan
menggunakan teknologi informasi serta komunikasi. Secara lebih
spesifik, ragam jenis kekerasan seksual adalah sebagai berikut
(Faturani, 2022) :
(1) Menyampaikan ujaran yang memiliki unsur pelecehan dan
diskriminasi terhadap penampilan fisik dan identitas gender
yang dilekatkan kepada korban.
(2) Dengan sengaja memperlihatan alat kelaminnya tanpa
persetujuan dari korban
(3) Menyampaikan perkataan yang bernuansa seksisme.
(4) Menatap korban dengan pandangan yang seksis.
(5) Mengirim pesan yang bernuansa seksisme tanpa persetujuan
atau bahkan korban sudah melarangnya.
(6) Memotret atau merekam gambar dan video korban yang
bernuansa seksisme tanpa persetujuan dari korban.

17
(7) Menggunggah dan menyebarkan informasi visual pribadi
korban yang bernuansa seksisme tanpa persetujuannya.
(8) Dengan sengaja mengintip atau melihat aktivitas pribadi
korban di ruangan pribadi.
(9) Membujuk hingga mengancam korban untuk melakukan
transaksi seksual tanpa persetujuan dari korban
(10) Pemberian sanksi yang bernuansa seksisme.
(11) Menyentuh melalui fisik atau semacamnya pada bagian tubuh
korban tanpa persetujuan dari korban.
(12) Membuka pakaian yang dikenakan korban tanpa
persetujuannya
(13) Pemaksaan dalam hubungan seksual.
(14) Mempraktikkan budaya pendidikan yang bernuansa seksisme.
(15) Percobaan pemerkosaan hingga terjadi pemerkosaan
(16) Memaksa korban untuk hamil atau bertindak aborsi.
(17) Membiarkan terjadinya kekerasan seksual
c) Penyebab kekerasan seksual
(1) Adanya relasi kuasa
Setiap manusia yang terlahir ke dunia memiliki nilai
yang sama, namun dalam realita sosial sering terjadi relasi
kuasa (kekuasaan) antara setiap individu maupun kelompok
satu dengan yang lainnya. Dalam kehidupan sosial, status sosial
seperti jenis kelamin, ras, suku, agama, dan kedisabilitasan
seseorang berpengaruh terhadap interaksi sosial. Seseorang
dengan status sosial yang lebih tinggi berpotensi untuk
memaksakan kehendaknya kepada orang lain yang status
sosialnya lebih rendah (Sumintak & Idi, 2022).
Menurut sosiolog Peter M. Blau dalam artikel jurnal
Soejoeti dan Susanti mengartikan kekuasaan merupakan
kekuatan seseorang untuk memaksakan apa yang
dikehendakinya terhadap orang lain meskipun muncul

18
perlawanan. Ada tiga jenis otoritas yang memunculkan bentuk
kekuasaan yaitu tradisional (kebiasaan atau budaya yang telah
mengakar sejak dulu dan bersifat patriarkial), kharismatik
(otoritas yang dimiliki seseorang karena kemampuan
kharismatik yang dapat mempengaruhi orang lain) dan hukum /
rasional (kekuasaan yang diberlakukan secara formal oleh
pemerintah atau dalam skala kecil antara atasan dengan
baawahan (Soejoeti & Susanti, 2020).
Dalam kasus kekerasan seksual, seringkali pelaku akan
memilih korban yang lebih lemah darinya. Lemah yang
dimaksud masih sangat relatif maknanya seperti usia yang lebih
muda, kehidupan sehari-hari yang tertutup bahkan pasif, dan
harga diri atau status sosial yang lebih rendah. Pada intinya
relasi kuasa ini terbangun karena adanya kekuasaan atau power
seseorang yang tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya
(Madjid et al., 2023).
(2) Moralitas dan mentalitas pelaku yang sangat rendah
Rendahnya moralitas dan mentalitas pelaku dapat
menyebabkan dirinya kesulitan dalam mengontrol dan
menahan hawa nafsunya sehingga melakukan kekerasan
seksual terhadap orang lain. Kekerasan seksual yang dilakukan
seseorang tidak hanya melanggar hukum, melainkan juga
melanggar tatanan moral yang seharusnya menjadi tanggung
jawab bersama. Rendahnya moralitas dan mentalitas seseorang
dapat menimbulkan ketidakpekaan terhadap nilai-nilai
kebenaran sekaligus memutus dirinya dengan unsur nurani
(Putri & Faridah, 2022).
(3) Dampak kekerasan seksual
Banyak penelitian menyebutkan bahwa dampak dari
kekerasan seksual sangat serius karena bisa mengganggu
keadaan psikis dan sosial korban serta pihak lain yang ikut

19
menyaksikan kejadian tersebut. Dalam penelitian Binahayati
Rusyidi menyebutkan bahwa kekeraan seksual berdampak
pada kesehatan fisik, psikis, dan gangguan tingkah laku
korban. Secara lebih spesifik jika korbannya adalah seorang
mahasiswa di perguruan tinggi, maka kekerasan seksual dapat
menghambat dan mengancam pencapaian prestasi akademik
korban, menyebabkan korban drop out dari kampus, dan
mendeskreditkan posisi perguruan tinggi. Dampak yang lebih
jauh lagi adalah terhambatnya pembangunan sumber daya
manusia yang berkualitas. Dalam sisi psikologis, kekerasan
seksual dapat menyebabkan korban merasa ketakutan,
tidaknyamanan, kecemasan, trauma, terintimidasi, dan
menyalahkan diri sendiri. Dampak yang lebih serius dari
kekerasan seksual adalah social objectification dimana korban
mengalamai body shame yang sangat kronis dalam menilai
penampilan fisiknya. Sedangkan untuk korban perkosaan,
mereka akan sangat ketakutan yang luar biasa dan membatasi
aktivitasnya sehingga akan menghambat peran sosialnya di
masyarakat (Rusyidi et al., 2019).
3) Pendidikan
Pendidikan menurut Muhammad Natsir yang dikutip Abdullah
yaitu bimbingan secara zahir dan batin menuju substansi arti
kemanusiaan sesungguhnya (Abdullah, 2018). Pendidikan agama
Islam menurut Rahmat Hidayat merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidik untuk mengoptimalkan fitrah seseorang menuju
kesempurnaan penciptaannya sehingga manusia dapat menjalankan
perannya dengan beriman, berilmu, dan berakhlakul karimah
(Hidayat, 2016). Selain itu, pendapat lain berasal dari Hasan
Langgulung yang dikutip oleh Abdullah bahwa pendidikan agama
Islam adalah proses untuk menyiapkan para generasi muda hebat
sebagai peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam

20
yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk memperbanyak amal
di dunia dan menuai hasilnya di akhirat kelak (Abdullah, 2018).
Pendidikan agama Islam bertujuan untuk terbentuknya jati diri
muslim yang utuh yaitu seluruh aspek kepribadiannya dijiwai dan
mendapatkan spirit ajaran Islam. Dalam alquran, kepribadian muslim
disebut dengan istilah “muttaqun”, artinya tujuan pendidikan agama
Islam adalah membentuk insan yang bertakwa. Menurut Zulmuqim
tujuan pendidikan agama Islam adalah mengoptimalkan potensi
manusia yang bertakwa kepada Allah Swt yaitu cerdas,
berpengetahuan, berketerampilan, sehat jasmani dan ruhani, mandiri,
berakhlak mulia, dan bertanggung jawab kepada masyarakat, bangsa,
serta negara. Selain itu, menurut Al-Syaibani tujuan pendidikan agama
Islam selaras dengan misi Islam sendiri yaitu memperbaiki akhlak
hingga ke titik akhlakul karimah (Zulmuqim et al., 2022).
b. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan buku pedoman penulisan tesis, penelitian yang relevan
adalah penjelasan hasil penelitian dari buku cetak atau digital, artikel
jurnal, karya ilmiah tesis, disertasi, prosiding, dan hasil penelitian lainnya
yang sesuai dengan tema penelitian. Tujuan dari pembahasan dari
penelitian yang relevan adalah untuk mengarahkan peneliti dalam
memetakan permasalahan penelitian, mengetahui orisinilitas penelitian,
memberikan dasar penyusunan kerangka berfikir, merumuskan suatu
hipotesis penelitian, dan menghindari kelemahan dari penelitian
sebelumnya (Pascasarjana, 2023). Ada tujuh penelitian yang relevan
dengan topik penelitian ini, yaitu:
1) Penelitian M. Adit Nur Hudat dan Dicky Eko Prasetio yang berjudul
“Penyadaran Kekerasan Seksual di Sekolah: Implementasi Moderasi
Beragama dalam Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1
Kalitidu, Bojonegoro” dalam Amorti: Jurnal Studi Islam
Interdisipliner, Vol. 1, No. 2, Oktober 2022. Penelitian tersebut
menjelaskan bahwa anti kekerasan adalah spirit dari moderasi

21
beragama yang relevan dengan orientasi pendidikan agama Islam di
SMPN 1 Kalitudo. Penyadaran kekerasan seksual yang dilakukan
melalui penyisipan materi anti kekerasan dalam mata pelajaran,
mengedepankan pendekatan kontekstual, mengoptimalkan media
digital untuk mengarahkan siswa agar lebih bijak dan adil dalam
menggunakan sosial media. Metode penelitian ini adalah kualitatif
dengan mengutamakan observasi. Secara garis besar, penelitian
tersebut memiliki persamaan dengan penelitin ini yaitu membahas
tentang anti kekerasan seksual. Sedangkan perbedaannya terletak pada
perspektif dan level pendidikan yang dipilih. Penelitian relevan
tersebut menggunakan perspektif moderasi beragama dan di sekolah
SMPN 1 Kalitudo. Sedangkan penelitian ini menggunakan perspektif
keadilan gender menurut pendidikan agama Islam dan bertempat di
UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan.
2) Penelitian Anisa Nur Rosidah yang berjudul “Kesetaraan Gender
Perspektif Husein Muhammad dalam Pendidikan Islam” dalam tesis
Prodi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana UIN Raden Mas Said
Surakarta tahun 2022. Salah satu hasil penelitian tersebut menjelaskan
bahwa pengimplementasian kesetaraan gender menurut Husein
Muhammad adalah dengan internalisasi nilai keadilan dan kesetaraan
gender dalam proses pendidikan agama Islam melalui nilai kesetaraan,
keadilan, dan kebebasan. Salah satu faktor penghambat terciptanya
kesetaraan gender dalam pendidikan yaitu masih adanya praktik
kekerasan terhadap perempuan. Persamaan penelitian relevan dengan
penelitian ini adalah pembahasan yang mencakup implementasi nilai-
nilai keadilan gender dalam lingkup pendidikan agama Islam.
Perbedaannya cukup signifikan yaitu terdapat dalam metode penelitian
dan fokus kajian yang diambil. Penelitian relevan tersebut merupakan
penelitian pustaka yang memotret pemikiran Husein Muhammad
tentang nilai-nilai keadilan gender dalam pendidikan. Sedangkan
penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dan fokus terhadap

22
aktualisasi anti kekerasan seksual di suatu lembaga pendidikan
menggunakan perspektif keadilan gender menurut pendidikan agama
Islam.
3) Penelitian Laily Hanifah, Nur Asniati Djaali, dan Arga Buntara yang
berjudul “Peningkatan Kesadaran Anti Pelecehan Seksual melalui
Pendidikan Kesehatan Reproduksi” dalam Jurnal Pemberdayaan
Komunitas MH Thamrin, Vol. 3, No. 2, September 2021. Penelitian
tersebut menjelaskan bahwa penyadaran orang tua selaku wali murid
tentang pelecehan seksual sangat penting. Solusi yang ditawarkan
adalah edukasi orang tua melalui vidio tentang cara menjaga kesehatan
reproduksi anak sebagai upaya untuk mencegah pelecahan seksual
terhadap anak. Persamaannya yaitu membahas tentang upaya
meningkatkan kesadaran anti terhadap kekerasan atau pelecehan
seksual di salah satu lembaga pendidikan. Perbedaannya terletak pada
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran anti kekerasan
atau pelecehan seksual di suatu lembaga pendidikan. Penelitian relevan
dengan spesifik menyebutkan upaya dalam meningkatkan kesadaran
anti kekerasan atau pelecehan seksual melalui pendidikan kesehatan
reproduksi yang ditujukan kepada wali murid. Sedangkan penelitian
ini, upaya dalam meningkatkan kesadaran anti kekerasan seksual
melalui berbagai hal secara kompleks. Selain itu, level pendidikan
yang menjadi lokasi penelitian juga berbeda. Dalam penelitian relevan
bertempat di Madrasah Ibtidaiyah Mumtaza Islamic School.
Sedangkan penelitian ini bertempat di UIN KH. Abdurrahman Wahid
Pekalongan.
4) Penelitian Dian Herdiana yang berjudul “Kekerasan Seksual di
Lembaga Pendidikan dalam Perspektif Kebijakan Publik" dalam Jurnal
Equalita: Jurnal Studi Gender dan Anak, Nol. 5, No. 1, Juni 2023.
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa pemerintah menjadi pemangku
utama dalam pencegahan kasus kekerasan seksual di lembaga
pendidikan. Rekomendasi kebijakan berorientasi pada tiga poin yaitu

23
upaya promosi kebijakan penyelenggaraan pendidikan yang anti
terhadap kekerasan seksual, meningkatkan koordinasi antar pemangku
kepentingan dalam menyelenggarakan lembaga pendidikan yang anti
terhadap kekerasan seksual, dan berupaya untuk mendorong nilai serta
budaya anti kekerasans seksual di lingkungan pendidikan. Persamaan
penelitian terdapat pada pembahasan secara umum yaitu tentang
kekerasan seksual di lingkungan pendidikan. Perbedaannya ada pada
perspektif yang digunakan. Penelitian relevan memiliki perspektif
kebijakan publik sedangkan penelitian ini memiliki perspektif keadilan
gender menurut pendidikan agama Islam.
5) Penelitian Lusiandro Julian Petrix, Syarifah Ema Rahmaniah, Agus
Yuliono, Marini, Irma Puspita, Dede Oktaviamus, dan Dikceni
Jubarbaro yang berjudul “Peningkatan Kesadaran Kesehatan Seksual
dan Gerakan Anti Pelecehan Seksual di SMP 6 Pontianak Selatan”
dalam Jurnal Kabilah: Journal of Social Community, Vol. 8, No. 1,
Juni 2023. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa hasil post test
setelah diberikannya sosialisasi mengenai pendidikan seksual, para
siswa menjadi lebih berhati-hati dalam menjaga privasi tubuh dan
menjaga tutur kata menjadi lebih sopan terhadap lawan bicara.
Persamaan penelitian terdapat pada pembahasan secara umum tentang
anti kekerasan seksual di lingkungan pendidikan. Perbedannya terletak
pada metode penelitian dan level pendidikan dalam lokasi penelitian.
Penelitian relevan tersebut menggunakan metode kuantitatif berupa
kuesioner untuk mengukur pemahaman siswa terhadap upaya anti
kekerasan seksual setelah diadakannya sosialisasi dan focus group
discussion (FGD) di SMPN 6 Pontianak Selatan. Sedangkan penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan
dilakukan di UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan.
6) Penelitian Munawir Pasaribu “Peranan Pendidikan Agama Islam
dalam Pencegahan Pelecehan Seksual Online di Kalangan Mahasiswa”
dalam Jurnal Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 11, No. 3,

24
Oktober 2022. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa PAI sangat
berperan penting dalam mengendalikan mahasiswa agar tidak berperan
sebagai pelaku pelecehan seksual secara online atau offline.
Persamaannya dengan penelitian ini adalah menjelaskan tentang
kekerasan seksual. Sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan
variabel PAI. Penelitian relevan tersebut menggunakan PAI secara
umum sebagai unsur peran. Sedangkan penelitian ini secara spesifik
menggunakan perspektif keadilan gender Islam yang pada dasarnya
masuk ke dalam kajian pendidikan agama Islam.
7) Penelitian Aminaturrahma dkk. yang berjudul “Pemicu Kekerasan
Seksual dari Perspektif Islam” dalam Jurnal Kewarganegaraan Vol. 6,
Vol. 2, September 2022. Menjelaskan tentang pemicu utama
kekerasan seksual adalah kurangnya implementasi nilai-nilai Islam
dalam aktivitas sehari-hari. Persamaannya adalah menguraikan tentang
fenomena kekerasan seksual. Sedangkan perbedaannya terletak pada
pendekatan yang digunakan. Penelitian relevan tersebut menggunakan
kajian literatur. Sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan
studi kasus yang mengharuskan peneliti untuk hadir langsung ke
tempat penelitian. Selain itu, perbedaan lain terletak pada perspektif
yang digunakan. Penelitian relevan tersebut berperspektif Islam secara
luas, sedangkan penelitian ini berperspektif keadilan gender menurut
pendidikan agama Islam.

25
Tabel 1.1 Penelitian yang Relevan

No Judul Penelitian Metode Hasil Persamaan Perbedaan


1 “Penyadaran Kekerasan Metode Anti kekerasan adalah spirit dari a. Jenis penelitian a. Menggunakan
Seksual di Sekolah: kualitatif dengan moderasi beragama yang relevan b. Meneliti tentang perspektif
Implementasi Moderasi mengedepankan dengan orientasi pendidikan anti kekerasan moderasi
Beragama dalam Pelajaran observasi agama Islam di SMPN 1 Kalitudo. seksual beragama
Pendidikan Agama Islam Penyadaran kekerasan seksual b. Grand, Middle,
di SMPN 1 Kalitidu, yang dilakukan melalui dan Applied
Bojonegoro”. Oleh M. penyisipan materi anti kekerasan Theory yang
Adit Nur Hudat dan Dicky dalam mata pelajaran, digunakan
Eko Prasetio mengedepankan pendekatan c. Level lembaga
kontekstual, mengoptimalkan pendidikan
Amorti: Jurnal Studi Islam media digital untuk mengajak formal (Lokasi
Interdisipliner, Vol. 1, No. siswa agar lebih bijak dalam penelitian)
2, Oktober 2022. bersosial media.
2 “Kesetaraan Gender Metode Salah satu hasil penelitian tersebut Pembahasan yang a. Pendekatan
Perspektif Husein kualitatif dengan menjelaskan bahwa mencakup penelitan
Muhammad dalam studi pengimplementasian kesetaraan implementasi nilai- b. Grand, Middle,
Pendidikan Islam” Oleh kepustakaan gender menurut Husein nilai keadilan dan Applied
Anisa Nur Rosidah. Muhammad adalah dengan gender dalam Theory yang
internalisasi nilai-nilai kesetaraan lingkup pendidikan digunakan
Tesis Prodi Pendidikan gender dalam pendidikan agama agama Islam.
Agama Islam Pascasarjana Islam melalui nilai kesetaraan,
UIN Raden Mas Said keadilan, dan kebebasan. Salah
Surakarta tahun 2022. satu faktor penghambat
terciptanya kesetaraan gender
dalam pendidikan yaitu masih
adanya praktik kekerasan terhadap
perempuan
3 “Peningkatan Kesadaran Metode Penyadaran orang tua selaku wali Membahas tentang a. Pendekatan
Anti Pelecehan Seksual kualitatif dalam murid tentang pelecehan seksual upaya penelitian
melalui Pendidikan bentuk laporan sangat penting. Solusi yang meningkatkan b. Grand, Middle,
Kesehatan Reproduksi” kegiatan ditawarkan adalah edukasi orang kesadaran anti dan Applied
Oleh Laily Hanifah, Nur pemberdayaan tua melalui vidio tentang cara terhadap kekerasan Theory yang
Asniati Djaali, dan Arga masyarakat menjaga kesehatan reproduksi atau pelecehan digunakan
Buntara anak sebagai upaya untuk seksual di salah c. Level lembaga
Jurnal Pemberdayaan mencegah pelecahan seksual satu lembaga pendidikan

25
Komunitas MH Thamrin, terhadap anak pendidikan (lokasi
Vol. 3, No. 2, September penelitian)
2021.
4 “Kekerasan Seksual di Metode Pemerintah menjadi pemangku Membahas tentang a. Pendekatan
Lembaga Pendidikan kualitatif dengan utama dalam pencegahan kasus anti kekerasan penelitian
dalam Perspektif pendekatan kekerasan seksual di lembaga seksual di b. Perspektif yang
Kebijakan Publik" Oleh deskriptif pendidikan.. Rekomendasi lingkungan digunakan
Dian Herdiana kebijakan berorientasi pada tiga pendidikan. c. Grand, Middle,
poin yaitu upaya promosi dan Applied
Jurnal Equalita: Jurnal kebijakan penyelenggaraan Theory yang
Studi Gender dan Anak, pendidikan yang anti terhadap digunakan
Nol. 5, No. 1, Juni 2023 kekerasan seksual, meningkatkan
koordinasi antar pemangku
kepentingan dalam
menyelenggarakan lembaga
pendidikan yang anti terhadap
kekerasan seksual, dan berupaya
untuk mendorong nilai serta
budaya anti kekerasans seksual di

26
lingkungan pendidikan
5 Penelitian Lusiandro Metode Hasil post test setelah Membahas tentang a. Metode
Julian Petrix, Syarifah kuantitatif diberikannya sosialisasi mengenai anti kekerasan penelitian
Ema Rahmaniah, Agus pendidikan seksual, para siswa seksual di b. Level lembaga
Yuliono, Marini, Irma menjadi lebih berhati-hati dalam lingkungan pendidikan
Puspita, Dede Oktaviamus, menjaga privasi tubuh dan pendidikan (lokasi
dan Dikceni Jubarbaro menjaga tutur kata menjadi lebih penelitian)
yang berjudul sopan terhadap lawan bicara c. Grand, Middle,
“Peningkatan Kesadaran dan Applied
Kesehatan Seksual dan Theory yang
Gerakan Anti Pelecehan digunakan
Seksual di SMP 6
Pontianak Selatan” dalam
Jurnal Kabilah: Journal of
Social Community, Vol. 8,
No. 1, Juni 2023
6 “Peranan Pendidikan Metode Pendidikan agama Islam sangat Membahas tentang a. Pendekatan
Agama Islam dalam kualitatif berperan penting dalam anti kekerasan penelitian
Pencegahan Pelecehan deskriptif mengontrol mahasiswa agar tidak seksual dalam b. Grand, Middle,

27
Seksual Online di terlibat sebagai pelaku pelecehan bingkai nilai-nilai dan Applied
Kalangan Mahasiswa” seksual secara online atau offline Islam Theory yang
Oleh Munawir Pasaribu digunakan

Jurnal Edukasi Islami:


Jurnal Pendidikan Islam,
Vol. 11, No. 3, Oktober
2022.
7 “Pemicu Kekerasan Metode Pemicu utama kekerasan seksual Mengurai tentang a. Pendekatan
Seksual dari Perspektif kualitatif dengan adalah kurangnya implementasi fenomena penelitian
Islam” Oleh pendekatan studi nilai-nilai Islam dalam aktivitas kekerasan seksual b. Perspektif yang
Aminaturrahma dkk. literatur atau sehari-hari digunakan
kepustakaan c. Grand, Middle,
Jurnal Kewarganegaraan dan Applied
Vol. 6, Vol. 2, September Theory yang
2022 digunakan

28
Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan yang cukup signifikan
dengan beberapa uraian penelitian terdahulu. Penelitian ini memiliki fokus
terhadap aktualisasi konsep anti kekerasan seksual perspektif keadilan gender
menurut pendidikan agama Islam di UIN KH. Abdurrahman Wahid
Pekalongan. Dari tujuh penelitian relevan tersebut memiliki garis besar
pembahasan tentang upaya dalam mencegah kasus kekerasan seksual yang
terjadi dalam instansi pendidikan. Penelitian ini dapat mendukung penelitian
releven tersebut dalam mengaktualisasikan konsep anti kekerasan seksual
perspektif keadilan gender menurut pendidikan agama Islam di sebuah
lembaga pendidikan.
c. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir adalah alur atau pola pikir yang bersifat
komprehensif dengan maksud untuk menerka jawaban atas rumusan masalah
berdasarkan teori yang dikaji. Dalam kerangka berfikir minimal memuat
penjelasan variabel yang digunakan dan keterkaitan antara variabel yang
diteliti dengan teori yang mendasarinya (Pascasarjana, 2023). Berikut
penjelasan dan tabel kerangka berfiikir dalam penelitian ini.
Berdasarkan data yang telah terhimpun dari berbagai sumber
terpercaya seperti Komnas Perempuan, menunjukkan maraknya kasus
kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi. Problem sosial tersebut
perlu menjadi perhatian bersama hingga mampu melahirkan berbagai upaya
kolektif dan progresif untuk mencegah dan menanganinya. Fenomena sosial
tersebut melahirkan konsep anti kekerasan melalui perspektif keadilan gender
yang memiliki tiga nilai positif yaitu makruf, mubadalah, dan keadilan hakiki.
Perspektif keadilan gender diperkuat dalam bingkai pendidikan agama Islam.
Dengan demikian, diharapkan dapat mencapai tujuan yaitu menurunnya
angka kasus kekerasan seksual di level perguruan tinggi. Salah satu perguruan
tinggi yang memiliki komitmen untuk mencegah dan menangani kekerasan
seksual adalah UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Kampus tersebut
masih terus berupaya untuk menjadi Perguruan Tinggi Responsif Gender
(PTRG) yang salah satu indikatornya adalah anti kekerasan seksual.
Gambar 1.1 Kerangka Berfikir

Maraknya kasus kekerasan


seksual di perguruan tinggi

Konsep anti
kekerasan seksual
Makruf

Mubadalah Perspektif keadilan gender

Keadilan Menurut Pendidikan


Hakiki Agama Islam

Menurunnya kasus kekerasan


seksual di level perguruan tinggi

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti akan melakukan analisa lebih


lanjut terhadap aktualisasi konsep anti kekerasan seksual perspektif keadilan
gender menurut pendidikan agama Islam di UIN KH. Abdurrahman Wahid
Pekalongan. Grand theory dalam penelitian ini adalah hakikat gender yang
akan bermuara pada konsep keadilan gender melalui tiga nilai positif seperti
makruf, mubadalah, dan keadilan hakiki. Tiga indikator tersebut diharapkan
mampu mencegah dan menangani kekerasan seksual di UIN KH.
Abdurrahman Wahid Pekalongan.

30
3. METODE PENELITIAN
a. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Berdasarkan jenis datanya, penelitian ini termasuk ke dalam
penelitian kualitatif. Menurut Rahmadi penelitian kualitatf merupakan
tahapan penelitian yang memiliki output data berbentuk deskriptif seperti
data tulis maupun non tulis dari perilaku subyek yang diamati (Rahmadi,
2011). Penelitian kualitatif melibatkan data verbal untuk dianalisis secara
induktif dalam bentuk narasi, skema, gambar, diagram, dan lain
sebagainya (Rukminingsih et al., 2020). Karakteristik utama penelitian
kualitatif yaitu peneliti menjadi instrumen penting (utama) dalam
pengumpulan dan interpretasi data (Hardani & Dkk, 2020).
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan studi kasus. Secara
definitif, studi kasus adalah pendekatan penelitian dimana peneliti mencari
informasi dari suatu kejadian tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan
kondisi dengan pengumpulan informasi spesifik dan rinci serta mendalam
melalui berbagai tahapan pengumpulan data dalam suatu kurun waktu
(Wahyuningsih, 2013). Penelitian studi kasus berusaha menelaah berbagai
karakteristik dari sedikit kasus. Kasus yang diangkat bisa berasal dari
individu, kelompok, pergerakan, peristiwa, atau unit geografis (Untung,
2019).
b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini berasal dari kalangan dosen, mahasiswa-
mahasiswi, dan tenaga kependidikan di UIN KH. Abdurrahman Wahid
Pekalongan.
c. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah konsep anti kekerasan seksual yang akan
dianalisis melalui perspektif keadilan gender menurut pendidikan agama
Islam.
d. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasikan di kampus UIN KH. Abdurrahman Wahid
Pekalongan. Lebih tepatnya di kampus dua yang berada di Desa
Rowolaku, Kec. Kajen, Kab. Pekalongan.
e. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menjadi prosedur yang sangat penting
dalam proses penelitian yaitu berisi tentang cara-cara untuk
mengumpulkan data (Pascasarjana, 2023). Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini yaitu melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.
1) Wawancara
Banyak definisi dari wawancara sesuai dengan konteksnya.
Penelitian ini menggunakan teori wawancara menurut Moeleng dalam
artikel Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri bahwa wawancara
adalah pembicaraan antara dua pihak atau lebih (pewawancara dan
terwawancara) yang berdasar pada tujuan tertentu (Sidiq & Choiri,
2019). Instrumen dari wawancara adalah panduan wawancara (guide
interview). Penelitian ini menggunakan jenis wawancara terbuka di
mana peneliti sudah mengetahui informasi atau data apa yang akan
didapatkan. Dalam proses wawancara, peneliti sudah membuat
beberapa butir pertanyaan dan alternatif jawaban yang dapat digunakan
oleh narasumber (Danuri & Maisaroh, 2019). Dalam hal ini,
wawancara akan dilakukan terhadap beberapa narasumber terkait
seperti ketua PSGA, perwakilan UKM SIGMA, perwakilan dosen dan
mahasiswa umum di fakultas tarbiyah, hukum, ushuluddin, dan
ekonomi, serta perwakilan tenaga kependidikan. Butir pertanyaan
dalam wawancara tersebut berkaitan tentang proses aktualisasi konsep
yaitu sejauh mana perkembangan UIN Gusdur dalam merealisasikan
konsep anti kekerasan seksual perspektif keadilan gender menurut
pendidikan agama Islam.

32
2) Observasi
Observasi menjadi bagian dari teknik pengumpulan data yaitu
dengan melakukan proses pengamatan aktivitas yang terjadi,
karakteristik obyek, dan kinerja obyek. Dengan kata lain, observasi
adalah pengamatan, perhatian, dan pengawasan. Penelitian melalui
observasi berarti melakukan pengamatan terhadap objek dan subjek
penelitian secara seksama dan sistematis (Harahap et al., 2021).
Dengan demikian, peneliti akan melakukan proses pengamatan
langsung terhadap perkembangan aktualisasi konsep anti kekerasan
seksual perspektif keadilan gender menurut pendidikan agama Islam di
kampus UIN Gusdur Pekalongan.
3) Dokumentasi
Asal kata dokumentasi adalah dokumen yang memiliki arti
sebagai barang atau benda tertulis. Teknik dokumentasi tidak
ditujukkan kepada subyek peneltian secara langsung. Dokumen yang
diteliti bisa bersifat resmi maupun tidak resmi. Dokumentasi bertujuan
untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh rumusan masalah
kemudian dilakukan pengkajian secara mendalam untuk menambah
kepercayaan peneliti terhadap keabsahan data (Sidiq & Choiri, 2019).
Dokumen yang akan digunakan dalam penelitan ini dapat berupa data
pengaduan kasus kekerasan seksual beserta proses penanganannya.
Selain itu, pakta integritas yang ditandatangani oleh setiap dosen, dan
buku saku yang berisi tentang konsep anti kekerasan perspektif
keadilan gender menurut pendidikan agama Islam, serta yang lainnya.
f. Keabsahan Data
Teknik keabsahan data sering dikenal dengan validitas data yaitu
menyatakan bahwa data yang didapat adalah sesuai dengan kenyataan dan
dibutuhkan dalam penelitian (Bachri, 2010). Teknik keabsahan data dalam
penelitian ini menggunakan triangulasi. Konsep triangulasi merupakan
pengujian keabsahan data melalui penggalian informasi ulang dengan
metode yang lain, sumber yang beragam, dan waktu yang berbeda. Data

33
yang dinyatakan valid melalui triangulasi maka akan memberikan
keabsahana data sekaligus meningkatkan keyakinan kepada peneliti dalam
mengambil kesimpulan penelitian (Bachri, 2010). Berikut adalah
penjelasan lebih lanjut tentang triangulasi:
1) Triangulasi sumber, peneliti harus mencari sumber informan lain untuk
mendapatkan data sekaligus mengeceknya. Setelah data terkumpul,
langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan, mengategorikan, dan
memberikan pandangan untuk mencari data yang lebih spesifik.
2) Triangulasi teknik yaitu mencari kebanaran atau keabsahan data yang
telah didapat melalui teknik atau cara yang lain. Misalnya dengan
menggabungkan beberapa teknik seperti observasi, wawancara dan
dokumentasi terhadap informan yang masih sama.
3) Triangulasi waktu yaitu proses pengambilan data perlu diulangi lagi di
waktu yang berbeda untuk menguji keabsahan informasi yang diberikan
narasumber hingga data tersebut bersifat tetap atau jenuh (Alfansyur &
Mariyani, 2020).
g. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan tahapan penelitian yang berkaitan
dengan proses pengolahan data untuk menguraikan jawaban rumusan
masalah penelitian (Pascasarjana, 2023). Dalam penelitian ini, teknik
analisis data yang dipakai bersifat interaktif sesuai dengan pendapat Miles
dan Huberman yaitu melalui tiga langkah:
1) Kondensasi data
Tahap ini mengarah pada proses memilih, memilah,
memfokuskan, menyederhanakan, dan mengabstraksi atau
mentransformasikan data ke dalam isi atau pembahasan yang berasal
dari catatan lapangan, hasil wawancara, dokumen, dan data empirik
lainnya. Pada saat proses pengumpulan data sering terjadi episode
kondensasi data seperti membuat ringkasan, membuat kode,
mengembangkan tema penelitian, menulis klasifikasi, dan membuat
memo analitik.

34
2) Penyajian data
Tahap selanjutnya yaitu penyajian data. Bagian ini secara umum
memiliki arti sebagai merakit informasi yang tersusun. Melalui tahap
ini, peneliti dapat mengetahui sekaligus memahami situasi dan kondisi
yang sedang terjadi di lokasi penelitian sekaligus mampu menganalisis
lebih dalam atau melakukan sebuah tindakan atas dasar pemahaman
tersebut.
3) Kesimpulan dan verifikasi
Tahap terakhir yaitu proses menarik kesimpulan dan verifikasi.
Mulai dari proses pengumpulan data, secara tidak langsung terjadi
analisis kualitatif yang menafsirkan arti dari berbagai hal melalui
pencatatan pola, penjelasan, alur sebab akibat, dan proposisi
(rancangan usulan). Peneliti memegang setiap kesimpulan ringan
mulai dari proses pengumpulan data sekaligus memertahankan sikap
keterbukaan hingga kesimpulan tersebut menjadi jelas dan beralasan
(Miles et al., 2014).

35
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2018). Ilmu Pendidikan Islam. Alauddin Unirsity Pres.


Achmad, S. (2019). Membangun Pendidikan Berwawasan Gender. Yinyang:
Jurnal Studi Islam Gender Dan Anak, 14(1), 70–91.
https://doi.org/10.24090/yinyang.v14i1.2843
Alfansyur, A., & Mariyani. (2020). Seni Mengelola Data : Penerapan Triangulasi
Teknik , Sumber Dan Waktu pada Penelitian Pendidikan Sosial. HISTORIS:
Jurnal Kajian, Penelitian & Pengembangan Pendidikan Sejarah, 5(2), 146–
150.
Ardiansyah, A. (2022). Komnas Perempuan: Kasus Kekerasan Seksual di
Lingkungan Pendidikan, Paling Tinggi di Universitas. VOA.
https://www.voaindonesia.com/a/komnas-perempuan-kasus-kekerasan-
seksual-di-lingkungan-pendidikan-paling-tinggi-di-universitas/6525659.html
Bachri, B. S. (2010). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada
Penelitian Kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan, 10(1), 46–62.
Danuri, & Maisaroh, S. (2019). Metodologi penelitian. Samudra Biru.
Faturani, R. (2022). Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi. Jurnal
Ilmiah Wahana Pendidikan, 8(15), 480–486.
https://doi.org/10.5281/zenodo.7052155.
Fayumi, B. (2008). Konsep Makruf dalam Ayat-ayat Munakahat dan
Kontekstualisasinya dalam beberapa Masalah Perkawinan di Indonesia.
Jakarta: Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah.
Harahap, T. K., P, I. made I., Issabella, C. M., Hasibuan, S., Yusriani, Hasan, M.,
Musyaffa, A. ., Surur, M., & Ariawan, S. (2021). Metodologi Penelitian
Pendidikan. Tahta Media Group.
Hardani, & Dkk. (2020). Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.
Pustaka Ilmu.
Hidayah, P. S. N., Buhungo, R. A., & Zaenuri, A. (2022). Implementasi Nilai-
Nilai Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SMP
Negeri 1 Bolaang Uki. 4(2), 70–82.

36
Hidayat, R. (2016). Ilmu Pendidikan Islam (Menuntun Arah Pendidikan Islam
Indonesia). Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI).
Ifada, D. S. (2023). Problematika Penanganan Kasus Kekerasan Seksual terhadap
Perempuan Perspektif Maqasid Asy Syariah di Kepolisian Resor Demak.
Yudisia : Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam, 14(1), 63–75.
Irfawandi, I., Hirwan, I., Aziz, Z. M., Syukur, M., & Arifin, I. (2023). Analisis
Jenis Jenis Dan Penyebab Kekerasan Seksual Di Lingkungan Kampus.
Jurnal Pendidikan Indonesia, 4(4), 383–392.
https://doi.org/10.59141/japendi.v4i04.1747
KBBI. (2016). Kamus Bahasa Besar Indonesia V.
Kemenag. (2010). Alqur’an Surat At-Taubah (9) : 71. PT Kalim.
Kemenag. (2022). Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 73
Tahun 2022 (pp. 1–12).
Kemendikbudristek. (2021). Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di
Perguruan Tinggi. Jdih.Kemdikbud.Go.Id, 5, 6.
Kemendikbudristek, & Kodir, F. A. (2019). Qira’ah Mubadalah (Tafsir Progresif
untuk Keadilan Gender dalam Islam). In Jdih.Kemdikbud.Go.Id (Vol. 5).
IRCiSoD.
Keputusan Rektor UIN K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan Nomor : 773 Tahun
2020. (2020).
Kodir, F. A. (2019a). 60 Hadits Shahih (Khusus tentang hak-hak perempuan
dalam Islam dilengkapi penafsirannya. Diva Press (Anggota IKAPI).
Kodir, F. A. (2019b). Manual Mubadalah : Ringkasan Konsep untuk Pelatihan
Perspektif Kesalingan dalam Isu Gender dan Islam. Umah Sinau Mubadalah.
Kodir, F. A. (2022). Metodologi Fatwa KUPI (Pokok-pokok Pikiran Musyawarah
Keagamaan Kongres Ulama Perempuan Indonesia. KUPI.
Madjid, W. S., Supiarza, H., & Undiana, N. N. (2023). Interaksi sosial penyintas
pelecehan seksual. Gulawentah: Jurnal Studi Sosial, 8(1), 23–30.
https://doi.org/10.25273/gulawentah.v8i1.15502
Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldana, J. (2014). Qualitative Data Analysis.
In Nucl. Phys. (Vol. 13, Issue 1). Nucl. Phys.

37
Muhammad, H. (2021). Islam Agama Ramah Perempuan. IRCiSoD.
Nuryah, Ali, M., & Husa’adah, H. M. (2019). Wanita dan Keadilan Gender
Perspektif Islam. Setara: Jurnal Studi Gender Dan Anak, 01(02), 61–82.
Pascasarjana. (2023). Buku Pedoman Penulisan Tesis. UIN KH. Abdurrahman
Wahid Pekalongan.
Putri, A. P., & Faridah, H. (2022). Analisis Kasus Kekerasan Seksual Berdasarkan
Teori Kriminologi. JUSTITIA : Jurnal Ilmu Hukum Dan Humaniora, 9(4),
2002–2007.
Rahim, A. (2019). Gender dalam Perspektif Islam. BUANA GENDER : Jurnal
Studi Gender Dan Anak, 4(1), 1–19.
Rahmadi. (2011). Pengantar Metodologi Penelitian. In Antasari Press. Antasari
Press. https://idr.uin-antasari.ac.id/10670/1/PENGANTAR METODOLOGI
PENELITIAN.pdf
Rukminingsih, Adnan, G., & Latief, M. A. (2020). Metode Penelitian Pendidikan.
Penelitian Kuantitatif, Penelitian Kualitatif, Penelitian Tindakan Kelas. In
Journal of Chemical Information and Modeling (Issue 9). Erhaka Utama.
Rusyidi, B., Bintari, A., & Wibowo, H. (2019). Pengalaman Dan Pengetahuan
Tentang Pelecehan Seksual: Studi Awal Di Kalangan Mahasiswa Perguruan
Tinggi. Share : Social Work Journal, 9(1), 75–85.
https://doi.org/10.24198/share.v9i1.21685
Sidiq, U., & Choiri, M. M. (2019). Metode Penelitian Kualitatif di Bidang
Pendidikan. In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53,
Issue 9). http://repository.iainponorogo.ac.id/484/1/METODE PENELITIAN
KUALITATIF DI BIDANG PENDIDIKAN.pdf
Soejoeti, A. H., & Susanti, V. (2020). Memahami Kekerasan Seksual dalam
Menara Gading di Indonesia dalam Kajian Sosiologis. Community :
Pengawas Dinamika Sosial, 6(2), 207–221.
https://doi.org/10.35308/jcpds.v6i2.2221
Sulistyowati, Y. (2020). Kesetaraan Gender Dalam Lingkup Pendidikan Dan Tata
Sosial. IJouGS: Indonesian Journal of Gender Studies, 1(2), 1–14.
https://doi.org/10.21154/ijougs.v1i2.2317

38
Sumintak, S., & Idi, A. (2022). Analisis Relasi Kuasa Michel Foucault: Studi
Kasus Fenomena Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi. Jurnal
Intelektualita: Keislaman, Sosial Dan Sains, 11(1), 55–61.
https://doi.org/10.19109/intelektualita.v11i1.11117
Surikno, H., Novianty, S. N., & Miska, R. (2022). Hakikat Pendidikan Islam:
Telaah Makna, Dasar, dan Tujuan Pendidikan Islam di Indonesia. Al
Mau’izhah, 12(1), 225–256.
Undang-Undang Republik Indonesia. (2022). Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual.
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1(69), 5–24.
https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/176736/Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_20
22.pdf
Universitas Islam Negeri K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan. (2023).
https://uingusdur.ac.id/profil/tentang/visi-dan-misi#:~:text=Menjadi
Universitas Islam unggul dalam pengembangan ilmu untuk kemanusiaan
berlandaskan budaya bangsa.
Untung, M. S. (2019). Metodologi Penelitian, Teori dan Praktik Riset Pendidikan
dan Sosial. Litera.
Wahyuningsih, S. (2013). Metode Penelitian Studi Kasus: Konsep, Teori
Pendekatan Psikologi Komunikasi, dan Contoh Penelitiannya. UTM Press.
Zulmuqim, Zalnur, M., Aroka, R., & Desman. (2022). Hakikat Pendidikan Islam :
Dasar, Tujuan dan Kurikulum Pendidikan Islam Serta Implementasinya
dalam Lembaga Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4(6),
11721–11731.

39

Anda mungkin juga menyukai