Anda di halaman 1dari 14

NIKAH LINTAS AGAMA DALAM SUDUT PANDANG AL QUR’AN

Oleh :

Fatmatuzzahra (12301193052)

Ilmu al Qur’an dan Tafsir 4B

Institut Agama Islam Negeri Tulungagung

fatmatuzzzahra@gmail.com

PENDAHULUAN

Pernikahan menjadi hal yang bisa dikatakan sebuah impian setiap orang, apalagi
yang sudah siap semuanya untuk melakukan ritual suci ini. Pernikahan juga merupakan
tahapan dalam kehidupan manusia. Pernikahan memilki definisi secara umum yaitu
ikatan lahir batin antara dua insan manusia dengan tujuan membentuk keluarga yang
bahagia dan kekal. Pernikanan menjadi hal yang wajar dilakukan kapanpun dan
dimanapun sesuai dengan adat atau kebiaasaan yang ada. Di Indonesia sendiri yang
terkenal dengan keberagaman budaya, memiliki berbagai macam cara untuk melakukan
ritual pernikahan sesuai dengan daerah masing-masing.

Dalam ajaran islam sendiri pernikahan menjadi salah satu ibadah sunah yang
dapat kita lakukan. Banyak nilai positif dari pernikahan yang dilakukan dengan benar.
Pernikahan dalam islam memiliki arti terkumpul atau menyatu. Secara istilah memiliki
arti akad yang mengandung kebolehan melakukan hubungan suami istri dengan lafal
nikah atau kawin. Pernikahan menjembatani kita agar terhalah dari perilaku tercela
misalnya adalah zina. Dengan begitu, demi menjaga kehormatan kita baik laki-laki
maupun perempuan sangat dianjurkan untuk melakukan pernikahan ini. Namun tetap
saja dengan syarat dan ketentuan hukum yang berlaku.

Meski demikan, tentu masih banyak problem yang ada ditengah-tengah


masyarakat dunia tentang pernikahan ini salah satunya yaitu nikah berbeda agama atau
nikah berbeda keyakinan. Sebagai warna negara Indonesia dengan tingkat keberagaman
yang tinggi termasuk dari segi agama, menjadi salah satu faktor munculnya problem ini.
Kita di tuntut untuk memiliki jiwa toleransi yang tinggi dengan barbagai kalangan

NIKAH LINTAS AGAMA DALAM SUDUT PANDANG AL QUR’AN 1


termasuk dengan masyarakat yang berbeda agama dengan kita. Dengan kita berbaurnya
dengan orang lain yang berbeda keyakinan tentu sangat munkin untuk masing-masing
manusia timbul perasaan satu sama lain dan berujung pada pernikahan beda agama.
Dengan dibutakannya oleh cinta mereka tidak memandang status agamanya yang
berbeda.

Atas latar belakang yang sudah penulis paparkan. Maka pada kajian kali ini,
penulis ingin membahas tentang pandangan islam terhadap pernikahan beda agama
dengan bersanda pada sumber pokok ajaran islam yaitu al Quran dan hadits.

PEMBAHASAN

A. Pengertian pernikahan
Seperti yang sudah dijelaskan sedikit di atas mengenai pengertian dari
pernikahan beda agama ataupun pengertian dari pernikahan itu sendiri. Bahwasanya
pernikahan menurut bahasa Indonesia artinya ikatan (akad) atau kawin. Nikah dalam
bahasa arab disebut juga dengan nakaha-nikaahan yang berarti mengawini atau
menikah. Dalam ranah al Qur’an dan hadits pernikahan disebut juga dengan al nikah
dan al ziwaj/al zawj/ al zijah. Al nikah secara harfiah berasal dari kata al wat’u,al
dammu dan al jam’u. Al wat’u yang artinya berjalan diatas, melalui, menggauli, dan
bersetubuh atau bersenggama. Al dammu artinya mengumpulkan, memegang,
menggenggam, menyatukan atau memeluk. Al jam’u berarti mengumpulkan,
menghimpun, menyatukan, menggabungkan dan menyusun.1
Jadi dapat disimpulkan bahwa pernikahan memiliki pengertian yaitu akad yang
menghalalkan pergaulan dan membatasi hak-hak dan kewajiban serta tolong-menolong
antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Beberapa para ahli juga
mendefinisikan nikah sebagai berikut :
1. Sayuti Talib
Menurut beliau penikahan ialah perjanjian suc membentuk keluarga
antara laki-laki dan perempuan.
2. Mahmud Yunus

1
Muhammad Yunus, Skripsi: Pernikahan Beda Agama Prespektif al qur’an (Makasar:UIN Alaudin
Makasar,2014) h, 10

NIKAH LINTAS AGAMA DALAM SUDUT PANDANG AL QUR’AN 2


Menegaskan bahwa pernikahan adalah akad antara calon suami dan
istri untuk memenuhi hajat yang telah diatur oleh syariat.
3. Zahry Hamid
Merumuskan nikah menurut Syara’ ialah akad atau ijab qobul antara
wali calon istri dan mempelai laki-laki dengan ucapan tertentu dan
memenuhi rukun serta syaratnya.2

Berdasarkan beberapa pengertian di atas walaupun memiliki kalimat


yang berbeda, tetapi mempunyai makna atau inti yang sama. Dengan begitu pernikahan
yaitu suatu akad atau suatu ikatan yang bertujuan untuk menghalalkan hubungan
kelamin dua insan manusia antara laki-laki dan perempuan dengan harapan
mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang diiringi rasa kenyamanan dan
ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang diridhoi Allah swt.

B. Pengertian pernikahan beda agama


Pernikahan beda agama menjadi hal inti yang akan dibahas pada kajian kali ini.
Pengertiannya sendiri tidak jauh berbeda dengan pengertian nikah secara umum.
Pernikahan beda agama yaitu seorang laki-laki dan perempuan yang terikat secara lahir
batin namun mereka memiliki agama atau keyakinan yang berbeda, sehingga
menyebabkan tersangkutnya dua peraturan yang berlainan perihal syarat-syarat dan tata
cara pelaksanaan pernikahan sesuai dengan hukum agamanya masing-masing dengan
tujuan membentuk keluarga bahagia dan kekal.
Para ahli juga menyatakan tentang pernikahan beda agama ini. Berikut pemaparan
dari beberapa para ahli muslim dan pandangan ahli non muslim :
1. Menurut Masfuk Zuhdi, beliau menyatakan bahwasanya pernikahan beda agama
merupakan pernikahan antara orang muslim dengan non-muslim.3
2. Romo Antusius Dwi Joko, menurutnya pernikahan beda agama yaitu pernikahan
antara seorang baptis Katolik dengan pasangan yang bukan Katolik (bisa
dibaptis oleh gereja lain atau sama sekali tidak dibaptis).
C. Tujuan pernikahan

2
Ibid, h. 11
3
Masfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (Jakarta : PT. Toko Gunung Jati, 1997). H. 4

NIKAH LINTAS AGAMA DALAM SUDUT PANDANG AL QUR’AN 3


Pernikahan merupakan suatu hal positif yang sudah mendarah daging dikehidupan
manusia. Dengan begitu, pernikahan memiliki tujuan-tujuan yang sangat positif dan
baik untuk kita jalankan. Hal ini juga disandarkan dari al Quran dan Hadits Nabi SAW.

1. Menguatkan ibadah dan membentengi akhlaq manusia


Pernikahan menjadi suatu ikatan suci yang bermanfaat untuk
menjaga kehormatan diri manusia serta untuk menghindari hal-hal yang
dilarang dalam agama islam salah satunya yaitu zina. Seperti yang
dijelaskan dalam hadits nabi sebagai berikut :
‫صنُ ِل ْلفَ ْرجِ َو َه ْن لَ ْن َي ْست َِط ْع‬ َ ‫َض ِل ْل َب‬
َ ْ‫ص ِر َوأَح‬ ُّ ‫ع ْال َبا َءة َ فَ ْل َيت َزَ َّو ْج فَإِنَّهُ أَغ‬ َ َ ‫ب َه ْن ا ْست‬
َ ‫طا‬ ِ ‫ش َبا‬ َّ ‫َيا َه ْعش ََر ال‬
‫ص ْو ِم فَإِنَّهُ لَهُ ِو َجاء‬
َّ ‫فَعَلَ ْي ِه بِال‬

Artinya : "Wahai sekalian pemuda, siapa diantara kalian telah


mempunyai kemampuan, maka hendaklah ia menikah, karena menikah
itu dapat menundukkan pandangan, dan juga lebih bisa menjaga
kemaluan. Namun, siapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa,
sebab hal itu dapat meredakan nafsunya." (H.R Bukhori : 4779).
2. Melaksanakan perintah Allah SWT.
Pernikahan tidak hanya semata-mata menjalin ikatan suci dua
insan manusia, namun juga merupakan salah satu yang diperintahkan
oleh Allah kepada kita untuk melaksanakannya. Menikah menjadi jalan
ibadah yang paling banyak dinanti oleh setiap manusia. Seperti yang
dijelaskan dalam Q.S An Nur ayat 32 yang berbunyi sebagai berikut :

               

   

Artinya : “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara


kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika
mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.
dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.”

NIKAH LINTAS AGAMA DALAM SUDUT PANDANG AL QUR’AN 4


Kita tidak perlu ragu lagi dengan kondisi ekonomi yang kita
terima saat ini. Dengan kita tetap berusaha, bertawakal dan berdo’a
bersama pasangan kita Allah akan membuka pintu rezeki kita dengan
segala kekuasaan Nya.
3. Melestarikan keturunan
Setelah kita mampu melaksanakan ibadah pernikahan tentu
impian selanjutnya adalah mendapatkan keturunan. Setiap keluarga yang
terikat dengan pernikahan pasti mendambakan lahirnya seorang putra
dan putri di tengah-tengah keluarga kecilnya. Mendapatkan putra dan
putri yang sholeh sholehah menjadi salah satu jalan investasi kita di
akhirat. Seperti yang Allah jelaskan dalam firmanNya Q.S An Nahl ayat
72 sebagai berikut :

               

      

Artinya : Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri
dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-
cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah
mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?"

4. Menjadikan penyenang hati dalam melakukan ibadah


Dalam menjalankan rumah tangga tentu setiap pasangan suami
istri berusaha memberikan kebahagiaan dalam keluarga mereka. Hal ini
mampu memicu timbulnya rasa kasih dan sayang diantara mereka.
Pasangan ini juga diharapkan mampu membentuk inssan yang bertakwa
kepada Allah SWT. dengan sepenuh hati. Bersama-sama
memperjuangkan hal-hal kebaikan dan bermanfaat bagi diri sendiri
maupun orang lain. Allah menjelaskan dalam firmanNya Q.S Al Furqon
ayat 74 yang berbunyi :

             

NIKAH LINTAS AGAMA DALAM SUDUT PANDANG AL QUR’AN 5


Artinya : dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami,
anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami
sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-
orang yang bertakwa.
5. Membentuk generasi beriman
Dengan kita memiliki buah hati, pasti kita harus memiliki jiwa
yang bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak kita mengasuh
bahkan merawat hingga cukup usia. Anak merupakan salaah satu jalan
bagi orang tua untuk mempersiapkan bekal akhirat. Maka dari itu setiap
orang tua sangat menginginkan anak yang berbudi luhur dan taat dengan
agama. Seperti yang dijelaskan dalam Q.S At Thur ayat 21 sebagai
berikut :

                

   

Artinya : “Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu


mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu
mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari
pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya.”
6. Mendapatkan ketentraman
Selayaknya keluarga-keluarga pada umumnya. Setiap pasangan
mendambakan keluarga yang sakinah, harmonis, tentram dan
memberikan rasa senang setelah menikah. Pernikahan dianjurkan untuk
mewujudkan tujuan dan niat yang bermanfaat untuk kedepannya. Bukan
hanya untuk memuaskan hawa nafsu semata atau perasaan biologis saja,
namun pernikahan diharapkan mampu memberikan ketentraman dan
kebahagian dunia akhirat. Seperti yang dijelaskan oleh Allah dalam
firman Nya Q.S Ar Rum ayat 21 sebagai berikut :

NIKAH LINTAS AGAMA DALAM SUDUT PANDANG AL QUR’AN 6


                

    

Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia


menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
D. Hukum pernikahan beda agama dalam al Qur’an
Pernikahan beda agama menjadi inti pembahasan pada kajian kali ini. Sudah
menjadi problem yang terbilang ada dan terus mengikuti zaman dari zaman Nabi SAW.
hingga saat ini. Masih banyak masyarakat yang menghiraukan hukum dari nikah lintas
agama. Di Indonesia sendiri masih banyak masyarakat yang melakukan pernikahan
beda keyakinan ini terlepas dari mereka mengetahui hukumnya atau tidak.
Dalam al Qur’an sendiri, penjelasan tentang pernikahan beda agama setidaknya
dapat ditemukan dalam 3 surah. Yang pertama surah al Baqarah ayat 221, yang kedua
yaitu surah al mumtahanah ayat 10, dan yang ketiga yaitu surah al Maidah ayat 5.
Berikut penjelasan dari masing-masing surah :
1. Larangan pria muslim menikah dengan perempuan musryik dan
sebaliknya.
Ketika pasangan laki-laki dan perempuan yang memiliki
keyakinan berbeda kemudian menjalin ikatan suci seperti pernikahan.
Mungkin saja terjadinya suatu hal yang tidak mengenakan di dalam
keluarga tersebut, semisal berbedanya aturan, kewajiban bahkan
keimanan yang mereka anut masing-masing individu. Dengan
kurangnya toleransi bisa saja dapat memicu hal negative yang bisa
berujung pada perceraian. Al Quran dengan tegas melarang
pernikahan antara laki-laki muslim dengan perempuan musyrik,
begitupula sebaliknya melarang pernikahan pria musyrik dengan

NIKAH LINTAS AGAMA DALAM SUDUT PANDANG AL QUR’AN 7


wanita muslimah sampai mereka beriman.4 Dijelaskan dalam Q.S Al
Baqarah ayat 221, yang berbunyi sebagai berikut :

               

                 

           

Artinya : “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik,


sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin
lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan
janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-
wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak
yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik
hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke
surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran.”
K.H Bisri Mustofa dalam tafsir al Ibriz menjelaskan ayat ini
sebagai berikut : siji wektu kanjeng nabi ngutus salah sijine sohabat
menyang Mekah perlu ngajak wong islam kang isih ana ing makkah.
Dumadakan ana ing Mekah kepethuk wong wadon musyrikah kang
ayu rupane, kang njaluk dinikah, sahabat wau mangsuli dhawuh :
aku dak bali disek menyang Madinah, perlu rembukan disek karo
kanjeng nabi, yen diparengaken aku yo gelem. Nuli kanjeng nabi
katurunan ayat iki “aja padha nikah sira kabeh ing wong wadon
musyrikah hingga dheweke iman. Sayektine wong wadon kang
mukmin iku luwih bagus tinimbang wong wadon musyrik kang
nyenengake marang sira kabeh amerga ayune lan bandane. Lan sira
kabeh aja padha nikahake wong lanang musyrik entok wadon kang

4
Nurlizam. Pernikahan Beda Agama dalam Prespektif Al Qur’an dan Hukum Positif Di Indonesia. Jurnal
Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019. h, 276-277

NIKAH LINTAS AGAMA DALAM SUDUT PANDANG AL QUR’AN 8


mukmin hingga wong mau iman. Yekti kawula kang mukmin luwih
bagus katimbang qong musyrik kang nyenengaken amerga bagus lan
sugih e. wong-wong musyrik iku dheweke tansah ajak-ajak marang
neraka. Tetapi Allah Ta’ala negjak-ngajak menyang suargo lan
pangapuran. Allah Ta’ala nerang-nerangake ayat-ayate marang
para menungsa supaya para menungsa pada iling5.
Dalam kitab tafsir tersebut beliau sekaligus menjelaskan asbabun
nuzul dari ayat ini dimana salah satu sahabat nabi yang beliau utus
untuk pergi ke Mekah dengan tujuan mengajak umat muslim yang
masih ada di sana untuk hijrah ke Madinah. Namun ketika sahabat itu
berada di Mekah dia bertemu dengan wanita yang memiliki paras
cantik yang meminta untuk dinikahi tapi wanita tersebut musyrik.
Kemudian sahabat tersebut berkata kepada sang wanita “aku akan
kembali ke Madinah dahulu untuk bertanya kepada Rasulullah, jika
diperbolehkan aku mau menikahimu”. Maka dari itu turunlah ayat ini
kepada nabi Muhammad SAW.
Ayat ini dengan tegas menyatakan larangan untuk menikah
dengan orang musyrik sampai mereka beriman. Setiap wanita muslim
dilarang untuk menikah dengan pria musyrik meskipun laki-laki
tersebut memiliki paras yang tampan dan kaya sampai mereka mau
beriman. Pria muslim lebih baik untuk wanita muslimah itu nikahi,
daripada pria musyrik. Begitupun sebaliknya, pria muslim dilarang
menikah dengan wanita musyrik sampai mereka beriman meskipun
wanita tersebut memiliki paras yang cantik dan kaya. Wanita
muslimah lebih baik untuk pria muslim itu nikahi daripada wanita
musyrik. Ayat ini juga menjelaskan bahwasanya mereka (kaum
musyrik) akan mengajak kita ke neraka sedangkan Allah mengajak
kita kepada surga dan ampunan Nya.

5
KH. Bisri Mustofa. Al Ibriz Versi latin Tafsir al Qur’an Bahasa Jawa.terj Sabar al Imron. Jawa Tengah :
Lembaga Kajian Strategi Indonesia.. 2015. h, 35

NIKAH LINTAS AGAMA DALAM SUDUT PANDANG AL QUR’AN 9


Larangan untuk menikah dengan orang non muslim ini juga
dijelaskan dalam Q.S al Mumtahanah ayat 10 yang berbunyi sebagai
berikut :

                

Artinya : maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-


benar) beriman Maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada
(suami-suami mereka) orang-orang kafir. mereka tiada halal bagi
orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi
mereka.
KH. Bisri Mustofa dalam kitab tafsirnya yaitu al Ibriz
menafsirkan ayat ini sebagai berikut : mangka lamun weruh sapa sira
kabeh ing wadon-wadon kang hijrah ingkang pada iman, mangka aja
mbalekna sapa sira kabeh ing wadon mukminat iku maring pira-pira
wong kafir. Wadon mukminat ora halal tumrap wong-wong kafir, lan
wong-wong kafir ora halal tumprap wadon-wadon mukminat6.
Dari penafsiran beliau tentang cuplikan ayat diatas, dapat
dijelaskan bahwasanya wanita-wanita muslimah yang benar-benar
beriman janganlah dikembalikan atau dinikahkan kepada pria kafir.
Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwasanya wanita muslimah
tidak halal bagi pria kafir tersebut, begitupun sebaliknya orang-orang
kafir tersebut juga tidak halal bagi kita umat muslim.7
Ayat ini juga memiliki asbabun nuzul yang melatarbelakangi
diturunkannya ayat ini kepada nabi SAW. yaitu diriwayatkan oleh
Ibnu Jarir dari az Zuhri bahwa ayat ini turun pada saat Rasulullah
masih berada di kawasan Hudaibiyah. Yaitu ketika beliau
menyepakati bahwa jika ada diantara penduduk Mekah datang
kepadanya maka bekiau akan mengembalikannya kepada mereka lalu

6
KH. Bisri Mustofa. Al Ibriz Versi latin Tafsir al Qur’an Bahasa Jawa.terj Sabar al Imron. Jawa Tengah :
Lembaga Kajian Strategi Indonesia.. 2015. h, 558
7
Khairul hamim. Nikah Beda Agama:Antara Teks dan Konteks. Al Hikam : Jurnal Hukum Keluarga

NIKAH LINTAS AGAMA DALAM SUDUT PANDANG AL QUR’AN 10


yang datang ternyata wanita, maka Allah menurunkan ayat ini kepada
Rasulullah.
2. Dibolehkannya pria muslim menikah dengan wanita ahli kitab.
Meskipun sudah dijelaskan dengan tegas melalui dua ayat di atas,
terdapat satu teori yang membolehkan dan mengizinkan terjadinya
pernikahan beda agama ini. Namun syarat dan ketentuan tetap
berlaku. Telah dijelaskan dalam Q.S Al Maidah ayat 5 sebagai
berikut :

                

            

…….    

Artinya : Pada hari ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan


(sembelihan) orang-orang yang diberi Al kitab itu halal bagimu, dan
makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan Dihalalkan
mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita
yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara
orang-orang yang diberi Al kitab sebelum kamu, bila kamu telah
membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak
dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-
gundik….
Dalam kitab tafsir ai Ibriz karya KH. Bisri Mustofa, beliau
menafsirkan ayat ini sebagai berikut : sembelehane wong-wong ahli
kitab iku halal dipangan wong-wong islam. Sembelehane wong-wong
islam halal dipangan wong-wong ahli kitab. Wong-wong wadon
merdeka saking golongan islam, lan saking golongan ahli kitab, iku
iya halal dinikah tumerap sira kabeh wong-wong islam, asal sira

NIKAH LINTAS AGAMA DALAM SUDUT PANDANG AL QUR’AN 11


kabeh wus padha ambayar maskawin, sira kabeh padha nikah sah,
ora zina ngedeng lan zina ora zina samar8.
Ayat tersebut menjelaskan bahwasanya makanan ahli kitab juga
halal dimakan oleh kita kaum muslim begitupun sebaliknya. Ayat ini
juga menyatakan bahwasanya wanita ahli kitab diperbolehkan untuk
dinikahi oleh laki-laki muslim. Banyak perdebatan dikalangan ulama
mengenai maksud dari ahli kitab di ayat ini. Dengan dalil ini jugalah
banyak perdebatan mengenai hukum mutlak dari pernikahan beda
agama yang sering menjadi problem hingga saat ini.
Para imam besar dan ulama-ulama memiliki perbedaan dalam
menjelaskan maksud ahl kitab ini. Abu hanafiah dan para pakar
hukum lainnya menyepakati bahwasanya ahli kitab yang dimaksud
yaitu siapapun yang mempercayai salah seorang nabi atau kitab yang
pernah diturunkan oleh Allah maka mereka termasuk ahli kitab.
Tidak terbatas pada kelompok agama yahudi dan nasrani saja. Maka
dari itu, jika ada salah satu wanita yang menganut kepada satu Shuhuf
Ibrahim atau zabur saja maka dia termasuk dalam ahli kitab.9
Berbicara tentang hukum menikah dengan perempuan ahli kitab,
sebagian besar ulama’ pada umumnya berpendapat bahwa boleh
menikahi wanita ahli kitab dengan bersandar pada ayat yang qathi di
atas. Banyak para ulama’-ulama’ yang memberi penjelasan serta
alasan mengapa diperbolehkannya pernikahan ini. Salah satunya
adalah Muhammad Syaltut seorang ulama kenamaan dari mesir,
menurutnya dengan pernikahan pria muslim dengan wanita ahli kitab
diperbolehkan memiliki tujuan tersendiri yaitu strategi dakwah.
Dalam posisi sebagai kepala keluarga atau suami tentu memiliki hak
untuk mendidik anggota keluarganya termasuk istri dan anak-
anaknya dengan akhlak islam. Dengan didikan yang santun dan baik

8
KH. Bisri Mustofa. Al Ibriz Versi latin Tafsir al Qur’an Bahasa Jawa.terj Sabar al Imron. Jawa Tengah :
Lembaga Kajian Strategi Indonesia.. 2015. h, 108
9
Jalauddin Rahmat, M. Qurasih Shihab dkk, Rekonstruksi dan Renungan Relegius Islam, (Jakarta:
Paramadina, 1996), Cet. ke-1, h. 10.

NIKAH LINTAS AGAMA DALAM SUDUT PANDANG AL QUR’AN 12


dari sang suami, diharapkan mampu meminimalisir kebencian non
muslim terhadap orang islam terutama dihati istrinya.10

KESIMPULAN

Dari uraian pembahasan di atas, dapat di simpulkan bahwasanya pernikahan


merupakan suatu akad atau suatu ikatan yang bertujuan untuk menghalalkan hubungan
kelamin dua insan manusia antara laki-laki dan perempuan dengan harapan
mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang diiringi rasa kenyamanan dan
ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang diridhoi Allah swt.
Sedangkan Pernikahan beda agama yaitu seorang laki-laki dan perempuan yang
terikat secara lahir batin namun mereka memiliki agama atau keyakinan yang berbeda,
sehingga menyebabkan tersangkutnya dua peraturan yang berlainan perihal syarat-
syarat dan tata cara pelaksanaan pernikahan sesuai dengan hukum agamanya masing-
masing dengan tujuan membentuk keluarga bahagia dan kekal.
Tujuan pernikahan didalam al Qur’an dan hadits juga disebutkan antara lain
menguatkan ibadah dan membentengi akhlaq manusia, melaksanakan perintah Allah
SWT, melestarikan keturunan, menjadikan penyenang hati dalam melakukan ibadah,
membentuk generasi beriman, dan mendapatkan ketentraman.
Hukum pernikahan beda agama sendiri juga telah dijelaskan dalam 3 ayat yang ada
di dalam al Quran, yaitu Larangan pria muslim menikah dengan perempuan musryik
atau kafir dan sebaliknya terdapat dalam Q.S Al Baqarah ayat 221 dan Q.S al
Mumtahanah ayat 10, dibolehkannya pria muslim menikah dengan wanita ahli kitab
terdapat dalam Q.S Al Maidah ayat 5.

10
Nurlizam. Pernikahan Beda Agama dalam Prespektif Al Qur’an dan Hukum Positif Di Indonesia. Jurnal
Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019, h, 283

NIKAH LINTAS AGAMA DALAM SUDUT PANDANG AL QUR’AN 13


DAFTAR PUSTAKA

Hamim, Khairul. Nikah Beda Agama:Antara Teks dan Konteks. Al Hikam:


Jurnal Hukum Keluarga.

Mustofa, Bisri. (2015). Al Ibriz Versi latin Tafsir al Qur’an Bahasa Jawa.terj Sabar
al Imron. Jawa Tengah:Lembaga Kajian Strategi Indonesia.

Nurlizam. (2019). Pernikahan Beda Agama dalam Prespektif al Qur’an dan Hukum
Positif Di Indonesia. Jurnal Ulunnuha, Vol 8, No. 2

Rahmat, Jalaluddin, M. Quraish Shihab dkk. (1996). Rekonstruksi dan Renungan


Relegius Islam. Jakarta: Paramadina

Yunus, Muhammad. (2014). Pernikahan Beda Agama Perspektif al Qur’an.


Skripsi. UIN Alaudin. Makasar.

Zuhdi, Masfuk. (1997). Masail Fiqiyah. Jakarta:PT. Toko Gunung Jati.

NIKAH LINTAS AGAMA DALAM SUDUT PANDANG AL QUR’AN 14

Anda mungkin juga menyukai