Anda di halaman 1dari 20

ADZAN DAN MA’SYIROL JUM’AT

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Ritual
Keagamaan

Disusun Oleh :
Kelompok 7 :

Imelia Refin Difani (2120701029)


Nurbayudi (2120701048)

Kelas : 2171B

Dosen Pengampu :
Muslimin Ritonga, M. Sos

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NRGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .............................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ......................................... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ............................................ Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

D. Manfaat Penulisan ....................................... Error! Bookmark not defined.

BAB II PEMBAHASAN .......................................... Error! Bookmark not defined.

A. Pengertian Adzan ........................................ Error! Bookmark not defined.

B. Bacaan Adzan dan Do‟a Sesudah Adzan ..................................................... 4

C. Cara Menjawab Adzan ................................................................................. 6

D. Sunnah-Sunnah dan Kutamaan Adzan ......................................................... 8

E. Pengertian Ma'syirol Muslimin Rahimakumullah ..................................... 11

F. Bacaan Ma'syirol Jum'at............................................................................. 12

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15

A. Kesimpulan ................................................................................................ 15

B. Saran........................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Adzan dan Ma‟syirol Jum‟at” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Muslimin Ritonga, M.Sos pada mata kuliah Praktikum Ritual Keagamaan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Muslimin Ritonga, M.Sos
selaku dosen pengampu yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
makalah ini.Kami menyadari, makalah yang sudah disusun ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
dinantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 11 November 2022

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehidupan orang islam tidak bisa dipsahkan dari ibadah, terutama ibadah
shalat karena ada hadist yang mengatakan bahwa shalat adalah tiang agama
dan barang siapa yang mengerjakan shalat berarti dia menegakkan agama dan
barang siapa yang meninggalkan shalat berarti dia merobohkan agama jadi
begitu pentingnya ibadah shalat ini. Namun sholat tidak lepas dengan adzan,
karena keduanya cukup penting dan saling berkaitan.
Setiap hari, selama lima kali kaum muslimin mendengar seruan adzan
yang berkumandang di masjid-masjid. Adzan ini memberitahukan telah
masuknya waktu shalat agar manusia-manusia yang tengah sibuk dengan
pekerjaannya istirahat sejenak memenuhi seruan Allah „azza wajalla. Demikian
pula, yang tengah terlelap
Di dalam Islam, shalat merupakan ibadah badaniyah yang penting dan
telah ditetapkan waktu pelaksanaannya. Allah berfirman:
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu
telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman.(QS An-Nisa : 103)
Untuk mengetahui waktu shalat, Allah telah mensyariatkan adzan sebagai
tanda masuk waktu shalat maka dari itu penulis mencoba menjelaskan tentang
Adzan. Yang semua ini, sangat penting untuk diketahui oleh kaum muslimin.
Kita sebagai umat islam tentu diwajibkan untuk melaksanakan ibadah
sholat jumat. pelaksanaan shalat jum'at sendiri harus sesuai dengan urutan dan
tata caranya. adapun sebelum mengerjakan sholat jumat, terlebih dahulu kita
akan mendengarkan khatib menyampaikan khutbah jumatnya.
Dan pada proses itu, baik sebelum dan ditengah tengah khutbah ada hal
menarik yaitu peran seorang bilal sebagai pengantar khutbah yang

1
mengumandangkan bacaan doa, sholawat serta adzan. peran bilal disini
sangatlah penting karena dialah yang berperang sebagai muadzin yang
mengumandangkan adzan dan iqomah, lalu membaca doa singkat dan shalawat
saat khatib selesai khutbah pertama.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan adzan?
2. Bagaimana bacaan adzan dan do‟a sesudah adzan?
3. Bagaimana cara menjawab adzan?
4. Apa saja sunnah-sunnah adzan dan keutamaan adzan?
5. Apa yang di maksud dengan ma‟syirol muslimin rahimakumullah?
6. Bagaimana bacaan ma‟syirol jum‟at ?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan apa aitu adzan
2. Menjelaskan bacaan adzan dan do‟a sesudah adzan
3. Menjelaskan cara menjawab adzan
4. Menjelaskan apa saja sunnah-sunnah adzan
5. Menjelaskan maksud ma‟syirol muslimin rahimakumullah
6. Menjelaskan bagaimana bacaan ma‟syirol jum‟at

D. MANFAAT
1. Mengetahui apa aitu adzan
2. Mengetahui bacaan adzan dan do‟a sesudah adzan
3. Mengetahui cara menjawab adzan
4. Mengetahui apa saja sunnah-sunnah adzan
5. Mengetahui maksud ma‟syirol muslimin rahimakumullah
6. Mengetahui bagaimana bacaan ma‟syirol jum‟a

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Adzan
Adzan secara etimologi bermakna Al-I‟lam, yaitu pengumuman,
pemberitahuan atau pemakluman. Secara terminologi bermakna pemberitahuan
masuknya waktu shalat dengan lafadz khusus (seperti yang sering kita dengar).
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Kitab Suci Al-Qur‟an Surat At-
Taubah Ayat 3 yang berbunyi :
“ Dan (inilah) suatu permakluman dari pada Allah dan Rasul-Nya kepada
umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan RasulNya
berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum
musyrikin) bertobat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu ; dan jika kamu
berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat
melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka
akan mendapat) siksa yang pedih.”1
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia azan adalah seruan untuk
mengajak orang melakukan shalat. Adzan dimaksudkan untuk memberitahukan
bahwa waktu shalat telah tiba dan menyerukan untuk melakukan shalat
berjamaah.
Firman Allah Swt ::
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah
jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al
Jumu‟ah : 9)
Adapun menurut syariat, adzan adalah beribadah kepada Allah dengan
pemberitahuan masuknya waktu shalat dengan dzikir tertentu. Inilah yang
dirajihkan Ibnu ˜Utsaimin, sebagaimana pernyataan beliau : Ini lebih tepat dari
hanya (sekedar) pengertian bahwa adzan adalah pemberitahuan masuknya
waktu shalat, sebab adzan itu ikut shalat.

1
Wahbah Al Zuhaily. Fikih Shalat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung : CV. Pustaka Media
Utama. 2004. hlm, 62

3
Ibnu Mulaqqin berkata, “Ulama menyebutkan empat hikmah adzan:
1. Menampakkan syiar islam
2. Kalimat Tauhid
3. Pemberitahuan telah masuknya waktu sholat dan pemberitahuan tempat
pelaksanaan sholat
4. Ajakan untuk menunaikan sholat berjamaah.2

B. Bacaan Adzan dan Do’a Sesudah Adzan


1. Lafadz Adzan
Lafadz adzan yang diajarkan Rasulullah kepada Abu Mahdzurah
adalah sebagai berikut :

Adzan yang dikumandangkan pada saat akan menunaikan ibadah


sholat shubuh maka tambahkan lafal ( Assolaatu khairun
minan naum) yang artinya “ Sholat itu lebih baik dari pada tidur ” dan
dibaca 2x setelah lafadz ( ‫ى‬ ), hal ini dinyatakan dalam hadits
riwayat Abu Daud (500).

2
Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1994, hlm. 55

4
2. Lafadz Iqamah
Lafadz iqamah itu sama dengan Adzan, bedanya kalau Adzan
diucapkan masing-masing dua kali, sedangkan iqomah cukup diucapkan
sekali saja. Iqamah sunah diucapkan agak cepat dan dilakukan dengan suara
agak rendah dari pada Adzan.

3. Do’a sesudah adzan


Ketika Mu‟adzin telah selesai mengumandangkan adzan maka
disunnahkan untuk membaca do‟a seperti hadits berikut ini:

“Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Ayyasy berkata, telah


menceritakan kepada kami Syu'aib bin Abu Hamzah dari Muhammad Al

5
Munkadir dari Jabir bin 'Abdullah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: „Barangsiapa berdo'a setelah mendengar Adzan: (Ya
Allah. Rabb Pemilik seruan yang sempurna ini, dan Pemilik shalat yang
akan didirikan ini, berikanlah wasilah (perantara) dan keutamaan kepada
Muhammad. Bangkitkanlah ia pada kedudukan yang terpuji sebagaimana
Engkau telah jannjikan) '. Maka ia berhak mendapatkan syafa'atku pada hari
kiamat." (HR. Bukhari)
Kemudian do‟a setelah iqamah

“Semoga Allah menegakkan dan mengekalkan shalat selama masih


ada langit dan bumi.”

C. Cara Menjawab Adzan


Bagi yang mendengar suara adzan, maka sunnah menjawabnya dengan
jawaban yang sama seperti apa yang di kumandangkan muadzin tersebut dalam
kalimat adzan dan iqamah, Nabi SAW bersabda:3

“Apabila kamu mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang


diucapkan mu‟adzin.” (H.R. al-Bukhari: 586, dan Muslim: 383).
Diatas merupakan Hadits riwayat al-Bukhari (588), dan Muslim (385),
sedangkan hadits berikut ini menurut Muslim.

3
Moh. Rifa'i. Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang : PT. Karya Toha Putra, Cetakan 2013,
hlm. 28

6
“..........dan apabila mu‟adzin mengucapkan, “Hayya „ala „sh-Shalah”,
maka pendengar mengucapkan, “La haula wala quwwata illa billah”, dan
apabila mu‟adzin mengucapkan, “Hayya „ala „l-falah”, maka pendengar
mengucapkan, “La haula wala quwwata illa billah”.
Penjelasan :
"Marilah kita didirikan shalat".
"Marilah kita menuju kemenangan".
Maka kita menjawab:
"Tak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah".
Pada adzan subuh, ketika muadzin mengucapkan:
"Shalat itu lebih baik daripada tidur."
Dan kita yang mendengarkannya menjawab:
"Engkau benar, engkau betul! dan saya termasuk diantara orang -
orang yang menyaksikan hal itu"
Jawaban iqamah sama seperti jawaban terhadap adzan karena iqamah
merupakan adzan yang diserukan muadzin/muqim, termasuk mengucap
. Adapun hadits Abu Umamah Shudai ibnu „Ajlan radhiyallahu
„anhu yang menyebutkan saat Bilal radhiyallahu „anhu dalam iqamahnya
mengatakan: , Rasulullah saw menjawab: “Semoga Allah
menegakkan dan mengekalkannya.”
Jika berjamaah maka yang membacakan Iqomah hanya seorang saja
contohnya muadzin, tidak perlu lagi kita Iqomah. Bagaimanapun
memperoleh pahala hendaklah kita menyahut, mengikuti atau menjawab apa
yang diucapkan dalam Iqomah yang dibacakan oleh muadzin dengan
perlahan-lahan.
Penjelasan :
"Marilah kita didirikan shalat".
"Marilah kita menuju kemenangan".
Maka kita menjawab:
"Tak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah".

7
“Telah masuk waktu shalat”
Maka kita menjawab:
“Semoga Allah menegakkan shalat itu dan mengekalkannya, dan
semoga Allah menjadikan aku ini, dari golongan orang-orang yang sebaik-
baiknya ahli shalat”

D. Sunnah-Sunnah Adzan
Sunnah adalah istilah dalam fiqih yang merujuk kepada suatu hukum
dalam mengerjakan sesuatu hal yang mana arti dari hukum sunnah adalah
apabila sesuatu itu dikerjakan maka akan mendapatkan pahala atau dianjurkan
untuk dikerjakan karena mendapatkan pahala. Adapun sunnah-sunnah adzan
adalah sebagai berikut:
1. Adzan dalam keadaan berdiri dan menghadap kiblat.
Ibnu Al Mundzir berkata: “Para ulama yang saya hafal, (mereka)
sepakat, bahwa sunnah beradzan dengan berdiri”. Hal ini sesuai dengan
perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Bilal dalam hadits
Abu Qatadah:
“Sesungguhnya Allah mencabut ruh-ruh kalian kapan (Dia) suka, dan
mengembalikannya kapan (Dia) suka. Wahai, Bilal! Bangun dan
beradzanlah untuk shalat.” [HR Al Bukhari].
Juga disunnahkan menghadap kiblat. Syaikh Al Albani menyatakan:
“Telah shahih dalil menghadap kiblat dalam adzan dari malaikat,
sebagaimana yang dilihat Abdullah bin Zaid Al Anshari dalam mimpinya”.
2. Adzan di tempat yang tinggi, agar lebih keras terdengar dalam
menyampaikan adzan.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits seorang wanita dari Bani Najjar
yang menyatakan: “Rumahku, dahuku termasuk rumah yang tertinggi di
sekitar masjid (nabawi), dan Bilal, dulu beradzan fajar di atas rumah
tersebut.” [HR Abu Dawud dan dihasankan Al Albani dalam Irwa‟ Al
Ghalil, hadits no. 229, hlm. 1/246].

8
3. Muadzin disunnahkan memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri pada
hayya „ala ash shalat dan hayya „ala al falah (hai‟alatain), berdasarkan hadits
Abu Juhaifah yang berbunyi:
“Sesungguhnya Beliau melihat Bilal beradzan, lalu aku melihat
mulutnya disana dan disini mengucapkan adzan. [HR Al Bukhari]. Waktu
menyerukan kalimat “ Hayya „alash-shalaah,” disunahkan berpaling ke
kanan, dan kita menyerukan kalimat ”Hayya „alal-falah, “ berpaling ke kiri.
4. Meletakkan kedua jemari di telinga, sebagaimana hadits Abu Juhaifah
dengan lafadz: “Aku melihat Bilal beradzan dan memutar mulutnya ke sana
dan ke sini serta kedua jarinya di telinganya.” [HR Ahmad dan At Tirmidzi,
dan At- Tirmidzi mengatakan, bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al
Albani menshahihkannya di dalam Irwa‟ Al Ghalil, no. 230, hlm. 1/248].
Setelah menyampaikan hadits ini, Imam At Tirmidzi berkata: “Inilah
yang diamalkan para ulama. Mereka mensunnahkan seorang muadzin
memasukkan kedua jemarinya ke kedua telinganya dalam adzan. Dan
sebagian ulama menyatakan juga, di dalam iqamat memasukkan kedua
jemarinya ke kedua telinganya. Demikian ini pendapat Al „Auza‟i”.
5. Mengeraskan suara dalam adzan, berdasarkan sabda Rasulullah saw.
“Tidaklah mendengar suara muadzin bagi jin dan manusia serta
(segala) sesuatu, kecuali memberikan kesaksian untuknya pada hari
Kiamat.” (HR Al Bukhari).
6. Ada dua orang mu‟adzin dalam satu masjid untuk adzan Shubuh. Yang
seorang adzan sebelum fajar dan seorang lagi sesudah fajar. Dalilnya ialah
hadits al-Bukhari (592), dan Muslim (1092):
“Sesungguhnya Bilal adzan pada suatu malam. Maka, makan dan
minumlah sampai mendengar adzan dari Abdulah bin Ummi Maktum.”
7. Tarassul, yaitu pelan-pelan, dalam arti membuat jarak antara satu kalimat
adzan dengan kalimat berikutnya ketika adzan. Hendaknya adzan dilakukan
dengan pelan-pelan, yaitu dengan cara diam sebentar setiap antara dua
kalimat, dan dalam iqamah hendaknya dilakukan dengan cepat, yaitu
dengan menyatukan setiap dua kalimat. Rasulullah saw. berkata kepada

9
Bilal: “Apabila kamu adzan, maka pelan-pelanlah, dan apabila kamu iqamah
cepat-cepatlah.”
8. Mu‟adzin hendaklah orang yang bersuara nyaring, agar dapat melunakkan
hati pendengar dan membuatnya cenderung memenuhi seruan tersebut.
Karena, Nabi SAW bersabda kepada Abdullah bin Zaid RA yang bermimpi
mendengar adzan: “Carilah Bilal lalu sampaikan kepadanya mimpimu itu,
biarlah dia yang mengumandangkannya. Karena dia lebih nyaring suaranya
daripada kamu.” (H.R. Abu Daud: 499, dan lainnya).
9. Bagi yang mendengar adzan disunnatkan diam dan meniru ucapan
mu‟adzin. Dalilnya ialah sabda Nabi SAW:
“Apabila kamu mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang
diucapkan mu‟adzin.” (H.R. al-Bukhari: 586, dan Muslim: 383).
Tetapi, ketika mendengar hai‟alatain, maka ucapkanlah: “Tiada daya
dan tiada kekuatan melainkan dengan (pertolongan) Allah jua.” Adapun
dalilnya ialah hadits riwaya al-Bukhari (588), dan Muslim (385), sedang
lafazh hadits ini menurut Muslim.
10. Disunnahkan untuk membaca do‟a selesai mengumandangkan adzan
11. Membaca doa diantara adzan dan iqamah. Sabda Rasulullah saw. “Dari
Anas bin Malik. Ia berkata, “Rasulullah telah berkata, „Doa (permintaan)
diantara adzan dan iqamah tidak ditolak.”(Riwayat Ahmad, Abu Dawud,
dan Tirmidzi).Disunahkan agar manusia tidak berdiri sebelum muadzin
selesai adzannya, melainkan mereka harus sabar sedikit hingga adzan
selesai atau mendekati selesai, karena bergerak ketika mendengarkan adzan
menyerupai setan.4

a. Keutamaan Adzan
1) Dilindungi dari godaan setan
“jika ada orang di salah satu desa, atau kampung namun mereka
tidak mengadakan sholat berjamaah maka setan berkuasa atas mereka.
Oleh karena itu, hendaklah kalian selalu berjamaah karena srigala itu

4
Hidayat Nur Walid. Panduan Pintar Sholat. Jakarta : Qultum Media. 2008. hlm. 84

10
memakan kambing yang jauh”. (HR. Ahmad, Abu Daud, An-nasa‟i, dan
Al-Hakim)
Setan pergi ketika adzan dikumandangkan.

”...Apabila diserukan adzan untuk shalat, syaitan pergi berlalu dalam


keadaan ia kentut hingga tidak mendengar adzan. Bila muadzin selesai
mengumandangkan adzan, ia datang hingga ketika diserukan iqamat ia
berlalu lagi…” (HR. Al-Bukhari no. 608 dan Muslim no. 1267)
2) Mendapat pahala yang besar.
Rasulullah saw bersabda “andaikata manusia tahu apa yang
terdapat pada adzan dan shaf pertama kemudian tidak ada jalan lagi
untuk mendapatkan kecuali memasang undian itu.” (HR. Bukhari)
3) Para muadzin mempunyai leher yang panjang di hari kiamat yang
menunjukkan akan kemuliannya. Dari Muawiyah bahwa Rasulullah saw
bersabda “para muadzin adalah orang-orang yang paling panjang
lehernya di hari kiamat.” (HR. Muslim, ahmad dari Barra bin Azzib)
4) Setiap pilihan katanya memiliki hikmah dan mudah diucapkan oleh
setiap muslim.
5) Diampuni do‟a
“Muadzin akan diampuni dosanya sepanjang suaranya, ucapanya
dibenarkan oleh pendengarnya, baik dari kalangan yang basah atau yang
kering dan ia akan mendapat pahala sebanyak orang yang ikut shalat
bersamanya” (HR. An-nasa‟i, ahmad dan Ibnu Majah dari Muawiyah)
6) Menyemarakkan syiar Islam.5

E. Pengertian Ma’syirol muslimin rahimakumullah


Lafadz ma‟asyiral muslimin rahimakumullah sungguh sering kita dengar.
Tidak hanya didengar saja. Akan namun, kita pun sering membacanya juga.

5
Ibid, hlm 30

11
Misalnya dikala di hari jumat kita sedang mendengarkan khutbah jumat.
Biasanya sang khotib dalam khutbahnya ada lafadz tersebut.
Sebelum membicarakan terkait pemahaman atau pun penjelasannya maka
kita simak dulu tulisan arab ma‟asyiral muslimin.

Mengenai arti dari ma‟asyiral muslimin adalah wahai golongan orang


Islam. Kemudian untuk goresan pena arab dari lafadz ma‟asyiral muslimin
rahimakumullah ialah:

Selanjutnya, arti dari ma‟asyiral muslimin rahimakumullah ialah wahai


kelompok orang Islam semoga Allah senantiasa menunjukkan rahmat
kepadamu sekalian. Amat tepat jika dalam khutbah atau pun ceramah
menyebutkan lafaz tersebut. 6
Cara kita mengembangkan ilmu dan pengetahuan agama Islam amat
banyak. Satu diantara caranya adalah dengan kita suka bertanya ihwal sesuatu
hal yang belum dimengerti atau belum dipahami. Bertanya tidak butuh waktu
usang. Tetapi, dengan bertanya maka berbagai pertanyaan yang bisa terjawab.
Setelah adanya penjelasan singkat dari kami ini, maka kami berharap
sudah tidak resah lagi jika nanti membaca atau mendengar lafadz ma‟asyiral
muslimin rahimakumullah.

F. Bacaan Ma’syirol Jum’at


Bacaan Ma‟syirol Jum‟at, menjelaskan bahwa ketika bilal selesai
membaca shalawat tersebut, khatib pun kemudian naik ke mimbar selanjutnya

6
Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1994.

12
mengucapkan salam dan kemudian duduk. Setelah itu, baru kemudian bilal
membaca ma’asyirol ini.
Adapun bacaan ma’asyiral yang dimaksud adalah :

‫ص‬ ‫ه‬ ‫س‬


‫س‬

‫ص‬
‫س‬ ‫ص‬ ‫ه‬ ‫س‬

‫( ه‬ ‫س‬

Kalimat ”anshitu wastami‟u wa athi‟u rahimakumullah” dibaca 3x


Setelah selesai membaca ma’asyiral ini, barulah khatib memulai
menyampaikan khutbahnya. Yang perlu diperhatikan para khatib, hendaknya
khutbah yang disampaikan tidak hanya berkaitan dengan kehidupan akhirat
(amalan dan ibadah), tetapi hendak pula membicarakan masalah-masalah
kehidupan dunia (muamalah). Oleh karena itu, khatib mestinya dapat membuka
wawasan yang luas baik tentang teori-teori ilmu pengetahuan atau pun
berkaitan dengan kemajuan teknologi yang kemudian dikaitkan dengan agama.
Apabila hal ini dapat dilakukan, maka inilah yang dikehendaki bahwa khatib
dapat menjadi inspirator perubahan masyarakat untuk menuju hal yang lebih
baik, baik menuju kebaikan berkaitan dengan akhirat, atau pun menuju
kebaikan yang berkaitan dengan kehidupan dunia.
Bahasa yang digunakan pun mestinya menggunakan bahasa yang lugas
dan jelas serta santun, bukan menjelek-jelekkan masyarakat yang lain dan

13
bukan pula berisi provokasi dan tidak pula menyampaikan ajaran agama secara
tekstual.
Durasi khutbah yang baik, tidak melebihi dari 15 menit sebab atau
bahkan mungkin 10 menit saja, sebab durasi khutbah ini sama dengan durasi
dua rakat orang shalat. Kenapa hal ini perlu diperhatikan, itu karena pada
waktu khatib menyampaikan khutbah, para jama‟ah dilarang untuk berbicara
atau melakukan perbuatan yang sia-sia, sehingga para jama‟ah pun mesti diam
dan mendengarkan khutbah. Ketika mendengarkan khutbah, maka apabila
khutbah tersebut disampaikan dengan durasi yang lama, mungkin dapat
menimbulkan rasa jenuh dari para jama‟ah yang akhirnya bisa membuat para
jama‟ah tertidur atau tidak ingin mendengarkan lagi isi khutbah yang
disampaikan. Sebaik-baiknya isi khutbah, namun apabila tidak memperhatikan
seperti yang diuraikan di atas, maka khutbah yang disampaikan pun tidak
masuk ke dalam pikiran para jama‟ah. Oleh karena itu, di sinilah diharapkan
agar khatib tidak merasa ego terdapat persoalan ini.
Kendati demikian, apa yang diuraikan dalam artikel ini tidak
mengeneralkan bahwa semua jama‟ah memiliki pendirian dan perasaan seperti
yang digambarkan dan banyak sekali juga para jama‟ah merasa senang
mendengarkan khutbah yang panjang lebar. Kini, kita kembalikan saja kepada
khatib sendiri dan dengan pengalamannya memberikan khutbah selama ini,
tentunya ia bisa membaca masyarakat yang ia hadapi, sehingga ia pun bisa
memperhitungkan tentang durasi khutbahnya.

14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas maka dapat penulis tarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Secara bahasa, adzan bermakna i’lam yaitu pengumuman, pemberitahuan
atau pemakluman, Adapun secara syariat, adzan adalah pemberitahuan
datangnya waktu shalat dengan menyebutkan lafadz-lafadz yang khusus.
2. Ada empat hikmah adzan: Menampakkan syiar Islam, Kalimat tauhid,
Pemberitahuan telah masuknya waktu shalat dan pemberitahuan tempat
pelaksanaan shalat, Ajakan untuk menunaikan shalat berjamaah.
3. Seruan untuk shalat telah melewati tiga tahapan:
Pertama: Ketika awal diwajibkan shalat di Makkah (tiga tahun
sebelum hijrah), belum ada seruan untuk shalat sama sekali. Hal ini terus
berlangsung sampai Nabi dan hijrah ke Madinah. Pada masa itu, untuk
berkumpul kaum muslimin hanya memperkirakan waktunya.
Kedua: Ada seruan umum yang dikumandangkan Bilal untuk
berkumpul guna mengerjakan shalat setelah terjadi musyawarah Rasulullah
dan para sahabatnya, atas usulan Umar ibnul Khaththab.
Ketiga: Dikumandangkannya adzan yang syar‟i setelah Abdullah bin
Zaid mendengarnya alam mimpinya.
4. Arti dari ma‟asyiral muslimin rahimakumullah ialah wahai kelompok orang
Islam semoga Allah senantiasa menunjukkan rahmat kepadamu sekalian.
Amat tepat jika dalam khutbah atau pun ceramah menyebutkan lafaz
tersebut.

B. SARAN
Dalam penyajian makalah ini, penulis sangat menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan maupun penyusunannya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-

15
teman sekalian guna perbaikan makalah ini kedepannya. semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

16
DAFTAR PUSTAKA

Rifa‟I, Moh. 2013. Tuntunan Shalat lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Rasjid, Sulaiman. 1994. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Al zuhaily,Wahbah. 2004. Fikih Shalat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: CV.
Pustaka Media Utama.
Hasan, A. 1988. Terjemah Bulughul Maram. Bandung: CV. Diponogoro, 1988.

17

Anda mungkin juga menyukai