Anda di halaman 1dari 17

SHALAT JAMA’ DAN QASHAR

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Fiqih Pada Pendidikan Menengah
Dosen Pengampu : Dr. Hasan Matsum, M.Ag
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok III
Semester III / Pendidikan Agama Islam 5
Afifah Salsabila (0301202200)
Rizky Nanda Arleni (0301202253)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Shalat Jama’
Dan Qashar”. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak. Dan
juga kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Fikih Pada
Pendidikan Menengah yakni Bapak Dr. Hasan Matsum, M.Ag yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fikih Pada
Pendidikan Menengah. Dan semoga makalah ini dapat berguna untuk menambah
wawasan kita. Kami juga menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan masukan dari kelompok lain agar makalah ini dapat
disempurnakan.

Medan, 20 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......…………………………………………….3
2.1 Pengertian Shalat Jama’ dan Shalat Qashar.................................3
2.2 Dasar Hukum Shalat Jama’ dan Shalat Qashar............................3
2.3 Tujuan dan Kegunaan Shalat Jama’ dan Qashar..........................5
2.4 Syarat-Syarat Menjama’ dan Menqashar Shalat..........................5
2.5 Pembagian Shalat Jama’ dan Shalat Qashar................................7
2.6 Tata Cara Pelaksanaan Shalat Jama’ dan Shalat Qashar.............9
BAB III PENUTUP..................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................13
3.2 Saran..........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam ilmu fiqih terdapat berbagai macam hukum yang berlaku dalam
suatu perbuatan, salah satunya ialah masalah beribadah. Hal ini tentunya terdapat
dalam ajaran Islam yaitu dengan tujuan atas dasar kemaslahatan manusia. Allah
SWT senantiasa selalu memberikan apa yang sedang kita butuhkan, walau
terkadang kita lalai akan semua yang diperintahkan-Nya.
Ibadah merupakan kewajiban yang harus kita lakukan, karena hak Allah
terhadap manusia tak lain hanyalah beribadah kepada Allah SWT. Ibadah terbagi
menjadi beberapa macam, ada ibadah wajib dan juga ibadah sunnah. Salah satu
ibadah wajib yang harus kita kerjakan yaitu shalat lima waktu. Dalam
menjalankan ibadah shalat, tentu saja ada hambatan yang membuat kita menunda
shalat. Misalnya karena kesibukan, sakit, perjalanan jauh, bahkan juga lupa,
sehingga Allah memberikan keringanan kepada kita agar dapat menjalankan
ibadah shalat yaitu dengan adanya shalat jama’ dan shalat qashar. Namun, dalam
melaksanakan shalat jama’ dan qashar harus memiliki alasan yang kuat. Maka
dari itu, kami akan membahas secara luas mengenai shalat jama’ dan shalat
qashar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan shalat jama’ dan shalat qashar ?
2. Apa dasar hukum shalat jama’ dan shalat qashar ?
3. Apa saja tujuan dan kegunaan menjama’ dan menqashar shalat ?
4. Apa saja syarat-syarat menjama’ dan menqashar shalat ?
5. Apa saja pembagian shalat jama’ dan qashar ?
6. Bagaimana tata cara melaksanakan shalat jama’ dan shalat qashar ?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu shalat jama’ dan shalat qashar.
2. Untuk mengetahui dasar hukum shalat jama’ dan shalat qashar.
3. Untuk mengetahui dan memahami tujuan serta kegunaan menjama’ dan
menqashar shalat.
4. Untuk mengetahui apa saja syarat yang membolehkan kita menjama’ dan
menqashar shalat.
5. Untuk mengetahui pembagian shalat jama’ dan shalat qashar.
6. Untuk mengetahui dan mampu melaksanakan shalat jama’ dan shalat
qashar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Shalat Jama’ dan Shalat Qashar


Menurut bahasa, Jama’ artinya adalah mengumpulkan. 1 Sedangkan
menurut istilah adalah shalat yang dilaksanakan dengan mengumpulkan dua shalat
wajib dalam satu waktu, seperti shalat Dzuhur dengan Ashar dan shalat Magrib
dengan Isya. Shalat jama’ tersebut dibagi menjadi dua yaitu jama’ taqdim dan
jama’ ta’khir.2 Jama’ taqdim ialah menggabungkan dua shalat dan
mengerjakannya di waktu shalat pertama. Misalnya shalat Dzuhur dan Ashar
dilaksanakan pada waktu Dzuhur, dan shalat Magrib dan Isya dilaksanakan dalam
waktu Magrib.3 Jama’ ta’khir ialah menggabungkan dua shalat dan
mengerjakannya di waktu shalat kedua. Misalnya shalat Dzuhur dan Ashar
dilaksanakan pada waktu Ashar, dan shalat Magrib dan Isya dilaksanakan pada
waktu Isya.
Menurut bahasa, Qashar artinya memperpendek atau meringkas.
Sedangkan menurut istilah adalah shalat yang diringkas yaitu shalat fardhu yang
empat rakaat (Dzuhur, Ashar dan Isya) dijadikan dua rakaat, dan masing-masing
dikerjakan tetap pada waktunya. 4

2.2 Dasar Hukum Shalat Jama’ dan Shalat Qashar


Dasar hukum shalat Jama’ dan shalat Qashar terdapat dalam alquran,
Hadits Nabi Muhammad SAW, maupun pendapat para ulama. Dalil yang menjadi
landasan dalam melaksanakan shalat jama’ adalah hadits Rasulullah SAW,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Al- Tirmidzi dari sahabat
Mu’adz yang berbunyi :
‫عن معاذ بن جبل أن النبي صلى اهللا عليه وسلم كان فى غزوة تبوك إذا ارتحل قبل‬
1
Muhammad Iris bin Aburrauf al- Marbawi, Kamus al- Marbawi, (Cairo : Musthafa al- Babi al-
Halbi wa aauladuhu, 1350 H), hlm. 108.
2
Sayyid Sabiq, Fiqush Sunnah Jilid I, (Jakarta : Cakrawala Publishing, 2008), hlm. 316-317.
3
Mochtar Effendy, Ensiklopedia Agama dan Filsafat, Buku 5, (Palembang : Universitas Sriwijaya,
2000 M), hlm. 17-18.
4
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath- Thabari, Syauqi Dhaif, Tafsir At-Thabari, Jilid 4,
Terjemahan Ahsan Askan, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2008), hlm. 244.

3
‫ان تزيغ الشمس أخر الظهر حتى يجمعها إلى العصر يصليهما جميعا وإذا ارتحل‬
‫ وكان إذا ارتحل قبل المغرب‬،‫بعد زيغ الشمس صلى الظهر والعصر جميعا ثم سار‬
‫أخر المغرب حتى يصليها مع العشاء وإذا ارتحل بعد المغرب عجل العشاء‬
) ‫فصالها مع المغرب( رواه ابو داود‬

Artinya : “ Dari Muadz bin Jabal ,” bahwasannya Nabi saw dalam perang tabuk,
apabila beliau berangkat sebelum tergelincir matahari,beliau menta’khirkan shalat
Zhuhur hingga beliau kumpulkan dengan shalat Ashar, beliau gabungkan
keduanya ( Zhuhur dan Ashar) waktu Ashar, dan apabila berangkat sesudah
tergelincir matahari, beliau kerjakan shalat Zhuhur dan Ashar sekaligus, kemudian
beliau berjalan. Dan apabila beliau berangkat sebelum Maghrib, beliau
menta’khirkan Maghrib hingga beliau melakukan shalat Maghrib beserta Isya’
dan apabila beliau berangkat sesudah waktu Maghrib beliau segerakan shalat Isya’
dan beliau menggabungkan shalat Isya’ bersama Maghrib “.(HR. Abu Daud )5

Dalil yang menjadi landasan Shalat Qashar yaitu Q.S An-Nisa ayat 101 :
‫رُوْ ۗا اِ َّن‬NNNَ‫ ٰلو ِة ۖ ِا ْن ِخ ْفتُ ْم اَ ْن يَّ ْفتِنَ ُك ُم الَّ ِذ ْينَ َكف‬NNN‫الص‬
َّ ُ ‫ا ٌح اَ ْن تَ ْق‬NNNَ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجن‬
َ‫رُوْ ا ِمن‬NNN‫ص‬ ِ ْ‫ َر ْبتُ ْم فِى ااْل َر‬NNN‫ض‬
َ ‫ض فَلَي‬ َ ‫َواِ َذا‬
‫ْال ٰكفِ ِر ْينَ َكانُوْ ا لَ ُك ْم َع ُد ًّوا ُّمبِ ْينًا‬

Dan apabila kamu bepergian di bumi, maka tidaklah berdosa kamu meng-qasar
salat, jika kamu takut diserang orang kafir. Sesungguhnya orang kafir itu adalah
musuh yang nyata bagimu.

Adapun dalil di atas dapat dijadikan pegangan atau kehujjahan dalam melakukan
shalat jama’ dan shalat qashar.

2.3 Tujuan dan Kegunaan Shalat Jama’ dan Qashar


Dalam Islam perintah shalat sangatlah diperhatikan, tidak boleh
mengabaikannya dan mengancam dengan ancaman yang berat bagi yang
5
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud, Jilid I, (Jakarta : Pustaka Azzam,
2007), hlm. 462.

4
meninggalkannya. Shalat merupakan tiang agama, kunci masuk surga, sebaik-baik
amalan, dan yang pertama kali akan dihisab atas seorang mu’min pada hari
kiamat. Allah SWT memperbolehkan Shalat Jama’ dan Shalat Qashar untuk
memberikan keringanan kepada setiap manusia agar dapat menjalankan ibadah
dalam kondisi apapun, sebab shalat adalah ibadah yang tidak boleh ditinggalkan.
Manfaat dari menjama’ dan menqashar shalat adalah agar memudahkan umat
manusia dalam bepergian jauh dan hendak menunaikan shalatnya, dan Allah
selalu memberikan kemudahan kepada hamba-Nya dalam melaksanakan ibadah.6

2.4 Syarat-Syarat Menjama’ dan Menqashar Shalat


Shalat Jama’ yaitu melaksanakan dua shalat fardhu dalam satu waktu. Jika
dikerjakan pada waktu yang pertama disebut Jama’ Taqdim dan jika dikerjakan
pada waktu shalat yang kedua disebut Jama’ Ta’khir. Sedangkan shalat Qashar
yaitu meringkas shalat dari empat rakaat menjadi dua rakaat. Shalat Jama’ dan
Qashar ini memiliki syarat-syarat tertentu.

Beberapa syarat Jama’ Taqdim, diantaranya :


1) Niat untuk menjama’, yaitu niat untuk menjama’ taqdim ketika memulai
shalat pertama dan dibolehkan ketika sudah melakukannya. Maksud dari niat
untuk menjama’ ialah seseorang yang melaksanakan jama’ taqdim harus di
awali oleh niat untuk menjama’ shalat, karena segala perbuatan tergantung
kepada niat masing-masing.7
2) Tertib, dalam mengerjakan shalat jamak taqdim harus terlebih dahulu
dikerjakan shalat yang awal, misalnya dalam jamak Dzuhur dengan Ashar
harus terlebih dahulu dikerjakan Dzuhur. 
3) Bersambung, yaitu berurutan dengan tidak dipisah antara
dua shalat yang dijama’ dengan jarak yang panjang.
Karena menjama’ shalat menjadikan dua shalat itu seperti satu shalat maka
diharuskan adanya kesinambungan seperti rakaat-rakaat dalam shalat, yaitu
tidak dipisahkan antara dua shalat tersebut sebagaimana tidak
6
Yusuf Al- Qaradhawi, Ibadah Dalam Islam, (Jakarta : Akbar Media Eka Sarana, 2005), hlm. 283.
7
Wahbah az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Terjemahan Abu Hayyien al-Kattani, Jilid I,
Cetakan I, (Jakarta : Gema Insani, 2010), hlm. 454.

5
dibolehkan untuk memisahkan antara rakaat dalam satu shalat. Jika
dua shalat itu dipisah oleh jarak yang panjang meskipun udzur, baik itu lupa
ataupun pingsan maka shalat jama’ itu menjadi batal dan wajib untuk
mengakhiri shalat kedua pada waktu yang seharusnya, karena syarat
untuk menjama’ telah hilang. 
4) Terus berada dalam perjalanan hingga
melakukan takbiratul iḥram pada shalat kedua, meskipun perjalanannya itu baru
berhenti setelah takbiratul iḥram dan shalat kedua. Adapun jika perjalanan itu
berhenti sebelum dimulainya shalat kedua maka tidak boleh untuk menjama’,
karena hilangnya sebab. 
5) Menganggap sahnya shalat pertama jika seseorang menjama’ shalat ashar
dengan shalat jum’at di tempat yang sedang melaksanakan shalat jum’at
tanpa adanya kebutuhan, juga ragu tentang siapa yang lebih dahulu atau
berbarengan dalam pelaksanaan shalat jumatnya maka tidak boleh
melakukan jama’ shalat ashar dengan jama’ taqdim.

Beberapa syarat Jama’ Ta’khir, diantaranya :


1) Niat untuk mengakhirkan pelaksanaan shalat jama’ sebelum keluar
waktu shalat pertama meski ukuran satu rakaat, yaitu waktu tersisa untuk
memulai shalat hingga bisa menjadi tepat waktu.  
2) Perjalanan terus berlangsung hingga tiba waktu shalat kedua.8 

Beberapa syarat Shalat Qashar, diantaranya :


1) Hendaknya perjalanan itu panjang kira-kira ditempuh sejauh
dua marhalah atau dua hari, ataupun enam belas farsakh, menurut mayoritas
ulama.  

8
Ibid

6
2) Hendaknya perjalanan itu merupakan perjalanan yang dibolehkan bukan
perjalanan yang diharamkan ataupun dilarang.9  
3) Shalat yang boleh diqaṣar hanya shalat yang empat raka’at saja, dan
bukan shalat qadha, shalat yang empat raka’at ialah shalat Dzuhur, Ashar dan
Isya. 
4) Niat menqhaṣar pada waktu takbiratul ihram.  
5) Tidak menjadi ma’mum kepada orang shalat yang bukan musafir.  
6) Baligh adalah syarat menurut mażhab Hanafi. Akan tetapi, mayoritas ulama
tidak mensyaratkannya maka anak kecil boleh menqhaṣar shalat. Karena,
setiap orang yang memiliki tujuan yang benar dan niat melakukan perjalanan,
serta mencapai jarak yang ditentukan maka ia boleh mengqhaṣar shalat. 10
7) Tempat yang dituju untuk melaksanakan shalat qaṣar haruslah tempat yang
tertentu untuk menqhaṣarnya, jika tidak maka tidak boleh qhaṣar.  
8) Kekal perjalanan sehingga sempurna shalat. 

2.5 Pembagian Shalat Jama’ dan Shalat Qashar


1) Berdasarkan Shalat Yang Boleh di Jama’ : 
Shalat yang di syari’atkan untuk bisa di jama’ hanya ada dua :
a. Shalat Zhuhur dijama’ dengan Ashar  
Shalat Zhuhur hanya boleh dijama’ dengan shalat Ashar. Tidak
boleh dijama' dengan Shubuh, Maghrib atau Isya. Sedangkan shalat Jumat, apakah
boleh dijama’ dengan Ashar, para ulama berbeda pendapat. Sebagian mengatakan
tidak boleh, sebagian lagi boleh. Sebagian lagi menyebutkan bahwa kebolehannya
hanya apabila seseorang berniat shalat Dzuhur meski ikut dalam
barisan shaf shalat Jumat.11 
b. Shalat Maghrib dijama’ dengan Isya’ 
Shalat yang juga boleh dijama’ selain Dzuhur dengan Ashar
adalah shalat  Maghrib dan Isya.
9
Wahbah az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Terjemahan Abu Hayyien al-Kattani, Jilid I,
Cetakan I, (Jakarta : Gema Insani, 2010), hlm. 433.
10
Wahbah az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Terjemahan Abu Hayyien al-Kattani, Jilid I,
Cetakan I, (Jakarta : Gema Insani, 2010), hlm. 437.
11
Abuya Teungku H. Djamaluddin Waly al- Khalidy, Fiqih Shalat Menurut Mazhab Imam Syafi’I,
(Banda Aceh : Lhee Sagoe Press, 2015), hlm. 73.

7
2) Berdasarkan Waktu Pengerjaannya :
Selain pembagian di atas, dari segi kapan dikerjakan shalat jama’  ini juga bisa
dibagi berdasarkan kapan shalat  jama’ ini dikerjakan.  
a. Jama’ Taqdim  
Jama’ taqdim adalah melakukan dua shalat fardhu pada waktu shalat yang
pertama. Bentuknya ada dua. Pertama shalat Dhuhur dilakukan langsung
berurutan dengan shalat Ashar, yang dilakukan pada waktu Zhuhur.
Kedua, shalat Maghrib dan shalat Isya' dilakukan secara berurutan pada
waktu Maghrib.  
b. Jama’ Ta’khir  
Sedangkan jama’ ta’khir adalah kebalikan dari jama’ taqdim, yaitu melakukan
dua shalat fardhu pada waktu shalat yang kedua. Bentuknya juga ada dua.
Pertama shalat Zhuhur dilakukan langsung berurutan dengan shalat Ashar, yang
dilakukan pada waktu Ashar. Kedua, shalat Maghrib dan shalat Isya dilakukan
secara berurutan pada waktu Isya. 

3) Berdasarkan Shalat Yang Boleh di Qashar :


Adapun shalat yang boleh diqaṣhar ialah shalat yang jumlah rakaatnya empat,
seperti shalat Dzuhur, Ashar dan Isya menjadi dua rakaat,
sedangkan shalat magrib dan Subuh tidak dibolehkan. 12

Macam-Macam Shalat Qashar : 
1. Qaṣhar Adat. Yaitu shalat qaṣhar yang mengurangi jumlah
rakaat shalatnya yang empat menjadi dua rakaat. Dalam qaṣhar adat
ini shalat yang boleh diqaṣharkan ialah shalat Dhuhur, Ashar dan Isya,
sedangkan shalat Magrib dan Shubuh tidak boleh diqaṣharkan.  
2. Qaṣhar Sifat. Yaitu shalat qaṣhar yang meringkas atau meringankan
sifat shalat bagi orang yang tidak kuasa dalam melakukan shalat dengan cara

12
Abuya Teungku H. Djamaluddin Waly al- Khalidy, Fiqih Shalat Menurut Mazhab Imam
Syafi’I, (Banda Aceh : Lhee Sagoe Press, 2015), hlm. 75.

8
biasanya kerena sakit atau kondisi fisiknya yang dikhawatirkan dan apabila ia
melakukan shalat dengan cara biasa maka penyakitnya itu bertambah. Dengan
demikian orang seperti itu, dibolehkan shalat dengan sifat shalat yang berbeda
dari shalat yang biasa ia lakukan.  
3. Qaṣhar Haiat. Yaitu shalat qaṣhar yang meringkas atau meringankan
cara shalat seperti dalam shalat khauf (shalat karena takut adanya bahaya)
seperti bahaya musuh dalam peperangan, bahaya binatang buas dan
sebagainya. 13

2.6 Tata Cara Pelaksanaan Shalat Jama’ dan Shalat Qashar


a. Cara melaksanakan shalat Jama’
Dalam melaksanakan shalat jama’ taqdim maka harus berniat menjama’ shalat
kedua pada waktu yang pertama, mendahulukan shalat pertama dan dilaksanakan
berurutan, dan tidak diselingi perbuatan atau perkataan lain. Pada saat
melaksanakan jama’ ta’khir harus berniat menjama’ dan berurutan, tidak
disyaratkan harus mendahulukan shalat pertama baru melakukan shalat kedua atau
sebaliknya.

a) Jama’ Taqdim

Niat jama’ taqdim

- Shalat Dzuhur empat rakaat dengan niat seperti biasa hingga selesai,
kemudian berdiri kembali untuk melaksanakan shalat Ashar dengan
melafazkan niat dalam hati :

‫إِ َما ًما هلل تَ َعالَى‬/‫ظ ْهر َج ْم َع تَ ْق ِد ْي ٍم َمأْ ُم ْو ًما‬ ٍ َ ‫ظ ْه ِر أَ ْربَ َع َر َكعا‬
ُّ ‫ت َم ْج ُم ْوعًا اليهه ال‬ ُّ ‫ص ِر ال‬ َ ُ‫أ‬.
َ ‫صلِّى فَ ْر‬
ْ ‫ض ْل َع‬
13
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia, Cetakan ke-II, (Jakarta :
Djambatan, 2002), hlm. 921-922.

9
“Sengaja aku shalat Ashar 4 rakaat jama’ dengan Dzuhur menjadi imam/
mengikut imam karena Allah ta’ala”

- Shalat Magrib 3 rakaat dengan niat seperti biasa hingga selesai, kemudian
berdiri kembali untuk melaksanakan shalat Isya dengan melafakan niat dalam
hati :

‫إِ َما ًما هلِل تَ َعالى‬/‫ب َج ْم َع تَ ْق ِد ْي ٍم َمأْ ُم ْو ًما‬


ِ ‫ت َم ْج ُموعًا بِا ْل َم ْغ ِر‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫صلِّ ْى فَ ْر‬
ٍ ‫ض ال ِعشَا ِء اَ ْربَ َع َر َك َعا‬

“Sengaja aku shalat Isya 4 rakaat jama’ dengan Magrib menjadi imam/
mengikut imam karena Allah ta’ala”.

Cara pelaksanaan shalat jama’ taqdim ialah umpamanya kita hendak


mengerjakan shalat Dzuhur dan Ashar diqasar secara jama’ taqdim, maka
hendaklah kita sesudah berazan dan beriqamat, mengerjakan shalat Dzuhur
dua rakaat, setelah selesai Dzuhur, kita beriqamat lagi, sesudah itu kita
mengerjakan shalat asar dua rakaat.14 Di antara dua shalat yang dijama’ ini,
boleh diadakan perselangan dengan zikir, tasbih dan tahmid umpamanya.

b) Jama’ Ta’khir

Niat jama’ ta’khir

- Salat Dzuhur 4 raka’at dengan niat dalam hati :

‫تأخ ْي ٍرهلِل ِ تَ َعالَى‬ ٍ ‫ظ ْه ِر أَ ْربَ َع َر َك َعا‬


ْ ‫ت َم ْج ُم ْوعًا بِا ْل َع‬
ِ ‫ص ِر َج ْم َع‬ ُّ ‫ض ال‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫صلِّى فَ ْر‬

Artinya: “Saya niat shalat fardhu Dhuhur empat rakaat dijama’ bersama
Ashar dengan jama, ta’khir karena Allah Ta’ala."

- Shalat Magrib 3 rakaat dengan niat dalam hati :

‫تأخ ْي ٍرهلِل ِ تَ َعالَى‬ ٍ ‫ب ثَاَل َث َر َك َعا‬


ِ ‫ت َم ْج ُم ْوعًا ِبال ِعشَا ِء َج ْم َع‬ ِ ‫ض ال َم ْغ ِر‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫صلِّى فَ ْر‬

Artinya: "Saya niat shalat fardhu Maghrib tiga rakaat dijama’ bersama Isya’
dengan jama’ ta’khir karena Allah Ta’ala."

Tata cara pelaksanaannya :

14
Muhibbuthabary, Fiqh Amal Islami Teoritis dan Praktis, (Bandung : Cita Pustaka Media
Perintis, 2012), hlm. 73-74.

10
a) shalat dilakukan diwaktu yang kedua (asar atau isya’)

b) Berniat sejak waktu yang pertama bahwa ia akan melakukan sholat pertama
itu diwaktu yang kedua, supaya ada maksud yang keras untuk mengerjakan
shalat yang pertama dan tidak ditinggalkan begitu saja.

c) Sholat yang dilakukan terlebih dahulu adalah sholat asar atau isya’ terlebih
dahulu, baru kemudian sholat dhuhur atau maghrib dan bias juga dilakukan
sholat Dzuhur atau maghrib terlebih dahulu, baru kemudian sholat asar atau
isya’. Contoh :

1) Berniat menjamak salat magrib dengan jamak ta’khir. Bila dilafalkan yaitu: “
Saya niat salat magrib tiga rakaat digabungkan dengan salat ‘isya dengan
jamak ta’khir karena Allah Ta’ala”

2) Takbiratul ihram

3) Salat magrib tiga rakaat seperti biasa.

4) Salam.

5) Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua (‘isya), jika dilafalkan sebagai
berikut; “ Saya berniat salat ‘isya empat rakaat digabungkan dengan salat
magrib dengan jamak ta’khir karena Allah Ta’ala.”

6) Takbiratul Ihram

7) Salat ‘isya empat rakaat seperti biasa

8) Salam

b. Cara melaksanakan shalat Qasar


Berbeda dengan sholat jamak yang menggabungkan, shalat qasar artinya
meringkas. Rukhsah sholat qasar ialah meringkas 4 rakaat menjadi 2 rakaat.
Contoh, sholat dzuhur dikerjakan 2 rakaat, begitupun sholat ashar dan isya.
INGAT: hanya sholat dengan jumlah 4 rakaat yang boleh di qasar.
Cara pelaksanaan shalat Qashar yaitu adanya niat shalat Qashar ketika
takbiratul ihram dan mengerjakan shalat yang empat rakaat dilaksanakan dua
rakaat kemudian salam. Shalat Qashar ini banyak dilakukan oleh umat

11
muslim dalam perjalan hendak bepergian jauh. Seperti masuknya waktu
shalat Dzuhur maka mengerjakan dua rakaat, begitu pula jika masuknya
shalat Ashar dan Isya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Menurut bahasa, Jama’ artinya adalah mengumpulkan. Sedangkan


menurut istilah adalah shalat yang dilaksanakan dengan mengumpulkan dua shalat
wajib dalam satu waktu, seperti shalat Dzuhur dengan Ashar dan shalat Magrib
dengan Isya. Menurut bahasa, Qashar artinya memperpendek atau meringkas.
Sedangkan menurut istilah adalah shalat yang diringkas yaitu shalat fardhu yang
empat rakaat (Dzuhur, Ashar dan Isya) dijadikan dua rakaat, dan masing-masing

12
dikerjakan tetap pada waktunya. Manfaat dari menjama’ dan menqashar shalat
adalah agar memudahkan umat manusia dalam bepergian jauh dan hendak
menunaikan shalatnya, dan Allah selalu memberikan kemudahan kepada hamba-
Nya dalam melaksanakan ibadah.
Bagi mereka yang sedang bepergian atau masih dalam perjalanan boleh
saja ia menjama’ dan menqashar shalat seperti halnya yang dilakukan Nabi
Muhammad SAW selama memenuhi syarat dan ketentuannya. Ketika mereka
dalam perjalanan jauh lebih diutamakan untuk menjama’ dan menqashar shalatnya
sebab shalat jama’ dan qashar bertujuan untuk meringankan dan tidak
mempersulit musafir.

3.2 Saran
Penulis menyarankan untuk bagi musafir yang melakukan perjalanan agar dapat
mengambil rukhsah yang telah dianjurkan oleh Syar’i karena banyak hikmah yang
akan di peroleh apabila melaksanakan rukhsah tersebut. Penulis juga menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekeliruan, untuk itu saran dan masukan sangat
dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
untuk kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. 2007. Shahih Sunan Abu Daud, Jakarta


:  Pustaka Azzam. 

al- Khalidy, Abuya Teungku H. Djamaluddin Waly. 2015. Fiqih Shalat


Menurut  Mazhab Imam Syafi’I. Banda Aceh : Lhee Sagoe Press. 

al- Marbawi, Muhammad Iris bin Aburrauf. 1350 H.  Kamus  al-


Marbawi. Cairo :  Musthafa al- Babi al- Halbi wa aauladuhu. 

13
Al- Qaradhawi, Yusuf. 2005. Ibadah Dalam Islam. Jakarta : Akbar Media Eka 
Sarana. 

az- Zuhaili, Wahbah. 2010. Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Terjemahan


Abu Hayyien  al-Kattani, Jilid I, Cetakan I. Jakarta : Gema Insani. 

Effendy, Mochtar. 2000 M. Ensiklopedia Agama dan Filsafat. Palembang : 


Universitas Sriwijaya. 

Muhibbuthabary. 2012. Fiqh Amal Islami Teoritis dan Praktis. Bandung : Cita 


Pustaka Media Perintis. 

Sabiq, Sayyid. 2008. Fiqih Sunnah Jilid I, Terjemahan Khairul


Amru Hararap,  Aisyah Syaefuddin  dan Masrukhin. Jakarta :
Cakrawala Publishing. 

Syauqi Dhaif, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath- Thabari. 2008. Tafsir At-


Thabari, Jilid 4, Terjemahan Ahsan Askan. Jakarta : Pustaka Azzam. 

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah. 2002. Ensiklopedia Islam Indonesia, 


Cetakan ke-II. Jakarta : Djambatan. 

14

Anda mungkin juga menyukai