Makalah
Fikih Ibadah, Prodi Ekonomi Syariah 6 Semester 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam
Oleh :
ANDI SULIS
NIM.602022021187
Dosen Pemandu:
2022
i
KATA PENGANTAR
Namun, kami sadar bahwa makalah ini penuh dengan kekurangan. Oleh
karena itu, kami sangat berharap kritik dan saran konstruktif demi penyempurnaan
makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat serta mampu
memenuhi harapan berbagai pihak. Aamiin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
BAB II PENUTUP.......................................................................................... 11
A. Kesimpulan........................................................................................... 10
B. Saran..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kata Shalat secara Etimologis, berarti do'a. Adapun shalat secara
Terminologis, adalah seperangkat perkataan dan perbuatan yang dilakukan
dengan beberapa syarat tertentu., dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam.
Pengertian Shalat ini mencakup segala bentuk salat yang diawali
dengan takbirt al-ihram dan diakhi dengan salam. Digunakan kata shalat
untuk ibadah ini, tidak jauh berbeda dengan pengertian Etimologisnya.
Sebab, di dalam shalat terkandung do'a-do'a berupa permohonan, minta
ampun, dan sebagainya.
Adapun yang menjadi landasan kefarduan shalat, diantaranya surat
Al-baqarah ayat 45 dan ayat 100: " .. dirikanlah Shalat dan tunaikanlah
zakat..'' ; " dan memohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat.."
Kewajiban Shalat dilandasi juga oleh Hadits Nabi yang secara Eksplisit,
menyatakan bahwa shalat termasuk rukun Islam.
"Islam dibangun diatas lima dasar ( rukun ) ; syahadat bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan Shalat,
menunaikan zakat, haji ke Bait Allah, dan puasa Ramadhan. ''
Dalam Islam, Shalat menempati kedudukan yang tidak dapat
ditandingi oleh ibadah lainnya. Selain termasuk rukun islam, yang berarti
tiang Agama, Shalat juga termasuk Ibadah yang pertama diwajibkan Allah
kepada Nabi Muhammad ketika Mi'raj.
Disamping itu, Shalat memiliki tujuan yang tidak terhingga.
Tujuan Hakiki dari Shalat, sebagaimana dikatakan Al-jaziri, adalah tanda
hati dalam rangka mengagungkan Allah sebagai pencipta. Disamping itu
Shalat juga merupakan bukti takwa Manusia kepada Khaliknya. Dalam
salah satu ayat-Nya menyatakan bahwa Shalat bertujuan menjauhkan
1
orang dari keji dan munkar. (Materi Pendidikan Agama Islam. 2001: 23-
24)
Banyak hadits yang menyatakan tentang Hakikat shalat, misalnya:
"Sesungguhnya shalat itu adalah tiang Agama. Barangsiapa
menegakkannya, berarti Dia menegakkan Agama, dan barangsiapa
meninggalkannya, berarti dia merobohkannya". Akan tetapi,hakikat shalat
bukan hanya tindakan dan ucapan tertentu, tetapi juga harus disertai
dengan kesadaran hati. (Shalat dalam Persfektif Sufi. 2002: 77)
B. Rumusan masalah
1. Apa saja waktu-waktu sholat fardu?
2. Apa saja sunnah-sunnah sholat fardu?
3. Apa itu adzan dan apa saja keutamaan adzan?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui waktu-waktu sholat fardu
2. Untuk mengetahui sunnah-sunnah sholat fardu
3. Untuk mengetahui apa itu adzan dan apa saja keutamaannya
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Shalat Dhuhur
3. Shalat Ashar
4. Shalat Maghrib
Waktu shalat maghrib dimulai sejak terbenamnya matahari
hingga hilangnya awan berwarna merah dari cakrawala. Sebagaimana
hadits riwayat Imam Muslim no. 612 yang artinya:
3
“Waktu maghrib berakhir hingga hilangnya awan merah dari
cakrawala.”
5. Shalat Isya
B. Sunnah-sunnah Shalat
Sunnah-sunnah shalat diantaranya adalah;
1. membaca do’a istiftah atau do’a iftitah,
2. meletakkan telapak tangan sebelah kanan di atas telapak tangan
sebelah kiri di atas dada ketika berdiri sebelum ruku’ dan setelahnya,
3. mengangkat kedua tangan dengan merapatkan jari-jari sampai sejajar
dengan bahu dan dua telinga ketika bertakbir, ketika ruku’, ketika
bangkit dari ruku’ dan ketika bangkit dari tasyahud,
4. membaca lebih dari satu kali tasbih ruku’ dan sujud,
5. membaca rabbanaa wa lakal hamdu ketika bangkit dari ruku’ dan
membaca lebih dari 1 kali ucapan robbighfirli ketika duduk diantara
dua sujud,
6. meluruskan antara kepala dan punggung ketika ruku’,
7. menjauhkan dua tangan dari 2 pinggang juga menjauhkan perut dari 2
paha dan 2 paha dari 2 lutut ketika sujud,
8. mengangkat dua lengan dari tangan ketika sujud,
9. duduk iftirash ketika duduk diantara dua sujud juga ketika tasyahud
awal, duduk tawaruk ketika tasyahud akhir,
10. ketika shalat empat rakaat dan 3 rakaat yaitu duduk di atas paha yang
sebelah atas dan menjadikan kaki yang kiri di bawah kaki yang kanan
dan menegakkan kaki yang kanan (duduk tawaruk),
11. menunjuk dengan jari telunjuk ketika tasyahud awal dan tasyahud
yang kedua ketika mulai duduk untuk tasyahud dan menggerak-
gerakkannya ketika berdo’a,
4
12. bershalawat dan mendo’akan keberkahan untuk Nabi Muhammad dan
keluarga Muhammad sebagaimana shalawat dan keberkahan untuk
Nabi Ibrahim dan keluarga Ibrahim ditasyahud yang pertama,
13. berdo’a ketika tasyahud akhir,
14. membesarkan suara atau menjaharkan suara ketika shalat fajar, shalat
jumat, shalat ‘Idul Fitri dan Idul Adha, ketika shalat istisqa’, dua rakaat
pertama dari shalat maghrib dan shalat ‘isya,
15. mensirrkan atau mengecilkan suara bacaan ketika shalat dzuhur dan
shalat ashar juga rakaat ketiga dari shalat maghrib dan 2 rakaat terakhir
dari shalat ‘isya,
16. membaca surat selain surat Al-Fatihah dari Al-Qur’an, juga
memperhatikan sunnah-sunnah yang lain selain apa yang telah kita
sebutkan yang di antaranya adalah do’a selain rabbanaa wa lakal
hamdu ketika bangkit dari ruku’ baik untuk imam untuk makmum dan
untuk orang yang shalat sendirian karena hal tersebut disunnahkan,
17. meletakkan 2 tangan di lutut ketika ruku’ dengan membentangkan jari-
jari ketika ruku
C. Adzan dan Keutamaannya
a. Pengertian Adzan
Kata Adzan berasal dari bahasa Arab yang bermakna
pemberitahuan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang artinya :
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba)
maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu.
Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu
pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”
[Al Baqarah:279].
Adapun menurut syariat, adzan adalah beribadah kepada
Allah dengan pemberitahuan masuknya waktu shalat dengan dzikir
tertentu. Inilah yang dirajihkan Ibnu ‘Utsaimin, sebagaimana
pernyataan beliau: “Ini lebih tepat dari hanya (sekedar) pengertian
5
bahwa adzan adalah pemberitahuan masuknya waktu shalat, sebab
adzan itu ikut shalat. Oleh karena itu, jika diysariatkan ibrad dalam
shalat Dhuhur (memperlambat shalat Dhuhur sampai agak dingin),
maka disyariatkan mengakhirkan adzan”.
b. Adab azan
a) Kriteria muazin
Muslim dan berakal;
Baik agamanya;
Diutamakan orang dewasa, namun jika terpaksa anak
kecil tidak mengapa;
Memiliki sifat amanah
Tidak menerima upah azan;
Suara muazin lantang dan merdu;
c. Keutamaan Adzan
6
Salah satu tanda sempurnanya syari’at Islam ini adalah
memberi dorongan kepada ummatnya untuk melaksanakan ibadah
dengan menyebutkan keutamaan ibadah tersebut. Begitu pula
adzan, banyak riwayat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang menjelaskan tentang keutamaan adzan dan orang yang
menyerukan adzan (muadzin).
7
”Para muadzin adalah orang yang paling
panjang lehernya pada hari kiamat.” (HR. Muslim no. 850)
”Tidaklah jin dan manusia serta tidak ada sesuatu pun yang
mendengar suara lantunan adzan dari seorang muadzin melainkan a
kan menjadi saksi kebaikan bagi si muadzin pada hari kiamat.” (H
R. Bukhari no. 609)
”Diampuni bagi muadzin pada akhir adzannya. Dan setiap
yang basah atau pun yang kering yang
mendengar adzannya akan memintakan ampun untuknya.” (HR.
Ahmad 2: 136. Syaikh Ahmad Syakir berkata bahwa sanad hadits
ini shahih)
8
Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, “Aku pernah mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
10
segala yang menjadi larangannya dan melaksanakan segala perintahnya,
meneladani Nabi kita Nabi Muhammad SAW.
11
DAFTAR PUSTAKA
12