Anda di halaman 1dari 68

FENOMENA PERJODOHAN

DI PONDOK PESANTREN DARUL ILMI BANJARBARU


SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KELUARGA
SAKINAH

OLEH:

MUHAMMAD SAILIR RAHMAN


NIM: 19.02.11.1526

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FALAH


PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
BANJARBARU
2023 M
FENOMENA PERJODOHAN
DI PONDOK PESANTREN DARUL ILMI BANJARBARU
SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KELUARGA SAKINAH

SKRIPSI

Diajukan kepada Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Falah Banjarbaru


untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar
Sarjana Hukum

OLEH:

MUHAMMAD SAILIR RAHMAN


NIM: 19.02.11.1526

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FALAH


PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
BANJARBARU
2023
ABSTRAK

Muhammad Sailir Rahman. NIM: 19.02.11.1526, 2023. Fenomena Perjodohan


di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru Serta Implikasinya Terhadap
Keluarga Sakinah. Skripsi. Skripsi, Prodi Hukum Keluarga Islam (HKI).
Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Falah Banjarbaru Banjarbaru.
Pembimbing I : Mufti Ramadhan, Lc. M.H. Pembimbing II : Siti
Rahmawati, M.Pd.I

Penelitian ini membahas tentang “Fenomena Perjodohan di Pondok


Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru Serta Implikasinya Terhadap Keluarga Sakinah”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena perjodohan di Pondok
Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru dan untuk mengetahui implikasi perjodohan di
Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru Terhadap Keluarga Sakinah berdasarkan
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1999 Tentang
Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat
diskriptif kualitatif, yang berlokasi di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru.
Subjek penelitian ini adalah alumni yang sudah menikah. Sedangkan objek dalam
penelitian ini adalah gambaran umum tentang fenomena perjodohan di Pondok
Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru serta implikasinya terhadap keluarga sakinah
pengumpulan data yang dilakukan dengan penggalian data, penulis menggunakan
tekhnik pengamatan, wawancara serta dokumentasi. Sedangkan tekhnik
pengolahan data dilakukan dengan editing, verivikasi dan analisis. Selanjutnya
dianalisis secara diskriktif kualitatif dan pengambilan kesimpulan dengan cara
induktif.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa (1) Fenomena Perjodohan di
Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru terealisasi sampai sekarang berdasarkan
upaya dan peran Bapak Pimpinan untuk menjodohkan para Santrinya dan respon
baik dari santri-santrinya terhadap perjodohan tersebut (2) Implikasi perjodohan
oleh Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru berimplikasi baik dan
termasuk sakinah III plus berdasarkan tolak ukur yang di tertera dalam surat
keputusan menteri agama republik Indonesia pada nomor 03 pada tahun 1999
tentang pembinanan gerakan keluarga sakinah.

Kata kunci: Fenomena, Perjodohan, Implikasi, Sakinah


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, oleh karena

itu manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Manusia

juga memerlukan kebutuhan biologis, untuk memenuhi kebutuhan ini maka

dalam Islam proses tersebut disalurkan melalui akad pernikahan. Sehingga

pemenuhan kebutuhan tersebut merupakan suatu ibadah jika diwujudkan

sesuai aturan Islam yang telah ditetapkan. Allah Swt memerintahkan kaum

Muslimin agar menikah, sebagaimana disebutkan dalam surat an-Nur ayat

32 bahwa:
ْۗ ۤ ْۗ ۤ
ْ َ‫اد ُك ْم َواِ َما ِٕى ُك ْم اِ ْن يَّ ُك ْونُ ْوا فُ َق َرا َء يُغْنِ ِه ُم ا ّٰللُ ِم ْن ف‬
‫ضلِه‬ ِ ‫الصلِ ِحْي ِمن ِعب‬ ِ ِ
َ ْ َْ ٰ ‫َواَنْك ُحوا ْاْلَ ََي ٰمى م ْن ُك ْم َو‬

‫اسع َعلِ ْيم‬


ِ ‫اّلل و‬
َ ُ ٰ ‫َو‬
Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang
lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin
Allah Swt akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Swt
Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS. An- nur [32])

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, bab II, pasal

1 menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara laki-laki

dan perempuan yang terbentuk dari perkawinan yang sah sesuai hukum yang

berlaku dan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga sejahtera

yang diliputi rasa kasih sayang atau sakinah, mawaddah dan rahmah.

1
2

Selanjutnya, pada pasal 2 dijelaskan bahwa “Perkawinan menurut hukum

Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau (mîśâqan galîẓan)

untuk menaati perintah Allah swt dan melaksanakanya merupakan ibadah.1

Dalam ikatan perkawinan atau berumah tangga tentunya setiap pasangan

ingin mendapatkan predikat keluarga sakinah.

Sakinah berasal dari kata ًَ‫ َسَ َ َ َ َس َكنَُ ًسَ َ َ َسكن َسَ َ َ َس‬yang berarti “tentram, tenang,

damai dan aman”.2 Departemen Agama Republik Indonesia mendefinisikan

keluarga sakinah dengan : “suatu keluarga yang dibina atas perkawinan yang

sah, mampu memenuhi hajat spiritual dan material secara layak dan

seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara lingkungan keluarga dan

lingkungan dengan selaras, serasi serta mampu mengamalkan, mengahayati

dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia”.3

Keluarga sakinah merupakan keluarga yang menghasilkan generasi

yang kuat, baik secara keimanan, ketakwaan serta akhlak yang baik. Tujuan

utama dalam perkawinan adalah mendapatkan rasa ketenangan jiwa, cinta

dan kasih sayang yang sering disebut dengan sakinah mawaddah warahmah.

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Ar- Rûm ayat 21 :

ِ ِ ِ ‫وِمن ٰايٰتِه اَ ْن َخلَ َق لَ ُكم ِمن اَنْ ُف ِس ُكم اَ ْزو‬


َ ِ‫ِف ٰذل‬
‫ك‬ ْ ِ ‫اجا لتَ ْس ُكنُ ْوْٓا ال َْي َها َو َج َع َل بَ ْي نَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّوَر ْْحَةً ْۗا َّن‬
ً َ ْ ْ ْ ْ َ

‫ت لَِق ْوٍم يَّتَ َف َّك ُرْو َن‬


ٍ ٰ‫َ ْٰلي‬

1
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, (Bandung: Citra Umbara,2007),
h. 2.
2
Jamaluddin Muhammad bin Mukarram Al-Anshari, Lisan Al-Arab, Juz II, (Mesir: Dar Al-
Misriyyah, tt), h. 378.
3
Departemen Agama RI., Petunjuk teknis Pembinaan Keluarga Sakinah, (Jakarta: Proyek
Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah Ditjen Bimas Islam, 2003), h. 23.
3

Artinya “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia


menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir”.
(QS. Ar- Rûm [21])

Pada penelitian ini penulis mengambil referensi tentang sakinah pada

surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor 3 Tahun 1999 Tentang

Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah, dan juga mengingat program gerakan

tersebut merupakan program nasional dan lintas sektor. Maka diterbitkanlah

Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji

Nomor: D/71/1999 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan

Keluarga Sakinah agar supaya dalam pelaksanaannya baik di Pusat maupun

di Daerah dapat berkesinambungan, terkoordinasi, terpadu, dan sinergis.4

Untuk mencapai tujuan dalam membangun keluarga sakinah perlu

penerapan prinsip-prinsip perkawinan, salah satunya adalah kerelaan dalam

melangsungkan perkawinan, sekalipun perkawinan berlangsung karena

perjodohan. Apa saja yang mengandung manfaat didalamnya baik untuk

memperoleh kemanfaatan, kebaikan, maupun untuk menolak kemudharatan.

Atas harapan ini, pernikahan harus didasarkan pada visi spiritual sekaligus

material. Visi inilah untuk mengimbangi keinginan rendah pernikahan yang

4
Kementrian Agama, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah,
(Badan Penasihatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (Bp 4) Pusat, Jakarta, 1999).
4

hanya sekedar perbaikan status keluarga (nasab), peroleh harta (mal), atau

kepuasan biologis.5 Seperti terdapat sebuah hadis berikut ini :

َ َ‫اّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬


ُ‫ تُ ْن َك ُح ال َْم ْرأَة‬:‫ال‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ‫َّب‬ ِ ِ‫ َع ْن الن‬،ُ‫اّللُ َعْنه‬َّ ‫ض َي‬ ِ ‫َعن أَِِب ُهريْ رةَ ر‬
َ ََ ْ
.‫اك‬ ْ َ‫الدي ِن تَ ِرب‬
َ ‫ت يَ َد‬ ِ ‫ات‬ ِ ‫ فَاظْ َفر بِ َذ‬.‫ ولِ ِدينِ َها‬،‫ و ََجَ ِاِلَا‬،‫ و ِِلسبِ َها‬،‫ لِم ِاِلَا‬:‫ِْلرب ٍع‬
ْ َ َ َ َ َ َ َْ
Artinya: Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi SAW, bersabda: “Seorang
perempuan biasanya dinikahi karena empat hal yaitu hartanya,
keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah perempuan
yang memiliki agama agar kamu terbebas dari masalah.” (HR. Bukhari
dan Muslim).6

Walaupun hadis di atas membicarakan tentang daya tarik wanita yang

hendak dinikahi, akan tetapi karakteristik dan daya tarik tersebut juga dapat

berimplikasi kepada sakinahnya keluarga terlebih khusus sebuah perjodohan.

Pada dasarnya perjodohan tidak terlarang dalam syariat islam, bahkan

perjodohan bukanlah hal yang asing dikalangan masyarakat sosial, hal ini

berlangsung lama dari zaman Rasulullah. sebagaimana para sahabat pernah

melakukan perjodohan untuk anak-anak mereka. Diantaranya Umar bin

Khatab pernah menjodohkan anak perempuannya Hafshah yang baru saja

menjadi janda dan dijodohkan kapada Rasulullah SAW.7

Sampai pada zaman sekarang, beberapa pondok pesantren terdapat kiai

yang seringkali menjodohkan alumni pada pesantren yang diasuhnya yang

5
Anis Nur Latifah, “Tinjauan Maslahah terhadap Proses Perjodohan Santri Di Pondok
Pesantren Pendowo Walisongo Desa Sedah Jenangan Ponorogo”, Skripsi, (Ponorogo: Institut
Agama Islam Negeri Ponorogo, 2021), h. 10.
6
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiroh, Shahih Bukhari, Juz VII,
(Kairo: Dar al-Sya’ib, Cet. Ke 1, 1987), h. 9.
7
Anis Nur Latifah, “Tinjauan Maslahah terhadap Proses Perjodohan Santri Di Pondok
Pesantren Pendowo Walisongo Desa Sedah Jenangan Ponorogo”, h. 9
5

menurutnya cocok menjadi pasangan suami istri untuk kemudian

dinikahkan, Perjodohan ini berawal dari alumni yang sudah saling suka,

permintaan langsung dari orangtuanya agar anaknya dicarikan jodoh dan

juga atas inisiatif kiai sendiri. Perjodohan di Pondok Pesantren Ini sudah

berlangsung lama sehingga sudah banyak alumni yang dijodohkan. Begitu

juga dengan respon para alumni ada yang menerima dan ada yang menolak

perjodohan tersebut.

Berdasarkan observasi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di

Pondok Pesantren tersebut, ayahanda Dr. K.H Himron Mahmud M.I.Kom

sebagai pengasuhnya, termasuk kiai yang sangat perhatian terhadap masa

depan kehidupan rumah tangga alumninya. Dalam berbagai kesempatan, ia

menyampaikan bagaimana kiat-kiat membangun rumah tangga kepada para

alumninya, sudah ada sekitar 20 pasang alumni Pondok Pesantren Darul Ilmi

Banjarbaru yang sudah menikah yang di antara mereka dipilihkan pasangan

hidupnya oleh kiai yang telah memberikan ilmu agama di pondok pesantren

tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih

lanjut tentang bagaimana implikasi fenomena perjodohan di Pondok

Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru terhadap keluarga sakinah maka penulis

akan melakukan penelitian mendalam dengan judul: Fenomena Perjodohan

di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru Serta Implikasinya

Terhadap Keluarga Sakinah.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana Fenomena Perjodohan di Pondok Pesantren Darul Ilmi

Banjarbaru?

2. Bagaimana Implikasi Perjodohan di Pondok Pesantren Darul Ilmi

Banjarbaru Terhadap Keluarga Sakinah berdasarkan Keputusan Menteri

Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pembinaan

Gerakan Keluarga Sakinah?

C. Definisi Operasional

1. Fenomena Perjodohan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) fenomena adalah

hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan

serta dinilai secara ilmiah. Adapun Perjodohan merupakan jenis ikatan

pernikahan dimana pengantin pria dan wanitanya dipilih oleh pihak

ketiga.8 Sehingga yang dimaksud fenomena perjodohan adalah peristiwa

atau kejadian dimana pengantin pria dan wanitanya dipilih oleh pihak

ketiga. Dalam hal ini pihak ketiga yaitu pak kiayi.

8
Depdikbud, “Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke 4”.(Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2012), h. 586
7

2. Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru

Merupakan pondok pesantren yang didirikan oleh Ayah H. Ilmi Bin

H. Saberi pada 18 juni 1983, Bertempat di Jl. A. Yani Km. 19.200

Kecamatan Landasan Ulin Barat, Banjarbaru Kalimantan Selatan.

Model pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Darul Ilmi ini

adalah Salaf.

3. Implikasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) keterlibatan atau

keadaan terlibat. Sehingga implikasi yang penulis maksud adalah segala

sesuatu yang telah dihasilkan akibat dari proses perumusan kebijakan.

4. Keluarga Sakinah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Keluarga adalah

ibu bapak dan anak-anaknya. 9 Sedangkan Sakinah adalah tentram,

damai, ketenangan, kebahagian. Sehingga Keluarga Sakinah adalah

keluarga yang tenang, damai dan tentram, antara suami isteri serta anak-

anaknya terjalin hubungan cinta dan kasih sayang yang diridhoi oleh

Allah Swt. Dalam hal ini penulis mengacu pada konsep petunjuk

pelaksanaan pembinaan gerakan keluarga sakinah Keputusan Menteri

Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pembinaan

Gerakan Keluarga Sakinah.10

9
Departamen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua,
(Jakarta:Balai Pustaka,1996), 471.
10
Lubis Salam, Menuju Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah, (Surabaya: Terbit
Terang,1998), h. 7
8

Jadi, yang di maksud dengan Fenomena Perjodohan di Pondok

Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru Serta Implikasinya Terhadap Keluarga

Sakinah adalah tentang peristiwa ketika dijodohkan pak kiai antara

alumni putra dan putri di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru guna

mengetahui implikasinya terhadap keluarga sakinah.

D. Alasan Memilih Judul

Adapun alasan dipilihnya judul penelitian ini berdasarkan alasan secara

objektif dan subjektif adalah sebagai berikut:

1. Secara Objektif

Fenomena Perjodohan dari kiai yang diberikan kepada para alumni

dalam suatu lembaga pendidikan seperti pondok pesantren baik melalui

pemberian nasehat atau saran dari kiai dapat langsung dilihat melalui

para alumni yang telah berkeluarga dalam lingkungan Pondok

Pesantren. Maka dari permasalahan ini, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tehadap kiai dan alumni pada Pondok Pesantren

Darul Ilmi Banjarbaru guna melihat implikasinya terhadap keluarga

sakinah.

2. Secara Subjektif

a. Pernikahan melalui perjodohan merupakan fenomena sosial

menarik yang terjadi di masyarakat, maka pesantren menjadi tempat

penelitian yang menarik karena relasi kepatuhan antara alumni


9

dengan kyai mirip dengan relasi kepatuhan seorang anak dengan

orang tua.

b. Penelitian ini dirasa mampu diselesaikan oleh penulis mengingat

adanya ketersediaan Narasumber dan sumber daya yang mudah

diakses oleh penulis.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan pada bagian

terdahulu di atas, maka tujuan penelitian yang ini dicapai dalam penelitian

ini adalah:

1. Mengetahui Fenomena Perjodohan di Pondok Pesantren Darul Ilmi

Banjarbaru.

2. Mengetahui Implikasi Perjodohan di Pondok Pesantren Darul Ilmi

Banjarbaru Terhadap Keluarga Sakinah berdasarkan Keputusan Menteri

Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pembinaan

Gerakan Keluarga Sakinah.

F. Signifikansi Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi nilai guna berbagai

pihak, yakni:
10

1. Aspek teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi

pemahaman terkait teori-teori keluarga sakinah. Selain itu penelitian ini

diharapakan dapat memberi pengetahuan lebih tentang implikasi

perjodohan terhadap keluarga sakinah, dan juga bisa sebagai bahan

referensi dan tambahan pustaka pada perpustakaan STAI Al-Falah.

2. Aspek praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,

wawasan, dan sebagai bahan referensi bagi para peneliti-peneliti

lain, terutama yang berkaitan dengan implikasi perjodohan terhadap

keluarga sakinah.

b. Bagi pondok pesantren yang diteliti, penelitian ini diharapkan dapat

berguna bagi acuan dan pengetahuan yang terjadi di wilayah pondok

pesantren tersebut dan sekaligus dapat digunakan untuk

mengembangkan fenomena perjodohan di Pondok Pesantren Darul

Ilmi Banjarbaru yang akan berimplikasi terhadap keluarga sakinah

c. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana

untuk menambah wawasan keilmuan mengenai implikasi keluarga

sakianah terutama fenomena perjodohan.


11

G. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang menurut peneliti masih

berkaitan dengan penelitian penulis, yaitu mengenai perjodohan dan

implikasi sakinah antara lain:

1. Mutiara Dwi Rahman (2019) “Dampak Perjodohan Terhadap

Keharmonisan Keluarga”. Pada Skripsi ini, Mutiara Dwi Rahman

mendeskripsikan motivasi orang tua mempercayakan kepada Kyai dalam

menentukan jodoh putrinya dan dampak setelah orang tua menjodohkan

putri-putrinya.11

2. Rizqi Dwipandayani (2017) “Makna Keluarga Sakinah Dan

Implementasinya Bagi Pasangan Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial”. Pada Skripsi ini, Rizqi Dwipandayani menjelaskan makna keluarga

sakinah dan menjelaskan Implementasi keluarga sakinah bagi Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di kota Malang. berbeda dari yang

peneliti tulis, disini peneliti membahas mengenai implikasi dari perjodohan

yang dilakukan kiai terhadap keluarga sakinah.12

3. Jenny Priscilla (2020) “Kontribusi Kiai Dalam Mewujudkan Keluarga

Sakinah”. Pada Skripsi ini, Jenny Priscilla menjelaskan kontribusi kiai

dalam mewujudkan keluarga sakinah khususnya di kalangan alumni Pondok

Pesantren Al-Anshor merupakan bentuk rasa kasih sayang dan kepedulian

11
Mutiara Dwi Rahman, Dampak Perjodohan Terhadap Keharmonisan Keluarga, (skripsi,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2019)
12
Rizqi Dwipandayani, Makna Keluarga Sakinah Dan Implementasinya Bagi Pasangan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (Skripsi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang 2017).
12

dengan cara memberikan bimbingan pranikah dan membantu para alumni

yang telah menikah dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di

dalam rumah tangga.13

4. Anis Nur Latifah (2021) “Tinjauan Maslahah terhadap Proses

Perjodohan Alumni Di Pondok Pesantren Pendowo Walisongo Desa

Sedah Jenangan Ponorogo”. Pada Skripsi ini, Anis Nur Latifah

menjelaskan Perjodohan di Pondok Pesantren Pendowo Walisongo ini

bersifat demokratis. Santri diberi hak untuk menerima atau menolak

perjodohan tersebut dan pada penelitian ini Anis Nur Latifah juga

menjelaskan mengenai Terkait konsep Kafa’ah dan kemaslahatan yang ada

dalam perjodohan tersebut, apakah dalam prosesnya termasuk dalam standar

syari’ah atau tidak.14

H. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini melalui beberapa tahapan

yang peneliti tempuh, yaitu:

1. Tahap Pendahuluan

a. Penjajakan awal ke lokasi penelitian.

b. Membuat desain proposal penelitian.

c. Mengajukan proposal penelitian kepada Pembimbing untuk

dikoreksi

13
Jenny Priscilla, Kontribusi Kiai Dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah (Skripsi,
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2020)
14
Anis Nur Latifah, “Tinjauan Maslahah terhadap Proses Perjodohan Santri Di Pondok
Pesantren Pendowo Walisongo Desa Sedah Jenangan Ponorogo”, h. 9.
13

d. Mengajukan proposal kepada Biro Skripsi Prodi Hukum Keluarga

Islam STAI Al-Falah Banjarbaru sekaligus memohon persetujuan

judul.

2. Tahap Persiapan

a. Seminar proposal.

b. Memohon surat pengantar riset kepada Dekan Fakultas Syariah

c. Menyampaikan surat pengantar penelitian kepada pihak terkait.

d. Membuat instrumen pengumpulan data (IPD) untuk penelitian.

3. Tahap Pelaksanaan

a. Menghubungi responden dan informan.

b. Melaksanakan instrumen pengumpulan data (IPD).

c. Melakukan observasi untuk menggali data-data penunjang.

d. Mengumpulkan data yang berbentuk dokumentasi dan

menyajikanya.

e. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh.

f. Menyempurnakan naskah laporan sesuai arahan dan saran dari

dosen pembimbing.

4. Tahap penyusunan laporan

Dalam tahap ini peneliti menyusun laporan hasil penelitian

berdasarkan sistematika yang telah ditetapkan, kemudian diserahkan

kepada pembimbing serta berkonsultasi untuk diperbaiki dan dikoreksi

dan selanjutnya disetuji. Setelah diperbanyak untuk diajukan dalam

munaqasyah skripsi untuk diuji dan dipertahankan.


14

I. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman mengenai pembahasan ini, maka

peneliti menggunakan sistematika penelitian sebagai berikut:

BAB I : Merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,

definisi operasional, fokus penelitian, alasan memilih judul,

tujuan penilitian, signifikasi penelitian, prosedur penelitian, dan

sistematika penelitian.

BAB II : Merupakan tinjauan teoritis yang akan membahas secara

singkat tentang teori-teori penelitian yang akan dilakukan.

Terkait teori pengertian perjodohan, tinjauan dalam hukum

islam, tinjauan dalam hukum positif, keluarga sakinah, dan

indikator keluarga sakinah.

BAB III : Merupakan metode penelitian, terdiri dari jenis dan

pendekatan penelitian, lokasi penelitian, subjek dan objek

penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan dan

pengelohan data, analisis data, dan prosedur penelitian.

BAB IV : Merupakan paparan data dari hasil penelitian, terdiri dari setting

lokasi penelitian, paparan data dan analisis data.

BAB V : Merupakan penutup dari penelitian ini, meliputi: simpulan

seluruh penelitian dan saran-saran.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Perjodohohan

Perjodohan berasal dari kata Jodoh, Adapun kata jodoh bermakna orang

yang cocok menjadi suami/isteri, pasangan hidup. Sementara perjodohan

pada satu sisi sama halnya dengan kata pemaksaan. Dalam konteks yang lain,

perjodohan disamakan dengan perkawinan, maka tidak salah apabila secara

istilah, perjodohan sering dimaknai suatu perkawinan yang diatur oleh orang

tua, kerabat dekat, atau orang lain yang dimintai pertimbangan, untuk

berpasangan dengan orang pilihan yang juga sudah ditentukan.15 Selain itu,

perjodohan dapat diartikan sebagai jenis ikatan pernikahan dimana pengantin

pria dan wanitanya dipilih oleh pihak ketiga dan bukan oleh satu sama lain.16

Kewenangan orang tua dalam hukum Islam dikenal dengan nama hak

Ijbar, yaitu hak yang diberikan kepada orang tua untuk mengawinkan

anaknya, dan bisa diurutkan dari ayah, Kakek (Ayah dari Ayah), sampai ke

atas. Islam sejatinya tidak pernah melarang perkawinan antara orang tua

dengan anak-anaknya. Hanya saja, perkawinan dalam Islam sendiri

dimaksud agar terciptanya ketenangan jiwa dan kebahagiaan, hal mana

sepenuhnya diserahkan kepada orang tua mereka, terkait dengan perempuan

15
Tamar Djaja, Tuntunan Perkawinan dan Rumah Tangga Islam 2, (Bandung: Al-Ma’arif,
1982), h. 3.
16
Depdikbud, “Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke 4”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2012, h. 586.

15
16

yang belum dewasa. Pertimbangan orang tualah yang akan menentukan arah

masa depan anak. Berdasarkan pengertian tersebut maka perjodohan terbagi

menjadi dua bagian, yaitu:

1. Perjodohan tanpa paksaan

Perjodohan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dari

pihak laki-laki yang menjodohkan maupun sebaliknya. Berikut ini

adalah macam-macam perjodohan tanpa paksaan yaitu:

a. Arranged marriage yaitu perjodohan oleh orang tua. Dalam kasus

ini, ada dua tipe. Pertama, perjodohan yang dilakukan oleh orang

tua, tanpa diminta persetujuan sebelumnya oleh pengantin

perempuan atau laki-laki. Kedua orang tua pengantin perempuan

dengan calon pengantin laki-laki merencanakan perkawinan, tanpa

persetujuan si gadis terlebih dahulu dan inilah yang mengarah pada

tradisi perjodohan paksa.

b. Mixed marriage yakni anak gadis yang hendak kawin mencari

sendiri jodohnya, tetapi keputusan untuk terlaksananya perkawinan

diserahkan kepada orang tua.

c. Voluntary merriage yakni anak yang hendak kawin mencari sendiri

jodohnya, orang tua tinggal merestui. Artinya anak perempuan

mempunyai kemampuan untuk memutuskan apa yang terbaik bagi

dirinya sendiri.17

17
Miftahul Huda, Kawin Paksa Ijbar Nikah dan Hak-hak Reproduksi Perempuan
(Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press 2009), h. 73
17

2. Perjodohan paksa

Perjodohan paksa adalah tindakan orang tua atau wali yang

memaksa anaknya untuk menikah dengan pasangan pilihannya tanpa

ada persetujuan atau kerelaan anak atau jenis ikatan pernikahan di mana

pengantin pria dan wanitanya dipilih oleh pihak ketiga dan bukan oleh

satu sama lain.18

Perjodohan yang dilakukan orang tua untuk anak atau kiai untuk

alumni nya, hanyalah salah satu jalan untuk menikahkan anaknya itu

dengan seseorang yang dianggap tepat menurut mereka. Padahal tepat

menurut orang tua belum tentu tepat untuk seorang anak. Orang tua

boleh saja menjodohkan anaknya dengan orang lain, tapi hendaknya

tetap meminta izin dan persetujuan dari anaknya, agar pernikahan yang

dilaksanakan nantinya berjalan atas keridhaan masing-masing pihak,

bukan keterpaksaan. Karena pernikahan yang dibangun diatas dasar

keterpaksaan adalah haram hukumnya, dan jika berlanjut hanya akan

mengganggu keharmonisan dalam rumah tangga anaknya kelak.

B. Kajian Perjodohan Dalam Hukum Islam

1. Konsep Ijbar Dalam Pernikahan

Kewenangan orang tua dalam hukum Islam dikenal dengan nama

hak Ijbar, yaitu hak yang diberikan kepada orang tua untuk

mengawinkan anaknya, dan bisa diurutkan dari ayah, Kakek (Ayah dari

Depdikbud, “Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke 4”, h. 587


18
18

Ayah), sampai ke atas. Islam sejatinya tidak pernah melarang

perkawinan antara orang tua dengan anak-anaknya. Hanya saja,

perkawinan dalam Islam sendiri dimaksud agar terciptanya ketenangan

jiwa dan kebahagiaan, hal mana sepenuhnya diserahkan kepada orang

tua mereka, terkait dengan perempuan yang belum dewasa.

Pertimbangan orang tualah yang akan menentukan arah masa depan

anak.19

Kata ijbar berawal dari kata ajbara-yujbiru ijbaaran. Kata ini

memiliki arti yang sama dengan akraha, argha-ma, dan alzama

qahran wa qasran. Ijbar artinya pemaksaan atau mengharuskan

dengan cara memaksa dan keras. Mengenai perjodohan secara paksa

(ijbar), sebenarnya sudah menjadi polemik klasik dalam khazanah

islam. Sedangkan pengertian paksa menurut kamus besar indonesia

adalah tidak rela. Menurut istilah adalah perbuatan yang dilakukan tanpa

ada kerelaan di antara pihak. Kata kawin paksa juga sering dikenal

dengan istilah nikah ijbar. 20

Mengenai kawin paksa (ijbar), dan kawin paksa (ijbar) itu sendiri

memiliki arti perkawinan yang dilakukan dengan cara pemaksaan atau

mengawinkan seseorang dengan cara pemaksaan dan keras tidak ada

kerelaan di antara dua pihak. Para ahli fiqih berbeda menyikapinya,

sebut saja Imam Syafii, Imam Maliki, Akhamd, Isyhaq dan Abi Laila.

19
Yeni Mulyati, Perjodohan Secara Paksa (Purwokerto:IAIN Purwokerto Press 2020), h.
15
20
Desyi wahna sari, Perjodohan dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Menurut
Hukum Islam (Jambi: UIN Sultan Thaha Saifuddin press 2020), h. 33
19

Mereka menetapkan hak ijbar berdasarkan sebuah hadis Nabi

Muhammad SAW:

‫ف‬ ِ ‫ َيَ رسو َل‬:‫َْل تُ ْن َكح ْاْلَِي ح َّّت تُستأْمر وَْل تُ ْن َكح البِ ْكر ح َّّت تُستأْذَ َن قَالُوا‬
َ ‫للا َوَك ْي‬ ُْ َ َ ْ َْ َ ُ ُ َ ََ َْ َ ُ ُ
‫ت‬ َ َ‫اِ ْذ ُنَا؟ ق‬
َ ‫ اَ ْن تَ ْس ُك‬:‫ال‬
Artinya: “Janda, tidak boleh dinikahi sampai diminta persetujuannya.
Anak gadis tidak boleh dinikahi sampai diminta izinnya”. Para sahabat
bertanya, “Bagaimana izimnya?” Jawab Rasul, “ Anak gadis itu
dengan diamnya”. (HR. Bukhari Muslim).21

Kelompok ini memandang yang harus dimintai izin adalah janda,

bukan gadis. Sebab hadis ini membedakan antara janda dan gadis.

Berdasarkan sebuah hadis Riwayat muslim, janda lebih berhak terhadap

dirinya sendiri ketimbang walinya (ahaqqu binafsiha min waliyyiha).

Dengan demikian, ia harus dimintai persetujuan. Adapun pernikahan

yang dipaksakan terhadap dirinya hukumnya batal. Sebaliknya untuk

gadis, justru walinya lebih berhak. Sehingga wali tidak harus meminta

persetujuan untuk menikahkan si gadis.22 Menariknya, ketika si gadis

tersebut di minta izin oleh orang tuanya untuk dinikahkan ia hanya diam

saja. Diamnya wanita ini diartikan sebagai indikasi keridhaannya

terhadap lamaran dari pihak laki-laki yang melamarnya sebagaimana

pepatah arab menyebutkan:

‫ضا‬ ِ ُ‫الس ُكوت َعالَ َمة‬


َ ‫الر‬ ُ
Artinya: diam merupakan tanda persetujuan.

21
Imam Muslim, Shahih Muslim, (Bairut :Dar al-Fikr, tt.), Juz. 9, h. 191
22
Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al Islami wa Adillatuhu, Dar al-Fikr, (Beirut : 1989) Juz 7,h.
209.
20

2. Konsep Kafaah Dalam Pernikahan

Kafaah atau sekufu, menurut bahasa artinya “setaraf, seimbang,

atau keserasian, serupa, sederajat, atau sebanding.” 23


Kata kafaah

diambil dari surat al-Ikhlas ayat 4:

َ ‫َوََلْ يَ ُكن لَّهُ ُك ُف ًوا أ‬


‫َحد‬
Artinya: “Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS. Al-
Ikhlas, 112:4)

Yang dimaksud kafaah atau sekufu dalam pernikahan, menurut

hukum Islam yaitu “keseimbangan dan keserasian antara calon istri dan

suami sehingga masing-masing calon tidak merasa berat untuk

melangsungkan pernikahan.” 24 Atau laki-laki sebanding dengan calon

istrinya, sama dalam kedudukan, sebanding dalam tingkat sosial dan

sederajat dalam akhlak serta kekayaan. 25 Jadi tekanan dalam kafaah

adalah keseimbangan, keharmonisan dan keserasian,terutama dalam hal

agama, yaitu akhlak dan ibadah. Sebab, menurut pendapat sebagian

ulama, kalau kafaah diartikan persamaan dalam hal harta, atau

kebangsawanan, maka akan berarti terbentuknya kasta, sedangkan

dalam Islam tidak dibenarkan adanya kasta, karena manusia di sisi Allah

SWT adalah sama. Hanya ketakwaannya-lah yang membedakannya. 26

Persamaan kedudukan suami dan istri akan membawa ke arah rumah

23
M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 147.
24
Djamaan Nur, Fiqh Munakahat, (Semarang: Dina Utama/Toha Putra Group, 1993), h. 76.
25
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 7. Penerjemah M. Thalib, (Bandung: al-Ma’arif, 1981), h. 36.
26
Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat, cet.I, jil.I, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 1999), h. 50.
21

tangga yang sejahtera, terhindar dari ketidakharmonisan dalam

kehidupan rumah tangga. Demikian gambaran yang diberikan oleh

kebanyakan ahli fiqh tentang kafaah. 27

Mengenai kafaah, Allah SWT tidak menjelaskan secara gamblang

hukumnya. Namun, Dia menyinggung permasalahan ini dalam surat al-

Ahzab ayat 35:

ِ َ‫ْي والْ َقانِت‬ِِ ِ ِ ِ ِ ‫ْي والْمسلِم‬


َ ِ‫ات َوال ُْم ْؤمن‬ ِِ
‫ات‬ َ َ ‫ْي َوال ُْم ْؤمنَات َوالْ َقانت‬ َ ْ ُ َ َ ‫إ َّن ال ُْم ْسلم‬
Artinya: “Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan
perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatann,…” (QS. Al-Ahzab, [33]:35).

Ayat di atas menyebut laki-laki dan perempuan dalam sifat-sifat

yang sama. Tanda athaf (huruf wau) di sini menunjukkan satu jenis yang

berbeda yang seolah-olah berarti keseluruhan.28 Sebenarnya ayat ini

bermaksud menekankan peranan perempuan. Tetapi jika perempuan

yang disebut, maka bisa jadi ada kesan bahwa mereka tidak sama dengan

laki-laki dalam hal keberagamaan. Untuk menekankan persamaan itu,

Allah menyebut juga laki-laki dalam rangkaian ayat di atas dan

mempersamakannya dengan perempuan dalam segala amal kebajikan. 29

Pertimbangan kafaah dalam pernikahan disandarkan pada riwayat

dari Aisyah r.a., bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,

27
H.S.A. Alhamdani, Risalah Nikah; Hukum Perkawinan Islam. Penerjemah Agus Salim,
(Jakarta: Pustaka Amani, 1989), h. 15
28
Abul Qasim Mahmud Ibnu Umar al-Zamakhsyary al-Khawarizmy, al-Kasyaf an Haqaiq
al-Tanzil wa Uyun al-Aqawil fi Wujuh al-Ta’wil, (Kairo: Musthafa al-Baby al-Halby wa Auladah,
1972), h. 261.
29
M. Quraisy Syihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian dalam al-Qur’an,
vol.11, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 270.
22

‫نعلًَه َنو َسلَّ َم َنَتَََّّيوانلتطًفس ًمن‬


َ ‫نصلَّىنهللا‬
َ ‫نق َل َنرس ًولنهللا‬:‫نعًه نق لت‬
َ ‫ةنرضىنهللا‬
َ ‫نع ئ َش‬
َ ‫َع ًك‬
30
)‫د‬
‫ن(رواهنامح ن‬.‫اناْلَ ًك َف ءَنوانًسحوانإلًَه ًم‬
ً ‫َوانًسحو‬
Artinya: “Dari ‘Aisyah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda: Pilih-pilihlah untuk tempat tumpahnya nuthfah kalian
(maksudnya isteri), dan Nikahkanlah orang-orang yang sekufu”.
(HR. Ahmad).

Perihal kafaah (sebanding atau sepadan) ini ditujukan untuk

menjaga keselamatan dan kerukunan dalam pernikahan, bukan untuk

kesahannya. Artinya sah atau tidaknya pernikahan tidak bergantung

pada kafaah ini. Pernikahan tetap sah menurut hukum walaupun tidak

sekufu antara suami-istri. Hanya saja, hak bagi wali dan perempuan

yang bersangkutan untuk mencari jodoh yang sepadan. Dengan arti lain,

keduanya boleh membatalkan akad nikah pernikahan itu karena tidak

setuju dan boleh menggugurkan haknya. 31

C. Kajian Perjodohan Dalam Hukum positif

1. Menurut Kompilasi Hukum Islam

Kompilasi Hukum Islam merupakan rangkuman dari berbagai

pendapat hukum Islam yang diambil dari berbagai kitab fikih dan

digunakan sebagai hukum materil Pengadilan Agama di Indonesia.

Dasar hukum penetapan Kompilasi Hukum Islam adalah Intruksi

Presiden No. 1 Tahun 1991 pada tanggal 10 Juni 1991, yang terdiri dari

30
Ahmad Ibnu Hanbal, al-Musnad, jil.VI, (t.t.: al-Maktabah al-Islamy, t.th.), h. 394.
Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin S., Fiqh Mazhab Syafi’I, (Bandung: Pustaka Setia, 2000),
31

h. 261.
23

3 buku dan 299 pasal. Dalam buku I dibahas tentang perkawinan, buku

II dibahas tentang kewarisan, dan buku III dibahas tentang perwakafan.

Dalam buku I tentang perkawinan yang membahas tentang perwalian

adalah Pasal 19-23, dengan uraian sebagai berikut:32

Pada pasal 19 dijelaskan bahwa wali nikah dalam perkawinan

merupakan rukun yang harus dipenuhi bagi calon mempelai wanita yang

bertindak untuk menikahkannya. Dalam bahasa lain, seorang wanita

tidak boleh nikah tanpa wali. Persyaratan untuk menjadi wali nikah

menurut Pasal 20 ayat 2 adalah laki-laki, islam, berakal, dan balig. Pada

ayat 2 hanya disebutkan dua macam wali nikah, yaitu wali nasab dan

wali hakim. Pada Pasal 21 ayat 1 disebutkan bahwa wali nasab dibagi

menjadi empat kelompok dalam urutan kedudukan, kelompok yang satu

didahulukan dari kelompok yang lain sesuai erat atau tidaknya susunan

kekerabatan dengan calon mempelai wanita Pertama, kelompok garis

lurus keatas, yaitu ayah, kakek dari pihak ayah dan seterusnya. Kedua,

saudara laki-laki kandung atau saudara laki-laki seayah dan keturunan

laki-lakinya. Ketiga, kelompok kerabat paman, yaitu saudara laki-laki

kandung ayah, saudara seayah dan keturuan laki-laki mereka Keempat,

kelompok saudara laki-laki kakek, saudara laki-laki seayah kakek dan

keturunan laki-lakinya.33

32
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam (Jakarta: Akademika Presindo, 1992), h. 4
33
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Akademika Presindo, 1992). h. 116
24

Pada ayat 2 sampai ayat 4 disebutkan mengenai wali aqrab dan wali

ab’ad. Apabila dalam satu kelompok wali nikah terdapat beberapa orang

yang sama-sama berhak menjadi wali, maka yang paling berhak menjadi

wali ialah yang lebih dekat derajat kekerabatannya dengan calon

mempelai wanita. Apabila derajat kekerabatannya sama yaitu sama-

sama derajat kandung atau sama-sama derajat kerabat seayah, maka

dengan mengutamakan yang lebih tua dan memenuhi syarat-syarat

menjadi wali nikah. Ketentuan wali aqrab akan berpindah ke wali ab’ad

diatur dalam Pasal 22, yaitu apabila wali nikah yang paling berhak tidak

memenuhi syarat sebagai wali nikah atau karena wali nikah tersebut

menderita tuna wicara, tuna rungu atau sudah udzur, maka hak waku

menjadi bergeser kepada wali nikah yang lain menurut derajat

berikutnya, tidak berpindah kepada wali hakim.34

Adapun ketentuan mengenai wali hakim diatur dalam Pasal 23 ayat

1 dan 2. Wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah apabila

wali nasab tidak ada, tidak mungkin menghadirkannya, tidak diketahui

tempat tinggalnya, gaib, adhal, atau karena wali nasab tidak mau

menikahkan. Sementara itu dalam hal wali adhal atau enggan, hakim

baru dapat bertidak sebagai wali nikah setelah ada putusan dari

Pengadilan Agama tentang wali tersebut. Seorang wali tidak boleh

memaksakan kehendak anaknya untuk menikah, dengan kata lain

apabila seorang wali akan menikahkan anaknya harus ada kerelaan atau

34
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, h. 117
25

izin dari kedua mempelai. Hal ini disebutkan dalam Kompilasi Hukum

Islam Bagian Kedua tentang Calon Mempelai.35

2. Menurut undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974

Undang-undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 menentukan

salah satu syarat perkawinan adalah persetujuan kedua calon mempelai,

pasal 6 ayat 1 Undang-undang perkawinan berbunyi “Perkawinan harus

didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai”.36 Penjelasan pasal

ini menyebutkan bahwa perkawinan mempunyai maksud agar suami

istri dapat membentuk keluarga yang kekal dan bahagia, maka

perkawinan harus disetujui oleh kedua mempelai yang telah

melaksanakan pernikahan tersebut tanpa adanya keterpaksaan dari pihak

manapun.

D. Konsep Sakinah Mawaddah Warahmah

1. Pengertian Sakinah Mawaddah Warahmah

Kata Sakinah berasal dari Bahasa Arab ‫ سَكَنََيَسَكَنََسَكَيَنَا‬pada mulanya

berarti sesuatu yang tenang atau tetap setelah bergerak (Subutusy-Syai'

ba'dat Taharruk).37 Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,

Sakinah berarti “Damai, tempat yang aman dan damai”.38 Pengertian

Keluarga Sakinah Berdasarkan Kepurtusan Direktur Jenderal

35
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, h. 117
36
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal 6 ayat (1).
37
Muhammad Sayyid al-Kailani, Al asfahani, al-mufradaat fi gharibil-Qur'an (Daarul
Ma'arifah, Beirut,) Sakana, h. 236
38
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, Jakarta: 1985)
h. 851
26

Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Departemen Agama RI

Nomor: D/71/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga

Sakinah, Bab III Pasal 3 menyatakan bahwa: Keluarga Sakinah adalah

keluarga yang dibina atas perkawinan yang syah, mampu memenuhi

hajat spiritual dan material secara layak dan seimbang, diliputi suasana

kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan

selaras, serasi serta mampu mengamalkan, menghayati dan

memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.” 39

Sedangkan Mawaddah juga berasal dari Bahasa Arab dari kata

wadda-yawaddu-mawaddatan yang berarti “Kasih Sayang”. Dan

rahmah juga berasal dari Bahasa Arab dari kata rahima-yarhamu-

rahmah yang berarti “Mengasihi atau menaruh kasihan”. 40

Kata sakinah ditemukan dalam AlQur'an sebanyak enam kali

disamping bentuk lain yang seakar dengannya dan secara

keseluruhannya berjumlah 69. Kata mawaddah ditemukan sebanyak 8

kali dalam Al-Qur'an secara keseluruhan dengan kata-kata yang seakar

dengannya, semua berjumlah 25. Kata rahmah baik sendiri maupun

dirangkai dengan kata ganti (dhamir) seperti rahmati dan rahmatuka

ditemukan di dalam Al-Qur'an sebanyak 114 kali. Secara keseluruhan

dengan kata-kata lain yang seakar dengannya semuanya 339.41

39
Yufi Wiyos Rini Maskuroh, BP4 Kepenghuluan, (IAIN Raden Intan Lampung: Fakultas
Syari‟ah, 2014), h. 149.
40
Mahmud Yunus Kamus Arab Indonesia, (Mahmud Yunus Wadzurryah, Jakarta: 1972) h.
174
41
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
RI, Tafsir Al-Qur'an Tematik Jilid 2, hal. 41
27

2. Indikator Keluarga Sakinah

Menurut Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Nomor

D/7/1999 dalam Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan Keluarga

Sakinah, disusun kriteria–kriteria umum keluarga sakinah yang terdiri

dari keluarga Pra Sakinah, Keluarga Sakinah I, Keluarga Sakinah II,

Keluarga Sakinah III, dan Keluarga Sakinah III plus yang dapat

dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kondisi masing-masing

daerah. Uraian masing-masing indikator sebagai berikut:

a. Keluarga Pra Sakinah

Keluarga pra sakinah yaitu keluarga-keluarga yang dibentuk

bukan melalui ketentuan perkawinan yang sah, tidak dapat

memenuhi kebutuhan dasar spiritual dan material secara minimal,

seperti keimanan, shalat, zakat fitrah, puasa, sandang, pangan,

papan dan kesehatan. 42

Adapun tolak ukurnya ialah:43

1) Keluarga yang dibentuk tidak sesuai dengan perundang-

undangan yang berlaku dan tidak berdasarkan perkawinan yang

sah.

2) Tidak terdapat dasar dari sebuah keimanan.

42
Tim Penyusun Direktur Bina Kua Dan Keluarga Sakinah, Fondasi Keluarga Sakinah
(Jakarta: Subdit Bina Keluarga Sakinah Direktorat Bina Kua Dan Keluarga Sakinah Ditjen Bimas
Islam Kemenag RI, 2017 ), h. 16.
43
Muhammad Juhriyanto, “Perjodohan Oleh Pengasuh Pesantren Sayyid Muhammad
Alawi Al Maliki Dan Implikasinya terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah”, Tesis, (Jember:
Perpustakaan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq, 2022), h. 55.
28

3) Tidak melaksanakan sholat, tidak menunaikan zakat fitrah,

tidak meng indahkan amalan puasa dan seluruh ibadah yang

lainnya.

4) Tidak sampai tamat SD, dan tidak bisa membaca dan menulis

5) Termasuk kategori orang orang yang fakir dan orang orang

miskin.

6) Sering berbuat asusila.

7) Terlibat kepada perkara kriminalisasi.

b. Keluarga Sakinah I

Keluarga sakinah I yaitu keluarga-keluarga yang dibangun atas

perkawinan yang sah dan telah dapat memenuhi kebutuhan secara

spiritual dan material secara minimal tetapi masih belum dapat

memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan

pendidikan, bimbingan keagamaan dalam keluarganya, mengikuti

interaksi sosial keagamaan dengan lingkunganya.44

Adapun tolak ukurnya ialah: 45

1) Perkawinan sesuai dengan syariat dan undangan-undangan

Nomor 1 tahun 1974.

2) Kedua mempelai memiliki kartu nikah, sebagai bukti bahwa

pernikahnnya dilaksankan dengan sah dan benar.

44
Tim Penyusun Direktur Bina Kua Dan Keluarga Sakinah, Fondasi Keluarga Sakinah, h.
16.
45
Muhammad Juhriyanto, “Perjodohan Oleh Pengasuh Pesantren Sayyid Muhammad
Alawi Al Maliki Dan Implikasinya terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah”, h. 56.
29

3) Memiliki seperangkat alat ibadah solat,sebagai penguat bahwa

melaksakan ibadah solat.

4) Makanan pokok yang terpenuhi, sebagai tanda bukan termasuk

orang orang fakir

5) Melaksanakan solat tidak sempurna, terkadang masih males

solat.

6) Lebih percaya kedukun dalam persoalan sepele, seperti sakit

dll.

7) Memiliki kepercayaan terhadap tahayyul.

8) Sering ghoib kepada acara acara keagamaan.

9) Telah mempunyai ijazah SD.

c. Keluarga sakinah II

Keluarga sakinah II yaitu keluarga-keluarga yang dibangun

atas perkawinan yang sah dan disamping telah dapat memenuhi

kebutuhan kehidupannya juga telah mampu memahami pentingnya

pelaksanaan ajaran agama serta bimbingan keagamaan dalam

keluarga serta mampu mengadakan interaksi sosial keagamaan

dengan lingkungannya, tetapi belum mampu menghayati serta

mengembangkan nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlaqul

karimah, infaq, zakat, amal jariyah, menabung dan sebagainya. 46

Adapun tolak ukurnya ialah:47

46
Tim Penyusun Direktur Bina Kua Dan Keluarga Sakinah, Fondasi Keluarga Sakinah h.
16.
47
Muhammad Juhriyanto, “Perjodohan Oleh Pengasuh Pesantren Sayyid Muhammad
Alawi Al Maliki Dan Implikasinya terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah”, h. 57.
30

1) Hidupnya rukun dan tidak terjadi hal hal yang membahayakan

terhadap keluarga ya seperti pertengkaran yang tak kunjung

mendapatkan solusi dan bahkan sampai pada perceraian,

kecuali memang hal yang tidak bisa dihindari seperti kematian

dan lain lain.

2) Adapun pendapatan keluarganya lebih dari cukup, sehingga

dapat menabung untuk memenuhi kebutuhan dan tercapainya

apa yang ia impikan dalam cita cita keluarga.

3) Mayoritas dan Rata rata mempunyai ijazah SLTP.

4) Mempunyai tempat tinggal yang mandiri meskipun sederhana.

5) Dalam kegiatan kemasyarakatan dan bersosial keluarganya

sangat aktif.

6) Mampu dalam memenuhi dari makanan yang sehat bahkan

lima sempurna.

7) Tidak memiliki kasus criminal seperti: judi, mabuk, pencuri,

prostitusi dan seluruh yang berkaitan dengan perkara criminal.

d. Keluarga Sakinah III

Keluarga sakinah III yaitu keluarga yang memiliki dasar

keimanan, ketaqwaan, berkalqul karimah dalam sosial psikologis,

serta mampu mengembangkan dari nilai nilai keimanan dan


31

ketaqwaan akan tetapi masih tidak bisa dan masih belum mampu

untuk menjadi suri tauladan pada lingkungannya.48

Adapun tolak ukurnya ialah:49

1) Senantiasa aktif didalam kegiatan kemasyarakatan dan

organisasi dalam rangka meningkatkan gairah keagamaan,

seperti kegiatan keagamaan dimasjid masjid dan kegiatan

lainnya yang berkenaan dengan agama.

2) Selalu aktif dalam menjadikan keluarga yang harmonis dengan

motivasi motivasi agama.

3) Aktif memberikan support serta dorongan didalam menjaga

kesehatan dan lingkungan.

4) Seluruh anggota keluarganya rata-rata mempunyai ijazah

minimal SMA.

5) Senantiasa meningkatkan amal yang motivasinya keagamaan

baik spiritual seperti: membayar zakat, infak, shodaqoh dan

amal jariyah.

6) Pengeluaran qurban yang semakin meningkat.

7) Mampu menabung dan melaksankan haji ke baitullah dengan

baik dan benar sebagaimana yang telah dijelaskan dalam

hukum islam dan undang undang yang berlaku.

48
Tim Penyusun Direktur Bina Kua Dan Keluarga Sakinah, Fondasi Keluarga Sakinah h.
17.
49
Muhammad Juhriyanto, “Perjodohan Oleh Pengasuh Pesantren Sayyid Muhammad
Alawi Al Maliki Dan Implikasinya terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah”, h. 58.
32

e. Keluarga Sakinah III Plus

Keluarga sakinah III plus yaitu keluarga-keluarga yang telah

dapat memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketaqwaan dan

akhlaqul karimah secara sempurna, kebutuhan sosial psikologis dan

pengembanganya serta dapat menjadi suri tauladan bagi

lingkungannya.50

Adapun tolak ukurnya ialah:51

1) Keluarga yang sudah melaksanakan haji dan dapat memenuhi

kretria haji yang mabrur.

2) Menjadi tokoh agama baik dalam organisasi atau masyarakat.

3) meningkat baik secara kualitatif dan kuantitatif dalam

Mengeluarkan zakat, shodaqoh jariyah, waqof, infaq.

4) Meningkatkan ajaran islam dengan mensosialisasikan serta

mengajak pada lingkungan sekitar.

5) Mayoritas dan Rata-rata keluarganya mempunyai ijazah

sarjana.

6) Dalam keluarganya tertanam ketaqwaan, dan keimann serta

berakhlaqul karimah.

7) Dalam keluarga tumbuh dan berkembang dalam kebahagiaan

dan cinta kasih sayang yang menjadikan keluarganya seimbang

dengan lingkungannya.

50
Tim Penyusun Direktur Bina Kua Dan Keluarga Sakinah, Fondasi Keluarga Sakinah h.
17.
51
Muhammad Juhriyanto, “Perjodohan Oleh Pengasuh Pesantren Sayyid Muhammad
Alawi Al Maliki Dan Implikasinya terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah”, h. 59.
33

8) Kelurganya Mampu menjadi contoh dan suri tauladan yang

baik bagi masyarakat sekitarnya.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini meliputi dua macam jenis, yaitu jenis penelitian, jenis data

dan pendekatan penelitian.

1. Jenis dalam Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan menggunakan metode penelitian

empiris atau penelitian lapangan (Field Reserch). Metode ini dapat

digunakan dalam semua bidang ilmu, baik ilmu keagamaan maupun

sosial humaniora sebab semua objek pada dasarnya ada di lapangan.

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data langsung baik

melalui observasi, wawancara, kuesioner, eksperimen, atau metode

lainnya. Tujuan dari penelitian empiris adalah untuk menguji hipotesis,

mengidentifikasi pola atau hubungan, atau mendapatkan pemahaman

yang lebih mendalam tentang suatu fenomena. 52

2. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu penilaian yang

tidak mengadakan perhitungan, maksudnya data yang dikumpulkan

tidak berwujud angka tetapi tertuang dalam bentuk kata-kata.53

52
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) H.
183.
53
Lexi J. Moleong, Metodelogi Penelitian, cet. ke-20 (Bandung: Remaja Rosdakaya, 2005)
H. 6

34
35

3. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum dengan pendekatan

yuridis empiris, yaitu menelaah hukum sebagai pola perilaku yang

ditunjukkan pada penerapan peraturan hukum. Pendekatan yuridis

empiris dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi-informasi data

primer yang diperoleh secara langsung di lapangan.54

B. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat

di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru yang terletak di Kecamatan

lianganggang, Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Secara

geografis lokasi Pondok Pesantren Darul Ilmi sangat strategis yaitu terletak

di Jl. A. Yani Km 19.200, yang merupakan jalan trans Kalimantan yang

menghubungkan Kota Banjarmasin dengan kota-kota lainnya. Lokasi

Pondok Pesantren Darul Ilmi mempunyai aksebilitas (daya jangkau) yang

tinggi terhadap daerah-daerah hinterland (daerah pendukung) di sekitarnya.

Oleh karena itu yang tinggal di Pondok Pesantren Darul Ilmi bukan hanya

yang berasal dari daerah Landasan Ulin saja, melainkan juga berasal dari

daerah lainnya seperti daerah Gambut, Banjarmasin, Hulu Sungai, bahkan

54
Tim Dosen HKI STAI Al-Falah Banjarbaru, Pendoman Penulisan Skripsi,
(Banjarbaru:Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Falah Banjarbaru,2023), h. 48
36

dari daerah luar Kalimantan Selatan, seperti Kalimantan Tengah dan juga

Sulawesi.

C. Kehadiran Peneliti

Sesuai dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang menjelaskan

tentang keadaan yang ada dilapangan yang diteliti dan diamati

berdasarkan pengamatan yang objektif. Maka kehadiran peneliti di

lapangan sangat penting, mengingat peneliti bertindak sebagai instrument

langsung dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang telah

dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang apa atau bagaimana

fenomena yang ada dilapangan. Dalam hal ini peneliti mendeskripsikan

bagaimana fenomena perjodohan di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru

serta implikasinya terhadap keluarga sakinah.

D. Sumber Data Penelitian

Adapun sumber data yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini

terdiri dari:

1. Sumber Data Primer

Data primer sendiri didapatkan dari narasumber atau responden, yaitu

orang yang dijadikan sebagai obyek penelitian.55 Dalam penelitian ini

penulis mengambil data primer yang bersumber dari hasil observasi dan

wawancara dengan para pihak yang bersangkutan yaitu Pimpinan

55
Zinuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), h. 106.
37

Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru yang mengetahui bagaimana

gambaran umum tentang fenomena perjodohan di pesantren tersebut dan

beberapa alumni lulusan Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru yang

sudah menikah sebagai responden untuk mendapatkan gambaran umum

tentang fenomena perjodohan di Pondok Pesantren Darul Ilmi

Banjarbaru serta implikasinya terhadap keluarga sakinah.

Adapun narasumber dalam penelitian ini terdapat dalam tabel

berikut:

3.1 NARASUMBER

Tahun
No. Nama Keterangan
Menikah
Pimpinan Pondok
Drs. K.H Himron Mahmud
1 Pesantren Darul -
M.I.Kom
Ilmi Banjarbaru
2 AS dan KH Pasutri 2020
3 MI dan NK Pasutri 2022
4 AL dan AM Pasutri 2020
5 AQ dan SR Pasutri 2018
6 RM dan KR Pasutri 2022
7 SMW dan SH Pasutri 1994

2. Sumber Data Sekunder

Adapun data sekunder yaitu data-data yang merupakan pelengkap,

meliputi buku-buku yang menjadi referensi terhadap tema yang

diangkat, sumber data sekunder yang mendukung penelitian ini yaitu

data-data merupakan pelengkap meliputi dokumen-dokumen yang


38

menjadi referensi terhadap judul yang diangkat.56 Dokumen-dokumen

yang dimaksud adalah Buku-buku ilmiah, Undang-Undang Perkawinan,

Kompilasi Hukum Islam (KHI), serta peraturan-peraturan lainnya yang

erat kaitannya dengan masalah ini yaitu mengenai fenomena perjodohan

di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru serta implikasinya terhadap

keluarga sakinah.

3. Sumber Data Tersier

Sumber data tersier adalah sumber data yang memberikan penjelasan

dari sumber data primer dan sekunder seperti kamus, ensiklopedia, dan

lain-lain.57

E. Teknik Pengumpulan data

Dalam penelitian kualitatif, kita sendirilah yang menjadi instrumen

utama yang terjun ke lapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan

informasi melalui pengamatan, wawancara serta dokumentasi.

1. Observasi (Pengamatan)

Sutrisno Hadi menerangkan bahwa pengamatan (observasi)

merupakan proses pengumpulan data dengan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.58

Teknik pengamatan ini dilakukan terhadap para informan dengan

56
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif
(Surabaya: Airlangga Press, 2001) 129.
57
Tim Dosen HKI STAI Al-Falah Banjarbaru, Pendoman Penulisan Skripsi, h. 51
58
Sutrisno Hadi, Metodology Research (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1983) H.
136.
39

melihat secara langsung bagaimana fenomena yang berhubungan

dengan penelitian.

2. Interview (Wawancara)

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna

dalam suatu topik tertentu.59 Atau dengan kata lain, pengertian

wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang berupa

pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar

informasi dan ide dengan tanyajawab secara lisan sehingga dapat

dibangun makna dalam suatu topik tertentu.60 Wawancara ini dilakukan

terhadap delapan pasangan yang bersedia menjawab pertanyaan

mengenai makna keluarga sakinah menurut mereka masing-masing

sesuai atas apa yang mereka alami sendiri serta bagaimana penerapan

keluarga sakinah pada keluarganya.

3. Dokumentasi

Adapun penulis menggunakan metode ini untuk memperoleh data-

data dan buku-buku yang berhubungan dengan obyek penelitian, di

antaranya meliputi: jumlah fenomena perjodohan yang terjadi di Pondok

Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru, alamat yang bersangkutan. Tak lupa

foto-foto dan catatan hasil wawancara yang nantinya akan diolah

menjadi analisis data.

59
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, cet. III (Bandung: Alfabeta, 2007) h. 72.
60
Prastowo, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) h. 212.
40

F. Teknik Analisis Data

Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam analisis data

adalah sebagai berikut: 61

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai pemilih, merangkum,

menyederhanakan, mengidentifikasi data yang muncul dari catatan-

catatan lapangan, dan memfokuskan kepada data-data penting. Dengan

demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

spesifik dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data

selanjutnya.

2. Penyajian Data

Setelah data itu direduksi, maka selanjutnya peneliti akan

menyajikan data yang telah diidentifikasi. Penyajian data dilakukan agar

data hasil reduksi dapat terorganisasikan dengan baik dan tersusun

dalam pola hubungan sehingga memudahkan bagi para pembaca untuk

memahami data penelitian.

3. Interpretasi

Interpretasi data adalah tahapan yang dilakukan dengan tujuan

mengkaitkan hubungan antara berbagai variabel penelitian antara

diterima atau ditolak, sehingga dalam hal ini menjelaskan terkait dengan

fenomena penelitian secara mendalam data dan informasi yang tersedia.

61
Tim Dosen HKI STAI Al-Falah Banjarbaru, Pendoman Penulisan Skripsi, h. 52
41

4. Verifikasi dan Kesimpulan

Setelah data yang sudah dipilih-pilih kemudian disajikan serta

dianalisis, selanjutnya melakukan verifikasi, yaitu memeriksa kembali

data dengan cermat dan benar, supaya tidak terjadi kesalahan atau

ketidaksesuaian dengan fakta yang sebenarnya. Jika langkah-langkah

sudah dilakukan dari ini dengan sempurna. pengumpulan data, reduksi,

penyajian data, analisis, serta verfikasi, maka terakhir bisa diambil

kesimpulan dari penelitian


BAB IV

PAPARAN DATA

A. Setting Lokasi Penelitian

Penulis melaksanakan penelitian ini di Pondok Pesantren Darul Ilmi

Banjarbaru. Adapun mengenai gambaran umum lokasi penelitian tersebut

dapat dilihat pada uraian berikut:

1. Profil Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru

Nama Pondok Pesantren : DARUL ILMI

Akte Pendirian : Slamat Indarto, SH, M,Kn

: Nomor: 8

: Tanggal 24 September 2018

Nomor Statistik : 51 036 372 0003

Alamat : Jl. Jend. Ahmad Yani Km. 19,200 Rt.009

Rw. 03 Kelurahan Landasan Ulin Barat

Kecamatan Lianganggang Banjarbaru

70722.

Nomor Telepon : (0511) 7526293

Email : ponpesdarulilmi_info@yahoo.co.id

Website : ponpesdarulilmi.blogspot.com

Pendiri : H. ILMI bin H. SABERI (Alm)

Pimpinan : Drs. KH. HIMRAN MAHMUD, M.I.Kom

42
43

2. Denah Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru

GAMBAR 4.1 DENAH PONDOK PESANTREN DARUL ILMI


BANJARBARU

Adapun yang menjadi perbatasan wilayah Pondok Pesantren Darul

Ilmi Banjarbaru adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Timur Perumahan guru Pondok Pesantren Darul Ilmi

b. Sebelah Barat Perumahan Penduduk.

c. Sebelah Utara Kebun Penduduk.

d. Sebelah Selatan Jalan A. Yani / rumah penduduk.

3. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru

Pondok Pesantren Darul Ilmi yang didirikan sejak tahun 1983 adalah

lembaga pendidikan yang menerapkan model pendidikan khalafiyah atau

modern. Santri putra/santri putri yang menempuh pendidikan pada

lembaga pendidikan ini dibekali dengan dua kemapuan secara bersamaan,

yaitu memiliki pengetahuan dan penguasaan ilmu agama yang memadai


44

dengan kemampuan membaca kitab-kitab klasik (kitab kuning) sehingga

memungkinkan menjadi da'i dan da'iyah maupun mempersiapkan para

santri putra / santri putri menjadi calon ulama dan para pemimpin bangsa

dimasa mendatang. Berawal dari niat tulus dan tujuan tersebut maka

lembaga pendidikan ini pada tahun 1991 mendirikan Madrasah

Tsanawiyah Darul Ilmi, dan pada tahun 1994 didirikan pula Madrasah

Aliyah Darul Ilmi, kemudian sesuai kebutuhan pada tahun 2007 didirikan

pula Madrasah Ibtidaiyah Plus Darul Ilmi. salah satu lembaga pendidikan

yang tengah memperbaiki diri khusunya dibidang manajemen dan

peningkatan mutu akademik, dengan mengusung semangat trilogi yang

ingin memaksimalkan peran Pondok Pesantren sebagai lembaga

keagamaan (tafaqquh fī al-dīn), lembaga kependidikan, dan lembaga

sosial kemasyarakatan.

4. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru

Adapun visi dan misi Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru

adalah sebagai berikut:

TABEL 4.1 VISI DAN MISI PONDOK PESANTREN DARUL


ILMI BANJARBARU

VISI MISI
a. Berusaha mengembangkan a. Mendidik santri terampil serta
Pondok itu sendiri dengan menguasai ilmu fardu ‘ain dan
selalu membangun kerja sama fardu kifayah yang mengakar
dengan sesama alumi, di masyarakat.
masyarakat serta pemerintah b. Mendidik santri ahli dalam
maupun organisasi-organisasi bidang ilmu Fiqih Islam.
kemasyarakatan lainnya untuk
45

kemajuan Pondok Pesantren c. Mendidik santri terampil dalam


Darul Ilmi. ilmu pengetahuan dan
b. Mempersiapkan peserta didik teknologi.
(santri) ahli dibidang Ilmu d. Mendidik santri agar memiliki
Agama Islam serta memiliki skill hidup dan berakhlak mulia
wawasan yang cukup terhadap
iptek dengan landasan imtaq
yang mantap.

5. Struktur Madrasah Muallimin Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru

GAMBAR 4.1 5. STRUKTUR MADRASAH MUALLIMIN


PONDOK PESANTREN DARUL ILMI BANJARBARU

B. Paparan Data

1. Fenomena Perjodohan Perjodohan di Pondok Pesantren Darul Ilmi


Banjarbaru

Sebagaimana yang penulis kemukakan terdahulu, bahwa masalah

yang akan disajikan dalam skripsi ini adalah tentang Fenomena


46

Perjodohan Perjodohan di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru. Data

yang diperoleh dari hasil yang dikumpulkan dengan teknik pengumpulan

data diantaranya observasi, wawancara, dan dokumentasi yang digali

pada objek penelitian “Fenomena Perjodohan Perjodohan di Pondok

Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru”.

Berikut Fenomena Perjodohan Perjodohan di Pondok Pesantren

Darul Ilmi Banjarbaru:

a. Cara Bapak Pimpinan dalam menjodohkan

Adapun perjodohan yang dilakukan Bapak Pimpinan Pondok

Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru, tidak semerta-merta menjodohkan

alumninya, melainkan telah melalui pertimbangan terlebih dahulu

dan juga tidak lepas dari usaha awal yang beliau lakukan dan apabila

hasil usaha awal itu baik lalu kiai langsung mempertemukan

keduanya untuk menjodohkannya, hal tersebut dapat kita ketahui

sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Pimpinan yaitu Drs. K.H

Himron Mahmud M.I.Kom, menyampaikan:

“Santri yang sudah selesai mondok atau selesai kuliah saya


panggil ke rumah, ta’aruf itu namanya, jika belum ada pilihan maka
kita tawarkan si A atau si B. dan juga jika bapa mendengar ada
alumni yang dekat dan saling mengenal itu bapa panggil ke rumah
juga, biasanya sebelum dipanggil ke rumah kita panggil satu-satu
dulu dengan menanyakan kesiapan mereka jika dijodohkan”.62

62
K.H Himron Mahmud/Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru, Wawancara
Pribadi, Banjarbaru, 21 Februari 2023
47

Pernyataan Bapak Pimpinan mengenai usaha awal dalam

melakukan perjodohan tersebut juga dikuatkan oleh seorang alumni

yaitu AS, mengatakan:

“Beliau menemui saya, kemudian menanyakan apakah kamu mau


menikah dengan si A”63

Pada dasarnya Bapak Pimpinan tidak sembarangan dalam

menjodohkan alumni yang ada di pesantren beliau, karena ada

pertimbangan yang Bapak Pimpinan lakukan sebelum menjodohkan

alumni dari santri beliau, bapak piminan mengatakan:

“Didalam menjodohkan yang bapa pertimbangkan itu sekufu,


yang paling mendasar itu sekufu dalam hal pengetahuan agama.
Contohnya karena sama-sama alumni sudah sekufu itu apalagi
keduanya sudah menempuh pendidikan minimal S1.”64

Dalam praktiknya perjodohan yang dilakukan tidak sesingkat

yang dijelaskan, akan tetapi melalui berbagai proses untuk sampai

kepada pernikahan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak

Pimpinan, bahwasanya:

“Setelah mereka bertemu di rumah lalu kita awasi dengan batas


waktu yang sudah ditentukan, tidak lama misalkan 1 jam dengan
membiarkan mereka berbicara apasaja ataupun membicarakan
kehidupan mereka kedepannya setelah mereka selesai baru bapa
hubungi orangtua mereka, terutama pihak perempuan, kadang bapa
sendiri yang datang kesana atau bapa menyuruh guru lain untuk
mendatangi keluarga pihak perempuan. Dan alhamdulillah setiap
ada pertemuan itu akhirnya jadi mereka untuk menikah”65

63
AS/Informan Implikasi Keluarga Sakinah, Wawancara Pribadi, Banjarbaru, 23 Februari
2023
64
K.H Himron Mahmud/Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru, Wawancara
Pribadi, Banjarbaru, 21 Februari 2023
65
K.H Himron Mahmud/Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru, Wawancara
Pribadi, Banjarbaru, 21 Februari 2023
48

Pernyataan Bapak Pimpinan mengenai praktik dalam melakukan

perjodohan tersebut senada dengan pernyataan alumni di Pondok

Pesantren Darul Ilmi yaitu MI, mengatakan:

“Pertama-tama bapak memanggil saya kerumah beliau


menanyakan kesiapan saya jika untuk dijodohkan dengan
perempuan pilihan beliau, kemudian beliau mempertemukan kami
berduda di rumah beliau dan kamipun diberikan kesempatan oleh
bapak untuk berbicara mengenai kedepannya jika kaxmi
membangun rumah tangga dan bismillah pada saat itu kami sepakat
untuk membangun rumahtangga, kemudian bapak menghubungi
orang tua isteri saya, sehingga terjadilah ikatan perkawinan antara
kami.”66

Namun, pada praktiknya tidak semua alumni yang dijodohkan

Bapak Pimpinan murni beliau yang memilihkan pasangannya seperti

yang di alami AL, mengatakan:

“Kalau kami sama-sama suka dan kebetulan sudah ada menjalin


kedekatan sebelumnya, kemudian kedengaran Bapak Pimpinan lalu
kami dipanggil beliau ke rumah beliau untuk dijodohkan.”67

Pernyataan mengenai perjodohan yang tidak murni tersebut juga

dibenarkan oleh Bapak Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ilmi,

mengatakan:

“Tidak semua yang bapa jodohkan itu murni bapa yang


menjodohkan, ada juga yang ketika bapa dengar ada alumni yang
saling dekat dan bapa tanyakan kepada mereka kebenarannya lalu
bapa pertemukan mereka.”68

66
MI/Informan Implikasi Keluarga Sakinah, Wawancara Pribadi, Banjarbaru, 26 Februari
2023
67
AL/Informan Implikasi Keluarga Sakinah, Wawancara Pribadi, Banjarbaru, 24 Februari
2023
68
K.H Himron Mahmud/Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru, Wawancara
Pribadi, Banjarbaru, 21 Februari 2023
49

Kemudian Bapak Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ilmi

memberitahu trik keberhasilan beliau dalam melakukan perjodohan:

“Didalam menjodohkan kita perhitungkan dulu dari awal dengan


melihat keadaan yang akan dijodohkan sehingga dengan izin allah
yang kita pertimbangkan insyaallah berhasil dalam menjodohkan”69

b. Latar Belakang dan Tujuan Perjodohan di Pondok Pesantren Darul

Ilmi Banjarbaru

Bahwasanya di Pondok Pesantren ini sampai sekarang masih

sangat kental dengan sistem klasiknya yakni perjodohan yang

dilakukan oleh Bapak Pimpinan terhadap alumni di Pondok

Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru sudah berlangsung dari tahun 2000,

sampai sekarang sudah sekitar 20 pasang alumni yang sudah Bapak

Pimpinan jodohkan. Ketika penulis tanyakan kepada Bapak

Pimpinan mengenai latar belakang Bapak Pimpinan dalam

melakukan perjodohan beliau mengatakan:

“Bapa Ingin membanggakan nabi dengan memperbanyak ummat


nabi melalui perjodohan karena nabi di hari kiamat nanti bangga
dengan ummat beliau yang banyak” 70

kemudian beliau menyampaiakan sabda nabi yang berbunyi:

‫وم ال ِْقيَ َام ِة‬ ِ


َ َ‫تَ َزَّو ُجوا ال َْو ُد ْو َد ال َْول ُْو َد فَِإِّنْ ُم َكاشر بِ ُك ُم اْألَنْبِيَاءَ ي‬
Artinya: “Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat
mempunyai anak banyak karena sesungguhnya aku akan berbangga
dengan sebab banyaknya kamu dihadapan para Nabi nanti pada

69
K.H Himron Mahmud/Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru, Wawancara
Pribadi, Banjarbaru, 21 Februari 2023
70
K.H Himron Mahmud/Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru, Wawancara
Pribadi, Banjarbaru, 21 Februari 2023
50

hari kiamat” (Shahih Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dan Sa’id bin
Manshur dari jalan Anas bin Malik).

Hadis tersebut juga dijadikan Bapak Pimpinan sebagai tujuan

dalam melakukan perjodohan, sebagaimana yang beliau sampaikan

kepada penulis:

“Tidak ada tujuan lain kecuali mendukung atau mensupport dakwah


nabi dengan memperbanyak ummatnya nabi melalui perjodohan.”71

c. Pendapat Alumni Yang dijodohkan Bapak Pimpinan terhadap

Perjodohan di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru

Perjodohan di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru masih

eksis sampai saat ini karena mendapatkan respon posistif dari alumni

Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru, ini bisa dibuktikan dengan

beberapa alumni yang memang sangat menyetujui perjodohan

tersebut. Sebagaimana yang disampaikan oleh Informan pertama

dari alumni aktif dalam mengabdikan dirinya di Pondok Pesantren

Darul Ilmi Banjarbaru yaitu RM, pendapat RM mengenai

perjodohan yang dilakukan Bapak Pimpinan:

“Menurut saya perjodoh yang dilakukan oleh seorang kyai atau


ulama itu, merupakan keberuntungan bagi yang dijodohkan, karena
akan mendapat keberkahan Dari Allah SWT sebab pilihan ulama
merupakan pilihan Allah lewat perantara seorang ulama atau
kiyai.”72

71
K.H Himron Mahmud/Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru, Wawancara
Pribadi, Banjarbaru, 21 Februari 2023
72
RM/Informan Implikasi Keluarga Sakinah, Wawancara Pribadi, Banjarbaru, 24 Februari
2023
51

Informan selanjutnya yang akan dipaparkan hasil wawancara

ialah MI. Selain sebagai Alumni, Dia juga berperan sebagai Pengajar

di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru. Dari fenomena

penjodohan oleh Bapak Pimpinan, MI mengatakan:

“perjodohan yang dilakukan bapak pimpinan merupakan sebuah


upaya atau usaha menyatukan kedua insan sebagai pasangan hidup
yang keduanya tidak saling mengenal sebelumnya, dengan arahan
serta panduan yang telah diinstruksikan bapak pimpinan kepada
kami berdua, agar bisa dilanjutkan kepada sebuah jenjang
pernikahan dan menjadi keluarga yang bahagia dan langgeng sampai
mempunyai keturunan dan hidup berkelanjutan.”.73

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan AS, sebagai

Alumni yang dijodohkan oleh Pimpinan Pondok Pesantren Darul

Ilmi Banjarbaru, mengatakan:

“Bagus sekali perjodohan yang dilakukan Bapak Pimpinan itu,


karena menurut sepengatahuan saya tidak ada yang gagal dalam
berumah tangga.”74

2. Implikasi Perjodohan di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru


Terhadap Keluarga Sakinah

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan beberapa santri

yang telah dijodohkan oleh pengasuh. Dari penelitian ini dapat

mengetahui bagaimana implikasi perjodohan tersebut terhadap upaya

terbentuknya keluarga sakinah, dalam hal ini penulis mengacu pada

konsep petunjuk pelaksanaan pembinaan gerakan keluarga sakinah

73
MI/Informan Implikasi Keluarga Sakinah, Wawancara Pribadi, Banjarbaru, 23 Februari
2023
74
AS/Informan Implikasi Keluarga Sakinah, Wawancara Pribadi, Banjarbaru, 23 Februari
2023
52

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1999

Tentang Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah.

Berikut implikasi perjodohan yang dilakukan bapak pimpinan

terhadap upaya terbentuknya keluarga sakinah.

a. Pendapat Para Alumni Yang Dijodohkan Bapak Pimpinan Tentang

Kebahagiaan Dalam Rumah Tangganya

Sebagai Alumni yang dijodohkan oleh Pimpinan Pondok Pesantren

Darul Ilmi Banjarbaru, AL mengatakan:

“Ya senang dijodohkan bapak pimpinan, karena disitu bentuk


perhatian yang luar biasa dari bapak terhadap alumni di Pondok
Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru.”75

Juga diungkapkan oleh AQ, alumni yang dijodohkan oleh Pimpinan

Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru, mengatakan:

“Alhamdulillah baik, karena Bapak Pimpinan sudah


mempertimbangkan segala sesuatunya sebelum menjodohkan,
seperti melihat sifat, karakter, hitungan nama yang akan dijodohkan
agar nantinya menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah
setelah menikah.”76

Kemudian AS alumni yang dijodohkan oleh Pimpinan Pondok

Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru dengan gembiranya mengatakan:

“Bagus sekali perjodohan yang dilakukan bapak pimpinan itu,


karena menurut sepengatahuan saya tidak ada yang gagal dalam
berumah tangga”.77

75
AL/Informan Implikasi Keluarga Sakinah, Wawancara Pribadi, Banjarbaru, 24 Februari
2023
76
AQ/Informan Implikasi Keluarga Sakinah, Wawancara Pribadi, Banjarbaru, 24 Februari
2023
77
AS/Informan Implikasi Keluarga Sakinah, Wawancara Pribadi, Banjarbaru, 23 Februari
2023
53

b. Pendapat Para Alumni Yang Dijodohkan Bapak Pimpinan Tentang

Kecukupan Sandang Papan Dan Pangan Dalam Rumah Tangganya

Implikasi perjodohan yang dilakukan oleh Pengasuh Pondok

Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru terhadap urusan sandang pangan

dalam kehidupan setiap harinya dapat dikatakan sangat baik.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh MI, alumni yang dijodohkan

bapak pimpinan:

“Alhamdulillah, sudah lebih dari cukup, meskipun saya hanya


mengajar di pondok Alhamdulillah dalam kebutuhan sehari-hari
diberikan kecukupan”.78

Kemudian RM, di antara alumni yang dijodohkan bapak

pimpinan juga merasakan seperti yang di rasakan MI, RM

mengatakan:

“Alhamdulillah Allah memudahkan dan menjamin hal ini untuk


orang yang sudah berkeluarga khususnya saya sendiri”

c. Pendapat Para Alumni Yang Dijodohkan Bapak Pimpinan Tentang

Dampak Perjodohan Terhadap Pertengkaran Atau Selisih Pendapat

Dalam Keluarga

Mengenai perihal dalam permasalahan rumah tangga seperti

pertengkaran atau selisih pendapat, MI alumni yang sekarang aktif

mengajar di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru mengatakan:

78
MI/Informan Implikasi Keluarga Sakinah, Wawancara Pribadi, Banjarbaru, 26 Februari
2023
54

“Dalam kehidupan saya mungkin bisa dihitung jari dan sangat


jarang, karena kami kan sudah mempunyai janji pada awal kami
dijodohkan, maka dengan janji itu kita akan saling sadar dan
menerima dengan segala persoalan dalam rumah tangga yaa
Alhamdulillah keluarga saya senang dan bahagia sampai
sekarang.”79

Juga disampaikan oleh SMW dan SH, pasangan yang sudah lama

menjalani keluarga dan juga dijodohkan oleh Pimpinan Pondok

Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru, memaparkan:

“Selama ini yaa bisa dikatakan jarang, dan tidak sering yang terjadi
di antara kita hanya sebatas perbedaan pendapat saja, namun tidak
sampai pada pertengkaran yang besar dan itu pun jika bertengkar kita
selesaikan bersama dengan cepat tidak sampai berhari-hari.”80

d. Pendapat Para Alumni Yang Dijodohkan Bapak Pimpinan Terhadap

Peran Mereka Dalam Masyarakat

Mengenai peran dalam masyarakat, beberapa keluarga yang

dijodohkan bapak pimpinan memiliki peran penting terhadap

masyarakat seperti AL alumni yang dijodohkan bapa pimpinan,

mengatakan:

“Kalau peran setidaknya saya menjadi contoh untuk orang di


kampung saya, kadang diminta memimpin membaca doa.”81
Begitu pula dengan AQ yang memiliki peran penting didalam

bermasyarakat, AQ mengatakan:

“Saya hanya sekedar sebagai pembimbing yasinan di lingkungan


komplek”.

79
MI/Informan Implikasi Keluarga Sakinah, Wawancara Pribadi, Banjarbaru, 26 Februari
2023
80
SMW/Informan Implikasi Keluarga Sakinah, Wawancara Pribadi, Banjarbaru, 25
Februari 2023
81
AL/Informan Implikasi Keluarga Sakinah, Wawancara Pribadi, Banjarbaru, 24 Februari
2023
55

Namun tidak semua alumni yang dijodohkan bapak pimpinan

memiliki peran di dalam bermasyarakat, seperti yang diungkapkan

oleh MI:

"Saya belum memiliki peran yang sangat diperlukan dalam


bermasyarakat”.

e. Pendapat Para Alumni Yang Dijodohkan Bapak Pimpinan Terhadap

Masalah Kriminal, Asusila dan KDRT

Masalah kriminal, asusila dan kekerasan dalam rumah tangga

yang merupakan salah satu bentuk konflik menyerang individu atau

anggota keluarga secara fisik maupun secara verbal. Menanggapi hal

itu AL mengatakan:

“Alhamdulillah untuk sampai sekarang ini belum pernah terjadi hal


seperti itu pada keluarga kami.”

Begitupula dengan SMW yang mengatakan:

“Alhamdulillah saya tidak pernah terlibat dalam kasus kriminal dan


melakukan KDRT.”

C. Analisis Data

Berdasarkan data yang telah disajikan tentang Fenomena Perjodohan

Perjodohan di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru Serta Implikasinya

Terhadap Keluarga Sakinah penulis memberikan analisis sederhana

terhadap apa yang ingin diteliti pada penulisan ini.


56

1. Fenomena Perjodohan Perjodohan di Pondok Pesantren Darul Ilmi


Banjarbaru

Berdasarkan Informasi yang yang diperoleh ketika wawancara,

Perjodohan di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru terealisasi

sampai sekarang berdasarkan upaya dan peran Pengasuh untuk

menjodohkan para Alumni nya dan respon baik dari alumni -alumninya

terhadap perjodohan tersebut.

a. Cara Bapak Pimpinan dalam menjodohkan

Berdasarkan yang disampaikan oleh para informan perjodohan

yang dilakukan oleh para pengasuh Pondok Pesantren Darul Ilmi

Banjarbaru nampaknya meneladani dari Hadits Rosulullah SAW

yaitu dengan memintakan persetujuan dari seorang perempuan dan

walinya seperti memanggil kerumah bapak pimpinan untuk

mempertemukan yang ingin bapak pimpinan jodohkan dalam satu

ruangan sebagimana dalam hadits disebutkan yang diriwayatkan

oleh Abu Hurairah RA beliau bersabda:

ِ ‫ َيَ رسو َل‬:‫َْل تُ ْن َكح ْاْلَِي ح َّّت تُستأْمر وَْل تُ ْن َكح البِ ْكر ح َّّت تُستأْذَ َن قَالُوا‬
‫للا‬ ُْ َ َ ْ َْ َ ُ ُ َ ََ َْ َ ُ ُ
‫ت‬ َ َ‫ف اِ ْذ ُنَا؟ ق‬
َ ‫ اَ ْن تَ ْس ُك‬:‫ال‬ َ ‫َوَك ْي‬
Artinya: “Janda, tidak boleh dinikahi sampai diminta
persetujuannya. Anak gadis tidak boleh dinikahi sampai diminta
izinnya”. Para sahabat bertanya, “Bagaimana izimnya?” Jawab
Rasul, “ Anak gadis itu dengan diamnya”. (HR. Bukhari Muslim).82

82
Imam Muslim, Shahih Muslim, (Bairut :Dar al-Fikr, tt.), Juz. 9, h. 191
57

Konsep kafa’ah dalam seagama dan memiliki latar pendidikan

yang sama menjadi faktor perjodohan di Pondok Pesantren Darul

Ilmi Banjarbaru mempunyai tujuan agar tetap terjadi hubungan

pernikahan yang sakinah, mawaddah warahmah. Yang mana apabila

seorang pimpinan menjodohkan alumni di pesantrennya tidak

berdasarkan kesetaraan maka dihawatirkan akan menyebabkan

terjadinya ketidak harmonisan dalam rumah tangga.

Mengenai hak ijbar yang menjadi usaha awal Bapak Pimpinan

menjodohkan alumninya, menurut penulis ketika Bapak Pimpinan

telah melaksanakan itu dengan berdialog atau memusyawarahkan

terlebih dahulu kepada yang akan dijodohkannya ketika hendak

menjodohkannya, agar tidak melanggar Pasal 6 ayat (1) Undang-

undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Pasal 16 ayat (1)

Kompilasi Hukum Islam. Dimana UU Perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam menjelaskan bahwa perkawinan harus disetujui oleh

kedua calon mempelai, tidak boleh ada intervensi dari pihak

manapun.

Selain itu dengan menikah seseorang akan merasa tenang dan

damai. Karena ada pendamping hidup yang selalu setia baik dalam

keadaan suka maupun duka. Serta mempunyai peluang yang besar

dalam upaya membangun keluarga sakinah. Akan tetapi semua itu

tidak akan terwujud bila tidak ada fondasi yang kuat, terutama dalam

hal agama. Dengan adanya ilmu agama yang baik dalam sebuah
58

keluarga akan sangat membantu dalam rangka mewujudkan

keluarga sakinah.

Dalam menjodohkan, Bapak Pimpinan Pondok Pesantren Darul

Ilmi Banjarbaru tidak semuanya murni beliau yang menjodohkan

alumninya, ada yang sudah dekat terlebih dahulu baru bapak

pimpinan panggil untuk mempersatukannya dalam sebuah ikatan

akad atau pernikahan, sebab dengan adanya akad dalam pernikahan

menjadikan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang semula

haram menjadi halal. Mereka menjadi sepasang suami–istri yang sah

dan bisa memperoleh keturunan yang baik.

b. Latar Belakang dan Tujuan Perjodohan di Pondok Pesantren Darul

Ilmi Banjarbaru

Adapun penjodohan yang terjadi dan dilaksanakan oleh bapak

Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru terhadap alumni

di pesantren beliau merupakan bentuk usaha dalam menjadikan agar

bersatu dan berjodoh, sehingga tujuan dari perjodohan yaitu sebagai

medan dakwah menjalankan misi Rosulullah SAW, selain

merupakan Sunnah Rosul dan menjadikan keluarganya harmonis

dan sakinah.

Pada dasarnya pernikahan bertujuan untuk mewujudkan

kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Juga untuk menjaga kehormatan diri dan memperoleh keturunan

yang baik.
59

c. Pendapat Alumni Yang Dijodohkan Bapak Pimpinan terhadap

Perjodohan di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru

Perjodohan terealisasi sampai sekarang berdasarkan upaya dan

peran Bapak Pimpinan untuk menjodohkan alumninya dan respon

baik terhadap perjodohan tersebut. Berdasarkan data wawancara

dengan informan tidak ada penolakan, bahkan sebuah kebahagiaan

dari santri yang akan bapak pimpinan jodohkan dikarenakan mereka

mengharap keberkahan didalam rumahtangga mereka ketika

dijodohkan oleh bapak pimpinan.

2. Implikasi Perjodohan di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru


Terhadap Keluarga Sakinah

Pada dasarnya pernikahan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan

rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Juga untuk menjaga

kehormatan diri dan memperoleh keturunan yang baik. Sebab dengan

adanya akad dalam pernikahan menjadikan hubungan antara laki-laki dan

perempuan yang semula haram menjadi halal. Mereka menjadi sepasang

suami–istri yang sah dan bisa memperoleh keturunan yang baik.

Selain itu dengan menikah seseorang akan merasa tenang dan damai.

Karena ada pendamping hidup yang selalu setia baik dalam keadaan suka

maupun duka. Serta mempunyai peluang yang besar dalam upaya

membangun keluarga sakinah. Akan tetapi semua itu tidak akan terwujud

bila tidak ada fondasi yang kuat, terutama dalam hal agama. Dengan
60

adanya ilmu agama yang baik dalam sebuah keluarga akan sangat

membantu dalam rangka mewujudkan keluarga sakinah

Implikasi dari perjodohan yang dilakukan Pengasuh Pondok

Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru memiliki implikasi yang baik bagi

Alumni yang dijodohkan, pernyataan tersebut bisa dibuktikan setelah

peneliti mewawancarai Alumni terkait keberlangsungan berumah tangga

semenjak dijodohkan. Sebagaimana yang di paparkan oleh para Alumni

sebagian mereka mengatakan bahwa perjodohan tersebut memberikan

banyak konstribusi bagi keberlangsungan dan kesejahteraannya dalam

menciptakan keluarga sakinah.

Al Quran telah memberikan petunjuk akan upaya dalam membina

kehidupan rumah tangga dengan baik. Sebagaimana yang telah

firmankan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an Surah Ar-Ruum Ayat 21:

ً‫اجا لِتَ ْس ُكنُوا إِل َْي َها َو َج َع َل بَ ْي نَ ُكم َّم َو َّدة‬ ِ ِ ِِ ‫وِمن‬
ً ‫آَيته أَ ْن َخلَ َق لَ ُكم م ْن أَن ُفس ُك ْم أَ ْزَو‬
َ ْ َ
‫ت لَِق ْوٍم يَتَ َف َّك ُرو َن‬
ٍ ‫ك ََلَي‬ِٰ
َ َ ‫َوَر ْْحَةً ۚ إِ َّن ِِف ذَل‬
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Allah
SWT menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-
Ruum: 21)

Dari data wawancara di antara pasangan yang dijodohkan tidak ada

satupun di antara mereka yang memungkiri terjadinya pertengkaran dan

selisih pendapat selama menjalani kehidupan berkeluarga, hanya saja

mereka mengatakan bahwa pertengkaran dan selisih pendapat di antara


61

mereka dapat terselesaikan dan tidak berlarut-larut sampai keluarga dari

kedua belah pihak berujung pada perceraian. Hal ini dikarenakan

keduanya menyadari bahwa dalam berkeluarga sikap saling mengerti

dalam menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Ketika

keduanya sudah memahami dan saling mengalah serta tidak

mengedepankan emosional, maka problem yang mereka hadapi pasti bisa

terselesaikan secara lebih dewasa. Berdasarkan yang telah tertera Dalam

Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia pada nomor 03

pada tahun 1999 tentang pembinaan gerakan keluarga sakinah telah

menghasilkan beberapa kriteria sebagai tolak ukur keluarga sakinah,

yaitu keluarga sakinah III plus yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat

memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul

karimah secara sempurna, kebutuhan sosial psikologis dan

pengembangannya serta dapat menjadi suri tauladan bagi lingkungannya.

Setelah melalui wawancara terhadap informan dari penelitian ini ialah

perjodohan yang dilakukan oleh Bapak Pimpinan Pondok Pesantren

Darul Ilmi Banjarbaru terhadap alumninya selaras dengan keluarga

sakinah III plus dikarenakan hampir semua alumni yang dijodohkan

bapak pimpinan mayoritas dan Rata-rata keluarganya mempunyai ijazah

sarjana dan berprofesi sebagai seorang guru, sudah sepatutnya seorang

yang terdidik dan menjadi pendidik atau guru memiliki sifat, sikap, dan

perilaku yang baik terutama di dalam lingkup pendidikan atau dalam

bermasyarakat. Dengan demikian Kelurganya Mampu menjadi contoh


62

dan suri tauladan yang baik bagi masyarakat sekitarnya, setidaknya

dengan menjadi guru dapat menjadi suri tauladan dan panutan serta

contoh oleh peserta didiknya. Selain itu alumni yang dijodohkan bapak

pimpinan ada juga yang menjadi tokoh agama baik dalam organisasi atau

masyarakat, mereka memiliki tugas di masyarakat seperti memimpin

kegiatan keagamaan seperti ibadah, pengajian, dan lain sebagainya.

yangmana mereka berperan penting dalam membentuk moral dan

karakter masyarakat agar selalu memegang teguh nilai-nilai keagamaan.

salah satu contohnya seperti yang dialami dan disampaikan AL terkait

hal tersebut.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan telah dipaparkan pada bab

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Fenomena Perjodohan di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru

terealisasi sampai sekarang berdasarkan upaya dan peran Bapak Pimpinan

untuk menjodohkan para alumninya dan respon baik dari Alumni Pondok

Pesantren Darulm Ilmi terhadap perjodohan tersebut.

a. Cara Bapak Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru

dalam menjodohkan yaitu dengan memanggil alumni yang ingin

beliau jodohkan kemudian mempertemukan santri yang ingin beliau

jodohkan di rumah beliau

b. Latar Belakang dan Tujuan Perjodohan di Pondok Pesantren Darul

Ilmi Banjarbaru merupakan sebagai medan dakwah menjalankan

misi Rosulullah SAW, selain merupakan Sunnah Rosul dan

menjadikan keluarganya harmonis dan sakinah.

c. Pendapat Alumni Yang Dijodohkan Bapak Pimpinan terhadap

Perjodohan di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru yaitu

dengan memberikan respon yang baik terhadap perjodohan

tersebut.

63
64

2. Implikasi perjodohan oleh Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ilmi

Banjarbaru berimplikasi baik dan termasuk sakinah III plus berdasarkan

tolak ukur yang tertera dalam surat keputusan menteri agama republik

Indonesia pada nomor 03 pada tahun 1999 tentang pembinanan gerakan

keluarga sakinah, meskipun tidak terimplikasi secara keseluruhan namun

di antara Keluarga mereka ada yang menjadi tokoh agama baik dalam

organisasi atau masyarakat, dan mayoritas Rata-rata keluarganya

mempunyai ijazah sarjana serta keluarganya Mampu menjadi contoh dan

suri tauladan yang baik bagi masyarakat sekitarnya.

B. Saran

Berdasarkan dari pemaparan di atas dan penelitian yang telah peneliti

lakukan sesuai kemampuan peneliti, maka peneliti mempunyai saran-saran

sebagai berikut:

1. Kepada seluruh alumni di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru

yang masih menimba ilmu ataupun yang sudah menjadi alumni, agar

selalu menjadi alumni yang taat kepada guru yaitu kiai, lebih-lebih bisa

melanjutkan tradisi perjodohan yang telah di bangun oleh Bapak

Pimpinan, untuk menanamkan rasa cinta yang mendalam kepada

pesantren dan senantiasa taat terhadap apa yang diputuskan oleh kiai,

maka niscaya akan mendapatkan barokah beliau terutama dalam hal

perjodohan yang menjadikan keluarga sakinah

2. Kepada Masyarakat luas fenomena atau tradisi yang ada di Pondok

Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru agar supaya dilestarikan dan


65

dijadikan sebagai contoh baik dalam mencari jodoh terhadap putra

putrinya.

Anda mungkin juga menyukai