Anda di halaman 1dari 10

TAFSIR SURAH AL-ASHR JUZ 30 PERSPEKTIF KH.

BISRI
MUSTHOFA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Al-Ibriz

Dosen Pengampu ;

Alfa Mardiyana,.

Oleh :

Almahdi Kanaka Ronadduroro

NIM : 12301193059

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

JURUSAN USHULUDDIN

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehariban Allah SWT. yang telah memberikan
petunjuk pada kita semua sehingga dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas
akhir yang harus ditempuh oleh mahasiswa.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. yang kita harapkan syafaatnya di hari kiamat kelak.

Terucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag,. selaku retor UIN Satu Tulungagung
yang menginspirasi bagi kami.
2. Ibu Alfa Mardiyana,. selaku dosen pembimbing kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tenang.

Semoga apa yang tertulis disini dapat membawa manfaat pada semuanya,
Aamiin.

Tulungagung, 25 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------- i

DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------- ii

BAB I : PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------- 1

A. Latar Belakang ---------------------------------------------------------------- 1


B. Rumusan Masalah ------------------------------------------------------------ 1
C. Tujuan -------------------------------------------------------------------------- 1

BAB II : PEMBAHASAN ------------------------------------------------------------ 2

A. Dibalik Makna Sumpah ------------------------------------------------------ 2


B. Orang-orang Yang Tidak Akan Merugi ----------------------------------- 3
C. Implementasi Dalam Kehidupan ------------------------------------------- 4

BAB III : PENUTUP ------------------------------------------------------------------ 6

A. Kesimpulan -------------------------------------------------------------------- 6
B. Saran ---------------------------------------------------------------------------- 6

DAFTAR PUSTAKA ----------------------------------------------------------------- 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tafsir merupakan salah satu cabang dari ilmu-ilmu al-Qur’an yang mana
tidak semua orang boleh menafsirkan Al-Qur’an secara akal logika belaka dengan
memakai terjemahan akan tetapi harus memakai kaidah-kaidah tafsir yang telah
digariskan oleh para ulama’ yang sanadnya bersambung pada Nabi Muhammad
SAW. oleh karenanya ada sedikit gambaran disini tentang tafsir surah Al-Ashr
dalam kitab Tafsir Al-Ibriz karya KH. Bisri Musthofa, yang mana dalam tafsir
tersebut dijelaskan secara lebih terperinci dari makna-makna lafad dari Al-Qur’an
yang membawa para pembaca menemukan kandungan dari banyaknya kandungan-
kandungan dalam Al-Qur’an yang belum kita ketahui.

Berangkat dari makna ‫“ والعصر‬Demi Ashar”, dari sumpah yang telah


difirmankan oleh Allah SWT. akan kita gali lebih dalam ada apa dibalik makna kata
Ashar tersebut, apakah yang menarik? apakah ada sesuatu yang berhubungan
dengan kehidupan?, dan lain sebaginya. Oleh karenanya dibuatlah makalah ini
sebagai bahan pengetahuan mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir sebagai salah
satu bekal dalam kehidupan kedepan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Dibalik Makna Sumpah ?
2. Siapa orang-orang yang tidak akan merugi ?
3. Bagaimana implementasi dalam kehidupan ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Makna dibalik lafad sumpah.
2. Untuk Mengatahui siapa orang-orang yang tidak akan merugi didunia.
3. untuk mengetahui bagaimana implementasi dalam kehidupan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dibalik Makna Sumpah

Sebelum mengarah lebih lanjut pembahasan tentang tafsir Al-Ibriz, isi dari
pada tafsir al-Ibriz pernah dijelaskan oleh KH. Ahsin Ashari selaku pengasuh majlis
ta’lim tafsir al-Ibriz di pondok pesantren murottilil qur’an ngantru tulungagung.
Bahwasanya tafsir ini dikarang oleh ulama nusantara yang ilmunya telah sangat
mumpuni, kitab ini juga termasuk khulashoh/ringkasan dari tafsir-tafsir
pendahuluanya utamanya tafsir jalalain dan tafsir al-munir karya syaikh nawawi al-
bantani. Jadi apa yang ditulisnya tidaklah jauh beda dari kedua tafsir tersebut,
terlebih beliau mengatakan tafsir al-Ibriz adalah ringkasan maka bisa disimpulkan
tafsir al-Ibriz berisi kandungan yang sama dengan apa yang ada dalam kitab tafsir
al-Munir dan Jalalain.

Telah dijelaskan dalam kitab tafsir Marah Labid, bahwasanya kata ‫والعصر‬
itu merupakan kalimat sumpah yang difirmankan oleh Allah SWT. dengan kalimat
tersebut dan Imam Nawawi menafsirkan bahwasanya itu bermakna ‫“ الدهر‬masa”.1
Syaikh Jalaludin dalam kitab Tafsir Jalalain pun juga menafsirkan demikian2
begitu juga yang terdapat dalam kitab Tanwirul Miqbas min Tafsir Ibnu Abbas
karya Syaikh Thahir Muhammad bin Ya’qub dan disana Ibnu Abbas juga
menafsirkan ‫ بصالة العصر‬artinya “Demi Sholat Ashar”.3 Hanya saja dalam kitab

Tafsir Jalalain juga diberi tambahan ‫“ او ما بعد الزوال الي الغروب‬atau waktu setelah
tenggelamnya matahari menuju waktu maghrib/sholat maghrib”. Nah, yang jadi
pertanyaan ada apa sebenarnya dibalik waktu ashar tersebut, atau katakanlah waktu
setelah tenggelamnya matahari menuju waktu maghrib. Dijawab oleh Imam
Nawawi dalam Tafsir Al-Munir “Bahwasanya Ashar adalah waktu yang memuat
atas banyaknya kekaguman, karena didalamnya itu dapat menghasilkan

1
Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi, Marah Labid Tafsir An-Nawawi/Tafsir Al-Munir,
(Kediri: Pondok Pesantren Fathul Ulum Kwagean, t.th), Juz. 2, hal. 462
2
Syaikh Jalaluddin Al-Mahalli, Syaikh Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, (Bojonegoro:
MHM Pandean, t.th), hal. 446
3
Syaikh Abi Thahir Muhammad Bin Ya’qub, Tanwirul Miqbas, (Jeddah: Al-Haramain,
t.th), hal. 395

2
kebahagiaan, kesengsaraan, sehat, sakit, kaya, maupun fakir. Bagaimanapun juga,
Ashar/waktu ashar itu adalah waktu yang lebih mengagumkan dari setiap waktu
yang mengagumkan”.4 Syaikh Nawawi juga menafsirkan bahwasanya waktu ashar
adalah waktu sore hari yang dimana waktu tersebut dibuat sumpah oleh Allah SWT.
sebaimana waktu dlhuha.

Maka dari sini dapat kita tarik pemahaman, bahwasnya jikalau waktu pagi
merupakan waktu mulainya perkerjaan, maka waktu sore adalah waktu selesainya
pekerjaan, dan tatkala pekerjaan selesai kadangkala orang akan bahagia karena
mendapatkan banyak uang sehingga mampu mencukupi kehidupan keluarga pula
kagum tatkala melihat senja sehingga lebih banyak bersyukur. Jikalau salah satu
keluarga ada yang sakit maka uang bisa dimanfaatkan untuk pengobatan, dan lain
sebagainya. Adapun waktu ashar itu dapat memuat kesengsaraan kadangkala orang
yang berdagang itu adakalanya rugi maupun tertipu sehingga membuat hidupnya
sedikit sengsara, dan lain sebagainya. Waktu ashar juga merupakan waktu dimana
sering seseorang terlena dan meremehkan sholat bahkan meninggalkanya, bila kita
lihat realita saat ini dimana masjid-masjid atau mushola-mushola waktu sholat
jamaah yang paling sedikit adalah waktu sholat ashar karena banyaknya orang yang
terlena dengan pekerjaan, atau karena lelah bekerja sehingga istirahat sebentar dan
karena terlanjur atau terlena dengan nikmatnya istirahat dan naudzubillah bahkan
sampai sholat asharpun dilakukan tatkala adzam maghrib. Oleh karenanya, Allah
SWT. menyumpah waktu Ashar, salah satu kandungannya yaitu untuk
menunjukkan pada kita bahwasanya waktu ashar adalah waktu yang keramat.

B. Orang-Orang Yang Tidak Akan Merugi.

Perlu kita ketahui bahwasanya setiap manusia itu akan tetap dalam keadaan
merugi kecuali empat kriteria yang telah disebutkan oleh Allah dalam surah Al-
Ashr berikut;

1 ‫والعصر‬

Demi Ashar “Demi Masa”

4
Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi, Tafsir Al-Munir,... hal, 462

3
2‫ان االنسان لفي خسر‬

Sesungguhnya Setiap Individu Manusia Benar-Benar Dalam Keadaan Merugi

3‫اال الذين امنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر‬

Kecuali (1) orang-orang yang beriman (2) dan orang-orang yang beramal baik (3)
dan orang-orang yang saling nasehat-menasehati dalam kebaikan (4) dan orang-
orang yang saling nasehat menasehati dalam kesabaran.

C. Implementasi Dalam Kehidupan.

Telah kita ketahui bahwasanya dalam pengi’roban kalam, ‫ ال‬dalam lafadz

‫ االنسان‬merupakan ‫ الجنس الستغرق االفراد‬yang mana ‫ ال‬disitu dapat ditempati oleh


lafadz atau makna ‫ كل‬sehingga menghasilkan individu dari setiap insan,5 dan setiap
dari individu tersebut akan tetap merugi, kecuali 4 kriteria yang telah disebutkan
diatas. Adapun lafadz ‫ االنسان‬ini secara makna yaitu individu manusia berbeda
dengan mustasna’nya yang bermakna jama’, setelah kami tafakkurkan
bahwaasanya lafadz ‫ الذين‬yang bermakna jama’ tersebut ternyata sangat berkaitan

dengan lafadz sesudahnya dan tak bisa terpisahkan dengan lafadz ‫ االنسان‬karena,
dalam beramal shaleh atau berbuat baik itu akan sulit dilakukan ketika dalam
keadaan sendiri. Oleh karenanya lafadz tersebut menunjukkan pada kita
bahwasanya manusia itu diharuskan untuk tetap bekerja sama. Begitu pula ketika
nasehat-menasehati tidak mungkin dalam keadaan sendiri, pasti akan ada dua orang
atau lebih jiwa yang saling sadar-menyadarkan, nasehat-menasehati baik dalam
perkara yang haq, maupun dalam kesabaran.

Adapun mengenai tafsir ayat tersebut. Syaikh Thahir Muhammad bin


Ya’qub menafsirkan ayat kedua dari surah al-Ashr tersebut yakni orang kafir,
bagaimanapun pula orang kafir akan tetap dalam keadaan merugi karena poin
pertama yakni tidak beriman dengan Nabi Muhammad dan Al-Qur’an.6 Dari sini
bisa ditarik pemahaman bahwasanya umat islam atau orang-orang mukmin itu telah
mengantongi satu poin untuk tiak merugi. Oleh karenya, bisa dibilang bahwasanya

5
Syaikh Syarifuddin Yahya, Taqrirat Al-Imrithy, (Kediri, Lirboyo, t.th), hal. 22
6
Syaikh Abi Thahir Muhammad Bin Ya’qub, Tanwirul Miqbas,... hal. 395

4
setiap individu dari umat islam adalah wajah-wajah penghuni surga, maka jangan
sampai beranggapan bahwa hidup itu sulit lalu mengatakan “berbuat baik juga
belum tentu masuk surga” ini adalah pemahaman yang keliru, karena dengan
kalimat seperti ini akan mengandung stigma negatif yang akan membuat orang
awam beranggapan bahwa amal baik atau kebaikan itu tidak penting yang penting
yakni adalah mendapat rahmat Allah. Memang benar bahwasanya orang masuk
surga itu adalah karena rahmat Allah SWT. dan soal rahmat Allah ini dijelaskan
dalam kitab Syarah Arbain Nawawi karya Syaikh Yahwa bin Syarifuddin An-
Nawawi.7 akan tetapi bagaimanapun pula orang yang berbuat baik akan
menunjukkan bahwa dirinya dirahmati oleh Allah SWT. dan kebaikan juga akan
terus menuntut ahlinya menuju jannah-Nya dan Al-Qur’an juga menegaskan
bahwasanya orang yang saling nasehat-menasehati dalam kebaikan maupun juga
dalam kesabaran akan dijamin untuk tidak rugi, artinya tidak mungkin tidak masuk
surga. Jadi harus optimis dan mengubah perkataan dari pesimis menjadi optimis
semisal “berbuatlah baik, karena kebaikan itu menjukkan bahwa kita adalah
seorang hamba calon penghuni surga”.

Adapun yang dimaksud dengan saling nasehat-menasehati dalam


kesabaran yaitu kesabaran dalam ketaatan kepada Allah SWT. baik dalam
menjalani perintahnya maupun dalam menjauhi larangannya yang biasa kita kenal
dengan istilah maksiat.

7
Syaikh Yahya Bin Syarifuddin An-Nawawi, Syarah Arba’in Nawawi Fil Ahadist Shohih
An-Nubuwwiyah, t.th, hal. 24

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ada banyak makna yang terkadung dalam sumpah Allah SWT. yang
termaktub dalam ayat pertama surah al-Ashr tersebut, salah satunya
adalah banyaknya keajaiban-keajaiban, keindahan maupun kebahagiaan
didalamnya yang dapat membuat kita semua kagum. Juga sebagai bahan
tafakkur, atau perenungan, bahwasanya sore hari adalah waktu yang
keramat dan banyak sekali kandungan didalamnya.
2. Orang-orang yang tidak akan merugi yang telah disebutkan dalam surah
al-Ashr tersebut ada 4 diantaranya yaitu orang-orang yang beriman,
orang-orang yang beramal shaleh, orang-orang yang saling nasehat-
menasehati dalam kebaikan juga dalam kesabaran dalam menjalankan
perintah-Nya.
3. Salah satu implementasi yang dapat kita realisasikan dalam kehidupan
yaitu bahwasanya setiap manusia akan selalu membutuhkan kerja sama
dalam segala hal terutama dalam beramal baik dan nasehat menasehati.
B. Saran
Semoga apa yang tertulis disini dapat bermanfaat kelak. Aamiin.

6
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jawi, Syaikh Muhammad Nawawi, T.Th, Marah Labid Tafsir An-


Nawawi/Tafsir Al-Munir, Kediri: Pondok Pesantren Fathul Ulum Kwagean.

Al-Mahalli, Syaikh Jalaluddin, As-Suyuti, Syaikh Jalaluddin, T.Th, Tafsir Jalalain,


Bojonegoro: MHM Pandean.

Muhammad Bin Ya’qub, Syaikh Abi Thahir, T.Th, Tanwirul Miqbas, Jeddah: Al-
Haramain.

Yahya, Syaikh Syarifuddin, T.Th, Taqrirat Al-Imrity, Kediri: Lirboyo.

Syaikh Yahya Bin Syarifuddin An-Nawawi, T.Th, Syarah Arba’in Nawawi Fil
Shahih An-Nubuwiyyah.

Bisri, Musthofa. (n.d.). Al-Ibriz Li Ma'rifati Tafsiril Qur'anil Aziz Juz 30. Kudus :
Menara Kudus.

Anda mungkin juga menyukai