Anda di halaman 1dari 22

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.2 (2021.1)

Nama Mahasiswa : YIYIN INDASIH

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 826132016

Tanggal Lahir : 07 Agustus 1982

Kode/Nama Mata Kuliah : MKDU4221/ Pendidikan Agama Islam

Kode/Nama Program Studi : 121/S1 PGPAUD

Kode/Nama UPBJJ : 18/Palembang


Hari/Tanggal UAS THE : Rabu, 07 Juli 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : YIYIN INDASIH


NIM : 826132016
Kode/Nama Mata Kuliah : MKDU4221/ Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Program Studi : S1 PGPAUD
UPBJJ-UT : PALEMBANG

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Tungkal Jaya, 07 Juli 2021

Yang Membuat Pernyataan

YIYIN INDASIH
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. Jelaskan dengan landasan Al-Quran dan Hadist!

Dalam ajaran Islam dilarang untuk terlalu fanatik terhadap golongannya.


Islam tidak membedakan antara suku satu dengan lainnya,
antara kelompok satu satu dengan lainnnya, maupun bangsa satu dengan
lainnya.
Perbedaan bukanlah alasan untuk saling memusuhi dan berpecah belah.
Justru, perbedaan itu bermanfaat bagi manusia demi menjalin silaturrahim
antar manusia. Perbedaan tercipta bukan untuk dipisahkan, melainkan untuk saling mendekatkan.
Tidak ada satu suku atau bangsa yang lebih mulia dari suku atau bangsa lainnya. Tidak ada juga satu
kelompok yang lebih mulia dari kelompok lainnya. Islam hanya membedakan manusia dari sisi amal
perbuatannya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
‫ه‬ ِ ّ ‫ع ْن َد ال ٰل‬
ِ ‫ُم‬ ْ ‫ل لِ َت َعا َر ُف ْوا ۚ اِنَّ اَ ْك َر َمك‬
َ ِ‫ش ُع ْوبًا َّو َقبَ ۤإِٕى‬ َ ‫ن َذ َك ٍر َّو ُا ْن ٰثى َو‬
ْ ‫ج َع ْلنٰ ك‬
ُ ‫ُم‬ ْ ‫خلَقْنٰ ك‬
ْ ‫ُم ِ ّم‬ ُ ‫يٰ ٓاَيُّ َها ال َّن‬
َ ‫اس اِنَّا‬
ٰ
‫خبِ ْي ٌر‬ َ ‫م‬ ٌ ‫ُم ۗاِنَّ الل ّ َه َعلِ ْي‬ْ ‫اَ ْت ٰقىك‬
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,
kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. " (QS. Al-Ḥujurat [49]:13)

Islam juga memandang manusia sama dan berasal dari satu keturunan, yakni Nabi Adam. Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfirman:
۞ ‫م َع ٰلى َكثِ ْي ٍر‬ ْ ‫ض ْلنٰ ُه‬ َّ ‫ت َو َف‬
ِ ‫ن الطَّ ِي ّ ٰب‬ ْ َ‫م فِى ا ْلبَ ِرّ َوا ْلب‬
ْ ‫ح ِر َو َر َز ْقنٰ ُه‬
َ ‫م ِ ّم‬ ْ ‫م ْلنٰ ُه‬
َ ‫ح‬ َ ‫ٓي ٰا َد‬
َ ‫م َو‬ ْٓ ْ ِ‫َولَق َْد َك َّر ْم َنا بَن‬
ࣖ ‫ض ْياًل‬ ِ ‫خلَ ْق َنا تَ ْف‬َ ‫ن‬ ْ ‫م‬ َّ ‫ِ ّم‬
"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan
Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami
ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." (QS.Al-Isra' [17]:70)

Selain itu, kedatangan Islam yang dibawa Nabi Muhammad juga telah menempatkan manusia pada
kedudukan yang semestinya sebagai ciptaan Allah yang paling sempurna di antara makhluk lainnya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ٍ ۖ ‫ْو ْي‬
‫م‬ ِ ‫ن تَق‬
ِ ‫س‬ ْ َ‫ي ا‬
َ ‫ح‬ َ ‫خلَ ْق َنا ااْل ِ ْن‬
ٓ ْ ِ‫سانَ ف‬ َ ‫لَق َْد‬
"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya," (QS.At-Tin [95]:4).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Politik senantiasa
diperlukan oleh masyarakat di
negara manapun. Ia merupakan
upaya untuk memelihara urusan
umat di dalam dan di luar negeri.
Jika memandang seseorang
dalam sosoknya sebagai manusia
(sifat manusiawinya), ataupun
sebagai individu yang hidup
dalam komunitas tertentu, maka
sebenarnya ia bisa disebut sebagai
seorang politikus. Di
dalam hidupnya manusia tidak
pernah berhenti dan mengurusi
urusannya sendiri, urusan
orang lain yang menjadi tanggung
jawabnya, urusan bangsanya,
ideologi dan pemikiran-
pemikirannya. Oleh karena itu
setiap individu, kelompok,
organisasi ataupun negara yang
memperhatikan urusan umat
(dalam lingkup negara dan
wilayah-wilayah mereka) bisa
disebut sebagai politikus. Dapat
dikenali hal ini dari tabiat
aktivitasnya, kehidupan yang
mereka hadapi serta tanggung
jawabnya. Islam sebagai agama
yang juga dianut oleh
mayoritas umat di Indonesia
selain sebagai aqidah ruhiyah
(yang mengatur hubungan
manusia dengan Rabb-nya), juga
merupakan aqidah siyasah (yang
mengatur hubungan antara
sesama manusia dan dirinya
sendiri). Oleh karena itu Islam tidak
bisa dilepaskan dari aturan
yang mengatur urusan masyarakat
dan negara. Islam bukanlah agama
yang mengurusi ibadah
mahdloh individu saja. Berpolitik
adalah hal yang sangat penting bagi
kaum muslimin. Di
dalam negeri, kaum muslimin harus
memperhatikan, apakah urusan
umat dapat terpelihara
dengan baik oleh negara. Mulai dari
penerapan hukum pemerintahan,
ekonomi, kesehatan,
pendidikan, keamanan, aturan
interaksi antar individu pria
dan wanita serta seluruh
kepentingan umat lainnya. Dengan
demikian memperhatikan politik
dalam negeri ini berarti
menyibukkan diri dengan urusan-
urusan kaum muslimin secara
umum. Yaitu memperhatikan
kondisi kaum muslimin dari segi
peranan pemerintah dan penguasa
terhadap mereka. Jika
melihat kondisi politik yang ada
sekag ini sangatlah
memprihatinkan, politik yang
hanya
men- Tuhankan uang dan tidak
membawa kaidah apapun bagi
negeri ini. Hal ini dikarenakan
tidak diterapkannya nilai-nilai dasar
politik dalam ajaran Islam. Dimana
nilai-nilai tersebut
mencakup segala peraturan tentang
berpolitik dengan menjauhkan dari
segala larangan Allah
SWT dan menerapkan sistem
politik yang ada pada zaman
Rasulul BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

2. Jelaskan pendapat saudara beserta dalil naqlinya!

Islam rahmatan lil alamin biasa disebutkan dalam beberapa konsep

dasar agama Islam, Namun, masih banyak yang belum memahami maksud sesungguhnya.

Dalam Al Quran surat Al Anbiya ayat 107,

Allah SWT juga berfirman mengenai rahmatan lil alamin

‫ن‬ ِ َ‫م ًة لِ ّ ْلعٰ ل‬


َ ‫م ْي‬ ْ ‫ك اِاَّل َر‬
َ ‫ح‬ َ ‫َو َمٓا اَ ْر‬
َ ٰ‫س ْلن‬
Artinya: Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh
alam.

Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, "Seorang Muslim itu adalah orang yang orang-
orang Muslim lainnya merasa aman dari (kejahatan) lisan dan tangannya."

Hadits riwayat Bukhari berbunyi, "Seseorang bertanya kepada Nabi, apakah (amalan-amalan) yang baik di
dalam Islam? Nabi menjawab: engkau memberikan makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang
engkau kenal dan kepada orang yang engkau tidak kenal.

Selain itu, dalam hadits riwayat An-Nasa'i, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Seorang muslim itu adalah
orang yang orang-orangnya manusia lainnya merasa aman (kejahatan) lisan dan tangannya dan orang
mukmin adalah orang yang manusia lainnya merasa aman atas darah (jiwa) dan harta mereka."

Dari tiga hadits tersebut menunjukkan bahwa Islam sebagai agama secara normatif memastikan
terwujudnya kedamaian dan keselamatan seluruh umat manusia, dan orang muslim tidak lain adalah mereka
yang mewujudkan nilai-nilai luhur Islam tersebut.
Adapun, Islam rahmatan lil alamin terdiri dari dua kata, yakni rahmat yang berarti kasih sayang, dan lil
alamin yang berarti seluruh alam. Namun, ulama tafsir berbeda pendapat mengenai maksud rahmatan lil
alamin dalam surat Al Anbiya.

Menurut Ath-Thabari yang paling benar adalah [rahmat] bagi orang beriman maka sesungguhnya Allah
memberikan petunjuk kepadanya dan memasukkan keimanan ke dalam dirinya dan memasukkanya ke
dalam surga dengan mengerjakan amal yang diperintahkan Allah

Sementara itu, Islam rahmatan lil alamin adalah konsep abstrak yang mengembangkan pola hubungan antar
manusia yang pluralis, humanis, dialogis, dan toleran. Selain itu, konsep ini mengembangkan pemanfaatan
dan pengelolaan alam dengan rasa kasih sayang.

Sederhananya, maksud Islam rahmatan lil alamin adalah Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta.
Adapun, contoh Islam rahmatan lil alamin adalah guru atau dosen sebagai sumber belajar bagi para siswa
dan mahasiswanya

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

3. Buatlah makalah tentang pemahaman politik dan agama dalam


persfektif Islam menurut pemahaman Anda!

MAKALAH
PEMAHAMAN POLITIK DAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM
MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DISUSUN OLEH :
NAMA MAHASISWA : YIYIN INDASIH
NIM : 826132016

PROGRAM STUDI S1 PGPAUD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UPBJJ-UT PALEMBANG
UNIVERSITAS TERBUKA

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas kami ucapkan kecuali rasa syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayat – Nya sehingga penulis dapat menyusun Makalah Pemahaman Politik dan
Agama dalam Persfektif Islam Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (MKDU4221).

            Laporan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis berharap kepada
para pembaca berkenan memberikan saran dan masukan agar penulis dapat menyempurnakannya. Kritik
dan saran untuk perbaikan makalah ini penulis sambut dengan senang hati.

Ucapan terima kasih kepada keluarga dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kepentingan
dan kemajuan pendidikan.

Tungkal Jaya, 07 Juli 2021


Penulis

YIYIN INDASIH
NIM. 826132016
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii         

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Poltik Islam .................................................................................... 2
2.2 Norma Politik dalam Islam ............................................................................... 2
2.3 Kedudukan Politik Dalam Islam ...................................................................... 3
2.4 Demokrasi Dalam Islam ................................................................................... 3
2.5 Prinsip-Prinsip Utama Sistem Politik Islam ..................................................... 4
2.6 Syarat Kepemimpinan Politik dalam Islam ...................................................... 4
2.7 Kontribusi Umat Islam dalam Perpolitikan Nasional ....................................... 5

BAB III  KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ....................................................................................................... 6
B. Saran ................................................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Islam merupakan agama Allah SWT sekaligus agama yang terakhir yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan tujuan untuk mengubah akhlak manusia ke arah yang lebih
baik di sisi Allah SWT. Banyak cara yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai ketakwaan di sisi-Nya
atau yang disebut juga dengan kata “Politik”. Karena politik dapat dikatakan sebagai suatu cara untuk
mencapai tujuan tertentu. Tidak sedikit masyarakat menganggap bahwa politik adalah sesuatu yang negatif
yang harus dijauhi. Padahal tidak semestinya selalu begitu, bahkan politik sangat dibutuhkan dalam hidup
beragama. Andai saja kita tidak mempunyai cara untuk melakukan pendekatan kepada Allah SWT, maka
dapat dipastikan kita sebagai manusia biasa juga tidak akan pernah mencapai kata beriman dan takwa disisi-
Nya, dikarenakan tidak akan pernah tercapai suatu tujuan jika tidak ada usaha atau cara yang dilakukannya
untuk mencapai tujuan tersebut. Realita inilah yang harus kita ubah dikalangan masyarakat setempat,
setidaknya dimulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, kemudian untuk bangsa dan negara kita.
Untuk itulah saya sangat berharap kepada pembaca semua, semoga setelah membaca atau membahas
makalah ini, kita semua mampu menjadikan agama islam agama yang kembali sempurna untuk mengubah
akhlak manusia ke arah yang lebih baik di sisi-Nya, Amin.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari politik islam.
2. Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan politik islam.
3. Mengetahui prinsip-prinsip politik luar negeri di dalam islam.
4. Memahami kontribusi umat islam dalam perpolitikan nasional.
5. Dapat membandingkan politik yang terjadi pada saat sekarang dengan politik menurut  pandangan
Islam.
6. Agar dapat mengetahui dan memahami tentang politik secara Islam.
7. Dengan mengetahui pandangan politik secara Islam agar kita lebih dapat meningkatkan  keimanan dan
ketakwaan kita serta lebih mendapatkan posisi yang lebih baik di hadapan AllahSWT.

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari dari politik islam?
2. Apa prinsip – prinsip politik luar negeri dalam islam?
3. Apa saja kontribusi umat islam dalam perpolitikan nasional?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Poltik Islam


Islam bukanlah semata agama (a religion) namun juga merupakan sistem politik (a political sistem),
Islam lebih dari sekedar agama. Islam mencerminkan teori-teori perundang-undangan dan politik. Islam
merupakan  sistem peradaban yang lengkap, yang mencakup agama dan Negara secara bersamaan
(M.Dhiaduddin Rais, 2001:5). Nabi Muhammad SAW adalah seorang politikus yang bijaksana. Di Madinah
beliau membangun Negara Islam yang pertama dan meletakkan prinsip-prinsip utama undang-undang
Islam. Nabi Muhammad pada waktu yang sama menjadi kepala agama dan kepala Negara. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia pengertian politik sebagai kata benda ada tiga, yaitu :
(1) pengetahuan mengenai kenegaraan (tentang sistem dan dasar pemerintahan)
(2) segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai  
(3) kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah).

Politik itu identik dengan siasah, yang secara pembahasannya artinya mengatur.
Dalam fikih, siasah meliputi :
1. Siasah Dusturiyyah (Tata Negara dalam Islam)
2. Siasah Dauliyyah ( Politik yang mengatur hubungan antara satu negara Islam lainnya)       
3. Siasah Maaliyah (Sistem ekonomi negara)
Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi yang dapat mempersatukan kekuatan-kekuatan dan aliran-
aliran yang berbeda-beda di masyarakat. Dalam konsep Islam, kekuasaan tertinggi adalah Allah SWT.
Ekrepesi kekuasaan dan kehendak Allah tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul. Oleh karena itu
penguasa tidaklah memiliki kekuasaan mutlak, ia hanyalah wakil (khalifah) Allah di muka bumi yang
berfungsi untuk membumikan sifat-sifat Allah dalam kehidupan nyata. Di samping itu, kekuasaan adalah
amanah Allah yang diberikan kepada orang-orang yang berhak memilikinya. Pemegang amanah haruslah
menggunakan kekuasaan itu dengan sebaik-baiknya. Sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang telah
ditetapkan Al-Quran dan Sunnah Rasul.

2.2 Norma Politik dalam Islam


Dalam pelaksanaan politik, Islam juga memiliki norma-norma yang harus diperhatikan. Norma-norma
ini merupakan karakteristik pembeda politik Islam dari system poltik lainnya. Diantara norma-norma itu
ialah :
1. Poltik merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan, bukan dijadikan sebagai tujuan akhir atau
satu-satunya.
2. Politik Islam berhubungan dengan kemashlahatan umat.
3. Kekuasaan mutlak adalah milik Allah.
4. Manusia diberi amanah sebagai khalifah untuk mengatur ala mini secara baik.
5. Pengangkatan pemimpin didasari atas prinsip musyawarah.
6. Ketaatan kepada pemimpin wajib hukumnya setelah taat kepada Allah dan Rasul .
7. Islam tidak menentukan secara eksplisit bentuk pemerintahan Negara.

2.3 Kedudukan Politik Dalam Islam


Terdapat tiga pendapat  di kalangan pemikir muslim  tentang kedudukan politik dalam syariat islam.
Yaitu :
Pertama, kelompok  yang menyatakan bahwa islamadalah suatu agama yang serbah lengkap didalamnya
terdapat pula antara lainsystem ketatanegaraan atau politik. Kemudian lahir sebuah istilah yang
disebutdengan fikih siasah (system ketatanegaraan dalam islam) merupakan bagianintegral dari ajaran
islam.  Lebih jauhkelompok ini berpendapat bahwa system ketatanegaraan yang harus diteladaniadalah
system yang telah dilaksanakan oleh nabi Muhammad SAW dan oleh parakhulafa al-rasyidin yaitu sitem
khilafah.

Kedua, kelompok yangberpendirian bahwa islam adalah agama dalam pengertian barat. Artinya
agamatidak ada hubungannya dengan kenegaraan. Menurut aliran ini nabi Muhammadhanyalah seorang
rasul, seperti rasul-rasul yang lain bertugas menyampaikanrisalah tuhan kepada segenap alam. Nabi tidak
bertugas untuk mendirikan danmemimpin suatu Negara.

Ketiga, menolak bahwaislam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat didalamnya segala
sistemketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa islam sebagaimana pandanaganbarat yang hanya
mengatur hubungan manusia dengan tuhan. Aliran iniberpendirian bahwa dalam islam tidak teredapat
sistem ketatanegaraan, tetapaiterdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
Sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali sebagai rasul, meminjam istilah harun nasution, kepala agama,
jugabeliau adalah kepala negara. Nabi menguasai suatu wilayah yaitu yastrib yangkemudian menjadi
madinah al-munawwarah sebagai wilayah kekuasaan nabi sekaligusmanjadi pusat pemerintahannya dengan
piagam madinah sebagai aturan dasarkenegaraannya. Sepeninggal nabi, kedudukan beliau sebagai kepala
negaradigantikan abu bakar yang merupakan hasil kesepakatan tokoh-tokoh sahabat,selanjutnya disebut
khalifah. Sistem pemerintahannya disebut “khalifah”. Sistem“khalifah” ini berlangsung hingga
kepemimpinan berada dibawah kekuasaankhalifah terakhir, ali “karramah allahu wajhahu”.

2.4 Demokrasi Dalam Islam


Kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep tauhid dan peranan manusia
yang terkandung Dalamkonsep khalifah memberikan kerangka yang dengannya para cendikiawan
belakanganini mengembangkan teori politik tertentu yang dianggap demokratis. Didalamnyatercakup
definisi khusus dan pengakuan terhadap kedaulatan rakyat, tekanan padakesamaan derajat, manusia, dan
kewajiban rakyat sebsgai pengemban pemerintahan.

Demokrasi islam dianggap sebagaisistem yang mengekuhkan konsep-konsep islam yang sudah lama
berakar, yaitumusyawarah {syura}, persetujuan {ijma’}, dan penilaian interpretative yangmandiri {ijtihad} .
Musyawarah, konsensus, dan ijtihadmerupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi artikulasi
demokrasi islamdalam kerangka keesaan tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia sebagaikhalifah-nya.
Meskipun istilah-istilah ini banyak diperdebatkan maknanya, namunlepas dari ramainya perdebatan
maknanya didunia islam, istilah-istilah inimemberi landasan yang efektif untuk memahami hubungan antara
islam dandemokrasi di dunia kontemporer.

       
2.5 Prinsip-Prinsip Utama Sistem Politik Islam
1. Musyawarah
Asas musyawarah yang paling utamaadldah berkenaan dengan pemilihan ketua negara dan oarang-
oarang yang akanmenjawat tugas-tugas utama dalam pentadbiran ummah. Asas musyawarah yang
keduaadalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara pelaksanaan undang-undang yangtelah
dimaktubkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Asas musyawarah yangseterusnya ialah berkenaan dengan
jalan-jalan bagi menetukan perkara-perkarabaru yang timbul di dalangan ummah melalui proses ijtihad.

2. Keadilan
Prinsip ini adalah berkaitan dengankeadilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan sistem ekonomi
Islam. Dalampelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang terkandung dalam sistem politikIslam
meliputi dan merangkumi segala jenis perhubungan yang berlaku dalamkehidupan manusia, termasuk
keadilan di antara rakyat dan pemerintah, di antaradua pihak yang bersebgketa di hadapan pihak pengadilan,
di antara pasangansuami isteri dan di antara ibu bapa dan anak-anaknya.kewajipan berlaku adil
danmenjauhi perbuatan zalim adalah di antara asas utama dalam sistem sosial Islam,maka menjadi peranan
utama sistem politik Islam untuk memelihara asas tersebut.Pemeliharaan terhadap keadilan merupakan
prinsip nilai-nilai sosial yang utamakerana dengannya dapat dikukuhkan kehidupan manusia dalam segala
aspeknya.

3. Kebebasan
Kebebasan yang diipelihara olehsistem politik Islam ialah kebebasan yang berterskan kepada makruf
dankebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenaradalah tujuan terpentingbagi sistem politik dan
pemerintahan Islam serta menjadi asas-asas utama bagiundang-undang perlembagaan negara Islam.

4. Persamaan
Persamaan di sini terdiri daripadapersamaan dalam mendapatkan dan menuntut hak, persamaan dalam
memikultanggungjawab menurut peringkat-peringkat yang ditetapkan oleh undang-undangperlembagaan
dan persamaan berada di bawah kuatkuasa undang-undang.
2.6 Syarat Kepemimpinan Politik dalam Islam
Kepemimpinan politik dalam Islam harus memenuhi syarat-syarat yang telah digariskan oleh ajaran
agama. Penjelasan itu terdapat dalam surat An-Nisa’,(4):58-59. Pada ayat itu disimpulkan bahwa terdapat
beberapa syarat kepemimpinan politik dalam Islam antara lain;
1. Amanah yaitu bertanggung jawab dengan tugas dan kewenangan yang diemban
2. Adil yaitu mampu menempatkan segala sesuatu secara tepat dan proporsional
3. Taat kepada Allah dan Rasul
4. Menjadikan quran dan sunnah sebagai referensi utama.

2.7 Kontribusi Umat Islam dalam Perpolitikan Nasional


Kekuasaan tanpa landasan moral, cepat atau lambat dipastikan akan berdampak buruk bagi tatanan
hidup berbangsa dan bernegara. Upaya untuk membangun dan memelihara kebersa¬maan tinggal sekadar
retorika, yang mencuat justru ego ego berkedok kemunafikan. Posisi dalam struktur pemerintahan, tidak
lagi dianggap sebagai amanah buat memperjuangkan nasib rakyat, melainkan lahan basah untuk
memanjakan hasrat priba¬di atau kepentingan golongan.
Akibatnya, demi menduduki jabatan tertentu, orang tak segan segan menghalalkan segala cara. Seperti
mengeksploita¬si massa untuk unjuk kekuatan, political money untuk merek¬rut dukungan, memanipulasi
angka perhitungan dalam pemilu, dan lain sebagainya. Bahkan kalau perlu rakyat dijadikan tumbal dalam
rekayasa politik. Sehingga lambat laun lahirlah sebuah citra negatif: politik itu kotor!
Mencermati peta perpolitikan di Indonesia, kalau mau jujur, masih jauh dari gambaran
menggembirakan. Nilai nilai kemanu¬siaan, etika moral, sering terabaikan. Dan, umat Islam (penyandang
predikat khalifah di muka bumi) sangat tidak layak untuk berdiam diri menyaksikan wajah perpolitikan di
negeri ini berlangsung corat marut. Harus ada rasa tergugah untuk melakukan perubahan konstruktif.
Munculnya pemikiran reformis dan kreatif dalam penyam¬paian pesan pesan kemanusiaan Islam inilah
yang ingin diso¬sialisasikan Ahmad Syafii Maarif, dalam bukunya “Islam & Politik, Upaya Membingkai
Peradaban”.
Maka, dalam kondisi bangsa yang sangat memprihatinkan sekarang, sudah waktunya bagi kita semua
untuk berpikir jernih, serius, tidak terombang ambing oleh pernyataan pernyataan politik yang a historis.
Karena, semua itu penuh racun yang menghancurkan. Golongan santri tidak boleh lagi bermain di wilayah
pinggir sejarah, turut menari menurut irama genderang yang ditabuh pihak lain. Oleh sebab itu, kita perlu
menyiapkan para pemain yang handal, berakhlak mulia, profesional, dan punya integritas pribadi yang
tang¬guh dan prima.
Dengan begitu, umat Islam di negara ini diharapkan tidak lagi termarginalisasi. Politik Islam harus
mampu merepresentasikan idealismenya sebagai rahmatan lil alamin, sehingga tidak mudah dicap sebagai
ekstremis atau sempalan. aliansyah jumbawuya
Reaksi: 
Kontribusi agama Islam dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara ialah :
1. Politik ialah: Kemahiran
2. Menghimpun kekuatan
3. Meningkatkan kwantitas dan kwalitas kekuatan
4. Mengawasi kekuatan dan
5. Menggunakan kekuatan, untukmencapai tujuan kekuasaan tertentu didalamnegara atau institut lainnya.
Kontribusi umat Islam dalam perpolitikan Nasional sudah dimulai semenjak masa penjajahan
(prakemerdekaan).

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Manusia diciptakan Allah dengan sifat bawaan ketergantungan kepada-Nya di samping sifat-sifat
keutamaan, kemampuan jasmani dan rohani yang memungkinkan ia melaksanakan fungsinya sebagai
khalifah untuk memakmuran bumi. Namun demikian, perlu dikemukakan bahwa dalam keutamaan manusia
itu terdapat pula keterbatasan atau kelemahannya. Karena kelemahanya itu, manusia tidak mampu
mempertahankan dirinya kecuali dengan bantuan Allah.
Bentuk bantuan Allah itu terutama berupa agama sebagai pedoman hidup di dunia dalam rangka mencapai
kebahagiaan di akhirat nanti. Dengan bantuan-Nya Allah menunjukkan jalan yang harus di tempuh manusia
untuk mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup manusia hanya dapat terwujud jika manusia mampu
mengaktualisasikan hakikat keberadaannya sebagai makhluk utama yang bertanggung jawab atas tegaknya
hukum Tuhan dalam pembangunan kemakmuran di bumi untuk itu Al-Qur'an yang memuat wahyu Allah,
menunjukkan jalan dan harapan yakni (1) agar manusia mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan fitrah
(sifat asal atau kesucian)nya, (2) mewujudkan kebajikan atau kebaikan dengan menegakkan hukum, (3)
memelihara dan memenuhi hak-hak masyarakat dan pribadi, dan pada saat yang sama memelihara diri atau
membebaskan diri dari kekejian, kemunkaran dan kesewenang-wenangan. Untuk itu di perlukan sebuah
system politik sebagain sarana dan wahana (alat untuk mencapai tujuan) yaitu Politik Islam.

B. Saran
Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, sudah sepatutnya memiliki peran utama dalam
kehidupan politik sebuah negara. Untuk menuju ke arah integrasi kehidupan masyarakat, negara dan Islam
diperlukan ijtihad yang akan memberikan pedoman bagi anggota parlemen atau politisi dalam menjelaskan
hujahnya dalam berpolitik. Dan interaksi umat Islam yang hidup dalam alam modern ini dengan politik
akan memberikan pengalaman dan tantangan baru menuju masyarakat yang adil dan makmur. Berpolitik
yang bersih dan sehat akan menambah kepercayaan masyarakat khususnya di Indonesia bahwa memang
Islam mengatur seluruh aspek mulai ekonomi, sosial, militer, budaya sampai dengan politik.
DAFTAR PUSTAKA

·        Tim Dosen PAI UNP.2006.Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan TinggiUmum, hal 148-151
·        M.Dhianddin Rais.2001.Teori Politik Islam, Jakarta: Gema Insani. Hal 4-6
·        Nurcholish Madjid, 1999. Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi, Jakarta: Paramadina, 1999.
·        Anwar, Fuadi, dkk. Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum, Padang : 2008
·        Lopa, Baharuddin, 1989, Al-Quran dan Hak Asasi Manusia, Yogyakarta
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

4. Jelaskan prinsip tersebut dalam Al-Quran dan Hadist

Dilihat  dari berbagai asfek , masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk ( plural ). Dari segi etnis,
misalnya ada suku Melayu suku batak  dan suku yang lainnya sehingga menjadi suku yang besar di tanah
air ini. Pluralitas  / masyarakat majemuk merupakan Rahmad Allah swt, dan merupakan sunntatullah atau
ketetapan Allah ( Allah berfirman ):

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -bangsa  dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.( Al-Hujurat 13 ).

Dalam kontek seperti ini, 14 abad yang lalu Islam telah memberikan petunjuk kepada kita seperti yang
dapat kita baca dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 13 diatas. Untuk mewujudkan kebersamaan dalam
keragaman khususnya dalam kontek kehidupan berbangsa dan bernegara sekurang-kurangnya terdapat dua
perfektif  besar petunjuk Al-Quran yang mesti kita amalkan dalam mewarnai  kehidupan bersama dalam
keragaman  yaitu ; Pertama; mengamalkan prinsif as-syu’ub, yaitu menerima eksistensi dan perbedaan
suku  bangsa lain sebagai anugerah rahmad dari Allah swt. Kedua; nahdhariyah al-nahdha, yaitu
menerima eksistensi kemanusiaan . Bahwa manusia merupakan ciptaan Allah swt  yang memiliki kesamaan
hak satu sama lain .
Dalam prinsip pertama Al-Quran menghendaki umat manusia menerima perbedaan sebagai eksistensi
kehidupan. Perbedaan adalah ciptaan Allah swt, dan semua ciptaan Allah adalah anugerah terindah untuk
manusia dan makhluk lainnya. Ini menunjukkan bahwa kehidupan ini menjadi indah dengan perbedaan dan
menjadi nyaman dengan kebersamaan.Kemudian dalam prinsip kedua Al-Quran menghendaki bahwa 
keberadaan manusia adalah sebagai bukti kekuasaan Allah swt. Manusia di ciptakan memiliki hak-hak azazi
yang harus diakui oleh siapapun juga. Melanggar hak azazi atau mengingkari hak azazi manusia itu sama
artinya dengan mngingkari penciptaan. Dengan demikian eksistensi penciptaan harus dipandang sebagai
hukum yang tak boleh dilanggar apalagi didzalimi.

Dari dua prinsif yang di ajarkan Al-Quran sangat jelas bagi kita bahwa keragaman ( plural)
merupakan sunnatullah dan anugerah Yang Maha Kuasa. Pluralisme masyarakat adalah salah satu ciri
utama dari masyarakat multikultural  seperti Indonesia. Berdasarkan petunjuk Al-
Quran  pluralisme  ( keragaman ) sangat penting artinya terutama dalam semangat persatuan dan kesatuan
bangsa. Keragaman merupakan potensi strategis untuk mewujudkan pembangunan dan sekaligus sebagai
rahmad Allah swt. Keragaman merupakan kekuatan atau energi untuk membangun kebersamaan . 

Dengan adanya kebersamaan tercipta peluang atau kesempatan untuk  mengekspresikan diri , hidup


berdampingan , dan bekerjasama antar berbagai kelompok masyarakat. Hal ini tentunya sejalan pula dengan
petunjuk Al-Quran untuk ber-taawwun  ( tolong menolong ) saling bekerja sama dalam membangun
kebaikan. ( Firman Allah swt ):

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan
binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan
ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada
mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong  dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.( Qs.Al-Maidah : 2 ).

Dari ayat tersebut , terdapat pelajaran bahwa  substansi kehidupan  ini adalah untuk kebersamaan yang akan
kita persembahkan secara peribadi kepada Allah swt. Substansi itu tidak lain adalah pola hidup Qur’ani
yang dibangun atas dasar keragaman. Inilah ciri masyarakat Qurani , yaitu masyarakat yang mampu
mengendalikan diri untuk kebersamaan dalam membentuk budaya dan peradaban yang berazaskan
demokrasi. Masyarakat yang dibangun diatas prinsif gotong royong untuk kebajikan, sehingga
sikap menghargai Hak Azasi Manusia akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Disamping itu energi
keragaman akan melahirkan  tegaknya keadilan dan hukum, terwujudnya nilai budaya dan etos ,
kebersamaan, kesedrajatan, penghargaan atas keyakinan, kesempatan berprestasi, penghindaran tindak
kekerasan fisik dan keyakinan, rasa aman dengan identitas dan sebagainya .
 
Akhirnya perlu kita  sadari bahwa tujuan penciptaan , baik dalam tatanan kehidupan pribadi ataupun
kelompok dalam pandangan Al-Quran merupakan tujuan mulya  yang akan mengangkat derajat
kemanusiaan , tetapi jika kita mengingkari tujuan penciptaan itu maka kita akan jatuh hina dan bahkan lebih
hina dari binatang sekalipun  .Untuk menuju kearah itu tentu membutuhkan tekat kuat mulai dari pribadi
sampai kepada tekat bersama . Dimulai dari kesadaran diri sampai pada kesadaran kolektif . Untuk itu kita
sangat membutuhkan daya dorong  dan semangat, yang  muncul dari diri masing-masing umat atau
masyarakat. Kita mesti memperkuat sendi – sendi kekuatan  iman atau aqidah secara
menyeluruh ( kaaffah ), dan terpadu dalam setiap diri berupa ilmu dan amal . Disamping itu
juga menghendaki usaha secara sungguh-sungguh dengan mensinergikan bebagai aspek sosial
kemasyarakatan dengan meletakan keragaman sebagai peluang bukan sebagai ancaman. Hanya dengan
demikian keragaman dalam kebersamaan dapat terwujud di  tengah masyarakat yang multi kultur seperti
Indonesia yang kita cintai ini.

Anda mungkin juga menyukai