Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Tungkal Jaya, 07 Juli 2021
YIYIN INDASIH
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Islam juga memandang manusia sama dan berasal dari satu keturunan, yakni Nabi Adam. Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfirman:
۞ م َع ٰلى َكثِ ْي ٍر ْ ض ْلنٰ ُه َّ ت َو َف
ِ ن الطَّ ِي ّ ٰب ْ َم فِى ا ْلبَ ِرّ َوا ْلب
ْ ح ِر َو َر َز ْقنٰ ُه
َ م ِ ّم ْ م ْلنٰ ُه
َ ح َ ٓي ٰا َد
َ م َو ْٓ ْ َِولَق َْد َك َّر ْم َنا بَن
ࣖ ض ْياًل ِ خلَ ْق َنا تَ ْفَ ن ْ م َّ ِ ّم
"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan
Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami
ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." (QS.Al-Isra' [17]:70)
Selain itu, kedatangan Islam yang dibawa Nabi Muhammad juga telah menempatkan manusia pada
kedudukan yang semestinya sebagai ciptaan Allah yang paling sempurna di antara makhluk lainnya.
ٍ ۖ ْو ْي
م ِ ن تَق
ِ س ْ َي ا
َ ح َ خلَ ْق َنا ااْل ِ ْن
ٓ ْ ِسانَ ف َ لَق َْد
"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya," (QS.At-Tin [95]:4).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Politik senantiasa
diperlukan oleh masyarakat di
negara manapun. Ia merupakan
upaya untuk memelihara urusan
umat di dalam dan di luar negeri.
Jika memandang seseorang
dalam sosoknya sebagai manusia
(sifat manusiawinya), ataupun
sebagai individu yang hidup
dalam komunitas tertentu, maka
sebenarnya ia bisa disebut sebagai
seorang politikus. Di
dalam hidupnya manusia tidak
pernah berhenti dan mengurusi
urusannya sendiri, urusan
orang lain yang menjadi tanggung
jawabnya, urusan bangsanya,
ideologi dan pemikiran-
pemikirannya. Oleh karena itu
setiap individu, kelompok,
organisasi ataupun negara yang
memperhatikan urusan umat
(dalam lingkup negara dan
wilayah-wilayah mereka) bisa
disebut sebagai politikus. Dapat
dikenali hal ini dari tabiat
aktivitasnya, kehidupan yang
mereka hadapi serta tanggung
jawabnya. Islam sebagai agama
yang juga dianut oleh
mayoritas umat di Indonesia
selain sebagai aqidah ruhiyah
(yang mengatur hubungan
manusia dengan Rabb-nya), juga
merupakan aqidah siyasah (yang
mengatur hubungan antara
sesama manusia dan dirinya
sendiri). Oleh karena itu Islam tidak
bisa dilepaskan dari aturan
yang mengatur urusan masyarakat
dan negara. Islam bukanlah agama
yang mengurusi ibadah
mahdloh individu saja. Berpolitik
adalah hal yang sangat penting bagi
kaum muslimin. Di
dalam negeri, kaum muslimin harus
memperhatikan, apakah urusan
umat dapat terpelihara
dengan baik oleh negara. Mulai dari
penerapan hukum pemerintahan,
ekonomi, kesehatan,
pendidikan, keamanan, aturan
interaksi antar individu pria
dan wanita serta seluruh
kepentingan umat lainnya. Dengan
demikian memperhatikan politik
dalam negeri ini berarti
menyibukkan diri dengan urusan-
urusan kaum muslimin secara
umum. Yaitu memperhatikan
kondisi kaum muslimin dari segi
peranan pemerintah dan penguasa
terhadap mereka. Jika
melihat kondisi politik yang ada
sekag ini sangatlah
memprihatinkan, politik yang
hanya
men- Tuhankan uang dan tidak
membawa kaidah apapun bagi
negeri ini. Hal ini dikarenakan
tidak diterapkannya nilai-nilai dasar
politik dalam ajaran Islam. Dimana
nilai-nilai tersebut
mencakup segala peraturan tentang
berpolitik dengan menjauhkan dari
segala larangan Allah
SWT dan menerapkan sistem
politik yang ada pada zaman
Rasulul BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
dasar agama Islam, Namun, masih banyak yang belum memahami maksud sesungguhnya.
Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, "Seorang Muslim itu adalah orang yang orang-
orang Muslim lainnya merasa aman dari (kejahatan) lisan dan tangannya."
Hadits riwayat Bukhari berbunyi, "Seseorang bertanya kepada Nabi, apakah (amalan-amalan) yang baik di
dalam Islam? Nabi menjawab: engkau memberikan makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang
engkau kenal dan kepada orang yang engkau tidak kenal.
Selain itu, dalam hadits riwayat An-Nasa'i, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Seorang muslim itu adalah
orang yang orang-orangnya manusia lainnya merasa aman (kejahatan) lisan dan tangannya dan orang
mukmin adalah orang yang manusia lainnya merasa aman atas darah (jiwa) dan harta mereka."
Dari tiga hadits tersebut menunjukkan bahwa Islam sebagai agama secara normatif memastikan
terwujudnya kedamaian dan keselamatan seluruh umat manusia, dan orang muslim tidak lain adalah mereka
yang mewujudkan nilai-nilai luhur Islam tersebut.
Adapun, Islam rahmatan lil alamin terdiri dari dua kata, yakni rahmat yang berarti kasih sayang, dan lil
alamin yang berarti seluruh alam. Namun, ulama tafsir berbeda pendapat mengenai maksud rahmatan lil
alamin dalam surat Al Anbiya.
Menurut Ath-Thabari yang paling benar adalah [rahmat] bagi orang beriman maka sesungguhnya Allah
memberikan petunjuk kepadanya dan memasukkan keimanan ke dalam dirinya dan memasukkanya ke
dalam surga dengan mengerjakan amal yang diperintahkan Allah
Sementara itu, Islam rahmatan lil alamin adalah konsep abstrak yang mengembangkan pola hubungan antar
manusia yang pluralis, humanis, dialogis, dan toleran. Selain itu, konsep ini mengembangkan pemanfaatan
dan pengelolaan alam dengan rasa kasih sayang.
Sederhananya, maksud Islam rahmatan lil alamin adalah Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta.
Adapun, contoh Islam rahmatan lil alamin adalah guru atau dosen sebagai sumber belajar bagi para siswa
dan mahasiswanya
MAKALAH
PEMAHAMAN POLITIK DAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM
MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DISUSUN OLEH :
NAMA MAHASISWA : YIYIN INDASIH
NIM : 826132016
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas kami ucapkan kecuali rasa syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayat – Nya sehingga penulis dapat menyusun Makalah Pemahaman Politik dan
Agama dalam Persfektif Islam Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (MKDU4221).
Laporan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis berharap kepada
para pembaca berkenan memberikan saran dan masukan agar penulis dapat menyempurnakannya. Kritik
dan saran untuk perbaikan makalah ini penulis sambut dengan senang hati.
Ucapan terima kasih kepada keluarga dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kepentingan
dan kemajuan pendidikan.
YIYIN INDASIH
NIM. 826132016
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Poltik Islam .................................................................................... 2
2.2 Norma Politik dalam Islam ............................................................................... 2
2.3 Kedudukan Politik Dalam Islam ...................................................................... 3
2.4 Demokrasi Dalam Islam ................................................................................... 3
2.5 Prinsip-Prinsip Utama Sistem Politik Islam ..................................................... 4
2.6 Syarat Kepemimpinan Politik dalam Islam ...................................................... 4
2.7 Kontribusi Umat Islam dalam Perpolitikan Nasional ....................................... 5
1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari politik islam.
2. Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan politik islam.
3. Mengetahui prinsip-prinsip politik luar negeri di dalam islam.
4. Memahami kontribusi umat islam dalam perpolitikan nasional.
5. Dapat membandingkan politik yang terjadi pada saat sekarang dengan politik menurut pandangan
Islam.
6. Agar dapat mengetahui dan memahami tentang politik secara Islam.
7. Dengan mengetahui pandangan politik secara Islam agar kita lebih dapat meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kita serta lebih mendapatkan posisi yang lebih baik di hadapan AllahSWT.
BAB II
PEMBAHASAN
Politik itu identik dengan siasah, yang secara pembahasannya artinya mengatur.
Dalam fikih, siasah meliputi :
1. Siasah Dusturiyyah (Tata Negara dalam Islam)
2. Siasah Dauliyyah ( Politik yang mengatur hubungan antara satu negara Islam lainnya)
3. Siasah Maaliyah (Sistem ekonomi negara)
Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi yang dapat mempersatukan kekuatan-kekuatan dan aliran-
aliran yang berbeda-beda di masyarakat. Dalam konsep Islam, kekuasaan tertinggi adalah Allah SWT.
Ekrepesi kekuasaan dan kehendak Allah tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul. Oleh karena itu
penguasa tidaklah memiliki kekuasaan mutlak, ia hanyalah wakil (khalifah) Allah di muka bumi yang
berfungsi untuk membumikan sifat-sifat Allah dalam kehidupan nyata. Di samping itu, kekuasaan adalah
amanah Allah yang diberikan kepada orang-orang yang berhak memilikinya. Pemegang amanah haruslah
menggunakan kekuasaan itu dengan sebaik-baiknya. Sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang telah
ditetapkan Al-Quran dan Sunnah Rasul.
Kedua, kelompok yangberpendirian bahwa islam adalah agama dalam pengertian barat. Artinya
agamatidak ada hubungannya dengan kenegaraan. Menurut aliran ini nabi Muhammadhanyalah seorang
rasul, seperti rasul-rasul yang lain bertugas menyampaikanrisalah tuhan kepada segenap alam. Nabi tidak
bertugas untuk mendirikan danmemimpin suatu Negara.
Ketiga, menolak bahwaislam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat didalamnya segala
sistemketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa islam sebagaimana pandanaganbarat yang hanya
mengatur hubungan manusia dengan tuhan. Aliran iniberpendirian bahwa dalam islam tidak teredapat
sistem ketatanegaraan, tetapaiterdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
Sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali sebagai rasul, meminjam istilah harun nasution, kepala agama,
jugabeliau adalah kepala negara. Nabi menguasai suatu wilayah yaitu yastrib yangkemudian menjadi
madinah al-munawwarah sebagai wilayah kekuasaan nabi sekaligusmanjadi pusat pemerintahannya dengan
piagam madinah sebagai aturan dasarkenegaraannya. Sepeninggal nabi, kedudukan beliau sebagai kepala
negaradigantikan abu bakar yang merupakan hasil kesepakatan tokoh-tokoh sahabat,selanjutnya disebut
khalifah. Sistem pemerintahannya disebut “khalifah”. Sistem“khalifah” ini berlangsung hingga
kepemimpinan berada dibawah kekuasaankhalifah terakhir, ali “karramah allahu wajhahu”.
Demokrasi islam dianggap sebagaisistem yang mengekuhkan konsep-konsep islam yang sudah lama
berakar, yaitumusyawarah {syura}, persetujuan {ijma’}, dan penilaian interpretative yangmandiri {ijtihad} .
Musyawarah, konsensus, dan ijtihadmerupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi artikulasi
demokrasi islamdalam kerangka keesaan tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia sebagaikhalifah-nya.
Meskipun istilah-istilah ini banyak diperdebatkan maknanya, namunlepas dari ramainya perdebatan
maknanya didunia islam, istilah-istilah inimemberi landasan yang efektif untuk memahami hubungan antara
islam dandemokrasi di dunia kontemporer.
2.5 Prinsip-Prinsip Utama Sistem Politik Islam
1. Musyawarah
Asas musyawarah yang paling utamaadldah berkenaan dengan pemilihan ketua negara dan oarang-
oarang yang akanmenjawat tugas-tugas utama dalam pentadbiran ummah. Asas musyawarah yang
keduaadalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara pelaksanaan undang-undang yangtelah
dimaktubkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Asas musyawarah yangseterusnya ialah berkenaan dengan
jalan-jalan bagi menetukan perkara-perkarabaru yang timbul di dalangan ummah melalui proses ijtihad.
2. Keadilan
Prinsip ini adalah berkaitan dengankeadilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan sistem ekonomi
Islam. Dalampelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang terkandung dalam sistem politikIslam
meliputi dan merangkumi segala jenis perhubungan yang berlaku dalamkehidupan manusia, termasuk
keadilan di antara rakyat dan pemerintah, di antaradua pihak yang bersebgketa di hadapan pihak pengadilan,
di antara pasangansuami isteri dan di antara ibu bapa dan anak-anaknya.kewajipan berlaku adil
danmenjauhi perbuatan zalim adalah di antara asas utama dalam sistem sosial Islam,maka menjadi peranan
utama sistem politik Islam untuk memelihara asas tersebut.Pemeliharaan terhadap keadilan merupakan
prinsip nilai-nilai sosial yang utamakerana dengannya dapat dikukuhkan kehidupan manusia dalam segala
aspeknya.
3. Kebebasan
Kebebasan yang diipelihara olehsistem politik Islam ialah kebebasan yang berterskan kepada makruf
dankebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenaradalah tujuan terpentingbagi sistem politik dan
pemerintahan Islam serta menjadi asas-asas utama bagiundang-undang perlembagaan negara Islam.
4. Persamaan
Persamaan di sini terdiri daripadapersamaan dalam mendapatkan dan menuntut hak, persamaan dalam
memikultanggungjawab menurut peringkat-peringkat yang ditetapkan oleh undang-undangperlembagaan
dan persamaan berada di bawah kuatkuasa undang-undang.
2.6 Syarat Kepemimpinan Politik dalam Islam
Kepemimpinan politik dalam Islam harus memenuhi syarat-syarat yang telah digariskan oleh ajaran
agama. Penjelasan itu terdapat dalam surat An-Nisa’,(4):58-59. Pada ayat itu disimpulkan bahwa terdapat
beberapa syarat kepemimpinan politik dalam Islam antara lain;
1. Amanah yaitu bertanggung jawab dengan tugas dan kewenangan yang diemban
2. Adil yaitu mampu menempatkan segala sesuatu secara tepat dan proporsional
3. Taat kepada Allah dan Rasul
4. Menjadikan quran dan sunnah sebagai referensi utama.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Manusia diciptakan Allah dengan sifat bawaan ketergantungan kepada-Nya di samping sifat-sifat
keutamaan, kemampuan jasmani dan rohani yang memungkinkan ia melaksanakan fungsinya sebagai
khalifah untuk memakmuran bumi. Namun demikian, perlu dikemukakan bahwa dalam keutamaan manusia
itu terdapat pula keterbatasan atau kelemahannya. Karena kelemahanya itu, manusia tidak mampu
mempertahankan dirinya kecuali dengan bantuan Allah.
Bentuk bantuan Allah itu terutama berupa agama sebagai pedoman hidup di dunia dalam rangka mencapai
kebahagiaan di akhirat nanti. Dengan bantuan-Nya Allah menunjukkan jalan yang harus di tempuh manusia
untuk mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup manusia hanya dapat terwujud jika manusia mampu
mengaktualisasikan hakikat keberadaannya sebagai makhluk utama yang bertanggung jawab atas tegaknya
hukum Tuhan dalam pembangunan kemakmuran di bumi untuk itu Al-Qur'an yang memuat wahyu Allah,
menunjukkan jalan dan harapan yakni (1) agar manusia mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan fitrah
(sifat asal atau kesucian)nya, (2) mewujudkan kebajikan atau kebaikan dengan menegakkan hukum, (3)
memelihara dan memenuhi hak-hak masyarakat dan pribadi, dan pada saat yang sama memelihara diri atau
membebaskan diri dari kekejian, kemunkaran dan kesewenang-wenangan. Untuk itu di perlukan sebuah
system politik sebagain sarana dan wahana (alat untuk mencapai tujuan) yaitu Politik Islam.
B. Saran
Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, sudah sepatutnya memiliki peran utama dalam
kehidupan politik sebuah negara. Untuk menuju ke arah integrasi kehidupan masyarakat, negara dan Islam
diperlukan ijtihad yang akan memberikan pedoman bagi anggota parlemen atau politisi dalam menjelaskan
hujahnya dalam berpolitik. Dan interaksi umat Islam yang hidup dalam alam modern ini dengan politik
akan memberikan pengalaman dan tantangan baru menuju masyarakat yang adil dan makmur. Berpolitik
yang bersih dan sehat akan menambah kepercayaan masyarakat khususnya di Indonesia bahwa memang
Islam mengatur seluruh aspek mulai ekonomi, sosial, militer, budaya sampai dengan politik.
DAFTAR PUSTAKA
· Tim Dosen PAI UNP.2006.Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan TinggiUmum, hal 148-151
· M.Dhianddin Rais.2001.Teori Politik Islam, Jakarta: Gema Insani. Hal 4-6
· Nurcholish Madjid, 1999. Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi, Jakarta: Paramadina, 1999.
· Anwar, Fuadi, dkk. Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum, Padang : 2008
· Lopa, Baharuddin, 1989, Al-Quran dan Hak Asasi Manusia, Yogyakarta
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Dilihat dari berbagai asfek , masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk ( plural ). Dari segi etnis,
misalnya ada suku Melayu suku batak dan suku yang lainnya sehingga menjadi suku yang besar di tanah
air ini. Pluralitas / masyarakat majemuk merupakan Rahmad Allah swt, dan merupakan sunntatullah atau
ketetapan Allah ( Allah berfirman ):
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.( Al-Hujurat 13 ).
Dalam kontek seperti ini, 14 abad yang lalu Islam telah memberikan petunjuk kepada kita seperti yang
dapat kita baca dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 13 diatas. Untuk mewujudkan kebersamaan dalam
keragaman khususnya dalam kontek kehidupan berbangsa dan bernegara sekurang-kurangnya terdapat dua
perfektif besar petunjuk Al-Quran yang mesti kita amalkan dalam mewarnai kehidupan bersama dalam
keragaman yaitu ; Pertama; mengamalkan prinsif as-syu’ub, yaitu menerima eksistensi dan perbedaan
suku bangsa lain sebagai anugerah rahmad dari Allah swt. Kedua; nahdhariyah al-nahdha, yaitu
menerima eksistensi kemanusiaan . Bahwa manusia merupakan ciptaan Allah swt yang memiliki kesamaan
hak satu sama lain .
Dalam prinsip pertama Al-Quran menghendaki umat manusia menerima perbedaan sebagai eksistensi
kehidupan. Perbedaan adalah ciptaan Allah swt, dan semua ciptaan Allah adalah anugerah terindah untuk
manusia dan makhluk lainnya. Ini menunjukkan bahwa kehidupan ini menjadi indah dengan perbedaan dan
menjadi nyaman dengan kebersamaan.Kemudian dalam prinsip kedua Al-Quran menghendaki bahwa
keberadaan manusia adalah sebagai bukti kekuasaan Allah swt. Manusia di ciptakan memiliki hak-hak azazi
yang harus diakui oleh siapapun juga. Melanggar hak azazi atau mengingkari hak azazi manusia itu sama
artinya dengan mngingkari penciptaan. Dengan demikian eksistensi penciptaan harus dipandang sebagai
hukum yang tak boleh dilanggar apalagi didzalimi.
Dari dua prinsif yang di ajarkan Al-Quran sangat jelas bagi kita bahwa keragaman ( plural)
merupakan sunnatullah dan anugerah Yang Maha Kuasa. Pluralisme masyarakat adalah salah satu ciri
utama dari masyarakat multikultural seperti Indonesia. Berdasarkan petunjuk Al-
Quran pluralisme ( keragaman ) sangat penting artinya terutama dalam semangat persatuan dan kesatuan
bangsa. Keragaman merupakan potensi strategis untuk mewujudkan pembangunan dan sekaligus sebagai
rahmad Allah swt. Keragaman merupakan kekuatan atau energi untuk membangun kebersamaan .
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan
binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan
ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada
mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.( Qs.Al-Maidah : 2 ).
Dari ayat tersebut , terdapat pelajaran bahwa substansi kehidupan ini adalah untuk kebersamaan yang akan
kita persembahkan secara peribadi kepada Allah swt. Substansi itu tidak lain adalah pola hidup Qur’ani
yang dibangun atas dasar keragaman. Inilah ciri masyarakat Qurani , yaitu masyarakat yang mampu
mengendalikan diri untuk kebersamaan dalam membentuk budaya dan peradaban yang berazaskan
demokrasi. Masyarakat yang dibangun diatas prinsif gotong royong untuk kebajikan, sehingga
sikap menghargai Hak Azasi Manusia akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Disamping itu energi
keragaman akan melahirkan tegaknya keadilan dan hukum, terwujudnya nilai budaya dan etos ,
kebersamaan, kesedrajatan, penghargaan atas keyakinan, kesempatan berprestasi, penghindaran tindak
kekerasan fisik dan keyakinan, rasa aman dengan identitas dan sebagainya .
Akhirnya perlu kita sadari bahwa tujuan penciptaan , baik dalam tatanan kehidupan pribadi ataupun
kelompok dalam pandangan Al-Quran merupakan tujuan mulya yang akan mengangkat derajat
kemanusiaan , tetapi jika kita mengingkari tujuan penciptaan itu maka kita akan jatuh hina dan bahkan lebih
hina dari binatang sekalipun .Untuk menuju kearah itu tentu membutuhkan tekat kuat mulai dari pribadi
sampai kepada tekat bersama . Dimulai dari kesadaran diri sampai pada kesadaran kolektif . Untuk itu kita
sangat membutuhkan daya dorong dan semangat, yang muncul dari diri masing-masing umat atau
masyarakat. Kita mesti memperkuat sendi – sendi kekuatan iman atau aqidah secara
menyeluruh ( kaaffah ), dan terpadu dalam setiap diri berupa ilmu dan amal . Disamping itu
juga menghendaki usaha secara sungguh-sungguh dengan mensinergikan bebagai aspek sosial
kemasyarakatan dengan meletakan keragaman sebagai peluang bukan sebagai ancaman. Hanya dengan
demikian keragaman dalam kebersamaan dapat terwujud di tengah masyarakat yang multi kultur seperti
Indonesia yang kita cintai ini.